Makalah Carcinoma Mammae

24
DAFTAR ISI Daftar Isi ……………………………………………………………...............1 Kata Pengantar...................................2 Pendahuluan .....................................3 Pembahasan ......................................4 Rangkuman .......................................14 Daftarpustaka ...................................16 1

Transcript of Makalah Carcinoma Mammae

Page 1: Makalah Carcinoma Mammae

DAFTAR ISI

Daftar Isi ……………………………………………………………..........1

Kata Pengantar.............................................................................................2

Pendahuluan ................................................................................................3

Pembahasan .................................................................................................4

Rangkuman .................................................................................................14

Daftarpustaka ..............................................................................................16

1

Page 2: Makalah Carcinoma Mammae

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunianya sehingga

saya dapat menyelesaikan tugas makalah “Carcinoma Mammae”, sebagai salah satu bagian

dalam pendidikan dokter muda di bidang studi ilmu bedah di RSUD Pare.

Tugas ini juga di buat sebagai salah satu cara pembelajaran bagi saya dan teman

sejawat dokter muda untuk lebih memahami berbagai macam hal yang ada pada bidang Ilmu

Bedah pada umumnya terutama mengenai Hemoroid.

Tidak lupa kami juga mengucapkan terima kasih kepada :

1. Pembimbing dr. Rudolph Rudi, SpB

2. Semua pihak serta teman sejawat Dokter Muda yang telah membantu dalam

menyelesaikan makalah ini

Kami sadar tugas kami ini masih memiliki banyak kekurangan dan memerlukann

banyak perbaikan, sehingga kami sangat berterima kasih atas saran dan kritik yang bersifat

membangun untuk menyempurnakannya.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Pare, Maret 2013

Penyusun

2

Page 3: Makalah Carcinoma Mammae

BAB I

PENDAHULUAN

Tumor dalam arti luas adalah setiap benjolan abnormal pada tubuh tanpa melihat

penyebabnya misalnya benjolan karena benturan benda keras atau pembengkakan akibat

infeksi. Sedangkan tumor dalam arti sempit adalah pertumbuhan sel atau jaringan baru di luar

kendali tubuh. Neoplasma sendiri dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasma ganas atau

kanker terjadi karena timbul dan berkembangbiaknya sel secara tidak terkendali sehingga sel

- sel ini tumbuh terus merusak bentuk dan fungsi organ tempat tumbuhnya (Wim de Jong dan

Sjamsuhidayat, 2011).

Berdasarkan data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2007, kanker payudara

menempati urutan pertama pada pasien rawat inap di seluruh RS di Indonesia (16,85%).

Kanker tertinggi yang diderita wanita di Indonesia adalah kanker payudara dengan angka

kejadian 26 per 100.000 perempuan. (www.depkes.go.id)

Tumor ganas payudara merupakan kanker yang paling sering terjadi pada wanita (22%

dari semua kasus kanker baru) dan yang paling sering menyebabkan kematian pada kasus

kanker di dunia (14% dari semua kematian kanker wanita). (Wim de Jong dan

Sjamsuhidayat, 2011)

Insiden tertinggi terjadi di Negara-negara maju. Saat ini terjadi juga peningkatan

insidens pada Negara yang sebelumnya memiliki insidens rendah seperti Cina dan Jepang.

Hal ini karena perubahan gaya hidup dan kemajuan teknologi diagnosis tumor ganas

payudara.

3

Page 4: Makalah Carcinoma Mammae

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. ANATOMI

Batas normal payudara terletak antara costa 2 di superior dan costa 6 di inferior, namun

pada usia tua atau ukuran mammae yang lebih besar bisa mencapai costa ke 7. Jaringan

kelenjar ini bagian lateral atasnya keluar dari bulatan mengarah ke aksila disebut penonjolan

Spence atau ekor payudara. (Wim de Jong dan Sjamsuhidayat, 2011)

Setiap payudara memiliki 12-20 lobulus, yang masing – masing memiliki saluran

menuju papilla mammae yang disebut ductus lactiferous. Di antara lobulus – lobulus ini

terdapat jaringan ikat yang berfungsi sebagai rangka payudara yang disebut ligamentum

Cooper. Selain itu payudara juga memiliki jaringan lemak yang terletak di antara kelenjar

susu dengan fasia pectoralis dan di antara kelenjar susu dengan kulit. (Wim de Jong dan

Sjamsuhidayat, 2011)

Pendarahan pada payudara berasal dari cabang a. Perforantes dari a. Mamaria Interna

dan a. Torakalis Lateralis yang merupakan cabang dari a. Aksilaris serta beberapa a.

interkostalis.

Nervus Supraclavicula dari plexus servikal cabang ke-3 dan ke-4 mempersarafi

payudara superior, sedangkan sisi medialnya dipersarafi oleh cabang kutaneus anterior dari n.

intercostalis 2-7. Mamae sisi lateral dan areola dipersarafi oleh cabang cutaneus lateral dari n.

intercostalis. Papilla mamae dipersarafi oleh cabang kutaneus lateral dari n. intercostalis 4.

Kulit payudara dipersarafi oleh cabang pleksus servikalis dan n. intercostalis. Jaringan

payudara dipersarafi oleh saraf simpatis.

Beberapa saraf yang diperhatikan pada saat dilakukan diseksi aksila agar tidak terjadi

paralisis dan mati rasa pascabedah, yaitu n. intercostobrakialis dan n. kutaneus brakius

radialis yg mengurus sensibilitas daerah aksila dan medial lengan atas, kemudian n. pektoralis

yang mengurus m. pektoralis mayor dan minor, lalu n. torakodorsalis yang mengurus m.

latissimus dorsi serta n. torakalis longus yang mengurus m. serratus anterior.

4

Page 5: Makalah Carcinoma Mammae

Menurut ahli bedah terdapat 6 kelompok kelenjar limfatik yaitu kelompok limfatik vena

aksilaris, mamaria eksterna, scapular, sentral, subklavikular dan interpektoral (Rotter,s

group). Seluruh saluran limfe dari payudara menuju ke kelompok anterior aksila, kelompok

sentral aksila, kelenjar aksila bagian dalam yang melewati sepanjang v. Aksilaris dan

berlanjut ke kelenjar servikal bagian kaudal dalam fosa supraklavikuler. Jalur limfe lain dari

daerah sentral dan medial menuju ke kelenjar sepanjang pembuluh mamaria interna dan

aksila kontralateral, ke m. rektus abdominis lewat ligamentum falsiparum hepatis ke hati,

pleura dan payudara kontralateral.

Standardisasi luas diseksi aksila yaitu level Berg I terletak di lateral m. pektoralis

minor, level Berg II terletak di balik m. pektoralis minor dan level Berg III mencakup

kelenjar limfatik subklavikula dan sebelah medial m. pektoralis minor.

2.2. FISIOLOGI

Menurut Wim de Jong dan Sjamsuhidayat (2011) payudara akan mengalami perubahan

yang dipengaruhi oleh hormon. Perubahan pertama pada masa pubertas, di mana terjadi

perkembangan duktus dan timbul asinus yang dipengaruhi oleh hormon esterogen dan

progesterone yang dihasilkan oleh kelenjar hipofise dan ovarium.

Kemudian perubahan kedua yaitu sesuai dengan daur haid. Selama beberapa hari

menjelang haid, terjadi pembesaran payudara secara maksimal, payudara menjadi tegang dan

nyeri, kadang terjadi benjolan nyeri dan tidak rata. Pada masa ini tidak memungkinkan untuk

dilakukan pemeriksaan fisik terutama palpasi karena akan mempengaruhi interpretasi hasil

pemeriksaan, selain itu mamografi juga tidak berguna karena kontras kelenjar terlalu besar.

Begitu haid di mulai, semua keadaan tersebut mulai berkurang.

Perubahan pada masa kehamilan, payudara akan membesar karena epitel duktus lobul

dan duktus alveolus berproliferasi dan tumbuh duktus baru. Pada masa menyusui, payudara

juga membesar karena air susu sedang diproduksi oleh sel – sel alveolus kemudian mengisi

asinus lalu dikeluarkan melalui duktus ke puting susu, di mana proses laktasi ini dipengaruhi

oleh hormon prolaktin yang dihasilkan oleh hipofisis anterior.

5

Page 6: Makalah Carcinoma Mammae

2.3. ETIOLOGI DAN FAKTOR RISIKO

Riwayat kanker payudara unilateral. Seorang wanita yang pernah menderita kanker

payudara pada satu sisi, memiliki risiko untuk menderita kanker payudara pada sisi lain.

(www.news-medical.net)

Usia. Insidens meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. (www.cdc.gov). Satu dari

delapan keganasan payudara invasive ditemukan pada wanita usia di bawah 45 tahun. Dua

dari tiga keganasan payudara invasive ditemukan pada wanita usia 55 tahun. Insidens ini akan

berlipat ganda setiap 10 tahun, namun insidens menurun setelah menopause. (Wim de Jong

dan Sjamsuhidayat, 2011)

Keluarga dan genetik. Seseorang dicurigai memiliki faktor herediter sebagai penyebab

kanker payudara, jika (1) menderita tumor ganas payudara saat usia < 40 tahun,dengan atau

tanpa riwayat keluarga; (2) menderita tumor ganas payudara sebelum usia 50 tahun dan ada

kerabat tingkat pertamanya menderita kanker payudara atau kanker ovarium; (3) menderita

kanker payudara bilateral; (4) menderita kanker payudara pada usia berapapun dan 2 atau

lebih kerabat tingkat pertamanya menderita kanker payudara; (5) laki-laki yang menderita

kanker payudara. (Wim de Jong dan Sjamsuhidayat, 2011)

Seorang wanita memiliki risiko tinggi terkena kanker payudara bila memiliki keluarga (ibu,

saudara perempuan atau anak perempuan) yang menderita kanker payudara, kemudian risiko

lebih tinggi bila memiliki anggota keluarga yang terkena kanker payudara pada usia < 40

tahun. (www.news-medical.net)

Mutasi germline BRCA1 dan BRCA2 pada kromosom 13 dan 17 ditetapkan sebagain gen

herediter kanker ovarium dan kanker payudara. Mutasi gen ATM berperan dalam penyebab

kankaer payudara familial. Mutasi gen CHEK2 lebih meningkatkan risiko kejadian penyakit

ini. Mutasi gen supresor tumor p53, dapat meningkatkan risiko kanker payudara dan kanker

lain. (Wim de Jong dan Sjamsuhidayat, 2011)

Hormon dan reproduksi. Pertumbuhan tumor ganas payudara sering dipengaruhi oleh

keseimbangan hormone. Pada wanita yang melahirkan bayi aterm lahir hidup untuk pertama

kalinya pada usia > 35 tahun, memiliki risiko tertinggi. (Wim de Jong dan Sjamsuhidayat,

6

Page 7: Makalah Carcinoma Mammae

2011). Wanita yang mengalami menstruasi lebih awal dan mengalami menopause lebih

lambat, akan meningkatkan risiko kanker payudara (www.cdc.gov).

Risiko meningkat pada wanita yang menggunakan kontrasepsi hormonal eksogen, terapi sulih

hormone pascamenopuse dan penggunaan estrogen penguat kandungan. Risiko ini lebih

rendah pada wanita yang menyusui selama 27-52 minggu (Wim de Jong dan Sjamsuhidayat,

2011).

Gaya hidup. Kurang atau tidak ada aktifitas fisik dapat meningkatkan risiko kanker

payudara. (www.news-medical.net)

Untuk mengurangi risiko terkena kanker payudara, menurut American Cancer Society

merekomendasikan olahraga selama 45-60 menit setiap hari. (Wim de Jong dan

Sjamsuhidayat, 2011)

Merokok juga dapat meningkatkan risiko terkena kanker payudara. Dalam sebuah penelitian

menyatakan, ada substansi tertentu dalam tembakau yang dapat menyebabkan kerusakan

DNA yang terkait dengan kanker. (www.nationalgeographic.co.id)

Konsumsi alkohol berlebihan dapat meningkatkan kadar estrogen endogen sehingga

memengaruhi responsivitas tumor terhadap hormon, maka risiko terkena kanker payudara

akan meningkat. (Wim de Jong dan Sjamsuhidayat, 2011)

Lingkungan dan pekerjaan. Zat kimia pestisida atau DDT yang mencemari makanan, juga

memicu kanker payudara.

Selain itu lingkungan pekerjaan yang berhubungan dengan zat-zat kimia juga mempengaruhi

peningkatan ririko ini, seperti pekerja rias kecantikan kuku yang setiap hari menghirup aroma

cat kuku dan tukang cat yang setiap hari menghirup cadmium pada larutan catnya. (Wim de

Jong dan Sjamsuhidayat, 2011)

Sinar ionisasi. Seorang wanita yang masa kecilnya atau dewasa muda menjalani terapi

penyinaran, memiliki risiko terkena kanker payudara. Namun risiko lebih besar bila terapi

penyinaran dilakukan saat dewasa muda saat payudara sedang berkembang. (Wim de Jong

dan Sjamsuhidayat, 2011)

7

Page 8: Makalah Carcinoma Mammae

2.4. PATOGENESIS

Dalam perjalanan menuju keganasan, terjadi beragam tahap morfologis. Hyperplasia

duktal ditandai proliferasi sel epitel poliklonal yang tersebar tidak rata dengan pola kromatin

dan bentuk inti saling tumpak tindih sehingga lumen duktus bentuknya menjadi tidak teratur.

Sel ini relatif memiliki sedikit sitoplasma dan batas selnya tidak jelas namun secara sitologis

jinak. (Wim de Jong dan Sjamsuhidayat, 2011)

Perubahan dari hiperplasia menjadi hiperplasia atipikal, dimana sitoplasmanya lebih

jelas, inti juga lebih jelas dan tidak tumpak tindih dan lumen duktus teratur , secara klinis

meningkatkan risiko kanker payudara.

Setelah hyperplasia atipik terjadi karsinoma in situ, di mana terjadi proliferasi sel yng

memiliki gmbaran sitologis sesuai keganansan namun sel belum menginvasi stroma dan

menembus membrane basal. Karsinomas in situ lobular dapat menyebar ke seluruh jaringan

payudara bahkan bilateral namun tidak teraba dan tidak terlihat pada pencitraan. Pada

karsinoma in situ duktal merupakan lesi duktus segmental yang mengalami kalsifikasi dan

memberi tampilan beragam. (Wim de Jong dan Sjamsuhidayat, 2011)

Setelah sel tumor menembus membran basal dan menginvasi stroma, maka akan

timbul metastasis karena menyebar secara hematogen dan limfogen.

2.5. PEMERIKSAAN FISIK

Gejala yang biasanya mendukung pasien untuk datang ke dokter antara lain benjolan

tidak nyeri (66%), nyeri usik unilateral atau bilateral, nyeri lokal payudara unilateral, retraksi

kulit atau puting, keluar cairan abnormal dari puting susu, radang, gatal, ulserasi puting susu,

benjolan di ketiak atau terjadi edema lengan.

Pemeriksaan fisik pada payudara meliputi inspeksi dan palpasi.

Inspeksi. Dilakukan pada pasien dengan posisi duduk tegak, atau dapat dilakukan dengan

posisi pasien berbaring. Kemudian bandingkan payudara sisi kanan dan kiri lalu perhatikan

bentuk kedua payudara, warna kulit, lekukan, retraksi papila, adanya kulit berbintik seperti

kulit jeruk, ulkus dan benjolan. Ketika pasien diminta untuk mengangkat lengannya lurus ke

atas, maka pemeriksa dapat melihat cekungan kulit (dimpling).

Palpasi. Lebih baik dilakukan dengan posisi pasien berbaring dan dilapisi bantal tipis pada

punggungnya sehingga payudara terbentang rata. Palpasi dilakukan dengan ruas pertama jari

telunjuk, tengah dan manis yang digerakkan perlahan tanpa tekanan pada tiap kuadran

payudara dengan alur melingkar atau zig-zag. Pada palpasi daerah aksila lebih mudah

8

Page 9: Makalah Carcinoma Mammae

dilakukan pada posisi duduk. Palpasi ini juga berguna untuk mengetahui apakah benjolan

melekat pada dinding dada atau kulit.

Discharge papilla. Pemijatan halus pada puting susu dapat diketahui adanya cairan yang

keluar, berupa darah atau bukan. Bila pengeluaran cairan berupa darah di luar masa laktasi,

kemungkinan kelainan antara lain karsinoma, papiloma salah satu duktus atau kelainan yang

disertai ektasia duktus.

2.6. GAMBARAN KLINIS DAN DIAGNOSIS

Pada benjolan ganas dengan ukuran yang kecil, sulit dibedakan dengan benjolan yang

bersifat jinak, namun pada benjolan yang ganas dapat diraba melekat pada jaringan

sekitarnya, konsistensinya lebih keras. Pada papiloma dan karsinoma intraduktal biasanya

ditandai dengan pengeluaran cairan abnormal. Nyeri pada benjolan biasanya lebih mengarah

ke kelainan fibrokistik.

Klasifikasi tumor dengan TNM

T

Tx Tumor primer tidak dapat dinilai

Tis Karsinoma in situ

Tis (DCIS) karsinoma duktal in situ

Tis (LCIS) karsinoma lobular in situ

Tis (Paget) penyakit paget pada puting payudara tanpa tumor

NB: penyakit paget dengan tumor, diklasifikasikan berdasarkan ukuran tumor

T0 Tidak ada bukti adanya tumor primer

T1 Tumor < 2 cm

T2 Tumor 2-5 cm

T3 Tumor > 5 cm

T4 Tumor dengan penyebaran langsung ke dinding toraks atau ke kulit dengan tanda

oedem, tukak atau peau de’ orange

N

Nx Kelenjar regional tidak dapat ditentukan

N0 Tidak teraba kelenjar aksila

N1 Teraba kelenjar aksila homolateral yang tidak melekat

9

Page 10: Makalah Carcinoma Mammae

N2 Teraba kelenjar aksila homolateral yang melekat satu sama lain atau melekat pada

jaringan sekitarnya

N3 Terdapat kelenjar mamaria interna homolateral

M

Mx Tidak dapat ditentukan metastasis jauh

M0 Tidak ada metastasis jauh

M1 Terdapat metastasis jauh termasuk ke kelenjar supraklavikular

Keterangan:

Lekukan pada kulit, retraksi papilla atau perubahan lain pada kulit kecuali pada T4, bisa

terdapat pada T1, T2, T3 tanpa mengubah klasifikasi.

Dinding toraks adalah iga, otot interkostal dan m. serratus anterior tanpa m. pektoralis.

Grading

Keganasan payudara dibagi menjadi 3 grade berdasarkan diferensiasinya. Grade I artinya

berdiferensiasi buruk, grade II diferensiasi sedang dan grade III diferensiasi baik. Grading ini

untuk menilai nukleus sel tumor dibandingkan nukleus sel normal.

Grading histology (Bloom-Richardson Grading) menilai formasi tubulus, hiperkromatik

nucleus dan derajat mitosis sel tumor dibandingkan sel normal. Urutan gradenya berkebalikan

dengan grade nukleus yaitu grade I diferensiasi baik, grade II diferensiasi sedang dan grade

III diferensiasi buruk.

Metastasis hematogen kanker payudara

LETAK GEJALA DAN TANDA UTAMA

Otak Nyeri kepala, mual-muntah, epilepsi, ataksia,

paresia, parestesia

Pleura Efusi, sesak nafas

Paru Biasanya asimptomatis

Hati Kadang asimptomatis

Massa, ikterus obstruksi

Tulang

– Tengkorak

– Vertebra

– Iga

Nyeri, kadang asimptomatis

Kempaan sumsum tulang

Nyeri, patah tulang

10

Page 11: Makalah Carcinoma Mammae

– Tulang panjang Nyeri, patah tulang

2.7. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Mamografi. Dapat ditemukan benjolan yang kecil sekalipun. Indikasinya antara lain

sebagai skrining, adanya kecurigaan klinis keganasan, deteksi rekurensi tumor primer,

deteksi tumor primer kedua dan rekurensi di bagian kontralateral pascamastektomi,

dan deteksi metastasis dari tumor primer yang tidak diketahui asalnya. Pemeriksaan

ini tidak bermanfaat pada masa pramenopouse atau < 35 tahun karena gambaran

kanker di antara jaringan kelenjar kurang tampak, namun pada wanita menopause

gambaran tumor lebih Nampak karena jaringan payudaranya mengalami regresi. Oleh

karena itu mamografi ini digunakan sebagai metode skrining pada wanita menopause.

2. Ultrasonografi. Berguna untuk menentukan ukuran lesi dan membedakan kista

dengan tumor solid.

3. MRI. Hal ini dilakukan pada (1) wanita usia muda, karena pada mamografi

gambarannya tidak jelas; (2) untuk mendeteksi rekurensi pascamastektomi; (3)

mendeteksi dini rekurensi keganasan dari pemeriksaan fisik dan pemeriksaan lain

yang kurang jelas.

4. Biopsi. Jenis biopsi antara lain FNAB (Fine Needle Aspiration Biopsy), core biopsy

(jarusm besar) dan biopsi bedah.

FNAB. Aspirasi jaringan dengan menggunakan jarum kecil kemudian diperiksa di

bawah mikroskop. Bila benjolan tidak terpalpasi, maka menggunakan panduan USG.

Metode ini paling mudah dilakukan tetapi tidak dapat menentuka grade tumor.

Core biopsy. Merupakan metode aspirasi dengan menggunakan jarum dengan ukuran

yang cukup besar sehingga mendapatkan jaringan tumor berbentuk silinder yang lebih

bermakna dibandingkan FNAB. Sama halnya dengan FNAB, bila benjolan tidak

teraba, maka aspirasi dipandu dengan mamografi, USG, atau MRI. Kenggulan metode

ini antara lain dapat membedakan tumor invasif dan non-invasif serta dapat

menentukan grade tumor.

Biopsi bedah. Dilakukan bila hasil pada mamografi mengarah ke keganasan, hasil

FNAB atau core biopsy meragukan, bila hasil mamografi (+) sedangkan FNAB (-),

dan bila hasil mamografi (-) tapi secara klinis mengarah ke kanker. Dalam metode ini

11

Page 12: Makalah Carcinoma Mammae

ada 2 cara yaitu biopsi eksisional dengan cara mengangkat seluruh massa tumor

disertai sedikit jaringan normal sekitar tumor dan biopsi insisional dilakukan dengan

mengangkat sedikit jaringan tumor kemudian dilakukan pemeriksaan patologi

anatomi. Bila pada kanker payudara inflamatori, metode ini dapat dilakukan dengan

menyertakan sedikit biopsi kulit.

2.8. PENATALAKSANAAN

Pembedahan.

Mastektomi radikal klasik. Menurut Halsted, meliputi pengangkatan seluruh kelenjar

payudara dengan sebagian besar kulitnya, otot pektoralis mayor dan minor, seluruh kelenjar

limfe level I, II, III.

Mastektomi radikal modifikasi. Menuru Patey dan Madden, pembedahan dilakukan dengan

mempertahankan otot pektoralis mayor dan minor bila terbukti otot tersebut tidak terkena sel

tumor dan hanya limfe level I dan II saja yang diangkat. Metode ini selalu diikuti diseksi

aksila dan merupakan terapi bedah baku kanker payudara.

Mastektomi simple. Metode ini dilakukan dengan mengangkat seluruh kelenjar payudara dan

puting susu, namun tidak mengangkat kelenjar limfe dan otot pektoralis jika terbukti tidak

terdapat sel tumor di sana. Metode ini biasa dilakukan pada risiko rekurensi pada keganasan

in situ dan tidak bisa diterpai BCT.

Breast Conservating Tretment. Sering disebut lumpektomi. BCT bertujuan untuk membuang

massa tumor dan jaringan payudara disekitar massa yang mungkin terkena sel tumor namun

semaksimal mungkin menjaga tampilan payudara. Metode ini dilakukan pada stage Tis, T1 dan

T2 yang penampangnya ≤ 3cm. BCT hampir selalu dilanjutkan dengan radioterapi.

Rekonstruksi segera. Hal ini terbukti tidak mengganggu deteksi rekurensi dan onset

kemoterapi asal tidak ada kontraindikasi secara onkologis.

Radioterapi. Terapi ini dapat dilakukan sebagai terapi adjuvant pada pembedahan BCT

tumor invasif in situ, stage I dan stage II; mastektomi simple dan radikal modifikasi stage I &

stage II dan sebagai terapi paliatif pada pascamastektomi, penyakit rekuren dan keadaan

metastasis otak dan tulang. Dapat juga diberikan sebagai terapi sandwich pada tumor stage

III, yang dilakukan pra-bedah dan pasca-bedah.

12

Page 13: Makalah Carcinoma Mammae

Penyinaran dilakukan dari luar dan dari dalam. Radiasi dari luar lazim dilakukan. Luas

penyinaran disesuaikan dengan prosedur bedah yang dilakukan dan keterlibatan KGB. Pada

lumpektomi, penyinaran dilakukan pada seluruh payudara dan daerah lesi kanker. Bila KGB

terlibat, maka penyinaran dilakukan pada seluruh payudara, KGB aksila dan supraklavikula.

Penyinaran yang dilakukan pascabedah, biasanya dilakukan setelah luka bedah sembuh, dan

bila direncanakan kemoterapi, maka penyinaran dilakukan setelah kemoterapi selesai.

Penyinaran dari dalam disebut juga brakiterapi dengan cara menanam bahan radioaktif

disekitar lesi. Hal ini dilakukan biasanya untuk tambahan penyinaran dari luar.

Terapi sitemik.

Hormonal. Terdiri dari obat anti estrogen, agen progestasional,agen androgen dan prosedur

ooforektomi. Terapi hormonal standart menggunakan tamoksifen selama 5 tahun untuk

pasien pra- dan pascamenopouse. Terapi ini berguna jika ER dan PR tumor (+)

Kemoterapi. Kemoterapi adjuvant diberikan pascamastektomi untuk membunuh sel tumor

yang tertinggal atau menyebar secara mikroskopik walaupun asimptomatik. Terbaik

dilakukan 4 minggu pascabedah. Kemoterapi neoadjuvant diberikan pra-mastektomi untuk

mengurangi ukuran tumor. Regimen yang sering digunakan yaitu CMF, FAC, AC, CEF.

2.9. PROGNOSIS

Prognosis pada penderita keganasan, buruk bila usianya muda, menderita kanker

payudara bilateral, mengalami mutasi genetic dan ada triple negatif yaitu grade tumor tinggi

dan seragam, reseptor ER dan PR (-) dan reseptor permukaan sel HER-2 (-)

2.10. PENCEGAHAN

Seorang wanita yang memiliki riwayat keluarga dengan kanker ovarium atau kanker

payudara, sebaiknya melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) setiap bulan, pada

hari ke-8 menstruasi dan dilakukan sejak usia 18 tahun.

13

Page 14: Makalah Carcinoma Mammae

BAB III

RANGKUMAN

Tumor dalam arti luas adalah setiap benjolan abnormal pada tubuh tanpa melihat

penyebabnya misalnya benjolan karena benturan benda keras atau pembengkakan akibat

infeksi. Sedangkan tumor dalam arti sempit adalah pertumbuhan sel atau jaringan baru di luar

kendali tubuh.

Batas normal payudara terletak antara costa 2 di superior dan costa 6 di inferior, namun

pada usia tua atau ukuran mammae yang lebih besar bisa mencapai costa ke 7. Pendarahan

pada payudara berasal dari cabang a. Perforantes dari a. Mamaria Interna dan a. Torakalis

Lateralis yang merupakan cabang dari a. Aksilaris serta beberapa a. interkostalis.

Payudara superior, sisi medialnya, sisi lateral dan areola, papilla mamae, kulit payudara,

jaringan payudara, masing-masing bagian tersebut terdapat saraf yang memeliharanya

sehingga dapat berfungsi sebagaimana mestinya.Beberapa saraf yang diperhatikan pada saat

dilakukan diseksi aksila agar tidak terjadi paralisis dan mati rasa pascabedah, yaitu n.

intercostobrakialis dan n. kutaneus brakius radialis, n. pektoralis, n. torakodorsalis serta n.

torakalis longus.

Menurut ahli bedah terdapat 6 kelompok kelenjar limfatik yaitu kelompok limfatik vena

aksilaris, mamaria eksterna, scapular, sentral, subklavikular dan interpektoral (Rotter,s

group). Standardisasi luas diseksi aksila yaitu level Berg I terletak di lateral m. pektoralis

minor, level Berg II terletak di balik m. pektoralis minor dan level Berg III mencakup

kelenjar limfatik subklavikula dan sebelah medial m. pektoralis minor.

Payudara akan mengalami perubahan yang dipengaruhi oleh hormon. Perubahan

pertama pada masa pubertas. Kemudian perubahan kedua yaitu sesuai dengan daur haid.

Perubahan ketiga pada masa kehamilan dan masa menyusui.

Faktor risiko yang dapat menyebabkan kanker payudara yaitu memiliki riwayat kanker

payudara unilateral, usia tua maka insidens makin meningkat, memiliki faktor keturunan,

keseimbangan hormone dan reproduksi yang terganggu, gaya hidup yang tidak sehat,

lingkungan dan pekerjaan yang berpolusi, dan paparan sinar ionisasi.

14

Page 15: Makalah Carcinoma Mammae

Patogenesis pada kanker payudara dimulai dengan hiperplasia duktal, kemudian

berlanjut pada hiperplasia atipikal, kemudian terjadi karsinoma in situ dan berlanjut ke invasi

pada stroma.

Pemeriksaan fisik pada payudara dilakukan dengan inspeksi dan palpasi. Pemerikasaan

ini dilakukan dengan posisi pasien duduk tegak atau berbaring dan bisa disertai dengan

mengangkat tangan lurus ke atas. Penilaian dilakukan pada kedua payudara. Pemeriksaan

juga dilakukan pada puting susu untuk mengetahui ada atau tidaknya discharge abnormal.

Diagnosis pada kasus ini dapat dilakukan dengan mengklasifikasi tumor dengan metode

TNM, grading nucleus dan grading histologis.

Untuk meyakinkan diagnosis pada kasus ini, kita dapat melakukan pemeriksaan

penunjang antara lain mamografi, USG, MRI, Biopsi (FNAB, core biopsy, biopsy bedah)

Kasus kanker payudara ini dapat di terapi dengan cara pembedahan, radioterapi dan

terapi sistemik.

Prognosis pada kanker payudara buruk bila terjadipada usia muda, pasien dengan lesi

bilateral, dan pada pasien yang terjadi mutasi gen.

Penyakit ini dapat dicegah dan diketahui sejak dini dengan melakukan pemeriksaan

payudara sendiri (SADARI) setiap bulan sejak usia 18 tahun.

15

Page 16: Makalah Carcinoma Mammae

DAFTAR PUSTAKA

http://cdc.gov/cancer/breast/

http://depkes.go.id

http:// m.nationalgeographic.co.id/lihat/berita/ 423/kerusakan-akibat-merokok-terjadi-dalam-

hitungan-menit

http://news-medical.net/health/breast/-cancer-causes.aspx

Wim de Jong. 2011. Buku ajar ilmu bedah Edisi 3. Jakarta: EGC

16