Male Breast Carcinoma Fix Jurnal
-
Upload
christophore-santoso -
Category
Documents
-
view
21 -
download
1
Transcript of Male Breast Carcinoma Fix Jurnal
Male Breast Carcinoma: Epidemiology, Risk Factors and Current
Therapeutic Approaches
Abstrak
Kanker payudara pria adalah penyakit yang sangat langka dengan angka kejadian sekitar
0,5-1% dibandingkan dengan kanker payudara perempuan, tapi relatif sedikit yang diketahui
tentang penyebabnya. Strategi pengobatan untuk kanker payudara pada laki-laki berasal dari
studi yang dilakukan pada wanita. Kemungkinan alasan karena disamping kasus yang lebih
banyak, diagnosa yang lambat pada stadium III atau IV atau mungkin karena kurangnya
kesadaran pasien. Kelangkaan penyakit menghalangi calon uji klinis acak. Prospektif penelitian
ini mengkaji kanker payudara laki-laki dan faktor risiko, rekomendasi untuk diagnosis dan
penatalaksanaan pasien dengan kanker payudara laki-laki.
Pendahuluan
Kanker payudara laki-laki (MBC) adalah penyakit yang sangat langka dibandingkan
dengan kanker payudara wanita (FBC) tetapi relatif sedikit yang diketahui tentang penyebabnya.
Memiliki puncak kejadian pada usia 71 tahun, sedangkan kejadian untuk kanker payudara
perempuan memiliki dua puncak, yaitu pada usia 52 dan 71 tahun. Pria memiliki sejumlah kecil
jaringan payudara daripada wanita, tetapi faktor-faktor yang mempengaruhi keganasan pada
wanita sama pada pria juga. Kanker payudara laki-laki telah dijelaskan oleh beberapa penulis
sama seperti kanker payudara di pascamenopause perempuan. Diagnostik dan strategi dan
rekomendasi pengobatan kurang memuaskan dibandingkan dengan kasus yang sama pada wanita
dengan stadium awal atau kanker payudara metastasis. Strategi pengobatan untuk laki-laki
kanker payudara tidak didasarkan pada data dari studi klinis acak. (Giordano et al., 2004;
Rossman et al., 2007; Contractor et al., 2008; Anderson et al., 2010).
Faktor Risik
Riwayat keluarga dapat mempengaruhi angka kejadian kanker payudara laki-laki.
Diperkirakan 15% dari semua MBC adalah keturunan. Gen BRCA2, ditemukan pada tahun
1994, telah terbukti berhubungan dengan MBC. Peningkatan resiko MBC pada pembawa gen
BRCA2 diperkirakan lebih tinggi pada usia 70 tahun. BRCA2 dikaitkan dengan kanker
1
payudara dan kanker ovarium pada wanita dan kurang kuat kaitannya dengan MBC
dibandingkan dengan BRCA2. Mutasi genetik lainnya mengakibatkan MBC termasuk mutasi
gen reseptor androgen (AR), CYP 17 polymorphysm, mutasi CHEK2 (Li Fraumeni sindrom),
mutasi PTEN (Sindrom Cowden), dan sindrom Lynch (herediter nonpolyposis kanker kolorektal,
HNPCC). Menurut data, MBC meningkat 30 kali lipat pada sisi kontralateral, yang jauh lebih
tinggi daripada peningkatan 2 sampai 4 kali lipat yang diamati pada wanita. (Meijers-Heijboer et
al, 2002;. Levy-Lahad et al, 2007;. Lanitis et al, 2008.;Mohamad dkk, 2008;. Daly et al, 2009;.
Ottini et al, 2009.; Ottini et al, 2010;. Taber Johansen et al, 2010).
Faktor risiko lainnya adalah sindrom Klinefelter. Diantara 3.518 pasien dengan sindrom
Klinefelter 5 orang meninggal karena kanker payudara. Peningkatan estradiol telah terdeteksi di
sirkulasi hingga dua kali batas normal atas. Hal ini menjelaskan bahwa kelainan kromosom
cenderung membuat rentan terhadap kanker, peningkatan estradiol di MBC mungkin juga
disebabkan karena perubahan hormonal. (Swerdlow et al, 2005;. Kontraktor et al, 2008.).
Selain itu, efek peningkatan kadar prolaktin cukup menarik . Beberapa kasus dalam
literatur menggambarkan hubungan antara MBC dan hipofisis prolaktinoma. Karena stimulasi
yang disebabkan hiperprolaktinemia menyebabkan perubahan jaringan payudara laki-laki dari
premalignant ke MBC. Risiko kanker payudara pada wanita dengan prolaktinoma tidak
diketahui (Forloni et al., 2001).
Ada beberapa pekerjaan yang meningkatkan resiko MBC seperti tempat kerja dengan
suhu tinggi dan medan magnet frekuensi rendah (Brinton et al., 2008). Kanker prostat
berhubungan dengan MBC. Keduanya merupakan hormonal responsif tumor. Menurut beberapa
laporan, penggunaan jangka panjang anti-androgen dan estrogen dalam pengobatan kanker
prostat telah mengakibatkan MBC (Dicker et al, 2003;. Thellenberg et al, 2003;. Coard et al,.
2004; Chianakwalam et al, 2005).. Radiasi eksternal memiliki dikaitkan dengan beberapa kasus
MBC, untuk perawatan penyakit Hodgkin (Cutuli et al., 2001). Singkatnya, faktor risiko yang
terkait dengan kanker payudara laki-laki diperlihatkan pada Tabel 1.
2
Table 1. Faktor Resiko untuk kanker payudara laki-laki
Sejarah kanker BRCA-sugestif, baik pada diri sendiri atau keluarga
Mutasi BRCA
Mutasi gen reseptor androgen
Mutasi CHEK2 (Li-Fraumeni sindrom)
CYP 17 polymorphysm
Mutasi PTEN (sindrom Cowden)
Herediter nonpolyposis kanker kolorektal (sindrom Lynch)
Sindrom Klinefelter
Eksogen estrogen atau terapi anti-androgen (kanker protat), obat prolaktin (hipofisis
prolaktinoma)
Lingkungan (suhu tinggi, frekuensi rendah,medan magnet)
Gejala Klinis
Delapan puluh lima persen dari MBCS muncul sebagai massa subareolar. Karena
anatomi yang unik dari payudara laki-laki, puting memiliki ulserasi atau pus lebih sering
daripada perempuan. (Giordano et al., 2004). Kondisi ini pada pria harus selalu diselidiki dengan
biopsi (Ribeiro et al., 1996). Kanker payudara pria harus didiagnosis dengan kombinasi
pemeriksaan klinis, mamografi dan biopsi. Histopatologi memungkinkan penentuan
keganasan dan kelenjar limfe aksila (Ribeiro et al., 1996).
Sekitar 90% tumor pada wanita secara patologi adalah karsinoma duktal. Kanker
payudara pada laki-laki tampaknya mirip kanker payudara perempuan pada pascamenopause
karena memiliki estrogen (ER) dan progesteron reseptor (PR) yang positif serta low grade
nuklear. Data-data ini sebagian ditentang oleh Cutuly dkk yang menjelaskan bahwa 12-20%
kanker payudara laki-laki stadium I, 54-58% stadium II dan 17-33% stadium III. (Cutuli et al.,
2007).
Dalam laporan yang sama jumlah estrogen dan progesteron reseptor positif adalah 75-
92% dan 54-77%. Data ini sama dengan yang ditemuan pada wanita dengan kanker payudara.
Kanker payudara pada laki-laki tidak bisa langsung dikategorikan sebagai kanker dengan risiko
rendah (Cutuli et al., 2007). Namun, dalam penelitian lain telah diperiksa pembesaran kelenjar
3
limfe di aksila sering didapatkan. Cutuli dkk telah menemukan dari 308 pasien, hanya 44% tidak
didapatkan pembesaran kelenjar limfe aksila dan 26% didapatkan empat atau lebih pembesaran
kelenjar limfe aksila (Cutuli et al., 1995). Data serupa telah dipresentasikan oleh penulis lain
dengan 43-53,5% pasien tidak didapatkan pembesaran kelenjar limfe aksila pada penelitian yang
melibatkan 56-170 pasien (Giordano et al, 2004;.. Macdonald et al, 2005).
Selanjutnya pengujian genetik dianjurkan untuk pria dan wanita yang didiagnosis dengan
kanker payudara dan memiliki riwayat keluarga yang kuat dengan mutasi BRCA. (ASCO
Working Group on Genetic Testing for Cancer Susceptibility, 2007).
Pilihan Terapi
Dasar pengobatan untuk kanker payudara laki-laki adalah operasi (Kontraktor et al.,
2008). Prosedur bedah yang paling umum untuk pria adalah mastektomi radikal yang
dimodifikasi. Prosedur diagnosis sentinel node juga telah diteliti pada pasien kanker payudara
laki-laki. Kejadian sentinel node positif cenderung lebih tinggi pada laki-laki dibandingkan
perempuan, 37% vs 22,3% (p = 0,1) (Cimmino et al, 2004;.. Boughey et al, 2006). Namun,
operasi konservasi payudara dengan dan tanpa radioterapi sebagaimana halnya prosedur bedah
yang lebih radikal juga telah digunakan (Cutuli et al., 2007). Pada kanker payudara lokal stadium
lanjut, terapi neoadjuvan seperti endokrin dan atau kemoterapi harus diterapkan pada laki-laki.
Indikasi untuk radioterapi pasca-operasi adalah penyebaran metastasis ke kulit dan atau
otot-otot dada dan areola, batas yang tidak adekuat dan metastase yang menyebar ke kelenjar
getah bening aksila. (Kontraktor et al., 2008). Cutuli et al (1995) menggunakan radioterapi pasca
operasi pada sekitar setengah dari jumlah pasien dalam sebuah studi dari 397 pasien. Sembilan
dari 190 pasien mengalami rekuren lokal setelah pemberian radioterapi pasca operasi, sementara
21 rekuren lokal diamati pada 183 pasien yang tidak menerima radioterapi pasca operasi.
Selanjutnya penelitian lain yang dilakukan pada 43 pasien menunjukkan bahwa pada kelompok
yang mendapatkan terapi radiasi pasca operasi, mengalami rekuren local yang berkurang (1/10
vs 30/8) (Willsher et al., 1997). Hasil yang sama diamati pada empat laporan lain untuk total 83
pasien (Gennari et al., 2004). Data ini harus dilihat dengan hati-hati karena metode perbandingan
tidak akurat. Kesimpulan yang diambil dari laporan ini menunjukkan efek yang sama dalam
mengurangi rekurensi lokal dengan radioterapi pasca-operasi pada laki-laki sebagaimana halnya
dengan perempuan di beberapa studi acak (Clarke et al,2005).
4
Gennari dkk menyatakan bahwa pria dengan tumor yang lebih besar dari 1 cm dan / atau
semua laki-laki dengan lebih dari satu pembesaran kelenjar limfe aksila harus diberikan
radioterapi pasca-operasi. (Gennari et al., 2004). Radioterapi ini direkomendasikan bertujuan
untuk meningkatkan kontrol lokal dan memperbaiki kelangsungan hidup secara keseluruhan,
harus seimbang dengan kemungkinan efek samping radioterapi pada jaringan normal (Hooning
et al., 2007).
Penting untuk merencanakan radioterapi secara akurat. Hal ini untuk menyatakan bahwa
teknik radiasi harus tiga dimensi untuk menghindari radiasi ke jantung / arteri koroner dan
struktur pembuluh darah penting lainnya. Volume radiasi ke paru juga harus diminimalkan.
Dosis radiasi harus dosis standar yang dilaporkan untuk perempuan, yaitu 2Gy per fraksi dalam
25 fraksi. Tambahan radioterapi juga harus dipertimbangkan untuk pasien laki-laki dengan
margin bedah yang tidak optimal. Pernyataan tingkat kekambuhan dengan atau tanpa radioterapi
ditunjukkan pada Tabel 2.
Tabel 2. Studi Mengenai Angka Kejadian Relapse dengan atau tanpa Radioterapi
Studi Total Pasien Radioterapi Tanpa Radioterapi
Cutuli et al (1995) 397 9/190 21/183
Macdonald et al (2005) 60 2/60 1/60
Willsher et al (1997) 40 1/10 8/30
Terapi neoadjuvan sistemik
Tanda-tanda keganasan dan tingkat respon endokrin penting untuk jenis terapi
neoadjuvan. Ketika tumor tidak dapat dioperasi karena ulserasi tumor, adhesi tumor atau
infiltrasi dari jaringan sekitarnya, metastasis ke kelenjar getah bening yang sudah lanjut, keadaan
dan pilihan pengobatan harus didiskusikan dengan pasien.
Pada MBC yang tidak dapat dioperasi, pilihan pengobatan adalah terapi radiasi
preoperasi. Strategi ini telah dipelajari pada wanita dan telah menunjukkan tingkat kelangsungan
hidup yang sama seperti pada terapi adjuvan (Bergh et al., 2001). Selain itu, pada penelitian
secara acak pada tahap II pemberian aromatase inhibitor dan trastuzumab dengan Her-2/neu yang
dikombinasikan dengan kemoterapi juga telah diberikan sebagai terapi preoperasi pada wanita
5
(Buzdar et al, 2005;. Smith et al, 2005.; Pant et al., 2008). Keuntungan utama dari neoadjuvan
terapi adalah pasien perempuan dapat ditawarkan operasi konservasi payudara sementara itu
tidak menjadi motivasi bagi sebagian pria dengan kanker payudara. Keuntungan lain dari terapi
neoadjuvan adalah efek terapi dapat dilihat secara langsung dan juga pasien dengan respon
patologis lengkap memiliki hasil yang lebih baik. Singkatnya, strategi dan temuan terapi
preoperasi pada wanita juga harus digunakan pada laki-laki dengan kanker payudara,
menerapkan prinsip-prinsip dan indikasi yang sama, meskipun kekurangan data dari studi acak
(Buzdar et al, 2005;.. Smith et al, 2005).
Terapi Adjuvan sistemik
Terapi adjuvan dengan limfadenopati negatif pada kanker payudara pria harus dilakukan
didasarkan pada prinsip yang sama seperti kanker payudara wanita dengan limfadenopati negatif.
Tidak ada bukti selama ini bahwa respon pengobatan dipengaruhi oleh prinsip yang berbeda
pada pria dan perempuan. Tamoxifen masih dianggap sebagai pilihan terapi adjuvan anti-
endokrin optimal untuk pasien pria dengan penyakit endokrin responsif. Namun, rekomendasi
pengobatan ini tidak berdasarkan data dari percobaan prospektif acak (Smith et al., 2005).
Ribeiro et. al dalam satu studi dengan 39 pasien kanker payudara laki-laki telah
menunjukkan 17% peningkatan absolut kelangsungan hidup sampai 5 tahun (Ribeiro et al.,1996).
Namun hasil dari penelitian ini tidak dipercaya karena fakta bahwa pasien laki-laki yang
menerima tamoxifen hanya untuk satu atau dua tahun memberikan hasil yang sangat baik
sementara data dari perempuan menunjukkan hasil yang sama dalam jangka waktu 5 tahun
(Nordenskjold et al, 2005.).
Produksi estrogen oleh testis bertanggung jawab untuk 20% estradiol dalam sirkulasi
(Handesman et al.,2001). Nilai estradiol adalah 3-4 kali lebih tinggi pada laki-laki tua,
dibandingkan pada wanita pascamenopause. Anastrozole yang diberikan dengan dosis 0,5 atau
1.0 mg selama 10 hari sampai 16 tahun pada laki-laki tua dapat mengurangi estradiol sekitar
50%, sedangkan testosteron meningkat sebesar 41-61% (Mauraset al, 2000.). Hal ini disebabkan
oleh aktivasi umpan balik dari hipotalamus-hipofisis mengakibatkan pelepasan gonadotropin.
Letrozole menunjukkan penurunan linear dari estradiol, dosis 2-3mg menghasilkan
penurunan estradiol sebanyak 70-80% pada laki-laki (Trunet et al, 1993.).
6
Kita bisa menyatakan bahwa inhibitor aromatase dapat bekerja lebih baik, jika fungsi
testis terkontrol, baik dengan pembedahan atau tindakan medis orkidektomi yang lebih disukai
karena tidak ireversibel (Turner et al., 2000). Kami memiliki lebih banyak studi tentang
konsekuensi dari kemoterapi adjuvan pada angka kejadian rekuren dan kelangsungan hidup
secara keseluruhan pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki (O'Malley et al., 2002). Laki-
laki telah diobati dengan berbagai jenis regimen adjuvan seperti CMF (methotrexate
siklofosfamid, dan 5-fluorouracil), dengan kombinasi anthracycline dan juga taxanecontaining.
(Giordano et al., 2005). Giordanoet al. mempelajari 156 pasien kanker payudara laki-laki,
diterapi antara tahun 1944-2001 dan mereka menyimpulkan bahwa penggunaan anthracycline
dan tamoxifen berdasarkan terapi adjuvan meningkatkan angka bebas dari penyakit and
kelangsungan hidup secara keseluruhan. Secara terperinci, kemoterapi ajuvan untuk pasien
limfadenopati positif menghasilkan hazard rasio 0,78, yang secara statistik tidak signifikan.
Disisi lain, kelangsungan hidup secara keseluruhan untuk terapi adjuvan anti-endokrin
menghasilkan rasio hazard 0,45 dan nilai ini signifikan secara statistik (p = 0,01). Hasil tersebut
di atas harus diinterpretasikan dengan hati-hati karena berdasarkan pada riwayat kontrol dengan
pasien yang relatif sedikit (Romond et al., 2005).
Mengandalkan pengalaman pada wanita dan dari data yang tidak acak pada laki-laki,
laki-laki dengan kanker payudara harus ditawarkan kemoterapi adjuvan terutama dengan
penyakit reseptor hormon negatif. Terutama untuk tumor non-responsif terhadap pengobatan
anti-endokrin dan untuk tumor yang menampakkan kondisi yang tidak pasti. Namun, pada saat
diagnosis laki-laki pada umumnya lebih tua dan dengan demikian mereka memiliki
kemungkinan yang lebih tinggi untuk memiliki kontraindikasi medis untuk menerima kemoterapi
konvensional. Untuk laki-laki dengan kanker payudara HER2/neu terutama untuk pasien dengan
limfadenopati positif, trastuzumab harus didiskusikan dan kemungkinan besar ditawarkan,
berdasarkan data acak dari penelitian pada perempuan (Smith et al, 2007.). Adjuvan trastuzumab
belum berdasarkan bukti, sehingga penggunaannya harus dipertimbangkan di bawah evaluasi
klinis.
7
Terapi Penyakit Metastasis
Prosedur yang sama diterapkan pada pria dengan kanker payudara rekuren seperti pada
wanita. Pada masa lalu kanker payudara laki-laki telah diberikan prosedur pembedahan ablatif
yang berbeda-beda seperti adrenalektomi, hypophysectomy dan orkidektomi. Prosedur
pembedahan radikal ini menghasilkan tingkat respons 55-80% (Giordanoet al, 2004;. Zabolotny
et al, 2005;. Kontraktor et al, 2008). Saat ini, berdasarkan kriteria manfaat dan resiko, terapi
bedah ablatif harus diganti dengan terapi medis modern. Tamoxifen tetap modalitas utama
pengobatan anti-endokrin untuk kanker payudara pria dengan reseptor positif hingga saat ini.
Lebih lanjut terapi pengobatan selain anti-endokrin dan terapi endokrin juga telah diterapkan
seperti inhibitor aromatase, androgen, anti-androgen, kortikosteroid, estrogen dan progestagenes
dosis tinggi (Giordano et al, 2004;. Kontraktor et al, 2008.). obat-obat ini harus digunakan sesuai
dengan respon atau rekurensi penyakit. Penggantian obat-obat tersebut menunjukan tingkat
respon yang lebih baik. (Giordano et al, 2004;. Zabolotny et al, 2005;. Nahleh et al, 2006;.
Kontraktor et al, 2008). Pada kanker payudara laki-laki dengan penyakit aggressive secara
biologis dan dengan reseptor negatif harus dilakukan kemoterapi sistemik. (Gancberg et al.,
2002).
Prognosis
Secara keseluruhan, faktor prognosis untuk kanker payudara laki-laki
(MBC) adalah sama seperti pada kanker payudara perempuan (FBC),
keterlibatan kelenjar getah bening merupakan hal yang paling penting di antara tanda-tanda yang
lain. Kelangsungan hidup setelah 5 dan 10 tahun adalah 90% dan 84% masing-masing pada
pasien dengan limfadenopati negatif dibandingkan 65% dan 44% untuk pasien dengan
limfadenopati positif. (Fisher et al., 1975). Prognosis lebih buruk jika empat atau lebih kelenjar
getah bening terlibat (kelangsungan hidup 10-tahun turun menjadi 14%). Faktanya bahwa pasien
dengan MBC lebih buruk daripada kanker payudara perempuan. (Donegan et al., 1998). Ini jelas
disebabkan karena usia yang lebih tua pada pasien MBC, presentasi komorbiditas dan harapan
hidup yang kurang pada pria. Kelangsungan spesifik penyakit sekitar 10% lebih tinggi dari
kelangsungan hidup secara keseluruhan MBC (Vetto et al, 1999;.. Rossman et al, 2007).
8
Kesimpulan
Kanker payudara pada pria adalah penyakit langka dibandingkan dengan wanita. Kanker
payudara pada laki-laki memiliki karakter yang sama seperti kanker payudara pada wanita. Laki-
laki, bagaimanapun, sering didiagnosis dengan stadium yang lebih lanjut, dengan 42% dari
pasien kanker payudara didiagnosis dengan stadium III / IV. Pengobatan neoadjuvan dan
adjuvan harus diterapkan pada pria seperti pada wanita, berdasarkan stadium tumor dan
karakteristik biologis. Penggunaan terapi adjuvan telah meningkatkan hasil terapi, meskipun data
acak tidak ada. Radioterapi lokal atau loko regional harus diterapkan lebih luas pada laki-laki,
terutama karena stadium yang lebih lanjut pada saat diagnosis. Dosis radioterapi adalah sama
seperti pada wanita. Oleh karena dinding dada yang tipis pemberian radioterapi harus akurat
untuk melindungi jaringan normal seperti jantung dan paru-paru. Tidak ada data ada untuk
hypofractionation karena jaringan payudara yang tipis pada pria. Pasien laki-laki dengan
penyakit metastasis harus diberiakan pengobatan yang sama seperti kanker metastasis lainnya,
berdasarkan pada lokasi metastasis tumor dan karakteristik klinis. Untuk saat ini dan dalam
waktu dekat, satu-satunya rekomendasi yang dapat dibuat adalah untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat tentang kanker payudara laki-laki, yang menghasilkan diagnosis kanker payudara
laki-laki pada stadium dini.
9