malnutrisi akibat inflasi

9
MALNUTRISI AKIBAT INFLASI HARGA BAHAN PANGAN A. Pendahuluan Setiap manusia memiliki kebutuhan dasar dalam menjaga keseimbangan baik secara fisiologis maupun psikologis yang bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan. Menurut teori maslow, kebutuhan fisiologis adalah tingkat pertama kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi. Kebutuhan fisiologis diantaranya yaitu pangan, sandang, papan dan lainnya. Salah satu kebutuhan fisiologis yang memiliki dampak langsung pada pemenuhan gizi manusia adalah pangan. Manusia mengonsumsi pangan untuk mempertahankan dan meningkatkan fungsi fisiologis tubuh agar dapat beraktivitas dengan baik. Jika asupan pangan tidak seimbang pemenuhannya akan menimbulkan masalah malnutrisi, kekurangan asupan pangan dalam waktu lama akan berakibat gizi buruk. Selain itu masalah gizi lebih juga akan timbul jika asupan pangan yang diterima berlebihan. Asupan pangan yang akan memengaruhi status gizi seseorang berkaitan dengan salah satu faktor yaitu ekonomi. Pemenuhan kebutuhan pangan memerlukan sumber daya untuk mendapatkannya. Pendapatan merupakan faktor yang paling menentukan kuantitas dan kualitas makanan, meski begitu jelas ada hubungan yang erat antara pendapatan dan gizi. Rendahnya peningkatan

description

masalah gizi yang diakibatkan karena masalah ekonomi

Transcript of malnutrisi akibat inflasi

Page 1: malnutrisi akibat inflasi

MALNUTRISI AKIBAT INFLASI HARGA BAHAN PANGAN

A. Pendahuluan

Setiap manusia memiliki kebutuhan dasar dalam menjaga keseimbangan baik secara

fisiologis maupun psikologis yang bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan

kesehatan. Menurut teori maslow, kebutuhan fisiologis adalah tingkat pertama kebutuhan

dasar manusia yang harus dipenuhi. Kebutuhan fisiologis diantaranya yaitu pangan, sandang,

papan dan lainnya.

Salah satu kebutuhan fisiologis yang memiliki dampak langsung pada pemenuhan gizi

manusia adalah pangan. Manusia mengonsumsi pangan untuk mempertahankan dan

meningkatkan fungsi fisiologis tubuh agar dapat beraktivitas dengan baik. Jika asupan

pangan tidak seimbang pemenuhannya akan menimbulkan masalah malnutrisi, kekurangan

asupan pangan dalam waktu lama akan berakibat gizi buruk. Selain itu masalah gizi lebih

juga akan timbul jika asupan pangan yang diterima berlebihan.

Asupan pangan yang akan memengaruhi status gizi seseorang berkaitan dengan salah

satu faktor yaitu ekonomi. Pemenuhan kebutuhan pangan memerlukan sumber daya untuk

mendapatkannya. Pendapatan merupakan faktor yang paling menentukan kuantitas dan

kualitas makanan, meski begitu jelas ada hubungan yang erat antara pendapatan dan gizi.

Rendahnya peningkatan pendapatan orang miskin dan lemahnya daya beli mereka tidak

memungkinkan untuk mengatasi kebiasaan makanan dan cara tertentu terutama untuk anak-

anak mereka (Alan Berg dan Sayogya, 1986). Harga pangan yang terus meningkat dapat

mempersulit masyarakat ekonomi rendah untuk memenuhi kebutuhan gizinya karena daya

beli rendah. Maka masyarakat miskin hanya mampu memenuhi kebutuhan gizinya dengan

jumlah yang kurang dan tidak beragam. Keadaan ini akan menimbulkan ketidaksesuaian

asupan makanan dalam waktu lama akan menyebabkan malnutrisi.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana Inflasi harga bahan pangan dapat mengakibatkan malnutrisi pada masyarakat

miskin?

Page 2: malnutrisi akibat inflasi

C. Konstruksi Argumen

Malnutrisi merupakan masalah gizi akibat kekurangan asupan pangan dan kelebihan

asupan pangan. Keadaan gizi kurang pada anak-anak mempunyai dampak pada kelambatan

pertumbuhan dan perkemb angannya yang sulit disembuhkan. Oleh karena itu anak yang

bergizi kurang tersebut kemampuannya untuk belajar dan bekerja serta bersikap akan lebih

terbatas dibandingkan dengan anak yang normal (Santoso, 2003).

Berdasarkan riskesdas 2010, secara nasional sudah terjadi penurunan prevalensi kurang

gizi (berat badan menurut umur) pada balita dari 18,4 persen tahun 2007 menjadi 17,9 persen

tahun 2010. Penurunan terjadi pada prevalensi gizi buruk yaitu dari 5,4 persen pada tahun

2007 menjadi 4,9 persen tahun 2010. Walaupun secara nasional terjadi penurunan prevalensi

masalah gizi pada balita, tetapi masih terdapat kesenjangan antar provinsi. Terdapat 18

provinsi yang memiliki prevalensi gizi kurang dan buruk diatas prevalensi nasional. Jika

persentase penurunan dibandingkan dengan jumlah balita yang ada di Indonesia angka

tersebut masih di kategorikan tinggi. Menurut sensus, tercatat jumlah balita di Indonesia

sebanyak 26,7 juta. Dari jumlah tersebut, 17,9 persen atau 4,7 juta balita menderita gizi

kurang dan 5,4 persen atau 1,3 juta balita menderita menderita gizi buruk. Berdasarkan data

di atas berarti sekitar 6 juta balita yang masa depannya terancam akibat menderita gizi buruk.

Masalah gizi buruk sebagian besar dialami oleh balita dari keluarga yang berpendapatan

rendah, namun jumlah balita gizi lebih di kelompok masyarakat dengan tingkat pendapatan

terendah itu mencapai 12,4 persen. Tidak terpaut terlalu jauh dibandingkan dengan kelompok

masyarakat berpendapatan tertinggi (14,9 persen). Hal ini menunjukan tidak hanya jumlah

asupan yang salah dikonsumsi melainkan pola konsumsi yang dilakukan masyarakat masih

salah.

Pola konsumsi berkaitan dengan pendapatan perkapita masyarakat. Menurut data BPS

2013, persentase pengeluaran rumah tangga untuk makanan sebanyak 50.66 persen.

Penduduk menggunakan setengah dari pendapatan hanya untuk membeli makanan. Hal ini

menunjukan masih banyak masyarakat yang memiliki pendapatan perkapita rendah. Jika

masyarakat memiliki pendapatan yang lebih tinggi dimungkinkan persentase pengeluaran

pangannya lebih kecil.

Kenaikan harga pangan yang semakin meningkat menyulitkan masyarakat berpendapatan

rendah untuk memenuhi kebutuhan gizi keluarganya dengan daya beli rendah dalam

Page 3: malnutrisi akibat inflasi

mendapatkan bahan pangan yang kualitas dan kuantitas baik. Kenaikan harga ini lazimnya

disebut inflasi. Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara umum dan

terus menerus (Sukirno 2002). Akan tetapi bila kenaikan harga hanya dari satu atau dua

barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas atau menyebabkan

kenaikan sebagian besar dari harga barang-barang lain (Boediono, 2000).

Inflasi Menurut Pengeluaran

Tahun Food Stuff

2011 3.64

2012 5.68

2013 7.19

Sumber: http://www.kemendag.go.id

Berdasarkan data diatas menunjukan inflasi pengeluaran untuk pangan meningkat setiap

tahun. Inflasi mempengaruhi daya beli, semakin tinggi pendapatan perkapitanya semakin

tinggi pula daya beli terhadap bahan pangan, sehingga masyarakat cenderung membeli bahan

pangan dengan jumlah yang lebih banyak dan beragam. Maka sebaliknya semakin rendah

pendapatan perkapita semakin rendah daya beli terhadap pangan sehingga masyarakat hanya

dapat memperoleh sedikit bahan pangan. Masyarakat berpendapatan tinggi biasa lebih

mengutamakan kepuasan dan prestise dalam memilih makanan. Padahal makanan tersebut

belum tentu mengandung kaya zat gizi. Sedangkan masyarakat yang berpendapatan rendah

hanya bisa memilih makanan dengan jenis yang sedikit dan mayoritas adalah makanan pokok

beras yang menjadi sumber energi utama.

Menurut WNPG (Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi) IX tahun 2008 anjuran

konsumsi kalori masyarakat Indonesia sebesar 2.200 kkal/kap/hari. Sedangkan data BPS

menunjukan tingkat konsumsi kalori per kapita sehari dari tahun 2011 s.d 2013 mengalami

penurunan 1852 kkal/kap/hari hingga 1842 kkal/kap/hari. Data tersebut menunjukan bahwa

setiap kenaikan inflasi harga pangan mempengaruhi tingkat konsumsi kalori masyarakat

Indonesia yang menurun. Sehingga asupan kalori masyarakat setiap harinya tidak bisa

terpenuhi dan jika terjadi dalam waktu lama bisa menimbulkan masalah malnutrisi di

masyarakat.

Page 4: malnutrisi akibat inflasi

D. Kesimpulan

Berdasarkan argument diatas dapat simpulkan bahwa persentase anak Indonesia secara

nasional terjadi penurunan prevalensi masalah gizi pada balita, tetapi masih terdapat

kesenjangan antar provinsi yang memiliki prevalensi gizi kurang dan buruk diatas prevalensi

nasional. Masalah malnutrisi tidak hanya di alami oleh balita dari keluarga yang

berpendapatan rendah tetapi juga dari keluarga berpendapatan tinggi. Hal ini disebabkan oleh

pola konsumsi pangan masyarakat yang berkaitan dengan pendapatan dan adanya

peningkatan inflasi harga pangan setiap tahun. Sehingga masyarakat berpendapatan rendah

untuk memenuhi kebutuhan gizi keluarganya dengan daya beli rendah dalam mendapatkan

bahan pangan yang kualitas dan kuantitas baik serta hanya bisa memilih makanan dengan

jenis yang sedikit dan mayoritas adalah makanan pokok beras yang menjadi sumber energi

utama. Jika balita terus menerus diberi hanya makanan berkarbohidrat dan asupan zat gizi

lainnya kurang bisa menimbulkan masalah gizi lebih.

Page 5: malnutrisi akibat inflasi

Daftar Pustaka

Ariani, Mewa. 2010. Analisis Konsumsi Pangan Tingkat Masyarakat Mendukung Pencapaian Diversifikasi Pangan. http://www.persagi.org/document/makalah/67_makalah.pdf. Diakses pada 8 November 2013

Badan Pusat Statistik. 2013. Indikator Konsumsi Terpilih, Indonesia 1999, 2002-2013. http://www.bps.go.id/tab_sub/excel.php?id_subyek=05%20&notab=8. Diakses pada 9 November 2013

Boediono. 2000. Ekonomi Moneter, edisi 3, BPFE, Yogyakarta. dalam Daulay, Murni. 2010, Metodologi Penelitian Ekonomi, USU Press

Departemen Kesehatan. 2010. Laporan Riskesdas 2010. http://www.litbang.depkes.go.id/sites/download/buku_laporan/lapnas_riskesdas2010/Laporan_riskesdas_2010.pdf. Diakses 8 November 2013

Resnia, Ranni. 2012. Fluktuasi Harga Bahan Pangan Pokok (Bapok) Dan Daya Beli Kelompok Masyarakat Berpendapatan Rendah. http://www.kemendag.go.id/files/pdf/2013/06/26/-1372216668.pdf#view=Fit. Diakses pada 9 November 2013

Kementerian Perdagangan. 2013. Inflasi Menurut Kelompok Pengeluaran. http://www.kemendag.go.id/id/economic-profile/economic-indicators/inflation. Diakses pada 9 November 2013

Santoso. 2003. Kesehatan dan Gizi. Rineka Cipta. Jakarta

Sukirno, Sadono. (2002). Pengantar Teori Mikro ... Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Cetakan ke-3. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Page 6: malnutrisi akibat inflasi

EKONOMI PANGAN DAN GIZI

MALNUTRISI AKIBAT INFLASI HARGA BAHAN PANGAN

Oleh :

Shasanti Ismi Pramesti G1H011012

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMI-ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI ILMU GIZI

2013

Page 7: malnutrisi akibat inflasi