MANAJEMEN BIMBINGAN KONSELING DALAM …repository.uinjambi.ac.id/2391/1/TK151142_JAMILAH_MPI -...
Transcript of MANAJEMEN BIMBINGAN KONSELING DALAM …repository.uinjambi.ac.id/2391/1/TK151142_JAMILAH_MPI -...
MANAJEMEN BIMBINGAN KONSELING DALAM
MENANGGULANGI KENAKALAN SISWA
DI SEKOLAH MENENGAH ATAS
ISLAM TERPADU AL-AZHAR
KOTA JAMBI
SKRIPSI Diajukan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
pendidikan
JAMILAH
NIM: TK.151142
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2019
MANAJEMEN BIMBINGAN KONSELING DALAM
MENANGGULANGI KENAKALAN SISWA
DI SEKOLAH MENENGAH ATAS
ISLAM TERPADU AL-AZHAR
KOTA JAMBI
SKRIPSI
JAMILAH
NIM: TK.151142
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2019
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah…Alhamdulillah…Alhadulillahirobbil’alamin sujud
syukurku kepada Allah SWT, yang telah menajdikan aku manusia yang senantiasa
berpikir, berilmu, beriman dan bersabar. Dan atas karunia serta kemudahan yang
engkau berikan akhirnya skripsi yang sederhana ini dapat terselesaikan. Sholawat
serta salam selalu dilimpahkan untuk nabi besar baginda Muhammad SAW.
Ku persembahkan skripsi sederhanan ini untuk..
Orang yang sangat kukasihi dan kusayangi Ayahanda ( H.M Thamrin
Awang) dan Ibundaku ( Hj. Ummi Kalsum) tercinta yang telah memberikan
kasih sayang, cintanya dan motivasi yang luar biasa kepada ananda, dan yang
selalu mendoakanku, menasehatiku untuk menjadi lebih baik. Dan kepada
abangku (Syarifudin, Antoni, Muhammad, Sadam) dan kakakku ( Nurmasari Dan
Bunga) serta adikku yang tersayang (Nurhasanah dan Syariffah) yang telah
memberikan semangat dan dukungan kepada ananda, dan terima kasih untuk dia
yang selalu menemaniku dan selalu menyemangatiku (Saripuddin). Terima kasih
untuk kalian semua yang telah mendoakan dan memberikan semangat kepadaku
dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
Kepada Bapak Dr. A. Khalik, M.Pd.I dan Bapak Bawaihi, S.Ag, M.Pd.I
yang telah membimbing saya selama penyelesaian tugas akhir ini. Saya ucapkan
terima kasih atas ilmu, saran, dan nasehat yang telah bapak berikan kepada saya.
Tak lupa kepada sahabat-sahabatku, teman seiman, seangkatan,
seperjuangan yang selalu memberikan dukungan, motivasi dan semangat yang
luar biasa kalian berikan kepadaku hingga akhirnya penulisan skripsi ini selesai.
MOTTO
( إلا ٱلذيه ءامىىا ٢( إن ٱلإوسه لفي خسز )١وٱلعصز )
(٣وعملىاٱلصلحت وتىاصىا بٱلحق وتىاصىابٱلصبز )
Demi masa sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian kecuali.
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh
dan nasehat menasehati supaya mentataati kebenaran
dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran
(Qs: AL-Asr’1-3)
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha’alim
yang kita tidak mengetahui kecuali apa yang di ajarkannya, yang telah
memberikan kita semua nikmat dan rahmat-Nya, atas ridho-Nya hingga skripsi ini
dapat terselesaikan. Shalawat beriring salam atas Nabi Muhammad SAW.
Pembawa risalah bagi umat manusia.
Penulis skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat akademik
guna mendapatkan gelar serjana pendidikan pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa
penyelesaian skripsi ini tidak banyak melibatkan pihak telah memberikan motivasi
baik moril maupun materil, untuk itu melalui kalom ini penulis menyampaikan
terimah kasih dan penghargaan kepada :
1. Dr. H. Hadri Hasan, MA, selaku Rektor UIN Sulthan Thaha Saifudin Jambi.
2. Ibu Dr.Hj. Armida,M.Pd.I, selaku Dekan Fakultas Tarbiah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifudin Jambi.
3. Ibu Dr. Rusmini, S.Ag, M.Pd.I, selaku Ketua Jurusan Manajemen Pendidikan
Islam. Bapak Aris Dwi Nugroho, M.Pd.I, MSHS, selaku Sekretaris Jurusan
Manajemen Pendidikan Islam.
4. Dr. A. Khalik, M.Pd.I sebagai dosen Pembimbing I, dan bapak bawaihi, S.Ag.
M.Pd.I sebagai dosen Pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan
mencurahkan pemikirannya demi mengarahkan penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
5. Rini kartini S.Ag, Kepala Sekolah SMA IT Al-Azhar Kota Jambi yang telah
memberikan kemudahan kepada penulis dalam memperoleh data di lapangan.
6. sahabat-sahabat mahasiswa Manajemen Pendidikan Islam yang telah menjadi
rekan diskusi penyusunan skripsi ini.
7. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan motivasi tiada henti hingga
menjadi kekuatan pendorong bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
ABSTRAK Nama : Jamilah
Nim : TK 15114
Jurusan : Manajemen Pendidkan Islam
Judul : peran guru bimbingan konseling dalam menanggulangi kenakalan
siswa di Sekolah Menengah Atas IT Al-Azhar kota Jambi
Skripsi ini membahas tentang peran guru bimbingan konseling dalam
menanggulangi kenakalan siswa di SMA IT Al-Azhar kota Jambi. Penelitian ini
merupakan penelitian kualitatif deskriftif dengan teknik pengumpulan data
melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi dan analisis melalui reduksi data,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Penelitian ini di lakukan di SMA IT
Al-Azhar Kota Jambi, dengan subyek penelitiannya adalah Guru bimbingan
Konseling di SMA IT Al-Azhar Kota Jambi. Sedangkan informan tambahan di
tetapkan Kepala Sekolah, Guru, dan siswa.
Dari penelitian ini dapat di simpulkan bahwa guru bimbingan konseling
berperan dalam menanggulangi kenakalan siswa, guru BK cukup berperan dalam
menangani siswa yang membolos, melawan guru, merokok, tidak disiplin dan
sering melanggar aturan sekolah ini dengan baik. Jadi guru BK disini mempunyai
peran yang cukup untuk memberikan arahan yang baik demi kemajuan pendidikan
peserta didiknya untuk menjadi anak yang berguna bagi nusa dan bangsa.
Kata kunci: Guru Bimbingan konseling, menanggulangi, kenakalan siswa
ABSTRACT Name : Jamilah
Nim : TK 151142
Study program : Management Of Islamic Edication
Title : The Role Of Teacher Guidance Counseling In High School
Students To Tackle Delinquency IT Al-Azhar University City of
Jambi
This thesis discusses the role of teacher guidance counseling in high
school students to tackle delinquency IT Al-Azhar University City of Jambi. This
research is qualitative research deskriftif with engineering data collection through
interviews, observations, and analysis of documentation and data reduction,
through the presentation of data, and the withdrawal of the conclusion. This
research was done in high school IT Al-Azhar University City of Jambi, with the
subjects of his research was the teacher of guidance counseling in high school IT
Al-Azhar University City of Jambi. While the informant in a specified principal,
teachers, and students.
From this research can be conclude that teacher guidance counseling plays
a role in tackling the delinquency BK enough students, teachers play a role in
addressing students who are truant, against teachers, smoking, undisciplined and
often violate the rules of this school with either. So teachers have a role here BK
enough to give a good direction for the sake of progress education participants his
protégé to become useful to the homeland and the nation.
Keywords: teacher guidance counseling, tackling, misbehavior of students
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
NOTA DINAS .................................................................................................... i
PENGESAHAN ................................................................................................. iii
PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................................... iv
PERSEMBAHAN .............................................................................................. v
MOTTO ............................................................................................................. vi
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vii
ABSTRAK ......................................................................................................... ix
ABSTRACT ....................................................................................................... x
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1
B. Fokus Penelitian .................................................................................... 5
C. Perumusan Masalah ............................................................................... 5
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .......................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teoritik .................................................................................... 8
1. Pengertian Manajemen Bimbingan Konseling................................... 8
2. Prinsip-Prinsip Manajemen bimbingan konseling ............................. 9
3. Pengertian dan Fungsi Bimbingan Konseling .................................... 10
4. Tujuan Bimbingan dan Konseling ..................................................... 13
5. Fungsi Bimbingan dan Konseling ...................................................... 15
6. Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling di Sekolah ....................... 18
7. Asas-asas Bimbingan dan Konseling di Sekolah ............................... 20
8.Bidang Pelayanan Bimbingan dan KonselingDisekolah Madrasah .... 26
9. Pengertian Kenakalan Siswa .............................................................. 27
10. Jenis-Jenis kenakalan Siswa ............................................................... 29
11. Faktor-faktor Penyebab Kenakalan Siswa ......................................... 29
12. Karakteristik Kenakalan Siswa .......................................................... 30
11. Peran Guru Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan ................. 31
B. Study Relevan ....................................................................................... 33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian .................................................................. 35
B. Setting dan Subjek Penelitian ................................................................... 36
C. Jenis dan Sumber Data ............................................................................. 37
D. Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 38
E. Teknik Analisis Data ................................................................................ 39
F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ....................................................... 40
G. Jadwal Penelitian ...................................................................................... 41
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Temuan Umum ..................................................................................... 42
B. Temuan Khusus dan Pembahasan ........................................................ 52
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 66
B. Saran-Saran........................................................................................... 68
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Struktur Organisasi ............................................................................ 42
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Jadwal Penelitian .............................................................................. 37
Tabel 2.1 Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah ..................................... 43
Tabel 2.1 Keadaan Tenaga Pendidik ................................................................ 44
Tabel 2.2 Keadaan Tenaga Pendidik ................................................................ 44
Tabel 2.3 Daftar Jumlah Siswa......................................................................... 45
Tabel 2.4 Keadaan Sarana dan Prasarana ......................................................... 45
Tabel 3 Data Jenis Kenakalan Siswa ............................................................. 56
Tabel 3.1 Data Siswa Yang Bermasalah .......................................................... 56
Tabel 3.2 Data Siswa setelah mendapat Bimbingan Konseling ....................... 60
DAFTAR LAMPIRAN
Gambar 1. Riwayat Hidup................................................................................... 69
Gambar 2. Istrumen Pengumpulan Data ............................................................. 70
Gambar 3 Foto .................................................................................................... 71
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan orang dewasa (pendidik)
dalam penyelenggaraan kegiatan pengembangan diri peserta didik agar menjadi
manusia yang paripurna sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap
perkembangan jasmani dan rohani menuju terbentuknya kepribadian utama
menurut ukuran-ukuran tertentu ( Kompri. 2016. hlm: 15).
Pendidikan dalam pelaksanaanya selama ini dikenal sebagai usaha yang
berbentuk bimbingan terhadap anak didik guna mengantarkan anak kearah
pencapaian cita-cita tertentu dan proses perubahan tingkah laku kearah yang lebih
baik. Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam meningkatkan
kualitas manusia baik sosial dan intelektual maupun profesional. Di Negara
Indonesia sitem pendidikan telah dimuat dalam undang-undang dan disusun
dalam tujuan pendidikan oleh pemerintah secara nasional (Kompri.2016. hlm:15).
Pendidikan islam merupakan bagian dari upaya untuk menanamkan nilai-
niai ajaran islam dalam diri penganutnya. Tujuan pendidikan islam pada
hakikatnya identic dengan tujuan islam itu sendiri. Tujuan dimakasud menyatu
dalam hakikat penciptaan manusia, serta tugas yang diamanatkan kepadanya
sesuai dengan statusnya ( Jalaluddin, 2016. hlm:142).
Menurut undang-undang 20 tahun 2003 tentang pendidikan nasional “
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spriritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”. Undang-undang Republik Indonesia,
No. 20 (2003).
Sekolah sebagai pelaksana fungsi dan tujuan pendidikan dalam prosesnya
tidak hanya fokus pada pelaksanaan kegiataan yang dapat mengarahkan kepada
pengembangan potensi, pembentukan watak dan kepribadian peserta didik secara
optimal, serta memecahkan masalah peserta didik tersebut melibatkan guru
Bimbingan konseling di sekolah.
Bimbingan dan konseling merupakan proses bantuan atau pertolongan
yang diberikan oleh pembimbing (konselor) kepada individu (konseli) melalui
pertemuan tatap muka atau hubungan timbal balik antara keduanya, agar konseli
memiliki kemampuan atau kecakapan melihat dan menemukan masalahnya dan
mampu memecahkan masalahnya sendiri ( Tohirin, 2011. hlm: 26).
Secara umum, masa remaja merupakan periode yang sulit untuk ditempuh,
sehingga remaja sering dikatakan sebagai kelompok umur bermasalah (the trouble
teens). Siswa pada masa remaja cenderung memandang kehidupan secara tidak
realistis. Ia melihat dirinya, orang lain, serta fenomena lainnya, sebagaimana yang
ia inginkan, bukan sebagaimana adanya. Adanya anggapan bahwa dirinya bukan
lagi anak-anak, menyebabkan mereka berusaha meninggalkan perilaku dan sikap
kekanak-kanakannya untuk diganti dengan sikap dan perilaku yang lebih dewasa.
Kedewasaan dalam konteks disini adalah kedewasaan menurut ukuran mereka,
yang ternyata masih samar-samar. Mereka merasa mendapatkan kebebasan dalam
melakukan suatu hal seperti halnya orang dewasa.
Namun apa yang dilakukan oleh anak tersebut merupakan beberapa tingkah
laku yang melanggar aturan atau norma yang berlaku, segala macam tindakan
siswa yang melanggar aturan seperti terlambat kesekolah, membolos, tidak
lengkap memakai atribut sekolah, melawan guru, hal itu semua bisa digolongkan
sebagai kenakalan remaja.
Menurut Hamalik (dalam Kusumawati dkk, 2012. hlm:6) masa remaja
merupakan suatu masa, dimana individu berjuang untuk tumbuh menjadi
“sesuatu”, menggali serta memahami arti dan makna dari segala sesuatu yang ada.
secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan
masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-
orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-
kurangnya dalam masalah hak.
Becker (dalam Aroma dan Suminar, 2012: hlm: 2) menyatakan bahwa
“pada dasarnya setiap manusia memiliki dorongan untuk melanggar aturan pada
situasi tertentu”. Tetapi pada kebanyakan orang dorongan-dorongan tersebut
biasanya tidak menjadi kenyataan yang berwujud penyimpangan. Hal tersebut
karena orang normal biasanya dapat menahan diri dari dorongan-dorongan untuk
berperilaku menyimpang. Kemampuan menahan diri inilah yang seharusnya
dipelajari individu selama masa remaja.
Dipandang dari sudut pendidikan, penampilan dan perilaku remaja seperti
di atas sangat tidak diharapkan, karena tidak sesuai dengan sosok pribadi manusia
Indonesia yang dicita-citakan, seperti tercantum dalam tujuan pendidikan nasional
(UU No. 20 Tahun 2003), yaitu: beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, memiliki pengetahuan dan keterampilan, memiliki
kesehatan jasmani dan rohani, mem iliki kepribadian yang mantap dan mandiri,
serta memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Siswa dengan penyimpangan prilaku dapat menjadi di antara hal yang
sangat sulit. Karena prilaku menjadi penyimpang terlalu jauh dari prilaku yang
layak untuk kelaompok usia anak yang secara signifikan berpengaruh dengan
pertumbuhan dan perkembangan anak itu sendiri dan kehidupan orang lain (
Anita. 2004. hlm: 613).
Tujuan pendidikan tersebut di atas mempunyai implikasi yang
mengharuskan bagi semua tingkat satuan pendidikan untuk senantiasa
memantapkan proses pendidikannya secara bermutu ke arah pencapaian tujuan
pendidikan tersebut dan mencetak generasi yang unggul, sehat jasmani dan
rohani. Namun permasalahannya kenakalan remaja juga menimpa dan menjangkit
di lembaga pendidikan. Remaja yang pada usia sekolah seharusnya difokuskan
pada menuntut ilmu dan hal yang bermanfaat, kenyataannya justru melakukan
berbagai tindakan yang tidak terpuji yang seharusnya tidak mereka lakukan.
Ada pernyataan bahwa bimbingan indentik dengan pendidikan. Artinya
apabila seseorang melakukan kegiatan mendidik berarti ia juga sedang
membimibng, sebaliknya apabila sesorang melakukan aktivitas membimbing (
memberikan pelayanan bimbingan), berarti ia juga sedang mendidik (Tohirin.
2011. hlm:1).
Dalam hal ini harus ada suatu tindakan guna menangani masalah yang
terkait dengan kenakalan yang dilakukan siswa di sekolah sedini mungkin, karena
bila tidak segera ditangani maka akan semakin besar masalah tersebut dan akan
semakin lebih sulit untuk mengatasinya. Semua masalah-masalah siswa tersebut
tidak akan mampu diselesaikan hanya oleh guru bidang studi yang mengasuhnya,
untuk mengatasi masalah tersebut maka sangatlah perlu jenis dan sarana
pendidikan yang memberikan layanan khusus yang diberi tugas untuk menggarap
bidang permasalahan tersebut, sehingga potensi siswa bisa berkembang secara
optimal dan memperoleh prestasi belajar yang baik. Layanan dalam bidang ini
tidak lain adalah layanan Bimbingan dan Konseling yang diberikan oleh tenaga
khusus, yakni guru pembimbing atau konselor sekolah.
Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor
20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 6 yaitu “keberadaan konselor dalam sistem
pendidikan nasional dinyatakan sebagai salah satu kualifikasi pendidik, sejajar
dengan kualifikasi guru, dosen, pamong belajar, tutor, widyaiswara, fasilitator dan
instruktur”. Guru BK sebagai pelaksanan layanan bimbingan dan konseling pada
umumnya dapat menangani berbagai permasalahan sesuai dengan bidang
kajiannya, baik bimbingan pribadi, sosial, akademik dan karir.
Berdasarkan observasi awal ditemukan berbagai kenakalan-kenakalan
siswa, kenakalan yang dimaksud diantaranya: melawan guru, bolos, tidak sopan
dengan guru, tidak mendengarkan apa yang diperintahkan oleh guru, di sekolah
siswa lebih sering bermalas-malasan sehingga tidak mengikuti kegiatan belajar
mengajar terbukti ketika jam kosong atau guru yang mengajar berhalangan untuk
mengajar para siswa malah membuat kegaduhan dan bolos. Perkataan yang tidak
sopan dan prilaku yang tidak beretika sering dilontarkan kepada guru maupun
teman lainnya. Kedisiplinan pun sudah tertinggalkan seperti, disiplin dalam
berpakaian .
Terbukti hal ini terjadi ketika saya PPL di Sekolah SMA Islam Terpadu Al-
Azhar Jambi tersebut, ketika saya mengajar para siswa tidak mau diam, di kelas
bahkan mereka bermalas-malasan saat pelajaran berlangsung. Setelah
mewawancari salah satu guru disekolah itu yakni ibu Rina Nurfida, S.Pd beliau
mengatakan bahwa kenakalan tersebut tidak hanya dilakukan pada guru PPL saja
tetapi pada guru disini juga.
Bimbingan merupakan bagian intergral dari proses pendidikan dan memiliki
kontribusi terhadap keberhasilan proses pendidikan di sekolah. Berdasarkan
pernyataan di atas dapat di pahami bahwa proses pendidikan disekolah termasuk
madrasah tidak akan berhasil secara baik apabila tidak didukung oleh
penyelenggaraan secara baik pula.
Sekolah dan madrasah memilki tanggung jawab yang besar membantu siswa
agar berhasil dalam belajar. Untuk itu sekolah dan madrasah hendaknya
memberikan bantuan kepada siswa untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul
dalam kepada siswa untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul disekolah.
Dalam kondisi seperti ini, pelayanan bimbingan dan konseling sekolah dan
madrsah sangat penting untuk dilaksanakan guna membantu siswa mengatasi
berbagai masalah yang dihadapinya.
Berdasarkan uraian dari permasalahan diatas maka penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian yang berjudul tentang Manajemen Bimbingan
Konseling dalam Menanggulangi Kenakalan Siswa di SMA Islam Terpatu
Al-Azhar Kota Jambi”.
B. Fokus penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas maka maka peneliti hanya memfokuskan
pada permasalahan yang diteliti dan untuk menghindari terwujudnya kesalah
pahaman serta terbatasnya kemampuan penulis, maka peneliti memfokuskan
Manajemen guru bimbingan konseling dalam menanggulangi kenakalan siswa di
SMA Islam Terpadu Al-Azhar Kota Jambi.
C. Perumusan masalah
Berdasarkan latar Belakang masalah yang telah diuraikan datas maka
menjadi pokok masalah penelitian adalah:
1. Bagaimana Pelaksanaan Bimbingan Konseling yang di lakukan guru di SMA
Islam Terpadu Al-AzharKota jambi?
2. Bagaimana Prilaku Siswa dalam Mengikuti Bimbingan Konseling di SMA
Islam Terpadu Al-AzharKota jambi?
3. Apa faktor pendukung dan penghambat guru Bimbingan Konseling dalam
menanggulangi Kenakalan Siswa di SMA Islam Terpadu Al-AzharKota jambi?
4. Apa saja faktor penyebab Kenakalan Siswa di SMA Islam Terpadu Al-
AzharKota jambi?
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan penelitian
Dari rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah:
a. Ingin mengetahui bagaimana Pelaksanaan Bimbingan Konseling yang di
lakukan guru di SMA Islam Terpadu Al-AzharKota jambi.
b. Ingin mengetahui bagaimana Prilaku Siswa dalam Mengikuti Bimbingan
Konseling di SMA Islam Terpadu Al-AzharKota jambi.
c. Ingin mengetahui bagaimana Apa faktor pendukung dan penghambat
guru Bimbingan Konseling dalam menanggulangi Kenakalan Siswa di
SMA Islam Terpadu Al-AzharKota jambi.
d. Ingin mengetahui bagaimana Apa saja faktor penyebab Kenakalan Siswa
di SMA Islam Terpadu Al-AzharKota jambi.
2. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut:
a. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan berupa informasi mengenai
Peran Guru Bimbingan Konseling dalam menanggulangi Kenakalan
Siswa di SMA Islam Terpadu Al-AzharKota jambi.
b. Untuk menambah pengetahuan penulis tentang Peran Guru Bimbingan
Konseling dalam menanggulangi Kenakalan Siswa di SMA Islam
Terpadu Al-AzharKota jambi.
c. Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana Strata satu (S.1)
Jurusan Manajemen Pendidikan Islam pada Fakultas Tarbiyah
Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Syaifuddin Jambi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teoritik
1. Manajemen Bimbingan Konseling
a. pengertian Manajemen Bimbingan Konseling
Manajemen berasal dari kata dalam bahasa inggris “management”, dengan
kata kerja “to manage” secara umum berarti mengurusi, mengemudikan,
mengelola, menjalankan, membina, atau memimpin. “ management”dan
“manage” berarti orang yang melakukan kegiatan manajemen. Jadii
manajemen adalah proses dari perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan
serta pengawasan terhadap organisasi dan penggunaan semua sumber daya
yang dimilki organisasi untuk mencapai tujuan organisasi (Karwati. 2015.
hlm.4).
Dalam konteks pelayanan BK, berdasarkan pengertian manajemen di atas
manajemen bimbingan konseling adalah proses perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengawasan aktiviras-aktivitas pelayanan bimbingan
konseling dan penggunaan sumber daya yang lainnya untuk mencapai tujuan
yang telah di tetapkan. Manajemen pelayanan BK juga bisa berarti bekerja
dengan orang-orang untuk menentukan, menginterprestasikan dan mencapai
tujuan-tujuan pelayanan bimbingan dan konselingdengan pelaksanaan fungsi-
fungsi perencanaan ( planning), pengorganisasian (organizing), penyusunan
personalia ( stafiing), pengarahan dan kepemimpinan (leading) dan
pengawasan ( controlling) ( Tohirin. 2011).
Pelayanan bimbingan dan konseling meniscayakan manajemen agar
tercapai efesiensi dan efektivitas serta tercapainya tujuan yang telah di
tetapkan. Oleh sebab itu ada tiga alasan mengapa manajemen itu diperlukan
dalam dunia pelayanan bimbingan konseling, yaitu pertama untuk mencapai
tujuan. Kedua untuk menjaga keseimbangan di antara tujuan-tujuan , sasaran,
dan kegiatan apabila ada yang saling bertentangan dari pihak-pihak tertentu
seperti kepala sekolah, para guru, siswa, orang tua siswa dan pihak lainnya.
Ketiga, untuk mencapai efesiensi dan efektivitas
Jadi dapat disimpulkan bahwa manajemen bimbingan konseling
merupakan upaya mengelola pelaksaan bimbingan dan konseling dengan
menggunakan semua sumber daya yang ada disekolah melalui koordinasi
kepala sekolah dan kerjasama dari guru BK serta semua komponen sekolah.
b. Prinsip-prinsip Manajemen Bimbingan Konseling
Prinsip-prinsip manajemen meliputi perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), penyusunan personalia (stafiing), pengarahan
dan kepemimpinan (leading) dan pengawasan ( controlling). Prinsip-prinsip
manajemen diatas apabila diterapkan dalam pelayanan bimbingan konseling
berkenaan dengan bagaimana pelayanan bimbingan dan konseling
direncanakan dan diorganisasi.
1. Perencanaan (palnning)
Perencanaan dalam pelayanan bimbingan dan konseling akan sangat
menentukan proses hasil pelayanan bimbingan konseling itu sendiri. Pelayanan
bimbingan dan konseling sebagai suatu proses kegiatan, membutuhkan
perencanaan yang matang. Agar pelayanan bimbingan dan konseling
memperoleh hasil sesuai tujuan yang telah dirumuskan maka harus dilakukan
perencanaan. Fungsi ini dilaksanakan oleh kepala sekolah, koordianator BK.
2. Pengorganisasian (Organizing)
Penegelolaan dan pengorganisasian pelayanan bimbingan dan konseling
berkaitan dengan model atau pola yang dianut oleh suatu sekolah dan
madrasah. Sistem pengorganisan pelayanan bimbingan dan konseling di
sekolah bisa di ketahui dari struktur organisasi sekolah yang bersangkutan.
Fungsi ini di laksanakan oleh kepala sekolah dan koordinator BK.
3. Penyusnuan Personalia (Staffing)
Prinsip ini dalam pelayan bimbingan dan konseling berkenaan dengan
bagaimana para personalia atau orang-orang yang terlibat dalam aktivitas
pelayanan bimbingan dan konseling ditetapkan, disusun, dan diadakan
pembagian tugas (job description) sebagaimana telah disebutkan dalam
penyusunan program BK diatas. Guru pembimbing atau konselor sekolah tidak
mungkin bekerja sendiri dalam memberikan pelayanan BK kepada siswa di
sekolah. Pelayanan BK di sekolah melibatkan banyak orang, untuk itu harus di
tentukan dan di susun para personalia atau orang-orang yang terlibat dala
layanananya agar pelaksanaannya efektif dan efesien pula. Fungsi ini di
laksanakan oleh kepala sekolah dan koordinator BK.
4. Pengarahan dan kepemimpinan (Leading)
Prinsip ini berkenaan dengan bagaimana mengarahkan dan memimpin
para personalia layanan bibmbingan dan konseling, sehingga mereka bekerja
sesuai dengan job atau bidang tugasnya masing-masing. Pengarahan dan
kepemimpinan di perlukan agar aktivitas pelayanan bimbingan dan konseling
terarah pada pencapaian tujuan yang telah di tetapkan. Fungsi ini di laksanakan
oleh kepala sekolah dan koordinator BK.
5. Pengawasan (Controling)
Prinsip ini dalam pelayanan konseling berkenaan dengan bagaimana
melakukan pengawasan dan penilaian terhadap kegiatan bimbingan dan
konseling mulai dari penyusunan rencana program hingga pelaksanaanya.
Pengawasan penting dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling agar
tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan dalam pelaksanaannya. Fungsi ini
di laksanakan oleh kepala sekolah dan koordinator BK.
2. Bimbingan Konseling
a. Pengertian dan Fungsi Bimbingan Konseling
Secara etimologis kata bimbingan merupakan terjemahan dari kata
“Guidance” berasal dari kata kerja “to guide”yang mempunyai arti “ menujkkan,
membimbing, menuntun, ataupun membantu” (Hallen, 2002. hlm: 3). Sesuai
dengan istilahnya, maka secara umum bimbingan dapat diartikan sebagai suatu
bantuan atau tuntunan. Namun, meskipun dmikian tidak berarti semua bentuk
bantuan adalah bimbingan.
Bimbingan atau lengkapnya bimbingan dan konseling, atau bimbingan dan
penyuluhan atau “ Guindance and Counseling”, merupakan suatu program yang
disediakan sekolah utnuk membantu mengoptimalkan perkebangan siswa.
Bimbingan yaitu pemberian bantuan, arahan, motivasi, nasihat, dan penyuluhan
agar siswa mampu mengatasi, memecahkan dan menanggulangi masalahnya
sendiri. Sedangkan konseling merupakan proses pemberian layanan profesional
yang berhubungan dengan manusia ( Sagala, 2013. hlm: 228)
Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang
yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak,
remaja, maupun dewasa, agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan
kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan
individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-
norma yang berlaku ( Prayitno & Erman, 2013. hlm: 99).
Menurut Miller (dalam buku Tohirin, 2011. hlm:16) menyatakan bahwa
bimbingan merupakan proses bantuan terhadap individu untuk mencapai
pemahaman diri dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan
penyesuaian diri secara maksimum kepada sekolah (dalam hal ini termasuk
madrasah), keluarga , dan masyarakat.
Mengenai pengertian bimbingan, sangat banyak dikemukakan pakar-pakar
bimbingan dan konseling, terutama yang bersasal dari Amerika Serikat, Negara
asal bimbingan dan konseling itu. Pada mulanya bimbingan dimaksudkan
sebagai usaha membantu para pemuda agar medapatkan pekerjaan. Hal ini
berguna untuk mengatasi kenakalan remaja, dengan asumsi bahwa memberikan
pekerjaan diharapkan ketegagangan emosional dan keliaran remaja dapat
berkurang (willis.S, 2017, hlm: 10).
Menurut Athur dalam Willis (2017. hlm: 11) bahwa dalam proses
bimbingan ada dua orang yakni pembimbing dan dibimbing, dimana
pembimbing membantu si terbimbing sehingga terbimbing mampu membuat
pilihan-pilihan menyesuaikan diri, dan memecahkan masalah-masalah yang
dihadapinya. Masalahnya adalah bahwa pilihan-pilihan didalam kehidupan
dimasyarakat amat banyak, dan persaingan untuk memilih yang terbaik juga
amat ketat, karena itu diperlukan kecakapan dalam memilih yang terbaik sesuai
dengan prinsip ajaran agama, dan peraturan Negara dan masyarakat. Misalnya
murid sekolah tidak dapat seenaknya mengambil budaya barat yang tidak sopan,
tidak senonoh menurut nilai-nilai yang berlaku di Negara kita.
Winkel dan Hastuti dalam Sagala (2013: 229) Megatakan hasil yang
diperoleh dalam konseling pada dasarnya menekankan bahwa orang yang
dilayani ( konseli ) berhasil mengembangkan sikap serta tingkah laku yang
memuaskan bagi dirinya sendiri serta lingkungannya. Layanan konseling
berkaitan dengan prilaku manusia serta upaya meningkatkan prilaku itu agar
lebih produktif. Bantuan yang diberikan adalah usaha mengembangkan potensi
siswa agar mampu membuat keputusan sendiri secara tepat dalam memecahkan
masalah-masalah atau kesukaran-kesukarannya (Sagala, 2013. hlm: 229).
Pengertian tersebut mengarah kepada bimbingan merupakan suatu
proses yang berkesinambungan, sehingga bantuan itu diberikan secara
sistematis, berencana, terus menerus dan terarah kepada tujuan tertentu. Dengan
demikian kegiatan bimbingan bukanlah kegiatan yang dilakukan secara
kebetulan, sewaktu-waktu, tidak sengaja atau kegiatan yang asal-asalan.
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa bimbingan
merupakan bantuan yang diberikan kepada setiap individu baik anak-anak,
remaja, dewasa atau orang lain sekalipun (bimbingan untuk semua), bimbingan
bukan hanya dilakukan dilingkungan sekolah saja tetapi dilakukan masyarakat
umum. Sementara yang memberi bantuan harus memiliki pribadi yang dapat
dipercaya dan kemampuan yang sesuai kebutuhan individu yang dimbimbing.
Istilah konseling berasal dari bahasa inggris “to counsel” yang secara
etimologis berarti “to give advice” yaitu memberi saran atau nasihat. Menurut
Roger (dalam buku Hallen, 2002: hlm: 10) konseling adalah serangkaian
hubungan lansung dengan individu yang bertujuan untuk membantu dia dalam
merubah sikap dan tingkah lakunya.
Konseling (counseling) merupakan bagian intergral dari bimbingan.
Konseling juga merupakan inti dalam bimbingan. Ada yang menyatakan bahwa
konseling merupakan “jantungnya” bimbingan. Sebagian kegiatan inti atau
jantungnya bimbingan, praktik bimbingan bisa dianggap belum ada apabila tidak
dilakukan konseling ( Tohirin, 2011. hal. 21).
Menurut Jones (dalam buku Prayitno, 2009. hal. 100) konseling adalah
kegiatan dimana semua fakta dikumpulkan dan semua penagalaman siswa
difokuskan pada masalah tertentu untuk diatasi sendiri oleh yang bersangkutan,
dimana ia diberi bantuan pribadi dan langsung dalam pemecah masalah itu.
Konselor tidak memecahkan masalah untuk klien. Konseling harus ditujukan
pada perkembangan yang progesif dari individu untuk memecahkan masalah-
masalahnya sendiri tanpa bantuan (Prayitno , 2009. hal. 100).
Pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa konseling merupkan
serangkaian hubungan langsung dengan individu yang bertujuan untuk
membantu dia dalam mengubah sikap dan tingkah lakunya.
Beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa bimbingan konseling
adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu baik perorang maupun
kelompok yang dilakukan oleh seorang ahli (guru BK) dalam rangka
memberikan pemahaman kepada individu agar dapat memahami lingkungan
hidupnya, memberikan bantuan dalam rangka mengembangkan potensi dirinya
secara maksimal, sehingga dapat dioptimalkan dalam kehidupan sehari-hari.
b. Tujuan Bimbingan dan Konseling
Secara implist, tujuan bimbingan dan konseling sudah bisa diketahui
dalam rumusan tentang bimbingan dan konseling seperti telah dikemukakan
diatas, individu atau siswa yang dibimbing, merupakan siswa yang dibimbing,
merupakan individu yang sedang dalam proses perkembangan. Oleh sebab itu
merujuk pada perkembangan individu yang dibimbing, maka tujuan bimbingan
dan konseling adalah agar tercapainya perkembangan yang optimal sesuai
dengan potensi atau kapasitasnya dan agar individu dapat berkembangan sesuai
lingkungannya (Tohirin, 2011. hlm. 34).
Tujuan Umum Bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu
peserta didik mencapai tugas-tugas perkembangan secara optimal sebagai
makhluk Tuhan, sosial dan pribadi. Lebih lanjut tujuan bimbingan dan konseling
adalah membantu individu dalam mencapai: Kebahagiaan hidup pribadi sebagai
makhluk Tuhan, kehidupan yang produktif dan efektif dalam masyarakat, hidup
bersama dengan individu-individu lain, harmoni antara cita-cita mereka dengan
kemampuan yang dimiliki (Wardati dan Muhammad Jauhar, 2011. hal. 28).
Tujuan umum dari layanan bimbingan dan konseling adalah sesuai
dengan tujuan pendidikan, sebagaimana dinyatakan dalam Undang- Undang
Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) tahun 2003 (UU No. 20/2003),yaitu
terwujudnya manusia Indonesia seutuhnya yang berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang
mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab ke masyarakat dan kebangsaan
(Wardati dan Muhammad Jauhar, 2011. hlm. 44).
Tujuan umum bimbingan konseling adalah untuk membantu individu
memperkembangkan diri secara optimal secara sesuai dengan tahap dan
predisposisi yang dimilikinya seperti (kemampuan dasar dan bakat-bakatnya),
berbagai latar belakang yang ada ( seperti latar belakang keluarga, pendidikan,
status sosial, ekonomi), serta sesuai dengan tuntutan lingkunganya. Dalam hal
ini bimbingan dan konseling mmbantu individu untuk menjadi insan yang
berguna dalam kehidupannya yang memiliki sebagai wawasan, pandangan,
interprestasi, pilihan, penyesuaian dan keterampilan yang berkenaan dengan diri
sendiri dan lingkunganya ( Prayitno & Erman, 2013. hlm: 114).
Secara khusus pelayanan bimbingan dan konseling bertujuan untuk
membantu siswa agar dapat mencapai tujuan-tujuan perkembangan meliputi
aspek pribadi-sosial, belajar, dan karier. Dibawah ini akan lebih diuraikan
mengenai tujuan khusus dari bimbingan konseling dilihat dari beberapa aspek:
1.) Dalam aspek perkembangan pribadi-sosial, layanan bimbingan dan
konseling membantu siswa agar:
a. Memiliki kesadaran diri, yaitu menggambarkan penampilan dan mengenal
kekhususan yang ada pada dirinya.
b. Dapat mengembangkan sikap positif, seperti menggambarkan orang-
orang yang mereka senangi.
c. Membuat pilihan secara sehat.
d. Mampu menghargai orang lain.
e. Memiliki rasa tanggung jawab.
f. Mengembangkan keterampilan hubungan antar pribadi
2.) Dalam aspek tugas perkembangan belajar, layanan bimbingan dan konseling
membantu siswa agar:
a. Dapat melaksanakan keterampilan atau teknik belajar secara efektif.
b. Dapat menetapkan tujuan dan perencanaan pendidikan.
c. Mampu belajar secara efektif.
d. Memiliki keterampilan dan kemampuan dalam menghadapi evaluasi/ ujian.
e. Dalam aspek tugas perkembangan karier, layanan bimbingan dan konseling
membantu siswa agar:
f. Mampu membentuk identitas karier, dengan cara mengenali ciri-ciri
pekerjaaan didalam lingkungan kerja.
g. Mampu merencanakan masa depan.
h. Dapat membentuk pola-pola karier, yaitu kecenderungan arah karier.
i. Mengenal keterampilan, kemampuan, dan minat.
Jadi menurut penulis dapat disimpulkan mengenai tujuan dari bimbingan
dan konseling adalah untuk membantu siswa mengenal bakat, minat,
kemampuannya, dan memiliki rasa tanggung jawab, serta siswa dapat menerima,
memilih dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya, mengamalkan dan
mewujudkan diri sendiri secara efektif dan produktif sesuai dengan yang
diinginkan dimasa depan (Dewa Ketut Sukardi, 2008: hlm 44).
Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-qur’an
لقد خلقىا الا وسه ف احسه تق يم
yang artinya “ sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dengan sebaik-
baik kejadian.” ( QS, At Tin 95:4)
c. Fungsi Bimbingan dan Konseling
Pelayanan bimbingan dan konseling mengemban sejumlah fungsi yang
hendak dipenuhi dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling.
Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai, maka bimbingan dan konseling
diaekolah harus berfungsi sebaga berikut:
1. Pemahaman
Fungsi pemahaman yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan
menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai
dengan kepentingan pengembangan peserta didik. Fungsi pemahaman ini
meliputi:
a. Pemahaman tentang diri peserta didik sendiri, terutama oleh peserta didik
sendiri, orang tua, guru pada umunya dan guru pembimbing.
b. Pemahaman tentang lingkungan peserta didik, termasuk di dalamnya
lingkungan keluarga dan sekolah terutama oleh peserta didik sendiri, orang
tua, guru pada umumnya, dan guru pembimbing.
c. Pemahaman tentang lingkungan yang lebih luas ( termasuk didalamnya
informasi pendidikan, informasi jabatan/pekerjaan dan informasi sosial
budaya/nilai-nilai, terutama peserta didik ( Hallen, 2002. hlm: 60).
2. Pencegahan
Fungsi pencegahan yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan
menghasilkan tercegahnya atau terhindarnya peserta didik dari berbagai
permasalahan yang mungkin timbul yang akan dapat menganggu,
menghambat atau menimbulkan kesulitan, kerugian tertentu dalam proses
perkembangan ( Hallen, 2002. hlm: 60).
Secara operasional konselor perlu menampilkan kegiatan dalam rangka
pelaksanaan fungsi pencegahan. Kegiatannya antara lain dapat beupa
program-program nyata. Secara garis besar, program-program tersebut
dikembangkan, disusun dan diselenggarakan melalui tahap-tahap.
a. Identifikasi permasalahan yang mungkin timbul.
Di sekolah, permasalahan yang mungkin timbul adalah para siswa
kurang disiplin, tidak belajar penuh, gagal menjawab soal-soal ulangan ujian,
pertentantangan antar kelas, antar sekolah, kurang menghargai guru, siswa
terlibat narkotika, siswa tidak menyukai pelajaran keterampilan.
b. Mengidentifikasi dan menganalisis sumber-sumber penyebab timbulnya
masalah-masalah.
c. Mengindetifikasi pihak-pihak yang dapat membantu pencegahan masalah
terebut.
Untuk permasalahan murid disekolah pihak-pihak yang terkait adalah
kepala sekolah, guru, wali kelas, orang tua, badan atau lembaga tertentu
sesuai dengan permasalahannya. Sangkut paut pihak-pihak tersebut dengan
permasalahan yang dimaksudkan perlu dikaji secara obyektif.
d. Menyusun rencana program pencegahan.
Rencana ini disusun berdasarkan (1) spesifikasi permasalahan yang
hendak dicegah timbulnya, (2) hasil kajian teoritik dan studi lapangan, (3)
peranan pihak-pihak terkait), (4) faktor-faktor operasional dan pendukung,
seperti waktu, biaya, dan perlengkapan kerja.
e. Pelakasnaan dan monitoring.
Pelaksanaan program sesuai dengan rencana dengan kemungkinan
moditifikasi yang tidak menganggu pencapaian tujuan dengan persetujan
pihak-pihak yang terkait.
7. Evaluasi dan laporan.
Evaluasi dilakukan secara cermat dan objektif. Laporannya diberikan
kepada pihak terkait untuk digunakan sebagai masukan bagi program sejenis
lebih lanjut ( Prayitno & Erman, 2013, hlm: 213).
3.Perbaikan
Walaupun fungsi pencegahan dan pemahaman telah dilakukan, namun
mungkin saja siswa masih menghadapi masalah-masalah tertentu. Disinilah
fungsi perbaikan itu berperan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang
akan menghasilkan terpecahkannya atau teratasinya berbagai permasalahan
yang dialami siswa.
4. Pemeliharaan dan Pengembangan
Fungsi ini berarti bahwa layanan bimbingan dan konseling yang
diberikan dapat membantu para siswa dalam memelihara dan
mengembangkan keseluruhan pribadinya secara mantap, terarah, dan
berkelanjutan. Dalam fungsi ini hal-hal yang positif tetap dijaga agar tetap
baik dan mantap. Dengan demikian siswa dapat memelihara dan
mengembangkan berbagai potensi dan kondisi yang positif dalam rangka
perkembangan dirinya secara mantap dan berkelanjutan. Fungsi-fungsi
tersebut diwujudkan melalui penyelenggaraan berbagai jenis layanan
bimbingan dan pendukung bimbingan dan konseling untuk mencapai hasil
sebagaimana terkandung didalam masing- masing fungsi bimbingan dan
konseling (Dewa Ketut Sukardi, 2008: hal. 42)
5. Advokasi
Layanan bimbingan dan konseling melalui fungsi ini adalah membantu
peserta didik memperoleh pembelaan atas hak dan atau kepentingan yang
kurang mendapat perhatian ( Tohirin, 2011. hal. 34).
Jadi dapat ditarik benang merang jika setiap layanan dan kegiatan
bimbingan dan konseling dilaksanakan haruslah secara langsung mengacu
pada salah satu atau pada beberapa fungsi itu, agar hasil yang hendak dicapai
secara jelas dapat diidentifikasi dan dievaluasi.
Secara keseluruhan jika semua semua fungsi-fungsi itu telah terlaksana
dengan baik, dapatlah bahwa peserta didik akan mampu berkembang secara
wajar dan mantap menuju aktualisasi diri secara optimal pula. Keterpaduan
semua fungsi tersebut sangat membantu perkembangan peserta didik secara
terpadu pula ( Hallen, 2002. hlm: 62).
d. Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Rumusan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling yang dipandang
sebagai pondasi dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling. Adapun
prinsip-prinsipnya adalah sebagai berikut:
1. Prinsip-Prinsip Berkenaan dengan Sasaran Pelayanan
a. Bimbingan dan konseling melayani semua individu, tanpa memandang
umur, jenis kelamin, suku, bangsa, agama, dan status sosial ekonomi.
b. Bimbingan dan konseling berurusan dengan sikap dan tingakah laku
individu yang terbentuk dari berbagai aspek kepribadian yang kompleks
dan unik. Oleh karena itu pelayanan bimbingan dan konseling perlu
menjagkau keunikan dan kekompleksan pribadi individu.
c. Bimbingan dan konseling memperhatikan sepenuhnya tahap-tahap dan
berbagai aspek perkembangan individu.
2. Prinsip-Prinsip Berkenaan dengan Masalah Individu
a. Meskipun pelayanan bimbingan dan konseling menjangkau setiap tahap
dan bidang perkembangan dan kehidupan individu, namun bidang
bimbingan pada umumnya dibatasi hanya pada hal-hal yang menyangkut
pengaruh kondisi mental dan fisik individu terhadap penyesuian dirinya
dirumah, disekolah, serta kaitanya dengan kontak sosial dan pekerjaanya,
sebaliknya pengaruh kondisi lingkungan terhadap kondisi mental dan fisik
individu.
b. Keadaan sosial, ekonomi dan politik yang kurang menguntungkan
merupakan faktor salah satu pada diri individu dal hal itu semua menuntut
perhatian seksama dari para konselor dalam mengentaskan klien.
3. Prinsip-Prinsip Berkenaan dengan Program Pelayanan
a. Bimbingan dan konseling merupakan bagian dari integral dari proses
pendidikan dan pengembangan oleh karena itu program bimbingan dan
konseling harus disusun dan dipadukan sejalan dengan program
pendidikan dan pengembangan menyeluruh.
b. Program bimbingan dan konseling harus fleksibel, disesuaikan dengan
kondisi lembaga misalnya sekolah, kebutuhan individu dan masyarkat.
4. Prinsip-Prinsip Berkenaan dengan Pelaksanaan Layanan
a. Tujuan akhir bimbingan dan konseling adalah kemandirian setiap individu,
oleh karena itu pelayanan bimbingan dan konseling harus diarahkan untuk
mengembangkan klien agar mampu membimbing dirinya sendiri dalam
menghadapi setiap kesulitan atau permasalahan yang dihadapinya.
b. Dalam proses konseling keputusan yang diambil dan hendak dilakukan oleh
klien hendaklah atas kemauan klien sendiri, bukan karena kemauan atau
desakan dari konselor
c. Bimbingan dan konseling adalah pekerjaan profesional. Oleh karena itu
dilaksanakan oleh tenaga ahli yang telah memperoleh pendidikan dan
latihan dibidang bimbingan dan konseling.
5. Prinsip-Prinsip Bimbingan dan Konseling diSekolah
a. Konselor harus memulai kariernya sejak awal dengan program kerja yang
jelas dan memiliki kesiapan yang tinggi untuk melaksanakan program
tersebut.
b. Konselor harus selalu mempertahankan sikap profesional tanpa menganggu
keharmonisan hubungan antara konselor dengan personal sekolah lainya
dan siswa.
c. Konselor bertanggung jawab kepada semua siswa baik siswa-siswa yang
gagal, yang menimbulkan gangguan putus sekolah, yang mengalami
permasalahan emosional, yang mengalami kesulitan belajar, maupun
siswa-siswa yang memiliki bakat istimewa, serta yang bersikap mengambil
muka guru, konselor dan personal lainnya (Prayitno, 2009: hal. 219-224).
e. Asas-asas Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Pelayanan bimbingan dan konseling merupakan pekerjaan profesional,
oleh sebab itu, harus dilaksanakan dengan mengikuti kaidah-kaidah atau asas-
asas tertentu. Slameto dalam Tohirin (2011, hlm. 84) membagi asas-asas
bimbingan dan konseling menjadi dua bagian, yaitu:
1. Asas-asas Bimbingan an Konseling yang berhubungan dengan siswa.
a. Tiap-tiap siswa sebagai individu mempunyai kebutuhan yang berbeda baik
jasmaniah ( fisik) maupun rohaniah (psikis). Tingkah laku individu pada
umumnya dalam rangka memenuhi kebutuhan. Apabila kebutuhan tidak
tercapai, akan menimbulkan kecemasan dan kekecewaan, sehingga pada
akhirnya menimbulkan prilaku yang menyimpang. Guru BK di sekolah
dan madrasah harus bisa memahami berbagai kebutuhan siswa, sehingga
pelayanan bimbingan dan konseling diberikan dalam rangka memenuhi
kebutuhan siswa terutama kebutuhan psikis seperti memperoleh kasih
sayang, memperoleh rasa aman, kebutuhan untuk sukses dalam belajar,
memperoleh harga diri, kebutuhan untuk diakui dan diterima oleh
kelompok, kebutuhan untuk melakukan eksitensi diri, dan lain-lain.
b. Ada perbedaan diantara siswa ( asas peerbedaan siswa)
Dalam teori individualitas ditegaskan bahwa tiap-tiap individu berbeda.
Demikian halnya siswa sebagai individu jelas mempunyai perbedaan.
Tiap-tiap siswa mempunyai karekteristik yang berbeda karekteristik yang
beerbeda-beda baik fisik maupun psikisnya. Perbedaan-perbedaan siswa
tersebutharus mendapat perhatian secara lebih spesifik dari pembimbing
atau konselor disekolah dan madrasah sehingga siswa berkembang sesuai
dengan karekteristik pribadinya masing-masing. Dalam kaitan dengan
peran siswa ditengah masyarakat kelak, pelayanan bimbingan konseling
harus diarahkan agar siswa menjadi “baik” menurut ukuran masyarakat
tanpa kehilangan kepribadiannya.
c. Tiap-tiap individu ( siswa) ingin menjadi dirinya sendiri.
Tiap-tiap individu ( siswa ) ingin menjadi dirinya sendiri sesuai dengan
ciri-ciri atau karekteristik pribadinya masing-masing. Pelayananan
bimbingan dan konseling disekolah atau madrasah harus dapat
mengantarkan siswa berkembang menjadi dirinya sendiri. Guru
pembimbing atau konselor di sekolah dan madrasah tidak boleh
mengarahkan perkembangan siswa kearah yang pembimbing atau konselor
inginkan.
d. Tiap-tiap individu ( siswa) mempunyai dorongan untuk menjadi matang
Dalam tiap-tiap tahapan perkembangannya, setiap siswa mempunyai
dorongan yang kuat untuk menjadi matang, produktif, dan berdiri sendiri
(mandiri). Kematangan yang dimaksud di sini adalah kematangan
kejiwaan, emosi, dan sosial. Pelayanan bimbingan dan konseling kepada
para siswa di sekolah dan madrasah harus berorientasi kepada kematangan
di atas sehingga siswa dapat berkembang sesusai dengan kecenderungan-
kecenderungan.
e. Tiap-tiap siswa mempunyai masalah dan mempunyai dorogan untuk
menyelesaikan.
Tidak ada individu (siswa) yang tidak memiliki masalah. Mungkin tidak
ada pula individu tidak ingin masalahnya terselesaikan. Apalagi individu
(siswa) yang sedang dalam proses perkembangan, pasti memiliki siswa.
Yang berbeda adalah kompleksitas masalah yang dialami oleh tiap-tiap
siswa artinya ada siswa yang memgalami masalah kompleks dan ada yang
kurang kompleks. Pelayanan bimbingan dan konseling disekolah dan
madrasah harus diarahkan dalam rangka membantu siswa menghadapi dan
memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam hidupnya dengan
memanfaatkan sebaik-baiknya dorongan-dorongan yang ada pada setiap
siswa ( Tohirin, 2014, hlm. 86).
Dalam setiap kegiatan yang dilakukan, seharusnya ada suatu asas atau dasar
yang melandai dilakukannya kegiatan tersebut. Atau dengan kata lain ada asas
yang di jadikan dasar pertimbangan kegiatan itu. Demikian pula halnya dalam
kegiatan bimbingan konseling, ada asas yang dijadikan dasar pertimbangan
kegiatan itu menurut Prayitno (Dalam buku Hallen 2002: hal. 66) ada dua belas
asas yang harus menjadi dasar pertimbangan dalam kegiatan pelayanan bimbingan
dan konselin. Asas-asas bimbingan dan konseling itu adalah sebagai berikut:
1. Asas Kerahasiaan
Sebagaimana telah diketahui bahwa dalam kegiatan bimbingan dan
konseling, kadang-kadang klien harus menyampaikan hal-hal yang sangat
pribadi/rahasia kepada konselor. Oleh karena itu konselor harus menjaga
kerahasiaan data yang diperolehnya dari kliennya. Berdasarkan apa yang
dikemukakan diatas, maka apa yang terjadi atau isi pembicaraan konselor dan
klien dalam wawancara atau konseling kerahasiaannya perlu dihargai dan dijaga
dan disimpan dengan baik dan kerahasiaanya dijaga dengan cermat oleh
konselor.
Sebagaimana Firman Allah SWT bahwa memelihara amanah dan
menempati janji merupakan salah satu karekteristik orang beruntung,
sebagaimana Firman Allah dalam surat (Al Mu’minum 23:8)
والذيه هم لأماواتهم وعهدهم راعىن
Artinya: “Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya)
dan janjinya.”
2. Asas Kesukarelaan
Dalam memahami pengertian bimbingan dan konseling telah
dikemukakan bahwa bimbingan merupakan proses membantu individu.
Perkataan membantu disini mengandung arti bahwa bimbingan bukan
merupakan suatu paksaan. Oleh karena itu dalam kegiatan bimbingan dan
konseling diperlukan adanya kerja sama yang demokratis antara konselor/ guru
pembimbing dengan kliennya. Kerja sama akan terjalin bilamana klien dapat
dengan suka rela menceritakan serta menjelaskan masalah yang dialaminya
kepada konselor.
3. Asas keterbukaan
Asas keterbukaan merupakan asas penting bagi konselor/ guru
pembimbing, karena hubungan tatap muka antara konselor dan klien merupakan
pertemuan batin tanpa tedeng aling-aling. Dengan adanya Keterbukaan ini dapat
ditumbuhkan kecenderungan pada klien untuk membuka dirinya, untuk
membuka kedok hidupnya yang menjadi penghalang bagi perkembangan
psikisnya.
4. Asas kekinian
Pada umunya pelayanan bimbingan dan konseling bertitik tolak dari
masalah yang dirasakan klien saat sekarang7 atau kini, namun pada dasarnya
pelayanan bimbingan dan konseling itu sendiri menjangkau dimensi waktu yang
lebih luas, yaitu masa lalu, sekarang dan masa yang akan datang. Permasalahan
yang dihadapi oleh klien bersumber dari rasa penyesalannya terhadap apa yang
terjadi pada masa lalu, dan kekhawatiran dalam menghadapi apa yang akan
terjadi pada masa yang akan datang, sehingga ia lupa dengan apa yang harus dan
dan dapat dikerjakan pada saat ini. Dalam hal ini diharapkan konselor dapat
mengarahkan klien untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapinya
sekarang.
5. Asas kemandirian
Salah satu tujuan pemberian layanan bimbingan dan konseling adalah
agar konselor berusaha menghidupkan kemandirian didalam diri klien. Schudt
berdasarkan hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa “ klien akan terus
menyatakan ketergantungannnya, selama ketergantungan itu memperoleh
respon dari konselor, sebaliknya rasa ketergantungan itu akan terhenti bila
tidak ditanggapi oleh konselor.”
6. Asas Kegiatan
Dalam proses pelayanan bimbingan dan konseling kadan-kadang konselor
memberikan beberapa tugas dan kegiatan kepada klienya. Dalam hal ini klien
harus mampu melakukan sendiri kegiatan-kegiatan tersebut dalam rangka
mencapai tujuan bimbigan dan konseling yang telah ditetapkan.
7. Asas Kedinamisan
Keberhasilan usaha pelayanan bimbigan dan konseling ditandai dengan
terjadinya perubahan sikap dan tingkah laku klien kearah yang lebih baik. Untuk
mewujudkan terjadinya perubahan sikap dan tingkah laku membutuhkan proses
dan waktu tertentu sesuai dengan kedalaman dan kerumita masalah yang
dihadapi klien. Konselor dan klien serta pihak-pihak lain diminta untuk
memberikan kerjasama sepenuhnya agar pelayanan bimbingan dan konseling
yang diberikan dapat dengan cepat meninmbulkan perubahan dalam sikap dan
tingkah laku klien.
8. Asas Keterpaduan
Pelayanan bimbingan dan konseling menghendaki terjalinya keeterpaduan
berbagai aspek dari individu yang dibimbing. Untuk itu konselor perlu bekerja
sama dengan orang-orang yang diharapkan dapat membantu penanggulangan
maasalah yang dihadapi klien. Dalam hal ini peranan guru, orang tua, siswa-
siswa yang lain sering kali sangat menentukan. Konselor harus pandai menjalin
kerja sama yang saling mengerti dan saling membantu demi terbantunya klien
yang mengalami masalah.
9. Asas Kenormatifan
Pelayanan bimbingan dan konseling yang dilakukanya hendaknya tidak
bertentangan dengan norma-norma yang berlaku didalam masyarakat dan
lingkunganya. Disadari sepenuhnya bahwa konselor akan menyertakan norma-
norma yang dianutnya kedalam hubungan konseling, baik secara langsung atau
tidak langsung. Tetapi harus diingat bahwa konselor tidak boleh memaksakan
nilai atau norma yang dianut kepada kliennya.
10. Asas Keahlian
Untuk menjamin keberhasilan usaha bimbingan dan konseling, para
petugas harus mendapatkan pendidikan dan latihan yng memadai. Pengetahuan,
keterampilan, sikap dan kepribadian yang ditampilkan oleh konselor/ guru
pembimbing akan menunjang hasil konseling.
11. Asas Alih Tangan
Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan profesional yang
menangani masalah-masalah yang cukup pelik. Berhubungan hakekat masalah
yang dihadapi klien adalah unik (kedalamannya, keluasanya, dan
kedinamisaanya), disamping pengethuan dan keterampilan yang dimliki oleh
konselor juga terbatas, maka ada kemungkinan suatu masalah belum dapat
diatasi setelah proses konseling berlangsung. Dalam hal ini konselor perlu
mengalih tangankan (referal) klien pada pihak lain (konselor) yang lebih ahli
untk menangani masalah yang sedang oleh klien tersebut.
12. Asas Tut Wuri Handayani
Sebagaimana yang telah dipahami dalam pengertian bimbingan dan
konseling bahwa bimbingan dan konseling itu merupakan kegiatan yang
dilakukan secara sistematis, sengaja, berencana, terus menerus dan terarah
kepada suatu tujuan. Oleh karena itu kegiatan pelayanan bimbingan dan konsling
tidak hanya dirassakan adanya pada saat klien mengalami masalah dan
menghadapkannya kepada konselor/guru pembimbing saja. Kegiatan bimbingan
konseling harus senantiasa diikuti secara terus menerus dan aktif sampai sejauh
mana klien telah berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Hallen, 2002.
hal. 66).
Jadi menurut penulis asas-asas dalam bimbingan dan konseling sangat
mempunyai keterkaitan satu sama lain, jika salah satu asas itu tidak dijalankan
maka tidak menutup kemungkinan jika bimbingan konseling akan kehilangan
kepercayaan oleh kliennya, bahkan mungkin klien tidak mau lagi untuk
berhubungan dengan layanan bimbingan dan konseling.
f. Bidang-bidang Pelayanan Bimbingan Dan Konseling Disekolah Madrasah
Pelayanan bimbingan dan konseling disekolah merupakan kegiatan yang
sistematis, terarah dan berkelanjutan. Oleh karena itu pelayanan bimbingan dan
konseling selalu memperhatikan karekteristik tujuan pendidikan, kurikulum, dan
peserta didik. Adapun bidang-bidang bimbingan dan konseling adalah sebagai
berikut:
1. Bidang Pengembangan Pribadi
Bimbingan pribadi bisa dimaknai sebagai sebagai suatu bantuan dari
pembimbingan kepada terbimbing (individu) agar dapat mencapai tujuan dan
tugas perkembangan pribadi dalam mewujudkan pribadi yang mampu
bersosialisasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan secara baik. Bimbingan
pribadi juga bertujuan agar individu mampu mengatasi sendiri, mengambil
sendiri atau memecahkan masalah sendiri yang menyangkut keadaan batinya
sendiri.
2. Bidang Pemgembang Sosial
Bimbingan Sosial bermakna suatu bimbingan atau bantuan dalam
menghadapi dan memecahkan masalah-masalah sosial seperti pergaulan,
penyelesaian maasalah konflik, penyesuaian diri dan sebagainya. Bimibngan
sosial juga bermakna suatu bimbingan atau bantuan dari pembimbing kepada
individu agar dapat mewujudkan pribadi yang mampu bersosialisasi dan
menyusaikan diri dengan lingkungan secara baik.
3. Bidang Perkembangan Kegiatan Belajar
Bimbingan Belajar atau Bimbingan Akademik adalah suatu bantuan dari
pembimbing kepada individu (siswa) dalam hal menemukan cara belajar yang
tepat dalam memilih program studi yang sesuai, dan dalam mengatasi
kesukaran-kesukaran yang timbul berkaitan dengan tuntutan-tuntutan belajar di
institusi pendidikan.
4. Bidang Pengembangan Karier
Menururt Winkel (Dalam buku Tohirin, 2011: hal.133) Bimbingan karier
merupakan bantuan dalam mepersiapkan diri menghadapi dunia pekerjaan,
pemilihan lapangan pekerjaan atau jabatan (profesi) tertentu serta membekali
diri agar siap memamgku jabatan tersebut dan dalam menyesuaikan diri dengan
tuntutan dari lapangan pekerjaan yang telah dimasuki. Berdasarkan pengertian
diatas, bimbingan karier bisa bermakna suatu bantuan dari pembimbing kepada
terbimbing (siswa) dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah
karier.
5. Bidang Pengembangan Kehidupan Berkeluarga
Bimbingan kehidupan keluarga meerupakan suatu bimbingan yang
diberikan oleh individu (pembimbing)
Kepada individu lain (siswa) dalam menghadapi dan memecahkan masalah
kehidupan keluarga. Melalui bimbingan kehidupan sosial bekeluarga, individu
dibantu mencarikan alternative bagi pemecahan masalah yang berkenaan dengan
kehidupan keluarga ( Tohirin, 2011, hlm. 123).
3. Kenakalan Siswa
a. Pengertian Kenakalan Siswa
Menurut Syafaat Dkk (2008:74) “Juveline deliquency ialah perilaku jahat
(dursila), atau kenakalan yang dilakukan oleh anak-anak muda. Kenakalan remaja
meliputi semua perilaku yang menyimpang dari norma-norma hukum pidana yang
dilakukan oleh remaja”.
(Santrock 2011: hlm.458) mengatakan bahwa “label kenakalan remaja
(juveline delinquent) ditetapkan pada remaja yang melanggar hukum atau terlibat
dalam perilaku yang dianggap ilegal”. Perilaku tersebut akan merugikan dirinya
sendiri dan orang-orang di sekitarnya.
Menurut Kartono (2011:9) “anak-anak remaja yang melakukan kejahatan
itu pada umumnya kurang memiliki kontrol diri, atau justru menyalahgunakan
kontrol diri tersebut, dan suka menegakkan standar tingkah laku, sendiri di
samping itu meremehkan keberadaan orang lain”. Kenakalan remaja merupakan
perilaku sebagian para remaja yang bertentangan dengan hukum, agama, norma,
moral, dan aturan-aturan yang ada di masyarakat. Akibat yang dihasilkan dari
perbuatan tersebut dapat merugikan diri sendiri dan orang lain.
Kenakalan remaja itu disebabkan kegagalan mereka dalam memperoleh
penghargaan dari masyarakat tempat mereka tinggal. Penghargaan yang mereka
harapkan ialah tugas dan tanggung jawab seperti orang dewasa. Mereka menuntut
suatu peranan sebagaimana dilakukan orang dewasa. Tetapi orang dewasa tidak
dapat memberikan tanggung jawab dan peranan itu, karena belum adanya rasa
kepercayaan terhadap mereka.
Menurut Sudarsono pengertian tentang kenakanla anak sebagai berikut:
tiap perbuatan, jika perbuatan tersebut dilakukan oleh orang dewasa, maka
perbuatan itu merupakan kejahatan, jadi merupakan perbuatan yang melawan
hukum, yang dilakukan oleh anak khususnya anak remaja (Sudarsono, 2006: hlm.
5). kenakalan anak adalah suatu contoh prilaku yang ditujukan oleh remaja
dibawah usia 18 tahun dan perbuatan melanggar aturan, yang dianggap berlebihan
dan berlawanan dengan norma masyarakat.
Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa banyak sekali perilaku-
perilaku remaja baik di sekolah, masyarakat, keluarga yang dikategorikan masuk
dalam ranah kenakalan remaja. Kenakalan ini merupakan perbuatan yang sangat
merugikan diri sendiri dan orang lain, terlebih pada harapan dari orang tua kepada
anaknya yang senantiasa mengharapkan anak-anak menjadi anak yang sukses
dalam mencapai masa depan.
b. Jenis-Jenis kenakalan Siswa
(Menurut Wahidin dkk 2012: 2) dari beberapa bentuk kenakalan remaja
dapat di golongkan dalam 4 jenis, yaitu: Kenakalan remaja yang menimbulkan
korban fisik pada orang lain, seperti perkelahian, pemerkosaan dan pembunuhan,
Kenakalan remaja yang menimbulkan korban materi, seperti pengrusakan,
pencurian, pencopetan dan penodongan, Kenakalan sosial yang tidak
menimbulkan korban fisik pada orang lain, seperti pelacuran, penyalahgunaan
obat, kumpul kebo dan lain-lain, Kenakalan yang melawan status, mengingkari
kasus pelajar dengan cara membolos, mengingkari status orang tua dengan
minggat dari rumah atau melawan orang tua.
(Menurut Asmani 2012:109) kenakalan remaja yang sering dilakukan di
sekolah adalah sebagai berikut : (1) rambut panjang bagi siswa putra, (2) rambut
disemir, (3) mentato kulit, (4) merokok, (5) berkelahi, (6) mencuri, (7) merusak
sepeda/motor temannya, (8) pergaulan bebas, (9) pacaran, (10) tidak masuk
sekolah, (11) sering bolos, (12) tidak disiplin, (13) ramai di dalam kelas, (14)
bermain play station, (15) mengotori kelas dan halaman sekolah.
Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa banyak sekali perilaku-
perilaku remaja baik di sekolah, masyarakat, keluarga yang dikategorikan masuk
dalam ranah kenakalan remaja. Kenakalan ini merupakan perbuatan yang sangat
merugikan diri sendiri dan orang lain, terlebih pada harapan dari orang tua kepada
anaknya yang senantiasa mengharapkan anak-anak menjadi anak yang sukses
dalam mencapai masa depan.
c. Faktor-faktor Penyebab Kenakalan Siswa
Kenakalan remaja merupakan suatu bentuk penyimpangan perilaku yang
dilakukan oleh remaja yang sangat perlu sekali perhatian untuk diatasi. Sebelum
kita mencari jalan keluar bagi pencegahan dan penanggulangannya, sebaiknya
diteliti terlebih dahulu sebab-sebab yang menimbulkan kenakalan tersebut.
Menurut Santrock, (dalam Kusumawati, 2012: 6) “faktor yang mempengaruhi
kenakalan remaja adalah identitas, kontrol diri, usia, jenis kelamin, harapan
terhadap pend idikan dan nilai-nilai di sekolah, proses keluarga, pengaruh teman
sebaya, kelas sosial ekonomi, kualitas lingkungan sekitar tempat tinggal”.
(Menurut Nindya dan Margaretha, 2012: 3) terbentuknya perilaku
menyimpang remaja dipengaruhi oleh tiga aspek yang saling berhubungan. Ketiga
aspek tersebut adalah kepribadian yang meliputi nilai individual, harapan, dan
keyakinan pada remaja. Aspek kedua sistem lingkungan yang diterima oleh
remaja, seperti pada lingkungan keluarga atau teman sebaya. Aspek ketiga adalah
sistem perilaku yang merupakan cara yang dipilih remaja untuk berperilaku dalam
kesehariannya.
Menurut Siegel & Welsh (dalam Nindya dan Margaretha, 2012: 2)
“beberapa faktor seperti keluarga, sekolah, dan teman sepermainan dianggap
menjadi faktor penyebab perilaku kenakalan remaja”.
(Menurut Wahidin dkk 2012: 4)“ hal mempengaruhi perilaku kenakalan
remaja terdiri dari, Pola Pengasuhan dengan Kekerasan, Kurang Perhatian dan
Kasih Sayang, Faktor Lingkungan Luar Rumah”. Lemahnya kontrol diri sangat
berpengaruh pada perilaku. Seseorang akan mudah terjerumus pada perilaku
negatif apabila lemah dalam mengontrol diri, sebaliknya seseorang akan terhindar
dari perilaku negatif apabila ia mampu mengontrol diri. Oleh karena itu kontrol
diri sangat berperan dalam tingkah laku remaja dan keluarga yang bermasalah
merupakan penyebab utama dalam pembentukan masalah emosional pada anak
yang dapat mengarah pada masalah sosial dalam jangka panjang.
d. Karakteristik Kenakalan Siswa
Karakterisik merupakan ciri-ciri perilaku yang dikelompokkan kedalam
ranah kenakalan remaja. (Menurut Kartono, 2011 : 49) “ada empat karakteristik
kenakalan yang membedakan anak normal dengan nondelinkuen, karakteristik
tersebut diantaranya : delikuensi terisolir, delikuensi neurotik, delikuensi
psikopatik, dan delikuensi defek mental”. Keempat karakteristik tersebut dapat
diuraikan sebagai berikut :
1. Delikuensi Terisolir (Kenakalan Terisolir). Kelompok ini merupakan jumlah
terbesar dari remaja nakal. Pada umumnya mereka tidak menderita
kerusakan psikologis.
2. Delikuensi Neurotik (Kenakalan Neurotik). Pada umumnya, remaja nakal
tipe ini menderita gangguan kejiwaan yang cukup serius, antara lain berupa
kecemasan, merasa selalu tidak aman, merasa bersalah dan berdosa dan lain
sebagainya.
3. Delikuensi Psikopatik (Kenakalan Psipakotik). Delinkuensi psikopatik ini
sedikit jumlahnya, akan tetapi dilihat dari kepentingan umum dan segi
keamanan, mereka merupakan oknum kriminal yang paling berbahaya.
4. Delikuensi Defek Moral (Kenakalan Defek Moral). Defek (defect, defectus)
artinya rusak, tidak lengkap, salah, cedera, cacat, kurang. Delinkuensi defek
moral mempunyai ciri-ciri: selalu melakukan tindakan anti sosial, walaupun
pada dirinya tidak terdapat penyimpangan, namun ada disfungsi pada
inteligensinya.
4. Peran Guru Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan
guru diartikan sebagai pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik pada jalur pendidikan formal. Tugas utama itu akan efektif jika guru
memiliki derajat profesionalitas tertentu yang tercermin dari kompetensi,
kemahiran, kecakapan, atau keterampilan yang memenuhi standar mutu atau
norma etik tertentu (Danim dan Khairil 2013, hlm. 44).
Guru Bimbingan dan Bonseling (BK) adalah seorang tenaga profesional
yang memperoleh pendidikan khusus di perguruan tinggi dan mencurahkan
seluruh waktunya pada layanan bimbingan. Guru BK ini memberikan layanan-
layanan bimbingan kepada para siswa dan menjadi konsultan bagi staf sekolah
dan orang tua (Winkel & Sri Hastuti, 2012).
Peranan guru BK berdasarkan teori di atas adalah tindakan yang dilakukan
oleh seseorang yang mempunyai kedudukan atau seorang tenaga profesional
dalam memberikan layanan-layanan bimbingan kepada para siswa. Bentuk
peranan guru BK meliputi tugas dan fungsi yang merupakan tanggung jawab atas
profesi yang disandangnya (Hallen, 2002. hlm. 53).
Siswa yang hadir disekolah untuk memperoleh layanan pembelajaran
terdiri dari beragam jenis keunggulan dan permasalahannya. Semua siswa
memerlukan layanan bimbingan dan konseling (BK) yang didalamnya juga
termuat bimbingan karir, mulai dari yang bermasalah hingga yang sangat unggul.
Bimbingan dan konseling merupakan layanan bantuan untuk siswa baik secara
perorangan maupun kelompok agar mereka bisa berkemban secara optimal.
Sekolah atau lembaga pendidikan, sebagaimana telah diketahui bertujuan
untuk mempersiapkan dan menghasilkan tenaga untuk informasi-informasi yang
dibutuhkan masyarakat atau pemerintah.
Keseluruhan kegiatan pendidikan di sekolah jelas dan seharusnya
diarahkan untuk mencapai terwujudnya keempat kompetensi itu pada setiap
peserta didiknya. Dapat dipahami tanpa masuknya pelayanan bimbingan dan
konseling kedalam sistem pendidikan, para lulusannya mungkin hanya mampu
memiliki kompetensi akademis saja, sarat dengan pemilikan ilmu pengetahuan
dan teknologi, ahli dan profesional dalam bidangnya, akan tetapi tidak memiliki
kompetensi sosial. Sehingga mereka tidak memiliki kemampuan tranformasi diri,
kematangan intelektual dan emosional dan mereka justru seperti menara gading
ditengah-tengah masyarakatnya. Dan tidak jarang mereka justru menjadi bingung
dan tergantung paada pihak lain setelah menjadi serjana.
Guru Bimbingan Konseling selama ini dianggap sebagai sosok yang dapat
mengatasi masalah-masalah pribadi yang dialami oleh para siswa, di mana guru
BK sangat berperan untuk memberikan solusi yang tepat kepada para siswa.
Masalah yang dihadapi oleh guru BK biasanya berkisar pada masalah pendidikan
terutama pada masalah kedisiplinan siswa yang menjadi problem yang sangat
utama yang harus segera diatasi. Kesalahan yang sering dilakukan oleh siswa
biasanya berkisar pada pelanggaran terhadap tata tertib yang berlaku di sekolah
serta kebijakan sekolah. Misalnya saja pelanggaran terhadap atribut sekolah,
keterlambatan masuk sekolah. Hal ini biasanya diserahkan kepada guru
Bimbingan Konseling di sekolah. Seperti halnya fungsi bimbingan konseling
yakni membantu individu untuk menghadapi situasi lingkungannya
Secara umum dapat dilihat peranan pelayanan bimbingan dan konseling
dalam pendidikan, yakni sesuai dengan urgensi dan kedudukannya, maka ia
berperan sebagai penunjang kegiatan pendidikan lainnya dalam mencapai tujuan
pendidikan yang telah digariskan melalui Undang-Undang Republik Indonesia
No. 2 Tahun 1989. Peran ini dimanifestasikan dalam bentuk membantu para
peserta untuk mengembangkan kompetensi religious, kompetensi kemanusiaan
dan kompeetensi sosial, serta membantu kelancaran para para peserta didik dalam
mengembangkan kompetensi akademik dan profesional sesuai dengan bidang
yang ditekuninya melalui pelayanan bimbingan dan konseling. Secara operasional
peranan yang dimainkan oleh pelayanan bimbingan dan konseling dalam
pendidikan dikemukakan diatas akan terwujud dalam tujuan dan fungsinya
(Hallen, 2002. hlm. 53).
B. Study Relevan
Sebelum peneliti mengangkat judul yang akan diteliti “Manajemen
Bimbingan Konseling dalam Menanggulangi Kenakalan Siswa di SMA
Islam Terpadu Kota Jambi.” Sebelumnya telah ada penelitian yang
mengangkat tema yang sama yaitu:
Penelitian Skripsi yang telah ditulis Syifa’ Minhatun Nisa, Fakultas
Dakwah Dan Komunikasi universitas islam Negeri Wali songo semarang
(2016) berjudul yang berjudul “Peran Bimbingan Konseling Islam dalam
Mengatasi Kenakalan Siswa (Student delinquency) Di Ma Miftahul Huda
Tayu. Skripsi ini membahas tentang Keberadaan bimbingan dan konseling di
lingkungan MA Miftahul Huda Kecamatan Tayu Kabupaten Pati yang
merupakan salah satu usaha madrasah dalam membantu peserta didik
mengatasi segala permasalahan, agar peserta didik dapat berprestasi dan dapat
meningkatkan motivasi belajarnya serta dapat berkembang secara optimal,
sehingga visi dan misi madrasah dapat terealisasi sesuai dengan harapan
madrasah. Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui pelaksanaan
Bimbingan Konseling Islam di MA Miftahul Huda Tayu-Pati dan untuk
mengetahui peran Bimbingan Konseling Islam dalam mengatasi kenakalan
siswa (student delinquency). Peneitian ini menggunakan metode kualitatif
deskriftif.
Selanjutnya penelitian yang berjudul “upaya guru bimbingan konseling
dalam mengatasi siswa bermasalah di Madrasah Tsanawiyah Negeri olak
kemang karya Yuliza Farnandesh KS Nim.T.Pai 200618, yang mengatakan
bimbingan konseling diadakan untuk mengatasi permasalahan yang dialami
siswa seperti kurangnya minat belajar siswa, seringnya siswa datang terlambat
kesekolah. Dalam hal itu menganalis sebab timbulnya masalah. Dengan
menggunakan pendekatan konseling yang bertujuan untuk memberikan solusi
dalam mengatasi masalah.
Perbedaan penelitian yang sudah dilaksanakan dengan dengan
penelitian penulis laksanakan yaitu pelitian yang sudah dilaksanakan lebih
berfokus kepada program BK dan manfaat BK bagi anak didik dan sekolah
sedangkan penelitian yang akan penulis laksanakan lebih berfokus kepada
peran Guru Bimbingan Koseling dalam Menanggulangi Kenakalan Siswa. Jadi
peneliti ingin mengetahui bagaimana peran guru BK dalam Menanggulangi
Kenakalan Siswa di SMA IT Al-Azhar kota jambi .
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif.
Menurut Creswell (2012) dalam Sugiono (2017) penelitian kualitatif adalah
dimana peneliti melalukan pengumpulan data dengan observasi partisipan untuk
mengetahui fenomena esensial partisipan dalam pengalaman hidupnya. Metode
penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada
kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana
peneliti adalah sebagai instrument kunci, tehnik pengumpulan data dilakukan
secara tringgulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian
lebih menekankan makana daripada generalisasi ( Sugiono, 2017: 9 ).
Ojbek dalam penelitian kualitatif adalah obyek yang alamiah atau natural
setting, sehingga metode penelitian ini sering disebut sebagai metode naturalistik.
Obyek yang alamiah adalah abyek yang apa adanya. Dalam penelitian kualitatif,
peneliti menjadi instrument . oleh karena itu dalam penelitian kualitatif
instrumenya adalah orang atau humas instrument. Untuk dapat menjadi instrumen,
maka peneliti harus memeliki bekal teori dan wawasan yang luas, sehingga
mampu bertanya, menganalisis, memotret, mengkontruksi obyek yang diteliti
menjadi lebih jelas dan bermakna ( Sugiono, 2017: 9 ).
Jadi dapat disimpulkan bahwa metode penelitian kualitatif adalah metode
penelitian yang mana digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah,
dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, tehnik pengumpulan data
dilakukan secara tringgulasi ( gabungan observasi, wawancara dan dokumentasi)
data yang diperoleh cenderung data kualitatif, analisis data bersifat
induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif bersifat untuk memahami makna,
memahami keunikan, mengkontruksi fenomena, dan menentukan hipotesis
(Sugiono, 2017: 9 ).
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak peneliti menyusun
proposal selama melaksanakan pengumpulan data di lapangan dan setelah selesai
dilapangan sampai peneliti mendapatkan seluruh data. Oleh karena itu peneliti
ingin melihat bagaimana “Manajemen bimbingan dan konseling dalam
menanggulagi kenakalan siswa di SMA Islam terpadu Al-Azhar Kota jambi.”
Dengan mengadakan observasi atau pengamatan lapangan untuk memperoleh data
dan informasi selengkap mungkin yang berkaitan dengan objek penelitian.
B. Setting dan Subjek Penelitian
1. setting Penelitian
Setting dalam suatu penelitian dapat di pahami sebagai suatu keadaan atau
tempat dimana subjek berdomisili, yang turut mempengaruhi dan berhubungan
dengan kegiatan, peristiwa dan sebagainyan, penelitian ini bertempat Jl. Kolonel
Amir Hamzah No.32, Simp, IV sipin Telanaipura Kota jambi.
Pemilihan lokasi ini didasarkan pada pertimbangan penelitian. Pertama
sekolah ini adalah sekolah yang terus membenahi dirinya dalam upaya
meningkatkan mutu pendidikan di kota jambi. Kedua sekolah ini menerapkan
nilai-nilai moral dan islami. Ketiga, bahwa sepengetahuan penulis belum ada
peneliti lain yang meneliti tentang Manajemen Bimbingan Konseling Dalam
Menanggulang Kenakalan Siswa di SMA Islam Terpadu Al-Azhar Kota Jambi.
2. Subjek Penelitian
Subjek yang diteliti adalah Guru Bimbingan Konseling, Kepala
Sekolah,Waka Kesiswaan, Guru. Penulis menetapkaan informan kunci adalah
Guru BK sedangkan dijadikan responden Kepala Sekolah,Waka Kesiswaan, Guru,
Siswa. Subjek dalam penelitian ini sebagian didatangi dan diwawancarai, dan
sebagian lagi didatangi untuk di amati atau diobservasi secara langsung. Hal ini
dilakukan untuk penyesuaian informasi atau data yang diperoleh melalui
wawancara dengan data yang diperoleh melalui observasi melalui teknik
triangulasi.
C. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang dihimpun langsung oleh peneliti umumnya
dari hasil observasi terhadap situasi sosial dan atau diperoleh dari tangan
pertama atau subjek (informan) melalui proses wawancara. Dalam hal ini
penulis mengumpulkan data yang diperoleh dari Kepala sekolah, Staf TU,
Guru BK, Waka Kesiswaan, waka kurikulum, dan siswa.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung peneliti,
tapi telah berjenjang melalui sumber tangan kedua atau ketiga. Data sekunder
juga dikenal sebagai data-data pendukung atau pelengkap data utama yang
dapat digunakan oleh peneliti. Jenis data sekunder ini dapat berupa gambar-
gambar, dokumentas, grafik, manuserif, tulisan-tulisan tangan, dan berbagai
dokumentasi lainya. Data sekunder dalam penelitian ini adalah:
a. Historis dan Geografis SMA Islam Terpadu Al-Azhar Kota Jambi
b. data tentag guru dan siswa
c. data tentang sarana dan prasarana, struktur organisasi dan visi-misi
2. Sumber Data
Sumber data adalah subjek dimana data tersebut diperoleh. Sumber data
yang penulis dapatkan dalam penelitian ini adalah:
a. Kepala sekolah
b. Wakil kepala sekolah bidang kesiswaan
c. Guru BK
d. Waka kurikulum
e. Guru-Guru
f. siswa
g. Arsip/ Dokumentasi
D. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data penelitian, penulis menggunakan teknik
pengumpulan data berupa observasi, wawancara, dokumentasi.
1. Wawancara
Wawancara digunakan sebagai tehnik pengumpulan data apabila peneliti
ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang
harus diteliti tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari
responden yang lebih mendalam. Jadi Teknik wawancara yaitu pertemuan
langsung yang direncanakan antara pewawancara dan yang diwawancarai
untuk saling bertukar pikiran, guna memberikan atau menerima informasi
terntentu yang diperlukan dalam penelitian ( Sugiono, 2017: hlm. 114).
Wawancara yang penulis gunakan untuk mengetahui lebih dalam tentang
data:
a. Bagaimana Pelaksanaan bimbingan konseling yang di lakukan di SMA Islam
Terpadu Al-AzharKota jambi?
b. Bagaimana Prilaku siswa dalam mengikuti bimbingan konseling di SMA
Islam Terpadu Al-AzharKota jambi?
c. Apa faktor pendukung dan penghambat guru Bimbingan Konseling dalam
menanggulangi Kenakalan Siswa di SMA Islam Terpadu Al-AzharKota
jambi?
d. Apa saja faktor penyebab Kenakalan Siswa di SMA Islam Terpadu Al-
AzharKota jambi?
2. Observasi
Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat
bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh
melalui observasi. Jadi Teknik observasi adalah tindakan atau proses
pengambilan informasi, atau melalui media pengamatan. Dalam melakukan
observasi ini, peneliti menggunakan serana utama indera penglihatan.
Kemudian dicatat dalam nota lapangan sebagai materi utama untuk dianalisis
(Sugiono, 2017: hlm. 106).
3. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlau. Dokumen bisa
berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.
Dokumen yang berbentuk tulisan catatan harian, sejarah kehidupan, biografi,
peraturan, kebijakan. Dokumentasi yang berbentuk gambar misalnya foto dan
lain-lain. (Sugiyono, 2017 : 124)
E. Teknik Analisis Data
Analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman (Sugiyono, 2013 :
243) dilakukan secara interaktif dan berlangsung terus menerus dengan gambaran
sebagai berikut:
1. Pengumpulan Data
Kegiatan utama dalam penelitian adalah pengumpulan data. Dalam
penelitian kualitatif pengumpulan data dengan observasi, wawancara mendalam,
dan dokumentasi atau gabungan ketiganya ( tringulasi) pengumpulan data
dilakukan berhari-hari, mungkin berbulan-bulan, sehingga data yang diperoleh
akan banyak. Pada tahap awal peneliti melakukan penjelajahan secara umum
terhadap situasi sosial/obyek yang diteliti, semua yang dilihat dan di dengar
direkam semua. Dengan demikian peneliti akan memperoleh data yang sangat
banyak dan bervariasi (Sugiono, 2017: 134)
2. Reduksi Data
Selanjutnya melalui reduksi data, mereduksi data berate merangkum,
memilih dan memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang
penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah di reduksi
akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk
melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan (
Sugiono, 2017: hlm. 134).
3. Penyajian Data
Setelah data di reduksi, maka Langkah selanjutnya adalah mendisplaykan
data. Dalam penelitian kualitatif penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk
uraian singkat bagan, hubungan antar kategori. Yang paling sering digunakan
untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah bentuk teks yang bersifat
naratif atau uraian singkat. Penyajian data ini berfungsi memudahkan peneliti
dalam memahami dan menarik kesimpulan sementara (Sugiyono, 2017 : 136).
4. Penarikan kesimpulan/ Verifikasi
Langkah ke empat dalam analisis data kualitatif adalah penarikan
kesimpulan atau verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat
sementara, dan akan berubah bila ditemukan bukti-bukti yang kuat yang
mendukung pada tajap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan
pada tahap awal di dukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti
kembali kelapangan mengumpulkan data maka kesimpulan yang dikemukakan
merupakan kesimpulan yang kredibel (Sugiono, 2017: hlm. 141).
F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Triangulasi yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain. triangulasi berarti cara terbaik untuk menghilangkan perbedaan-
perbedaan kontruksi kenyataan yang ada dalam konteks suatu studi sewaktu
mengumpulkan data tentang berbagai kejadian dan hubungan dari berbagai
pandangan.
Uji keabsahan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Uji kredibilitas
Kredibilitas merupakan validitas internal dalam penelitian kualitatif. Uji
kredibilitas atau kepercayaan terhadap hasil penelitian kualitatif dilakukan dengan
enam teknik yaitu perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam
penelitian, triangulasi, diskusi dengan tema sejawat, analisis kasus negatif,
menggunakan bahan referensi dan member check (Sugiyono, 2017: hlm 185).
Berdasarkan teknik triangulasi diatas, maka dimaksud untuk mengecek
kebenaran dan keabsahan data-data yang diperoleh di lapangan Peran Guru
Bimbingan Konseling Dalam Menanggulang Kenakalan Siswa di SMA Islam
Terpadu Al-Azhar Kota Jambi
G. Jadwal Penelitian
Agar penelitian pelaksanaan kegiatan dilapangan yang sesuai dengan
perencanaan sebelumnya, maka penulis membuat jadwal kegiatan penelitian
sebagai berikut:
Tabel 1
Jadwal Penelitian
No
Jenis kegiatan
Penelitian
BULAN
Des
2018
Jan
2019
Feb
2019
Mar
2019
April
2019
Mei
2019
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Pengajuan Judul
2. Penyusun Proposal
3. Bimbingan Proposal
4. Pengurus Izin Seminar
5. Seminar Proposal
6. Perbaikan Proposal
7. Pengajuan Izin Riset
8. Pengumpulan Data
9. Verifikasi dan
Analisis Data
10. Penulisan laposan
skripsi
11. Pengadaan laporan
skripsi
12. Sidang munaqosah
BAB IV
TEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Temuan Umum
1. Gambaran Umum Sekolah
GAMBARAN UMUM MADRASAH / SEKOLAH
PROFIL SMA SWASTA IT AL- AZHAR JAMBI
1. IdentitasSekolah
a. Nama Sekolah : SMAS IT AL- AZHAR JAMBI
NPSN : 10506150
NSS : 102100401039
Akreditasi : B
Nomor Akreditasi : 164/BAP-S/M/X/2014
Nilai Akreditasi : 71
b. Alamat Sekolah
Propinsi : Jambi
Kabupaten :
Kecamatan : Telanaipura
Kelurahan : Sungai Kambang
Jalan : Kol. Amir Hamzah No. 32
Kode Pos :36124
Telepn/Fax : +62(0741) 667917 fax. 61944
e-mail : [email protected]
c. Nomor Rekening : 0298061086
Nama Bank Unit : BNI
Kantor Cabang : Pasar
Pemegang Rekening
1) Kepala Sekolah : Rini Kartini, S. Ag
2) Bendahara Sekolah : Efiza Fitri, S
2. Identitas Kepala Sekolah
Nama Kepala Sekolah : Rini Kartini, S. Ag
a. NIP : -
b. Tempat/tanggal lahir : Jambi, 26 Juni 1977
c. Pendidikan Terakhir : S1
d. Jurusan Ijazah : Pendidikan Agama Islam
e. No. Telepon Rumah : -
f. No. HP : +62 813 6049 7310
g. Alamat Rumah :Perumahan Guru SMAN Titian
Teras
2. Sejarah singkat
Berdirinya YPPD muaro bungo jambi, merupakan cita-cita pendirinya, Ibu
Hj Rosmaini MS. Sejak beliau masih duduk di Perguruan Diniyyah putri padang
panjang, Sumatra barat pada tahun 1972. Cita-cita itu di dorong oleh keinginan
untuk ikut memajukan daerah kelahiran beliau jika dibandingkan degnan daerah-
daerah lain pada waktu itu keertinggalan disegala bidang.
Pada tahun 1973, beliau masih berstatus mahasiswi dalam kedudukannya
sebagai ketua senat diikutkan oleh pengurus perguruan Diniyyah Putri padang
panjang dalam suatu tim yang terdiri dari Ibu Hj. Ratina Yusuf, guru tertua,
rosmaini MS dan Zarni Z. dipercaya untuk menjalankan kupon sumbangan dan
menjalani rute dari padang panjang-muaro bungo- jambi dan sekitarnya-
Palembang-tanjung karang dan Jakarta. Dari perjalanan inilah belian mendapatkan
pengalaman berharga mengenai kemajuan yang telah dicapai oleh daerah lain
dibandingkan dengan keadaan dijambi. Semua itu menambah kuatnya cita-cita
beliau untuk memajukan daerah melalui pendidikan.
Pada tahun 1975 setelah menamatkan pendidikan pada tingkat sarjana
muda di fakultas Dirasat Islamiyah diniyyah Putri Padang Panjang, pada tahun itu
pula beliuan pulan kekampung halamanya di muaro bungo dan mulai menjajaki
usaha pendirian Diniyyah putrid an cikal daripada perguruan Al-Azhar jambi yang
dicita-citakan.
Pada tahun 1977, resmi berdirilah perguruan Diniyyah Putri Muaro bungo
dan merupakan cikal berdirinya perguruan Al-Azhar jambi pada tahun 1987 awal
dari cikal bakal Yayasan yang telah didiriakan tersebut menempati sebuah rumah
yang dipinjamkan oleh seorang dermawan Alm. H.Ramli beserta keluarga besar
H.saman yang berlikaso di Tanjung Gedang Muaro bungo.
Pada saat menghadapi tantangan dan rintangan dari segala penjuru, dengan
rahmat dan barokah dari Allah SWT, pemerintah daerah memberikan lokasi
permanen untuk pesantren sebaga salah satu usaha jasa pendidkan yang
diselenggarakan oleh yayasan seluas 11,5 ha dirimbo tengah bungo. Lokasi
tersebut merupkan masih hutan lebat yang belum pernah digarap sebelumnya.
Hmbatan dan rintangan yang dihadapi yayasan sungguh berat, terlebih bagi
pimpinan yayasan yang notabebe seorang wanita denagn segala kelemahan dan
keterbatasanya. Tetapi dengan ridho Allah SWT serta dorongan dan dukungan
dari simpatisan, hutan yang penuh semak belukar, kayu besar dan hewan liar itu
hanya dalam tempo 2 tahun telah dapat di taklukan oleh cita-cita dan tekat yang
kuat untuk menegakan kebenaran dan meninggikan kalimat Allah.
Pada awal tahun 1983 lokasi baru tersebut ditempati dan mulai didirikan
bangunan yang yaitu lokal belajar, asrama santri dan rumah guru yang semuanya
didanai dari bantuan lain dari para simpatisan. Pada saat yang erus
eksibersamaan dibangun masjid dengan dana yang diperoleh dari ibu Hj. Fatimah
Basyar dermawan dari arab Saudi melalu Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia
(DDII).
Terbukti bahwa keikhlasan dan panggilan jiwa telah membuat sesuatu
yang jauh dari kemungkinan dan berada diluar perhitungan akal manusia dapat
menjadi kenyataan. Ini adalh perhitungan matematika Allah SWT. Untuk
mengembangkan pendidikan dijambi atas saran Bapak H. Kadir Basalamah yang
pada saat itu menjabat Dirjen. Bimas islam serta dukungan Buya Moh. Natsir
mantan perdana Menteri RI dan Walikota Jambi Bapak Drs. H. Ashari, maka
pada tahun 1987 di bukalah Perguruan Al-Azhar jambi dikota provinsi . dan
seperti yang kita lihat pada saat sekarang ini, perguruan Al-Azhar jambi dapat
terus eksis memajukan pendidikan di provinsi jambi dan semoga Allah
memberikan rahmat dan ridho-Nya kepada kita
3. Visi dan Misi
Visi:
Menjadi Sekolah Berstandar Internasional Penuh Prestasi, Bertakwa, Cerdas,
Kreatif, Serta Inovatif.
Misi:
1. Memberi Pelayanan Pendidikan Yang Terbaik
2. Mengarahkan Segala Potensi Dan Sumber Daya Dalam Mendidik Serta
Membimbing Siswa.
3. Senantiasa Meningkatkan Dan Mengembangkan Kualitas Sdm
4. Kualitas Sdm Yang Berkarakter Baik Dan Unggul
5. Bekerja Sama Dengan Berbagai Pihak Untuk Meningkatkan Mutu
Pendidikan
6. Aktif, Kreatif, Dan Inovatif Dalam Berprestasi
4. Struktur Organisasi
Sekolah merupakan suatu organisasi yang mempunyai visi dan misi, oleh
karena itu di butuhkan suatu struktur dimana setiap bagian pada struktur itu
mempunnyai fungsi dan sosialilsasi kerja sehingga sekolah terorganisasi
dengan baik. Adapun struktur organsasi SMA IT AL-AZHAR adalah sebagai
berikut:
STRUKTUR ORGANISASI
SMA IT Diniyyah Al-Azhar
Nama Sekolah : SMAS IT AL- AZHAR JAMBI
NPSN : 10506150
NSS : 102100401039
Akreditasi : B
Nomor Akreditasi : 164/BAP-S/M/X/2014
Nilai Akreditasi : 71
Gambar 1.
Struktur Organisasi
Gkk
KETUA YAYASAN
Dra. Hj. Rosmaini, M.S, M.Pd.I
DIREKTUR PENDIDIKAN
H.M. Hafiz El-Yusuf, S.Pd.I,M,M
KEPALA SEKOLAH
Rini Kartini, S.Ag
WK. KURILULUM
Rina Nurfida S.Pd WK. KESISWAAN
Waldi yusanto, S.Sos.I
BENDAHARA
Efiza fitrianti, SE TATA USAHA
Yuni Anggraini, S.Kom
PEMBINA OSIS
Ariansyah, S.Pd
KOORDIANATUR
ESKUL
WALI KELAS
GURU SISWA-SISWI GURU BK
5. Keadaan Tenaga Pendidik, Dan Tenaga Kependidika
Guru mempunyai tugas utama dalam mengelola pembelajaran yang untuk
disampaikan kepada siswa-siswinya. Dan tugas utama guru adalah mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai serta mengevaluasi
peserta didik. Guru juga pelaksana dan pengembang program kegiatan proses
belajar mengajar. salah satu komponen pendidikan, guru memegang peranan yang
sangat penting dalam mencapai tujuan pendidikan. tugas guru tidak hanya itu saja
guru memposisikan dirinya sebgai orang tua kedua, dimana ia harus menarik
simpati dan menjadi idola para siswanya. Adapun yang diberikan atau
disampaikan guru hendaklah dapat memotivasi hidupnya terutama dalam belajar,
berpengetahuan, keterampilan, berprilaku yang baik serta modal untuk
menghadapi masa depan yang akan datang.
Pada tahun pelajaran 2013 kepala sekolah di pimpin oleh ibu Nilawati,
S.Ag, beliau menjabat dari tahun 2013-2014. Setelah itu beliau di gantikan oleh
bapak Panca Saputra, S.Pd.I yang menjabat dari tahun 2014-2015, dan setelah itu
beliau pergantian kepala sekolah oleh bapak Ferry Satria, S.Pi yang menjabat dari
tahun 2015-2017 beliau menjabat sebagai kepala sekolah selama 2 tahun dan di
gantikan oleh ibu Rina Nurfida, S.Pd yang menjabat sebagai kepala sekolah daro
tahun 2017-2018
1. Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah
NO Nama Jabatan
1 Rini Kartini S.Ag Kepala Sekolah
2 RinaNurfida, S.Pd Wakil Kepala SekolahBidang Kurikulum
2 WaldiYusanto, S.Sos. I Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan
2. Tenaga Pendidik
Table 2.2 Keadaan Tenaga Kependidikan
N
o Nama
Ijazah
tertinggi Tamatan Pendidikan
1 DessyRatnasari, S.Pd S1 15 januari
2014 S1 BK Unja
2 EfizaFitrianti, SE S1 2 Mei 2017 S1 Biologi UIN Jambi
3 Siska Fatimah, S.Pd.I S1 13 juli 2015 S1 Mtk STAIN
Batusangkar
4 Mursalim, S.Pd S1 9 Mei 2018 S1 Porkes UNJA
5 RinaNurfida, S. Pd S1 24 Okt 2014 S1 BK UNJA
6 Zumiati, S.Pd S1 16 januari
2017
S1 Tadris IAIN
Bengkulu
7 Ariansyah, S.Pd S1 9 Februari
2018 S1 Sejarah UNBARI
8 Reffy Yulina Sari S.Sn S1 17 juni 2016 S1 ISI Padang Panjang
9 Waldi, S. Sos. I S1 5 Mei 2008 S1 Dakwah IAIN STS
Jambi
10 AnggaWijjarto, S. Pd S1 9 Februari
2018 S1 TIK UNISRI Solo
11 NoraSelfianti, S.Pd S1 28 Juni 2008 S1 Sastra UIN Padang
12 SaparillaRusada, S. Pd Si 2 Mei 2017 S1 B.Arab UIN Jambi
( sumber: data Sekolah Menengah Atas Al-Azhar Kota Jambi)
3. Tenaga Kependidikan
Table 2.3 Keadaan Tenaga Kependidikan
No Nama
Ijazah
Tertingg
i
Tugas PNS /
Honorer
1 AnggaWijiarto, S.Pd S1 Inventaris Barang Honorer
2 Siska Fatimah, S. Pd. I S1 Kepegawaian ATK Honorer
3 Reni Puspita Sari. H, SE S1 Bendahara Yayasan Honorer
4 DessyRatnasari S1 Bagian Pengarsipan Honorer
5 Yuni Anggraini S1 Tata Usaha Honorer
6 SaparillaRusada, S. Pd S1 Operator Sekolah Honorer
( sumber: data Sekolah Menengah Atas Al-Azhar Kota Jambi
6. Siswa
Yang ada di SMA IT Al-Azhar kota jambi adalah siswa yang di terima
melalui proses seleksi yang telah di tetapkan melalui ketentuan sekolah. Jadi
Jumlah keseluruhan siswa di SMA IT Al-Azhar kota jambi pada tahun 2019
berjumlah 47 orang berikut adalah data keadaan siswa dan distribusinya untuk
setiap kelas.
Table 2.4 Daftar Jumlah Siswa
No Kelas Jenis kelamin Jumlah siswa
Laki-laki Perempuan
1 X IPA 2 6 8
2 X IPS 6 3 8
3 XI IPA 3 4 7
4 XI IPS 2 5 7
5 XII IPA 4 5 9
6 XII IPS 4 3 7
JUMLAH 20 26 47
( sumber: data Sekolah Menengah Atas Al-Azhar Kota Jambi
7. Sarana dan Prasarana
SMA IT Al-Azhar kota jambi sebagai lembaga formal tidak terlepas dari
sarana prasarana yang dimiliki sebagai pusat pendidikan dan pengajaran untuk
proses belajar dan mengajar langsung. Keadaan sarana dan prasarana atau alat-alat
yang menunjang dan membantu perlengakapan proses pembelajaran SMA IT Al-
Azhar kota jambi dapat dilihat dan table berikut:
7 Devi D3 Penjaga Pustaka Honorer
8 Zumiati, S. Pd S1 Labor Honorer
9 Effendi SMA Satpam Honorer
10 Erni D3 UKS / Honorer
Table 2.5 Keadaan Sarana Prasarana
N
o Sarana
Jumla
h
Ukura
n
(m2)
Kondisi
Permane
n
Semi
Permane
n
Bai
k
Perlu
reha
p
1
Ruang
Kepala
Sekolah
1 24,00 1 - 1 -
2 Ruang
Wakasek - - - - - -
3 Ruang
BP/BK 1 16,00 1 - 1 -
4 Ruang
Majelis Guru 1 24,00 1 - 1 -
5 Ruang
Kepala TU - - - - - -
6 Ruang
Bendahara 1 36,00 1 - 1 -
7 Ruang Tata
Usaha 1 36,00 1 - 1 -
8 Ruang Osis 1 09,00 1 - 1 -
9 Ruang UKS 1 16,00 1 - 1 -
10 Ruang Kelas 6 1,080 6 - 6 -
11 Ruang Labor
Bahasa 1 120,00 1 - 1 -
12 Ruang Labor
(IPA) Fisika 1 135,00 1 - 1 -
13 Ruang Labor
Biologi 1 120,00 1 - 1 -
14 Ruang Labor
Kimia 1 120,00 1 - 1 -
15
Ruang
Perpustakaa
n
1 84,00 1 - 1 -
16 Ruang
Komputer 1 120,00 1 - 1 -
17 Ruang
Koperasi - - - - - -
18 Ruang
Serbaguna 1 - 1 - 1 -
19 Ruang 1 109,00 1 - - 1
Ibadah /
Masjid
20
Ruang
Jaga/Pos
Satpam
1 6,00 1 - 1 -
21 WC Murid 9 10,06 9 - 2 7
22 WC Guru
danPegawai 2 8,00 2 - 2 -
23 Gudang 1 72,00 1 - - 1
N
o Sarana Jumlah Ukuran
Kondisi
Permanen Semi
Perman
en
Baik Perlu
rehap
24 Ruangpelayan 1 4,00 - 1 - 1
25 Perumahaan
Guru 2
144,00 2 - - 2
Jumlah 36 1.818,06 39 1 30 12
Luas Tanah Seluruhnya : 40.000 m2
Luas Bangunan : 2.078,06 m2
Tanah Terpakai Seluruhnya : 12.417.06 m2
Tanah Kosong : 24.024,88 m2
Status Tanah : Sertifikat (Milik Perseorangan)
B. Temuan Khusus dan Pembahasan
1. Pelaksanaan Bimbingan Konseling yang di lakukan Guru di
SMA IT Al-Azhar Kota Jambi
Madrasah merupakan sebuah lembaga tempat dilaksanakannya proses
pendidikan. pendidikan tidak hanya mempunyai arti menstranfer ilmu dan materi
pelajaran kepada siswa, kegiatan mendidik juga meliputi perubahan prilaku siswa
kearah yang lebih baik sehingga dapat berguna bagi lingkungan keluarga dan
masyarakat.
Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah terlaksana
melalui sejumlah kegiatan bimbingan. Kegiatan-kegiatan tersebut di
selenggarakan melalui suatu program bimbingan. Program bimbingan merupakan
suatu rancangan atau pelaksanaan yang akan dilaksanakan dalam jangka waktu
tertentu.Dalam pelaksanaan rencana program bimbingan konseling di sekolahdan
madrasah harus melibatkan berbagai pihak yang terkait seperti Kepala sekolah,
guru BK, para guru, tenaga administrasi,orang tua, siswakomite sekolah, dan
tokoh masyarakat.
Berbagai prilaku siswa yang hadir di sekolah untuk memperoleh layanan
pembelajaran terdiri dari beragam jenis keunggulan dan permasalahan. Semua
siswa memerlukan layanan bimbingan dan konseling yang di dalamnya juga
termuat bimbingan karier, mulai dari yang benar-benar bermasalah hingga yang
sangat unggul.
Sebagaimana hasil wawancara peneliti dengan Ibu Rina Nurfida S,Pd
sebagai Guru BK mengatakan Bahwa:
“ kenakalan yang dilakukan oleh siswa di sekoah sering kali tidak dapat
dihindari meski dengan pengajaran yang baik sekalipun. Hal tersebut di karenakan
sumber permasalahan siswa banyak yang di sebabkan hal-hal diluar sekolah,
termasuk prilaku siswa yang tidak dapat mengatur waktu aktivitas belajar sesuai
apa yang dibutuhkan, demikian juga dengan kedisplinan siswa. Disnilah saya di
butuhkan untuk memberikan bimbingan konseling dalam mendampingi mereka
(Wawancara 20 maret 2019).”
Hal-hal yang dilakukan oleh guru BK dalam pelaksanaan bimbingan
konseling di SMA IT Al-Azhar Kota Jambi.
a. Konseling Individual
Membantu individual mengenal dirinya sendiri dengan baik. Mengetahui
kemungkinan-kemungkinan yang tersedia baginya, melalui pendekatan individual
yakni seorang guru BK bisa mendekati si anak itu dengan cara memanggil satu
persatu anak didiknya agar lebih paham dengan masing-masing karakter anak
didiknya. Untuk itu siswa yang bermasalah dari yang tidak disiplin, membolos,
dan berkata kasar serta tidak hormat diberi peringatan tentang permasalahnya
yang dilakukan anak itu guna memperoleh jalan penyelesaian yang terbaik,
kemudian anak itu setuju dengan saran guru BK merubah kebiasaan buruk
mereka. Maka dari itu diperlukan pendekatan khusus kepada anak didiknya secara
perorangan.
Setelah diadakan penyuluhan siswa yang membolos mengalami perubahan
menjadi siswa yang lebih baik serta rajin kesekolah. Hal imi dapat di lihat pada
Tabel 3.2. hal ini dikarenakan siswa yang sering membolos merasa rugi karena
ketinggalan pelajaran. Dari sini guru BK mempunyai peran bahawa siswa yang
membolos harus meminjam catatan agar merubah kebiasaanya.
Siswa yang tidak disiplin dan tidak rapi ini dikarenakan suka melanggar
perarturan maka dari itu guru BK menyarankan agar Kepala Sekolah lebih
meningkatkan kedisplinan dengan peraturan yang telah di sepakati bersama.
Siswa yang sering tidak sopan dan sering melawan guru , maka guru BK
memberikan penyuluhan mengenai tata cara beretika dan tatacara menghormati
seorang guru, anak juga diberikan bimbingan pendidikan agama agar mereka
dapat memilki kecakapan dalam mengembangkan siskap dan ahklaknya yang baik
Hasil dari penyuluhan tentang siswa siswa yang membolos, tidak disiplin,
tidak hormat, melawan guru dapat di peroleh kesimpulan bahwa bahwa guru BK
berperan dalam menangani prilaku siswa tersebut. Peran guru BK dalam merubah
anak didiknya agar meninggalkan kebiasaan buruknya, dan guru BK berharap
agar siswa lebih rajin kesekolah agar tidak rugi dengan dengan ketinggalan
pelajaran.
b. Merencakan suatu kegiatan atau Program
Seorang guru BK harus ikut andil dalam merencanakan susatu kegiatan
atau program yang dilaksanakan oleh sekolah. Melalui rapat-rapat yang diadakan
pemrintah megenai masalah siswa dan remaja. Untuk itu guru BK selalu datang
menyampaikan inspirasinya guna menyuseskan pendidikan yang semakin tahun
mengalami kemajuan. Seperti merencanakn program kurukulum.
- Mengembangkan kurukulum
Dalam pengembangan kurikulum, seorang guru BK ikut terlibat dalam
memajukan kegiatan proses belajar mengajar secara langsung demi suksesnya
sebuah sekolah yang sedang di pegangnya. Di SMA IT Al-Azhar Kota Jambi
program BK termasuk dalam mata pelajaran yang wajib di ikuti oleh seluruh
siswa, dan guru BK terlibat langsung kelapangan (kelas) untuk mengajar
pelajaran BK yang dilaksanakan sekali dalam seminggu pada kelas X, XI dan
XII.
Pelaksana program BK di sekolah dan madrasah harus merujuk kepada
program sekolah dan madrasah. Program BK di sekolah dan madrasah tidak boleh
bertentangan dengan program sekolah yang bersangkutan. selain itu penyusunan
program BK di sekolah dan madrasah harus sesuai dengan dan berorientasi
dengan kebutuhan sekolah dan madrasah. Karena itulah pelaksanaan program
bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah merupakan salah satu program
sekolah itu sendiri.
Dari hasil wawancara dan observasi bahwa bimbingan konseling
merupakan bagian intergral dan tidak terpisahkan dari proses pendidikan dan
memiliki kontribusi terhadap keberhasilan proses pendidikan dis sekolah dan
madrasah. Dalam hal ini tanpa di dukung oleh pelaksanaan program
penyelenggaraan bimbingan dan konseling yang baik. Pelaksanaan bimbingan dan
konseling di sekolah dan madrasah hanya mungkin dapat dilaksanakan secara baik
apabila diprogramkan secara baik pula. Agar pelaksanaan bimbingan dan
konseling di sekolah dan madrasah dapat terleksana dengan baik secara efektif
dan efesien serta tujuannya dapat tercapai pula maka harus di susun programnya
secara terencana dan sistematis ( Observasi 20 maret 2019).
c. Menyelenggarakan Konsultasi
orang tua murid dalam hubungannya dengan masalah yang dihadapi murid
yaitu orang tua murid bisa datang kerumah guru BK atau bisa juga sebagian
permasalahanya dapat di bicarakan lewat teleponn dan juga bisa di bicarakan
antara wali murid denganwali kelas. Peran wali kelas sangat di butuhkan dalam
membantu guru BK untuk mengatasi masalah yang di alami siswa. Dengan begitu
permasalahan yang di hadapi dapat di selesaikan dengan baik dan lancar.
2. Prilaku Siswa dalam Mengikuti Bimbingan Konseling di SMA
IT Al-Azhar Kota Jambi.
Bimbingan konseling merupakan suatu proses pemberian bantuan kepada
individu secara berkelanjutan dan sistematis, yang dilakukan oleh seorang ahli
yang telah mendapat latihan khusus untuk itu dengan tujuan agar individu dapat
memahami dirinya, lingkungannya serta dapat mengarahkan diri dengan
lingkungan untuk mengembangkangkan potensi dirinya secara optimal untuk
kesejahteraan dirinya dan masyarakat.
Madrasah merupakan sebuah lembaga tempat dilaksanakannya proses
pendidikan. pendidikan tidak hanya mempunyai arti menstranfer ilmu dan materi
pelajaran kepada siswa, kegiatan mendidik juga meliputi perubahan prilaku siswa
kearah yang lebih baik sehingga dapat berguna bagi lingkungan keluarga dan
masyarakat.
Berbagai prilaku yang dilakukan siswa kepada gurunya setiap harinya
bahkan didalam kelas sekalipun ketika pelajaran sedang berlansung. Di Sekolah
Menengah Atas Al-Azhar Kota Jambi berbagai kenakalan-kenakalan yang
dilakukan oleh para siswa tersebut, dimana siswa melakukan perbuatan-perbuatan
melanggar norma dan nilai-nilai yang berlaku seperti: melawan guru, bolos,
berkata kasar, merokok,menuunnya rasa hormat terhadap guru serta tidak disiplin
( Observasi 18 maret 2019 ).
Tabel 3. Data Jenis Kenakalan Siswa
Jenis Kenakalan Siswa
Melawan Guru
Bolos
Tidak disiplin
Terlambat
Data diatas adalah data umum pelanggaran yang dilakukan oleh siswa di
SMA IT Al-Azhar Kota Jambi.
Tabel 3.1. Data Siswa Yang bermasalah
No Nama Kelas Kesalahan
1 Riski XII IPA 4 kali tidak memakai peci
2 Zaenal XI IPS Bolos 3 kali
3 Jidan XI IPS Bolos 8 kali
4 Johan X IPA Terlambat 3 kali
5 Rendi X IPS Terlamabat 3 kali
Sambungan
6 Amad XII IPS Bolos 4 kali
7 Ferdi XII IPA Kabur setelah sholat ju’mat 2
kali
8 Anggi XII IPA Kabur setelah sholat jum’at 2
kali
9 Junaidi XI IPS Bolos 2 kali
10 Tika XI IPS Tidak masuk tanpa keterangan
3x
11 Ria XI IPS Tidak masuk tanpa keterangan
3x
12 Zaka XII IPA Rambut panjang
13 Arka X IPS Rambut panjang,berkata tidak
sopan pada guru
14 Lani XI IPS Terlambat 5 kali
15 Jidan XI IPS Terlambat 3 kali
Keterangan: nama-nama diatas adalah samaran
Di atas adalah data siswa yang bermasalah, baik masalah belajar maupun
kenakalan yang memerlukan penanganan yang intensif. Sebenarnya masih banyak
siswa yang bermasalah tetapi sebagian hanya melakukan kenakalan kecil yang
Cuma mendapat teguran dan peringatan, seperti menjahilin teman sekelas,
menyembunyikan pena milik temannya dan sebaginya.
a. Melawan Guru
Melawan yaitu suatu tindakan atau perbuatan yang tidak sesuai dengan
kesusilaan. Dilihat dari perkembangan emosional siswa, hal yang paling sering
membuatorang tua atau guru marah, jengkel, dan bingung ketika menghadapi para
siswa atau anak adalah sikap melawan memberontak. Tiap-tiap siswa memilki k
arakter yang berbeda-beda, maka sikap melawan atau memberontak yang muncul
dari diri tidak sama antara individu yang lain.
Mengahadapi masalah siswa Yang susah di atur atau cenderung melawan
bukanlah hal yang mudah namun bukan juga hal yang sulit, yang terpenting
adalah kesabaran, kebijaksanaan dan perhatian khususkepada mereka.
Sebagaimana hasil wawancara peneliti dengan ibu Efiza Fitriani, SE
sebagai guru yang mengajar mata pelajaran IPS mengatakan bahwa:
“ kenakalan yang dilakukan siswa bnanyak ragamnya salah satunya
melawan guru, melawan guru disini seperti tidak mengikuti apa yang di
perintahkan oleh guru seperti ketika guru menyuruh mereka, mereka
menolak menlak dan membantah dengan mengucapkan kata-kata yang
tidak pantas ( wawancara 20 maret 2019).”
Dari hasil wawancara memang ada bentuk prilaku siswa di SMA IT Al-
Azhar Kota Jambi yaitu melawan terhadap guru, hal ini tampak jelas pada saat
proses belajar mengajar, siswa acapkali tidak mau mendengarkan perintah guru.
Dari keterangan di atas bahwa memang ada sebagian siswa di SMA IT Al-Azhar
Kota jambi melakukan tindakan melawan terhadap guru. Hal ini di karenakan
kurangnya perhatian orang tua terhadap anak dan lemahnya akhlak dalam diri
mereka (Observasi 20 maret 2019).
b. Bolos
Kata “bolos” sangat popular di kalangan pelajar atau siswa baik di sekolah
dasar maupun menengah. Bolos sekolah merupakan hal yang umum dilakukan
siswa pada zaman sekarang ini. Hal ini terjadi di karenakan siswa kurangnya
memahami statusnya sebagai siswa dan kurang mengerti tujuan hidupnya. Hal ini
di sebabkan karena prilaku membolos itu sendiri telah ada sejak dulu dan menjadi
tradisi saat sekarang.
Di sekolah Al-Azhar Kota Jambi ini tidak semua siswa melakukan
tindakan bolos, hanya sebagian siswa yang melakukan tindakan bolos pada saat
jam pelajaran berlangsung. Para siswa sering kali bolos karena mereka lebih
memilih main atau tidur sehingga hanya sedikit siswa yang mengikuti proses
belajar mengajar (Observasi 20 maret 2019).
Salah seorang siswa yang bernama Retno mengatakan bahwa:
“bolos itu enak dapat menghilangkan bosan dan bisa tidur menghilangkan
rasa capek, karena seharian harus belajar, maka solusi yang tepat untuk
menghilangkan rasa bosan tersebut dengan bolos sekolah.”
Dari hasil observasi bahwa siswa melakukan kenakalan dengan cara
membolos pada saat jam pelajaran berlansung karena untuk menghilangkan rasa
bosan, capek yang mereka hadapi dan mencari kebebasan dan kesenangan sesaat (
observasi 2 April 2019).
c. Tidak Disiplin
Disiplin merupakan sikap mental yang tercermin dalam perbuatan tingkah
laku perorangan, kelompok atau masyarakat berupa kepatuhan atau ketaatan
terhadap peraturan, ketentuan, etika dan kaidah yang berlaku. Disiplin juga
merupakan suatu kegiatan yang dilakukan agar tidak terjadi suatu pelanggaran
terhadap suatu peraturan yang berlaku demi terciptanya suatu tujuan.
Islam juga memerintahkan umatnya untuk selalu konsisten terhadap
peraturan yang Allah tetapkan. Hal ini sesuai dengan Firman Allah Surah Hud
ayat 112 yang mana Artinya: “ Maka tetaplah pada jalan Allah yang benar
sebagaimana di perintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah bertaubat serta
janganlah kamu melampau batas, Sesungguhnya Allah melihat apa yang kamu
kerjakan.Dalam ayat tersebut menunjukan disiplin bukan hanya tepat waktu saja,
tetapi juga patuh kepada peraturan-peraturan yang ada. Melaksanakan yang di
perintahkan dan meninggalkan segala yang di larang.
Sebagaimana hasil wawancara peneliti dengan Ibu Rini Kartini, S.Ag
sebagai Kepala Sekolah mengatakan bahwa:
“ Para siswa hampir setiap hari melakukan pelanggaran apalagi dala hal
disiplin waktu mereka sering terlambat masuk sekolah, tidak memakai atribut
yang telah di tetapkan oleh sekolah, rambut panjang ( wawancara 02 April 2019).”
Jadi Peranan sekolah/madrasah sangat penting dalam penyelesaian
masalah ini. Untuk meminimalkan kenakalan yang terjadi yang dilakukan oleh
siswa, sekolah harus menerapkan aturan tata tertib yang lebih ketat. Agar
siswa/siswi takut untuk melakukan tindakan yang tidak sesuai aturan dengan
aturan sekolah. Yang kedua yakni peranan guru BK, guru BK disini sangat
membantu menemukan solusi bagi siswa yang mempunyai masalah-masalah
sehingga persolaan siswa yang tadinya dapat memicu terjadinya prilaku kenakalan
menjadi berkurang.
Guru sebagai pembimbing merupakan dambaan dari setiap siswa.
Kenakalan siswa bersumber dari hilangnya makna keberadaan diri setiap siswa di
tengah galau, rasa frustasi, konflik dan stred berkecambuk dalam diri siswa, dan
terjadilah penyimpangan atau kenakalan. Jadi guru bimbingan konseling harus
mampu melaksanakan harapan siswa yakni mengutamakan membimbing daripada
mengajar , besar kemungkinan kenakalan dapat dikurangi. Sebagai pembimbing,
guru harus mempunyai syarat kepribadian dan sedikit ilmu tentang pribadi siswa
serta kemampuan berkomunikasi atau keterampilan konseling.
Berdasarkan observasi Salah satu yang dilakukan oleh guru bimbingan
konseling dalam menanggulangi kenakalan siswa di SMA IT Al-Azhar Kota
Jambi adalah dengan Diadakannya Konseling Individual yang mana individu
dapat mengenal dirinya sendiri dengan baik. Melalui pendekatan individual yakni
seorang Guru BK bisa mendekati si anak itu dengan cara memanggil satu persatu
anak didiknya agar lebih memahami dengan karakter masing-masing peserta
didiknya. Dan untuk siswa yang bermasalah dari yang bolos, tidak disiplin, sering
terlambat, melawan guru di beri peringatan tentang permasalahanya yang
dilakukan anak itu guna memperoleh jalan penyelesaian yang baik. Dan kemudian
anak didik itu setuju dengan saran yang diberikan Guru BK , dan mereka
perlahan-lahan merubah kebiasaan buruk mereka menjadi lebih baik dari
sebelumnya. Maka dari itu diperlukan pendekatan khusus kepada anak didiknya
secara perorangan ( Observasi, 15 Maret 2019).
Tabel 3.2 Data Siswa Setelah Mendapat Bimbingan guru BK
Nama Kesalahan yang dilakukan Perubahan
Riski ( nama samaran ) 4 kali tidak memakai peci 2 kali
Zaenal( nama samaran ) Bolos 3 kali 1 kali
Jidan ( nama samaran ) Bolos 8 kali 5 kali
Johan ( nama samaran ) Terlambat 3 kali -
Ahmad ( nama samaran ) Terlamabat 3 kali 1 kali
Ferdi ( nama samaran ) Bolos 4 kali 2 kali
Anggi ( nama samaran ) Kabur setelah sholat ju’mat
2 kali
-
Junaidi ( nama samaran ) Kabur setelah sholat jum’at
2 kali
-
Tika ( nama samaran ) Bolos 2 kali 1 kali
Ria ( nama samaran ) Tidak masuk tanpa
keterangan 3x
-
( Data siswa SMA IT Al-Azhar Kota Jambi)
Dari hasil wawancara diatas maka dengan adanya guru bimbingan
konseling di SMA IT Al-Azhar Kota Jambi sangat berperan dalam
penanggulangan kenakalan siswa. Walaupun banyak pihak yang terkait. Peran
guru BK di sini sangat diperlukan bagi sekolah, karena dengan adanya Guru BK
tersebut dapat membantu jalannya proses pendidikan dan pengajaran termasuk
juga juga membantu siswa dalam pertumbuhan dan perkembangan jiwa nya
secara optimal, membantu perkembangan yang optimal bagi setiap individu siswa
sesuai dengan kemampuan siswa, Agar dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya, membentuk siswa untuk mecapai kedewasaan yang memiliki jiwa
dan rohani yang sehat dan berkepribadian yang utama untuk membantu siswa
dalam pencapaian karir yang tepat dimasa depan. Dan mengembangkan sumber
daya siswa dalam kehidupan di sekolah dan membantu siswa dalam usaha
meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Memang tidak bisa di
pungkuri bahwa keberadaan guru bimbingan konseling disekolah sangat
dibutuhkan dan berperan terhadap siswa.
3. Faktor Pendukung dan Penghambat Guru Bimbingan
Konseling dalam Menanggulangi Kenakalan Siswa di SMA IT Al-
Azhar Kota Jambi.
a. Faktor Pendukung
Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling oleh Guru BK di setiap
sekolah baik sangat dibutuhkan dukungan-dukungan dari segala pihak, baik dari
pihak sekolah, guru, siswa maupun orang tua. Adapun faktor pendukung untuk
guru bimbingan dan konseling dalam menanggulangi kenakalan siswa yaitu: Guru
BK yang memang lulusan dari perguruan tinggi minimal S1, memiliki
pengetahuan, sikap dan keyakinan terhadap profesi bimbingan dan konseling.
Dari hasil Obervasi yang di temukan bahwa faktor pendukung Bimbingan
Konseling ini terjadi adanya kerjasama yang baik antara kepala sekolah, guru,
murid, orang tua murid, dan karyawan, sarana dan prasaranan yang memadai dan
suasana keakraban dan kekeluargaan yang terjalin di sekolah cukup baik sehingga
proses bimbingan konseling di sekolah ini dapat berjalan dengan baik karena
adanya kerja sama tadi ( Observasi 02 April ).
Sebagaimana hasil wawancara peneliti dengan bapak Waldi Yusanto,
S.Sos.I sebagai WAKA Kesiswaan mengatakan bahwa:
“ untuk faktor pendukungnya sendiri adalah BK, karena dengan adanya BK
setiap permasalahan yang dihadapi anak-anak, untuk menyelesaikan
masalah tersebut kita hadapi ke BK dulu, kalau ke BK sudah aman berarti
tidak ke wakil kesiswaan lagi. Tetapi kalau BK belum tuntas nanti setelah
dari BK akan ke kesiswaan bagian, kalau kesiswaan tidak selesai juga
langung ke kepala sekolah, dan kalau kepala sekolah juga tidak
menemukannya maka di adakan yang namanya mufakat bersama otomatis
anak akan di kembalikan ke orang tua. Itu untuk faktor pendukungnya (
Wawancara 2 april 2019).”
Sebagaimana hasil wawancara peneliti dengan Ibu Rini Kartini, S.Ag
sebagai Kepala Sekolah mengatakan bahwa:
“ Kalau untuk faktor pendukung semuanya mendukung, jadi kalau untuk
anak-anak kita prioritaskan, apalagi untuk yasyasan. Di sini Direktur
yayasan juga sampai turun dalam kedisiplinan anak-anak, direktur juga
sampai turun untuk melihat keseragaman anak-anak, Direktur yayasan juga
sampai trurun untuk memaksimalkan anak-anak, padalah beliau adalah
Direktur yayasan, sebenarnya sudah ada kepala sekolah, wakil kepala
sekolah, Devisi pengajaran. Karena Beliau sangat care tadi beliau sampai
turun kelapangan untuk melihat siswa-siswinya. Makanya kalau untuk
faktor pendukung sungguh luar biasa. Untuk sarana semuannya sangat
mendukung (wawancara 2 April 2019).”
Peran guru bimbingan dan konseling ini tanpa ada ada dukungan dari pihak
lain, bimbingan dan konseling akan sangat sulit untuk di laksanakan. Begitu juga
mengenai peranan bimbingan dan konseling di SMA IT Al-Azhar Kota Jambi di
tandai, dengan adanya kerjasama antara guru, wali kelas, kepala sekolah, dan wali
murid maka program yang dilaksanakan guru bimbingan dan konseling dapat
berjalan dengan baik.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari hasil wawancara dengan Guru
Bimbingan Konseling SMA IT Al-Azhar Kota Jambi sebagai berikut: “untuk
faktor pendukung pelaksanaan bimbingan dan konseling adalah dengan adanya
kerjasama semua guru dan wali murid demi kelancaran pelaksanaan bimbingan
dan konseling oleh Guru BK( Wawancara 20 maret 2019).”
b. Faktor Penghambat
Dalam Pelaksanaan bimbingan dan konseling yang dilakukan oleh guru
BK sering kali di temui adanya hambatan, karena setiap apa yang di lakukan pasti
memilki hambatan, dan hambatan tersebut harus di cari jalan keluarnya agar
pelaksanaan bimbingan dan konseling yang dlikaukan oleh guru BK dapat
berjalan dengan baik dan lancar. Adapun faktor penghambat pelaksanaan
bimbingan dan konseling sebagai berikut:
1. banyaknya siswa yang dari luar kota.
2. para siswa yang terkadang malu dan takut untuk mengungkapkan masalahnya
baik masalah pribadi maupun keluarga.
Untuk lebih jelasnya tentang faktor penghambat pelaksanaan bimbingan
dan konseling di SMA IT Al-Azhar Kota Jambi dapat dilihat dari hasil wawancara
kepada guru bimbingan konseling:
“Faktor penghambatnya, anak siswa di sekolah ini umumnya ngekos, jauh
dari orang tua, jadi kita komunikasi ke orang tuanya untuk permasalahan
siswa itu sedikit susah, wali kelas mereka juga tidak semua nya dekat
dengan orang tua siswa dan menyimpan nomor orang tua mereka yang
bisa di hubungi itu saja faktor penghambatnya. Mereka ngekost membuat
tingkah atau melanggar tata tertib sekolah ya kita peringati dan kita
telepon orang tua nya. Yang jadi faktor penghambatnya adalah ketika kita
panggil orang tuanya kesekolah dan orang tua siswa tersebut tidak bisa
hadir karena jauh, dan kebanyakan siswanya dari luar kota ( wawancara 20
maret 2019 )”.
Jadi program bimbingan dan konseling di SMA IT Al-Azhar Kota Jambi
tetap berjalan walaupun faktor penghambatnya adalah orang tua siswa, tidak
memungkinkan untuk sekolah jika pelaksanaan bimbingan dan konseling tidak
berjalan. Karena di dorong dengan adanya faktor pendukung, maka pelaksanaan
bimbingan dan konseling tetap berjalan dengan baik. Dengan adanya pelayanan
bimbingan dan konseling di sekolah atau madrasah sangat terbantu, karena cukup
berperan dalam mengatasi kenakalan siswa dan juga membantu siswa dalam
mengetahui minat bakat serta mendapatkan karier mereka.
Jadi program bimbingan dan konseling di sekolah harus di perhatikan
dengan serius, bukan hanya dari pihak sekolah saja melainkan dari pihak luar
seperti pemerintah dan orang tua siswa. Sebab jika pelaksanaan bimbingan dan
konseling terhambat/tidak terlaksana dengan baik bukan tidak mungkin bagi
siswa-siswa yang bermasalah tidak mendapatkan bantuan pemecahan masalah-
masalah yang mereka hadapi, dan merugikan diri dan sekolah dimana mereka
bersekolah.
4. Faktor Penyebab Kenakalan Siswa di SMA IT Al-Azhar Kota
Jambi.
Siswa pada umumnya adalah orang yang suka dengan kebebasan, bergaul
dengan teman-teman sebayanya dan senang berkumpul melaksankan aktivitas
keseharianya. Begitu juga dengan siswa di SMA IT Al-Azhar Kota jambi, pada
khususnya mereka senang berkumpul dengan teman sebaya dalam melakukan
segala aktifitas sehari-hari baik di sekolah maupun di luar lingkungan sekolah.
Sebagaimana hasil wawancara peneliti dengan bapak Waldi Yusanto,
S.Sos.I sebagai WAKA Kesiswaan mengatakan bahwa:
“Faktor penyebab kenakalan siswa kurangnya perhatian orang tua dalam
hal pendidikan, sehingga kenakalan siswa tidak diperhatikan. Kenakalan
siswa terjadi karena memang pada masa itu mereka sedang masa transisi,
dan juga guru kurang mengawasi ( wawancara 02 April 2019).”
Salah satu faktor penyebab kenakalan siswa di SMA IT Al-Azhar Kota
Jambi antara lain sebagai berikut:
a. Faktor Internal
1. Kurangnya kematangan fisik, mental dan emosi
2. Adanya Hambatan atau gangguan emosi akibat tekanan dari orang tua
3. kemauan yang kurang atau bahkan terlalu tinggi
b. Faktor Eksternal
1. Keadaan masyarakat yang kurang stabil, baik segi ekonomi ataupun sosial
politik.
2. Keadaan keluarga siswa yang kurang baik dan harmonis
3. Kurangnya pembinaan atau bimbingan akhlak dan moral yang seimbang
dengan pembentukan karakter siswa.
Berdasarkan hasil observasi di lapangan bahwa kenakalan-kenakalan yang
dilakukan siswa SMA IT Al-Azhar Kota Jambi seperti melawan guru, tidak
mendengarkan apa yang dikatakan guru, bolos, terlambat, merokok, kurang
disiplin memang benar. Salah satu faktor penyebab kenakalan siswa adalah karena
keadaan keluarga yang kurang baik dan kurang harmonis sehingga siswa kurang
di perhatikan dan emosional yang tidak terkontorol dapat menyebabkan siswa tak
terkendali (Observasi 02 April 2019).
Hal yang harus diperhatikan para guru-guru terutama guru bimbingan
konseling adalah bagaimana cara guru BK membimbing siswa-siswanya supaya
tidak terjerumus kedalam masalah seperti ini lagi, karena sangat merugikan diri
siswa serta sekolah. Dikhawatirkan mereka akan terus terjerumus dengan
kebiasaan mereka melanggar peratura dan nilai-nilai yang ditetapkan oleh
lembaga sekolah tersebut.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian Manajemen Bimbingan Konseling dalam
Menanggulangi Kenakalan Siswa di SMA IT Al-Azhar Kota Jambi, peneliti dapat
mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Dalam Pelaksanaan bimbingan dan konseling yang di lakukan di SMA IT Al-
Azahar Kota Jambi pelaksanaan BK disekolah harus merujuk pada kepada
program sekolah dan madrasah. Pelaksanaan program yang dilakukan oleh
guru BK di sekolah yaitu dengan melakukan konseling individual dan
penyusunan program dengan baik agar pelaksanaan bimbingan konseling
berjalan dengan baik pula dan menyelenggarakan konsultasi.
2. Prilaku Siswa dalam mengikuti bimbingan konseling sangat baik dan bisa
dikata lebih baik dari sebelumnya. Karena prrilaku yang sebelumnya seperti
membolos, melawan guru, merokok, tidak disiplin, sering terlambat. Siswa
yang sering membuat kesalahan mengalami perubahan setelah mengikuti
program bimbingan konseling. dengan adanya sosok peran guru BK untuk
mengubah anak didiknya agar meninggalkan kebiasaan buruk mereka. Jadi
guru BK disini mempunyai peran yang cukup untuk memberikan arahan yang
baik demi kemajuan pendidikan anak didiknya untuk memjadi insan yang
beerguna bagi nusa dan bangsa.
3. Adapun faktor pendukung guru BK dalam melaksankan bimbingan dan
konseling adalah yang pertama guru BK yang lulusan dari perguruan tinggi,
yang kedua guru BK memeang benar dari jurusan BK, yang ketiga sarana dan
prasana yang memadai, dan yang keempat kerja sama yang baik antara guru,
siswa, dan wali murid dalam menunjang keberhasilan guru BK dalam
pelaksanaan bimbingan terutama yang berkaitan dengan agama. Adapun faktor
penghambat guru BK adalah jauhnya orang tua dengan siswa, karena
banyaknya siswa yang dari luar kota menjadi faktor penghambat pelaksanaan
bimbingan konseling.
4. Faktor penyebab kenakalan siswa di SMA IT AL-Azhar Kot Jambi karena
kurangnya pengawsan dari orang tua, kurangnya minat dalam diri siswa
tersebut sehingga mereka malas mengikuti pelajaran, dan keadaan keluarga
siswa yang kurang harmonis menyebabkan siswa frustasi dan melakukan
tindaka yg melanggar perartuan sekolah.
B. Saran
Untuk mengatasi kenakalan siswa di SMA IT Al-Azhar Kota Jambi ini
peneliti akan memberikan saran-saran diantarnya adalah:
1. Kepada orang tua agar selalu memberikan perhatian dan waktu luang kepada
para siswa dan ditanamkan nilai-nilai keagamaan pada siswa sejak dini pada
diri siswa tersebut sebelum melakukan kenakalan siswa tersebut.
2. Kepada tokoh pendidik untuk selalu memberikan pendidikan agama yang lebih
baik kepada para siswa, agar pendidikan tersebut dapat menjadi benteng diri
siswa agar terhidar dari kenakalan tersebut.
3. kepada para siswa agar hendaknya jangan mendekatkan diri pada perbuatan-
perbuatan yag menyimpang pada aturan sekolah, karena perbuatan tersebut
dapat merugikan diri sendiri.
4. kepada kepala sekolah agar dapat mengupayakan kekurangan-kekurangan
dalam kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling yang dilaksankan oleh
guru BK agar dapat memaksimalkan peran kepala sekolah berkaitan dengan
tugas-tugas yang harus dilakukan oleh guru BK
5. Kepada guru BK lebih meningkatkan kegiatan pelayanan bimbingan dan
konseling, khususnya kegiatan pendukung yang masih dalam katogeri rendah,
agar dapat memberikan layanan kepada siswa secara intensif sesuai dengan
tujuan kegiatan.
DAFTRAR PUSTAKA
Anita. (2004). Mendidik Anak-Anak Bermsalah ( psikologi pembelajaran
II). Depok: Insiasi Press.
Aroma , Iga Serpianing., dan Suminar, Dewi Retno. (2012). Hubungan
Antara Tingkat Kontrol Diri DenganKecenderungan Perilaku
Kenakalan Remaja. Jurnal Psikologi Pe\ndidikan dan Perkembangan.
Vol. 01 No. 02.
Asmani. (2011). Kiat Mengatasi Kenakalan Remaja di Sekolah. Yogjakarta :
Buku Biru. Hurlock, E.B. 2007. Psikologi Perkembangan. Alih bahasa
oleh Soedjarmo & Istiwidayanti. Jakarta: Erlangga.
Danim Sudarwan. (2003). Menjadi Komunitas Pembelajar Kepemimpinan
Transformasional Dalam Komunitas Organisasi Pembelajaran. Jakarta:
PT BUMI AKSARA
Denim dan Khairil. (2015). Profesi kependidikan. Bandung: ALFABETA,
cv
Hellen. (2002). Bimbingan Dan Konseling Dalam Islam. Jakarta: Ciputat
Pers
Jalaluddin. (2016). Pendidikan Islam Pendekatan Sistem Dan Proses.
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Kartono, Kartini. (2011). Kenakalan Remaja. Jakarta : Raja Grafindo Persada
Karwati Euis. (2015) MANAJEMEN KELAS (classroom management) Guru
Profesional Yang Inspiratif, Kreatif, Menyenangkan, Dan Berprestasi.
Bandung: ALFABETA, cv
Kompri. (2016). Manajemen Pendidikan komponen –komponen elementer
kemajuan sekolah. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Kusumawati, Ambar, dkk. (2012). Pengaruh Pergaulan Kawan Sebaya
Terhadap Kenakalan Remaja Siswa Kelas Xi Sma Negeri 1 Natar Tp
2011/2012. Jurnal Bimbingan Konseling. Volume 1, Nomor 1. ISSN
2301-9824.
Nindya P. N dan Margaretha R. 2012.Hubungan antara Kekerasan
Emosional pada Anak terhadap Kecenderungan Kenakalan Remaja.
Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental. Vol.1.No.02.
Prayitno. (2009). Dasar-Dasar Bimbignan Konseling. Jakarta: PT RINEKA
CIPTA.
Prayitno dan Erman. (2013). Dasar-Dasar bimbingan Konseling. Jakarta: PT
RINEKA CIPTA.
Sagala Syaiful. (2013). Kemampuan Profesional Guru Dan Tenaga
Kependidikan. Bandung: ALFABET, cv
Republik Indonesia. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20
Tahun 2003.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif ( untuk penelitian yang
bersifat : eksploratif, enterpretif, interaktif dan konstruktif), Bandung:
Alfabeta.
Undang-undang Republik Indonesia, No. 20 (2003).
Santrock, J. W. (2011). Life Span Development. Perkembangan Masa Hidup
Jilid 1 (edisi kelima). Jakarta: Erlangga.
Syafaat Dkk. (2008). Peranan Pendidikan Agama Islam Dalam Mencegah
Kenakalan Remaja. Jakarta : Raja Grafindo Persada
Tohirin. (2011). Bimbingan Dan Konseling di Sekolah Dan Madrasah
(BERBASIS INTERGASI). Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Tim Penyusun. (2018). Panduan Penulisan SKRIPSI. Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN STS Jambi
Wahidin, dkk. (2012). Pemahaman Remaja Tentang Kenakalan Dan
Partisipasi Masyarakat Dalam Mengatasi Kenakalan Remaja Di
Kecamatan Mamajang Makassar. Jurnal Ilmu Sosial. Vol.I No.1.
ISSN 2302-6340
Willis S. Sofyan. (2017). Koseling Individual, Teori dan Praktek. Bandung:
Alfabeta
LAMPIRAN I
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : JAMILAH
Jenis Kelamin : perempuan
Tempat/tanggal lahir : Tebing Tinggi, 2 Februari 1997
Alamat : KM. 04 RT 24 Kel. Tebing Tinggi Kec.
Tebing Tinggi
Pekerjaan : Mahasiswi
Alamat Email : [email protected]
No Kontak : 082290871927
Pengalaman-pengalaman Pendidikan Formal
Pendidikan Tahun Tamat
SDN 23/V Tebing Tinggi 2003-2009
SMP N 4 Tebing Tinggi 2009-2012
SMK N 2 Tungkal Ulu 2012-2015
MOTTO HIDUP
Tangan di Atas Lebih baik dari Pada Tangan di Bawah
LAMPIRAN II
INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA (IPD)
Judul Skripsi: Peran Guru Bimbingan Konseling Dalam Menanggulangi
Kenakalan Siswa Di Sekolah Menengah Atas Islam Terpadu
Al-Azhar Kota Jambi.
A. Wawancara dengan kepala Sekolah
1. Bagaimana Pelaksanaan Bimbingan Konseling yang di lakukan guru di SMA
Islam Terpadu Al-AzharKota jambi?
2. Bagaimana Prilaku Siswa dalam Mengikuti Bimbingan Konseling di SMA
Islam Terpadu Al-AzharKota jambi?
3. Apa faktor pendukung dan penghambat guru Bimbingan Konseling dalam
menanggulangi Kenakalan Siswa di SMA Islam Terpadu Al-AzharKota jambi?
4. Apa saja faktor penyebab Kenakalan Siswa di SMA Islam Terpadu Al-
AzharKota jambi?
B. Wawancara dengan Guru BK
1. Bagaimana Pelaksanaan Bimbingan Konseling yang di lakukan guru di SMA
Islam Terpadu Al-AzharKota jambi?
2. Bagaimana Prilaku Siswa dalam Mengikuti Bimbingan Konseling di SMA
Islam Terpadu Al-AzharKota jambi?
3. Apa faktor pendukung dan penghambat guru Bimbingan Konseling dalam
menanggulangi Kenakalan Siswa di SMA Islam Terpadu Al-AzharKota jambi?
4. Apa saja faktor penyebab Kenakalan Siswa di SMA Islam Terpadu Al-
AzharKota jambi?
C. Wawancara dengan Guru
1. Bagaimana Pelaksanaan Bimbingan Konseling yang di lakukan guru di SMA
Islam Terpadu Al-AzharKota jambi?
2. Bagaimana Prilaku Siswa dalam Mengikuti Bimbingan Konseling di SMA
Islam Terpadu Al-AzharKota jambi?
3. Apa faktor pendukung dan penghambat guru Bimbingan Konseling dalam
menanggulangi Kenakalan Siswa di SMA Islam Terpadu Al-AzharKota jambi?
4. Apa saja faktor penyebab Kenakalan Siswa di SMA Islam Terpadu Al-
AzharKota jambi?
D. Wawancara dengan Siswa
1. Mengapa para siswa sering melakukan tindakan bolos?
2. Apakah Guru BK membantu para siswa dalam memecahkan masalah
mereka?
LAMPIRAN III
Foto Saat Wawancara Dengan Guru Bimbingan Konseling
Foto Selesai Wawancara Dengan Salah Satu Guru
Pelaksanaan Upacara Bendera di SMA IT Al-Azhar Kota Jambi
Kegiatan Eksrakurikuler Pramuka di SMA IT AL-Azhar Kota
Jambi
Kegiatan Mengajar di SMA IT Al Azhar Al-Azhar Kota Jambi
Foto Bersama Anggota OSAJ SMA IT Al-Azhar Kota Jambi