Manajemen Nyeri Jwdbvkenfvhjw

36
MANAJEMEN NYERI Nama : Deandles Wattimury Pembimbing : Dr. Ony Wibriyono Angkejaya, Sp An

description

Manajemen Nyeri

Transcript of Manajemen Nyeri Jwdbvkenfvhjw

MANAJEMEN NYERI

Nama : Deandles Wattimury

Pembimbing : Dr. Ony Wibriyono Angkejaya, Sp An

PENDAHULUAN

Pain : peone (Yunani) hukuman Pada jaman dulu : nyeri dikaitkan dengan

hukuman, setan, atau magic penghilangan nyeri merupakan tanggung-jawab dari pendeta, dukun, atau pengusir setan, menggunakan tanaman, atau ritual dan upacara tertentu

DEFENISI NYERI

Menurut The Internasional Assosiation for The Study of Pain (IASP) Nyeri adalah perasaan yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional akibat adanya kerusakan jaringan yang nyata atau berorientasi rusak atau tergambar sebagai adanya kerusakan itu.

MEKANISME NYERI

Reseptor untuk stimulus nyeri disebut nosiseptor.

Terdapat 4 proses : Transduksi Transmisi Modulasi Persepsi

TRANSDUKSI

Kerusakan dikeluarkannya senyawa biokimiawi antara lain ion H, K, prostaglandin dari sel yang rusak + bradikinin dari plasma, histamin dari sel mast, serotonin dari trombosit dan substansi P dari ujung saraf

TRANSMISI

Transmisi neural yang membawa impuls listrik melalui sistem saraf ke area otak.

melibatkan saraf aferen yang terbentuk dari serat saraf berdiameter kecil ke sedang serta yang berdiameter besar.

MODULASI

Proses aktivitas neural dalam upaya mengontrol jalur transmisi nociceptor tersebut.

impuls nyeri sampai di pusat saraf dikontrol oleh system saraf pusat mentransmisikan impuls nyeri ini kebagian lain dari system saraf seperti bagian cortex ditransmisikan melalui saraf-saraf descend ke tulang belakang untuk memodulasi efektor.

PERSEPSI

Persepsi adalah proses yang subjektif. Proses persepsi ini tidak hanya berkaitan

dengan proses fisiologis atau proses anatomis saja, akan tetapi juga meliputi cognition (pengenalan) dan memory (mengingat). Oleh karena itu, faktor psikologis, emosional,dan berhavioral (perilaku) juga muncul sebagai respon dalam mempersepsikan pengalaman nyeri tersebut.

Transmisi nyeri terjadi melalui serabut saraf aferen (serabut nociceptor), yang terdiri dari dua macam:

KLASIFIKASI NYERI

OnsetAkut

Kronis

Sumber NyeriSOMATIK

VISERAL

LUAR

DALAM

Jenis Nyeri

Neurogenik

Psikogenik

Derajat NyeriiRingan

Sedang

Kanker

Berat

PENILAIAN NYERI

Informasi subjektif

SELF REPORTED

Numeric rating scale

SELF REPORTED

Visual analog scale

Nilai VAS 0 - <4 = nyeri ringan, 4 - <7 = nyeri sedang dan 7-10 = nyeri berat

SELF REPORTED

Visual Descriptif Scale (VDS)

NON SELF REPORTED Skala FLACC (Faces,Legs,Activity,Cry,dan

Consolability)

NON SELF REPORTED

Skala Wajah Wong Baker

NON SELF REPORTED

Behavioral Pain Scale (BPS)

MANAJEMEN NYERI

Tujuan Penatalaksanaan Nyeri Mengurangi intensitas dan durasi keluhan nyeri Menurunkan kemungkinan berubahnya nyeri

akut menjadi gejala nyeri kronis yang persisten Mengurangi penderitaan dan ketidakmampuan

akibat nyeri Meminimalkan reaksi tak diinginkan atau

intoleransi terhadap terapi nyeri Meningkatkan kualitas hidup pasien dan

mengoptimalkan kemampuan pasien untuk menjalankan aktivitas sehari-hari

STRATEGI TERAPI

Terapi non-farmakologi Intervensi psikologis: Relaksasi, hipnosis, dll. Transcutaneous electrical nerve stimulation

(TENS) utk nyeri bedah, traumatik Terapi farmakologiAnalgesik : non-opiat dan opiat

Step 1: untuk nyeri ringan. Terapi pada step ini menggunakan obat pilihan non - opioid, meliputi paracetamol, NSAID ditambah dengan adjuvant (Tricyclic antidepressant atau anticonvulsant therapy)

Step 2 : untuk nyeri sedang. Terapi pada step ini menggunakan kombinasi opioid potensi ringan atau sedang dengan analgesik non opioid ditambah dengan adjuvant

Step 3 : untuk nyeri Berat. Terapi ini menggunakan NSAID, opioid kuat dan adjuvant

MEKSANISME NSAID

PARACETAMOL

analgetik dan antipiretik yang baik Menghambat pembentukan prostaglandin secara

sentral, namun tidak di jaringan, tidak berefek sebagai anti-inflamasi

Tidak memiliki efek antiplatelet Efek samping ringan dan jarang, relatif tidak

menyebabkan gangguan lambung Dosis 650-1000 mg, tiap 6-8 jam Pada dosis terapinya aman bagi banyak kondisi

kesehatan, anak-anak dan ibu hamil/menyusui.

ASETOSAL

Memiliki aktivitas analgetik, antipiretik, dan antiinflamasi

Memiliki efek antiplatelet mencegah pembekuan darah tidak digunakan pada pasien dengan gangguan pembekuan darah, sirosis hati, trombositopenia,

Disis 650-1000 mg, tiap 4-6 jam Bersifat asam iritasi mukosa lambung.

jangan diminum ketika lambung kosong. Tidak direkomendasikan bagi pasien yang memiliki riwayat gangguan lambung.

ASAM MEFENAMAT

analgetik, antipiretik dan anti-inflamasi yang cukup, tapi tidak lebih kuat daripada asetosal.

Bersifat asam gangguan lambung. Banyak menyebabkan efek samping :

trombositopenia, dan ruam kulit Sebaiknya tidak digunakan dalam jangka

waktu lama

ANALGESIK OPIAT

Bekerja pada reseptor opiat di SSP reseptor yang memodulasi

transmisi nyeri menurunkan persepsi nyeri dg cara menyekat nyeri pada berbagai tingkat, terutama di otak tengah dan medulla spinalis

Reseptor opiat ada 3 : Reseptor μ (mu) : Berperan dalam Analgesia

supraspinal, Depresi respirasi, Euforia, Ketergantungan

Reseptor κ (kappa) : Berperan dalam analgesia spinal, miosis, sedasi

Reseptor δ (delta) : disforia, halusinasi, stimulasi pusat vasomotor

ObatReseptor

Dosis Tipe Nyeriµ (mu) δ (delta) K (kappa)

Agonis :

Kodein, tramadol. Agonis lemah Agonis lemah  

Dapat diberikan secara oral, i.m, atau i,v 50-100mg dan dapat diulang setiap 4-6

jam. Dosis max 400mg/hari.Nyeri ringan sampai

sedang

Morfin Agonis Agonis lemah Agonis lemah

- Nyeri sedang : 0,1-0,2 mg/kgBB. Subkutan, I.M, dan dapat diulang tiap 4 jam.

- Nyeri hebat : 1-2 mg I.V. Dapat diulang sesuai keperluan

- Nyeri pasca bedah/nyeri persalinan : 2-4 mg epidural atau 0,05-0,2 mg intratekal. Dapat diulang 6-12 jam

Nyeri sedang sampai berat

Fentanil Agonis    

1-3 µg/kgBB.50-150 µg/kgBB, untuk induksi dan pemeliharaan anastesi

     

Meperidine Agonis    i.m 1-2mg/kgBB, dapat diulang 3-4 jam.i.v 0,2-0,5 mg/kgBB

       

Agonis parsial :Buprenorphine,

PentazosinAgonis parsial   Agonis

Dosis analgesi 0,3 mg i.v/i.m tiap 6 jam/0,4-0,8 mg sublingual.

Antagonis :        

Nalbuphine Antagonis   Agonis  

Butorphanol Antagonis    Dosis dewasa 1-4 mg i.m/0,5-2 mg i.v dapat diulang 3-4 jam.

Nalokson Antagonis Antagonis Antagonis

lawan depresi napas, dosisi dicicil 1-2µg/kgBB i.v dapat diulang tiap 3-5 menit, -ventilasi dianggap baik. Pada keracunan opioid, perinfus 3-10µg/kgBB.

ADJUVAN

Terapi lain tetapi efektif pada pengobatan nyeri. Contoh : Relaksasi otot Antidepresan Anti konvulsan Kortikoteroid

TERAPI NYERI PASCA BEDAH

Analgesik preemtif intervensi sebelum operasi untuk mencegah/mengurangi nyeri pasca operasi

Epidural analgesik, opioid, NSAID, Ketamin

Balance anestesi Pilihan Analgesik untuk nyeri pasca bedah

Non-opioid analgetik

Paracetamol, NSAIDs, Including COX-2 inhibitors, gabapentin, pregabalin.

Opioid lemah

Codein, Tramadol, Paracetamol dikombinasikan dengan codein atau tramadol.

Opioid kuat Morphine, fentanil, petidin.

Adjuvant Ketamin, klonidin

TERIMA KASIH