MANAJEMEN KELAS

download MANAJEMEN KELAS

of 158

Transcript of MANAJEMEN KELAS

PENDAHULUAN Pembaharuan bidang pendidikan sudah lama digalakkan. Pembaharuan itu seperti meliputi kurikulum, metode mengajar, media pembelajaran, administrasi pendidikan, strategi pembelajaran, dan sebagainya. Implikasi dari pembaharuan itu adalah bahwa ukuran keberhasilan proses belajar mengajar guru di kelas mengalami perubahan; tuntutan ketertiban kelas juga menjadi berubah. Guru mengajar tanpa menyiapkan satuan pelajaran, tanpa media, tanpa variasi metode, keadaan kelas yang tenang tanpa aktivitas para siswamengerjakan tugas atau melakukan kegiatan belajar demi tercapainya tujuan belajar, bukanlah kelas yang baik, dan itu periu dihindari. Adanya perubahan tuntutan kondisi/ketertiban kelas agar proses belajar lebih berkualitas, maka guru perlu mengetahui bagaimana memanajemeni kelas dalam proses pembelajaran. Setiap proses pembelajaran dengan metode, media, pendekatan tertentu menuntut suasana kelas tertentu pula. Pembelajaran yang berkualitas tidak hanya ditentukan oleh pembaharuan kurikulum, fasilitas yang tersedia, kepribadian guru yang simpatik, pembelajaran yang penuh kesan, wawasan pengetahuan guru yang luas tentang semua bidang, melainkan juga guru harus menguasai kiat memanajemeni kelas. Setiap kegiatan belajar mengajar mengisyaratkan tercapainya tujuan, baik tujuan instruksional maupun tujuan pengiring. Namun tidak dapat dipungkiri keadaan di kelas sering kali tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena itu, guru bertugas untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas yang menguntungkan bagi peserta didik, sehingga tumbuh iklim belajar yang berkualitas dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran. Usaha preventif dan kuratif perlu dilaksanakan dalam upaya penciptaan kondisi kelas yang diharapkan. Usaha preventif yaitu tercipta dan dapat dipertahankannya kondisi kelas yang kondusif harus dirancang dan diusahakan oleh guru secara sengaja agar hal-hal yang merugikan dapat dihindari. Sedangkan upaya kuratif yaitu upaya mengembalikan kepada kondisi yang optimal apabila terjadi hal-hal yang merusak yang disebabkan oleh tingkah laku peserta didik di dalam kelas.

Upaya guru menciptakan dan mempertahankan kondisi yang diharapkan akan efektif apabila: Pertama, diketahui secara tepat faktor-faktor yang dapat menunjang terciptanya kondisi yang menguntungkan dalam proses belajar mengajar. Kedua, diketahuinya masalah-masalah yang diperkirakan dan yang mungkin tumbuh yang dapat merusak iklim belajar mengajar. Ketiga, dikuasai berbagai pendekatan dalam manajemen kelas dan diketahui pula kapan dan untuk masalah mana satu pendekatan digunakan (M.Entang dan T. Raka loni, 1983 : 7). Pengajaran adalah serangkaian kegiatan yang bermaksud memfasilitasi peserta didik mencapai tujuan pendidikan secara langsung. Manajemen adalah rangkaian kegiatan/tindakan yang dimaksud untuk menciptakan kondisi yang memungkinkan berlangsungnya pembelajaran. Maka, manajemen kelas merupakan persyaratan penting yang menentukan terciptanya pembelajaran yang efektif. ladi berdasar logika sederhana bahwa manajemen kelas, yang efektif adalah suatu segi penting dari proses belajar mengajar. Dikaitkan dengan misi dan tujuan mata kuliah MANAJEMEN KELAS, pembelajaran mata kuliah ini diarahkan pada: 1) pembentukan kemampuan memahami konsep, pendekatan, dan generalisasi yang diperlukan dalam memanajemeni kelas; kemampuan mengorganisasikan kondisi dan fasilitas kelas; pengembangan kemampuan menginventarisasi faktor-faktor yang menimbulkan gangguan disiplin kelas di sekolah dasar, dan penemuan alternatif pemecahannya; 2) memberikan kesempatan kepada para mahasiswa untuk memperoleh pengalaman langsung dalam mengamati realisasi konsep manajemen kelas di sekolah dasar, dan mencoba mensimulasikan berbagai aspek manajemen kelas secara utuh maupun parsial. Bahan ajar ini akan memaparkan, melatihkan, dan menerapkan dalam kasuskasus mengenai hal-hal yang berkaitan dengan manajemen kelas. Pemahaman, pemilikan keterampilan, dan mengaplikasikannya dalam berbagai situasi, kemudian menganalisis dan merefleksinya segala hal yang berkaitan dengan manajemen kelas, diharapkan para mahasiswa calon guru akan dapat menciptakan kondisi kelas yang menguntungkan. Kondisi kelas yang menunjang merupakan prasyarat utama bagi terjadinya proses pembelajaran yang efektif.

Segala sesuatu yang disajikan dalam bahan ajar ini akan sangat bermanfaat apabila para mahasiswa, para dosen, dan para penstudi lainnya menelaah secara eksama dan kritis, mendiskusikannya dalam kelompok, menjawab pettanyaan, dan berlatih sesuai dengan latihan yang tersedia pada setiap akhir bab dengan sungguh-sungguh.

BAB I PRINSIP-PRINSIP MANAJEMEN KELAS Latar Belakang Manajemen kelas merupakan aspek pendidikan yang sering dijadikan perhatian utama oleh para calon guru, guru baru, dan bahkan guru yang telah berpengalaman / sekalipun. Alasannya, sederhana karena calon guru, guru baru, dan guru yang telah berpengalaman berkeinginan agar para peserta didik dapat belajar dengan optimal. Dalam arti guru mampu menyampaikan bahan pelajaran/perkuliahan diserap oleh para peserta didik dengan baik. Penciptaan harapan seperti itu merupakan kajian dari manajemen kelas. Sebab manajemen kelas merupakan serangkaian perilaku guru dalam uapayanya menciptakan dan memelihara kondisi kelas yang memungkinkan peserta didik mencapai tujuan-tujuan belajarnya secara efisien, atau memungkinkan peserta didik belajar dengan baik. Di kelaslah segala aspek pembelajaran bertemu dan berproses. Guru dengan segala kemampuannya, siswa dengan segala latar belakang dan potensinya, kurikulum dengan segala kompo~ennya, metode dengan segala pendekatannya, media dengan segala perangkatnya, materi dengan segala sumber belajarnya bertemu dan berinteraksi di dalam kelas. Lebih lanjut hasil pembelajaran ditentukan pula oleh apa yang terjadi di kelas. Oleh karena itll, selayaknyalah kelas dimanajemeni secara baik, profesional, terus-menerus dan berkelanjutan. Untuk sampai pada tujuan yang dimaksud diperlukan pemahaman akan halhal umum/prinsip-prinsip manajemen kelas terlebih dahulu sebelum sampai kepada pemahaman yang lebih khusus. Bab ini adalah bab yang mengulas prinsip-prinsip manajemen kelas yang bahasannya meliputi: mengajar dan manajemen kelas; pengertian manajemen kelas; aspek, fungsi, dan masalah manajemn kelas; serta pengaturan kelas yang nyaman dan menyenangkan. Pemahaman akan prinsip-prinsip manajemen kelas ini penting dikuasai sebelum hal-hal khusus diketahui. Dengan dikuasainya prinsip-prinsip manajemen kelas, hal ini akan menjadi filter-filter penyaring menghilangkan kekeliruan umum dari manajemen kelas. Misalnya, ada dua kegiatan yang dila.kukan guru yaitu: kegiatan menelaah kebutuhan peserta didik (kegiatan mengajar) dan memberi ganjaran (kegiatan manajemen kelas); begitu juga dua masalah perilaku peserta didik yaitu: peserta

didik yang selalu mendebat (masalah individual) dan perilaku kelompok yang mereaksi negatif (masalah kelompok). Terhadap dua kegiatan guru dan dua perilaku peserta didik kadang-kadang tidak dibedakan, padahal keduanya jelas berbeda. Ketidak tahuan akan prinsip-prinsip manajemen seperti itu akan dapat dihindari bila dikuasai prinsipprinsipnya. Oleh karena itu, diharapkan para mahasiswa menyimak bab ini dengan baik dan sungguh-sungguh, mengerjakan pertanyaan-pertanyaan yang tersedia, dan melaksanakan tugas yang ditugaskan. Kesemuanya itu dimaksudkan untuk dapat menguasai prinsipprinsip manajemen kelas, sehingga Anda dengan mudah dapat mempelajari bab-bab berikutnya dan mampu menerapkan prinsip-prinsip manajemen kelas tersebut di lapangan kelak. Tujuan Setelah mempelajari bab ini, Anda diharapkan dapat: a. membedakan pengertian mengajar dan memanajemeni kelas serta hubungan antara keduanya; b. membedakan masalah pengajaran dan masalah manajemen kelas dari contohcontoh kasus yang disajikan: c. menyimpulkan pentingnya manajemen kelas bagi berhasilnya pembelajaran: d. mendefinisikan pengertian manajemen kelas berdasar konsepsi lama dan modern serta berdasar pandangan pendekatan operasional; e. menyimpulkan tujuan menajemen kelas, f. memahami fungsi manajemen kelas bagi tercipta dan terpeliharanya kondisi kelas yang optimal; g. menjelaskan secara khusus fungsi tugas kepala sekolah dalam menjalankan fungsinya dalam memanajemeni kelas, h. membedakan pengertian masalah individu clan masalah kelompok clalam manajemen kelas serta anggapan dasar yang mendasarinya; i. j. menjelaskan empat pola tingkah laku anak seusia SD apabila kebutuhan individunya tidak terpenuhi; menyimpulkan masalah kelompok yang mungkin muncul dalam manajemen kelas;.

k. memahami pentingnya organisasi sekolah dalam manajemen kelas; l. menunjukkan berbagai upaya guru yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya berbagai masalah manajemen kelas. m. menjelaskan syarat-syarat kelas yang nyaman dan menyenangkan, n. mengkaitkan keadaan kelas yang nyaman dan menyenangkan dengan terciptanya keadaan kelas yang optimal. 1. Mengajar dan Manajemen Kelas Kegiatan guru di dalam kelas meliputi dua hal pokok yaitu kegiatan mengajar dan kegiatan manajerial (Depdikbud, 1983:9; M. Entang dan T. Raka Joni, 1983). Kegiatan mengajar dimaksudkan secara langsung menggiatkan peserta_ didik mencapai tujuantujuan pelajaran. Kegiatan mengajar antara lain seperti menelaah kebutuhan peserta didik, menyusun rencana pelajaran, menyajikan bahan, mengajukan pertanyaan, menilai kemajuan siswa. Kegiatan manajerial kelas bermaksud menciptakan dan mempertahankan suasana kelas agar kegiatan mengajar dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Kegiatan manajerial antara lain seperti mengembangkan hubungan yang baik antara guru dan peserta didik, memberi ganjaran dengan segera, mengembangkan aturan permainan dalam kegiatan kelompok, penghentian tingkah laku peserta didik yang menyimpang atau tidak sesuai dengan tata tertib. Dengan demikian, dalam proses belajar mengajar di sekolah dapat dibedakan adanya dua kelompok masalah yaitu masalah pengajaran dan masalah manajemen kelas. Banyak guru yang kurang mampu membedakan masalah pengajaran dan masalah manajemen kelas, sehingga pemecahannya pun menjadi kurang tepat. Masalah manajemen kelas harus ditanggulangi dengan tindakan korektif, sedangkan masalah pengajaran harus ditanggulangi dengan tindakan pembelajaran. Pak Kusno guru bidang studi PPKN, misalnya mengajar dengan menggunakan pendekatan strategi yang menarik, mengembangkan variasi metode, dan multi media agar siswa yang enggan mengambil bagian dalam diskusi kelompok tertarik, aktif, dan rajin. Pemecahan masalah yang dilakukan Pak Kusno sudah barang tentu tidak tepat, sebab membuat pelajaran lebih menarik adalah masalah pengajaran, sedangkan peserta didik enggan mengambil bagian di dalam kegiatan kelompok merupakan masalah manajemen kelas. Namun tidak dapat

dipungkiri bahwa penarikan diri peserta didik akan menghalangi tercapainya tujuan khusus pengajaran yang hendak dicapai melalui kegiatan kelompok yang dimaksud. Sebaliknya, hubunganantar pribadi (in-terpersonal) yang baik antaraguru dan siswa, antara siswa dan siswa (suatu petunjuk keberhasilan manajemen kelas) tidak dengan sendirinya menjamin proses belajar mengajar akan menjadi efektif. Berkaitan dengan hal tersebut maka manajemen kelas merupakan prasyarat mutlak bagi terjadinya proses belajar mengajar yang efektif (M.Entang dan T. Raka Joni, 1983) . Walaupun istilah mengajar (teaching) dan pengajaran (instruction) senng digunakan searti, adalah sangat berguna apabila memandang mengajar sebagai sesuatu yang memiliki dua dimensi yang saling berhubungan: pengajaran dan manajemen. Pengaj;.:..ran dan manajemen dapat dibedakan, tetapi dalam pelaksanaan pembelajaran' keduanya sulit dipisahkan. Manajemen bermaksud menegakkan danmemelihara perilaku siswa menuju pembelajaran yang efektif dan efisien - memudahkan pencapaian tujuan manajerial. Pengajaran dan manajemen keduanya bertujuan menyiapkan atau memproses - yaitu memproses atau menyiapkan perilaku-perilaku guru yang diharapkan memberi kemudahan kepada pencapaian tujuan tertentu (Webe, 1993 : 1).

Pengajaran

Keberhasilan Siswa

Manajemen Gambar I : Keterkaitan antara manajemen dan keberhasilan siswa Di bawah ini, adalah gambaran proses pengajaran dan proses manajerial yang masing-masing meliputi empat proses. Proses Pengajaran a. Mengidentifikasi tujuan Proses Manajerial a. Menetapkan tujuan

penga]aran b. Mendiagnose keberhasilan slswa c. Merencanakan dan menerapkan aktivitas pengajaran d. Mengevaluasi keberhasilan slswa d. c. b.

manajerial Menganalisis kondisi yang ada Memilih dan menerap kan strategi manajerial Menilai efekti vitas manajerial

2. Pengertian dan Tujuan Manajemen Kelas Manajemen dari kata "management", diterjemahkan pula menjadi

pengelolaan,berarti proses penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran. Sedangkan pengelolaan adalah proses yang memberikan, pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan kebijaksanaan dan pencapaian tujuan {Depdikbud, 1989). Kelas (dalam arti umum) menunjuk kepada pengertian sekelompok siswa yang ada pada waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dad guru yang sama pula. Dengan demikian, maksud manajamen kelas adalah mengacu kepada penciptaan suasana atau kondisi kelas yang memungkinkan siswa dalam kelas tersebut dapat belajar dengan efektif. Terdapat beberapa definisi tentang manajemen kelas berikut: a. Berdasar konsepsi lama dan modern Menurut konsepsi lama, manajemen kelas diartikan sebagai upaya mempertahankan ketertiban kelas. Menurut konsepsi modern manajemen kelas adalah proses seleksi yang menggunakan alat yang tepat terhadap problem dan situasi manajemen kelas. Guru menurut konsepsi lama bertugas menciptakan, memperbaiki, dan memelihara sistem/organisasi kelas sehingga individu dapat memanfaatkan kemampuannya, bakatnya, dan energinya pada tugas-tugas individual (Lois V. Johnson dan Mary Bany, 1970). b. Berdasar pandangan pendekatan operasional tertentu (disarikan dari Wilford A. Weber, 1986): a. Seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan

ketertiban suasana kelas melalui penggunaan disipltn (pendekatan qJ:ori ter). b. c. d. e. Seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan Seperangkat kegiatan guru untuk memaksimalkan kebebasan Slswa Seperangkat kegiatan guru menciptakan suasana kelas dengan cara Seperangkat kegiatan guru un'tuk menciptakan suasana kelas yang efektif ketertiban suasana kelas melalui intimidasi (pendekatan intimidasi). (pendekatan permisif). mengikuti petunjuk/resep yang telah disajikan (pendekatan buku masak). melalui perencanaan pembelaj aran yang bermutu dan dilaksanakan dengan baik (pendekatan instruksional). f. Seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan tingkah laku peserta didik yang diinginkan dengan mengurangi tingkah laku yang tidak diinginkan (pendekatan pengubahan perilaku). g. Seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan hubungan interpersonal yang baik dan iklim sosio-emosional kelas yang positif (pendekatan penciptaan iklim sosio emosional). h. Seperangkat kegiatan guru untuk menumbuhkan dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif (pendekatan sistem sosial). Pengertian lain dari manajemenkelas adalah segala usaha yang diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar mengajar yang efektif clan menyenangkan serta dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai dengan kemampuan. Dengan demikian manajemen kelas merupakan usaha sadar, untuk mengatur kegiatan proses belajar mengajar secara sistematis. Us.aha sadar itu mengarah pada penyiapan bahan belajar, penyiapan sarana dan alat peraga, pengaturan ruang belajar, mewujudkan situasi/kondisi proses belajar mengajar clan pengaturan waktu sehingga pembelajaran berjalan dengan baik dan tujuan kurikuler dapat tercapai (Dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen, 1996).

Gambar 2 : Penyiapan siswa pada saat masuk kelas

Gambar 3 Ketua kelas menyiapkan para siswa masuk kelas

Gambar 4 : Berdoa sebelum memulai pelajaran' Sedangkan tujuan manajemen kelas adalah a. Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar maupun sebagai kelompok belajar yang memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin. b. Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi pembelajaran. c. Menyediakan dan mengatur fasilitas setra perabot belajar yang mendukung dan memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan social, emosional dan intelektual siswa dalam kelas. d. Membina dan membimbing siswa sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya serta sifat-sifat individunya (Dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen, 1996:2).

3. Aspek, Furigsi, dan Masalah Manajemen Kelas Tugas guru seperti mengontrol, mengatur atau mendisiplinkan peserta didik adalah tindakan guru yang sudah tidak tepat lagi. Dewasa iniaktivitas guru yang terpenting adalah memanajemeni, mengorganisir, dan rnengkoordinasikan usaha at au aktivitas peserta didik menuju tujuan pembelajaran. Mernanajemeni kelas merupakan keterampilan yang harus dimiliki guru dalam rnernutuskan, rnemahami, mendiagnosis, dan kemarnpuan bertindak rnenuju perbaikan suasana kelas terhadap aspek-aspek manajemen kelas. Adapun aspekaspek yang perlu diperhatikap dalam manajemen kelas adalah sifat kelas, pendorong kekuatan kelas, situasi kelas, tindakan selektif. dan kreatif (Lois V. Johnson dan Mary A. Bany, 1970). Kegiatan-kegiatan yang perlu dilaksanakan dalam manajemen kelas sebagai aspekaspek manajemen kelas, seperti tertuang dalam Petunjuk Pengelolaan Kelas di Sekolah Dasar adalah berikut ini: a. Mengecek kehadiran siswa, b. Mengumpulkan hasil pekerjaan siswa, memeriksa dan menilai hasil pekerjaan tersebut, c. Pendistribusian bahan dan alat, d. Mengurnpulkan inforrnasi did siswa, mencatat data pemeliharaan arsipl g. Menyampaikan materi pelajaran, h. Memberikan tugas/PR. Sementara itu hal-hal yang perlu diperhatikan para guru, khususnya guru baru dalam pertemuan pertama dengan siswa di kelas adalah: a. Ketika bertemu dengan siswa, guru harus: 1) bersikap tenang dan percaya diri, 2) tidak menunjukkan rasa cemas, muka masam, atau sikap tidak simpatik. 3) memberikan salam lalu memperkenalkan diri, 4) memberikan format isian tentang data pribadi siswa atau guru menyuruh siswa menulis riwayat hidupnya secara singkat.

b.

Guru memberikan tugas kepada siswa dengan tertib dan lancar:

c . Mengatur temp at duduk siswa secara tertib dan teratur.! d. e. f. Menentukan tata cara berbicara dan tanya jawab. Membuat denah kelas (temp at duduk siswa). Bertindak disiplin baik terhadap siswa maupun terhadap diri sendiri (Dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen, 1996: 13). Konsep dasar yang perlu dicermati dalam manajemen kelas adalah penempatan individu, ke1ompok, sekolah, dan faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Di samping sifat kelas peranan dan motif individu dalam kelompok, sifat-sifat kelompok, penyesuaian yang terjadi dalam perilaku kolektif, dan pandangan guru dalam mengajar. Manajemen kelas, selain memberi makna penting bagi tercipta dan terpeliharanya kondisi kelas yang optimal, manajemen kelas berfungsi: 1) Membeli dan melengkapi fasilitas untuk segala macam tugas seperti: membantu kelompok dalam pembagian tugas, membantu pembentukan kelompok, membantu kerjasama dalam menemukan tujuan-tujuan organisasi, mernbantu individu agar dapat bekerja sarna dengan kelompok atau kelas, rnembantu prosedur kerja, rnerubah kondisi kelas, 2) Memelihara agar tugastugas itu dapat berjalan lancar.

Gambar 5 : Memberi penjelasan dan membantu pembentukan kelompok Fungsi manajernen yang dipandang perlu dilaksanakan secara khusus oleh kepala sekolah seperti tertuang dalam Petunjuk Pengelolaan Sekolah di Sekolah Dasar adalah berikut ini. a. Perencanaan Perencanaan dapat dipandang sebagai suatu proses penentuan dan penyusunan rencana dan program-program kegiatan yang akan dilakukan pada masa yang akan datang secara terpadu dan sistematis berdasarkan landasan, prinsip-prinsip dasar dan data at au informasi yang terkait serta menggunakan sumber-sumber daya lainnya (misal dana, sarana dan prasarana, prosedur, metode dan teknik) dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan demikian produk perencanaan adalah rencana atau program yang berorientasi ke masa depan. Program seyogianya disusun secara lebih spesifik dan operasional. Rencana tersebut hendaknya memiliki sifat-sifat sebagai berikut: 1) Rencana harus jelas Kejelasan ini harus terlihat pada tujuan dan sasaran at au target yang hendak dicapai, jenis dan bentuk tindakan atau kegiatan yang akan dilaksanakan, siapa pelaksananya, prosedur, metode dan teknik pelaksanaannya, bahan dan peralatan yang diperlukan, waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan. 2) Rencana harus realistis

Hal ini mengandung arti bahwa a) Rumusan tujuan, target at au sasaran harus mengandung harapan-harapan yang memungkinkan dapat dicapai, baik yang menyangkut aspek kuantitatif maupun aspek kualitatifnya. Untuk itu harapan-harapan tersebut hams disusun berdasarkan kondisi-kondisi dan kemampuan yang dimiliki oleh sumber daya yang ada. b) Jenis dan bentuk kegiatannya hams relevan dengan tujuan dan target atau sasaran yang hams dicapai. c) Prosedur, metode, dan teknik pelaksanaannya hams relevan dengan tujuan dan target atau sasaran yang hendak dicapai serta hams memungkinkan kegiatankegiatan yang telah dipilih dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien. d) Sumber daya manusia yang akan melaksanakan kegiatan-kegiatan tersebut hams memiliki kemampuan-kemampuan dan motivasi serta aspek-aspek pribadi lainnya yang menjamin atau memungkinkan terlaksananya tugas dan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya. e) Rencana penggunaan sarana, prasarana, dan dana hams seSUaI dengan tujuan, target atau sasaran yang hendak dicapai serta memungkinkan terlaksananya kegiatan-kegiatan secara efektif dan efisien. f) Jadwal kegiatan pe1aksanaannya hams memungkinkan kegiatan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien serta sesuai dengan batas waktu yang telah direncanakan. 3) Rencana hams terpadu a) Rencana hams memperlihatkan unsur-unsurnya baik yang bersifat insani maupun non-insani sebagai komponen-komponen yang bergantung satu sarna lain, berinteraksi dan bergerak bersama secara sinkron kearah tercapainya tujuan dan target yang telah ditetapkan sebelumnya. b) Rencana harus memiliki tata urut yang teratur dan disusun berdasarkan skala prioritas. b. Pengorganisasian Pengorganisasian adalah suatu proses yang menyangkut perumusan dan rincian pekerjaan dan tugas serta kegiatan yang berdasarkan struktur organisasi formal kepada

orang-orang yang memilki kesanggupan dan kemampuan melaksanakannya, sebagai persyaratan bagi terciptanya kerjasama yang harmonisdan optimal ke arah tercapainya tujuan secara efektif dan efisien. Pengorganisasian ini meliputi langkah-langkah antara lain: 1) Mengidentifikasi tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. 2) Mengkaji kembali pekerjaan yang telah direncanakan dan merincinya menjadi sejumlah tugas dan menjabarkannya menjadi sejumlah kegiatan. 3) Menentukan personil yang memiliki kesanggupan dan kemampuan untuk melaksanakan tugas dan kegiatan-kegiatan. 4) Memberikan informasi yang jelas kepada guru tentang tugas dan kegiatan yang harus dilaksanakannya, mengenai waktu dan tempatnya, serta hubungan kerja dengan guru atau pihak lain yang terkait. 5) Mengupayakan sarana dan prasarana serta dana yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas-tugas dan kegiatan-kegiatan tersebut. c. Menggerakkan Fungsi ini menyangkut upaya kepala sekolah untuk memberikan pengaruhpengaruh yang dapat menyebabkan guru' tergerak untuk melaksanakan tugas dan kegiatannya secara bersama-sama dalam rangka tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Fungsi ini perIu dilakukan oleh seorang kepala sekolah, karena: l) 2) Adanya kenyataan bahwa seseorang akan melakukan sesuatu pekerjaan, tugas atau Sesudah perencanaan "dan peng0rgaisasian di1akukan harus ditindaklanjutkan kegiatan apabila ia terdorong untuk mcmenuhi sesuatu kebutuhan. dengan pelaksanaan tugas.

Fungsi ini perIu dilakukan sepanjang proses pelaksanaan pekerjaan dengan memperhatikan ragam dan tingkat kebutuhan seseorang. Dalam rangka melaksanakan fungsi ini ada beberapa teknik motivasi yang dapat digunakan oleh kepala sekolah, antara lain:

a) Pemberian pujian dan penghargaan, b) Pemberian kepercayaan untuk melaksanakan suatu pekerjaan, togas atau kegiatan, c) Pemberian peluang atau kesempatan untuk melakukan tindakan-tindakan yang bersifat kreatif inovatif, d) Pemberian insentif atau imbalan, e) Menciptkan iklim kerja yang harmonis dan menyenangkan, f) Memberikan teladan yang baik, g) Memberikan petunjuk atau nasihat, h) Memberikan teguran atau sanksi, i) Menyediakan peralatan dan bahan yang sesuai dengan tugas dan kegiatan serta sesuai dengan kondisi sekolah, j) Memberikan layanan yang layak untuk keperluan kenaikan pangkat atau promosi, dan sebagainya, k) Memberikan hasil pekerj aan atau kegiatan kepada guru yang bersangkutan sebagai umpan balik, l) Memberikan kesempatan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para guru. d. Memberikan arahan Fungsi ini menyangkut upaya kepala sekolah untuk memberikan informasi, petunjuk, serta bimbingan kepada guru yang dipimpinnya agar terhindar dari penyimpangan, kesulitan atau kegagalan dalam melaksanakan tugas. Fungsi ini berlaku sepanjang proses pelaksanaan program kegiatan. Pelaksanaan fungsi ini dapat berupa kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

1) 2) 3) 4)

Memberikan penjelasan atau petunjuk-petunjuk tentang tugas dan kegiatan yang harus dilaksanakan oleh guru. Memberikan penjelasan atau petunjuk secara garis besar tentang caracara melaksanakan tugas atau kegiatan yang harus dilaksanakan oleh setiap guru. Memberikan gambaran yang jelas tentang cara-cara kerja yang dapat menghindarkan guru dari penyimpangan, kesulitan atau kegagalan. Membangkitkan dan membina rasa tanggung j awab . moral pada diri setiap guru yang dipimpinnya atas keberhasilan pekerjaan, tugas dan kegiatan yang harus dilaksanakannya.

5)

Memberikan perhatian, peringatan serta bimbingan pada saat-saat tertentu terutama ketika guru yang bersangkutan sedang mengalami kesulitan atau masalah dalam pelaksanaan tugasnya.

e. Pengkoordinasian Fungsi ini menyangkut upaya kepala sekolah untuk menyelaraskan gerak langk~h dan memelihara prinsip taat asas (konsistensi) pada setiap dan seluruh guru dalam melaksanakan seluruh tugas dan kegiatannya agar dapat mencapai tujuan dan sasaran yang telah direncanakan. Hal ini dilakukan kepala sekolah melalui pembinaan kerja sarna antar guru dan antara guru dengan pihak-pihak luar yang terkait. Di samping itu penyelarasan dan ketaatan pada asas diupayakan agar antar fungsi manajemen yang satu dengan yang lain seluruhnya berorientasi pada tercapainya tujuan dan sasaran' yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan demikian, dalam melaksanakan fungsi ini seorang kepala sekolah dapat menggunakan sekurang-kurangnya tiga pendekatan, yaitu : 1) Pengendalian yang bersifat pencegahan 2) Pengendalian langsung 3) Pengendalian yang bersifat perbaikan a. Pengendalian pencegahan dilaksanakan kepala sekolah dengan menitik beratkan pada (1) Melakukan perencanaan yang matang, (2) Pengorganisasian yang tepat, g. (3) Pemberian dorongan yang tepat, (4) Pemberian pengarahan yang jelas dan terarah, usaha-usaha:

(5) Menciptakan iklim kerja yang sejuk, (6) Pengkoordinasian yang tepat dan harmonis. b) Pengendalian langsung dapat dititik beratkan pada usaha-usaha kepala sekolah untuk: (1) Mengadakan pengamatan yang cermat dan terencana secara sistematis pada setiap tahap dalam proses pelaksanaan program, (2) Mengsupervisi pelaksanaan program atau kegiatan yang dilakukan oleh guru, (3) Memberikan memerlukannya, (4) Membina disiplin guru secara berkesinambungan. c) Pengendalian yang bersifat perbaikan dilaksanakan berdasarkan hasil evaluasi dan analisis. Dengan demikian perbaikan ini dilakukan setelah sesuatu tugas atau kegiatan selesai dilaksanakan. f. lnovasi Fungsi inovasi menyangkut upaya kepala sekolah untuk menciptakan kondisikondisi yang memungkinkan diri para guru untuk melakukan tindakan-tindakan atau usaha-usaha yang bersifat kreatif inovatif. Dengan demikian, kepala sekolah dan guruguru perlu mencari at au menciptakan cara-cara kerja atau hal-hal yang baru yang lebih sesuai dengan kebutuhan. Sekurang-kurangnya mereka diharapkan mau dan mampu memodifikasi hal-hal at au cara-cara baru yang lebih baik at au lebih efektif dan efisien. Kondisi demikian perlu diciptakan di sekolah agar pembaharuan pendidikan dapat muncul dad warga sekolah. Sebab, hal ini akan menumbuhkan sikap dan daya kreatif warga sekolah. Dalam melakukan fungsi ini kepala sekolah perlu memperhatikan halhal berikut ini: 1) Harus disadari bahwa sesuatu yang baru belum tentu lebih baik dari yang lama, 2) Jika mampu menemukan atau menciptakan sesuatu hal at au cara baru, ia tidak perlu memandang rendah yang lama, 3) Jika menyangkut hal-hal yang amat pokok seperti kurikulum nasional, pendekatan belajar-mengajar yang baru, dan sebagainya, maka upaya itu perlu dikonsultasikan kepada pihak-pihak yang berwenang dilingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen, 1996:1@)-18).Pt Mengacu pada konsep dan fungsi menajemen kelas maka dapat dikemukakan bantuan atau bimbingan segera kepada guru/personil yang

bahwa manajemen kelas tidak lain menunjuk kepada tiga hal yaitu: pengaturan siswa, memelihara lancarnya penugasan, dan pengaturan fasilitas fisiko Masalah manajemen kelas dapat dikelompokkan kedalam dua kategori yaitu masalah individual dan masalah kelompok (M. Entang dan T. Raka Joni, 1983:12). Tindakan manajemen kelas yang dilakukan oleh seorang guru akan efektif apabila ia dapat mengidentifikasi dengan tepat hakikat masalah yang dihadapi. Munculnya masalah individu didasarkan pada anggapan dasar bahwa '~mua tingkah laku individu merupakan upaya meneapai tujuan tertentu yaitu pemenuhan kebutuhan untuk diterima oleh kelompok/masyarakat dan untuk meneapai harga diri. Bila kebutuhan-kebutuhan itu tidak lagi dapat dipenuhi melalui eara-eara yang wajar maka individu yang bersangkutan akan berusaha untuk meneapainya dengan eara-eara lain seperti bertindak dengan cara tidak baik atau a-sosial (Rudolf Dreikurs, 1968). Lebih lanjut Rudolf Dreikurs, lihat juga M. Entang dan T. Raka Joni 1983: 13; Ornstein, 1990:75) menyatakan bahwa akibat dari tidak terpenuhinya kebutuhan 'i:?' tersebut akan terjadi beberapa kemungkinan tindakan siswa seperti: a.. Tingkah laku yang ingin mendapat perhatian orang lain (attention getting behaviors). Geja1a yang tampak dari tingkah 1aku ini adalah siswa membadut di kelas atau dengan berbuat serba lamban sehingga perlu mendapat pertolongan ekstra. b. Tingkah laku yang ingin menunjukkan kekuatan (power seeking behaviors). Gejalanya adalah siswa selalu mendebat, kehilangan kendali emosional, marah-marah, menangis dan juga muneul tindakan pasif yaitu selalu lupa pada aturan-aturan penting dalam kelas. c. Tingkat laku yang bertujuan menyakiti orang lain (revenge seeking behaviors). Gejala yang muncul dari tingkah laku ini adalah tindakan menyakiti orang lain seperti mengatangatai, memukul, menggigit dan sebagainya. d. Peragaan ketidak mampuan (passive behaviors). Gejalanya adalah dalam bentuk sama sekali tidak menerima untuk mencoba melakukan apapun, karena beranggapan bahwa apapun yang dilakukan kegagalanlah yang dialaminya. Sebagai penduga Dreikurs Dan Cassel menyarankan adanya penyikapan terhadap tindakan para peserta didik adalah sebagai berikut : (1) jika guru merasa terganggu karena perilaku anak, barangkali tujuan anak adalah untuk mendapatkan perhatian, (2) jika guru

merasa dikalahkan at au terancam, barangkali tujuan anak adalah mengejar kekuasaan, (3) jika guru merasa disakiti, tujuan anak mungkin membalas dendam, dan (4) jika guru rnerasa tidak tertolong, tujuan anak rnungkin untuk rnenyatakan ketidak rnarnpuan. Dari empat cara/tindakan yang dilakukan individu tersebut mengakibatkan terbentuknya empat pola tingkah laku yang sering nampak pada anak seusia sekolah yaitu: a. Pola aktif-konstruktif yaitu pola tingkah laku yang ekstrim, arnbisius untuk menjadi super star di kelasnya, dan mernpunyai daya usaha untuk membantu guru dengan penuh vitalitas dan sepenuh hati. b. c. d. Pola aktif-destrukstif yaitu pola tingkah laku yang diwujudkan dalam bentuk membuat banyolan, suka marah, kasar dan memberontak. Pola pasif-konstruktif yaitu pola yang menunjuk kepada satu bentuk tingkah laku yang lamban dengan maksud supaya selalu dibantu dan mengharapkan perhatian. Pola pasif-destruktif yaitu pola tingkah laku yang menunjuk kemalasan (sifat pemalas) dan keras kepala . Masalah berikutnya adalah masalah kelompok. Masalah ini merupakan masalah yang harus diperhatikan pula dalam manajemen kelas. Problem kelompok akan muneul yang disebabkan oleh tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan kelompok. Masalahmasalah kelompok. Masalahmasalah kelompok yang mungkin muneul dalam manajemen kelas adalah: a. Kelas kurang kohesif lantaran alasan jenis kelamin, suku, tingkatan sosial ekonomi, dansebagainya. b. Penyimpangan dari norma-norma tingkah laku yang telah disepakati sebelumnya, misalnya sengaja berbicara keras-keras di ruang baca perpustakaan, c. Kelas mereaksi negatif terhadap salah seorang anggotanya, misalnya mengejek anggota kelas yang dalam pengajaran seni suara menyanyi dengan suara sumbang, d. "Membombong" anggota kelas yang justru melanggar norma kelompok, misalnya pemberian semangat kepada badut kelas, e. Kelompok cenderung mudah dialihkan perhatiannya dari tugas yangtengah digarap, f. Semangat kerja rendah atau semacam aksi protes kepada guru karena menganggap tugas yang diberikan kurang fair, g. Kelas kurang mampu menyesuaikan diri dengan keadaan baru seperti gangguan jadwal,

guru kelas terpaksa diganti sementara oleh guru lain, dan sebagainya (Lois V. Johnson dan Mary A. Bany dalam M. Entang dan T. Taka Joni, 1983). Lebih lanjut Lois V. Johnson dan Mary A. Bany mengemukakan ciri-ciri kelompok dalam kelas yang sekaligus sebagai variabelnya, yaitu: a. Kesatuan kelompok Kesatuan kelompok memegang peranan penting dalam mempengaruhi anggotaanggotanya bertingkah laku. Kesatuan berkaitan dengan komunikasi, perubahan sikap dan pendapat, standar kelompok, dan tekanan terhadap perpecahan kelornpok at au ketidak satuan. Penggunaan dominasi yang kuat dapat meningkatkan kesatuan. Tetapi pemberian peraturan oleh guru dapat menirnbulkan kerusuhan. Kesatuan dapat dikembangkan dengan menolong siswa agar menyadari hubungan mereka satu sarna lain sebagai alat pernersatu. b. Interaksi dan komunikasi Interkasi terj adi dalam komunikasi, kalau beberapa orang/anggota mempunyai pendapat tertentu maka terjadilah komunikasi dalam kelompok dan diteruskan dengan interaksi membahas pendapat tersebut yang senng disertai d-engan emosi yang memperkuat interaksi. Akan tetapi tiap kelompok akan berusaha untuk mempertahankan interaksi kelompoknya. Hal ini perlu dibantu oleh guru supaya tugas-tugas belajar dapat berlangsung secara waj ar. Guru perlu mengetahui kebutuhan berkomunikasi siswasiswanya dan memberi kebebasan kepadanya untuk berbicara. Komunikasiverbal atau non verbal, bila tidak terselesaikan dapat membuat situasi rusak. Untuk membantu mereka, guru mengetahui latar belakang mereka. c. Struktur kelompok Struktur informal dalam kelompok dapat mempengaruhi struktur formal. Beberapa individu yang mungkin merupakan struktur informal, bila selalu .ditempatkan pada posisi yang tinggi hat ini dapat merusak keakraban kelompok. Tempat anggota dalam kelompok perlu sekali diusahakan agar menarik baginya. Posisi di atas bila perlu bisa dibuat bergantiganti. d . Tujuan-tujuan kelompok Apabila tujuan-tujuan kelompok ditentukan bersama oleh siswa dalam hubungan tujuan pendidikan, maka anggota-anggota kelompok akan bekerja lebih produktif dalam

menyelesaikan tugasnya. Dengan kata lain, siswa akan bekerja dengan~ baik apabila hal itu berhubungan dengan tujuan-tujuan mereka. e. Kontrol Hukuman-hukuman yang diciptakan bersama bagi Slswa yang melanggar, mungkin dapat memperkecil pelanggaran, akan tetapi beberapa anak tetap akan tidak dapat belajar dengan baik. Cara yang baik . adalah guru harus mendiagnosis kebutuhan dan kesukaran kelompok sebelum membantu mereka. Tindakan-tindakan yang digunakan untuk mengontrol kelas dari yang paling jelek ke paling baik ialah: 1) Hukuman atau ancaman 2) Pengubahan situasi atau siasat 3) Dominasi atau pengaruh 4) Koperasi atau partisipasi f. Iklim kelompok Iklim kelompok adalah hasi1.dari aspek-aspek yang saling berhubungan dalam kelompok atau produk semua kekuatan dalam kelompok. Iklim kelompok ditentukan oleh tingkat keakraban kelompok sebagai hasil dari aspek-aspek tersebut di atas. Keakraban yang kuat akan mengontrol perilaku anggota-anggotanya. Iklim kelompok merupakan hal yang penting dalam mengadakan perubahan dalam kelompok. Di samping masalah individu dan masalah kelompok, hal lain yang erat kaitannya dengan manajemen kelas adalah organisasi sekolah. Organisasi sekolah menentukan penempatan siswa, pemanfaatan kemampuan dan bakat guru-guru, dan pengelolaan fisiko Organisasi, prosedur, tujuan, dan fisik direncanakan bersama untuk menentukan perilaku siswa. Pengaruh organisasi sekolah dipandang menentukan di dalam pengarahan perilaku siswa. Namun siswa kebanyakan kurang menyadari pengaruh organisasi ini terhadap dirinya. Guru dan siswa dipengaruhi oleh organisasi sekolah secara keseluruhan, termasuk cara pengelompokkan, kurikulum, rencana fisik, peraturan-peraturan, nilai sikap dan tindakan. Asumsi ini masuk akal sebab organisasi sosial sebagai sub sistem dan sistem sosial yang lebih luas termasuk sistem

persekolahan nasional. Norma-norma berkembang sebagai hasil proses interaksi dan penyesuaian terhadap tekanan-tekanan. Norma dalam kaitan ini adalah meliputi nilai-nilai, ide-ide, dan perasaan-perasaan. Norma menunjuk kepada kecendrungan kelompok untuk merespon terhadap situasi, perilaku atau informasi-. Norma menjadi fungsi umum yang mengikat anggota-anggota, orang tua atau siswa disatu sekolah sebagai suatu sistem. Struktur kerja dan antar hubungan personalia, staf sekolah juga berhubungan dengan norma yang berwujud aturan dan kebijaksanaan-kebijaksanaan. Nortpa-norma ini membantu mengintegrasikan kepala sekolah dengan bawahannya. Norma ini mencetuskan bentuk-bentuk perilaku yang cocok bagi personalia, termasuk perilaku para siswanya. Kebijakan dan peraturan sekolah memberi refleksi kepada sikap, nilai, organisasi, tujuan, dan perilaku siswa dalam kelas. Peraturan merupakan , penerapan kebij akan. Peraturan -peraturan secara tertulis tidak mengakibatkan interpretasi yang berbeda-beda, lain halnya dengan peraturan tidak tertulis. Peraturan yang tidak tertulis akan membuat interpretasi yang berbeda-beda antara satu sekolah dengan sekolah lain atau antara guru dengan guru lain. Keadaan ini merupakan salah satu aspek organisasi sekolah yang kurang efektif dalam menunjang penciptaan suasana belajar. 4. Kelas yang Nyaman dan Menyenangkan Kelas merupakan taman belajar bagi siswa. K~l~ adalah tempat bagi para siswa untuk tumbuh dan berkembangnya potensi intelektual dan emosional. Mengingat itu semuanya, kelas hendaknya dimanajemeni sedemikian rupa sehingga benar-benar merupakan taman belajar yang nyaman dan menyenangkan. Sedangkan syar~t-syarat kelas yang baik adalah: (1) rapi, bersih, sehat, tidak lembab; (2} cukup cahaya yang meneranginya; (3) sirkulasi udara cukup; (4) perabot dalam keadaan baik, cukup jumlahnya dan ditata dengan rapi; dan (5) jumlah siswa tidak lebih dari 40 orang (Dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen, 1996: 17). Terdapat beberapa syarat yang perlu diupayakan agar kelas nyaman dan menyenangkan berikut ini. a) Tata ruang kelas Pada dasarnya sistem pembelajaran yang dianut di sekolah dasar sangat tergantung pada pendekatan atau metode yang digunakan) Menceramah, sistem yang digunakan adalah sistem klasikal; metode eksperimen, diskusi kelompok, maka sistem yang

digunakan adalah non-klasikal. Dalam penataan ruang keIas, lemari kelas dapat ditempat di samping papan tulis atau di samping mej a guru. Lemari kelas tambahan dapat diletakkan dibelakang kelas. Lemari tambahan tersebut akan lebih baik bila terbuat dari kaca, dan hal ini akan dipergunakan untuk menyimpan piagam, vandel, dan kepustakaan sekolah. b) Menata perabot kelas Perabot kelas adalah segaia sesuatu perlengkapan yang harus ada dan diperlukan di kelas. Perabot kelas meliputi atau dapat berupa: 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) Papan tulis dan penghapusnya Meja, kursi guru Meja, kursi Slswa Almari kelas Jadwal pelajaran Papan absensi Daftar piket kelas Kalender pendidikan Gambar Presiden dan Wakil Presiden serta Iambang Garuda Pancasila

10) Tempat cuci tangan dan lap tangan 11) Tempat sampah 12) Sapu lidi, sapu ijuk, dan sapu bulu ayam 13) Gambar-gambar Iain/alat peraga 14) Kapur/spidol. Papan tulis Papan tulis harus cukup besarnya dan 'permukaan dasarnya harus rata. Warna papan tulis yang mulai menipis atau belang hams segera dicat ulang. Warna dasar yang lazin digunakan adalah warna hitam. Namun akhir-akhir ini warna hijau banyak juga dipakai. Jika memungkinkan di sekolah dasar dapat juga menggunakan papan tulis putih (white board). Papan tulis harus ditempatkan di depan kelas dan cukup cahayanya. Penempatan papan tulis hendaknya diatur, tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah, sehingga siswa yang duduk dibagian belakang kelas dapat melihat/membaca tulisan paling bawah dengan

jelas. Papan tulis dapat juga ditempatkan agak tinggi, namun perlu ada tangga di bawahnya. Penempatan seperti itu terutama di kelas rendah. Meja, kursi guru Ukuran meja, kursi guru disesuaikan dengan standar yang lazim. Meja guru hendaknya berlaci dan ada kuncinya. Meja, kursi guru ditempatkan di depan sebelah kanan atau kiri meja para siswa. Penempatan ini dimaksudkan agar pandangan siswa ke papan tulis tidak terganggu. Meja, kursi guru dapat juga ditempatkan di pinggir kanan atau kiri tempat duduk para siswa, asal tetap tidak mengganggu pandangan siswa ke papan tulis. Meja, kursi Siswa Meja, kursi siswa ditata berbaris ke belakang, tiap meja kursi siswa diisi ditempati dua orang siswa. Kursi siswa harus cukup sesuai dengan jumlah siswa. Meja kursi siswa harus cukup besarnya untuk dua orang. Meja kursi siswa tingginya sesuai dengan ukuran badan siswa. Meja, kursi siswasiswa tersebut dilengkapi dengan tempat tas/buku. Penempatan meja, kursi siswa diatur sehingga siswa mudah untuk keluar masuk/bergerak di kelas itu. Almari kelas Almari kelas dapat ditempatkan di samping papan tulis, atau sebelah kiri/ kanan dinding, samping depan sebelah meja/kursi guru. Penempatan almari diatur agar guru mudah membuka dan menutup almari. Jadwal pelajaran Jadwal pelajaran ditempakan/ditempel pada temp at yang mudah dilihat. Daftar jadwal tersebut dapat dibuat dari kayu atau dari kertas' manila. Papan absensi Papanabsensi ditempatkan di depan sebelah papan tulis, atau dinding samping kanan/kiri kelas. Selain itu guru harus memiliki catatan daftar hadir siswa pada buku khusus, karena daftar absensi di papan absensi diganti setiap hari sesuai dengan keadaan. Daftar piket kelas Daftar piket siswa ditempatkan di samping papan absensi. Daftar ini memuat namanama para siswa yang bertugas menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan setiap harinya, seperti menyiapkan kapur tulis, membersihkan papan tulis. Kalender pendidikan

Kalender pendidikan ditempatkan pada tempat yang mudah dilihat. Kalender ini memuat kegiatan pendidikan untuk satu tahun lamanya atau tergantung pada kebutuhan. Gambar Presiden, Wakil Presiden, dan lambang Garuda Pancasila. Semua gambar ini ditempatkan di depan kelas di atas papan tulis. Lambang Garuda Pancasila ditempatkan lepih tinggi dari gambar Presiden dan Wakil Presiden. Gambar Presiden ditempatkan sebelah kanan lambang Garuda Pancasila dan Wakil Presiden sebelah kiri lambang Garuda Pancasila. Tempat cuci tangan dan lap tangan Tempat cuci tangandan lap tang an ditempatkan di depan kelas dekat pintu masuk. Tempat cuci tangan dapat dibuat secara perman en dapat juga secara tidak permanen. Tempat sampah Tempat sampah ditempatkan di sudut kelas. Besar kecilnya tempat sampah disesuaikan dengan kebutuhan. Tempat sampah dapat terbuat dad seng atau plastik. Sapu dan alat pembersih yang lain Sapu dan alat pembersih yang lain harus tersedia di kelas. Sapu dan alat pembersih itu diletakkan ditempat yang agak tersembunyi. Gambar-gambar alat peraga Penempatan dan pemasangannya disesuaikan dengan kebutuhan pelajaran yang sedang diajarkan. Gambar dan alatperaga tersebut dapat ditempelkan didinding kelas atau disimpan di almari tempat alat peraga. Gambar/alat peraga itu diantaranya gambar para pahlawan, peta, gambar-gambar untuk pelajaran matematika, IPA, IPS dan sebagainya. Perabot dan alat perlengkapan kelasini harus selalu dijaga keutuhan dan kelengkapannya. Keutuhan tersebut merupakan tanggung jawab guru dan seluruh siswa. Kebersihan kelas harus tetap dipelihara. Pemeliharaan ini dilakukan oleh kelompok petugas piket, maupun oleh semua siswa pada kegiatan kerja bakti bersama yang dilakukan pada setiap hari Sabtu, atau setiap bulan, atau pada hari pertama masuk sekolah setalah libur sekolah.

Gambar 6

Penempatan papan tutis di ruang kelas dun posisi guru pada saar

memulai pelajaran

Gambar 7

Penempatan lemari di ruang kelas

Pertanyaan-pertanyaan 1. Jelaskan perbedaan antara mengajar dan manajemen kelas serta hubungan keduanya dalam suatu proses pembelajaran! 2. Kemukakan alasan-alasan mengapa manajemen kelas memiliki arti penting bagi pencapaian tujuan pembelajaran yang optimal! 3. Buat dalam sebuah matriks pengertian manajemen kelas berdasar konsep lama dan baru, serta berdasar pada pandangan operasional! 4. Kemukakan kemungkinan empat tingkah laku anak dalam proses pembelajaran apabila kebutuhan individunya tidak terpenuhi ! 5. Hal-hal apa saja yang mungkin muncul akibat kebutuhan kelompok dalam pembelaj aran tidak terpenuhi! 6. Berikut ini dikemukakan masalah-masalah yang mungkin terjadi di dalam kelas yang

masing-masing dapat digolongkan ke dalam masalah pengajaran atau masalah manajerial. Pertimbangkan, apakah masalah tersebut termasuk masalah pengajaran atau manajerial! Kemudian, jelaskan alasan Anda mengapa Anda menggolongkan masalah tersebut ke dalam salah satu kategori itu! a. Alex adalah seorang siswa kelas enam dengan kemampuan di bawah rata-rata. Kemajuan belajarnya sangat menyedihkan. Dalam membaca misalnya, ia ketinggalan dua tahun dari siswa di kelasnya, dan hamper satu tahun dari para siswa kelas dibawahnya. Ibu Mariana, gurunya, menggambarkan siswa ini sebagai kurang pandai di kelasnya. Disamping itu Alex rupanya terus-menerus berperilaku menyimpang. Alex tidak mau melaksanakan tugasnya dan sering sekali mengganggu siswa-siswa lain yang sedang mengerjakan tugasnya. Ibu Mariana merasa bahwa Alek dapat mengerjakan tugasnya seperti siswa-siswa lain, asalkan ia mau berbuat seperti teman-temannya. b. Meskipun telah delapan bulan pindah ke sekolah baru, Rita masih . merupakan "siswa baru" di kelasnya sebab ia belum juga menjacli anggota yang diterima oleh ternan-ternan sekelasnya. Ia tampaknya pemalu dan suka menyendiri. Guru Rita yaitu Pak Dahlan telah banyak berusaha agar Rita dapat diterima dan menerima teman-temannya. Misalnya, pak guru telah menempatkan Rita pada satu kelompok yang terdiri dad siswa-siswa perempuan yang peramah. Berikut ini disajikan masalah-masalah yang berkaitan dengan manajeman kelas. Tugas Anda adalah menetapkan termasuk jenis masalah apakah tiap-tiap masalah berikut, apakah masalah perorangan atau masalah kelompok. kemudian tetapkan arah khusus dari tiap-tiap masalah itu menurut klasifikasi berikut! Masalah kelompok: - kekurang kompakan - kekurang peraturan - reaksi negatif terhadap sesama - Penerimaan tingkah laku menyimpang - gangguan atas kelancaran kegiatan kemampuan mengikuti Masalah perorangan: - mencari perhatian - mencari kekuasaan - menuntut balas - memperlihatkan ketidakmampuan kelompok

- ketiadaan semangat, tidak mau bckcrja, reaksi agrcsif - ketidak mampuan penyesuaian diri dengan lingkungan

a. Halim memperlihatkan kcmampuan mcngacaukan pelajaran matematika yang diberikan oleh 1bu Ayu. 1a tcrus menerus mengganggu 1bu Ayu dcngan kritik-kritikkannya. 1a membcla cliri atas tugas-tugas yang diberikan kepadanya yang sclalu tidak dikerjakan itu. ia menolak mengerjakan apa yang ditugaskan itu kepadanya, me skip un telah ditegur. Ibu Ayu khawatir kalau-kalau ia tidak dapat mengendalikan diri, dankhawatir si Halim akan mengganggu situasi pembelajarannya. b. Kelas Pak Taher biasanya merupakan kelas yang baik dan bersemangat tinggi dalam belajar. Namun ketika Ibu Farida datang ke kelas itu sebagai guru penggal1ti, siswasiswa di kelas itu menolak melakukan kegiatan, dan kelas menjadi amat gaduh, meskipun Ibu Farida mengajar sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan oleh Pak Taher. c. Ibu Arnold merasakan bahwa Ramli sebagai Slswa yang amat mengganggu. Ada-ada saja tingkah lakllnya yang menyebabkan orang lain terganggu. Tingkah lakunya yang menyimpang itu pada umumnya belum keterlaluan, tetapi sudah agak menjengkelkan. Tugas Secara berkelompok (3-4) orang Anda berkunjung ke sebuah sekolah dasar. Kegiatan yang Anda lakukan ialah: a. Catat kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Bapak/lbu Guru di dalam kelas pada saat mengajar. b. Catat semua perilaku para siswa pada saat mengikuti pe1ajaran tersebut. c. Catat semua peralatan atau perlengkapan yang ada di sekolah itu. d. Dengan dipandu oleh dosen pengampu mata kuliah Manajemen Kelas, laporkan semua hasil pengamatan kepada para mahasiswa kelompok lain. e. Diskusikan dan analisis laporan tersebut sehingga jelas masalahnya (pengajaran, manajerial, individuall kelompok) dengan mengemukakan alas an dan arah khusus dari masing-masing masalah tersebut. Daftar Pustaka Depdikbud, 1983. Pengelolaan Kelas. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

Dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen. 1996. Pengelolaan Kelas. Seri Peningkatan Mutu 2. Jakarta: Depdagri dan Depdikbud. ---- 1996. Pengelolaan Kelas. Seri Peningkatan Mutu 3. Jakarta: Depdagri dan Depdikbud. Johnson, Lois V. & Mary A. Bany. 1970. Classroom Management. London: The McMillan Company Collier Macmillan Limited. M. Entangdan T. Raka loni. 1983. Pengelolaan Kelas. Jakarta: Proyek Pengembangan Pendidikan Tenaga Kependidikan Depdikbud Dirjen Pendidikan Tinggi. Weber, Wilford A. 1986. Classroom Management. Massachusetts: De Heat and Company. ---- 1993. Effective Classroom Management. Houston: Departement of Curriculum and Instruction College of Education, University of Houston. Ornstein, Allan C. 1990. Strategies for Effective Teaching. New York: Harper and Row Publisher Inc.

BAB II PENDEKATAN DALAM MANAJEMEN KELAS Latar Belakang Guru adalah pekerja sosial, akan tetapi guru tidak dapat disamakan dengan seorang tukang. Seorang tukang cukup mengikuti petunjuk yang terdapat dalam buku petunjuk. Gtlru perIu menyadari bahwa peranannya adalah sebagai manajerial aktivitas yang harus bekerja berdasar pada kerangka acuan pendekatan manajemen kelas. Memanajemeni kelas dalam proses pemecahan masalah bukan terletak pada banyaknya macam kepemimpinan dan kontrol, tetapi terletak pada keterampilan memberikan fasilitas yang berbeda-beda untuk setiap peserta didik. Pemecahan masalah merupakan proses penyelesaian yang beragam, ini tergantung pada sumber permasalahan. Guru harus memiliki, memahami, dan terampil dalam menggunakan bermacammacam pendekatan dalam manajemen kelas, meskipun tidak semua pendekatan yang dipahami dan dimilikinya dipergunakan bersamaan atau sekaligus. Dalam hal ini, guru dituntut untuk terampil memilih atau bahkan memadukan pendekatan yang dianggapnya menyakinkan untuk menangani kasus manajemen kelas yang tepat dengan masalah yang~dihadapinya. Kemungkinan dari hasil diagnosis memutuskan menggunakan pendekatan A, tetapi setelah diterapkan ternyata gaga!. Kemudian situasi tersebut dianalisis kembali, akhirnya sampai pada kesimpulan guru harus menerapkan alternatif kedua, ketiga, at au kombinasi. Berikut ini adalah uraian ten tang macam-macam pendekatan dalam manajemen kelas yang disarikan dari Wilford A. Weber (1986; 1996); M. Entang dan T. Raka Joni (1983), dan Depdikbud (1983). Boleh jadi dad macam-macam pendekatan dalam manajemen kelas itu ada pendekatan yang sudah tidak tepat lagi. Oleh karena itu, uraian macam-macam pendekatan ini dimaksudkan untuk lebih memahami kekuatan dan ke1emahan yang ada pada setiap pendekatan, sehingga guru tidak terjerumuske dalam penerapan pendekatan yang sudah tidak tepat itu.

Tujuan

Setelah mempelajari bab ini, Anda diharapkan dapat: a. menjelaskan pengertian pendekatan: otoriter, intimidasi, permisif, buku masak, instruksional, pengubahan perilaku, sosio-emosional, proses kelompok, eklektik, dan analitik pluralistik dalam manajemen kelas; b. menyimpulkan kekuatan dan kelemahan masing-masing pendekatan dalam

manajemen kelas; c. menyimpulkan persamaan dan perbedaan masing-masing pendekatan dalam manajemen kelas; d. e. f. mengemukakan bentuk-bentuk pendekatan intimidasi dalam manajemen kelas; menjelaskan lima strategi pendekatan instruksional dalam manajemen kelas; menyimpulkan alasan penerapan pendekatan eklektik atau pendekatan analitik pluralistik dalam manajemen kelas; g. memahami empat tahap pendekatan analitik pluralistik yang perlu dicermati dalam manajemen kelas. 1. Pendekatan Otoriter Pendekatan otoriter memandang bahwa manajerial kelas sebagai suatu pendekatan pengendalian perilaku peserta didik oleh guru. Pendekatan ini menempatkan guru dalam peranan menciptakan dan memelihara ketertiban di kelas dengan menggunakan strategi pengendalian. Tujuan guru yang utama ialah mengendalikan perilaku peserta didi k. Guru. bertanggung jawab mengendalikan perilaku peserta didik karena gurulah pali mengetahui dan berurusan dengan peserta didik. Tugas ini sering dilakukan guru dengan menciptakan dan menjalankan peraturan dan hukuman. Pendekatan otoriter janganlah dipandang sebagai strategi yang bersifat mengintimi. Guru yang mempraktekkan pendekatan otoriter tidak memaksakan kepatuhan, merendahkan peserta didik, dan tidak bertindak kasar. Guru. otoriter bertindak untuk kepentingan peserta didik dengan menerapkan disiplin yang tegas.

Pendekatan otoriter menawarkan lima strategi yang dapat diterapkan dalam memanajemeni kelas yaitu (1) menetapkan dan menegakkan peraturan, (2) memberikan perintah, pengarahan, dan pesan (3) menggunakan teguran, (4) menggunakan pengendalian dengan mendekati, dan (5) menggunakan pemisahan dan pengucilan.

a)

Menciptakan dan menegakkan peraturan adalah kegiatan guru menggariska

pembatasan-pembatasan dengan memberitahukan kepada peserta didik apa yang diharapkan dan mengapa hal tersebut diperlukan. Dengan demikian, kegiatan menciptakan dan menegakkan peraturan adalah proses mendefinisikan dengan jelas dan spesifik harapan guru mengenai perilaku peserta didik di kelas. Peraturan merupakan pedoman yang diformalkan yang. menggambarkan perilaku yang dibenarkan dan yang tidak dibenarkan. Maksud peraturan itu adalah menuntun dan membatasi perilaku peserta didik. Peraturan yang dirumuskan dengan jelas amatlah perlu agar peserta didik dapat bekerja sesuai dengan peraturan. Mengetahui dan memahami peraturan yang menyatakan apa yang dibenarkan dan apa yang tidak dibenarkan sangatlah penting sehingga peserta didik mengetahui apa yang harus dikerjakan dan mengetahui akibat pelanggaran atas peraturan itu.

b)

Memberikan perintah, pengarahan, dan pesan adalah strategi cara guru dalam

mengendalikan perilaku peserta didik agar peserta didik melakukan sesuatu yang diinginkan guru. Perintah, pengarahan, dan pesan yang disampaikan dan dinyatakan dengan jelas dan mudah difahami adalah. sesuatu cara yang sesuai dan sempurna dalam mengendalikan perilaku peserta didik sepanjang tidak menggunakan paksaan untuk mematuhinya.

c)

Menggunakan teguran ramah adalah strategi memanajemeni kelas yang digunakan

guru memarahi peserta didik yang berperilaku tidak sesuai, yang melanggar peraturan dengan cara lemah lembut. Para penganjur strategi ini merekomendasikan bahwa teguran ramah adalah strategi yang efektif untuk mengembalikan peserta didik dad perilaku menyimpang yang ringan kepada perilaku yang diharapkan. Teguran ramah dapat

dilakukan secara verbal maupun non verbal dimaksudkan untuk memberitahukan dan bukan menuduh.

d)

Menggunakan pengendalian dengan mendekati adalah tindakan guru bergerak

mendekati peserta didik yang dilihatnya berperilaku menyimpang atau cenderung menyimpang. Strategi ini dimaksudkan untuk mencegah berkembangnya situasi yang mengacaukan atau yang mempunyai kemungkinan mengacaukan. Tindakan itu tidak dimaksudkan untuk menghukum atau mengintimidasi. Strategi ini didasarkan pada asumsi bahwa kehadiran guru secara fisik akan cukup berhasil mencegah peserta didik berperilaku menyimpang.

e)

Menggunakan pemisahan dan pengucilan (dan juga penskoran, penahanan) adalah

strategi guru dalam merespon perilaku menyimpang peserta didik yang tingkat penyimpangannya cukup berat. Strategi terse but cukup efektif menanggulangi perilaku menyimpang yang kadarnya berat dari peserta didik, dan bahkan strategi ini tidak dianggap sebagai sesuatu yang bersifat menghukum.

2 .Pendekatan Inffmidasi Pendekatan intimidasi adalah pendekatan yang memandang manajemen kelas sebagai proses pengendalian perilaku peserta didik. Berbeda dengan pendekatan otoriter yang menekankan perilaku guru yang manusiawi, pendekatan intimidasi menekankan pada perilaku guru yang mengintimidasi. Bentuk-bentuk intimidasi itu seperti hukuman yang kasar, ejekan, hinaan, paksaan, ancaman, menyalahkan. Peranan guru adalah memaksa peserta didik berperilaku sesuai dengan perintah guru.

Pendekatan intimidasi berguna dalam situasi tertentu dengan menggunakan teguran

keras. Teguran keras adalah perintah verbal yang keras yang diberikan pada situasi tertentu dengan maksud untuk segera menghentikan perilaku siswa yang penyimpangannya berat. Misal, guru memergoki dua peserta didik berkelahi. Kemudian guru berteriak "berhenti" dengan harapan setelah mendengar suara guru kedua peserta didik itu akan berhenti berkelahi. Kehadiran guru membuat mereka takut, takut karena mereka membayangkan akan memperoleh hukuman yang sangat berat. Dengan demikian, pendekatan intimidasi hanya baik untuk menghentikan perbuatan yang salah berat dengan segera. Apabila perbuatan salah itu selesai atau berhenti maka tindakan intimidasi tidak akan seproduktif strategi lain. Kendatipun pendekatan intimidasi telah dipakai secara luas dan ada manfaatnya, terdapat banyak kecaman terhadap pendekatan ini. Penggunaan pendekatan ini hanya bersifat pemecahan masalah secara sementara dan hanya menangani gejala-gejala masalahnya, bukan masalahnya itu sendiri. Kelemahan lain yang timbul dari penerapan pendekatan ini adalah tumbuhnya sikap bermusuhan dan hancurnya hubungan antara guru dan peserta didik. 3. Pendekatan Permisif Pendekatan permisif adalah pendekatan yang menekankan perlunya memaksimalkan kebebasan siswa. Thema sentral dari pendekatan ini adalah: apa, kapan, dan dimana juga guru hendaknya membiarkan peserta didik bertindak bebas sesuai dengan yang diinginkannya. Peranan guru adalah meningkatkan kebebasan peserta didik, sebab dengan itu akan membantu pertumbuhannya secara wajar. Campur tangan guru hendaknya seminimal mungkin, dan berperan sebagai pendorong mengembangkan potensi peserta didik secara penuh. Pendekatan permisif sedikit penganj urnya. Pendekatan ini kurang menyadari bahwa sekolah dan kelas adalah sistem sosial yang memiliki pranata-pranata sosial. Dalam sistem sosial para anggotanya, dalam hal ini guru dan peserta didik menyandang hak dan kewajiban. Mereka diharapkan bertindak sesuai dengan hak dan kewajibannya dan diterima oleh semua pihak. Perbuatan yang bebas tanpa batas akan memperkosa dan mengancam hak-hak orang lain. Banyak pendapat yang menyatakan bahwa pendekatan permisif dalam bentuknya yang

murni tidak produktif diterapkan dalam situasi atau lingkungan sekolah dan kelas. Namun disarankan agar guru memberikan kesempatan kepada para peserta didik melakukan urusan sendiri apabila hal itu berguna. Urusan itu seperti para peserta didik rnemperoleh kesempatan secara psikologis, memikul resiko yang aman, rnengatur kegiatan. sekilah sesuai cakupannya, mengembangkan kernampuan memimpin diri sendiri, disiplin sendiri; dan tanggung jawab sendiri. Dengan dernikian, guru harus dapat menemukan cara untuk memberikan kebebasan sebesar mungkin kepada peserta didik di satu sisi, disisi lain tetap dapat rnengendalikan kebebasan itu dengan penuh tanggung jawab. 4. Pendekatan Buku Masak Pendekatan buku adalah pendekatan berbentuk rekomendasi berisi daftar hal-hal yang harus dilakukan atau yang tidak harus dilakukan oleh seorang guru apabila menghadapi berbagai tipe masalah manajemen kelas. Daftar tentang apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak harus lakukan ini biasanya dapat diketemukan dalam artikel: Tiga puluh cara untuk rnemperbaiki perilaku peserta didik, misalnya. Karena daftar ini sering merupakan resep yang cepat dan rnudah, pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan "buku masak". Berikut ini adalah contoh khas jenis pernyataan yang dapat dijumpai dalam daftar buku masak. Selalulah menegur siswa secara empat mata Jangan sekali-kali meninggikan suara pacta saat/ waktu memperingatkan siswa Tegas dan bertindak adil sewaktu berurusan dengan Slswa Jangan pandang bulu dalam memberikan penghargaan Senantiasalah menyakinkan diri lebih dahulu akan kesalahan siswa sebelum menjatuhkan hukuman Selalulah meyakinkan did bahwa siswa mengetahui semua peraturan yang ada Tetaplah konsekuen dalam mengakkan peraturan.

Pendekatan buku masak tidak dijabarkan atas dasar konsep yang jelas, sehingga

tidak ditemukan prinsip-prinsip yang memungkinkan guru menerapkan seeara umum pada masalah-masalahlain. Pendekatan ini eenderung menumbuhkan sikap reaktif pada diri guru dalam memanajemeni kelas. Dengan kat a lain, guru biasal1ya memberikan reaksi terhadap masalah tertentu dan sering mcmpcrgunakan dalam jangka pendek. Kelemahan lain pcndekatan buku masak adalah apabila resep tertentu gagal mencapai tujuan, guru tidak dapat memilih alternatif lain, karena pendekatan ini bersifat mutlak. Guru yang bekerja dengan kerangka aeuan buku masak akan merugikan diri sendiri dan tidak mungkin menjadi manajer kelas yang efektif.

5. Pendekatan Instruksional Pendekatan instruksional adalah pendekatan yang mendasarkan kepada pendirian bahwa pengajaran yang dirancang dan dilaksanakan dengan cermat akan mencegah timbulnya sebahagian besar masalah manajerial kelas. Pendekatan ini berpendapat bahwa manaj erial yang efektif adalah hasil perencanaan pengajaran yang bermutu. Dengan demikian peranan guru adalah merencanakan dengan teliti pelajaran yang baik, kegiatan belajar yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan setiap peserta didik. Para penganjur pendekatan instruksional dalam manajemen kelas cenderung memandang perilaku instruksional guru mempunyai potensi mencapai dua tujuan utama manajemcn kelas. Tujuan itu adalah: 1) mencegah timbulnya masalah manajerial, dan 2) memecahkan masalah manajerial kelas. Cukup banyak contoh yang membuktikan banwa kegiatan belajar-mengajar yang direncanakan dan dilaksanakan dengan baik .adalah merupakan faktor utama dalam pencegahan timbulnya masalah manajemen kelas. Sebaliknya banyak kenyataan yang mendukung pendirian bahwa kegialan belajarmengajar yang direncanakan dan dilaksanakan dengan tidak baik adalah penyebab utama timbulnya masalah manajemen kelas. Oleh karcna itu, para pengembang pendekatan instruksional menyaninkan guru dalam mengembangkan strategi menajemen kelas memperhatikan hal-hal berikut ini: 1) menyampaikan kurikulum dan pelajaran yang menarik, relevan, dan sesuai, 2) menerapkan kcgiatan yang cfcktif, 3) mcnycdiakan daftar kegiatan rutin kelas, 4) memberikan pcngarahan yang jelas, 5) mcnggunakan dorongan yang bermakna, 6) memberikan bantuan mengatasi rintangan, 7) merencanakan perubahan

lingkungan, 8) mengatur kembali struktur situasi. Menyampaikan kurikulum, pelajaran yang manarik, relevan dan sesuai dengan secara empiris dianggap sebagai penangkal perilaku menyimpang para peserta didik di dalam kelas. Di

samping itu penelitian-penelitian menemukan bukti-bukti bahwa kunci keberhasilan manajemen kelas ialah kemampuan guru mempersiaplbn dan menyelenggarakan kegiatan belajar-mengajar. Hal itu akan mencegah perhatian yang kurang, kebosanan, dan perilaku menyimpang. Guru yang berhasil ialah guru yang rnenyajikan pelajaran yang disiapkan dengan baik, yang berlangsung dengan lancar, dan dengan tempo yang baik, tepat dan jelas arahnya, memberikan kegiatan yang sesuai dengan kemampuan dan minat peserta didik. Menerapkan kegiatan yang efektif adalah kemampuan guru mengatur arus dan tempo kegiatan kelas oleh banyak orang sehingga mencegah peserta didik melalaikan tugasnya. Kegiatan guru yang meloncat-loncat (mendesak, tergantung, terputus, berubah arah), bertele-tele, dan terpisah-pisah adalah kegiatan-kegiatan yang tidak efektif, dan akan mengundang perilaku peserta didik untuk menyimpang. Menetapkan kegiatan rutin kelas adalah kegiatan sehari-hari yang perlu difahami dan dilakukan peserta didik, Informasi kegiatan ini disampaikan guru pada awal pertemuan dengan para peserta didik di kelas. Penjelasan secukupnya mengenai harapan guru yang berkaitan dengan kegiatan rutin kelas merupakan langkah yang menentukan efektivitas manajemen kelas dan pengembangkan kelas yang produktif. Proses ini membatasi kemungkinan timbulnya masalah manajemen kelas seminimal mungkin.

Gambar 8 " Guru mengingatkan kembali fugas rutin sehari-hari para Slswa Memberikan pengarahan yang jelas adalah kegiatan mengkomunikasikan harapanharapan yang diinginkan guru, lnstruksi yang jelas, sederhana, ringkas, tepat pada sasaran, sistematis akan membantu efektivitas manajemen kelas, sehingga masalah-masalah menyimpang yang disebabkan oleh pengarahan yang buruk dapat dihindari, Memberikan dorongan yang bermakna adalah suatu proses dimana guru berusaha menunjukkan minat yang sungguh-sungguh terhadap perilaku pesert didik yang menunjukkan tanda-tanda kobosanan dan keresahan. Kegiatannya misalnya, guru dapat mendekati peserta didik, memeriksa pekerjaannya memberikan penghargaan pada usahanya, dan memberikan saran-saran. perbaikan lebih lanjut. Dengan cara ini guru membantu peserta didik meneruskan aktivitasnya dan mencegah timbulnya perilaku menyimpang. Memberikan bantuan mengatasi rintangan adalah bentuk pertolongan yang diberikan oleh guru untuk membantu peserta didik menghadapi persoalan yang mematahkan semangat, pada saat mereka benar-benar memerlukannya. Proses bantuannya dilaksanakan sebelum situasi berkembang hingga tidak dapat dikuasai. Bantuan mengatasi rintangan ini adalah cara yang sangat bermanfaat untuk mencegah perilaku mengganggu.

Merencanakan perubahan lingkungan adalah proses mempersiapkan kelas atau lingkungan menghadapi perubahan-perubahan situasi. Misalnya, peserta didik harus disiapkan atas kemungkinan guru tidak dapat hadir selama beberapa hari dan akan digantikan oleh guru lain. Perencanaan yang disiapkan sebe1umnya akan membantu peserta didik memahami hal itu dan akan berperilaku sesuai dengan yang direncanakan

guru. Dengan demikian, timbulnya masalah manajemen kelas dapat dicegah secara dini. Merencanakan dan mengubah lingkungan kelas adalah proses penciptaan lingkungan yang menyenangkan dan tertib. Kegiatan ini dimaksudkan memaksimalkan produktivitas dan meminimalkan perilaku menyimpang, dan dirancang dengan baik. Merencanakan dan mengubah lingkungan kelas diperlukan untuk mencegah atau mengurangi jenis-jenis perilaku tertentu yang tidak diinginkan. Mengatur kembali struktur situasi adalah strategi manajerial kelas dalam memulai suatu kegiatan atau mengerjakan tugas dengan cara yang lain atau cara yang berbeda. Mengubah sifat kegiatan, mengubah pusat perhatian, atau menggunakan cara baru untuk mengerjakan hal-hallama akan efektif mencegah timbulnya masalah manajemen kelas, khususnya yang bersumber pada perasaan bosan. 6. Pendekatan Pengubahan Perilaku Pendekatan pengubahan perilaku didasarkan pada prinsip-prinsip psikologi behaviorisme. Prinsip utama yang mendasari pendekatan ini adalah perilaku merupakan hasil proses belajar. Prinsip ini berlaku baik bagi perilaku yang sesual maupun perilaku yang menyimpang. Pengajur pendekatan ini berpendapat bahwa seorang peserta didik berperilaku menyimpang adalah disebabkan oleh salah satu dari dua alasan yaitu: 1) peserta didik telah belajar berperilaku yang tidak sesuai, atau 2) peserta didik tidak belajar berperilaku yang sesuai. Pendekatan pengubahan perilaku dibangun atas dasar dua asumsi utama yaitu: 1) empat proses dasar belajar, 2) pengaruh kejadian-kejadian dalam lingkungan. Tugas guru adalah menguasai dan menerapkan empat prinsip dasar be1ajar. Prinsip tersebut adalah penguatan positif, hukuman, penghentian, dan penguatan negatif. Penguatan positif yakni pemberian penghargaan setelah terjadi suatu perbuatan. Penghargaan menyebabkan perbuatan yang dikuatkan itu semakin meningkat. Perbuatan yang dihargai tersebut diperkuat dan diulangi di kemudian hari. Contoh: Natsir membuat karya tulis. Karya tulis itu sangat rapi. Kemudian karya tulis itu diserahkan kepada guru (=perbuatan, tingkah laku). Guru memuji karya tulis itu dan mengatakan bahwa karya tulis yang rapi lebih mudah dan enak dibaca dari pada

karya tulis yang tidak rapi (=penguatan positif). Dalam karya tulis berkutnya Natsir lebih bersungguh-sungguh dan tulisannya lebih rapai (=frekuensi perbuatan yang dikuatkan lebih meningkat). Hukuman adalah pemberian pengalaman atau rangsangan yang tidak disukai atau tidak diinginkan sesudah terjadinya suatu perbuatan. Dengan hukuman menyebabkan suatu perbuatan yang dikenai hukuman frekuensinya berkurang dan cenderung tidak dilanjutkan. Contoh: Tarji membuat dan menyerahkan makalah yang tulisannya tidak rapi kepada gurunya (=perbuatan peserta didik). Guru menegur Tarji karena dia tidak bekerja rapi. Guru mengatakan kepadanya bahwa tulisan yang tidak rapi sukar dibaca. Guru menyuruh agar Tarji menulis kembali makalah itu (=hukuman). Dalam makalah berikutnya tulisan Tarji bertambah baik (=frekuensi perbuatan yang dihukum berkurang). Penghentian adalah menahan suatu penghargaan yang diharapkan (=menahan penguatan positif), yang dalam kejadian sebelumnya perbuatan seperti itu diberi penghargaan. Contoh: Marni yang pekerjaannya rapi selalu dihargai oleh guru. Ia menyiapkan sebuah karya tulis dengan tulisan yang rapL Kemudianmenyerahkannya kepada guru (=perbuatan peserta didik yang sebelumnya dikuatkan oleh guru). Guru menerimanya, kemudian mengembalikannya kepada Marni tanpa komentar apa pun (=menahan penguatan positif). Pekerjaan Marni menjadi kurang rapi dalam membuat makalah berikutnya (=frckuensi perbuatan yang scbelumnya dikuatkan mcnjadi menurun). Penghentian menyebabkan menurunnya frekuensi perbuatan yang sebelumnya dihargai.

Penguatan negatif adalah penarikan rangsangan (hukuman) yang tidak diinginkan atau tidak disukai sesudah terjadinya suatu pcrbuatan, yang menyebabkan frekuensi perbuatan itu meningkat. Menarik hukuman bermaksud memperkuat perilaku dan meningkatkan kecenderungan diulangi. Contoh: Iskandar adalah salah seorang peserta didik yang selalu menyerahkan pekerjaan

(makalah) yang kurang rapi kepada gurunya. Meskipun guru selalu mengomeli Iskandar, pekerjaan Iskandar itu tidak bertambah rapl. Guru kali ini menerima pekerjaan Iskandar tanpa komentar dan tanpa omelan seperti biasanya (=menarik hukuman). Ternyata pada kemudian hari pekerj aan Iskandar menj adi lebih baik (frekuensi perilaku meningkat). Mendasarkan pada uraian di atas, guru dapat mendorong perilaku peserta didik yang sesuai dengan mempergunakan penguatan positif (memberikan penghargaan) dan penguatan negatif (menarik h ukuman). Guru dapat mengurangi perilaku peserta didik yang menyimpang dengan mempergunakan! hukuman (memberi rangsangan yang tidak menyenangkan), penghentian (menahan penghargaan yang diharapkan), dan penarikan (menarik penghargaan dari peserta didik). Hal yang perlu diingat bahwa konsekuensikonsekuensi itu memberikan pengaruh kepada perilaku peserta didik sesuai dengan prinsipprinsip perilaku yang telah terbentuk. Jika guru menghargai perilaku yang menyimpang, perilaku tersebut cenderung diteruskan. Jika guru menghukum perilaku yang sesuai, perilaku tersebut cenderung tidak diteruskan. Penentuan waktu, frekuensi pcnguatan, dan hukuman adalah prinsip lain yang penting dalam pengubahan perilaku. Pcrbuatan pescrta didik yang hcndak dipcrkuat oleh guru harus dengan segera dikuatkan setelah perbuatan itu terjadi. Perbuatan peserta didik yang hendak dihentikan harus segera dikenakan hukuman setelah perbuatan itu terjadi. Perilaku yang tidak dikuatkan dengan . segera cenderung akan melemah. Perilaku yang tidak dikenakan hukuman dengan segera cenderung akan menguat. Jadi penentuan waktu yang tepat untuk menghargai dan menghukum adalah penting. Penentuan waktu sarna pentingnya dengan frekuensi terjadinya perilaku yang dikuatkan. Penguatan yang terus menerus, yaitu penguatan yang menyusul setiap terjadi perilaku menyebabkan makin cepatnya seseorang mempelajari perilaku tersebut. Jika seorang guru menginginkan penguatan perilaku siswa tertentu, guru harus menghargai setiap kali perilaku itu terjadi. Penguatan terus menerus akan sangat efektif pada tahap awal mempelajari suatu perilaku. Sekali perilaku telah terbentuk akan efektif menguatkannya tanpa tenggang waktu yang lama. Ada dua macam pendekatan untuk penguatan yang berselang waktu pendek yaitu: penjadwalan selang waktu, dan penjadwalan rasio. Penjadwalan selang waktu ialah

pendekatan yang dipergunakan oleh guru mendorong siswa setelah batas waktu tertentu. Misalnya, guru yang menggunakan penjadwalan selang waktu akan mendorong seorang siswa setiap jam. Penjadwalan rasio adalah pendekatan yang digunakan oleh guru mendorong siswa setelah suatu perbuatan terjadi beberapa kali. Misal, guru yang menggunakan penjadwalan rasio akan mendorong siswa setelah perbuatan tertentu terjadi empat kali. Penghargaan atau pendorong adalah suatu rangsangan untuk meningkatkan frekuensi perbuatan yang mendahuluinya. Hukuman adalah sesuatu yang mengurangl frekuensi perbuatan yang mendahuluinya. Pendorong dapat digolongkan dalam dua kategori utama yaitu pendorong primer (diperlukan untuk mempertahankan kehidupan seperti air, makanan, rumah), dan pendorong bersyarat (pujian, rasa kasih sayang dan sebagainya). Pendorong bersyarat terdiri dari beberapa tipe seperti pendorong sosial (pujian atau tepukan), pendorong perIambang (berupa benda/barang - tanda penghargaan), pendorong nyata (uang atau cek), pendorong kegiatan (bermain di luar, membaca bebas, diberi kesempatan memilih nyanyian). Penghargaan (dan hukuman) dapat difahami hanya dalam kaitannya dengan peserta didik secara individual. Penghargaan terhadap seorang peserta didik dapat saja dirasakan sebagai hukuman bagi peserta didik lainnya. Respon yang dimaksudkan oleh guru sebagai penghargaan dapat dirasakan sebagai hukuman, dan respon yang dimaksudkan sebagai hukuman dapat menjadi penghargaan. Hal semacam ini sering terjadi. Contoh yang sangat lazim sekali terjadi apabila seorang peserta didikberperilaku menyimpang dengan maksud menar'ik perhatian. Tindakan hukuman yang diberikan oleh guru sesudah kejadian itu sesungguhnya adalah menghargai, bukan menghukum peserta didik yang haus perhatian itu. Dan oleh karena itu, peserta didik tersebut meneruskan perilakunya untuk mendapat perhatian yang didambakannya. Contoh di atas mengisyaratkan hendaknya guru berhati-hari dalam memilih suatu pendorong tertentu. Walaupun hal ini benar, proses pemilihan jangan dibuat sebagai suatu hal yang menyulitkan. Pendorong adalah idiosinkretik bagi seorang peserta didik. Pendidik itulah sebenarnya dan seyogianya menemukan pendorong-pendorong tersebut. Jadi pendorong terbaik ialah pendorong yang dipilih oleh peserta didik itu sendiri.

Terdapat tiga metode yang ditawarkan untuk menemukan pendorongpendorong yang berorientasi individual yaitu: 1) mendapatkan petunjuk mengenai pendorong yang mungkin dengan mengamati apa yang mungkin dilakukan oleh peserta didik, 2) mendapatkan petunjuk tambahan dengan mengamati apa saja yang mengikuti perilaku peserta didik tertentu, dan 3) mendapatkan petunjuk tambahan dengan hanya menanyakan si anak, apa yang akan dilakukan pada waktu senggang, apa yang ingin dimiliki, dan untuk apa ia melakukan sesuatu. Guru menyadari bahwa pujian dan dorongan adalah pendorong sosial yang sangat kuat. Pendekatan pengubahan perilaku menawarkan sejumlah strategi menajerial kepada guru yang semuanya mengandung penggunaan dorongan. Berikut ini adalah strategistrategi lain yang dilawarka11 dalam mcmanajcmcni kelas. Mempergunakan model Model adalah proses dimana peserta didik dengan mengamati cara berperilaku orang lain mendapatkan perilaku yang baru. Sebagai suatu strategi menajemen, model dapat dipandang sebagai suatu proses dimana guru melalui tingkah lakunya menari1pilkan nilai dan sikap, yang dikehendaki dimiliki dan ditampilkan oleh peserta didik. Mempergunakan pembentukan Pembentukan adalah suatu prosedur dimana guru meminta peserta didik menampilkan serangkaian perilaku yang mendekati atau mirip dengan perilaku yang diinginkan. Dan pada setiap kali peserta didik menampilkan perilaku yang mendekati itu guru memberikan dorongan kepada peserta didik sehingga ia mampu secara konsisten menampilkan perilaku yang diinginkan tersebut. Jadi pembentukan adalah strategi pengubahan perilaku yang dipergunakan untuk mendorong perkembangan perilaku yang baru. Mempergunakan sistem hadiah Sistem hadiah biasanya terdiri dari tiga unsur. Undur-unsur itu dimaksudkan untuk mengubah perilaku sekelompok peserta didik. Unsur-unsur itu berupa: 1) seperangkat instruksi tertulis yang disiapkan dengan teliti, yang menggambarkan perilaku peserta didik

yang hendak dikuatkan atau didorong oleh guru, 2) suatu sistem yang dirancang dengan baik untuk menghadiahkan barang kepada peserta didik yang menampilkan perilaku yang sesuai, dan 3) seperangkat prosedur yang memberikan kesempatan kepada peserta didik saling bertukar hadiah yang mereka peroleh sebagai penghargaan, atau memberikan kesempatan terlibat dalam kegiatan-kegiatan sosial. Mempergunakan kontrak perilaku Kontrak perilaku adalah suatu persetujuan an tara guru dan peserta didik yang berperilaku menyimpang. Persetujuan itu menentukan perilaku yang disetujui oleh peserta didik untuk ditampilkan dan kemungkinan-kemungkinan konsekuensinya apabila peserta didik menampilkan perilaku tersebut. Kontrak adalah suatu kesepakatan antara guru dan peserta didik yang merinci apa yang diharapkan dilakukan oleh peserta didik dan ganjaran atau konsekuensi yang akan diperolehnya apabila melakukan hal-hal yang disepakati itu. Mempergunakan jatah kelompok Penggunaan jatah kelompok adalah penggunaan prosedur dimana konsekuensi (penguatan atau hukuman) tidak hanya tergantung kepada perilaku seorang peserta didik sendiri, melainkan juga kepada perilaku kelompoknya. Penghargaan terhadap setiap anggota kelompok tergantung pada perilaku salah seorang atau lebih atau pada perilaku seluruh anggota kelompok lainnya . Penguatan alternatif yang tidak serasi Penguatan alternatif yang tidak serasi yaitu penguatan yang bertentangan satu dengan yang lainnya. Penguatan itu terjadi pada situasi dimana guru menghargai perilaku yang tidak dapat terjadi bersamaan dengan perilaku menyimpang yang hendak dihilangkan oleh guru. Mempergunakan penyuluhan perilaku Penyuluhan perilaku adalah suatu proses yang meliputi pertemuan pribadi an tara guru dan peserta didik. Penyuluhan perilaku ini dimaksudkan untuk membantu peserta didik yang berperilaku menyimpang mengetahui bahwa perilakunya tidak sesuai dan

merencanakan perubahan. Pertemuan s~perti itu akan membantu peserta didik memahami hubungan antara tindakannya dengan konsekuensinya, dan mempertimbangkan tindakantindakan alternatif yang mungkin dapat menghasilkan konsekuensi yang diinginkan. Mempergunakan pemantauan sendiri Pernantauan diri sendiri diartikan sebagai pengelolaan diri sendiri dirnana peserta didik rnencatat aspek-aspek perilakunya agaria dapat rnerubahnya. Pernantauan diri sendiri secara sisternatis akan meningkatkan kesadaran peserta didik terhadap perilaku yang diharapkan dihilangkan atau dikurangi. Pernantauan diri sendiri meningkatkan kesadaran diri sendiri rnelalui pengarnatan atas dirinya. Mempergunakan isyarat Isyarat adalah suatu proses untuk rnerangsang berbuat atau tindakan mengingatkan secara verbal atau non-verbal yang digunakan oleh guru kepada peserta didiknya. Hal ini dilakukan apabila ia merasa peserta didiknya berperilaku rnenyirnpang. Suatu isyarat dapat digunakan untuk mendorong atau mencegah perilaku tertentu. Berlainan dengan pendorong, isyarat rnendahului respons. Kernbali pada dilerna paling pelik yang dihadapi oleh para penganJUf pendekatan pengubahan perilaku yaitu penggunaan hukuman untuk menghilangkan perilaku yang tidak sesuai. Setiap penulis rnernpunyai pandangan yang berbeda. Ada tiga pandangan pokok yang paling menonjol dalarn hal ini yaitu: 1) penggunaan hukuman dengan tepat sangat efektif untuk menghilangkan perilaku peserta didik yang menyimpang, 2) penggunaan hukuman dengan bijaksana pada jenis-jenis situasi tertentu akan dapat membcrikan dampak positif pada perilaku pcscrta didik, tetapi karena adanya resiko timbulnya pengaruh sampingan yang negatif, penggunaan hukuman harus dipantau dengan seksama, 3) penggunaan hukuman harus dihindarkan sama sekali, karena perilaku siswa yang menyimpang dapat ditangani secara efektif dengan teknik-teknik lain yang tidak mempunyai pengaruh sarnpingan yang negatif seperti hukuman. Menyoal pandangan yang berbeda tentang hukuman di atas, Sulzer dan Mayer memberikan kajian kcuntungan dan kerugian pcnggunaan hukuman. Keuntungan pemberian hukuman adalah 1) hukuman tidak menghentikan dengan segera perilaku

siswa yang dihukum, tetapi dapat mengurangi terjadinya perilaku tersebut untuk jangka waktu lama, 2) hukuman bersifat memberikan informasi kepada. peserta didik, karena membantunya membedakan dengan cepat perilaku yang dibenarkan dan perilaku yang tidak benarkan, 3) hukuman bersifat memerintah terhadap siswa lain untuk mengurangi kemungkinan peserta didik lainnya meniru perilaku yang dihukum tersebut. Adapun kerugian penggunaan hukuman adalah: 1) hukuman dapat disalah tafsirkan, 2) hukuman da.pat menyebabkan peserta didik yang dihukum menyisihkan diri sama sekali, 3) hukuman dapat menyebabkan peserta didik yang dihukum menjadi agresif, 4) hukuman dapat menghasilkan reaksi negatif di pihak teman-teman sekelasnya, 5) hukuman dapat menyebabkan peserta didik yang dihukum bersikap negatif terhadap dirinya sendiri at au terhadap situasi. 7. Pendekatan Iklim Sosio-Emosional Pendekatan iklim sosio-emosional dalam manajemen kelas berakar pada psikologi penyuluhan klinikal, dan karena itu memberikan arti yang sangat penting pada hubungan antar pribadi. Pendekatan ini dibangun atas dasar asumsi bahwa manajemen kelas yang efektif (dan pengajaran yang efektif) sangat tergantung pada hubungan yang positif antara guru dan peserta didik. Guru adalah penentu utama atas hubungan antar dan iklim kelas. Oleh karena itLl, tugas pokok guru dalam manajemen kelas adalah membangun huhungan antar pribadi yang positif dan meningkatkan iklim sosio-emosional yang positif pula. Banyak gagasan yang bercirikan pendekatan sosio-emosional dapat ditelusuri pada karya Carl Rogers. Premis utamanya adalah: kelancaran proses belajar yang penting sangat tergantung pada kualitas sikap yang terdapat dalam hubungan pribadi antara guru dan peserta didik. Rogers mengindentifikasi beberapa sikapyang diyakini hakiki yaitu: ketulusan, keserasian, sikap menerima, menghargai, menaruh perhatian, mempercayai, dan pengertian empatik. Sementara itu, Ginott menekankan pentingnya komunikasi yang efektif untuk meningkatkan hubungan yang baik antara guru dan siswa, di samping keserasian, sikap menerima, empati, dan memberikan sejumlah contoh bagaimana sikap-sikap itu diwujudkan oleh guru. Cara guru berkomunikasi ialah dengan berbicara sesuai situasi,

bukan dengan kepribadian atau watak siswa. Apabila dihadapkan kepada perilaku siswa yang tidak dikehendaki, guru dinasihatkan agar menerangkan apa yang dilihatnya, menjelaskan apa yang dirasakannya, dan rnenerangkan apa yang perlu dilakukan. Guru rnenenrna siswa, tetapi tidak rnenerirna atau rnenyetujui perilakunya. Ginott rnernberikan rekornendasi rnengenai eara yang seyogyanya dilakukan oleh guru untuk berkornunikasi seeara efektif sebagai bedkut. a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. Alamatkan pernyataan kepada situasi siswa, jangan rnenilai dirinya karena hal itu dapat rnerendahkan did siswa. Gambarkanlah situasi, ungkapkan perasaan tentang situasi itu, dan jelaskan harapan rnengenai situasi tersebut. Nyatakan perasaan yang sebenarnya yang akan rneningkatkan pengertian siswa. Hindarkan cara memusuhi dengan eara rnengundang kerja sarna dan rnernberikan kepada siswa kesernpatan rnengalarni ketidak tergantungan. Hindarkan sikap menentang atau rnelawan dcngan eara rnenghindarkan perintah dan tllntlltan yang memaneing respons dcfensif. Akui, terima, dan hormati pendapat serta pcrasaan siswa dengan cant yang meningkatkan perasaan harga dirinya. Hindarkan diagnosis dan prognosis yang akan menilai siswa, karena hal itll akan melemahkan semangat Jelaskan proses, dan tidak menilai prodllk atau pribadi, berikan bimbingan dan bukan kecaman. Hindarkan pertanyaan dan komentar yang memungkinkan memaneing sikap menolak dan mengundang sikap menentang. Tolak godaan memberikan kepada siswa pemeeahan yang ditawarkan secara burllburu, pergllnakanlah waktu lIntllk memberikan bimbingan yang diperlukan oleh siswa untuk memecahkan masalahnya. Doronglah kemampuan untuk mengatur diri sendiri. k. l. Hilangkan sarkasme, karena hal itu akan mengurangi harga diri peserta didik. Usahakan penjelasan yang singkat, hindarkan khotbah bertele-tele yang tidak akan menyakitkan motivasi. m. Pantau dan waspadalah terhadap dampak kata-kata yang disampaikan kepada siswa.

n. o.

Berikan pujian yang bersifat menghargai, karena hal itu produktif, tetapi hindarkan pujian yang bersifat menilai karena hal itu destruktif. Dengarkanlah apa yang diurigkapkan peserta didik dan dorong mengungkapkan buah pikiran dan perasaannya. Pandangan lain yang dapat digolongkan sebagai pendekatan Sosio- emosional

adalah dari Glasser. Glasser menekankan pentingnya keterlibatan guru dengan menggunakan strategi manajemen yang disebutnya terapi kenyataan. Dinyatakan oleh Glasser bahwa satu-satuya kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan akan identitas yaitu perasaan berhasil dan dihargai. Untuk mencapai identitas berhasil dalam konteks sekolah, seseorang harus mengembangkan perasaan tanggung jawab sosial dan harga diri. Tanggung jawab sosial dan harga diri adalah hasil yang diperoleh siswa yang telah mengembangkan hubungan yang baik dengan sesamanya. Jadi untuk mengembangkan i(1cntitas keberhasilan yang penting adalah keterlibatan. Perilaku siswa yang menyimpang adalah buah kegagalannya mengembangkan identitas keberhasilan. Dalam kaitan ini, Glasser mengemukakan delapan langkah untuk membantu peserta didik mengubah perilakunya berikut ini.

a.

Secara pribadi melibatkan diri dengan siswa; menerima siswa tetapi bukan kepada perilakunya yang menyimpang; menunjukkan kesediaan membantu siswa memecahkan masalah.

b. c.

Memberikan uraian ten tang perilaku siswa; menangani masalah tetapi tidak menilai atau menghakimi siswa. Membantu siswa membuat penilaian atau pendapat tentang perilakunya yang menjadi masalah itu. Pusatkan perhatian kepada apa yang dilakukan oleh siswa yang menimbulkan masalah dan yang menyebabkan kegagalannya.

d.

Membantu siswa merencanakan tindakan yang lebih baik; jika perlu berikan alternatif-alternatif; bantulah siswa membuat keputusan sendiri berdasarkan penilaiannya atas alternatif-alternatif yang ada untuk mengembangkan perasaan tanggung jawab sendiri.

e. f.

Membimbing siswa mengikatkan diri dengan rencana yang telah dibuatnya. Mendorong siswa sewaktu melaksanakan rencananya dan memelihara keterikatannya dengan rencana tersebut; yakinkan siswa bahwa guru mengetahui kemajuan kemajuan yang dibuatnya.

g.

Tidak mencrima pcrnyataan maaf siswa apabila siswa gagal meneruskan ketcrikatannya; bantulah ia mcmahami bahwa ia scndirilah yang bertanggung jawab atas perilakunya; ingatkan siswa akan perlunya rencana yang lcbih haik; mcncrima pcrnyataan maar bcrarti tidak memusingkan masalah siswa.

h.

Memberikan kesempatan kepada siswa merasakan akibat wajar dari perilakunya yang menyimpang tetapi jangan menghukumnya; bantulah siswa mencoba lagi menyusun rencana yang lebih baik dan mengikatkan diri dengan rencana tersebut. Sementara itu Dreikurs dalam kaitan dengan pendekatan sosio-emosional

mengemukakan gagasan-gagasan penting yang mempunyai implikasi bagi manajemen kelas yang efektif. Dua diantaranya ialah: 1) penekanan pada kelas yang demokratis dimana siswa dan guru berbagi tanggung jawab, baik dalam proses maupun dala