Manuskrip skripsi percepatan Kota Layak Anak

24
PERSETUJUAN PEMBIMBING Manuskrip dengan judul Model Percepatan Kota Layak Anak di Kabupaten Tegal ” yang ditulis oleh Dela Asfarina Cahyaningrum dengan NIM 8111412264 telah disetujui pada: Hari : Tanggal : September 2016 Mengetahui, Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II Dr. Rodiyah, S.Pd., S.H., M.Si. Tri Sulistiyono,SH.MH. NIP.197206192000032001 NIP.197505242000031002 2

Transcript of Manuskrip skripsi percepatan Kota Layak Anak

Page 1: Manuskrip skripsi percepatan Kota Layak Anak

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Manuskrip dengan judul “Model Percepatan Kota Layak Anak di Kabupaten Tegal ” yang ditulis oleh Dela Asfarina Cahyaningrum dengan NIM 8111412264 telah disetujui pada:

Hari : Tanggal : September 2016 Mengetahui, Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II Dr. Rodiyah, S.Pd., S.H., M.Si. Tri Sulistiyono,SH.MH. NIP.197206192000032001 NIP.197505242000031002

2

Page 2: Manuskrip skripsi percepatan Kota Layak Anak

Percepatan Kota Layak Anak di Kabupaten Tegal

Dela Asfarina Cahyaningrum Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang

Gedung K1 Sekaran, Semarang, Jawa Tengah Indonesia, 50229

Email: [email protected]

ABSTRAK Cahyaningrum, Dela Asfarina. 2016. Percepatan Kota Layak Anak di Kabupaten Tegal Perspektif Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak No 12 Tahun 2011. Skripsi. Program Studi Ilmu Hukum. Fakultas Hukum. Universitas Negeri Semarang. Dr. Rodiyah, SPd., SH., MSi dan Tri Sulistiyono, SH., MH Kata Kunci: Percepatan; Kota Layak Anak; Perspektif Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Nomor 12 tahun 2011 tentang Indikator Kabupaten/Kota Layak Anak telah dengan rinci mengamanatkan bahwa kabupaten/kota layak anak adalah kabupaten/kota yang mempunyai sistem pembangunan berbasis hak anak.. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini bagaimana percepatan KLA di Kabupaten Tegal, bagaimana kendalanya, lalu bagaimana strategi percepatan tersebut. Pendekatan penelitian Pendekatan penelitian kualitatif hukum dengan jenis penelitian yuridis sosiologis. Lokasi penelitian dalam penelitian ini adalah Kabupaten Tegal. Analisis data secara deskriptif fokus penelitian yaitu penelitian untuk memberikan gambaran secara rinci, sistematis dan menyeluruh mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan “Percepatan kabupaten/kota layak anak di Kabupaten Tegal” yang dikaitkan dengan teori-teori hukum dan praktek pelaksanaannya yang menyangkut permasalahannya. Sumber data meliputi data primer dan sekunder yang diambil dengan menggunakan metode wawancara, Observasi dan studi kepustakaan. Teknik analisis data yang digunakan yaitu penelitian hukum sosiologis. . Menurut Stoner, Freeman, dan Gilbert. Jr ( 2001 ), konsep strategi dapet didefinisikan berdasarkan 2 prespektif yang berbeda yaitu : (1) dari perspektif apa suatu organisasi ingin dilakukan (intends to do), dan (2) dari perspektif apa yang organisasi akhirnya lakukan (eventually does). Hasil penelitian menunjukan bahwa percepatan KLA di Kabupaten Tegal hak anak sudah dilihat dari data yang didapatkan dari jawaban 31 indikator Kota Layak Anak meskipun data yang didapatkan belum sepenuhnya terlengkapi namun sudah mewakili bahwa perlindungan atas hak anak di Kabupaten Tegal sudah terpenuhi. Untuk kendalanya dari percepatan kota layak anak di Kabupaten Tegal adalah kurangnya perhatian khusus oleh SKPD di setiap indikator dan kurangnya koordinasi antar SKPD yang menjadikan masih ada sekitar 45 % indikator belum terpenuhi yang dikarenakan banyak data belum masuk ke BPPKB dan dianggap tidak terpenuhi mengingat pentingnya data penilaian tersebut. Strategi percepatan Kota Layak Anak (KLA) di Kabupaten Tegal sendiri adalah peningkatan

3

Page 3: Manuskrip skripsi percepatan Kota Layak Anak

koordiasi antar SKPD dalam perencanaan pemenuhan hak anak, setiap SKPD yang mempunyai tanggungjawab per indikator memberikan perhatian khusus untuk pemenuhannya dan melaporkan setiap hambatannya agar didapatkan solusi pemecahan tercepat dalam rapat koordinasi.Ada pun kesimpulan permasalahan dan pembahasan dalam penelitian ini adalah dalam 31 indikator Kota Layak Anak Kabupaten Tegal meskipun masih ada 45 % data belum terpenuhi namun pada realitanya perlindungan atas hak anak sudah terpenuhi mengingat sudah adanya Peraturan Daerah Kabupaten Tegal No 5 tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Perlindungan Anak dan minimnya angka kekerasan, pelecehan, dan eksploitasi. Sehingga dilihat dari permasalahan untuk mempercepat Kota Layak Anak adalah peningkatan koordinasi antar SKPD yang mempunyai tanggung jawab per indikator untuk memberikan perhatian khusus dalam pemenuhannya.

ABSTRACT

Cahyaningrum, Dela Asfarina. 2016. Acceleration of the Child in the City Proper in Tegal Regency perspective Minister of State for Women's Empowerment and Child Protection No. 12 of 2011. Skripsi. Departement Science Of Law. Faculty Of Law. Semarang State University. Dr. Rodiyah, SPd., SH., MSi and Tri Sulistiyono, SH., MH. Key Word : Acceleration; The City Proper Of The Child; Prespective.

Minister of State for Women's Empowerment and Child Protection No. 12 of 2011 on indicators Regency / City Proper Child has detailed mandates that districts / cities eligible children are regencies / municipalities that have a development system based on the integration of children's rights and the commitment of government resources, public and the business world thorough planned and sustainable policies, programs and activities to ensure the fulfillment of children's rights. Issues examined in this study were (1) How the acceleration of the Child in the City Proper in Tegal Regency, How the City Proper implementation constraints acceleration Children in Tegal regency, and How the strategy to overcome the obstacles acceleration of the local government about the City of Eligible Children in Tegal regency. The results showed that the acceleration of the KLA in Tegal regency rights of children are being met which includes about violence, abuse and exploitation counted as minimum in numbers seen from the data obtained from the answers 31 indicators City Proper Child even though the data obtained were not yet fully-complete, but was already represented that the protection of the rights of children in Tegal regency has been fulfilled. For barriers of acceleration cities eligible children in Tegal regency was the lack of special attention on education in each of the indicators and the lack of coordination between SKPD made there are still about 45% of the indicators have not been fulfilled, because much of the data has not been entered into BPPKB and deemed not met given the importance of assessment data the. City Proper Child acceleration strategies (KLA) in Tegal regency itself was an increase koordiasi between SKPD in planning the fulfillment of children's rights, each SKPD who have responsibilities per the indicators give special attention to compliance and

4

Page 4: Manuskrip skripsi percepatan Kota Layak Anak

report any obstacles in order to get the fastest solving solutions in coordination meetings.There is also the conclusion of the problem and the discussion in this study that the 31 indicators City for Children Tegal although there are still 45% of the data have not been met, but in reality the protection of the rights of children are met in view of already their District Regulation Tegal No. 5 of 2016 on the Implementation of the Protection of Children and lack of violence, abuse and exploitation. So that the views of the issues in order to accelerate the City Proper Child was increased coordination between SKPD who has responsibility per indicators to give special attention to fulfillment.

A. PENDAHULUAN

Indonesia adalah negara hukum yang menjunjung tinggi dan mengakui Hak Asasi Manusia (HAM). Jaminan akan penegakan HAM di Indonesia telah diatur dalam Bab XA Undang-Undang Dasar 1945. Tindak lanjut dari amanat Undang-Undang Dasar 1945 tentang Penegakan HAM adalah dengan dibentuknya Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia. Dalam Pasal 1 Undang-Undang 39/1999, HAM didefinisikan sebagai perangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum dan pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.

Setiap anggota masyarakat mempunyai hak dan kewajiban yang sama dan turut serta dalam pembangunan. Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menghormati dan menjunjung tinggi harkat martabat manusia, termasuk hak asasi manusia segenap warga negaranya. Anak merupakan generasi penerus dan potensi bangsa, untuk itu perlu dilindungi dan dipenuhi hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh dan berkembang dalam suatu lingkungan yang layak.Kabupaten/Kota Layak Anak (KLA) adalah sistem pembangunan kabupaten/kota yang mengintegrasikan komitmen dan sumberdaya pemerintah, masyarakat dan dunia usaha yang terencana secara menyeluruh dan berkelanjutan dalam kebijakan, program dan kegiatan perlindungan anak. Anak merupakan potensi yang sangat penting, generasi penerus masa depan bangsa, penentu kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang akan menjadi pilar utama pembangunan nasional, sehingga perlu ditingkatkan kualitasnya dan mendapatkan perlindungan secara sungguh-sungguh dari semua elemen masyarakat.1 Salah satu penyebab dari berbagai masalah sosial antara lain adalah belum adanya kebijakan pemerintah mengenai kabupaten/ kota layak anak (KLA) yang mengintegrasikan sumberdaya pembangunan untuk memenuhi hak anak. Lahirnya kebijakan KLA diharapkan dapat menciptakan keluarga yang saying anak, rukun tetangga, dan rukun warga atau lingkungan yang peduli anak, kelurahan dan desa layak anak dan kecamatan atau kabupaten/kota yang layak anak bagi anak sebagi prasayarat untuk memastikan bahwa anak-anak tumbuh dan

1Deputi Bidang Perlindungan Anak, 2014: 1

5

Page 5: Manuskrip skripsi percepatan Kota Layak Anak

berkembang dengan baik, terlindungi haknya dan terpenuhi kebutuhan fisik dan psikologinya.2 Pemerintah dan para pemangku kepentingan di bidang anak dapat menemukan kebutuhan atau aspirasi mereka untuk mempercepat implementasi Konvensi Hak Anak dan komitmen negara lainnya di bidang anak. KLA adalah kota yang menjamin hak setiap anak sebagai warga kota, berarti anak:

a. Keputusannya mempengaruhi kotanya b. Dapat mengekspresikan pendapatnya mengenai kota yang mereka

inginkan; c. Dapat berperan serta dalam kehidupan keluarga, komuniti, dan sosial; d. Dapat mengakses pelayanan dasar seperti kesehatan dan pendidikan; e. Dapat mengakses air minum segar dan tinggal di lingkungan dengan

sanitasi yang baik; f. Terlindungi dari eksploitasi, kekerasan dan penelantaran; g. Merasa aman berjalan di jalan; h. Dapat bertemu dan bermain dengan temannya; i. Hidup di lingkungan yang bebas polusi; j. Berperan serta dalam kegiatan budaya dan sosial; dan k. Secara seimbang dapat mengakses setiap pelayanan, tanpa

Inisiatif KLA ini telah diadaptasi oleh Kementerian Negara PemberdayaanPerempuan Republik Indonesia. Tahun 2006 konsep KLA diujicobakan di 5 kabupaten/kota, yaitu Kota Jambi di Provinsi Jambi, Kota Surakarta (Solo) di Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Sidoarjo di Provinsi Jawa Timur, Kabupaten Kutai Kartanegara di Provinsi Kalimantan Timur, dan terakhir Kabupaten Gorontalo di Provinsi Gorontalo.3 Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Nomor 12 tahun 2011 tentang Indikator Kabupaten/Kota Layak Anak telah dengan rinci mengamanatkan bahwa kabupaten/kota layak anak adalah kabupaten/kota yang mempunyai sistem pembangunan berbasis hak anak melalui pengintegrasian komitmen dan sumberdaya pemerintah, masyarakat dan dunia usaha yang terencana secara menyeluruh dan berkelanjutan dalam kebijakan, program dan kegiatan untuk menjamin terpenuhinya hak anak. Kabupaten Tegal adalah salah satu Kabupaten yang saat ini sedang menginisiasi KLA, hal ini terbukti dengan komitmen Bupati dan Wakil Bupati untuk mewujudkan Kabupaten Tegal sebagai Kabupaten Layak Anak. Komitmen ini diwujudkan dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Tegal Tahun 2014-2019. Dimana dalam RPJMD Kabupaten Tegal, komitmen tersebut telah dituangkan dalam program prioritas yang ke 11 mengenai Program Keserasian Kebijakan Perlindungan Anak dan Perempuan. Pada tahun 2015 Kabupaten Tegal merencanakan KLA Pratama, tahun 2016 merencanakan KLA Nindya, dan pada tahun 2017 harapannya Kabupaten Tegal sebagai Kabupaten Layak Anak dapat terwujud.4

“Hans Kelsen in his proposition, Stuffenbow, argued that legal norms are

2Deputi Bidang Perlindungan Anak, 2014: 3 3Laporan Pengembangan Model Kota Layak Anak Kabupaten Gorontalo: www.kla.or.id/ 4RPJMD Kabupaten Tegal, 2014: 127

6

Page 6: Manuskrip skripsi percepatan Kota Layak Anak

leveled and layered in a structure of hierarchyin which the lower norm is conducted, referred, and based on the higher norm until this regresus eventually stops in the highest norm (Grondnorm).” (Rodiyah, Tri Sulistiyono, Waspiah; 2014)5

Berikut adalah contoh 10 data evaluasi Kabupaten Tegal terkait dengan kabupaten/kota layak anak dalam hasil analisis gambaran umum kondisi daerah terhadap capaian kinerja penyelenggaraan urusan pemerintahan pada tahun 2009-2013 (RPJMD Kabupaten Tegal, 2014 : 144-161) adalah : 1. Angka partisipasi sekolah SD/MI untuk tahun 2009 (87,10), tahun 2010

(83,63), tahun 2011 (79,31), tahun 2012 (91,27), untuk tahun 2013 (109,80) telah mencapai target dari angka 105,00.

2. Presentase balita gizi baik untuk tahun 2009 (99,97), tahun 2010 (99,97), tahun 2011 (99,96), tahun 2012 (98,56), tahun 2013 (99,08) telah mencapai target.

3. Sudah memiliki Akta Kelahiran untuk tahun 2009 (217.804), tahun 2010 (268.651), tahun 2011 (303.551), tahun 2012 (316.869), tahun 2013 (331.449) belum mencapai target.

4. Perpustakan milik Pemerintah Daerah untuk tahun 2009 sampai denga tahun 2013 (1) telah mencapai target.

5. Perpustakan non Pemerintah Daerah (sekolah) untuk tahun 2009 (422), tahun 2010 (430), tahun 2011 (448), tahun 2012 (454), tahun 2013 (867) telah melebihi target.

Pemerintah Kabupaten Tegal untuk mewujudkan tercapainya program prioritas Kabupaten menjadi Kabupaten Layak Anak, perlu dukungan semua sektor pembangunan terutama dalam sektor khususnya sektor-sektor yang berkaitan dengan kesejahteraan sosial. Untuk melihat seberapa jauh progress pelaksanaan program prioritas Kabupaten Layak Anak di Kabupaten Tegal, maka diperlukan sebuah kajian dengan menggunakan kriteria dan indikator yang terukur,sehingga dapat diketahui apakah Kabupaten Tegal sudah dapat dikatakan sebagai Kabupaten Layak Anak atau belum. Selain itu akan ditemukan kendala dan strategi dalam pelasanaan percepatan Kota Layak Anak. Kajian ini akan menggunakan indikator yang telah diatur dalam Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Indikator Kabupaten/Kota Layak Anak. B. METODE PENELITIAN

Pendekatan penelitian Pendekatan penelitian kualitatif hukum dengan jenis penelitian yuridis sosiologis. Lokasi penelitian dalam penelitian ini adalah Kabupaten Tegal yaitu di BPPKB (Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana) Kabupaten Tegal, Dinas Kesehatan, FASA (Forum Anak Slawi Ayu), DPRD Kabupaten Tegal Komisi IV , dan Masyarakat Kabupaten

52014. The Accelerated Model Of The Right To Work Through The Harmonization Of Manpower Policies (A Case Study Of Outsourcing Manpower After The Constitutional Court Decision Number 27/PUU-IX/2011 about the review of law number 13 of 2003 cincerning substantive justice attainment). International Journal Of Business, Economics And Law, Vol 4, Issue 3 (June) 2014. ISSN 2289-1560

7

Page 7: Manuskrip skripsi percepatan Kota Layak Anak

Tegal. Analisis data secara deskriptif fokus penelitian yaitu penelitian untuk memberikan gambaran secara rinci, sistematis dan menyeluruh mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan “Percepatan kabupaten/kota layak anak di Kabupaten Tegal perspektif Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak No 12 Tahun 2011” yang dikaitkan dengan teori-teori hukum dan praktek pelaksanaannya yang menyangkut permasalahannya.Sumber data meliputi data primer dan sekunder yang diambil dengan menggunakan metode wawancara, Observasi dan studi kepustakaan. Teknik analisis data yang digunakan yaitu penelitian hukum sosiologis. Penelitian ini dilakukan dengan mengkaji bahan-bahan hukum sekaligus juga mengidentifikasikan berbagai peraturan yang berkaitan denganPercepatan Kota Layak Anak di Kabupaten Tegal. Analisis mengenai permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini, dilakukan dengan cara menganalisis permasalahan yang ada di lapangan yakni mengenai pengimplementasian Indikator Kota Layak Anakdi Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak No 12 Tahun 2011di Kabupaten Tegal dilihat dari Percepatannya, selanjutnya akan dikaji dengan dikaitkan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Setelah analisis data selesai, maka hasilnya akan disajikan secara deskriptif, yaitu dengan menuturkan dan menggambarkan apa adanya sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Dari hasil tersebut kemudian ditarik kesimpulan yang merupakan jawaban atas permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini.6

C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Kondisi Kabupaten Tegal Layak Anak

Kabupaten Tegal merupakan salah satu kabupaten di wilayah administratif Provinsi Jawa Tengah dengan ibu kota kabupaten berada di kota Slawi, yang terletak di pesisir Utara bagian Barat dan sebagian wilayahnya berbatasan dengan Laut Jawa atau dikenal dengan pantai Utara (Pantura). Kecamatan-kecamatan yang wilayahnya berbatasan langsung dengan Laut Jawa adalah Kecamatan Suradadi, Kecamatan Kramat dan Kecamatan Warureja. Kabupaten Tegal secara administratif terdiri dari 18 kecamatan yang terdiri dari 281 desa dan 6 kelurahan.Secara geografis Kabupaten Tegal terletak pada posisi antara 108°57’06" BT - 109°21’30" BT dan 6°50’41" LS - 7°15’03" LS, dengan luas wilayah 87.879 ha atau 878,79 km2. Adapun batas wilayah Kabupaten Tegal adalah sebagai berikut:

a. Sebelah Utara : Laut Jawa dan Kota Tegal b. Sebelah Selatan : Kabupaten Brebes dan Kabupaten

Banyumas c. Sebelah Barat : Kabupaten Brebes dan Kota Tegal d. Sebelah Timur : Kabupaten Pemalang Penduduk di Kabupaten Tegal didominasi oleh penduduk usia produktif yaitu

15-64 tahun. Hal ini merupakan bonus demografi, dimana tenaga kerja tersedia secara melimpah. Bahkan, banyak masyarakat Kabupaten Tegal yang merantau di daerah lain untuk bekerja. Bonus ini harus dapat dimanfaatkan secara optimal,

6Ashshofa,Metode Penelitian Hukum,(Jakarta : Rineka Cipta, 2004) hal 20-21

8

Page 8: Manuskrip skripsi percepatan Kota Layak Anak

karena jika tidak dapat dimanfaatkan justru akan menjadi beban. Penduduk usia produktif yang melimpah akan menyediakan jumlah tenaga kerja potensial yang relatif murah, tetapi pemanfaatan yang kurang baik justru akan menambah jumlah pengangguran. Saat ini penduduk usia muda nonproduktif (0-14 tahun) berkembang dengan sangat pesat. Hal ini juga harus menjadi perhatian, karena akan meningkatkan kebutuhan pangan dan pelayanan sarana dan prasarana. Penyuluhan mengenai pentingnya keluarga menjadi satu hal yang harus lebih digalakkan agar ketahanan pangan tetap terjaga dan pelayanan sarana dan prasarana tetap dapat berjalan dengan optimal, sebagaimana Gambar berikut ini.

Gambar Jumlah Penduduk Kabupaten Tegal berdasarkan usia / umur Tahun 2013 Sumber: Kabupaten Tegal dalam Angka, 2013 Penduduk berdasarkan usia di Kabupaten Tegal dapat dilihat dalam Tabel di bawah ini :

Tabel Penduduk Berdasarkan Usia

Tahun 2009-2013 Usia 2009 2010 2011 2012 2013 0 – 4 109.326 107.334 130.171 131.422 124.326 5 – 9 140.565 137.941 134.987 129.357 121.823

10 - 14 162.021 159.048 144.044 140.840 120.519 15 - 19 119.001 116.781 120.389 126.507 116.217 20 - 24 102.209 100.316 101.694 105.095 94.062 25 - 29 103.018 101.162 118.577 111.576 125.951 30 - 34 105.844 103.952 114.949 116.328 126.979 35 - 39 114.804 112.733 105.825 107.048 117.498 40 - 44 95.774 94.025 95.426 95.390 109.572 45 - 49 90.877 89.252 82.874 86.599 98.700 50 - 54 85.889 84.317 72.591 77.174 90.017

80 60 40 20 0 20 40 60 80

0 - 45 - 9

10 - 1415 - 1920 - 2425 - 2930 - 3435 - 3940 - 4445 - 4950 - 5455 - 5960 - 6465 - 6970 - 74

75 +

Laki-laki Perempuan

9

Page 9: Manuskrip skripsi percepatan Kota Layak Anak

Usia 2009 2010 2011 2012 2013 55 - 59 62.580 61.423 55.478 61.682 61.715 60 - 64 51.990 51.031 41.172 45.883 38.257

65 + 76.862 75.524 82.079 86.100 73.775 Jumlah 1.420.760 1.394.839 1.400.256 1.421.001 1.415.009

Sumber : BPS Kabupaten Tegal, 2013 2. Percepatan Kota Layak Anak di Kabupaten Tegal

Penelitian terkait percepatan kota layak anak (KLA) di Kabupaten Tegal, peneliti mengadakan penelitian di Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB), Forum Anak di Kabupaten Tegal yaitu Forum Anak Slawi Ayu, DPRD Kabupaten Tegal Komisi IV, Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal dan Masyarakat. Penelitian dilakukan di empat tempat guna mendapatkan hasil penelitian yang akurat. Sehingga peneliti dapat membandingkan hasil yang diperoleh.

Akta Kelahiran adalah salah satu indicator Kota Layak Anak. Data kepemilikan Akta Kelahiran di Kabupaten Tegal tahun 2015 belum terkumpul. Bapak Kristiyanto selaku Kassubid Kesejahteraan Anak (BPPKB) dalam wawancara, menuturkan bahwa :

“Pengumpulan data mengenai anak untuk mendukung percepatan program pemerintah mengenai kota layak anak itu sulit mba, BPPKB hanya yang mengkolektifkan sedangkan yang mengumpulkan adalah SKPD terkait. Contohnya Disdukcapil dalam pencatatan akta kelahiran. Pemberian Akta Kelahiran gratis sudah diberikan sejak tahun 2010 yang sudah diatur melalui Perda Kabupaten Tegal No. 3 tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan. Untuk Standard Operational Procedure(SOP) yang tersedia bagi masyarakat untuk pencatatan kelahiran sudah ada. Sedangkan keterlibatan Forum Anak dalam percepatan kepemilikan akte di daerah masih baru dalam rencana program kerja Forum Anak. ” (Kutipan Wawancara, tertanggal 11 Maret 2015 Pukul 10.15 WIB)

Bebas bea disini adalah mulai dari saat pelaporan hingga diberikannya Kutipan Akta Kelahiran. Tidak diperkenankan pembayaran sekecil apapun mulai dari pengambilan formulir, pengisian, pencatatan dalam buku register hingga diberikannya Kutipan Akta Kelahiran tersebut ke tangan yang berhak. Yang dimaksud dengan komponen biaya adalah termasuk administrasi, biaya cetak, administrasi, biaya cetak, retribusi, materai, denda, pungutan ataupun biaya lain yang dimintakan kepada pelapor / penerima Akta. Jumlah anak usia 0-<18 tahun yang dimaksud adalah jumlah seluruh anak yang baru lahir hingga anak yang berusia 18 tahun, termasuk anak yang berkebutuhan khusus (ABK) dan anak dari kelompok rentan administrasi kependudukan lainnya. Untuk memastikan data yang diperoleh akurat dan menggunakan patokan yang sama, maka penentuan usia anak untuk tahun berjalan akan menggunakan data per tanggal 1 Januari pada tahun berjalan. Dengan demikian, anak yang sudah lewat usia 18 tahun pada tanggal 1 Januari tahun berjalan sudah tidak dimasukkan lagi dalam data jumlah anak. Apabila daerah memiliki tanggal pendataan yang lebih baru (up to date) pada tahun berjalan, diharapkan untuk mencantumkan tanggal dilakukannya

10

Page 10: Manuskrip skripsi percepatan Kota Layak Anak

pendataan pada tahun berjalan tersebut. Jumlah anak yang tercatat dan memiliki Akta adalah jumlah dari seluruh anak umur 0-18 tahun per tanggal 1 Januari tahun berjalan yang sudah dicatatkan dalam buku register akta yang resmi dan sekaligus sudah diberikan Kutipan Akta Kelahirannya. Anak yang baru dicatatkan namun belum dibuatkan Akte Kelahirannya, atau yang sudah dibuatkan Kutipan Akta Kelahiran namun belum dimasukkan ke dalam buku register, keduanya tidak boleh dimasukkan dalam data. Pastikan bahwa ABK dan anak dari kelompok rentan administrasi kependudukan lainnya juga tercakup dalam data.7

Upaya nyata yang dilakukan pemerintah daerah Kabupaten Tegal dalam percepatan kepemilikan akte di daerah adalah sebagai berikut :

1. Melakukan kerjasama dengan profesi kebidanan (IBI Kabupaten Tegal) dalam memberikan pelayanan pembuatan akta kelahiran.

2. Pendekatan dan pelayanan kolektif yang dilakukan oleh aparat / pamong desa dalam pelayanan pembuatan akta kelahiran.

3. Bhakti sosial oleh kelompok masyarakat (SLKT) dalam pelayanan pembuatan akta kelahiran.

4. Sosialiasi oleh PKK melalui pertemuan ditingkat desa dan dusun pentingnya akta kelahiran.

Fasilitas informasi layak anak yang dapat diakses oleh semua anak, dan jumlah fasilitas meningkat setiap tahun yang merupakan indikator kota layak anak nomer 9 di Kabupaten Tegal adalah sebagai berikut :

1. Jumlah perpustakaan daerah di Kabupaten Tegal ada 1 yang beralamat di Jl. Jendral Ahmad Yani No. 51 Procot, Slawi Kabupaten Tegal.

2. Jumlah perpustakaan keliling ada 1 milik perpustakaan daerah Kabupaten Tegal.

3. Jumlah Perpustakaan di sekolah adalah hampir semua mempunyai perpustakaan sekolah dari mulai tingkat SD, SMP dan SMA.

4. Jumlah taman baca di Kabupaten Tegal ada 9 di 7 kecamatan. 5. Media penyiaran milik pemerintah ada 1 di Radio Slawi Ayu FM. 6. Lembaga Penyiaran Publik Lokal (LPPL) Kabupaten Tegal di Radio Slawi

Ayu FM. 7. Media Cetak di Kabupaten Tegal ada Media Suara Pertiwi yang terbit 6

kali per tahun. 8. Internet / Hotspot disediakan di Alun-alun Slawi dan Mobil internet

keliling di setiap kecamatan. 9. Fasilitas penanggulangan bencana pada daerah rawan bencana telah di

bentuk sekolah tanggap bencana. Fasilitas informasi layak anak tersebut diatas untuk jarak tempuhnya mudah

dijangkau, bebas biaya, mudah diakses oleh semua anak (termasuk ABK, Anak Jalanan, anak dri keluarga miskin, anak putus sekolah, dll), dan lokasi yang sudah mendengarkan / meperhatikan pandangan anak.

Pasal 28 Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 menyebutkan dalam Pasal 28B ayat 2 :Setiap anak berhak atas kelangsungan

7Lampiran Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak No 12 Tahun 2011, 2011: 17

11

Page 11: Manuskrip skripsi percepatan Kota Layak Anak

hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Di Kabupaten Tegal fasilitas diatas sudah memenuhi kriteria layak anak, yaitu bebas pelanggaran hak anak/bahan berbahaya misalnya : kekerasan, diskriminasi, rasialisme, ancaman, kevulgaran, kecabulan, , atau ekspose data / diri pribadi anak. Bahan informasi yang disediakan sudah diperiksa dan ada pemantauan rutin oleh Lembaga Penyiaran Publik Lokal (LPPL) yang adalah lembaga setempat yang mempunyai kewenangan dalam melakukan pengawasan terhadap materi informasi layak anak diatas.

Tempat ibadah yang menyediakan fasilitas informasi layak anak, baru ada di wilayah Kecamatan Slawi. Untuk keterlibatan forum anak dalam pencegahan akses informasi yang tidak layak anak dalam bentuk khusus belum ada menurut Bapak Kritiyanto selaku Kassubid Kesejahteraan Anak di BPPKB Kabupaten Tegal, biasanya bila dalam pertemuan forum anak mereka akan menyampaikan apa yang mereka lihat yang ada di sekitar. Kendala yang menghalangi terpenuhinya akses bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) atau anak-anak dari kelompok rentan lainnya (misalnya dari kelompok miskin, minoritas, korban berencana, terasing dan sebagainya) baik dalam bentuk fasilitas gedung/sarana/prasarana maupun juga dari sisi materi/ tulisan/ bahasa.

Presentase forum anak, termasuk kelompok anak, yang ada di Kabupaten/Kota, kecamatan dan Desa / Kelurahan yang merupakan indikator Kota Layak Anak (KLA) nomer 10, di Kabupaten Tegal sudah di bentuk Forum Anak dengan nama Forum Anak Slawi Ayu (FASA). Forum Anak tersebut di bentuk pada tahun 2014 melalui Keputusan Bupati No 467 Tahun 2014 tentang Pembentukan Forum Anak Kabupaten. Proses pembentukan Forum Anak dilaksanakan atas tuntutan dan pemenuhan hak-hak anak dengan inisiatif bersama antara Gugus Tugas KLA dan anak-anak, pada dasarnya dengan pembentukan forum anak, mereka merasa diperhatikan dan dipenuhi hak-hak anak.

Ibu Khusnul Khotimah selaku Kassubid Perlindungan Anak dan PKHA di BPPKB Kabupaten Tegal yang juga merupakan Pembina Forum Anak Slawi Ayu dalam wawancara bersamanya mengenai proses pembentukan forum anak, menuturkan :

“Dalam pembentukan BPPKB memfasilitasi pembentukan kota layak anak yang melalui proses vooting suara terbanyak dengan mengundang beberapa siswa sekolah dan organisasi anak/ kelompok anak. Pembentukan Forum anak ini atas inisiatif BPPKB” (kutipan wawancara, tertanggal 10 Maret 2016 Pukul 11.00 WIB).

Presentase usia perkawinan pertama dibawah umur 18 tahun. Di Kabupaten Tegal anak laki-laki dibawah usia 18 tahun, yang menikah pada tahun 2013 terdapat 31 (tiga puluh satu) orang, dan tahun 2014 menurun menjadi 17 (tujuh belas) orang. Sedangkan anak perempuan yang menikah dibawah usia 18 tahun, pada tahun 2013 terdapat 22 (dua puluh dua) orang dan tahun 2014 menurun menjadi 17 (tujuh belas) orang. Sumber data ini di peroleh dari BPPKB Kabupaten Tegal. Penyebab terjadinya pernikahan usia anak adalah kebanyakan dari masalah sosial budaya dan minimnya pengetahuan orang tua. Untuk meminimalisir angka pernikahan anak usia dibawah 18 tahun salah satu program/ kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah daerah adalah Sosisalisasi Kesehatan

12

Page 12: Manuskrip skripsi percepatan Kota Layak Anak

Reproduksi Remaja di sekolah dan di desa. Banyak instansi/SKPD , lembaga masyarakat, dan dunia usaha yang terlibat dalam upaya menurunkan angka pernikahan usia anak seperti Dinas Kesehatan, Dikpora, BPPKB, TP PKK, dan Kementrian Agama/KUA. Untuk sasaran dari kegiatan tersebut adalah anak, orang tua, dan kelompok masyarakat. Keterlibatan forum anak untuk kegiatan meminimalisir angka perkawinan usia di bawah 18 tahun belum ada, hanya saja masih seperti memberikan penyuluhan kepada sesama teman-temanya mengenai kesehatan reproduksi. Bapak Kristiyanto selaku kasubid bidang kesejahteraan anak di BPPKB Kabupaten Tegal, dalam wawancaranya mengenai perkawinan usia dini, berikut yang dituturkannya:

“Masalah perkawinan usia dini biasanya adalah faktor lingkungan, kebanyakan dari desa yang lingkungannya minim pendidikan dan nikah muda. Selain faktor itu ada faktor lain yaitu kecelakaan karena kurangnya pengetahuan mengenai reproduksi. Maka dari itu sosialisasi mengenai reproduksi di sekolah dan kelompok masyarakat sedang digiatkan guna mengurangi angka pernikahan dini”. (kutipan wawancara pada hari Kamis tanggal 11 Maret 2016 di BPPKB Kabupaten Tegal)

Data yang didapatkan di BPPKB, angka perkawinan pertama anak usia dibawah 18 tahun yang setiap tahun semakin menurun sudah memenuhi ukuran indikator kota layak anak no 11 (sebelas) klaster II. Indonesia telah meratifikasi KHA melalui keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990 tertanggal 25 Agustus 1990, yang didalam nya berisi mengenai definisi anak (pasa l) yaitu setiap manusia yang berumur kurang dari delapan belas tahun kecuali jika legislasi yang berlaku menentukan bahwa kedewasaan dicapai lebih awal. Batas umur legal yang membedakan antara anak dan orang dewasa ini sangat krusial terutama bagi upaya perlindungan anak.8 Dilihat dari bidang hukum perdata, banyak instrumen hukum yang mengatur masalah anak. Instrumen hukum tersebut mengatur usia anak yang berbeda satu sama lain, misalnya Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Buku I dalam Pasal 330 mengatur bahwa orang belum dewasa adalah mereka yang belum berumur 21 tahun atau mereka yang belum berumur 21 tahun, tetapi telah menikah. Kemudian, dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak disebutkan :

“ Anak adalah mereka yang berusia dibawah 18 tahun termasuk yang masih dalam kandungan.”

Undang-Undang Perkawinan Pasal 6 dan Pasal 7 bahkan ditentukan batas usia yang berbeda antara persyaratan menikah dan mereka yang dianggap belum dewasa untuk mendapatkan persetujuan orang tua. Undang-Undang Perkawinan menetukan syarat usia 16 tahun bagi perempuan yang akan menikah. Ketentuan ini jika ditinjau dari Undang-Undang Perlindungan Anak, jelas sangat bertentangan dengan prinsip-prinsip hak anak untuk anak tumbuh dan berkembang. Rekomendasi agar dilakukan keseragaman atas berbagai peraturan tentang perbedaan menetapkan usia anak dibidang hukum perdata sangat diharuskan karena berbagai perbedaan tersebut akan menyebabkan kebingungan

8Rika Saraswati,SH., CN., M.Hum. , 2015:17

13

Page 13: Manuskrip skripsi percepatan Kota Layak Anak

pada masyarakat dan menimbulkan ketidakpastian hukum yang akhirnya akan berpengaruh dalam upaya memberikan perlindungan hukum kepada anak.

Percepatan Kota Layak Anak di Kabupaten Tegal menurut masyarakat yang peneliti wawancarai, banyak masyarakat yang belum tahu dengan adanya program ini. Pada umumnya, masyarakat hanya mengerti tentang Sekolah didanai BOS, Imunisasi, dan fasilitas-fasilitas lain yang sudah umum untuk anak sedangkan mengenai fasilitas dari pemerintah Program Kota Layak Anak sendiri masyarakat belum banyak tahu. Masyarakat juga banyak yang belum mengerti apa itu KLA karena menurut mereka tidak adanya informasi mengenai KLA itu sendiri. Dalam wawancara pada salah satu pedagang di Pasar Bawang, Bapak Marto (56 tahun) mengenai Percepatan KLA di Kabupaten Tegal :

“Kaya nyong tah ora ngarti nok apa kue Kota Layak Anak, sing nyong ngarti anake nyong sekolah SD gratis, wingi ya nggawe akte kelahiran gratis, saluihe ora paham apamaning program-programe. Mbuh! ( Seperti saya ini tidak mengerti nak apa itu Kota Layak Anak, yang saya tahu anak saya sekolah SD gratis, kemarin saya membuat aktekelahiran anak saya juga gratis, selebihnya saya tidak paham dengan program-program pemerintah).” (Adiwerna, 15 September 2016)

Peneliti juga mewawancarai pada salah satu masyarakat yang berprofesi guru di Desa Jatilaba Kecamatan Pangkah, Ibu Hunaini, S.Pd (51 tahun) mengenai Percepatan KLA di Kabupaten Tegal :

“Saya baru tahu tentang Kota Layak Anak sendiri dari mbaknya, untuk programnya memang benar di Kabupaten Tegal akan di indahkannya program mengenai Sekolah Ramah Anak (SRA) namun sampai saat ini di sekolahan yang saya mengajar belum di realisasikan. Mungkin masih belum turunnya dana anggaran. Mengenai fasilitas-fasilitas lain saya kurang tau mbak.” (Jatilaba, 16 September 2016)

Dilihat dari wawancara yang dilakukan peneliti didapatkan bahwa masyarakat pada umumnya masih belum banyak mengerti tentang program pemerintah mengenai Kota Layak Anak di Kabupaten Tegal. Dengan fasilitas yang sudah disediakan pemerintah untuk anak, faktor belum dimanfaatkannya oleh anak adalah salah satunya kurangnya informasi para orangtua.

3. Kendala Pemerintah Daerah Mengenai Percepatan Kota Layak Anak di

Kabupaten Tegal Setiap kebijakan pasti menghadapi kendala dalam hal penerapannya. Pada

bagian ini, peneliti akan mendeskripsikan kendala-kendala. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, pemerintah Kabupaten Tegal, memiliki kendala dalam hal melakasanakan tanggung jawabnya terkait implementasi Kota Layak Anak. Kendala itu muncul baik dalam hal upaya pemerintah Kabupaten Tegal untuk memenuhi hak anak. Setiap anak dijamin haknya untuk beristrahat dan memanfaatkan waktu luang, bermain, berkreasi sesuai dengan minat, bakat, dan tingkat kecerdasan demi pengembangan diri. Negara memberikan ruang yang tak terbatas kepada anak untuk berkreasi dan mengembangkan imajinasi dalam membentuk diri. Hal ini merupakan wujud kepedulian Negara dan masyarakat dewasa terhadap perlunya pengembangan diri anak dalam mewujudkan generasi

14

Page 14: Manuskrip skripsi percepatan Kota Layak Anak

penerus yang mampu tumbuh dan berkembang sesuai potensi yang dimiliki. Bahkan anak Indonesia dijamin haknya untuk memperoleh sarana bermain yang aman dan sehat. Dengan aturan tentang perlindungan anak, ada sejumlah kepala daerah yang berkeinginan menjadikan daerahnya sebagai Kota Layak Anak (KLA) begitupun Kabupaten Tegal. Sebagaimana dikemukakan oleh Bapak Kristiyanto, selaku Kassubid Kesejahteraan Anak, BPPKB Kabupaten Tegal, Beliau menjelaskan bahwa kurang terpenuhinya hak anak, yang dalam hal ini adalah terkait permasalahan data yaitu tidak adanya data tentang perlindungan anak yang up to date, penyajian data dari dinas terkait masih berbeda-beda, data mengenai anak menyebar di berbagai instansi dan belum ada koordinasi untuk menjadi data spesifik dan menyeluruh, data di BPS tidak menggambarkan pemilahan terkait dengan usia anak untuk kebutuhan masing-masing dinas. Kendala terkait dengan organisasi/kelembagaan yaitu mengenai anggota yang hadir selalu bergantian yang membuat semakin lambat untuk mencapai fokus dan tujuan, anggota yang hadir selalu bergantian (orangnya tidak tetap), anggota yang hadir tidak memiliki kewenangan untuk mengambil kebijakan (yang hadir staff), dan banyak pejabat yang kurang peduli terhadap hak anak. Sedangkan terkait program pemenuhan hak anak kendalanya adalah mengenai anggaran untuk program perlindungan anak sangat sedikit sekali, masih kurangnya pemahaman masyarakat terhadap perlindungan anak sedikit sekali, masih kurangnya pemahaman masyarakat terhadap perlindungan anak, persoalan belum dianggap penting dan masih dianggap menjadi tanggung jawab keluarga, dan belum adanya komitmen antara pejabat tentang perlindungan anak.

Dewi Kartika Ratri dalam jurnalnya mengenai Implementasi Peraturan Walikota Nomor 36 Tahun 2013 tentang Kebijakan Kota Layak Anak yaitu “Selama proses implementasi yang singkat tersebut tidak begitu saja berjalan dengan mulus terdapat masalah-masalah di antaranya masalah komunikasi baik antar pelaksana kebijakan maupun pelaksana kebijakan dengan masyarakat, kemudian masalah disposisi pelaksana kebijakan yang masih rendah, masih kurangnya keahlian dari sumber daya manusia pelaksana kebijakan serta masalah anggaran. Kebijakan Kota Layak Anak merupakan tanggung jawab bersama bukan hasil kerja satu instansi saja sehingga perlu sinergitas antara satuan kerja pemerintah daerah (SKPD) dengan SKPD lainnya di antaranya yaitu Bappeda, Dinas Kesehatan, Dinas Catatan Sipil, Badan Pemberdayaan Perempuan dan Anak, Dinas Pendidikan, Kepolisian serta elemen-lemen lain. Terdapat 31 indikator yang harus dipenuhi oleh Pemerintah Kota Probolinggo untuk memperoleh predikat Kota Layak Anak. 31 indikator tersebut diklasifikasikan dalam lima kluster di antaranya yaitu kluster hak sipil dan kebebasan, kluster lingkungan keluarga dan perawatan alternatif, kluster kesehatan dasar dan kesejahteraan, kluster pendidikan, pemanfaatan waktu luang dan kegiatan budaya dan kluster upaya-upaya perlindungan khusus”. Selain itu menurut Ibu Khusnul Khotimah, selaku Kassubid Perlindungan Anak dan PKHA BPPKB Kabupaten Tegal dan selaku Penanggungjawab Forum Anak Slawi Ayu, Beliau menjelaskan bahwa dalam percepatan Kabupaten Layak Anak (KLA) di Kabupaten Tegal kendalanya adalah kurangnya anggaran dana guna program dalam Forum Anak Slawi, kegiatan sekolah dan forum anak sering bertumbukan untuk dikumpulkan

15

Page 15: Manuskrip skripsi percepatan Kota Layak Anak

dalam pertemuan/ rapat forum. Seperti dalam Teori Implementasi Kebijakan Publik Edward III adalah Van Meter dan Van Horn dalam Winarno menyatakan implementasi kebijakan publik sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu-individu atau kelompok pemerintah maupun swasta yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan-keputusan kebijakan sebelumnya. Dimana berarti bahwa proses implementasi tidak akan terlaksana sebelum undang-undang atau peraturan ditetapkan serta dana disediakan guna membiayai proses implementasi kebijakan tersebut. Disisi lain implementasi kebijakan dianggap sebagai fenomena yang kompleks yang mungkin dapat dipahami sebagai proses, output maupun sebagai hasil. Karena dana anggaran merupakan modal dari keterlaksananya program.

Bapak Slamet Sukamto, S.Gz selaku Kassi Kesehatan Anak dan Remaja di Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal, menuturkan bahwa untuk percepatan Kabupaten Layak Anak di Kabupaten Tegal kendalanya dalam bidang kesehatan adalah kurangnya anggaran kegiatan dan koordinasi dengan lintas sektor, dan kurang nya SDM. Seperti dalam jurnalnya Dewi Kartika Ratri ,Perintah implementasi mungkin akan diteruskan secara jelas dan konsisten namun jika pelaksana kebijakan kekurangan sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan kebijakan maka implementasipun cenderung kurang efektif. Sumber daya manusia, SDM merupakan variabel penting yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan kebijakan. Menurut Edward III, sumber daya manusia (Staf) harus cukup dan cakap. Artinya bahwa SDM harus memadai secara jumlah atau cukup serta terampil dan ahli atau cakap. Sumber daya anggaran, Sumber daya lain yang juga cukup berpengaruh terhadap pelaksanaan kebijakan yaitu sumber daya anggaran. Terbatasnya anggaran akan menghambat pelaksanaan program, terbatasnya anggaran yang tersedia juga akan memengaruhi kualitas pelayan yang diberikan kepada masyarakat. Sumber daya fasilitas, fasilitas merupakan salah satu penunjang keberhasilan implementasi kebijakan. Sumber daya peralatan seperti gedung, tanah dan sarana semuanya akan memudahkan dalam memberikan pelayanan dalam implementasi kebijakan. Terbatasnya fasilitas tidak mendorong motivasi pelaku kebijakan dalam melaksanakan tugasnya. Sumber Daya Informasi dan Kewenangan, menurut Edward dalam Winarno, ada dua bentuk informasi yang pertama informasi mengenai bagaimana melaksanakan suatu kebijakan seperti petunjuk pelaksanaan kebijakan, tahapan, proses atau sejenisnya. Tujuannya agar pelaksanaan kebijakan menjadi lebih jelas. Bentuk kedua yaitu informasi berupa data tentang ketaatan personil-personil lain terhadap peraturan pemerintah. Kewenangan adalah sumber daya berikutnya yang ikut memengaruhi keberhasilan implementasi kebijakan. Edward III dalam Widodo menegaskan bahwa “kewenangan yang cukup untuk membuat keputusan sendiri yang dimiliki oleh suatu lembaga akan memengaruhi lembaga itu dalam melaksanakan suatu kebijakan”. Ketika institusi dihadapkan pada masalah yang memerlukan penanganan yang cepat maka kewenangan menjadi hal yang sangat dibutuhkan.9 Sedangkan menurut Bapak Agus Salim selaku Ketua Komisi IV DPRD Kabupaten Tegal, menjelaskan bahwa beberapa

9Jurnal Ilmu Pemerintahan UB, 10 September 2014

16

Page 16: Manuskrip skripsi percepatan Kota Layak Anak

indikator sudah jalan seperti pembuatan organisasi tingkat kabupaten dan kecamatan, pembuatan perda. Tinggal indikator yang sifatnya teknis yang belum dapat direalisasikan, seperti contoh sekolah ramah anak. Selain itu, kendala lainnya menurut bapak agus adalah karena terkait dengan beberapa SKPD sementara selevel sama-sama eselon 2 yang menjadikan kurangnya koordinasi.

Kendala dari percepatan kota layak anak di Kabupaten Tegal adalah kurangnya perhatian khusus oleh SKPD di setiap indikator yang menjadikan masih ada sekitar 45 % indikator belum terpenuhi contohnya dari semua sekolah di Kabupaten Tegal belum sesuai sekolah ramah anak dan klaster V hampir semua data belum masuk dan dianggap tidak terpenuhi , selain itu koordinasi antara SKPD masih perlu ditingkatkan karena dalam contoh pengumpulan data saja banyak SKPD yang masih belum dikumpulkan datanya, karena pengumpulan data atau pengkolektifan data di BPPKB sangat penting guna penilaian pencapaian Kota Layak Anak di Kabupaten Tegal sendiri. Masyarakat masih acuh terhadap program pemerintah karena minimnya informasi dan perlunya sosialisasi di setiap RT dan selain itu menurut peneliti kendandala yang paling mendasar adalah kurangnya koordinasi dalam perencanaan pemenuhan hak anak.

Kendala spesifik mengenai percepatan kota layak anak salah satu contoh terkait pendidikan adala penyelenggaraan pendidikan inklusif yaitu, kurang kesiapannya pemerintah. Baik kesiapan dari segi saranana dan prasarana, juga dari segi tenaga pengajar. Sekolah penyelenggara pendidikan inklusif, tidak ada kekhususan fasilitas bahwa SD tersebut sebagai sekolah penyelenggara inklusif. Selain itu dari pemerintah baru mengadakan sosialisasi terkait pendidikan inklusif. Sehingga ada keterlambatan pengetahuan terkait inklusif. Dan pengetahuan tenaga pengajar tentang teknik mengajar kepada siswa Penyandang Disabilitas masih kurang. Penyelenggaraan pendidikan inklusif memang tidak sesederhana menyelenggarakan sekolah umum. Kenyataan di lapangan dalam hal karakteristik anak berkebutuhan khusus yang diterima belum sesuai dengan kebijakan, seperti dalam hal penerimaan jenis kekhususan yang tidak dibatasi, tingkat kecerdasan yang masih dibawah rata-rata, belum ada penentuan batas jumlah siswa diterima, serta belum adanya syarat rekomendasi tertulis dari pihak sekolah, belum memiliki sarana dan prasarana khusus. Tenaga pengajar belum memiliki pemahaman, kemampuan, dan pengalaman yang memadai untuk membimbing anak berkebutuhan khusus dalam kegiatan belajarnya. Secara umum, ketersediaan tenaga pendidik masih belum sesuai dengan pedoman penyelenggaraan pendidikan inklusif, karena sebagian sekolah inklusif belum memperoleh dukungan guru pembimbing khusus maupun tenaga ahli.

4. Strategi Mengatasi Kendala Pelaksanaan Percepatan dari Pemerintah

Daerah Mengenai Kota Layak Anak di Kabupaten Tegal Setiap kebijakan mempunyai strategi guna mencapai tujuan ketercapaiannya, begitu pula dengan percepatan Kota Layak Anak di Kabupaten Tegal sendiri. Dilihat dari kendalanya dapat ditemukan strategi apa saja yang dihadapi dan dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Tegal dalam upaya percepatan Kota Layak Anak. Sebagaimana kendala yang dikemukakan oleh Bapak Kristiyanto, selaku Kassubid Kesejahteraan Anak, BPPKB Kabupaten Tegal,

17

Page 17: Manuskrip skripsi percepatan Kota Layak Anak

menurut peneliti strateginya adalah adalah terkait permasalahan data yaitu sinkronisasi dan koordinasi data dari dinas terkait untuk menjasi data spesifik dan menyeluruhguna penyajian data yang up to date tidak berbeda-beda antar instansi. BPS untuk memudahkan kendala mengenai data dibuatkannya pemilahan data terkait dengan usia anak untuk kebutuhan masing-masing dinas. Ibu Khusnul Khotimah, selaku Kassubid Perlindungan Anak dan PKHA BPPKB Kabupaten Tegal dan selaku Penanggungjawab Forum Anak Slawi Ayu, Beliau menjelaskan beberapa kendala dalam forum anak.. Sedangkan strategi percepatan nya menurut Ibu Khusnul adalah diikutkannya forum anak dalam pertemuan-pertemuan yang menyangkut hak anak, dan selalu dilibatkannya forum anak dalam rapat-rapat di SKPD yang mengenai anak. Menurut Bapak Slamet Sukamto, S.Gz selaku Kassi Kesehatan Anak dan Remaja di Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal, untuk percepatan Kabupaten Layak Anak di Kabupaten Tegal strategi dilihat dari kendalanya dalam bidang kesehatan adalah pemenuhan anggaran, peningkatan kualitas SDM pada tenaga kesehatan, peningkatan SDM, dan Sosialisasi-sosialisasi mengenai kesehatan-kesehatan di sekolah dan puskesmas se-Kabupaten Tegal. Sedangkan menurut Bapak Agus Salim selaku Ketua Komisi IV DPRD Kabupaten Tegal, menjelaskan untuk upayanya atau strateginya sendiri dari DPRD secara teknis sudah ada Perbub (dari Januari) dan pengawasan pada akhir desember 2016 (akhir tahun) tentang pelaksanaannya pada SKPD. Strategi percepatan Kabupaten Layak Anak dari DPRD sendiri adalah kunjungan daerah yang sudah KLA, pembuatan perda dan pengimplementasiannya, dan mendorong dari sisi penganggaran. Model percepatan hak untuk bekerja melalui harmonisasi kebijakan perlindungan anak dianalisis dengan menggunakan model IRR yaitu Integratif RIA (Analisa Dampak Regulasi) -RegMap (Regulatory Mapping). Formulasi ini yang didasarkan padatahap RIA dimulai dari pemetaan formulasi secara vertikal dan horizontal. Prasyarat penggunaan IRR adalah : Sebuah. IRR dapat dilaksanakan jika RegMAP secara efektif dilakukan oleh badan legislatif. Stakeholder merumuskan local Peraturan yang Dewan Perwakilan Daerah (Badan Legislatif, Komite Sensus, BPLD) dan berkualitas local pemerintah mendemonstrasikan kompetensi akademik, perilaku moral, karakter Pancasila, dan tanggung jawab untuk masyarakat.; Implementasi efektif IRR harus didukung oleh pengeluaran lokal yang cukup dan anggaran. ;Kesadaranmasyarakat dalam perumusan peraturan daerah dapat secara efektif ditingkatkan melalui sosial atau organisasi keagamaan di sana serta asosiasi profesi regional.10 Strategi guna percepatan Kota Layak Anak (KLA) di Kabupaten Tegal sendiri adalah peningkatan koordiasi antar SKPD dalam perencanaan pemenuhan hak anak, setiap SKPD yang mempunyai tanggungjawab per indikator memberikan perhatian khusus untuk pemenuhannya dan melaporkan setiap hambatannya agar didapatkan solusi pemecahan tercepat dalam rapat koordinasi. Untuk pemanfaatan fasilitas dari pemerintah seperti perpustakaan, taman cerdas,

10Rodiyah, 2014 ; South East Asia Journal of Contemporary Business, Economics and Law, Vol. 4, Issue 3 (June) ISSN 2289-1560

18

Page 18: Manuskrip skripsi percepatan Kota Layak Anak

rumah pintar, sanggar untuk menampung anak-anak kreatif, dan rumah singgah masih kurangnya informasi anak-anak mengenai keberadaannya dan harus digencarkan sosialisasi bila perlu setiap kecamatan harus ada. Jam belajar malam untuk para pelajar dari jam 18.00 sampai jam 20.00 dengan diberitahukannya kepada warga melalui surat edaran agar warga dapat mendukung program dan bersama untuk mengawasi para pelajar di lingkungan sekitarnya . Keluarga merupakan tumpuan dasar dalam masyarakat yang menjadi penentu keberhasilan dalam upaya terwujudnya komitmen Negara harus mendapat bantuan dan bimbingan secara teratur, terorganisasi, dan terjadwal. Melindungi, mendidik dan mengembangkan anak merupakan tanggung jawab utama yang terletak pada keluarga. Segenap lembaga pemerintah dan masyarakat layaknya harus banyak membantu keluarga-keluarga dalam mengambil sikap untuk hal ini. Strategi untuk kendala yang ditemukan dalam masyarakat yaitu sosialisasi rutin mengenai KLA dengan alat bantu seperti banner di setiap titik keramaian, lampu merah, kantor-kantor kelurahan samapi kecamatan, puskesmas dan tempat-tempat strategis lainnya. Selain itu sosialisasi presentasi juga bisa dilakukan di setiap perkumpulan warga atau khusus diadakannya acara sosialisasi KLA di setiap desa. Orang tua atau keluarga harus lebih peka terhadap hak anak nya, dan diharapkan lebih mawas informasi segala mengenai anak dan memenuhi hak-haknya.Sebagai pendamping selain guru di sekolah, harus lebih memperhatikan serta mengawasi kegiatan pemenuhan hak anak yang diberikan oleh pemerintah.sehingga apabila terdapat pelanggaran dalam praktek penyelenggaraan pendidikan untuk anak, orang tua bisa melapor. Kabupaten Tegal adalah salah satu Kabupaten yang saat ini sedang menginisiasi KLA, hal ini terbukti dengan komitmen Bupati dan Wakil Bupati untuk mewujudkan Kabupaten Tegal sebagai Kabupaten Layak Anak. Komitmen ini diwujudkan dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Tegal Tahun 2014-2019. Dimana dalam RPJMD Kabupaten Tegal, komitmen tersebut telah dituangkan dalam program prioritas yang ke 11 mengenai Program Keserasian Kebijakan Perlindungan Anak dan Perempuan. Pada tahun 2016 Kabupaten Tegal merencanakan KLA Pratama, tahun 2017 merencanakan KLA Nindya, dan pada tahun 2018 harapannya Kabupaten Tegal sebagai Kabupaten Layak Anak dapat terwujud.

Sumber : BAPPEDA Kabupaten Tegal, 2015

19

Page 19: Manuskrip skripsi percepatan Kota Layak Anak

Pernyataan strategi secara eksplisit merupakan kunci keberhasilan dalam menghadapi perubahan lingkungan bisnis.Strategi memberikan kesatuan arah bagi semua anggota organisasi. Bila konsep strategi tidak jelas, maka keputusan yang diambil akan bersifat subyektif atau berdasarkan intuisi belaka dan mengabaikan keputusan yang lain.

“A model is a framework that is able to construct facts to a prototype to be used as a basis in conducting anactivity.”Sebuah model adalah kerangka yang mampu membangun fakta untuk prototipe yang akandigunakan sebagai dasar dalam melakukanaktivitas. (Rodiyah, Waspiah, Andry Setiawan; 2015)11

Masyarakat yang merupakan lingkungan tumbuh kembang anak, diharapkan dapat mengedepankan pemenuhan hak anak dengan melek informasi mengenai anak dan mendukung segala program pemerintah mengenai pemenuhan hak anak.Masyarakat harus mengubah pandangan mengenai persoalan anak yang merupakan hanya tanggung jawa keluarga menjadi tanggung jawab bersama. 5. Penutup

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Penegakan Hukum Tentang Bentuk Dan Bangunan Makam diperoleh simpulan bahwaUntuk pelaksanaan percepatan KLA di Kabupaten Tegal dengan berdasar pada 31 indikator ketercapaian KLA tersebut dilihat dari terpenuhinya segala data ada 13 data yang belum terpenuhi atau sekitar 60% data terpenuhi dan 40 % data belum terpenuhi.Data yang belum diterpenuhi faktornya adalah kurangnya koordinasi antar SKPD.Kendalanya adalah Kurangnya Koordinasi antar SKPD , Anggaran untuk program perlindungan anak masih sediki.Kendala bagi orang tua dan masyarakatmasih minimnya informasi orang tua dan masyarakat mengenai fasilitas pemenuhan hak anak oleh pemerintah dan masih kurangnya tanggung jawab masyarakat mengenai perlindungan anak.Strategi percepatan Kota Layak Anak (KLA) di Kabupaten Tegal sendiri adalah peningkatan koordiasi antar SKPD dalam perencanaan pemenuhan hak anak, setiap SKPD yang mempunyai tanggungjawab per indikator memberikan perhatian khusus untuk pemenuhannya dan melaporkan setiap hambatannya agar didapatkan solusi pemecahan tercepat dalam rapat koordinasi.Strategi terkait permasalahan data yaitu sinkronisasi dan koordinasi data dari dinas terkait untuk menjadi data spesifik dan menyeluruhguna penyajian data yang up to date tidak berbeda-beda antar instansi. BPS untuk memudahkan kendala mengenai data dibuatkannya pemilahan data terkait dengan usia anak untuk kebutuhan masing-masing dinas. Untuk sarannyaadalah upaya – upaya strategi per indikator harus diberikan perhatian khusus untuk pelaksanaannya guna percepatan pemenuhan 40 % indikator yang belum terpenuhi.Penguatan koordinasi antar SKPD guna terpenuhinya semua indikator mengingat adanya keterkaitan dan pertanggungjawaban antar SKPD dan SKPD lain atau Instansi lain.Anggaran yang masih sedikit , menurut Bapak Agus salim untuk program KLA (Kota

112014. The Accelerated Model Of protection Rights for the impact of natural disaster based on the local wisdom throught the harmonization of legislations. International Journal Of Business, Economics And Law, Vol 4, Issue 3 (June) 2013. ISSN 2289-1552

20

Page 20: Manuskrip skripsi percepatan Kota Layak Anak

Layak Anak) akan didorong sisi penganggarannya. Dan diharapkan cepat terealisasikan.Orang tua atau keluarga dan masyarakat merupakan lingkungan tumbuh kembang anak, diharapkan dapat mengedepankan pemenuhan hak anak dengan melek informasi mengenai anak dan mendukung segala program pemerintah mengenai pemenuhan hak anak. Selain itu masyarakat harus mengubah pandangan mengenai persoalan anak hanya tanggung jawab keluarga menjadi tanggung jawab bersama.Dalam rapat koordinasi atau kelembagaan pemerintah , anggota atau peserta yang hadir dalam rapat diharapkan tidak berganti-ganti karena akan mengurangi fokus tujuan dan memperlambat percepatan kota layak anak dan anggota yang hadir harus yang memiliki kewenangan untuk mengambil kebijakan.Diharapkan untuk BPS penyajian data selalu data terbaru mengenai anak dan diklasifikasikan berdasarkan umur.

1) UCAPAN TERIMAKASIH

Kepada Ibu Dr. Rodiyah, S.pd., S.H., M,Si, Dekan Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang sekaligus Dosen pembimbing I yang telah meluangkan waktu dan sangat sabar dalam membimbing dan memotivasi penulis selama pembuatan skripsi. Bapak Tri Sulistiyono, SH. MH., Dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan sangat sabar dalam membimbing dan memotivasi penulis selama skripsi ini.Dosen dan Staf Akademika Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang.

2) DAFTAR BUKU Sumber Buku Ashshofa, Burhan. 2007. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Rineka Cipta Deputi Bidang Perlindungan Anak. 2009. Kebijakan Kabupaten/Kota Layak Anak

(KLA).Jakarta : Kementrian Negara Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia.

Saraswati, Rika . 2015. Hukum Perlindungan Anak di Indonesia. Bandug : PT Citra Aditya Bhakti.

Soemitro, Ronny Hanitijo. 1990. Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri. Jakarta: Penerbit PT. Ghalia Indonesia Sumber Jurnal Dan Skripsi Ratri, Dewi Kartika. 2014, Implementasi Peraturan Walikota Nomor 36 Tahun

2013 Tentang Kebijakan Kota Layak Anak. Jurnal Ilmu Pemerintahan Universitas Brawijaya 10 September 2014.

Rodiyah. 2013. Aspect Democracy In The Formation Of Regional Regulation (Case Study The Formation Of Regional Regulation About Education In Perspective Socio-Legal). International Journal Of Business, Economics And Law, Vol 2, Issue 3 (June) 2013. ISSN 2289-1552.

---------. 2014. The Accelerated Model Of The Right To Work Through The Harmonization Of Manpower Policies (A Case Study Of Outsourcing Manpower After The Constitutional Court Decision Number 27/PUU-IX/2011 about the review of law number 13 of 2003 cincerning

21

Page 21: Manuskrip skripsi percepatan Kota Layak Anak

substantive justice attainment). International Journal Of Business, Economics And Law, Vol 4, Issue 3 (June) 2014. ISSN 2289-1560.

---------. 2014. The Accelerated Model Of protection Rights for the impact of natural disaster based on the local wisdom throught the harmonization of legislations. International Journal Of Business, Economics And Law, Vol 4, Issue 3 (June) 2013. ISSN 2289-1552.

---------. 2014. Membangun politik hukum sumber daya alam (politik hukum pengelolaan SDA Indonesia (perspektif UU no. 23 tahun 2014 berbasis pada efektifitas pemerintahan yang mensejahterakan). Thafamedia-yogyakarta.ISBN. 978-602-14207-8-2. Hal 115-142.

---------. 2015. Accelerated Model in obtaining intellectual property righta (IPR) On micro, small and medium enterprises (SMEs) in semarang city central java. IJBEL_International Journal Of Business, Economics And Law, Vol 6, Issue 4 (Apr) 2015. Law. E. ISSN 2289-1552.

. Subiyakto,Rudi. 2012, Membangun Kota Layak Anak Studi kebijakan Publik di Era Otonomi Daerah. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang.Jurnal SOSIO-RELIGIA, Vol. 10, No.1, Februari 2012.

Sumber Peraturan Perundang-Undangan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1999 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Nomor 11 Tahun 2011 tentang Kebijakan Pengembangan Kabupaten/Kota Layak Anak Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Nomor 12 Tahun 2011 tentang Indikator Kabupaten/Kota Layak Anak.

22

Page 22: Manuskrip skripsi percepatan Kota Layak Anak
Page 23: Manuskrip skripsi percepatan Kota Layak Anak
Page 24: Manuskrip skripsi percepatan Kota Layak Anak