Carcinoma Tiroid Edit

29
Bagian Ilmu Bedah Tumor Longcase Fakultas Kedokteran September 2012 Universitas Hasanuddin Carcinoma Tiroid Oleh : Jeaneta Patrick C111 08 762 Nasrun 1102020059 Razan Syazana C 111 07 280 Fatmawati Umasugi 110203103 Kurniawati C 111 07 204 Andi Herlina 110203034 Albertus M.M.H C 111 08 298 M. Zahir C 111 06 261 Supervisor : Dr John Pieter Jr, Sp.B(K), Onk Dibawakan dalam Tugas Kepaniteraan Klinik 1

Transcript of Carcinoma Tiroid Edit

Page 1: Carcinoma Tiroid Edit

Bagian Ilmu Bedah Tumor Longcase

Fakultas Kedokteran September 2012

Universitas Hasanuddin

Carcinoma Tiroid

Oleh :

Jeaneta Patrick C111 08 762

Nasrun 1102020059

Razan Syazana C 111 07 280

Fatmawati Umasugi 110203103

Kurniawati C 111 07 204

Andi Herlina 110203034

Albertus M.M.H C 111 08 298

M. Zahir C 111 06 261

Supervisor :

Dr John Pieter Jr, Sp.B(K), Onk

Dibawakan dalam Tugas Kepaniteraan Klinik

Bagian Ilmu Bedah Tumor

Fakultas Kedokteran

Universitas Hasanuddin1

Page 2: Carcinoma Tiroid Edit

I. Identitas Pasien

• Nama : Ny. S

• Umur : 32 tahun

• Jenis Kelamin : Perempuan

• RM : 557918

• MRS : 30 Agustus 2012

• Status : Jamkesmas

• Kamar : L.2 Onkologi Kamar 8 Bed 1

II. Anamnesis

• KU : Benjolan pada leher

• AT : Disadari sejak kurang lebih 7 bulan yang lalu disertai dengan gangguan

menelan dan kesulitan berbicara dalam jangka waktu yang lama, tidak ada

perubahan suara, tidak ada sesak, tidak ada jantung berdebar-debar, tidak ada

peningkatan produksi keringat, tidak ada demam, tidak ada penurunan berat badan,

nafsu makan biasa, buang air besar biasa, buang air kecil lancar.

• Riwayat berobat di RSWS pada tanggal 5/7/2012-11/7/2012 dengan keluhan

demam, dan dirawat dengan diagnosa nodul tiroid bilateral dan diberikan terapi

simptomatik PCT 500mg 3x1 dan Alprazolam 0.5mg (0-0-1). Pasien berobat teratur

di poliklinik Endokrin Metabolik dan kemudian dikonsul ke Bedah Onkologi pada

tanggal 8/8/2012. Pasien MRS pada tanggal 30/8/2012 saat hasil FNA pasien

keluar.

• Tidak ada riwayat terpapar radiasi, tidak ada riwayat penyakit yang sama dalam

keluarga.

2

Page 3: Carcinoma Tiroid Edit

III. Status Generalis

• Sakit sedang/Gizi cukup/Sadar

IV. Status Vitalis

• T: 120/80 mmHg N: 84x/i P: 20x/i S: 36.7°C

V. Pemeriksaan Fisis

• Status lokalis

– Regio colli :

• Inspeksi : tampak massa tumor di bagian

leher sinistra dan dextra, warna kulit sama

dengan sekitar, edema (-), hematoma (-).

• Palpasi :

– teraba massa ukuran 3 x 2 cm di kiri

dan 2 x 2.5 cm di kanan, dan

konsistensi padat kenyal, permukaan

rata, tidak terfiksir, tidak ada nyeri

tekan , ikut gerak menelan.

VI. Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium 8 September 2012

• WBC : 7.73 CT/BT : 7/3

• RBC : 3.870.000 PT/APTT : 12,8/25,7

• HGB : 13,6 Ur/Kr : 21/0,7

• HCT : 41,6 Na : 134 K : 3,5 Cl : 1083

Page 4: Carcinoma Tiroid Edit

• PLT : 278.000 FT4 : 1,37 TSHs : 1,70

• GDS : 77 Alb : 4,1 Asam Urat : 2,9

• SGPT : 26

Foto Thorax PA 5 Juli 2012

Aspek bronchitis

4

Page 5: Carcinoma Tiroid Edit

USG Leher 5 Juli 2012

Nodul thyroid bilateral

5

Page 6: Carcinoma Tiroid Edit

CT-Scan Leher 13 Agustus 2012

Massa thyroid bilateral

FNA 23 Juli 2012

Neoplasma Folikulare Thyroidea

VII. Resume

Seorang wanita 32 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan tumor pada colli,

disadari sejak kurang lebih 7 bulan yang lalu disertai dengan gangguan menelan dan

kesulitan berbicara dalam jangka waktu yang lama.

Pada pemeriksaan status generalis, didapatkan: sakit sedang/gizi cukup/sadar.

Pada pemeriksaan status vitalis, didapatkan: T: 120/80 mmHg, N: 84x/menit,

P: 20x/menit, S: 36.7°C.

6

Page 7: Carcinoma Tiroid Edit

Dari hasil pemeriksaan fisis, pada regio colli didapatkan massa tumor ukuran 3x2

cm di colli sinistra dan ukuran 2x 2.5 di colli dextra, konsistensi padat kenyal, permukaan

rata, tidak terfiksir, ikut gerak menelan.

Dari hasil pemeriksaan CT-Scan leher dan USG leher didapatkan massa thyroid

bilateral dan pada FNA didapatkan hasil Neoplasma Folikulare Thyroidea.

VIII. Diagnosa, Staging, Status Penampilan

• Carcinoma Thyroid Bilateral

• T2N0M0, Stadium 2

• Karnofsky 70-80%

IX. Rencana Terapi

• Operatif

– Tiroidektomi total

– Ablasi tiroid dengan I radioaktif

• Terapi supresi dengan pemberian tiroksin

• Radiasi eksterna

X. Prognosis

• Berdasarkan kriteria AMES, prognosis tumor baik

7

Page 8: Carcinoma Tiroid Edit

Kanker tiroid adalah kanker yang terjadi pada sel–sel tiroid. Kelenjar tiroid

menghasilkan hormon tiroksin yang mengatur denyut jantung, tekanan darah, laju

metabolisme, suhu dan berat badan. Ada berbagai macam tipe dari kanker tiroid. Papillary

carcinoma dan follicular carcinoma merupakan tipe yang paling sering ditemui. Tipe lain

dari kanker tiroid seperti medullary carcinoma, anaplastic carcinoma, dan tiroid limpoma.

Kanker tiroid penyakit keganasan tersering ditemukan pada sistim endokrin, 1%

dari seluruh keganasan, di Indonesia menempati urutan 9 dari 10 keganasan yang sering

ditemukan. Pada daerah endemik insidensi kanker tiroid folikuler dan anaplastik lebih

sering, terutama pada usia lanjut. Sedangkan daerah yang kaya akan iodium (Iceland) tipe

papiler lebih menonjol. Golongan umur terutama pada usia 7-20thn dan 40-65thn, dimana

wanita lebih sering dari pada pria ; 3:1. Gambaran klinis yang sering ditemukan berupa

nodul tunggal (70-75%), sesak nafas, perubahan suara, sulit menelan, dan pembesaran

kelenjar getah bening leher. Insidensi kanker tiroid sangat dipengahuri oleh banyak faktor

antara lain : demografi, lingkungan, usia, riwayat keluarga dan pernah terpapar radiasi.

Berbagai modalitas dalam menegakkan diagnosis pasti nodul tiroid dan untuk

mengetahui jenisnya telah dikenal dalam dunia kesehatan. Mulai dari anamnesis sederhana,

pemeriksaan fisik, hingga pemeriksaan penunjang yang canggih dapat dipergunakan dalam

penanganan pasien dengan nodul tiroid. Pemeriksaan penunjang tersebut meiliputi

pemeriksaan kadar Thyroid-Stimulating Hormone (TSH) di dalam serum, Fine-Needle

Aspiration (FNA), ultrasonografi tiroid, hingga menggunakan “Thyroid scan”.

Penatalaksanaan dan terapi dari nodul tiroid selanjutnya tergantung pada hasil

pemeriksaan penunjang yang dilakukan. Terapi tersebut dapat meliputi pembedahan

ataupun terapi dengan pemberian hormon. Pembedahan yang dilakukan berupa lobectomy

baik itu total ataupun sebagian. Terapi hormon yang diberikan berupa hormon tiroksin (T4)

sesuai dengan indikasi.

8

Page 9: Carcinoma Tiroid Edit

I. Anatomi, Histologi dan Fisiologi Tiroid

1.1 Struktur anatomi dan histologi kelenjar tiroid

Kelenjar tiroid merupakan salah satu kelenjar endokrin pada manusia yang terletak

di bagian dalam dari otot sternotyhroid dan sternohyoid setinggi vertebra C5 sampai T1.

Kelenjar ini terdiri atas lobus kanan dan kiri yang terletak anterolateral dari laring dan

trakea. Isthmus merupakan bagian yang menyatukan kedua lobus tiroid sepanjang trakea,

biasanya di anterior dari cincin trakea kedua dan ketiga. Kelenjar tiroid dikelilingi oleh

kapsul fibrous yang tipis. Jaringan ikat padat melekatkan kapsul fibrous ke kartilage

krikoid dan cincin trakea superior. Di luar kapsul adalah jaringan ikat longgar yang

dibentuk oleh lapisan viscera dari pretracheal deep cervical fascia.

Suplai darah kelenjar tiroid berasal dari sepasang arteri tiroid superior dan inferior.

Arteri tiroid superior merupakan cabang pertama dari arteri karotid eksternal. Arteri tiroid

superior menuju ke kelenjar dan terbagi menjadi cabang anterior dan posterior. Arteri tiroid

inferior merupakan cabang terbesar dari thyrocervical trunk, berjalan superomedial dan

posterior dari selubung karotid untuk mencapai aspek kelenjar tiroid. Pada sekitar 10%

orang, ima thyroid artery berasal dari brachiocephalic trunk atau cabang aorta. Arteri kecil

ini berjalan ke atas pada permukaan anterior trakea dan menuju ke isthmus kelenjar tiroid.

Gambar 1.1 kelenjar tiroid (Sumber: Netter, 2000)

9

Page 10: Carcinoma Tiroid Edit

Tiga pasang vena biasanya mengalirkan vena dari pleksus tiroid pada permukaan

anterior kelenjar tiroid dan trakea. Vena tiroid superior mengalirkan darah dari kutub

superior kelenjar, vena tiroid tengah mengalirkan darah dari pertengahan lobus dan vena

tiroid inferior mengalirkan darah dari kutub inferior dan atau isthmus. Vena tiroid superior

dan tengah mengalirkan darah ke vena jugular internal dan vena tiroid inferior mengalirkan

darah ke vena brachiocephalic (kebanyakan yang kiri).

Pembuluh limfa kelenjar tiroid berhubungan dengan jaringan kapsular pembuluh

limfa. Dari bagian superior lobus dan isthmus kelenjar, pembuluh limfa mengalir menuju

superior deep cervical lymph nodes. Pada bagian inferior kelenjar tiroid, pembuluh limfa

mengalir menuju inferior deep cervical lymph nodes. Beberapa pembuluh limfa mengalir

menuju brachiocephalic nodes atau thoracic duct.

Persarafan kelenjar tiroid berasal dari bagian superior, tengah, dan inferior dari

ganglion simpatik servikal. Menuju ke kelenjar melewati cardiac serta pleksus periarterial

superior dan inferior bersama-sama dengan arteri tiroid. Serabut ini bersifat vasomotor

sehingga dapat menyebabkan konstriksi pembuluh darah.

Gambar 1.2 kelenjar tiroid beserta vaskular, kelenjar getah bening dan saraf

(Sumber: Netter, 2000)

10

Page 11: Carcinoma Tiroid Edit

Pada pemeriksaan mikroskopis, kelenjar tiroid terdiri dari folikel-folikel dengan

berbagai ukuran. Folikel-folikel tersebut mengandung material “colloid” dan dikelilingi

oleh lapisan epitel tiroid. Folikel ini nantinya akan mensintesis tiroglobulin yang nantinya

akan disekresikan ke dalam lumen folikel. Sejumlah mikrovili muncul dari permukaan

folikel ke arah lumen, dimana mikrovili ini berperan dalam endositosis tiroglobulin yang

nantinya akan dihidrolisis di dalam sel untuk melepaskan hormon tiroid.

Gambar 1.3 Struktur histologis dari kelenjar tiroid (Sumber: Greenspan, 2003)

1.2 Fisiologi kelenjar tiroid

Hormon tiroid yang disintesis oleh kelenjar tiroid sangat tergantung pada jumlah

dari iodium yang masuk kedalam tubuh kita. Jumlah optimal asupan iodium per hari yang

direkomendasikan oleh World Health Organization (WHO) dapat dilihat pada tabel 1.1 di

bawah ini.

11

Page 12: Carcinoma Tiroid Edit

Tabel 1.1 Jumlah asupan iodum per hari (Sumber: Greenspan, 2003)

Kategori Jumlah Asupan Iodium

Bayi baru lahir – usia 1 tahun 50 µg/hari

Usia 1 - 6 tahun 90 µg/hari

Usia 7 - 12 tahun 120 µg/hari

Orang dewasa 150 µg/hari

Ibu hamil dan menyusui 200 µg/hari

Iodium yang dibutuhkan untuk sintesis hormon tiroid diperoleh dari makanan dan

juga minuman dalam bentuk iodida atau ion iodat. Ion iodat tersebut nantinya akan

dikonversi menjadi iodida di dalam lambung. Iodida tersebut nantinya akan diabsorpi dari

saluran cerna ke dalam darah. Biasanya sebagian besar dari iodida tersebut dengan cepat

dikeluarkan oleh ginjal, setelah seperlima dari asupan iodium tersebut diserap oleh sel-sel

tiroid untuk sintesis hormon tiroid.

Sintesis dari hormon tiroid dalam kelenjar tiroid meliputi 5 tahapan utama yaitu:

a. Transport aktif ion iodida melewati membran basal menuju ke dalam sel

tiroid (iodide trapping)

b. Oksidasi dari iodida dan iodinasi dari residu tirosil pada tiroglobulin.

c. Coupling dari molekul iodotirosin dalam tiroglobulin untuk membentuk

hormon tiroid

d. Proteolisis dari tiroglobulin, yang nantinya akan menyebabkan pelepasan dari

iodotironin dan iodotirosin

e. Deiodinasi dari iodotirosin dalam sel tiroid oleh enzim deiodinase intratiroid.

12

Page 13: Carcinoma Tiroid Edit

Sekitar 90 % hormon tiroid yang dilepaskan ke dalam sirkulasi berupa tiroksin (T4).

Sedangkan 10 % sisanya dalam bentuk triiodotironin (T3) yang merupakan bentuk aktif dari

hormon tiroid. Walaupun demikian sebagian besar T4 di jaringan perifer akan dirubah

menjadi T3 ataupun bentuk metabolit inaktif yakni reverse T3. Di dalam sistem sirkulasi,

sebagian besar T4 dan T3 berikatan dengan protein plasma, dimana 80 % berikatan dengan

T4-binding globulin, 10 % - 15 % berikatan dengan T4-binding prealbumin, dan sisanya

berikatan dengan albumin.

Hormon tiroid memiliki efek di tingkat selular, organ dan sistemik3. Di tingkat

seluler hormon tiroid menyebabkan transkripsi inti dari sejumlah besar gen. Oleh karena

itu, sejumlah besar enzim protein, protein transport, protein struktural, dan zat lainnya akan

meningkat. Hasil akhir dari semuanya ini adalah peningkatan menyeluruh dari aktifitas

fungsional di seluruh tubuh4. Di tingkat organ, hormon tiroid memiliki beberapa efek antara

lain meningkatkan denyut jantung dan kontraktilitasnya sehingga akan meningkatkan juga

curah jantung, meningkatkan konsumsi O2 dan produksi CO2 yang akan dikompensasi

dengan peningkatan pernapasan pasien dan juga volume tidal, juga meningkatkan

pembentukan tulang. Sedangkan efek hormon tiroid di tingkat sistemik adalah

meningkatkan metabolisme selular dan produk akhir metabolisme dimana akan

mengakibatkan terjadinya vasodilatasi dan peningkatan dari aliran darah ke dalam jaringan.

Untuk menjaga agar tingkat metabolisme dalam tubuh tetap normal, maka setiap

saat harus disekresikan hormon tiroid dalam jumlah yang tepat. Agar hal ini dapat tercapai,

terdapat beberapa mekanisme pengaturan hormon tiroid, antara lain:

Hypothalamic-pituitary-thyroid axis, dimana thyrotropin-releasing hormone (TRH)

dari hipotalamus menstimulasi dan melepaskan thyroid-stimulating hormone (TSH)

kelenjar pituitari anterior, dimana nantinya akan merangsang sekresi dari hormon

tiroid.

Enzim deiodinase di kelenjar pituitari dan jaringan perifer yang memodifikasi efek

dari T4 dan T3.

Autoregulasi sintesis hormon tiroid oleh kelenjar tiroid itu sendiri dalam

hubungannya dengan suplai iodium.

13

Page 14: Carcinoma Tiroid Edit

Stimulasi atau inhibisi dari fungsi tiroid oleh TSH receptor autoantibodies.

Gambar 1.4 Pengaturan hormon tiroid melalui Hypothalamic-pituitary-thyroid axis

(Sumber: Greenspan, 2003)

II. Kanker Tiroid

2.1 Definisi dan Klasifikasi

Kanker tiroid merupakan suatu kelainan sel dimana sel tersebut mengalami

pertumbuhan yang tidak terkontrol yang mengenai kelenjar yang terletak di bagian dalam

dari otot sternotyhroid dan sternohyoid setinggi vertebra C5 sampai T1. Kelenjar ini terdiri

atas lobus kanan dan kiri yang terletak anterolateral dari laring dan trakea.

Ada berbagai macam tipe dari kanker tiroid. Papillary carcinoma dan follicular

carcinoma merupakan tipe yang paling sering ditemui. Tipe lain dari kanker tiroid seperti

medullary carcinoma, anaplastic carcinoma, dan tiroid limpoma. Angka kejadian 3 tipe

terakhir tidaklah begitu banyak. Sekitar 80% dari kejadian kanker tiroid merupakan tipe

dari papilllary carcinoma, sedangkan 10% nya merupakan angka kejadian dari follicular

carcinoma14

Page 15: Carcinoma Tiroid Edit

Papillary carcinoma

Biasanya jenis kanker ini berkembang dengan sangat lambat dan hanya pada satu

lobus dari kelenjar tiroid, tetapi terkadang dapat mengenai kedua lobusnya. Walaupun

perkembangannya lambat, tipe ini sering kali menyebar ke kelenjar limfa di leher.

Kebanyakan dari tipe ini dapat diobati dengan baik dan jarang bersifat fatal.

Follicular carcinoma

Tipe kanker ini sering terjadi pada daerah dimana penduduknya tidak cukup

mendapatkan iodine dalam makanan mereka. Kanker ini biasanya menetap di kelenjar

tiroid dan jarang menyebar ke kelenjar limfa tetapi dapat menyebar ke bagian lain dari

tubuh seperti paru-paru dan tulang. Prognosis dari follicular carcinoma tidak sebaik dari

papillary carcinoma tetapi cukup baik dari banyaknya kasus yang ada.

Medullary karsinoma

Terjadi pada sekitar 4% dari semua kejadian kanker tiroid. Kanker ini berasal dari

sel C pada kelenjar tiroid. Terkadang kanker dapat menyebar ke kelnjar limfa, paru, dan

hati sebelum nodul tiroid ditemukan. Kanker tipe ini melepaskan calcitonin dan

carcinoembryonic antigen (CEA) ke dalam darah. Prognosis dari kanker ini tidak sebaik

kanker papillary dan follicular karena tidak dapat menyerap iodine radioaktif. Ada dua tipe

dari medullary carcinoma yaitu sporadic medullary thyroid carcinoma dan familial.

Anaplastik karsinoma

Merupakan tipe yang paling jarang (sekitar 2% dari seluruh kejadian). Tipe ini

disebutkan terbentuk dari riwayat tipe papillary dan atau follicular. Sifat dari kanker ini

sangat agresif dan sangat cepat menginvasi daerah leher, serta daerah lain di seluruh tubuh

sehingga sangat sulit untuk disembuhkan.

15

Page 16: Carcinoma Tiroid Edit

2.2 Etiologi

Kanker tiroid berasal dari 2 sel yang menyusun kelenjar tiroid. Endodermal

folikular sel merupakan asal dari papilari, folikular dan anaplastik karsinoma. Sedangkan

neuroendokrin-derived calcitonin-producing C sel diduga asal dari medulari karsinoma.

Adanya riwayat paparan radiasi di daerah leher secara signifikan meningkatkan resiko

terjadinya keganasan pada kelenjar tiroid terutama tipe papillary carcinoma. Rendahnya

konsumsi yodium dapat pula menyebabkan kanker tiroid tipe folikular dan anaplastik.

Riwayat keluarga dengan kanker tiroid merupakan faktor resiko lain yang dapat

menyebabkan seseorang terkena. Kanker tiroid tipe medular berhubungan dengan

perubahan yang terjadi pada gen RET dan gen ini dapat diturunkan dari orang tua kepada

anaknya. Hampir semua orang dengan kelainan gen ini mendapatkan kanker tiroid.

Kebanyakan wanita di Amerika Serikat lebih sering mengidap penyakit ini

dibandingkan dengan pria. Perbandingan yang terjadi sekitar 1:3. Faktor usia juga menjadi

salah satu resiko penyebab. Kejadian kanker tiroid lebih sering terjadi pada orang dengan

usia lebih dari 40 tahun sedangkan untuk tipe anaplastik biasanya dengan umur lebih dari

60 tahun.

2.3 Manifestasi klinis

Sebagian besar kanker tiroid muncul sebagai benjolan yang bersifat tidak nyeri,

dapat teraba dan soliter. Umur dari pasien merupakan sesuatu yang penting karena

berhubungan dengan jenis dari nodul. Kebanyakan nodul bersifat ganas apabila umur

pasien melebihi 60 tahun atau kurang dari 30 tahun. Selain itu, apabila nodul pada kelenjar

tiroid ditemukan pada laki-laki maka akan cenderung bersifat ganas. Pertumbuhan yang

cepat dari besarnya nodul dapat pula mengindikasikan keganasan.

Gejala awal dari kanker tiroid seringkali tidak terlihat jelas dan spesifik. Namun

apabila pertumbuhan kanker terus terjadi maka akan menimbulkan beberapa gejala. Bila

pasien datang dengan suara serak maka hal ini dapat dijadikan pertanda adanya 16

Page 17: Carcinoma Tiroid Edit

keikutsertaan dari recurrent laryngeal nerve dan paralisis dari vocal cord oleh karena

pendesakan dari nodul. Disphagia dapat terjadi apabila telah terjadi obstruksi akibat dari

pembesaran nodul. Penurunan berat badan dapat mengindikasikan adanya keganasan.

2.4 Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan yang dilakukan adalah dengan melakukan palpasi pada kedua lobus

kelenjar tiroid, dan keakuratannya sangat tergantung pada pemeriksa. Pada pemeriksaan

penderita, nodul tiroid yang kita dapatkan mungkin saja bersifat nodular atau halus, lokal

ataupun difus, keras atau lembut, dapat dimobilisasi atau terfiksir, dan terasa nyeri saat

dipegang ataupun tidak. Nodul yang berukuran kurang dari 1 cm mungkin saja tidak dapat

terpalpasi kecuali nodul tersebut terletak pada bagian anterior dari lobus tiroid.

Selain palpasi dari nodul tiroid tersebut, kita juga perlu memeriksa apakah ada

pembesaran dari kelenjar getah bening pada daerah kepala dan leher. Karena salah satu

tanda dari keganasan tiroid adalah terdapatnya limpadenopati pada daerah servikal

disamping dari ditemukannya nodul yang lebih dari 4 cm, keras dan terfiksir, atau suara

serak.

2.5 Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan diagnosis

banding yang ada. Pada kanker tiroid, karena keluhan yang paling sering dikatakan oleh

pasien ialah adanya benjolan atau nodul di daerah leher, maka perlu dilakukan beberapa

pemeriksaan penunjang yang bisa digunakan untuk menyingkirkan kemungkinan-

kemungkan lain yang berkaitan dengan timbulnya nodul.

Pemerikaan penunjang yang dilakukan pada penderita nodul tiroid dapat berupa

pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan patologi anatomi dengan Fine-Needle Aspiration

(FNA), dan pemeriksaan ultrasonografi. Bila pada saat pemeriksaan fisik didapatkan nodul

pada daerah anatomi dari kelenjar tiroid, maka diperlukan adanya pemeriksaan TSH serum 17

Page 18: Carcinoma Tiroid Edit

untuk mengetahui fungsi kelenjar tiroid. Pada pemeriksaan TSH serum, jika didapatkan

kadar rendah maka dapat ditegakkan diagnosis hipertiroidism, sedangkan bila kadar TSH

dalam serum meningkat, pasien mungkin saja mengalami hipotiroid. Akan tetapi tes ini

tidak mampu untuk membedakan apakah nodul tiroid tersebut bersifat jinak atau ganas.

Level tiroksin (nilai normal 4,5-12,5 mcg/dL), triiodotironine (nilai normal 100-

200mcg/dL) dan thyroid stimulating hormone (TSH) (nilai normal 0.2-4.7 mIU/dL) yang

sangat tinggi melebihi normal mengindikasikan kanker tiroid. Tumor suppression test dapat

pula dilakukan untuk mengetahui apakah nodul yang ada ganas atau tidak. Hal ini

dikarenakan oleh sel ganas biasanya tidak memerlukan TSH untuk pertumbuhannya

dibandingkan dengan sel normal. Maka apabila hormone tiroid dimasukkan ke dalam tubuh

untuk mengirimkan sinyal ke pituitary agar mengurangi jumlah produksi tiroksin namun

nodul tetap membesar kemungkinan keganasan dapat dipikirkan.

Pada pasien dengan kadar TSH serum dalam batas normal, maka pemeriksaan yang

dilakukan adalah dengan Fine-Needle Aspiration (FNA). FNA dipercaya sebagai metode

yang paling akurat untuk membedakan apakah nodul tiroid tersebut bersifat ganas atau

jinak. Metode ini memiliki akurasi yang tinggi, yakni sebesar 95 %. Metode ini juga sangat

tergantung pada keterampilan dari petugas yang melakukan aspirasi dan ahli sitopatologi

yang menginterpretasi hapusan sel tiroid. Jika spesimen yang digunakan masih belum

cukup untuk menegakkan diagnosis maka dapat dilakukan FNA ulangan.

Pemeriksaan ultrasonografi pada nodul tiroid merupakan pemeriksaan yang paling

sensitif, dimana dengan pemeriksaan ini akan mampu diketahui ukuran yang sebenarnya,

struktur, dan mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi pada kelenjar tiroid.

Pemeriksaan ini juga mampu membantu menuntun dalam melakukan aspirasi nodul tiroid

dengan ukuran lebih dari 1 cm, atau nodul dengan ukuran kurang dari 1 cm yang bersifat

padat dan hipoekhoik. Ultrasonografi juga disarankan pada pasien dengan riwayat keluarga

yang pernah atau menderita tiroid karsinoma.

Pemeriksaan penunjang lain yang mungkin dilakukan adalah dengan menggunakan

pemeriksaan nuklear yakni “thyroid scan”. Pemeriksaan ini dilakukan pada pasien yang

18

Page 19: Carcinoma Tiroid Edit

mengalami penurunan pada TSH serum. Pemeriksaan ini mengukur jumlah iodium

radioaktif yang terperangkap pada nodul. Normalnya, pengambilan iodium pada kedua

lobus tiroid adalah sama. Nodul diklasifikasikan menjadi “cold” jika terjadi penurunan

ambilan iodium, dan “hot” jika terjadi peningkatan ambilan iodium. Nodul yang bersifat

“hot” tidak pernah menunjukkan keganasan, sedangkan nodul yang bersifat “cold”

mungkin saja menunjukkan keganasan.

2.6 Penatalaksanaan

Penanganan dari nodul tiroid sangat tergantung pada pemeriksaan-pemeriksaan.

Setelah pasien melakukan pemeriksaan TSH serum, jika didapatkan hasil yang abnormal

maka dilakukan terapi yang sesuai. Sedangkan jika hasil dari FNA menunjukkan tanda

keganasan, maka pembedahan merupakan terapi yang sesuai. Namun jika hasil sitologi

menunjukkan bahwa nodul bersifat jinak, maka terapi yang dilakukan adalah berupa

pemberian tiroksin (T4), dan jika nodul telah mengalami regresi pemberian tiroksin (T4)

tetap dilanjutkan dengan dosis yang cukup untuk menekan TSH serum. Tetapi jika tidak

terjadi regresi maka dilakukan aspirasi lagi, atau jika nodul tersebut berkembang dan

berubah konsistensinya maka dilakukan eksisi.

Pada pemeriksaan “thyroid scan”, nodul yang bersifat “hot” akan dilakukan

pengamatan lebih lanjut baik itu dengan atau tanpa terapi tiroksin (T4). Jika nodul tersebut

bersifat “cold” dan terdapat tanda keganasan (nodul > 2 cm, padat, pada pasien muda),

maka pembedahan merupakan terapi yang sesuai. Jika resiko menjadi ganas rendah (nodul

dengan diameter < 1 cm, nodul lembut, pasien lebih tua) pasien diterapi dengan tiroksin.

Jika tidak terjadi regresi maka dilakukan pembedahan.

Pembedahan yang dilakukan adalah thyroid lobectomy, meliputi total lobectomy

atau near-total lobectomy baik itu disertai atau tanpa isthmectomy. Dalam melakukan

pembedahan harus dihindari terangkatnya kelenjar paratiroid dan rusaknya nervus

laryngeal rekurens yang berjalan di belakang kelenjar tiroid. Jika kelenjar paratiroid ikut

terangkat, maka pasien akan mengalami kejang tetani, akibat dari turunnya kadar kalsium

19

Page 20: Carcinoma Tiroid Edit

dalam darah. Sedangkan jika terjadi kerusakan pada nervus laryngeal rekurens maka akan

terjadi paralisis pita suara, dan pasien akan mengalami kesulitan dalam berbicara pasca

operasi. Oleh sebab itu disarankan untuk memeriksa secara teliti dari keberadaan keempat

kelenjar paratiroid dan nervus laryngeal rekurens selama melakukan operasi.

Kira-kira sekitar 4-6 minggu setelah pembedahan, pasien harus diberikan terapi

radioiodine untuk mendeteksi dan menghancurkan sisa-sisa sel kanker dan metastasisnya.

Konsumsi tiroid hormon juga diperlukan setelah dilakukan total tiroidektomi seumur hidup

pasien. Salah satu nama obat yang tersedia yaitu levothyroxine 2,5-3,5 mcg/dL. Saat tumor

sangat besar, tidak bisa direseksi, uptake iodine dari tumor sangat minimal dan adanya

nyeri pada tulang maka external beam radiation dapat dilakukan untuk mencegah

perkembangan tumor secara lokal dan juga meluas ke daerah leher, paru, mediastinum,

tulang dan CNS.

20