BIMBINGAN DAN KONSELING BK (Dr. Sumarto) 7 2. Asas-asas Bimbingan dan Konseling 24 3. Peranan...

of 92 /92
Buku Bimbingan Dan Konseling Page | 1 BIMBINGAN DAN KONSELING Penyunting: Dr. Sumarto, M.Pd.I Kontributor Penulisan: Parmadi*Andi*Mudrika*Rubiyah*Ayu Ambarwati*Edi Susanto*Desti Rahmi*Juni Saparinda*Ade Kurnia Putri*M. Nuruddin*Ahmad Robbani*Muhammad Rois Penerbit: Pustaka Ma’arif Press Jl. KH. Abdurrahman Wahid Kel. Talang Bakung Kec. Jambi Selatan Kota Jambi Kode Pos. 36135 Telp./Fax. 0741-570298 Cp. 082136949568 Email : [email protected] Email : [email protected]

Embed Size (px)

Transcript of BIMBINGAN DAN KONSELING BK (Dr. Sumarto) 7 2. Asas-asas Bimbingan dan Konseling 24 3. Peranan...

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 1

BIMBINGAN DAN KONSELING

Penyunting: Dr. Sumarto, M.Pd.I

Kontributor Penulisan:

Parmadi*Andi*Mudrika*Rubiyah*Ayu Ambarwati*Edi Susanto*Desti

Rahmi*Juni Saparinda*Ade Kurnia Putri*M. Nuruddin*Ahmad

Robbani*Muhammad Rois

Penerbit: Pustaka Maarif Press

Jl. KH. Abdurrahman Wahid Kel. Talang Bakung Kec. Jambi Selatan Kota Jambi

Kode Pos. 36135 Telp./Fax. 0741-570298 Cp. 082136949568

Email : [email protected]

Email : [email protected]

mailto:[email protected]:[email protected]

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 2

Bimbingan Dan Konseling Penyunting:

Dr. Sumarto, M.Pd.I

ISBN : 978-602-50299-8-1

Anggota Penyunting :

Parmadi

Rubiyah

Desain Sampul:

Andi

Tata Letak :

Ervita Sari

Edi Susanto

Penerbit :

PUSTAKA MAARIF PRESS

Redaksi :

Jl. KH. Abdurrahman Wahid Kel. Talang Bakung Kec. Jambi Selatan Kota Jambi

Kode Pos. 36135 Telp./Fax. 0741-570298 Cp. 082136949568

Email : [email protected]

Email : [email protected]

Cetakan Pertama, Januari 2017

Perpustakaan Nasional RI Katalog Dalam Terbitan (KDT)

Hak cipta dilindungi Undang Undang

Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara

Apapun tanpa izin tertulis dari Penerbit

mailto:[email protected]:[email protected]

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 3

Kata Pengantar Penyunting

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-

Nya kepada kita semua sehingga Buku yang berjudul Bimbingan dan

Konseling dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat dan salam kepada Nabi

junjungan kita Nabi agung Muhammad SAW uswatun hasanah bagi kita semua

dan semoga senantiasa kita selalu menjalankan prinsip-prinsip kehidupan

ahlisunnah waljamaah.

Bimbingan dan konseling merupakan pelayanan yang profesional, yang

menguraikan kefahaman, penanganan, dan penyikapan tentang keadaan seseorang.

Pekerjaan ini sangat penting sekali dalam dunia pendidikan, agar terciptanya keserasian

atau keharmonisan antara guru dan siswa.

Pelayanan bimbingan dan konseling merupakan pekerjaan profesional, oleh

sebab itu, harus dilaksanakan dengan mengikuti kaedah-kaedah atau asas-asas tertentu.

Dengan mengikuti kaedah-kaedah atau asas-asas tersebut diharapkan efektifitas san

efisiensi proses bimbingan dan konseling dapat tercapai. Selain itu, agar tidak terjadi

penyimpangan-penyimpangan dalam praktik pemberian layanan.

Guru BK di sekolah dan madrasah harus bisa memahami berbagai kebutuhan

siswa, sehingga pelayanan bimbingan dan konseling diberikan dalam rangka memenuhi

kebutuhan sisiwa terutama psikis seperti memperoleh kasih sayang, memperoleh rasa

aman, kebutuhan untuk sukses dalam belajar, memperoleh harga diri, kebutuhan untuk

diakui dan diterima oleh kelompok, kebutuhan untuk melakukan eksistensi diri, dan lain-

lain. Lebih lanjut akan dipaparkan dalam buku ini.

Demikian yang dapat disampaikan penulis. Semoga buku ini dapat menjadi

salah satu dari banyaknya buku yang mengkaji tentang Bimbingan Penyuluhan Islam,

sumber informasi dan pendalaman kembali keilmuan kita sebagai seorang ilmuan yang

tidak pernah bosan, yang tidak pernah lelah, yang selalu memompa semangatnya dan

motivasinya untuk mencintai ilmu pengetahuan serta bermanfaat bagi civitas akademika

dan masyarakat sacara umum.

Jambi, 8 Januari 2018

Penyunting,

Dr. Sumarto, M.Pd.I

NIDN. 2124039001

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 4

Kata Pengantar

Ketua STAI Maarif Jambi

Kami dari Civitas Akademika UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

menyambut baik dengan semangat keilmuan kehadiran Buku yang bisa menjadi

sumber referensi dan inspirasi dari Penyunting Dr. Sumarto, M.Pd.I dan Kontributor

Penulisan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam semester V dengan

Judul Bimbingan dan Konseling sangat menarik dan bermanfaat bagi kalangan

akademisi, serta masyarakat secara umum sebagai unsur yang tidak bisa terlepas

dari pendidikan.

Proses bimbingan dan konseling harus berlangsung atas dasar kesukarelaan baik dari

pihak pembimbing (konselor) maupun dari pihak klien (siswa). Klien diharapkan secara

sukarela, tanpa terpaksa dan tanpa ragu-ragu ataupun merasa terpaksa menyampaikan

masalah yang dihadapinya, serta mengungkapkan semua fakta, data dan segala sesuatu yang

berkenaan dengan masalah yang dihadapinya kepada konselor. Sebaliknya konselor dalam

memberikan bimbingan juga hendaknya jangan karena terpaksa. Dengan perkataan lain

konselor harus memberikan pelayanan bimbingan dan konseling secara ikhlas.

Dalam proses bimbingan dan konseling sangat diperlukan suasana keterbukaan baik

dari pihak konselor maupun dari pihak konseli. Asas ini tidak kontradiktif dengan asas

kerahasiaan karena keterbukaan yang dimaksud menyangkut kesediaan menerima saran-saran

dari luar dan kesediaan membuka diri untuk kepentingan pemecahan masalah. Siswa yang

dibimbing diharapkan dapat berbicara secara jujur dan berterus terang tentang dirinya

sehingga penelaahan dan pengkajian tentang berbagai kekuatan dan kelemahannya dapat

dilakukan.

Siswa dapat membuka diri sendiri sehingga apap yang ada pada dirinya (masalah

yang dihadapi) dapat diketahui oleh konselor. Selain itu, siswa pun harus secara terbuka

menerima saran-saran dan masukan dari pihak lain. Konselorpun harus terbuka dengan

bersedia menjawab berbagai pertanyaan dari konseli dan mengungkapkan diri konselor

sendiri apabila hal tersebut dikehendaki oleh konseli. Lebih menarik lagi untuk dibaca dalam

buku ini.

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 5

Semoga Buku ini dapat menjadi sumber informasi dan inovasi bagi seluruh

akademisi, penyuluh dan masyarakat secara umum untuk dikembang lagi dalam

penelitian dan diterapkan sebagai lingkup proses dalam pembelajaran dalam

mencari ilmu pengetahuan dengan adanya internalisasi nilai dan norma dalam

proses kegiatan pendidikan.

Jambi, 8 Januari 2018

Ketua,

H. Amran, S.Th.I, MA, Ph.D

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 6

DAFTAR ISI

Sampul Depan

Kata Pengantar Penyunting

Kata Pengantar Ketua STAI Maarif Jambi

Daftar Isi

1. Pengantar BK (Dr. Sumarto) 7

2. Asas-asas Bimbingan dan Konseling 24

3. Peranan Bimbingan dan Konseling 34

4. Bidang Bimbingan dan Konseling 41

5. Kegiatan Pendukung dan Program Bimbingan dan Konseling 48

6. Keterampilan Konseling 58

7. Petugas Bimbingan dan Konseling 67

8. Teori Bimbingan dan Konseling 74

Daftar Referensi 91

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 7

PENGANTAR BIMBINGAN DAN

KONSELING

Pengantar Bimbingan dan Konseling Dr. Sumarto

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 8

Pendahuluan

Pada kehidupan suatu bangsa, pendidikan mempunyai peranan yang

sangat penting untuk menjamin perkembangan dan keberlangsungan kehidupan

bangsa yang bersangkutan. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang

sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.1

Manusia membutuhkan pendidikan untuk berperilaku sekaligus untuk

menyelesaikan persoalan kehidupan sehari-hari. Pendidikan melekat dalam

kehidupan diri manusia atau sesuatu yang inheren bagi tercapainya peradaban

manusia yang lebih baik. Manusia telah belajar mulai dari keluarganya. Keluarga

memberikan pengajaran untuk peningkatan kualitas pendidikan bagi anak-

anaknya yang berakhir untuk peningkatan kualitas suatu bangsa. Manusia

belajar untuk berinteraksi dengan alam sekeliling sejak lahir di dunia dan yang

pertama mengajarinya adalah keluarga. Peranan pendidikan dalam hidup dan

kehidupan manusia terlebih di zaman modern sekarang ini yang dikenal dengan

abad cybernetica, pendidikan diakui sebagai satu kekuatan (education as power)

yang menentukan prestasi dan produktivitas di bidang yang lain.2 Dalam arti

bahwa seluruh aspek kehidupan tidak bisa lepas dari pendidikan, baik itu

pendidikan melalui lembaga formal maupun non formal. Hubungan dan interaksi

sosial yang terjadi dalam proses pendidikan di masyarakat sangat

mempengaruhi perkembangan kepribadian manusia.

Pendidikan merupakan proses yang esensial untuk mencapai tujuan dan

cita-cita pribadi individu. Pendidikan menggambarkan suatu proses yang

melibatkan berbagai faktor dalam upaya mencapai kehidupan yang bermakna,

baik bagi individu sendiri maupun masyarakat pada umumnya.3

1Tim Citra Umbara, Undang-Undang R.I Nomor. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS dan

Peraturan Pemerintahan R.I. Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Serta Wajib Belajar (Bandung: Citra Umbara, 2012), hlm. 2-3.

2Djumransyah, Filsafat Pendidikan (Malang; Banyumedia. 2006). hlm. 139. 3Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan., Landasan Bimbingan Dan Konseling, (Bandung;

Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 3.

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 9

Penjelasan di atas merujuk pada firman Allah dalam Q.S 16: 97 dan

ditafsirkan dalam tafsir ath-Thabari yaitu sebagai berikut:

Artinya: Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun

perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.4

Allah akan memberikan sifat qanaah terhadap rezeki yang dibagikan

Allah untuknya, maka ia tidak akan banyak letih oleh dunia, tidak banyak

kesusahannya, serta tidak keruh hidupnya karena mengejar ambisi yang

barangkali luput darinya atau tidak bisa diperolehnya.5

A. Bimbingan dan Konseling

1. Pengertian Bimbingan dan Konseling

Perlu diketahui bahwa pengertian dari bimbingan dan konseling

merupakan suatu hal yang berbeda, bimbingan adalah proses memberikan

bantuan kepada konseli dalam hal pencegahan. DR. Moh Surya (1986) dalam

Hallen, menyebutkan definisi bimbingansebagai berikut:6

Bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri, penerimaan diri, pengerahan diri dan perwujudan diri dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri denganlingkungan.

Sedangkan konseling beberapa ahli sudah memberikan pengertian

tentang konseling beberapa diantaranya:

a. Menurut Drs. Dewa Ketut Sukardi

Konseling adalah suatu upaya bantuan yang dilakukan dengan empat

mata atau tatap muka antara konselor dan konseli yang berisi usaha yang

4Departemen Agama RI, Al-quran dan Terjemahannya, (Semarang: CV Asy Syifa, 1992),

hlm. 987. 5Abu Jafar Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, Tafsir Ath-Tahabari, Vol 16 (Penerjemah)

Misbah, dkk., (Jakarta: Pustaka Azzam 2009), hlm. 314. 6Hallen A. Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002). hal. 3

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 10

laras, unik, human (manusiawi), yang dilakukan dalam suasana keahlian

dan yang didasarkan atas norma-norma yang berlaku, agar memperoleh

konsep diri dan kepercayaan diri sendiri dalam memperbaiki tingkah

lakunya pada saat ini dan mungkin pada masa yang akan datang7

b. Prof. DR. Hasan Langgulung

Konseling adalah proses yang bertujuan menolong seseorang yang

mengidap goncangan psikologis atau goncangan akal agar ia dapat

menghindari diri sendiri dari padanya8

c. Bruce Shartzer dan Shelley C. Stone

Counseling is a proses which takes place in a one-to-one relationship

between an individual troubled by problems with which he cannot cope

alone, and a professional worker whose training and experience have

qualified him to help ather reach solution to various types of personal

difficulties(Konseling adalah sebuah proses pengambilan tempat (hati)

dalam seorang kepada orang lain berhubungan dengan permasalahan

individual dimana masalah itu tidak dapat dipecahkan sendiri, dan pekerja

profesional (konselor) yang ahli dan berpengalaman punya

ijasahmembantu yang lain (konseli) mencapai solusi dari berbagai macam

kesulitan atau permasalahan personal). 9

Hal senada diungkapkan oleh Prayitno dan Erman Amti yang

mendefinisikan:

Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukanoleh

seorang yang ahli kepada seorang atau beberapa orangindividu, baik

anak-anak, remaja, maupun dewasa agar orangyang dibimbing dapat

mengembangkan kemampuan dirinyasendiri dan mandiri dengan

7Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan program Bimbingan dan Konseling di Sekolah,

(Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 22. 8Hasan Langgulung, Teor-teori Kesehatan Mental, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1991), Cet. 1,

hlm. 452. 9Bruce Shartzer dan Shelley C. Stone, Fundamentals of Counseling, (New York: Houghton

Mifflin Company, 1968), hlm. 23.

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 11

memanfaatkan kekuatan individudan sarana yang ada dan dapat

dikembangan berdasarkannorma-norma yang berlaku.10

Berdasarkan pengertian yang diungkapkan oleh Prayitno danErman

Amti tersebut dapat diketahui bahwa bimbingan merupakanproses seorang

ahli dalam memberikan bantuan terhadap individu ataubeberapa individu baik

anak-anak, remaja atau orang dewasa agardapat mengembangkan

kemampuan dirinya sendiri serta mandirisehingga dapat mencapai

perkembangan yang optimal dan mencapaikesejahteraan hidup.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkanbahwa bimbingan

konseling merupakan proses pemberian bantuan yangdiberikan oleh seorang

ahli (guru pembimbing) secara terus meneruskepada individu ataupun

sekumpulan individu (siswa), untukmencegah atau mengatasi permasalahan

yang muncul dengan berbagaipotensi yang dimiliki, sehingga dapat mencapai

perkembangan yangoptimal dan dapat merencanakan masa depan yang lebih

baik, sertadapat melakukan penyesuaian diri terhadap lingkungannya

danmencapai kesejahteraan hidupnya.

2. Metode Layanan Bimbingan dan Konseling

Yang dimaksud dengan metode layanan bimbingan dan konseling di

sini adalah cara-cara tertentu yang digunakan dalam proses bimbingan dan

konseling. Implementasi dari metode layanan bimbingan dan konseling ini

terkait dengan pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam

pengaplikasian metode layanan bimbingan dan konseling pada saat proses

bimbingan dan konseling. Dalam kaitan ini secara umum ada dua metode

yaitu konseling individual dan konseling kelompok. Dalam penelitian ini

konseling individual dan konseling kelompok akan digunakan sebagai motede

dalam bimbingan dan konseling pribadi sosial khususnya untuk

pengembangan keterampilan hubungan sosial siswa.

a. Konseling Individual

10Prayitno dan Erman Amti, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2004), hlm. 99.

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 12

Perkembangan layanan konseling di sekolah dewasa ini

cenderung menggunakan teknik-teknik layanan yang beragam sesuai

dengan kebutuhan dan perkembangan dalam proses konseling itu sendiri.

Namun tidaklah mudah menerapkan seluruh teknik-teknik itu seperti apa

adanya, karena tidak semua muatan teknik bisa disesuaikan dengan

kondisi perkembangan atau permasalahan peserta didik di sekolah. Oleh

karena itu konselor sekolah perlu berupaya untuk memilih teknik apa yang

sesuai dengan keadaan peserta didik dan bagaimana konselor

melakukan inovasi dalam pengunaanteori dan teknik dalam proses

layanan konseling individu agar bisa diterima sesuai dengan keadaan

yang melingkupi peserta didik dalam setting sekolah. Disini akan

dijelaskansecara umum teori dan teknik yang bisa digunakan untuk

peserta didik dalam konseling individu, dan maka untuk

mengaplikasikannya perlu beberapa pertimbangan karena belum tentu

seluruh materinya bisa diterapkan pada peserta didik yang akan konselor

layani.

1) Person-Centered Counseling

Teori ini awalnya dikembangkan dan diusulkan Carl Rogers.

Peran konselor ialah menitikberatkan pada konseli bahwa ia bisa

mengidentifikasi dan mengembangkan pemahaman terhadap dirinya

sendiri.11 Semakin baik klien mengenali dirinya, semakin besar

kemampuan mereka mengidentifikasi perilaku yang paling tepat untuk

dirinya.12 Untuk dapat mewujudkan kemampuan konseli tersebut, maka

Roger menyebutkan tiga karakteristik yang harus dimiliki oleh konselor,

yaitu congruence (keselarasan), unconditional positive regard

(penerimaan tanpa syarat), dan emphatic understanding (kemampuan

berempati).

Perhatian Rogers pada sifat proses belajar yang dilibatkan

dalam konseling juga telah beralih pada perhatian terhadap apa yang

terjadi dalam pendidikan. Dalam bukunyaFreedom to Learn (1969),

Rogers mengupas soal-soal yang mendasar bagi pendidikan

humanistik dan mengajukan filsafat suatu kegiatan belajar yang

11 Daniel T. Op. Cit., hlm. 22. 12 Robert L. Gibson & Marianne H. Mitchell, Op. Cit., hlm. 213.

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 13

terpusat pada siswa. Pada dasarnya filsafat pendidikan yang diajukan

Rogers tidak berbeda dengan pandangannya tentang konseling, ia

yakin bahwa siswa bisa dipercaya untuk menemukan masalah-

masalah yang penting dan berkaitan dengan keberadaan dirinya. Para

siswapun bisa terlibat dalam kegiatan belajar yang bermakna, yang

bisa terwujud dalam bentuk terbaik jika guru mencipatakan iklim

kebebasan dan kepercayaan. Fungsi yang dijalankan guru ialah:

kesejatian, keterbukaan, ketulusan, penerimaan, pengertian, empati

dan kesediaan untuk membiarkan para siswa mengeksplorasi materi-

materi yang bermakna sehingga menciptakan kegiatan belajar yang

bisa berjalan secara signifikan.13

Model person-centered bukanlah suatu teori yang tertutup.

Rogers berniat mengembangkan sekumpulan prinsip kerja yang bisa

dinyatakan dalam bentuk hipotesis-hipotesis tentatif manyangkut

kondisi-kondisi yang menunjang pertumbuhan pribadi. Teori ini

menitikberatkan hubungan pribadi antara konseli dengan konselor,

sikap konselor lebih penting daripada teknik-teknik, pengetahuan atau

teori. Jika konselor menunjukkan dan mengomunikasikan kepada

konselinya bahwa ia adalah pribadi yang selaras, secara hangat dan

tak bersyarat menerima perasaan-perasaan dan kepribadian konseli,

dan mempersepsi secara peka dan tepat dunia internal, maka konseli

bisa menggunakan hubungan konseling untuk memperlancar

pertumbuhan dan menjadi pribadinya sendiri.14

2) Adlerian School Counseling

Teori konseling Alfred Adler memiliki pengaruh besar di

sekolah pada akhir pertengahan abad. Pokok teori Adler adalah

tentang kepedulian sosial. kepedulian sosial adalah kemampuan

seseorang untuk berinteraksi secara kooperatif dengan orang-orang

dalam kehidupan bermasyarakat. Kepedulian sosial merupakan

kepekaan yang harus dikembangkan dan menjadi tolak ukur kesehatan

13Gerald Corey, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, (Bandung: Refika Aditama,

2005), hlm. 107. 14Ibid., hlm. 110.

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 14

pribadi. Adler percaya bahwa sekolah adalah tempat awal dimana

anak-anak mengembangkan dan menyalurkan kepedulian sosial.15

Adler juga menekankan pentingnya pengembangan minat

sosial konseli untuk kemudian mendidik kembali mereka agar mampu

hidup di tengah masyarakat sebagai pribadi yang sanggup

memberikan sesuatu bagi masyarakat, jadi bukan hanya menerima

dan menuntut.16

Dalam pendangan Adler, perilaku negatif adalah hasil dari

perasaan diabaikan dan perlakuan memanjakan anak. Maka Adler

menghimbau para guru dan konselor, sebelu mereka mengatasi

perilaku negatif siswa, untuk menanyakan terlebih dahulu pada mereka

tentang tujuan dari perilakunya karena menurut Adler semua perilaku

pasti memiliki tujuan. Adler meyakini bahwa jika sampai anak-anak

memilih suatu perilaku tertentu maka mereka menginginkan perilaku itu

dapat memenuhi kebutuhannya.17

Dengan menggunakan pandangan Adler mengenai pilihan

perilaku akan membantu para pendidik menemukan cara yang lebih

demokratis dengan siswa dalam menyepakati perilaku yang baru dan

berbeda, jadi siswa bisa mengatasi problem perilakunya dengan

mempelajari perilaku baru, dan hal ini lebih baik jika anak-anak mau

mendapatkan pengalaman dan memahami konsekuensi logis dari

setiap perilaku tertentu, kemudian setelah itu anak-anak bisa menilai

sendiri perilaku mana yang dibutuhkan dalam mencapai tujuannya, jadi

kuncinya ialah berkompromi secara tepat dengan anak.

Beberapa anak mungkin menolak untuk mengakui

ketidakpuasan perasaannya, inferioritasnya, atau harapan yang tidak

bisa ia miliki. Anak-anak dengan keadaan demikian bisa mengalami

penolakan, deperesi dan sangat pasif. Maka tindakan yang bisa

dilakukan disini ialah memberikan mereka beberapa dukungan dengan

melibatkan mereka dalam kelompok atau kegiatan yang dinilai bisa

meningktkan perasaan diri mereka.

15Daniel T. Sciarra, Op. Cit., hlm. 24. 16Robert L. Gibson & Marianne H. Mitchell, Op. Cit., hlm. 212. 17Daniel T. Sciarra, Op. Cit., hlm. 25.

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 15

Sekolah bisa menjadi tempat yang bermakna dalam

perkembangan kepedulian setiap siswanya. Sekolah dengan berbagai

aktivitasnya, berfungsi sebagai tempat yaang mana anak-anak di

dalamnya bisa mendapatkan pengalaman dalam menumbuhkan minat

sosial. tentu saja keluarga juga memiliki peran vital dalam

perkembangan anak, namun sekolah juga memiliki peran penting

dalam membantu perkembangan kepedulian sosial anak, yaitu dengan

cara mereka berpartisipasi dalam setiap kegiatan kelompok, baik

dalam kegiatan belajar, olah raga, dan konseling kelompok.18

3) Reality Therapy

Pendiri Terapi Realitas adalah William Glasser. Seperti halnya

Adler, Glasser berpendapat bahwa sebuah perilaku mempunyai tujuan.

Tujuan itu menurutnya, adalah untuk memenuhi salah satu dari lima

kebutuhan dasar, yaitu kebutuhan rasa sayang, kekuatan, kebebasan,

kesenangan, dan kemampuan untuk mempertahankan diri. Saat

seseorang menemukan kebutuhannya maka ia akan merasa baik,

sukses, dan kualitas diri yang tinggi, namun jika tidak maka seseorang

akan menderita. Dan dalam Terapi Realitas, tujuan konseling ia

menemukan cara yang lebih efektif untuk memenuhi kebutuhan-

kebutuhan konseli. Hal tersebut bisa terjadi karena semua perilaku

bisa dipilih dan dikontrol.19

Terapi Realitas memiliki implikasi langsung bagi situasi

sekolah. Glasser percaya bahwa pendidikan bisa menjadi kunci

pergaulan manusia yang efektif. Glasser mengemukakan sebuah

program untuk menghapuskan kegagalan, menitikberatkan pemikiran,

memperkenalkan relevansi ke dalam kurikulum, mengganti hukuman

dengan disiplin, menciptakan lingkungan belajar yang memaksimalkan

pengalaman-pengalaman yang menuju pada identitas keberhasilan,

menciptakan motivasi dan keterlibatan, membantu para siswa

mengembangkan tingkah laku yang bertanggung jawab, dan

18Ibid., hlm. 26. 19Ibid., hlm. 26.

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 16

membentuk cara-cara untuk melibatkan para orang tua dan

masyarakat.20

Untuk memulai langkah, konselor harus menghadirkan dua

kesadaran dalam diri koonseli. Pertama, bahwa perilaku yang ada saat

ini tidak menghasilkan apa-apa dan tidak dapat memenuhi

kebutuhannya. Kedua, konseli harus percaya bahwa mereka bisa

memilih perilaku lainnya.

Proses konseling memiliki empat tahapan: (1) keinginan, (2)

aksi, (3) evaluasi, (4) perencanaan. Keinginan bisa dihubungkan

dengan keinginan diri sendiri, teman dan keluarga, atau keinginan

untuk bekerja. Dalam langkah kedua, konselor menanyakan apa yang

telah konseli lakukan sebelumnya (in the past), yang dilakukan saat ini,

dan merencakan apa yang akan dilakukan di kemudian hari untuk

mendapatkan apa yang ia inginkan. Pada tahap ketiga, konselor dan

konseli melakukan evaluasi untuk membandingkan perilaku manakah

yang paling efektif, dan apakah perilaku itu dapat

memenuhikeinginannya? Dan langkah terakhir konselimemiliki pikiran

untuk merubah perilakunya, bersama konselor merumuskan rencana

kegiatan, cara baru dalam menemukan perilaku yang efektif dalam

mendapatkan keinginan-keinginannya.

Hal yang paling penting bagi pihak sekolah, ialah mengajak

siswa untuk melewati keempat langkah tadi, memberikan kesempatan

pada mereka untuk mencoba perilaku baru, dan membantu mereka

membuat penilaian. Saat siswa menyadari bahwa perilakunya adalah

penyebab datangnya masalah, maka Terapi realitas bisa menjadi cara

yang yang efektif dan efisien dari konseling dalam setting sekolah.21

4) Cognitive Behavioral Therapy

Cognitive Behavioral Therapy (CBT) di dalamnya meliputi

Rational Emotive Behavior Therapy (REBT), Cognitive Therapy (CT)

dan Cognitive Behavioral Modification (CBM). Semua CBTs

mengemukakan dua kepercayaan mendasar: pertama, semua perilaku

20Gerald Corey, Op. Cit., hlm. 280. 21Ibid., hlm. 29.

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 17

dan perasaan merupakan hal yang bisa dipelajari; dan kedua, bahwa

perilaku itu bisa dirubah dan dimodifikasi.

a) Penerapan REBT di Sekolah

Albert Ellis mendasarkan pada kepercayaannya bahwa

manusia mampu berbicara dengan dirinya, melakukan evaluasi diri,

dan bisa mempertahankan diri.22 Teori ini juga didasarkan pada

asumsi bahwa manusia memilkiki kapasitas untuk bertindak dengan

cara-cara yang rasional maupun irasional. Perilaku rasional

dianggap efektif dan produktif, sedangkan perilaku irasional

dianggap menghasilkan ketidakbahagiaan dan ketidakproduktifan.23

Tujuan REBT adalah mengurangi atau mengeliminasi perilaku

irasional. Untuk merubah perilaku yang tidak diinginkan, siswa

harus belajar bahwa cara mereka berpikir, merasa dan bersikap

merupakan satu kesatuan aksi yang terpadu. Pikiran dan emosi

yang negatif dan merusak diri harus dikenali agar siswa sanggup

mengarahkan pikiran dan emosinya menjadi logis, rasional, dan

konstruktif. Konselor bisa membantu perubahan siswa dengan

beberapa teknik perilaku seperti:

(1). Daily monitoring of absolutist thoughts and of must, have to,

and should in ones self-talk.

(2). Replacing I should with I want tos or Id rather.

(3). Imagining oneself thinking rationally, and feeling and behaving

well.

(4). Forcing oneself to engage in behaviors that others might find

odd or funny.24

b) Penerapan CBTs di Sekolah

CBTs bisa menjadi teknik untuk memberikan bantuan pada

siswa yang menghadapi problem-problem di rumah maupun

sekolah. Sebagai contoh, banyak siswa yang mendapatkan

perkataan negatif dari pengalamannya bersama orang tuanya,

gurunya, dan teman-temannya. Saat siswa merasa dirinya ditolak

22Daniel T. Sciarra, Op. Cit., hlm. 30. 23Robert L. Gibson & Marianne H. Mitchell, Op. Cit., hlm. 220. 24Daniel T. Sciarra, Op. Cit., hlm. 31.

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 18

oleh orang dewasa maupun teman sebayanya, memasuki proses

konseling dan penting bagi konselior untuk bertanya apa yang

kamu katakan pada dirimu sendiri?

Pandangan negatif terhadap diri sendiri bisa dilihat dari

semua pengalaman dan tujuan yang negatif dari rencana-rencana

seseorang. Jika seorang anak ingin memiliki hubungan yang positif

dengan orang lain dalam hidupnya, maka ia bisa meninggalkan

pikiran irasional dan kekhawatirannya. CBTs dapat membantu para

siswa yang merasa peisimis terhadap hidup dan masa depannya.

Konselor sekolah harus mendukung siswanya agar bisa melakukan

yang terbaik, dengan merubah pikiran-pikiran irasionalnya.25

5) Solution-Oriented Therapy

Terapi ini sangat populer bagi konselor sekolah karena

pelaksanaannya yang mudah. Kunci untuk melaksanakan terapi ini

adalah dengan tidak terlalu mengendalikan siswa dan membuat

penolakan terhadap pikiran negatif/pesimis. Ada lima tahapan dalam

terapi ini:

a) Mengungkapkan masalah.

b) Melaksanakan rencana dengan sunguh-sungguh.

c) Menambah pengalaman dalam situasi dan pengalaman baru.

d) Evaluasi terhadap proses konseling dan tujuan yang telah dicapai.

e) Memberikan konseli kesempatan untuk mengembangkan dirinya.26

6) CounselingYoung Children Through Play27

Bagi anak-anak bermain adalah media untuk mengembangkan

diri. Maria Montessori mengatakan bahwa play as the work of children

dan Gary Landrethmenjelaskan bahwa anak-anak menggunakan

bahasa dalam permainan untuk menunjukkan apa yang terjadi dalam

dunianya. Bagi konselor sekolah dasar, bukan mempertanyakan

pemainan apa yang harus digunakan, melainkan bagaimana

permainan itu digunakan. Bagi anak-anak, bermain adalah keharusan

dalam masa perkembangannya.

25Ibid., hlm. 31. 26Ibid., hlm. 33. 27Ibid., hlm. 33-38.

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 19

Ada enam model permainan yang bisa digunakan dalam

konseling anak:

a) Making and Building

b) Artwork

c) Drama and Fantasy

d) Mastery and Superheroes

e) Toy guns

f) Problem solving

Ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam kegiatan bermain

sebagai teknik konseling bagi anak-anak. Pertama, konselor

membutuhkan dukungan dari staff lain di sekolah, seperti administrator

dan para guru mata pelajaran. Karena bagi mereka yang tidak mengerti

tentang teknik bermain ini akan menganggap bahwa permainan hanya

akan membuang-buang waktu. Oleh karena itu, pada awal tahun

ajaran baru sebaiknya konselor berkumpul dengan staff lain untuk

membicarakan dan menjelaskan pentingnya melakukan permainan

sebagai bagian dari program konseling.

Kedua, menyediakan dan merancang tampat khusus untuk

konseling bermain. Walaupun sekolah memiliki keterbatasan ruangan,

namun konselor harus memastikan tempat yang berbeda dari ruangan

kelas, dimana anak-anak benar-benar bisa merasakan dirinya sendiri.

Ruangan yang digunakan diatur dan dihias sedemikian rupa agar

ruangan jauh dari gangguan dan menjadi tempat yang ideal untuk

bermain.

Ketiga, batasan-batasan dalam bermain. Karena ruang yang

digunakan untuk bermain bisa saja bersebelahan dengan ruang kelas,

maka konselor harus mmberikan batasan-batasan pada anak-anak

saat bermain agar tidak mengganggu aktivitas kelas lainnya dan

konselor juga perlu mengontrol perilaku anak yang terlalu aktif dan

agresif, agar jangan sampai mereka melukai dirinya atau teman-

temannya. Dalam kegiatan ini ada hal-hal yang harus dipersiapkan.

Dalam konseling bermain, jenis alat permainan lebih penting

dibandingkanbanyaknyaalat permainan. Karena dengan

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 20

memperhatikan macam mainan, maka disitu membutuhkan praktek

yang memiliki orientasi.

b. Konseling Kelompok

Konseling kelompok merupakan salah satu bentuk konseling

dengan memanfaatkan kelompok untuk membantu, memberi umpan balik

dan pengalaman belajar. Konseling kelompok dalam prosesnya

menggunakan prinsip-prinsip dinamika kelompok.28

Konseling kelompok terdiri dari beberapa siswa yang bekerja

dengan berbagi pengalaman dan saling mendukung hubungan

persahabatan yang supportif, hal ini merupakan cara efisien dan positif

dalam menemukan kesepakatan antara siswa mengenai permasalahan

yang sedang dihadapi. Dengan menggabungkan beberapa siswa untuk

mengembangkan dirinya dan berkembangan dengan siswa lainnya, maka

konseling kelompok memungkinkan mereka untuk membangun pribadi

yang sehat, dapat mengatur kegelisahan terhadap tantangan teknologi

dan perkembangan lingkungan yang kompleks dan mereka belajar untuk

bekerjasama dan hidup dengan orang lain.29

1) Dinamika Kelompok

Dalam kajian dinamika kelompok, permasalahan dan tujuan

yang ingin dicapai tidak boleh mengalahkan pentingnya proses yang

memiliki makna penting dalam konseling kelompok. Proses tersebut

menunjukkan interaksi antara anggota kelompok, yakni bagaimana

mereka saling membina hubungan hubungan dan bagaimana menjadi

pemimpin kelompok.

Kunci kesuksesan dari konseling kelompok adalah para

anggotanya bisa memiliki rasa saling memiliki. Hal ini menunjukkan

bahwa konselor harus percaya pada kekuatan kelompok dalam

mengatur diri. Tahap pertama yang harus dilakukan dan menjadi

bagian dari proses kelompok adalah aturan dalam kelompok. Kepada

para remaja misalnya, yang terhubungan dengan isu-isu kemandirian

dan bereaksi dengan cepat, dan memiliki otoritas yang negatif. Dengan

28Latipun, Psikologi Konseling, (Malang; UMM Press, 2008), hlm. 178. 29Daniel T. Sciarra, Op. Cit., hlm. 38.

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 21

demikian mereka harus bisa lebih banyak mendengarkan masukan

dari teman sebaya dari pada harus memasuki kantor sekolah.

Biasanya dalam proses kelompok secara bertahap akan terjadi

kohesivitas, partisipasi, interaksi interpersonal diantara anggota. Dalam

konseling kelompok proses-proses tersebut terjadi kalau terbentuk

saling percaya diantara mereka berkat iklim yang dibangun oleh

konselor. Jika demikian yang terjadi maka proses konseling sangat

memberi keuntungan bagi keberhasilannya.30

2) Jenis-Jenis Kelompok Konseling31

Sebelum menentukankomposisi kelompok, seorang konselor

perlu menentukan bentuk-bentuk dan tujuan dari kelompok. Myrick

mengidentifikasi tiga jenis konseling kelompok: crisis centered,

problem centered, dan growth centered.

a) Crisis-Centered Group

Kelompok ini dibentuk dalam merespon problem yang

mendesak (bersifat krisis), seperti trauma dan kelompok-kelompok

dengan masalah krisis seperti kelompok pecandu atau alkoholik.

Biasanya anggota kelompok hanya terdiri dari empat atau enam

partisipan, dan semuanya memiliki masalah yang sama dan bersifat

krisis.

b) Problem-Centered Group

Seperti halnya kelompok krisis, kelompok ini juga memiliki

fokus pada sebuah permasalahan, namun sifatnya tidak mendesak

seperti kelompok krisis. Kelompok ini bisa mengumpulkan

beberapa permasalahan yang signifikan bagi para siswa di sekolah.

Masalah-masalah yang sering muncul biasanya yang berkaitan

dengan pola perilaku atau masalah akademik siswa.

30Sitti Hartinah, Konsep Dasar Bimbingan Kelompok, (Bandung: PT Refika Aditama, 2009),

hlm. 34. 31Daniel T. Sciarra, Op. Cit., hlm. 40-41.

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 22

c) Growth-Centered Group

Klasifikasi terkahir ialah kelompok pertumbuhan, dan

kelompok ini berbeda dengan dua kelompok sebelumnya yang

hanya terdiri dari beberapa anggota yang membagikan

masalahnya. Kelompok ini ada sejalan dengan kebutuhan

mengenai tahap-tahap perkembangan semua siswa. Kelompok ini

biasanya konselor gunakan pelaksanaan sebuah program

bimbingan tentang perkembangan siswa.

3) Tahap-tahap Konseling Kelompok

Tahap pertama adalah orientasi para anggota mengenai tujuan

kelompok, membuat kesepakatan dengan anggota lainnya, dan

memulai membangun rasa kepercayaan dengan membuat aturan

kelompok. Aturan yang terpenting ialah kepercayaan.

Tahap kedua adalah penyesuaian antara anggota kelompok,

dan pada masa penyesuaian ini anggota akan terus membangun rasa

kepercayaan dan terbentuk kohesivitas. Pada tahap ini para nggota

mencoba untuk saling berbagi hal-hal yang bersifat personal dan

mendalam. Jika dalam tahapan ini para anggota bisa saling

mendengarkan dan merespon apa yang dibagikan, maka kohesivitas

akan semakin kuat, dan kelompok akan berjalan dengan baik menuju

tahap berikutnya.

Tahap ketiga adalah tahap pelaksanaan dimana para anggota

sudah memiliki fokus untuk mewujudkan tujuannya. Anggota sudah

merasa nyaman dengan saling memberikanfeed back pada anggota

lainnya, dan mereka sudah benar-benar merasakan adanya komitmen

dalam kelompok. Maka pada saat inilah anggota akan mengambil

sebuah tindakan dengan saling berbagi hal-hal lebih banyak lagi dan

menerapkan pengalamannya itu dengan perilaku baru.

Tahap keempat adalah penutupan (ending). Pada akhirnya

konseling kelompokpun memiliki batas. Mengakhiri konseling kelompok

dapat membuat para anggota maju dan mereka akan terus menjaga

rasa persahabatan dengan anggota lainnya.32Seorang konselor yang

32Ibid., hlm. 45.

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 23

memimpin suatu kelompok konseling sepenuhnya bertanggung jawab

terhadap apa yang terjadi dalam kelompok itu. Dalam hal ini konselor

tidak bisa lepas tangan dan menyerahkan tanggung jawab atas

keberhasilan dan kegagalan kelompok sepenuhnya pada para konseli.

Ini berarti bahwa konselor baik dari segi teori teoritis maupun praktis

harus mampu bertindak sebagai katua kelompok diskusi dan sebagai

pengatur wawancara konseling bersama. Oleh karena itu konselor

harus memnuhi sejumlah syarat yang menyangkut pendidikan

akademik, kepribadian, keterampilan berkomunikasi, dan penguasaan

teknik-teknik konseling baik secara teoritis maupun praktis.33

33WS. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, (Jakarta: PT Gramedia,

1997), hlm. 551.

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 24

ASAS-ASAS

BIMBINGAN KONSELING

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 25

ASAS-ASAS BIMBINGAN KONSELING

A. Latar Belakang

Bimbingan dan konseling merupakan pelayanan yang profesional, yang

menguraikan kefahaman, penanganan, dan penyikapan tentang keadaan

seseorang. Pekerjaan ini sangat penting sekali dalam dunia pendidikan, agar

terciptanya keserasian atau keharmonisan antara guru dan siswa.

Keberhasilan pelaksanaan bimbingan dan konseling sangat ditentukan oleh

kaidah-kaidah yang berlaku atau dengan kata lain disebut asas. Asas-asas

bimbingan dan konseling adalah merupakan rukun yang harus dipegang teguh dan

dikuasai oleh seorang konselor dalam menjalankan pelayanan atau kegiatan

bimbingan dan konseling. Apabila asas-asas ini tidak dijalankan dengan baik, maka

penyelenggaraan bimbingan dan konseling akan berjalantersendat-sendat atau

bahkan terhenti sama sekali.

B. Pengertian Asas-Asas Bimbingan Dan Konseling

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia asas berarti dasar. Tetapi asas

dalam pengertian disini adalah bukan dasar tetapi rukun. Jadi asas bimbingan dan

konseling itu berarti rukun yang harus dipegang teguh dan dikuasai oleh seorang

guru pembimbing atau konselor dalam menjalankan pelayanan atau kegiatan

bimbingan dan konseling.

Pelayanan bimbingan dan konseling merupakan pekerjaan profesional, oleh

sebab itu, harus dilaksanakan dengan mengikuti kaedah-kaedah atau asas-asas

tertentu. Dengan mengikuti kaedah-kaedah atau asas-asas tersebut diharapkan

efektifitas san efisiensi proses bimbingan dan konseling dapat tercapai. Selain itu,

agar tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan dalam praktik pemberian layanan.

Asas adalah segala hal yang harus dipenuhi dalam melaksanakan suatu

kegiatan, agar kegiatan tersebut dapat terlaksana dengan baik serta mendapat hasil

yang memuaskan. Penyelenggaraan bimbingan dan konseling harus memperhatikan

asas-asas yang mendasari tugas-tugas pembimbing. Keberhasilan tugas

pembimbing sangat dipengaruhi oleh kemampuan konselor dalam memenuhi asas-

asas tersebut. Seorang konselor yang tidak memperhatikan asas-asas bimbingan

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 26

dan konseling akan menemui banyak hambatan atau bahkan akan menemui

kegagalan dalam melaksanakan tugasnya.34

Asas-asas bimbingan dan konseling merupakan ketentuan-ketentuan yang

harus diterapkan dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling.35

C. Macam-Macam Asas Bimbingan Dan Konseling

Slameto (1986) membagi asas-asas bimbingan dan konseling menjadi dua

bagian, yaitu:

1. Asas-asas bimbingan dan konseling yang berhubungan dengan individu (sisiwa),

2. Asas-asas bimbingan dan konseling yang berhubungan dengan praktik atau

pekerjaan bimbingan.36

1. Asas-asas bimbingan dan konseling yang berhubungan dengan siswa

a. Tiap-tiap siswa mempunyai kebutuhan

Tiap-tiap siswa sebagai individu mempunyai kebutuhan yang berbeda baik

jasmaniah maupun rohaniah. Tingkah laku individu pada umumnya dalam rangka

memenuhi kebutuhan. Apabila kebutuhan tidak tercapai akan menimbulkan

kecemasan dan kekecewaan, sehingga pada akhirnya menimbulkan perilaku

menyimpang.

Guru BK di sekolah dan madrasah harus bisa memahami berbagai kebutuhan

siswa, sehingga pelayanan bimbingan dan konseling diberikan dalam rangka

memenuhi kebutuhan sisiwa terutama psikis seperti memperoleh kasih sayang,

memperoleh rasa aman, kebutuhan untuk sukses dalam belajar, memperoleh harga

diri, kebutuhan untuk diakui dan diterima oleh kelompok, kebutuhan untuk

melakukan eksistensi diri, dan lain-lain.

b. Ada perbedaan diantara siswa (asas perbedaan siswa)

Dalam teori individualitas ditegaskan bahwa tiap-tiap individu berbeda.

Demikian halnya dengan siswa sebagai individu jelas mempunyai perbedaan. Tiap-

tiap siswa memiliki karakteristik yang berbeda-beda baik fisik maupun psikis. Setiap

siswa berbeda dalam hal kemampuan, bakat, minat, kebutuhan, cita-cita, sikap atau

pandangan hidup, dan ciri-ciri pribadi lainnya. Perbedaan-perbedaan siswa tersebut

34 Satori, Dkk. Profesi Keguruan, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007). 35 Tidja, Dkk. Bimbingan Dan Konseling Sekolah Menengah, (Yogyakarta: UNY Press, 2000). 36 Tohirin, Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah Dan Madrasah (Berbasis Integrasi), (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2008), hlm. 84.

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 27

harus mendapat perhatian secara lebih spesifik dari bimbingan atau konselor

disekolah dan madrasah sehingga siswa dapat berkembang sesuai dengan

karakteristik pribadinya masing-masing.

c. Tiap-tiap individu (siswa) ingin menjadi dirinya sendiri.

Relevan dengan asas perbedaan individu diatas, tiap-tiap individu ingin

menjadi dirinya sendiri sesuai dengan ciri-ciri atau karakteristik pribadinya masing-

masing. Pelayanan bimbngan dan konseling disekolah atau dimadrasah harus dapat

mengantarkan siswa berkembang menjadi dirinya sendiri.

Guru pembimbing disekolah atau madrasah tidak boleh mengarahkan

perkembangan siswa kearah yang pembimbing atau konselor inginkan. Dalam

kaitan peran siswa di tengah masyarakat kelak, pelayanan bimbingan dan konseling

harus diarahkan agar siswa menjadi baik menurut ukuran masyarakat tanpa

kehilangan kepribadiannya sendiri.

d. Tiap-tiap individu (siswa) mempunyai dorongan untuk menjadi matang.

Dalam tiap-tiap tahapan perkembangannya, setiap siswa mempunyai

dorongan yang kuat untuk menjadi matang, produktif, dan berdiri sendiri (mandiri).

Kematangan yang dimaksud disini adalah kematangan kejiwaan, emosi, dan sosial.

Pelayanan bimbingan dan konseling disekolah dan madrasah harus berorientasi

kepada kematangan di atas sehingga siswa dapat berkembang sesuai dengan

kecenderungan-kecenderungan.

e. Tiap-tiap siswa mempunyai masalah dan mempunyai pendorong untuk

menyelesaikannya.

Tidak ada individu (siswa) yang tidak memiliki masalah. Mungkin tidak ada

pula individu tidak ingin masalahnya terselesaikan. Apalagi individu (siswa) yang

sedang dalam proses perkembangan, pasti memiliki masalah. Yang berbeda adalah

kompleksitas masalah yang dialami oleh tiap-tiap siswa, artinya ada siswa yang

mengalami masalah kompleks dan ada yang kurang kompleks. Pada dasarnya

setiap individu (siswa) nenpubyai dorongan-dorongan untuk memecahkan

masalahnya, namun karena keterbatasannya adakalanya siswa tidak selalu berhasil.

Pelayanan bimbingan dan konseling disekolah dan madrasah harus diarahkan

dalam rangka membantu siswa menghadapi dan memecahkan masalah-masalah

yang dihadapi dalam hidupnya dengan memanfaatkan sebaik-baiknya dorongan-

dorongan yang ada pada setiap siswa.

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 28

2. Asas Yang Berhubungan Dengan Praktik Atau Pekerjaan Bimbingan

Menurut arifin dan ety kartikawati (1995) prayitno dan dan erman amti (1999)

asas-asas yang berkenaan dengan praktik atau pekerjaan bimbingan dan konseling

terdiri dari 12 asas yaitu:37

a. Asas Kerahasiaan

Ada kalanya pelayanan bimbingan dan konseling berkenaan dengan individu

atau siswa yang bermasalah. Masalah biasanya merupakan suatu yang harus

dirahasiakan. Adakalanya dalam proses bimbingan dan konseling siswa enggan

berbicara karena merasa khawatir apabila rahasianya diketahui orang lain termasuk

konselornya. Apalagi apabila konselornya tidak dapat menjaga rahasia kliennya.

Apapun yang sifatnya rahasia yang disampaikan klien kepada konselor, tidak boleh

diceritakan kepada orang lain meskipun kepada koleganya. Dalam konseling, asas

ini merupakan asas kunci karena apabila asas ini dipegang teguh konselor akan

mendapat kepercayaan dari klien sehingga mereka akan memanfaatkan jasa

pembimbing dan konseling sebaik-baiknya. Sebaliknya apabila asas ini tidak

dipegang teguh, konselor akan kehilangan kepercayaan dari klien (siswa) sehingga

siswa enggan memnafaatkan jasa pembimbing dan konseling karena merasa takut

masalah dan dirinya menjadi bahan gunjingan.

Contoh: Ada seorang konseli yang menceritakan kepada konselor bahwa

seorang konseli itu memiliki penyakit HIV yang diidapnya sejak lama. Maka seorang

konselor harus bisa menjaga rahasia tersebut agar penyakit konseli itu tidak

diketahui oleh banyak orang.

b. Asas Kesukarelaan

Proses bimbingan dan konseling harus berlangsung atas dasar kesukarelaan

baik dari pihak pembimbing (konselor) maupun dari pihak klien (siswa). Klien

diharapkan secara sukarela, tanpa terpaksa dan tanpa ragu-ragu ataupun merasa

terpaksa menyampaikan masalah yang dihadapinya, serta mengungkapkan semua

fakta, data dan segala sesuatu yang berkenaan dengan masalah yang dihadapinya

kepada konselor. Sebaliknya konselor dalam memberikan bimbingan juga

37 Tohirin, Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah Dan Madrasah (Berbasis Integrasi), (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.2007), Hlm. 86..

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 29

hendaknya jangan karena terpaksa. Dengan perkataan lain konselor harus

memberikan pelayanan bimbingan dan konseling secara ikhlas.

Dalam asas ini, bukan berarti konselor tidak boleh menerima jasa dari

pelayanan bimbingan dan konseling. Pelayanan bimbingan dan konseling

merupakan pekerjaan profesi, oleh sebab itu, konselor tidak dilarang untuk

menerima gaji tetapi hendaknya gaji tidak menjadi tujuan. Konselor tidak

memberikan pelayanan bimbingan dan konseling karena terpaksa. Asas ini sangat

relevan dengan ajaran islam berkenaan dengan ikhlas. Siswa harus ikhlas untuk

mengikuti bimbingan dan konseling dan pembimbing pun harus ikhlas memberikan

bimbingan dan konseling.

Contoh: Ada seorang siswa yang selalu tidak masuk dikarenakan tidak suka

pada salah satu mata pelajaran disekolahnya. Sebagai guru konselor seharusnya

kita harus mengubah sikap/perilaku konseli tersebut agar dapat suka pada mata

pelajaran tersebut dengan selalu membina dan mengembangkannya.

c. Asas Keterbukaan

Dalam proses bimbingan dan konseling sangat diperlukan suasana

keterbukaan baik dari pihak konselor maupun dari pihak konseli. Asas ini tidak

kontradiktif dengan asas kerahasiaan karena keterbukaan yang dimaksud

menyangkut kesediaan menerima saran-saran dari luar dan kesediaan membuka diri

untuk kepentingan pemecahan masalah. Siswa yang dibimbing diharapkan dapat

berbicara secara jujur dan berterus terang tentang dirinya sehingga penelaahan dan

pengkajian tentang berbagai kekuatan dan kelemahannya dapat dilakukan.

Siswa dapat membuka diri sendiri sehingga apap yang ada pada dirinya

(masalah yang dihadapi) dapat diketahui oleh konselor. Selain itu, siswa pun harus

secara terbuka menerima saran-saran dan masukan dari pihak lain. Konselorpun

harus terbuka dengan bersedia menjawab berbagai pertanyaan dari klien dan

mengungkapkan diri konselor sendiri apabila hal tersebut dikehendaki oleh klien.

Contoh: Ada seorang konseli yang memiliki sifat tertutup, sebagai konselor

kita harus dapat mengubah konseli untuk berbicara secara terbuka dan tidak

berpura-pura dalam menceritakan masalah pribadinya sendiri. Sehingga konseli

dapat berbicara jujurdan merasa nyaman dalam menyampaikan masalah.

d. Asas Kekinian

Pelayanan bimbingan dan konseling harus berorientasi kepada masalah yang

sedang dirasakan oleh klien saat ini. Artinya masalah-masalah yang ditanggulangi

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 30

dalam proses bimbingan dan konseling adalah masalah-masalah yang sedang

dirasakan oleh siswa, bukan masalah yang sudah lampau dan juga bukan masalah

yang akan datang. Dalam penanggulangan masalah siswa, masa lalu dan yang

akan datang menjadi latar belakang dan latar depan masalah.

Asas kekinian juga mengandung makna bahwa pembimbing tidak boleh

menunda-nunda pemberian bantuan. Apabila lkien meminta bantuan atau fakta

menunjukkan ada siswa yang perlu bantuan, maka konselor hendaknya segera

memberikan bantuan. Sebaiknya konselor tidak menunda-nunda memberikan

bantuan kepada konseli. Konselor hendaknya lebih mementingkan kepentingan klien

dari pada yang lainnya.

Contoh: konselor tidak hanya fokus pada masalah yang telah dihadapi, tetapi

konselor harus terus memantau perkembangan konseli baik fisik dan psikis.

e. Asas Kemandirian

Kemandirian merupakan salah satu tujuan pelayanan bimbingan dan

konseling. Siswa yang telah dibimbing hendaknya bisa mandiri tidak tergantung

kepada orang lain dan konselor. Ciri-ciri kemandirian pada siswa yang telah

dibimbing adalah:

a) Mengenal diri sendiri dan lingkungan sebagaimana adanya

b) Menerima diri sendiri dan lingkungannya secara positif dan dinamis

c) Mengambil keputusan untuk dan oleh diri sendiri

d) Mengarahkan diri sesuai dengan keputusan itu

e) Mewujudkan diri secara optimal sesuai dengan potensi, minat, dan kemampuan-

kemampuan yang dimilikinya.

Contoh: Ada seorang konseli yang cacat fisik datang kepada kita, dia

menceritakan bahwa dia tidak memiliki semangat untuk meneruskan hidupnya.

Sebagai konselor yang profesional kita harus bisa menumbuhkan rasa semangat

hidup dengan cara memberikan pemahaman agar konseli tersebut mengenal dan

menerima dirinya dan lingkungan, dan mampu mengambil sebuah keputusan agar

konseli tersebut menjadi mandiri.

f. Asas Kegiatan

Pelayanan bimbingan dan konseling tidak akan nenberikan hasil yang berarti

apabila klien tidak melakukan sendiri kegiatan untuk mencapai tujuan bimbingan dan

koseling. Hasil usaha yang menjadi tujuan bimbingan dan konseling tidak akan

tercapai dengan sendirinya, melainkan harus dicapai dengan kerja keras giat dari

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 31

klien sendiri. Guru pembimbing harus dapat membangkitkan semangat klien

sehingga mampu dan mau melaksanakan kegiatan yang diperlukan dalam

menyelesaikan masalah yang menjadi pokok pembicaraan dalam proses konseling.

Contoh: seorang konselor harus bisa membuat program kegiatan. Seperti

ospek, MOS, agar konseli dapat mengenali lingkungan yang baru serta mampu

untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungan barunya.

g. Asas Kedinamisan

Usaha bimbingan dan konseling menghendaki terjadinya perubahan pada

individu yang dibimbing, yaitu perubahan prilaku kearah yang lebih baik. Perubahan

yang terjadi tidak sekedar mengulang-ulang hal-hal yang lama yang bersifat

monoton, melainkan perubahan yang selalu menuju kesuatu pembaruan atau

sesuatu yang lebih maju dan dinamis sesuai arah perkembangan klien yang

dikehendaki.

Contoh: seorang konselor harus mampu mengikuti pergerakan zaman, agar

konselor dapat menyelesaikan suatu permasalahan yang ada pada seorang konseli

yang semakin kompleks. Misalnya keluarga broken, serta pergaulan bebas

dikalangan pemuda.

h. Asas Keterpaduan

Individu memiliki berbagai aspek kepribadian yang apabila keadaannya tidak

seimbang, dan tidak terpadu, justru akan menimbulkan masalah. Oleh sebab itu,

usaha bimbingan dan konseling hendaklah memadukan berbagai aspek kepribadian

klien. Selain keterpaduan pada diri klien, juga harus terpadu dalam isi dan proses

layanan yang diberikan. Tidak boleh aspek layanan yang satu tidak serasi apalagi

bertentangan dengan aspek layanan yang lainnya.

Asas ketrpaduan juga menuntut konselor memiliki wawasan yang luastentang

perkembangan klien dan aspek-aspek lingkungan klien, serta berbagai sumber yang

dapat diaktifkan untuk menangani masalah klien.

Contoh: seorang konseli melakukan kerjasama dengan seorang psikolog seks

maupun dokter kandungan, dan mengundangnya kesekolah untuk memberikan

pemahaman kepada peserta didik disekolah ataupun madrasah agar konseli

memiliki pengetahuan dan pemahaman yang lebih jelas tentang seks, supaya

mereka tidak terjerat dalam pergaulan bebas.

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 32

i. Asas Kenormatifan

Usaha bimbingan dan konseling tidak boleh bertentangan dengan norma-

norma yang berlaku, baik norma agama, adat, hukum atau negara, norma ilmu,

maupun norma kebiasaan sehari-hari. Seluruh isi dan proses konseling harus sesuai

dengan norma-norma yang berlaku. Demikian pula dengan prosedur, teknik, dan

peralatan (instrumen) yang dipakai tidak menyimpang dari norma-norma yang

berlaku.

Contoh: seorang konselor dalam menjalankan tugasnya, harus sesuai dengan

norma, hukum, dan adat istiadat, sehingga tercipta suasana yang harmonis diantara

konseli dan konselor. Karena konselor yang profesional harus bisa menciptakan

suasana yang nyaman bagi seorang konseli.

j. Asas Keahlian

Pelayanan bimbingan dan konseling merupakan pekerjaan profesional yang

diselenggarakan oleh tenaga-tenaga ahli yang khusus dididik untuk pekerjaan

tersebut. Dengan perkataan lain, pelayanan bimbingan dan konseling harus

dilakukan oleh orang yang memiliki keahlian tentang bimbingan dan konseling.

Asas keahlian juga mengacu kepada kualifikasi konselor seperti pendidikan

dan pengalaman. Selain itu, seorang konselor juga harus mengetahui dan

memahami secara baik teori-teori dan praktik bimbingan dan konseling.

Contoh: apabila ada seorang konseli yang datang pada konselor, seorang

konselor harus bersikap sebagai konselor. Bukan bersikap seperti dokter maupun

yang lainnya. Yaitu memberikan sepenuhnya semua keputusan pada konseli.

k. Asas Alih Tangan (Referal)

Konselor sebagai manusia, diatas kelebihannya tetap memiliki keterbatasan

kemampuan. Tidak semua masalah yang dihadapi klien berada dalam kemampuan

konselor untuk memecahkannya. Apabila konselor telah menyerahkan segenap

tenaga dan kemampuannya untuk memecahkan masalah klien, tetapi belum

berhasil, maka konselor yang bersangkutan harus memindahkan tanggung jawab

pemberian bimbingan dan konseling kepada konselor yang lain atau kepada orang

lain yang lebih mengetahui. Dengan kata lain, apabila konselor telah menyerahkan

segenap kemampuan untuk membantu klien, tetapi siswa yang bersangkutang

belum dapat terbantu sebagaimana yang diharapkan, maka konselor dapat

mengirim siswa yang bersangkutan kepada petugas atau badan lain yang lebih ahli.

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 33

Contoh: ada seorang konseli yang stres gara-gara tidak lulus ujia sekolah,

seorang konselor tidak dapat bertindak sendiri dalam konteks ini. Seorang konselor

harus melakukan kerjasama dengan pihak yang lebih ahli dalam kasus ini.

l. Asas Tut Wuri Handayani

Asas ini menunjuk pada suasana umum yang hendak tercipta dalam rangka

hubungan keseluruhan antara pembimbing dengan yang bimbing. Terlebih lagi di

lingkungan sekolah atau madrasah. Asas ini menuntut agar pelayanan bimbingan

dan konseling tidak hanya dirasakan saat siswa mengalami masalah. Bimbingan dan

konseling hendaknya dirasakan sebelum dan sesudah siswa menjalani layanan

bimbingan dan konseling secara langsung. Dalam asas ini, konselor bisa

menjadikan dirinya sebagai contoh pemecah masalah yang efektif. Dalam praktik

bimbingan dan konseling islam, asas ini bertumpu pada keteladanan Rasulullah

SAW. Contoh: seorang guru harus menjadi teladan, dan menyenangkan. Agar

konseli tidak takut menceritakan masalahnya kepada kita, dan mampu mengayomi

peserta didik.

Daftar Referensi

Satori, Dkk. Profesi Keguruan, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007)

Tidja, Dkk. Bimbingan Dan Konseling Sekolah Menengah, (Yogyakarta: UNY Press,

2000).

Tohirin, Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah Dan Madrasah (Berbasis Integrasi),

(Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2008).

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 34

PERANAN

BIMBINGAN DAN KONSELING

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 35

PERANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

A. Latar Belakang Masalah

Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

Nasional, pendidikan diartikan sebagai usaha sadar dan terencana

untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Maka pendidikan di Indonesia ini tidak hanya memprioritaskan

perkembangan aspek kognitif atau pengetahuan pesertadidik, namun juga tetapi

perkembangan individu sebagai pribadi yang unik secara utuh. Oleh karena setiap

satuan pendidikan harus memberikan layanan yang dapat memfasilitasi

perkembangan pribadi siswa secara optimal berupa bimbingan dan konseling.

Pemahaman mengenai apa dan bagaimana layanan bimbingan disekolah mutlak

diperlukan oleh pengawas. Hal ini merupakan bagian dari kompetensi supervisi

manajerial yang harus dilakukannya terhadap setiap sekolah yang berada dalam

lingkup binaannya. Pendidikan sebagai salah satu bentuk lingkungan

bertanggung jawab dalam memberikan asuhan terhadap proses perkembangan

individu. Bimbingan dan konseling akan merupakan bantuan individu di dalam

memperoleh penyesuaian diri sesuai dengan tingkat perkembangannya. Dalam

konsepsi tentang tugas perkembangan (developmental task) dikatakan bahwa

setiap periode tertentu terdapat sejumlah tugas-tugas perkembangan yang harus

diselesaikan.

B. Landasan Dasar Perlunya Organisasi Bimbingan Konseling di Sekolah

Organisasi bimbingan dan konseling disekolah mutlak diperlukan, karena:

1. Pelayanan bimbingan adalah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

keseluruhan program pendidikan. Ini berarti bahwa seluruh staf sekolah baik

kepala sekolah, guru, Sali kelas, maupun staf admnistrasi sekolah perlu

melibatkan diri dalam usaha layanan bimbingan.

2. Pembinaan bimbingan dan konseling di sekolah ada pada kepala sekolah

sebagai administrator sekolah yang memegang peranan kunci.

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 36

3. Tanggung jawab langsung dalam melaksanakan layanan bimbingan konseling

di sekolah hendaknya dilimpahkan kepada staf yang berwenang yang memilikii

persyaratan tertentu baik dalam segi pendidikan formal, sifat, sikap dan

kepribadian, ketrampilan dan pengalaman serta waktu yang cukup untuk

melaksanakan tugas.

4. Program bimbingan merupakan suatu bentuk kegiattan yang cukup luas bidang

geraknya.

5. Program layanan bimbingan di seklah hendaknya perlu di evaluasi untuk

mengertahui efektivitas dan efisiensi program.

6. Petugas-petugas yang diserah tanggung jawab bimbingan yang bersifat

khusus, seperti kegiatan konseling hendaknya ditangani oleh petugas yang

professional da berkompeten mengerjakan tugas tersebut.

7. Petugas-petugas bimbingan dan seluruh staf pelaksanan bimbingan mutlak

perlu diberikan latihan dalam jabatan. Sebagai suatu alat untuk memperbaiki

pelayanan bimbingan di sekolah.

C. Peranan Bimbingan Konseling Di Sekolah

Pelayanan bimbingan dan konseling dalam jalur pendidikan formal telah

dipetakan secara tepat dalam kurikulum 1975, meskipun pada waktu itu

dinamakan layanan bimbingan dan penyuluhan pendidikan. Akan tetapi, dalam

Permen Diknas No. 22/2006 tentang setandar isi, Pelayanan bimbingan dan

konseling diletakkan sebagai bagian dari kurikulum yang isinya dipilah menjadi

Kelompok Mata pelajaran, Muatan lokal, Materi Pengembangan diri, yang harus

disiapkan oleh bagian bimbingan dan konseling.38

Dalam sistem pendidikan Indonesia, konselor disekolah menengah

mendapat peran dan posisi yang jelas. Peran bimbingan dan konseling, siswa

yang bagai salah satu student support services, adalah men-suport

perkembangan-perkembangan aspek pribadi, sosial, kareir, dan akademik

peserta didik, melalui pengembangan menu program 1 bimbingan dan konseling

pembantuan kepada peserta didik dalam individual student planning, pemberian

38 Ridwan, Penangan Efektif Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah Penangan Efektif

Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 1998, hlm, 30-32.

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 37

layanan responsive, dan pengembangan sistim support. Pada jenjang ini,

bimbingan dan konseling menjalankan semua fungsinya.

Dasar penyelenggaraan bimbingan dan konseling disekolah, bukan smata-

mata terletak pada ada atau tidak adanya landasan hukum (perundang-

undangan) atau ketentuan dari atas, namun yang lebih penting adalah

menyangkut upaya memfasilitasi peserta didik yang selanjutnya disebut konseli,

agar mampu mengembangkan potensi dirinya atau mencapai tugas-tugas

perkembangannya, menyangkut aspak fisik, emosi, intelektual, sosial, dan moral

spiritual.

D. Program Bimbingan Konseling Di Sekolah

Program Bimbingan Konseling Di Sekolah disusun berdasarkan kebutuhan

peserta didik (need assessment). Dengan substansi program layanan mencakup

empat bidang:

1. jenis layanan dan kegiatan pendukung

2. format kegiatan

3. sasaran pelayanan

4. volume / beban tugas konselor.

Program Bimbingan Konseling pada masing-masing satuan sekolah /

madrasah dikelola dengan memperhatikan keseimbangan dan kesinambungan

program antar kelas dan antar jenjang kelas, dan mensinkronisasikan Program

Bimbingan Konseling dengan kegiatan pembelajaran mata pelajaran dan kegiatan

ekstra kulikuler, serta mengefektifitaskan dan mengefisiensikan penggunaan

fasilitas sekolah/ madrasah. Dilihat dari jenisnya, Program Bimbingan Konseling

terdiri dari 5 (lima) jenis program, yaitu:

1. Program Tahunan, yaitu Program Pelayanan Bimbingan Konseling meliputi

seluruh kegiatan selama satu tahun untuk masing-masing kelas di sekolah /

madrasah.

2. Program Semesteran, yaitu Program Pelayanan Bimbingan Konseling meliputi

seluruh kegiatan selama satu semester yang merupakan jabaran program

tahunan.

3. Program Bulanan, yaitu Program Pelayanan Bimbingan Konseling meliputi

seluruh kegiatan selama satu bulan yang merupakan jabaran program

semesteran.

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 38

4. Program Mingguan, yaitu Program Pelayanan Bimbingan Konseling yang

meliputi seluruh kegiatan selama satu minggu yang merupakan jabaran

program mingguan.

5. Program Harian, yaitu Program Pelayanan Bimbingan Konseling yang

dilaksanakan pada hari-hari tertentu dalam satu minggu. Program harian

merupakan jabaran dari program mingguan dalam bentuk satuan layanan dan

atau satuan kegitan pendukung Bimbingan Konseling Di Sekolah.

E. Peranan Bimbingan Dan Konseling Dalam Mengembangkan Karakter Siswa

Pembangunan karakter bangsa adalah upaya sadar untuk memperbaiki,

meningkatkan seluruh perilaku yang mencakup adat istiadat, nilai-nilai, potensi,

kemampuan, bakat dan pikiran bangsa Indonesia. Untuk membangun karakter

bangsa, haruslah diawali dari lingkup yang terkecil. Khususnya di sekolah, ada

baiknya kita menganalogikan proses pembelajaran di sekolah dengan proses

kehidupan bangsa. Upaya mewujudkan nilai-nilai tersebut di atas dapat

dilaksanakan melalui pembelajaran. Tentu saja pembelajaran yang dapat

mengadopsi semua nilai-nilai karakter bangsa yang akan dibangun.

Pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional.

Pasal I UU Sisdiknas tahun 2003 menyatakan bahwa di antara tujuan pendidikan

nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki

kecerdasan, kepribadian dan akhlak mulia.

Pesan dari UU Sisdiknas tahun 2003 bertujuan agar pendidikan tidak

hanya membentuk insan manusia yang pintar namun juga berkepribadian,

sehingga nantianya akan lahir generasi muda yang tumbuh dan berkembang

denagan kepribadian yang bernafaskan nilai-nilai luhur agama dan pancasila.

Sekolah mulai dari taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi

memiliki peran yang central dalam mengembangkan dan menanamkan nilai-nilai

karakter. Semua masyarakat sepakat tentang pentingnya karakter dalam

kehidupan, tetapi jauh lebih penting bagaimana menyusun dan mengatur secara

sistematis sehingga anak-anak dapat lebih berkarakter dalam kehidupan.

Selama ini bimbingan karakter sudah ada di sekolah seperti bimbingan

konseling, tetapi itu bervariasi. Di sekolah guru BP tidak bisa meraih semua

karena dalam kenyataanya guru BP hanya membimbing siswa yang terkena

masalah dan siswa yang lain seolah terbebas dari masalah, Keberadaan guru BP

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 39

sendiri kadang dirangkap oleh guru mata pelajaran. Akhirnya, konsep pendidikan

karakter di sekolah tidak pernah bisa optimal.

Menurut Dr. Anita Lie, Peraih gelar Doktor Bidang Kurikulum dan

Pengajaran dari Baylor University, Texas, Amerika Serikat, mengatakan bahwa

pendidikan karakter sebaiknya tidak dikotomikan macam-macam. Dia katakana

konsep pendidikan tersebut harus diintegrasikan ke dalam kurikulum. Anita

mengatakan, untuk menerapkan pendidikan karakter seluruh sekolah harus

memiliki kesepakatan tentang nilai-nilai karakter yang akan dikembangkan di

sekolahnya. Unsur-unsur pengembangan karakter itu pun harus diintegrasikan di

semua mata pelajaran. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma

atau nilai-nilai pada setiap mata pelajaran perlu dikembangkan, dieksplisitkan,

dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, pembelajaran

nilai-nilai karakter tidak hanya pada tataran kognitif, tetapi menyentuh pada

internalisasi, dan pengamalan nyata dalam kehidupan peserta didik sehari-hari di

masyarakat.

Kegiatan ekstra kurikuler dalam sekolah yang selama ini diselenggarakan

sekolah merupakan salah satu media yang baik untuk pembinaan karakter

peserta didik. Kegiatan ekstra kurikuler merupakan kegiatan pendidikan di luar

jam mata pelajaran, kegiatan ini berfungsi untuk membantu pengembangan

peserta didik sesuai dengan potensi, bakat, dan minat peserta didik melalui

kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik di sekolah. Melalui

kegiatan ekstra kurikuler diharapkan dapat mengembangkan komponen-

komponen karakter yang harus dimiliki oleh peserta didik sperti rasa tanggung

jawab sosial, serta potensi dan prestasi.39

Menurut Mochtar Buchori (2007), pendidikan karakter seharusnya

membawa peserta didik ke pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai

secara afektif, dan akhirnya ke pengamalan nilai secara nyata. Pendidikan

karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil

pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter

dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai

standar kompetensi lulusan. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik

mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya,

39 Sofyan S. Willis Sofyan, Konseling Individual Teori Dan Praktek, Bandung, Alfabeta,

2004, hlm. 98-90.

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 40

mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan

akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.40

Daftar Referensi

Depdiknas, (Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bahan Belajar Mandiri

Musyawarah Kerja Pengawas Sekolah), Jakarta, Direktorat Jenderal

Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, 2008.

Ridwan, Penangan Efektif Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah Penangan Efektif

Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 1998.

Dewa Ketut Sukardi, Organisasi Dan Administrasi Bimbingan Dan Konseling Di

Sekolah, Surabaya, Usaha Nasional, 2000.

Sofyan S. Willis Sofyan, Konseling Individual Teori Dan Praktek, Bandung, Alfabeta,

2004.

40 Dewa Ketut Sukardi, Organisasi Dan Administrasi Bimbingan Dan Konseling Di

Sekolah, Surabaya, Usaha Nasional, 2000, hlm, 45.

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 41

BIDANG

BIMBINGAN DAN KONSELING

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 42

BIDANG BIMBINGAN DAN KONSELING

A. Latar Belakang

Perilaku menyimpang dapat terjadi di mana-mana dan kapan saja, baik di

sekolah, keluarga, maupun dalam kehidupan dimasyarakat. Biasanya tingkah laku

menyimpang ini dilakukan olah kalangan remaja. Karena pada tahap ini remaja

masih mencari jati dirinya yang ideal menurutnya, sehingga tidak jarang yang

mereka lakukan adalah hal-hal yang menyimpang dari kebiasaan yang berlaku

dalam pandangan masyarakat umum.

Banyak faktor atau sumber yang menyadi penyebab timbulnya perilaku

menyimpang, baik yang berasal dari dalam diri individu maupun berasal dari luar diri

individu yang bersangkutan. Maka di sini akan di bahas apa yang di maksud dengan

tingkah laku menyimpang, bentuk-bentuk tingkah laku menyimpang tersebut dan

usaha yang dilakukan bimbingan dan konseling untuk menanggulanginya.41

B. Pembahasan

Moral adalah suatu masalah yang menjadi perhatian orang dimana saja, baik

dalam masyarakat yang telah maju maupun dalam masyarakat yang masih

terbelakang. Salah satu kenyataan di Indonesia sekarang ini adalah adanya gejala

kemerosotan moral bangsa secara tajam. Kemerosotan moral tersebut bukan hanya

pada orang tua akan tetapi sudah merambat pada generasi muda yang diharapkan

untuk meneruskan perjuangan bangsa.

Masa remaja adalah suatu tahap kehidupan yang bersifat peralihan (transisi)

mulai dari masa kanak-kanak menuju dewasa, oleh sebab itu masa ini sering terjadi

goncangan-goncangan sebagai akibat dari belum siapnya mereka menerima nilai-

nilai baru dalam rangka mencapai kedewasaan. Hal ini dapat dilihat dari tingkah laku

remaja sehari-hari baik dirumah, disekolah maupun dilingkungan masyarakat.

Masalah anak-anak dan pendidikan adalah suatu persoalan yang paling menarik

perhatian, terutama dikalangan para orang tua dan pendidikan. 42

Banyak para orang tua yang mengeluh apabila melihat hasil didikannya

kurang menggembirakan. Banyak pula orang tua dan pendidik yang kebingungan,

41 Ahmad Muhaimin Azzet, Bimbingan Konseling, (Jokjakarta: Arruzz Media, 2013). hlm. 48 42 Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madarasah, (Jakarta: Raja Grafindo. 2009). Hlm. 35-36

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 43

tak tahu bagaimana menghadapi anak yang rewel, keras hati, nakal, dan sulit di atur.

Tidak selamanya para orang tua dan pendidik mengerti bagaimana menyelesaikan

permasalahan yang di hadapi remaja secara benar. Maka perlu adanya suatu

bimbingan dan konseling yang dapat membantu mengatasi permasalahan yang

dialami oleh para remaja. Adapun jenis-jenis bidang bimbingan dan konseling

sebagai berikut;

1. Bimbingan Pribadi

Bimbingan pribadi Merupakan bantuan yang diberikan kepada individu dalam

hal memecahkan masalah-masalah yang sangat kompleks dan bersifat

rahasia/pribadi sekali misalnya, masalah keluarga, persahabatan, cita-cita, dan

sebagainya.

Merupakan bimbingan yang diberikan pada individu dalam menghadapi

pergumulan dalam batinnya sendiri, dalam mengatur diri, perawatan jasmani,

pengisian waktu luang, pengaturan nafsu seksual, dan sebagainya.

Misalnya pada siswa remaja, mereka berhadapan dengan aku-nya yang lain dari

pada sebelumnya. Contoh: peralihan dari perasaan sangat sedih menjadi sangat

gembira, ingin meraih cita-cita tapi tidak mengetahui caranya. Kemudian

seorang mahasiswa yang berhadapan dengan aku-nya yang ditantang memikul

tanggung jawab sebagai orang dewasa dan menghadapi realitas yang bertentangan

dengan dirinya/keinginannya.

Klien, terutama para remaja pada umumnya malu untuk bertanya pada orang

tua, atau pada orang dewasa lainnya, sedangkan bila bertanya pada teman sebaya

juga tidak tahu. Bimbingan menekankan bagaimana sikap dalam menghadapi

masalah yang timbul. Bimbingan pribadi diberikan malalui bimbingan individual

maupun kelompok.

Secara khusus layanan bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu

siswa agar dapat mencapai tujuan-tujuan perkembangan meliputi aspek pribadi,

sosial, belajar, dan karier. Bimbingan pribadi dimaksud untuk mencapai tujuan dan

tugas perkembangan pribadi dalam mewujudkan pribadi yang taqwa, mandiri , dan

bertanggung jawab. Bimbingan belajar dimaksudkan untuk mencapai tujuan dan

tugas perkembangan pendidikan. Bimbingan karier dimaksudkan untuk mewujudkan

pribadi pekerja yang produktif.

Tujuan

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 44

Bimbingan dan konseling pribadi dimaksudkan untuk membantu peserta

didik/konseli agar mampu;

a. Memahami potensi diri dan memahami kelebihan dan kelenahannya, baik

kondisi fisik maupun psikis.

b. Mengembangkan potensi untuk mencapai kesuksesan dalam kehidupannya.

c. Menerima kelemahan kondisi diri dan mengatasinya secara baik.

d. Mencapai keselarasan perkembangan antara cipta rasa-karsa.

e. Mencapai kematangan/kedewasaan dalam kehidupannya sesuai nilai-nilai

luhur.

f. Mengakualisasikan dirinya sesuai dengan potensi.

2. Bimbingan Sosial

Bimbingan dan konseling sosisal merupakan suatu proses pemberian

bantuan dari konselor kepada peserta didik/konseli untuk memahami lingkungannya

dan dapat melakukan interaksi sosial secara positif, terampil berinteraksi sosial,

mampu mengatasi masalah-masalah sosial yang dialaminya, mampu menyesuaikan

diri dan mampu memiliki keserasian hubungan dengan lingkungan sosialnya

sehingga mencapai kebahagiaan dalam kehidupannya,

Bimbingan pribadi-sosial merupakan salah satu bidang bimbingan yang ada

di sekolah. bimbingan pribadi-sosial merupakan usaha bimbingan, dalam

menghadapi dan memecahkan masalah pribadi-sosial, seperti penyesuaian diri,

menghadapi konflik dan pergaulan.

Bimbingan pribadi-sosial adalah, seperangkat usaha bantuan kepada peserta

didik agar dapat mengahadapi sendiri masalah-masalah pribadi dan sosial yang

dialaminya, mengadakan penyesuaian pribadi dan sosial, memilih kelompok sosial,

memilih jenis-jenis kegiatan sosial dan kegiatan rekreatif yang bernilai guna, serta

berdaya upaya sendiri dalam memecahkan masalah-masalah pribadi, rekreasi dan

sosial yang dialaminya.

Inti dari pengertian bimbingan pribadi-sosial adalah bahwa bimbingan pribadi-

sosial diberikan kepada individu, agar mampu menghadapi dan memecahkan

permasalahan pribadi-sosialnya secara mandiri. bimbingan pribadi-sosial adalah

bimbingan untuk membantu para individu dalam memecahkan masalah-masalah

sosial-pribadi.

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 45

Yang tergolong dalam masalah-masalah sosial-pribadi adalah masalah

hubungan dengan sesama teman, dengan dosen, serta staf, permasalahan sifat dan

kemampuan diri, penyesuaian diri dengan lingkungan pendidikan dan masyarakat

tempat mereka tinggal dan penyelesaian konflik.

Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa bimbingan

pribadi-sosial merupakan suatu bimbingan yang diberikan oleh seorang ahli kepada

individu atau kelompok, dalam membantu individu menghadapi dan memecahkan

masalah-masalah pribadi-sosial, seperti penyesuaian diri, menghadapi konflik dan

pergaulan.

Tujuan

Bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu peserta didik/konseli

agar mampu;

a. Berempati terhadap kondisiorang lain.

b. Memahami keragaman latar sosial budaya.

c. Menghormati menghargai orang lain.

d. Mengatasi konflik dengan orang lain berdasarkan prinsip yang saling

menguntungkan.

3. Bimbingan Belajar

Bimbingan belajar adalah layanan bimbingan yang diberikan pada siswa

untuk membentuk kebiasaan belajar yang baik, mengembangkan rasa ingin tahu

dan menumbuhkan motivasi untuk mengembangkan ilmu pengetahuan.

Belajar merupakan salah satu konsep yang amat mendasar dari psikologi. Manusia

belajar untuk hidup. Tanpa belajar, seseorang tidak akan dapat mempertahankan

dan mengembangkan dirinya, dan dengan belajar manusia mampu berbudaya dan

mengembangkan harkat kemanusiaannya.

Inti perbuatan belajar adalah upaya untuk menguasai sesuatu yang baru

dengan memanfaatkan yang sudah ada pada diri individu. Penguasaan yang baru

itulah tujuan belajar dan pencapaian sesuatu yang baru itulah tanda-tanda

perkembangan, baik dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotor/keterampilan.

Untuk terjadinya proses belajar diperlukan prasyarat belajar, baik berupa prasyarat

psiko-fisik yang dihasilkan dari kematangan atau pun hasil belajar sebelumnya.

Tujuan Bimbingan dan konseling belajar bertujuan membantu peserta didik untuk;

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 46

a. Menyadari potensi diri dalam aspek belajar dan memahami berbagai

hambatan belajar

b. Memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif

c. Memiliki motif yang tinggi untuk belajar sepamjang hayat.

d. Memiliki keterampilan belajar

e. Memiliki kesiapan menghadapi ujian

4. Bimbingan Karier

Bimbingan karier adalah suatu usaha yang dilakukan untuk membantu

individu(peserta didik) dalam memilih dan mempersiapkan suatu pekerjaan,

termasuk didalamnya berupaya mempersiapkan kemampuan yang diperlukan untuk

memasuki suatu pekerjaan. Bimbingan karier tidak hanya sekedar memberikan

respon kepada masalah-masalah yang muncul, akan tetapi juga membantu individu

memperoleh pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan dalam

pekerjaan.

Bimbingan karir adalah suatu perangkat, lebih tepatnya suatu program yang

sistematik, proses, teknik, atau layanan yang dimaksudkan untuk membantu individu

memahami dan berbuat atas dasar pengenalan diri dan pengenalan kesempatan-

kesempatan dalam pekerjaan, pendidikan, dan waktu luang, serta mengembangkan

ketrampilan-ketrampilan mengambil keputusan sehingga yang bersangkutan dapat

menciptakan dan mengelola perkembangan karirnya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bimbingan karir adalah suatu

upaya bantuan terhadap peserta didik agar dapat mengenal dan memahami dirinya,

mengenal dunia kerjanya, mengembangkan masa depan sesuai dengan bentuk

kehidupan yang diharapkannya, mampu menentukan dan mengambil keputusan

secara tepat dan bertanggungjawab.

Peran bimbingan dan konseling karir sebagai pengintegrasi berbagai

kemampuan dan kemahiran intelektual dan keterampilan khusus hingga sampai

pada kematangan karir secara spesifik terumus dalam tujuan bimbingan karir

sebagai berikut:

a) Peserta didik dapat mengenal (mendeskripsikan) karakteristik diri (minat,nilai,

kemampuan, dan ciri-ciri kepribadian) yang darinya peserta didik dapat

mengidentifikasi bidang studi dan karir yang sesuai dengan dirinya.

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 47

b) Peserta didik mampu mengidentifikasi berbagai bidang pendidikan yag

tersedia yang relevan dengan berbagai bidang pekerjaan. Dengan demikian

peserta didik memperoleh dan dapat menerapkan pengetahuan dan

keterampilan (skill) yang dituntut oleh peran-peran kerja tertentu.

c) Peserta didik mampu mengambil keputusan karir bagi dirinya sendiri,

merencanakan langkah-langkah konkrit untuk mewujudkan perencanaan karir

yang realistik bagi dirinya. Perencanaan karir yang realistik akan

meminimalkan faktor dan dampak negatif dan memaksimalkan faktor dan

dampak positif dari proses pemilihan karir.

d) Mampu menyesuaikan diri dalam mengimplementasikan pilihannya dan

berfungsi optimal dalam karir. Bimbingan Karir di sekolah diarahkan untuk

membantu siswa dalam perencanaan dan pengarahan kegiatan serta dalam

pengambilan keputusan yang membentuk pola karir tertentu dan pola hidup

yang akan memberikan kepuasan bagi dirinya dan lingkungannya.

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan mengenai Bimbingan Karir,

terdapat beberapa persamaan.

Persamaan tersebut antara lain:

1) Bantuan layanan,

2) Individu,peserta didik, remaja,

3) Masalah karir, pekerjaan, penyesuaian diri, persiapan diri, pengenalan diri,

pemahaman diri, dan pengenalan dunia kerja, perencanaan masa depan,

bentuk kehidupan yang diambil oleh individu yang bersangkutan.43

Daftar Referensi

Ahmad Muhaimin Azzet, Bimbingan Konseling, (Jokjakarta: Arruzz Media, 2013).

Daryanto dan Mohammad farid, Bimbingan Konseling, (Yokyakarta: Gava Media.

2015).

43 Daryanto dan Mohammad farid, Bimbingan Konseling, (Yokyakarta: Gava Media. 2015). Hlm. 172-175

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 48

KEGIATAN PENDUKUNG DAN PROGRAM

BIMBINGAN DAN KONSELING

Buku Bimbingan Dan Konseling

Page | 49

KEGIATAN PENDUKUNG DAN PROGRAM

BIMBINGAN DAN KONSELING

A. Latar Belakang

Pelayanan bimbingan dan konseling merupakan bagian yang tidak terpisahkan

dari keseluruhan program pendidikan. Program bimbingan menunjang tercapainya

tujuan pendidikan yaitu perkembangan individu secara optimal. Oleh karena itu,

kegiatan bimbingan dan konseling harus diselenggarakan dalam bentuk kerjasama

sejumlah orang untuk mencapai suatu tujuan. Kegiatan itu harus d