MAKNA SIMBOLIS PECAH TELUR PADA PROSESI PERKAWINAN …

86
MAKNA SIMBOLIS PECAH TELUR PADA PROSESI PERKAWINAN SUKU JAWA STUDI KASUS DI DESA CATUR RAHAYU KECAMATAN DENDANG KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR (Kajian Etnografi) SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1) Dalam Ilmu Sejarah Peradaban Islam OLEH: SITI KOMARIAH NIM: AS.140413 FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 2018

Transcript of MAKNA SIMBOLIS PECAH TELUR PADA PROSESI PERKAWINAN …

Page 1: MAKNA SIMBOLIS PECAH TELUR PADA PROSESI PERKAWINAN …

1

MAKNA SIMBOLIS PECAH TELUR PADA PROSESI PERKAWINAN

SUKU JAWA STUDI KASUS DI DESA CATUR RAHAYU

KECAMATAN DENDANG KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

(Kajian Etnografi)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Guna

Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1)

Dalam Ilmu Sejarah Peradaban Islam

OLEH:

SITI KOMARIAH

NIM: AS.140413

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

2018

Page 2: MAKNA SIMBOLIS PECAH TELUR PADA PROSESI PERKAWINAN …

2

Page 3: MAKNA SIMBOLIS PECAH TELUR PADA PROSESI PERKAWINAN …

3

Page 4: MAKNA SIMBOLIS PECAH TELUR PADA PROSESI PERKAWINAN …
Page 5: MAKNA SIMBOLIS PECAH TELUR PADA PROSESI PERKAWINAN …

iv

MOTTO

Artinya: “MahaSuci Allah yang menciptakan pasangan-pasangan semua,

Baik apa di tumbuhkan oleh bumi serta dari mereka maupun dari

apa tidak mereka ketahui.” (QS.Yasin:36)

Page 6: MAKNA SIMBOLIS PECAH TELUR PADA PROSESI PERKAWINAN …

v

PERSEMBAHAN

Ku persembahkan karya kecil ini kepada orang yang sangat ku kasihi dan ku sayangi

Bapak dan Mamakku tersayang

Karya kecil ini ku persembahkan untuk Bapak tercinta (Rodikin). Bapak yang

selalu memberikan semangat yang luar biasa dan selalu berjuang untuk ku tidak

mengenal lelah. Tanpamu aku tidak bisa menjadi seperti sekarang ini. Semoga karya

kecilku ini bisa sedikit membayar lelahmu walaupun ini semua belum cukup. Maaf jika

sekarang aku belum bisa jadi yang terbaik buat Bapak, tapi aku akan berusaha

semaksimal mungkin untuk menjadi yang terbaik.

Mamakku yang paling aku sayangi Umiatin, yang selalu tersenyum untuk ku

tidak mengenal lelah dan letih, selalu memberikan motivasi yang luar biasa, do’a serta

pengorbanan yang tak terhingga demi kebahagiaan ku. Sungguh besar rintangan jalan

yang engkau tempuh demi anak mu, meski engkau lelah dan letih engkau tak pernah

menampakkan itu semua dihadapan anakmu, namun engkau selalu berjuang dan berdo’a

demi anak mu, terimakasih yang tak terhingga mamak yang selalu ada disaat aku suka

maupun duka. Semoga kekuatan, kesehatan selalu menyertai Bapak dan Mamak

tersayang.

Bibik dan Mamang

Ku persembahkan karya ini kepada teman-teman seperjuangan saudari Murniati,

Dewi Agustina, Ikhsan, Emi Jumiati dan temen-temen kamar yang selalu memberikan

motivasi yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terimakasih untuk keseruanya selama

ini. Selamat untuk menempuh gelar S. Hum nya. Selamat untuk menjajaki kesuksesan

kalian masing-masing.

Page 7: MAKNA SIMBOLIS PECAH TELUR PADA PROSESI PERKAWINAN …

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulilah, dengan rahmat Allah yang Maha Pengasih lagi Maha

Penyayang yang telah memberikan nikmat kesehatan dan kesempatan serta

kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul: “Makna

Simbolis Pecah Telur Pada Prosesi Perkawinan Suku Jawa Studi Di Desa

Catur Rahayu Kecamatan Dendang Kabupaten Tanjung Jabung Timur

(Kajian Etnografi)”. Selanjutnya sholawat beriring salam senantiasa tercurahkan

kepada sang Idola yakni Baginda tercinta Nabi Muhammad SAW, keluarga,

sahabat, dan umat pengikutnya sampai hari kiamat.

Setelah melewati proses cukup panjang dan akhirnya penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini untuk memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan

studi guna memperoleh gelar Sarjana Humaniora pada program studi Sejarah

Peradaban Islam Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Sultan

Thaha Saifuddin Jambi.

Selanjutnya penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya

kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan, bantuan, dan kontribusi

demi kesempurnaan penulis ini, terimakasih saya ucapkan kepada:

1. Yth. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, MA. Selaku Rektorat Universitas Islam

Negeri Sultan Thaha Saifuddin Jambi

2. Yth. Ibu Prof. Dr.Maisah, M.Pd.I selaku Dekan Fakultas Adab dan

Humaniora Universitas Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin Jambi

3. Yth. Bapak Alfian, S.Pd, M.Ed sebagai Wakil Dekan I. Dr.H. Muhammad

Fadhil,M.ag sebagai Wakil Dekan II dan Ibu Dr. Raudhoh, S.Ag.,

S.S.M.Pd.I sebagai Wakil Dekan III Fakultas Adab dan Humaniora

Universitas Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin Jambi

4. Yth. Bapak Aliyas, M.Fil.l selaku Ketua Jurusan dan Bapak Aminuddin,

S.Ag, M.Fil.l selaku Sekertaris Jurusan Sejarah Peradaban Islam Fakultas

Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin

Jamb

Page 8: MAKNA SIMBOLIS PECAH TELUR PADA PROSESI PERKAWINAN …

vii

5. Yth. Ibu Mailinar, S.Sos, M.Ud selaku pembimbing I dan Bapak

Aminuddin, S.Ag, M.Fil.l

6. Yth. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Adab dan Humaniora Universitas

Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin Jambi

7. Para karyawan dan karyawati Fakultas Adab dan Humaniora Universitas

Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin Jambi yang telah memberikan

pelayanan dalam penyelesaian dan penyusunan skripsi ini

8. Kedua Orang Tua, Bibik dan Mamang yang selalu mencurahkan doa dan

kasih sayangnya terima kasih karena telah menjadi semangat dan

ketegaran dalam hidup saya.

9. Semua para informan yang telah mendukung dan membantu dalam

penyelesaian skripsi ini dan semua pihak dapat disebutkan namanya satu

persatu yang telah memberikan bantuan dalam penyelesaian penulisan

skripsi ini.

Semoga bantuan dan dorongan yang telah diberikan kepada penulis baik

secara langsung maupun tidak langsung dapat menjadi amal ibadah serta diterima

Allah SWT. Untuk kesempurnaan skripsi ini, penulis mengharapkan kritik dan

saran yang membangun. Penuulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi

penulis khusunya bagi pembaca pada umumnya. Amin ya robbalalamin.

Page 9: MAKNA SIMBOLIS PECAH TELUR PADA PROSESI PERKAWINAN …

viii

ABSTRAK

Dari, Siti Komariah, 2018, Makna Simbolis Pecah Telur Pada Prosesi

Perkawinan Suku Jawa Studi Kasus Di Desa Catur Rahayu Kecamatan Dendang

Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Kajian Etnografi). Skripsi, Jurussn Sejarah

Peradaban Islam, Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negeri

Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Pembimbing I: Mailinar, S.Sos, M.Ud,

Pembimbing II: Aminuddin, S.Ag, M. Fil.l.

Jambi adalah salah satu dari provinsi di Indonesia dikenal dengan

masyarakat yang heterogen. Penduduk Jambi terdiri dari berbagai etnis dan suku.

Terdiri dari penduduk asli dan pendatang. Masyarakat Jawa merupakan salah satu

suku pendatang yang terdapat di Jambi. Mereka pindah ke Jambi tidak hanya

membawa keluarga tetapi mereka juga membawa kebudayaan yang tidak bisa

dipisahkan dari kehidupannya. Kebudayaan merupakan seperangkat sistem nilai,

tradisi. Tradisi-tradisi yang diatur oleh pola-pola ideal yang ada dalam

masyarakat, yang mempunyai makna dan tidak bisa dilepaskan dari kepercayaan

masyarakatsetempat terhadap nilai-nilai yang mereka yakini. Kepercayaan

masyarakat Jawa terhadap tradisi bisa dalam bentuk ketika akan melaksanakan

suatu pernikahan si pengantin harus melakukan Pecah Telur, yang masyarakat

beranggapan bahwa Pecah Telur merupakan sesuatu yang mengandung peralihan

tingkat hidup manusia menunjukkan bahwa makin luasnya lingkungan sosial yang

dia hadapi, oleh sebab itu upacara peralihan (rites de passage) dimaksudkan untuk

menolak bahaya ghaib yang mengancam individu tersebut.

Penelitian ini adalah penelitian yang berbentukdeskriptifkealitatif kajian

etnografi,denganmenggunakanmetodestudikasus. Dimana penelitian ini bertujuan

untuk menentukan, bagaimana prosesi tradisi pecah telur,mengapa masyarakat

masih mempertahankan dan makna simbolis yang terkandung pada tradisi pecah

telur. Data diperoleh dengan cara mengumpulkan data-data penelitian melalui

observasi, wawancara, dan dokumentasi. Dalam menganalisis data penelitian

menggunakan tekhnik Analasis Domain(kategorisasi), Analisa

Taksonomi(menjabarkan kategori), Analisis Komponensial (mencari perbedaan

spesifik) dan Analisis Tema Budaya(mencari hubungan/benang merah).

Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa alasan masyarakat suku Jawa

masih mempertahankan tradisi pecah telur ini sarana untuk saling mempererat

silaturahmi, untuk melestarikan budaya lokal dan juga sebagai penghormatan

terhadap nenek moyang. Sebab bagi mereka tidak mungkin meninggalkan tradisi

ini karena tradisi ini telah dilakukan bertahun-tahun lamanya hingga sampai saat

ini, tradisi pecah telur tetap dilakukan. Maka dari itu, hal ini perlu dikembangkan

dan dilestarikan eksistensinya. Sebab, tidak menutup kemungkinan bahwa tradisi

pecah telurbisa dijadikan sebagai ciri khas dari Desa Catur Rahayu.

Kata Kunci: Prosesi Pecah Telur, Masyarakat Masih Mempertahankan dan

Makna Simbolis

Page 10: MAKNA SIMBOLIS PECAH TELUR PADA PROSESI PERKAWINAN …

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

NOTA DINAS ................................................................................................. i

PENGESAHAN .............................................................................................. ii

SURAT PERNYATAAN ORISINILITAS SKRIPSI ................................. iii

MOTTO .......................................................................................................... iv

PERSEMBAHAN ........................................................................................... v

KATA PENGANTAR .................................................................................... vi

ABSTRAK ...................................................................................................... viii

DAFTAR ISI ................................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ......................................................................... 4

C. Batasan Masalah ............................................................................ 5

D. Tujuan Penelitian........................................................................... 5

E. Manfaat Penelitian......................................................................... 6

F. Tinjauan Pustaka ........................................................................... 7

G. Kerangka Teori .............................................................................. 8

1. Kebudayaan ............................................................................. 8

2. Tradisi...................................................................................... 9

3. Pernikahan ............................................................................... 10

4. Makna ...................................................................................... 10

5. Simbol ..................................................................................... 12

Page 11: MAKNA SIMBOLIS PECAH TELUR PADA PROSESI PERKAWINAN …

x

BAB II METODE PENELITIAN

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ................................................. 13

2. Lokasi Penelitian ......................................................................... 13

3. Jenis dan Sumber Data ................................................................ 13

1. Jenis Data .............................................................................. 13

a. Data Primer ..................................................................... 13

b. Data Sekunder ................................................................. 14

2. Sumber Data ......................................................................... 15

D. Penentuan Informan .................................................................... 16

E. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 17

a. Observasi/Pengamatan ......................................................... 17

b. Wawancara .......................................................................... 18

c. Dokumentasi ........................................................................ 19

F. Teknik Analisa Data ................................................................... 19

a. Analisis Domain ................................................................. 20

b. Analisa Taksonomi .............................................................. 20

c. Analisis Kompenensial ........................................................ 21

d. Analisis Tema Budaya ......................................................... 21

G. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ......................................... 22

H. Tahap Penelitian ......................................................................... 22

I. Jadwal penelitian ......................................................................... 23

BAB IIIGAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Desa Catur Rahayu ........................................................ 25

B. Batas Wilayah Desa Catur Rahayu ............................................. 27

C. Jumlah Penduduk ........................................................................ 28

D. Mata Pencaharian ........................................................................ 29

E. Pendidikan .................................................................................. 32

F. Kondisi Budaya ........................................................................... 33

1. Agama ................................................................................... 33

2. Etnis ...................................................................................... 34

Page 12: MAKNA SIMBOLIS PECAH TELUR PADA PROSESI PERKAWINAN …

xi

3. Adat Istiadat .......................................................................... 34

4. Sistem kekerabatan ............................................................... 35

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Prosesi Tradisi Pecah Telur ........................................................ 37

1. Tahap Persiapan .................................................................... 39

a. Menyiapkan Peralatan Yang digunakan ......................... 39

2. Tahap Pelaksanaan ................................................................ 41

3. Penutupan .............................................................................. 43

a. Dulangan atau Menyuapi ................................................ 44

b. Sinduran/Gendong Manten ............................................. 44

c. Duduk Sanding ............................................................... 44

d. Sungkeman ...................................................................... 45

B. Faktor-faktor Masyarakat Masih Mempertahankan Tradisi

Pecah Telur ................................................................................. 45

1. Penghormatan Terhadap Nenek Moyang ........................... 45

2. Identitas Budaya Lokal ........................................................ 47

3. Sarana Untuk Mempererat Silaturahmi Masyarakat Desa

Catur Rahayu ....................................................................... 49

C. Makna Simbolis Yang Terkandung Pada Prosesi Pecah Telur

Dalam Prosesi Perkawinan ......................................................... 51

1. Telur ...................................................................................... 52

2. Laki-laki Menginjak Telur .................................................... 53

3. Menginjak Telur Tanpa Alas Kaki ....................................... 53

4. Perempuan Membersihkan Telur .......................................... 54

5. Uang Logam ......................................................................... 54

6. Bunga Setaman ..................................................................... 55

7. Beras Kuning ........................................................................ 55

Page 13: MAKNA SIMBOLIS PECAH TELUR PADA PROSESI PERKAWINAN …

xii

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................. 57

B. Saran ........................................................................................... 59

C. Kata Penutup ............................................................................... 59

DAFTAR PUSATAKA

INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA

DAFTAR NAAMA-NAMA INFORMAN

LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Page 14: MAKNA SIMBOLIS PECAH TELUR PADA PROSESI PERKAWINAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Jambi adalah salah satu dari provinsi di Indonesia dikenal dengan

masyarakat yang heterogen. Penduduk Jambi terdiri dari berbagai etnis dan

suku. Terdiri dari penduduk asli dan pendatang. Penduduk Jambi terdiri dari

golongan-golongan yaitu: orang kubu, bangsa XII, golongan bangsawan

orang kecil, penduduk Tungkal, penduduk Batin dan penduduk Penghulu.1

Adapaun penduduk pendatang antara lain adalah masyarakat Minangkabau,

suku Jawa, batak, bahkan ada kelompok pendatang Johor, Riau dan Siak.2.

Masyarakat pendatang antara lain seperti di Tungkal hilir, para

pendatang bermukim di pantai seperti orang-orang Banjar dan orang-orang

dari Serawak dan Brunai yang dikenal sebagai orang Timur. Begitu juga

dengan masyarakat Jawa. Masyarakat Jawa merupakan salah satu suku

pendatang yang terdapat di Jambi, mereka datang ke Jambi pertama kali

didatangkan dengan dari daerah Kabumen dan Magelang Provinsi Jawa

Tengah sebanyak 49 KK (Kepala Keluarga) melalui progran Transmigrasi.3

Masyarakat atau komunitas suku Jawa yang melakukan transmigrasi

ke Propinsi Jambi, dilakukan untuk memperbaiki kondisi kehidupannya dan

untuk distribusi penduduk yang terpusat di pulau Jawa ke daerah yang

masing sedikit distribusi penduduknya. Mereka pindah ke Jambi tidak hanya

1 Sejarah Kerajaan Jambi Sebelum Merdeka. RI, Translate Djambi. Bewerkt door, hlm. 6-60

2 Sejarah Kerajaan Jambi Sebelum Merdeka. RI, Translate Djambi. Bewerkt door, hlm.5-57

3 Soekasdi, Selayang Pandang Proyek Transmigrasi Provinsi Jambi, (Jambi: 1980), hlm.15

Page 15: MAKNA SIMBOLIS PECAH TELUR PADA PROSESI PERKAWINAN …

2

membawa keluarga tetapi mereka juga membawa kebudayaan yang tidak

bisa dipisahkan dari kehidupannya. Kebudayaan merupakan seperangkat

sistem nilai, tradisi. Karena tradisi merupakan bagian dari aktivitas

kehidupan manusia tidak bisa dilepaskan dari kebudayaan. Karena

kebudayaan didefinisikan sebagai suatu keseluruhan kompleks yang

meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, adat istiadat, serta

kesanggupan dan kebiasaan lainnya.4

Berdasarkan pengamatan penulis, masyarakat Jawa khususnya di

Desa Catur Rahayu adalah salah satu komunitas yang masih mempertahan

kan beberapa tradisi, antara lain adalah seperti tradisi muyyi (menyembut

kelahiran seorang anak), tradisi tingkeban atau mitoni (upacara adat Jawa

yang dilakukan saat wanita hamil 7 bulan), upacara kenduren/selametan

(do’a bersama agar selalu diberi keselamatan dan sekaligus mendo’akan

para leluhur) dan tradisi nyelawean (upacara keagamaan untuk

memperingati hari lahirnya Nabi Muhammad SAW). Dan salah satu tradisi

yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat Jawa adalah tradisi Pecah

Telur.5

Tradisi Pecah Telur ini merupakan tradisi yang telah dilakukan

sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat,

yang mana hal ini tidak dapat dipisahkan. Sepertinya halnya tradisi Pecah

Telur di Desa Catur Rahayu, Kecamatan Dendang Kabupaten Tanjung

4 Roger M. Keesing, Antropologi Budaya, Suatu Perspektif Kontemporer, (Jakarta: Erlangga,

1989), hlm.68

5 Hasil Observasi di Desa Catur Rahayu (16 Agustus 2018)

Page 16: MAKNA SIMBOLIS PECAH TELUR PADA PROSESI PERKAWINAN …

3

Jabung Timur yang merupakan warisan dari para leluhur yang diturunkan

secara turun-temurun serta wajib ada dan dilaksanakan dalam sebuah

pernikahan,sehingga menjadi sebuah budaya masyarakat sekitar. Dan tradisi

ini tidak bisa ditinggalkan karena dalam konteks ini sebagaimana dijelaskan

bahwa tradisi merupakan kompleks konsep serta aturan yang mantap dan

tertanam kuat dalam sistem budaya dari suatu kebudayaan yang menata

tindakan manusia dalam kehidupan, sosial kebudayaan itu sendiri.6 Tradisi

termasuk kedalam wujud dari suatu kebudayaan yang kedua yaitu sistem

sosial karena tradisi ini menyangkut tindakan dan kelakuan berpola

masyarakat itu sendiri.7

Tradisi Pecah Telur yaitu tradisi upacara adat Jawa. Peralihan

tingkat hidup manusia menunjukkan bahwa makin luasnya lingkungan

sosial yang dia hadapi, oleh sebab itu upacara peralihan (rites de passage)

dimaksudkan untuk menolak bahaya ghaib yang mengancam individu

tersebut. Namun, suatu kebudayaan antara suatu tempat dengan tempat yang

lainya memiliki perbedaan. Walaupun upacara pada saat peralihan bersifat

universal atau menyeluruh hampir semua kebudayaan diseluruh dunia,

hanya saja tidak semua peralihan dianggap semua pentingnya dalam semua

kebudayaan.8

6 Koentjaningrat, Dkk, Kamus Antropologi Budaya, (Jakarta: Progres, 2003)

7 Bustanudin Agus, Agama Dalam Kehidupan Manusia, (Jakarta: Grapido Persada, 2006),

hlm.01

8 Koentjaningrat, Beberapa Pokok Antropologi Sosial, (Jakarta: Dian Rakyat, 1992), hlm.92

Page 17: MAKNA SIMBOLIS PECAH TELUR PADA PROSESI PERKAWINAN …

4

Tradisi ini dilakukan oleh semua masyarakat Jawa akan tetapi pada

terdapat perbedaan dalam hal persiapan bahan-bahan yang digunakan dan

prosesnya. Berdasarkan pengamatan dan survei awal yang penulis lakukan

di Desa Catur Rahayu selain masyarakatnya masih mempertahankan tradisi

ini, juga terdapat perbedaan dalam proses dan penggunaan bahan-bahan

dalam tradisi ini dibandingkan dari masyarakat jawa lainnya,

Berdasarkan realitas dilapangan yang berbeda inilah sehingga

penulis merasa tertarik untuk melakukan kajian dengan judul “Makna

Simbolis Pecah Telur Pada Prosesi Perkawinan Suku Jawa Studi Kasus

Di Desa Catur Rahayu Kecamatan Dendang Kabupaten Tanjung

Jabung Timur (Kajian Etnografi)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka yang menjadi pokok-pokok

permasalahan dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana prosesi Tradisi Pecah Telur pada sistem perkawinan di

Desa Catur Rahayu Kecamatan Dendang Kabupaten Tanjung Jabung

Timur?

2. Mengapa masyarakat Jawa di Desa Catur Rahayu Kecamatan

Dendang Kabupaten Tanjung Jabung Timur masih mempertahankan

Tradisi Pecah Telur dalam prosesi perkawinan ?

3. Apa makna simbolis yang terkandung pada Tradisi Pecah Telur

dalam prosesi perkawinan suku Jawa di Desa Catur Rahayu

Kecamatan Dendang Kabupaten Tanjung Jabung Timur?

Page 18: MAKNA SIMBOLIS PECAH TELUR PADA PROSESI PERKAWINAN …

5

C. Batasan Masalah

Penelitian ini adalah kualitatif yang hanya membahas makna

simbolis tradisi Pecah Telur dalam prosesi perkawinan suku Jawa di Desa

Catur Rahayu Kecamatan Dendang Kabupaten Tanjung Jabung Timur yang

mana penulis akan membatasi ruang lingkup penelitian yaitu:

1. Tentang prosesi Tradisi Pecah Telur pada sistem perkawinan suku

Jawa.

2. Alasan masyarakat Jawa masih mempertahankan Tradisi Pecah

Telur dalam prosesi perkawinan.

3. Tentang makna simbolis yang terkandung pada Pecah Telur dalam

prosesi perkawinan suku Jawa.

D. Tujuan Penelitian

Setelah mengetahui pokok-pokok permasalahan dari penelitian ini,

maka tujuan yang ingin penulis capai dari kajian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui prosesi Tradisi Pecah Telur pada sistem suku

Jawa di Desa Catur Rahayu Kecamatan Dendang Kabupaten

Tanjung Jabung Timur.

2. Untuk mengetahui masyarakat suku Jawa masih mempertahankan

Tradisi Pecah Telur dalam prosesi pernikahan di Desa Catur Rahayu

Kecamatan Dendang Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

3. Untuk mengetahui makna simbolis yang terkandung pada Pecah

Telur dalam prosesi perkawinan suku Jawa di Desa Catur Rahayu

Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

Page 19: MAKNA SIMBOLIS PECAH TELUR PADA PROSESI PERKAWINAN …

6

E. Manfaat Penelitian

Sebagaimana tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini, maka

manfaat yang penulis harapkan adalah :

1. Manfaat Teoritis: dengan adanya penelitian dan skripsi mengenai

Tradisi Pecah Telur ini maka masyarakat akan dapat mengetahui

prosesi dan makna simbolis dari Tradisi Pecah Telur itu sendiri

sehingga akan timbul kesadaran untuk lebih dikenal oleh masyarakat

luas.

2. Manfaat praktis: dengan adannya penelitian ini, peneliti berharap

dapat memberikan informasi tentang adannya upacara yang

dilakukan orang Jawa yaitu Tradisi Pecah Telur, sehingga informasi

tersebut dapat digunakan sebagai penambahan wawasan bagi para

pembaca penelitian ini. Selain itu, invetarisasi dan dokumentasi

upacara Pecah Telur di Desa Catur Rahayu Kecamatan Dendang

Kab. Tanjabtim belum pernah dilakukan sehingga hasil penelitian ini

dapat dijadikan sebagai sumbangan desa untuk menambah referensi

tentang upacara Pecah Telur yang ada di Kecamatan Dendang

Kab.Tanjabtim.

3. Untuk sebagai melengkapi persyaratan akademik dalam rangka

memperoleh gelar Sarjana Stara Satu (S1) Fakultas Adab dan

Humaniora Jurusan Sejarah Peradaban Islam Universitas Islam

Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

Page 20: MAKNA SIMBOLIS PECAH TELUR PADA PROSESI PERKAWINAN …

7

F. Tinjauan Pustaka

Penelitian ini membutuhkan berbagai kajian sumber tertulis yang

berasal dari buku, hasil penelitian maupun diluar itu, seperti artikel-artikel,

jurnal dan lainnya sehingga dapat menunjang dan memahami serta

menunjukkan kemurniaan kajian penelitian. Tinjauan pustaka dalam sebuah

penelitian sangat penting dilakukan, dengan tujuan untuk menguji

permasalahan secara teoritis. Penelitian tentang tradisi memang bukan hal

yang baru bahkan telah banyak dilakukan oleh beberapa kalangan seperti

buku, skripsi yang meneliti tentang bentuk-bentuk tradisi (simbol) Suku

Jawa. Diantara karya-karya yang membahas Makna Simbolis Tradisi Pecah

Telur Dalam Proses Pernikahan Suku Jawa di Desa Catur Rahayu

Kabupaten Tanjung Jabung Timur”.

1. Aspek pendidikan spiritual dalam prosesi Injak Telur pada upacara

perkawinan adat Jawa (studi khasus di Desa Palur Kecamatan

Mojolabahan Kabupaten Sukoharjo) disusun oleh Puji Lestari

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Muhammadiyah Surakarta 2013 . Penelitian ini memfokuskan pada

prosesi Injak Telur upacara perkawinan adat Jawa di Desa Palur

Kecamatan Mojolabahan yang mana juga ingin mengetahui apa

makna pendidikan spiritual dalam prosesi Injak Telur.

2. Pemaknaan ritual Injak Telur di Desa Pomah Tulung Klaten pada

upacara pernikahan adat Yogyakarta (studi fenomenologi tentang

bagaimana masyarakat di Desa Pomah Tulung Klaten memaknai

Page 21: MAKNA SIMBOLIS PECAH TELUR PADA PROSESI PERKAWINAN …

8

ritual Injak Telur pada upacara pernikahan adat Yogyakarta) disusun

oleh Dian Afriani Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas

Bhayangkara Jakarta Raya 2016 . Penelitian ini memfokuskan

bagaimana setiap individu baik laki-laki atau perempuan memaknai

ritual Injak Telur Yogyakarta dalam upacara pernikahan di Desa

Pomah Tulung Klaten.

Adapun fokus penelitian ini, pada makna simbolis dan peralatan-

peralatan atau media yang terdapat di tradisi Pecah Telur pada prosesi

perkawinan di Desa Catur Rahayu Kecamatan Dendang Kabupaten Tanjung

Jabung Timur.

G. Kerangka Teori

Landasan berfikir dalam menganalisa, menelaah, dan mengkaji serta

menjabarkan permasalahan yang diteliti maka diperlukan suatu rujukan dan

konsep para ahli atau dalam bidang sesuai dengan masalah yang diteliti.

Oleh karena itu, untuk mempermudah kajian ini dalam memberikan

pengertian yang terdapat dalam kajian ini, maka perlu untuk mengemukakan

kajian secara konseptual yang berhubungan dengan judul masalah diatas.

1. Kebudayaan

Menurut Edwar B.Tylor kebudayaan adalah kesatuan yang

menyeluruh yang terdiri dari pengetahuan, kepercayaan, kesenian,

moral, hukum, adat-istiadat, dan semua kemampuan serta kebiasaan

lainnya yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat.9

9 Roger M. Keesing, Antropologi Budaya Suatu Perspektif Kontemporer, hlm.68

Page 22: MAKNA SIMBOLIS PECAH TELUR PADA PROSESI PERKAWINAN …

9

Menurut Koentjaningrat kebudayaan didefinisikan sebagai

keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia yang

diperoleh dengan cara belajar.10

Dalam pengertian tersebut, dapat

diketahui bahwasanya kebudayaan mencakup segala hasil cipta,

karya manusia. Bahkan kebudayaan itu merupakan identitas sosial

yang mempunyai nilai terhadap pola-pola tindakan manusia.11

Aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam

masyarakat ini memiliki norma dan nilai sosial, sistem sosial

tersebut juga dikenal dengan adat istiadat atau tradisi yang

merupakan wujud kebudayaan kedua.

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa posisi

kebudayaan yang penulis teliti adalah sebagai warisan tradisi dari

nenek moyang, yang mana apabila tradisi ini dihilangkan maka

hilang pula wujud kebudayaan yang ada di Desa Catur Rahayu.

2. Tradisi

Dalam kamus Istilah Antropologi Budaya dijelaskan

bahwa tradisi adalah kompleks konsep serta aturan yang mantap dan

terintegrasi kuat dalam sistem budaya dari suatu kebudayaan yang

menata tindakan manusia dalam kehidupan sosial kebudayaan itu.12

Tradisi bukan hanya sekedar dari titipan manusia zaman

dahulu ataupun nenek moyang melainkan tradisi memiliki suatu

10 Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi 1, hlm.72

11

Koentjaningrat, Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan, (Jakarta: PT Gramedia, 1984),

hlm.5

12

Koentjaningrat, dkk, Kamus Antropologi Budaya, (Jakarta:Progres,2003), hlm.2

Page 23: MAKNA SIMBOLIS PECAH TELUR PADA PROSESI PERKAWINAN …

10

budaya yang tinggi yang berisi ajaran-ajaran hidup dan juga

terkandung tujuan-tujuan hidup masyarakat setempat agar kita salah

dalam mengambil sebuah keputusan untuk menghadapi dunia yang

sudah maju seperti sekarang ini.

3. Pernikahan

Pernikahan adalah suatu ikatan sacral (suci) yang mengikat

kedua pihak penganten lahir batin. Dengan jalan memenuhi

ketentuan adat sayarak dan sekarang ditambah lagi dengan undang-

undang perkawinan. Demikian juga perkawinan juga penerimaan

status baru dengan sederetan hak dan kewajiban yang baru, seperti

pengakuan status baru oleh orang lain.

Menurut Harton dan Hunt, sebagaimana dikuti oleh J. Dwi

Narkowo dalam bukunya, Sosiologi Teks pengantar dan Terapan

bahwa istilah pernikahan dalam sosiologi adalah pola social yang

disetujui dengan cara dimana dua orang atau lebih membentuk

keluarga.13

4. Makna

Litlle John mengatakan makna yang dimiliki bersama

masyarakat merupakan suatu representasi dari sebuah objek,

kejadian-kejadian atau kondisi dari sebuah tanda. Dimana tanda

digunakan untuk mendudukkan atau menjelaskan sesuatu yang ada

dalam pikiran manusia atau masyarakat.

13 J. Dwi Narwoko, Sosiologi Teks Pengantar Dan Terapan, (Jakarta: Kencanna, 2007),

hlm.229

Page 24: MAKNA SIMBOLIS PECAH TELUR PADA PROSESI PERKAWINAN …

11

Secara umum menurut Little John ada tiga jenis yang

mengkaji teori masalah makna yaitu teori makna yang bersifat

mewakili (teori representasion), teori makna filsafat bahasa tingkat

sederhana, teori makna dari pengalaman hidup.

Teori makna yang representation / mewakili melihat bahwa

makna sebagai perwakilan dari sebuah objek. Peristiwa atau kondisi

melalui sebuah tanda. Aspek yang terpenting disini adalah

referensial (referensial aspect) yaitu acuan yang memiliki arti

terhadap sesuatu yang diwakilinya. Kata-kata dan simbol lainnya

dipakai untuk mewakili objek, situasi, kondisi dan keadaan.14

Pengetahuan kebudayaan lebih dari satu kumpulan simbol,

baik istilah-istilah rakyat maupun simbol-simbol lain. Semua simbol,

baik kata-kata yang terucap, suatu simbol, suatu gerak tubuh,

semuanya merupakan bagian-bagian suatu simbol.15

Makna simbol

apapun merupakan simbol itu dengan simbol lainnya. Kita tidak

mempertanyakan ,”tradisi Pecah Telur itu apa?” tetapi kita harus

mempelajari bagaimana simbol ini berhubungan dengan simbol-

simbol lainnya dalam tradisi Pecah Telur itu. Jika kita

menghubungkan simbol yang satu dengan simbol yang lainnya maka

kita akan mendapatkan makna dari simbol tersebut.

14 Stephen W. Littlejohn, Karen A. Foss, Teori Komunikasi (Theories Of Human

Communication), (Jakarta: Salemba Humanika, 2009), hlm.153-154

15 James P. Spraedley, Metode Etnografi, (Yogyakarta:Tiara Wacana, 2006) hlm.135

Page 25: MAKNA SIMBOLIS PECAH TELUR PADA PROSESI PERKAWINAN …

12

5. Simbol

Simbol adalah sesuatu yang dapat mengekspresikan atau

memberikan makna.Banyak simbol berupa objek-objek fisik yang

telah memperoleh makna kultural dan dipergunakan untuk tujuan-

tujuan yang lebih bersifat simbolik ketimbang tujuan-tujuan

instrumental. Simbol bisa berupa barang sehari-hari atau barang

berguna yang sudah memperoleh arti khusus. Simbol juga diartikan

sebagai objek atau peristiwa apapun yang menunjuk pada sesuatu

hal. Suatu rujukan dapat berupa apapun yang dapat dipikirkan dalam

pengalaman manusia.16

Dalam tradisi Pecah Telur ini menggunakan beberapa

perangkat atau alat yang merupakan simbol-simbol yang mempunyai

makna tersendiri. Seperti telur mempunyai simbol tersendiri uang

logam pun mempunyai simbol tersendiri maupun alat yang lainya

mempunyai simbol-simbol tersendiri.

16 Rafael Raga Maram, Manusia dan Kebudayaan Dalam Perspektif Ilmu Budaya

Dasar,hlm.43

Page 26: MAKNA SIMBOLIS PECAH TELUR PADA PROSESI PERKAWINAN …

13

BAB II

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan kajian etnografi yang berbentuk deskriptif

kualitatif,17

dengan menggunakan metode studi kasus.18

Instrumen

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara,

observasi, dan dokumentasi.19

B. Lokasi Penelitian

Lokasi yang menjadi subjek penelitian adalah Desa Catur Rahayu

Kecamatan Dendang Kabupaten Tanjung Jabung Timur.Yang merupakan

tempat terjadinnya tradisi Pecah Telur ini. Difokuskan di Desa Catur

Rahayu Kecamatan Dendang.

C. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data

sekunder:

a. Data Primer

17 Deskriptif adalahjenis penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaan

sejelas mungkin tanpa ada perlakuan terhadap objek yang diteliti. Lihat di Sanafiah Faisal,

Format-Format Penelitian Sosial, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), hlm.20

18

Studi Kasus merupakan tipe pendekatan dalam penelitian yang penelaahnnya kepada satu

kasus dilakukan secara intensif, mendalam, mendetail, dan komprehensif. Lihat di Sanafiah Faisal,

Format-Format Penelitian Sosial, hlm.22

19

Roni Kountur, Metode Penelitian Untuk Penyusunan Skripsi dan Thesis, (Jakarta: Buana

Printing, 2009), hlm.108

Page 27: MAKNA SIMBOLIS PECAH TELUR PADA PROSESI PERKAWINAN …

14

Data primer adalah data yang dikumpulkan, diolah, dan disajikan

oleh peneliti dari sumber pertama atau utama.20

Data primer merupakan

data yang diperoleh secara langsung masyarakat baik, dilakukan

melalui wawancara, observasi dan inilah yang menurut Lofland

mengatakan bahwa sumber utama dari penelitian kualitatif adalah kata-

kata dan tindakan.21

Kata- kata dan tindakan orang-orang yang diamati

atau diwawancarai merupakan sumber data utama. Sumber data utama

dicatat melalui catatan dari hasil wawancara, dokumentasi, melalui

perekaman vidio/ audio tapes, atau film.22

Data primer tersebut

merupakan data utama dari hasil pengamatan, wawancara, dan

dokumentasi yang dilakukan peneliti berkaitan dengan tradisi Pecah

Telur terhadap tokoh agama, tokoh masyarakat, kepala desa,

masyarakat, dan tokoh pemuda yang ada di Desa Catur Rahayu

Kecamatan Dendang dan aktivitas tradisi pecah telur itu sendiri.

Peneliti menggunakan data ini untuk mendapatkan informasi langsung

dari masyarakat setempat adat-istiadat upacara tradisi Pecah Telur.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang dikumpulkan, diolah dan

disajikan oleh oleh pihak lain, yang biasannya dalam bentuk-bentuk

20 Tim Penyusunan Buku Pedoman Skripsi, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Adab-sastra

dan Kebudayaan Islam, (Jambi: IAIN STS JAMBI, 2013),hlm.31

21

Lexy J. Maleong, Metodologi penelitian kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013),

hlm.157

22

Lexy J. Maleong, Metodologi penelitian kualitatif, hlm.157

Page 28: MAKNA SIMBOLIS PECAH TELUR PADA PROSESI PERKAWINAN …

15

publikasi atau jurnal.23

Data sekunder adalah data yang tersusun dalam

bentuk dokumen atau dari bahan perpustakaan yang berkaitan dengan

masalah penelitian seperti buku, majalah, sumber dari arsip dokumen

pribadi dan dokumen resmi.24

Data sekunder foto juga digunakan dalam

penelitian ini, foto menghasilkan data deskriftif yang cukup berharga.

Ada dua kategori foto yang dapat dimanfaatkan dalam penelitian

kualitatif, yaitu foto yang dihasilkan orang dan foto yang dihasilkan

oleh peneliti sendiri.25

Data sekunder merupakan data tambahan yang

diperoleh dalam bentuk tertulis berkaitan dengan sejarah, letak

geografis, dan kehidupan sosial budaya (keagamaan, pendidikan, adat

istiadat dan ekonomi) mengenai Desa Catur Rahayu Kecamatan

Dendang.

2. Sumber Data

Sumber data adalah sumber dimana dapat diperoleh, sedangkan

sumber data dalam penelitian ini adalah subjek dimana data yang

bersangkutan dengan penelitian itu didapatkan. Diantarannya:

1. Buku-buku yang bersangkutan dengan penelitian ini. Seperti jurnal,

skripsi-skripsi, dan sumber-sumber yang berkaitan dengan skripsi

ini.

2. Informan, seperti: ketua adat, masyarakat yang bersangkutan atau

yang memahami tentang tradisi Pecah Telur tersebut.

23 Tim Penyusun Buku Pedoman Skripsi, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Adab-Sastra

dan Kebudayaan Islam, hlm.31

24

Lexy J. Maleong, Metodologi penelitian kualitatif, hlm.157

25

Lexy J. Maleong, Metodologi penelitian kualitatif, hlm.160

Page 29: MAKNA SIMBOLIS PECAH TELUR PADA PROSESI PERKAWINAN …

16

3. Dokumentasi yang diambil darei dokumentasi yang terdapat di

lapangan lokasi penelitian.

D. Penentuan Informan

Menurut Websters New Collegiate Dictionary seorang informan

adalah seorang pembicara asli yang berbicara dengan mengulang kata-kata,

frasa, dan kalimat dalam bahasa atau dialeknnya sebagai model imitasi dan

sumber informasi.26

Informan ada dua macam, yaitu informan kunci dan informan biasa.

Informan kunci adalah figur yang memegang peranan penting dalam sastra

lisan, misalnnya dalang, pemuka masyarakat, sesepuh, dan pelaku lain.

Dalam penelitian inin, yang menjadi informan kunci adalah tokoh

masyarakat dan tokoh agama. Sedangkan yang menjadi informan biasa

adalah masyarakat, dan pelaku tradisi Pecah Telur (dalam hal ini etnis

Jawa).

Teknik pengambilan sampel menggunakan purposif yaitu sampel

ditetapkan secara sengajaoleh peneliti. Dalam hubungan ini, lazimnnya

didasarkan atas kriteria atau pertimbangan tertentu, jadi tidak melalui proses

pemilihan sebagaimana yang dilakukan dalam teknik random.27

Sedangkan penelitian informan dilakukan dengan menggunakan

jaringan yakni berdasarkan informasi yang diperoleh dari Tokoh

Mastarakat, masyarakat yang bersangkutan atau yang memahami dengan

26 James P. Spradley, Metode Etnografi, (Yogtakarta: Tiara Wacana, 2007), hlm.39

27

Sanapiah Faisal, Format-Format Penelitian Sosial, hlm.67

Page 30: MAKNA SIMBOLIS PECAH TELUR PADA PROSESI PERKAWINAN …

17

tradisi Pecah Telur di Desa Catur Rahayu Kecamatan Dendang Kabupaten

Tanjung Jabung Timur.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan peneliti gunakan dalam

penelitian ini menggunakan teknik observasi/pengamatan, wawancara, dan

dokumentasi, sebagaimana dijelaskan sebagai berikut:

a. Observasi/pengamatan

Observasi/pengamatan merupakan peninjauan secara cermat

dengan mengharuskan peneliti turun kelapangan mengamati hal-hal

yang berkaitan dengan apa yang akan diteliti. Observasi atau

pengamatan yang peneliti lakukan dengan bentuk observasi

partisipan.28

Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan yang diamati

atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan

pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber

data, dan ikut merasakan suka dukannya.29

Observasi ini digunakan

untuk penelitian yang telah direncanakan secara sistematik tentang

bagaimana proses dan kebiasaan pada adat atau tradisi pada masyarakat

Desa Catur Rahayu Kecamatan Dendang tentang makna simbolis tradisi

Pecah Telur. Serta mengetahui tahap-tahap yang digunakan.

Tujuan menggunakan metode ini untuk mencatat hal-hal,

perilaku, perkembangan, dan sebagainya tentang perilaku kebiasaan

28 Observasi partisipan yaitu suatu teknik pengamatan dimana peneliti ikut ambil bagian dalam

kegiatan yang dilakukan oleh oleh objek yang diteliti. Lihat di prof. Dr. Sugiyono, Memahami

Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2007), hlm.64

29

prof. Dr. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, hlm.64

Page 31: MAKNA SIMBOLIS PECAH TELUR PADA PROSESI PERKAWINAN …

18

masyarakat Desa Catur Rahayu Kecamatan Dendang tentang tradisi

yang diturun temurunkan dari nenek moyang dan masih berjalan sampai

sekarang.

b. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud

tertentu.Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara

(interviewer), yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara

(interviewe) yang memberikan jawaban atas pertanyaan

itu.30

Wawancara dalam suatu penelitian yang bertujuan mengumpulkan

keterangan tentang kehidupan manusia dalam suatu masyarakat serta

pendirian-pendirian mereka itu, merupakan suatu pembantu utama dari

metode observasi.31

Dalam pengumpulan data ini, penulis menggunakan bentuk

wawancara tak tertekstur.Wawancara tak terstruktur adalah wawancara

dimana peneliti maupun subjek peneliti lebih bebas menggunakan

pendapatnnya, namun peneliti tidak terkesan mengajari

informasi.32

Wawancara ini penulis gunakan untuk memperoleh data

yang berhubungan dengan tradisi Pecah Telur di Desa Catur Rahayu

Kecamatan Dendang Kabupaten Tanjab.tim, yang mana dalam hal ini

penulis mewawancarai masyarakat yang bersangkutan atau yang

memahami tentang tradisi Pecah Telur tersebut. Selama proses

30 Lexy J. Maleong, Metodologi penelitian kualitatif, hlm.186

31

Koentjaningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, ( Jakarta: Percetakan PT Gramedia,

1973), hlm.129

32

Suwardi Endaswara, Metodologi Penelitian Kebudayaan, (Yogyakarta: Gadja Mada

University, 2006), hlm.213

Page 32: MAKNA SIMBOLIS PECAH TELUR PADA PROSESI PERKAWINAN …

19

wawancara berlangsung, anatara peneliti dan informan tidak ada rasa

canggung dalam artian wawancara berjalan sesantai mungkin tanpa

memaksa serta menganggu waktu informan.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan tehnik akhir yang digunakan untuk

pengumpulan data dalam penelitian ini. Didalam pendokumentasian

sering dikenal dengan istilah dokumen, record, 33

foto, dan vidio/film.

Dokumentasi adalah sebagai suatu mencari dan mengurangi hal-hal

atau variabel-variabel yang merupakan catatan buku, surat kabar,

majalah, agenda, dan lain sebagainnya.34

Dokumentasi ini penulis

gunakan untuk memperoleh data yang berhubungan dengan makna

tradisi Pecah Telur dalam prosessi perkawinan di Kecamatan Dendang.

F. Teknik Analisa Data

Analisis data penelitian budaya berupa proses pengkajian hasil

wawancara, pengamatan, dan dokumen yang telah terkumpul. Setelah data-

data penelitian ini terkumpul, maka data yang diperoleh terlebih dahulu

diseleksi menurut variabel-variabel tertentu dan dianalisis melalui segi

kualitatif, data ini dianalisis dengan tehnik sebagai berikut:

33 Menurut Guba dan Lincoln record adalah setiap pertanyaan tertulis yang disusun oleh

seseorang atau lembaga untuk keprluan pengujian suatu peristiwa atau menyajikan akunting.

Sedangkan dokumen ialah setiap bahan tertulis ataupun film, lain dari record, yang tidak

dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik. Lihat di Lexy J. Maleong, Metodologi

Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), hlm.216

34

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm.274

Page 33: MAKNA SIMBOLIS PECAH TELUR PADA PROSESI PERKAWINAN …

20

a. Analis Domain (kategorisasi)

Analisis domain, biasannya dilakukan untuk memperoleh

gambaran atau pengertian yang bersifat umum dan relatif menyeluruh

tentang apa yang tercakup disuatu fokus atau pokok permasalah yang

diteliti. Biasannya dilakukan terhadap data yang diperoleh dari

pengamatan deskriptif yang terdapat dalam catatan lapangan.35

Analisis

domain ini digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh dari

tempat penelitian secara garis besarnya yaitu mengenai tradisi Pecah

Telur di Desa Catur Rahayu Kecamatan Dendang Kabupaten Tanjung

Jabung Timur .

b. Analisa Taksonomi (Menjabarkan Kategori)

Analisis taksonomi baru dilakukan setelah analisis domain,

dengan menggunakan pertanyaan struktural dapat membuktikan

domain-domain dan memperoleh data yang diteliti yang termasuk

kedalam domain-domain itu. Dengan analisis taksonomi akan

mengarahkan perhatian pada struktur internal dari domain-domain

tersebut.36

Hasil terpilih untuk memperdalam data yang telah ditemukan

melalui pengajuan sejumlah pertanyaan kontras.37

Yang bersumber

langsung dari tempat penelitian secara garis besar yaitu Tradisi Pecah

Telur di Desa Catur Rahayu Kecamatan Dendang Kabupaten Tanjung

Jabung Timur.

35 Lexy J. Maleong, Metodologi penelitian kualitatif, hlm.305

36

James P. Spradley, Metode Etnografi, hlm.185

37 Lexy J. Maleong, Metodologi penelitian kualitatif, hlm.305

Page 34: MAKNA SIMBOLIS PECAH TELUR PADA PROSESI PERKAWINAN …

21

c. Analisis Komponensial (Mencari Perbedaan Spesifik)

Analisis komponen merupakan suatu pencarian sistematik

berbagai atribut (komponen makna) yang berhubungan dengan simbol-

simbol budaya.Apabila peneliti menemukan berbagai kontras diantara

anggota sebuah kategori, maka kontras ini paling baik jika dianggap

atribut komponen makna suatu istilah.38

d. Analisis Tema Budaya (Mencari Hubungan/Benang Merah)

Pada tahap ini aktivitasnnya adalah mencari benang merah

diantara domain, dan bagaimana hubungannya dengan

keseluruhan.Analisis ini sesungguhnnya merupakan upaya mencari

benang merah yang mengintegrasikan lintas domain yang ada.

Jadi, penelitian kualitatif yang analisisnnya bergerak dari

analisa domain hingga ke analisis tema budaya. Pada analisi domain,

lingkupannya melebar sebab peneliti berkepentingan untuk mengenali

segenap domain(kategori-kategori simbolis) yang menjadi cakupan dari

fokus yang diteliti, guna memperoleh gambaran umum dan

menyeluruh. Setelah itu, dengan analisis taksonomi dan komponensial

penelitri memfokuskan perhatiannya pada beberapa domain saja guna

melacaknnya secara lebih rinci dan mendalam. Ini bisa disebut dengan

proses menyempit. Namun, setingkat lebih rinci dan mendalam dari

analisis sebelumnnya yang bersifat melebar. Pada akhirnnya atau

puncaknnya, dengan analisis tema. Prosennya melebar lagi, guna

38 James P. Spradley, Metode Etnografi, hlm.231

Page 35: MAKNA SIMBOLIS PECAH TELUR PADA PROSESI PERKAWINAN …

22

menemukan tema-tema yang keberadaannya termanifestasi atau

menjelma secara luas dalam kawasan keseluruhan atau sejumlah

domain. Analisis tema budaya sesungguhnnya merupakan upaya untuk

mencari benang merah yang mengintegrasikan lintas domain yang ada.

Yang mana analisis tema budaya ini gagasannya bertumpu pada asumsi

bahwa keseluruhan lebih dari sekedar jumlah bagian, situai sosial dan

budaya apapun yang diteliti dalam keadaannya bukanlah sekedar

jumlah dari pecahan-pecahan aktivitas, perilaku, tempat yang ada dalam

situasi tersebut, ia merupakan kesatuan yang terpolah dalam suatu

keseluruhan itulah terdapat tema-tema yang dijadikan orientasi kognitif

oleh para pelakunnya.

G. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Dalam proses pemeriksaan keabsahan data, peneliti menggunakan

metode triangulasi data. Triangulasi data adalah tehnik pemeriksaan data

yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.39

Triangulasi data

bertujuan untuk memeriksa kembali kebenaran dan keabsahan data-data

yang diperoleh di lapangan tentang tradisi Pecah Telur di Desa Catur

Rahayu Kecamatan Dendang Kabupaten tanjung Jabung Timur.

H. Tahap-Tahap Penelitian

Penelitian ini idealnya dilakukan selama 3 bulan, mulai dari

pembuatan judul, proposal, hingga penulisan laporan (skipsi). Penelitian ini

39 Lexy J. Maleong, Metodologi penelitian kualitatif, hlm.330

Page 36: MAKNA SIMBOLIS PECAH TELUR PADA PROSESI PERKAWINAN …

23

diawali dengan konsultasi judul dengan pihak program studi, dilanjutkan

penunjukkan dosen pembimbing dan perbaikan proposal. Kemudian

seminar proposal, perbaikan hasil seminar dan turun kelapangan untuk

mengumpulkan data-data penelitian dilapangan, setelah dilakukan tehnik

analisis data dan sebagainya, selanjutnya baru ujian munaqasah.

I. Jadwal Penelitian

Penelitian dilakukan dengan pembuatan proposal, kemudian

dilanjutkan dengan perbaikan hasil seminar proposal skripsi. Setelah

pengesahan judul dan izin riset, maka penulis mengadakan pengumpulan

data, verivikasi, dan analisis data dalam waktu yang berurutan. Hasil penulis

akan berkonsultasi kepada dosen pembimbing sebelum diajukan sidang

munaqasah. Hasil sidang munaqasah dilanjutkan dengan perbaikan dan

penggandaan laporan skipsi.

Page 37: MAKNA SIMBOLIS PECAH TELUR PADA PROSESI PERKAWINAN …

24

N

O KEGIATAN

BULAN

Jan-18 Mar-18 Apr-18 Agus-18 SEP-18 OKT-18 NOV-18

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Pengajuan Judul X

2

Proposal dan Penunjukan Dosen

Pembimbing

X

3 Bimbingan dan Perbaikan Proposal X X

4 Pengurusan Izin Seminar X

5 Seminar Proposal dan Perbaikan X X

6 Pengesahan dan Izin Riset

X

7 Pelaksanaan Riset X X

8 Pengumpulan Data danAnalisi Data

X X X X

10 Penulisan Skripsi dan Bimbingan

X

X X X X

X

11 Munaqasah dan Perbaikan

X

12 Penyempurnaan dan Penggandaan

X

Page 38: MAKNA SIMBOLIS PECAH TELUR PADA PROSESI PERKAWINAN …

25

BAB III

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Desa Catur Rahayu

Desa Catur Rahayu secara administratif termasuk dalam Kecamatan

Dendang Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi.Desa Catur

Rahayu ini merupakan desa yang masih mengutamakan adat budayanya dan

sangat berbeda dengan desa-desa lainya.Seperti ungkapan mbah Sias

sebagai berikut.40

“Nak akdewe ngomongke budoyo, emang jek perkoso budoyo

Desa Catur Rahayu. Misale budoyo seng perkosos iku iso di

delok songko nyambet gawe saben dino, misale ngentosi

kelahiran calon si cabang bayi seng dijenengi tradisi Muyyi

ambek pas wektu meteng pitong wulan ngadakke selametan

seng jenenge Mitoni.Iso akdewe delok dewe nak akdewe melbu

neng Desa Catur Rahayu masyarakat emang jek

mempertahanke tradisi seng di waresne ambi nenek moyang

disek. Sakjane jaman sakiki kan wes modern ambek teko uduk

wong Jowo tapi masyarakat Desa Catur Rahayu ijek

Artinya:

“Kalau kita berbicara mengenai budaya, memang Masih sangat

kuat budaya masyarakat Desa Catur Rahayu.Contoh budaya

yang sangat kuat itu dapat di lihat dari kegiatan sehari-sehari,

40 Hasil Wawancara Mbah Sias ( 9 Agustus 2018, 10.00 WIB )

Page 39: MAKNA SIMBOLIS PECAH TELUR PADA PROSESI PERKAWINAN …

26

misalnya menyambut kelahiran seorang anak yang dinamakan

tradisi Muyyi dan juga pada masa kehamilan 7 bulan

mengadakan selamatan yang disebut Mitoni. Bisa kita lihat

sendiri kalau kita masuk ke Desa Catur Rahayu masyarakat

memang masih mempertahankan tradisi yang diwariskan oleh

nenek moyang dahulu.Walaupun zaman sudah modern dan

adanya pendatang bukan orang Jawa tetapi masyarakat Desa

Catur Rahayu masih sangat mempertahankan budaya lama.

Menurut informasi dari nenek Siti dari Desa Catur Rahayu

memiliki cerita sendiri yang mana asal kata nama Catur berasal dari ibadah

sedangkan Rahayu berasal dari sempurna. Setelah itu nama dari Catur

Rahayu tersebut digabungkan menjadi ibadah sempurna. 41

Karena pada

tahun 1980 an masyarakat Desa Catur Rahayu kalau masalah ibadah

sangatlah kurang dan kebanyakan masyarakat sekitar banyak tidak

memperhatikan soal ibadahnya. Sehingga ada seorang yang bernama

Mahammad Rohim yang mempunyai ide yaitu menaman desa tersebut

dengan nama Catur Rahayu yang artinya ibadah sempurna dimana dengan

nama tersebut agar masyarakat Desa Catur Rahayu bisa memperbaiki ibadah

dan lebih baik lagi dari sebelumnya.42

Desa Catur Rahayu dahulunya adalah eks Pemukiman Transmigrasi

yang bernama Dendang II UPT IV penempatan tahun 1980/1982 yang pada

awalnya berjumlah 733 kepala keluarga yang terdiri dari 2273 jiwa. Para

41 Hasil Wawancara dari Nenek Siti ( 9 Agustus 2018, 13.00 WIB)

42

Hasil Wawancara dari Bapak Muhammad Rohim ( 9 Agustus 2018, 15.00 WIB)

Page 40: MAKNA SIMBOLIS PECAH TELUR PADA PROSESI PERKAWINAN …

27

Transmigran sebagian besar adalah penduduk yang berasal dari pulau Jawa

( Sunda, Jawa, Bugis dan Melayu ) .

Kata “Catur Rahayu” menggambarkan 4 suku yang mendomisili

wilayah Desa Catur Rahayu. Desa Catur Rahayu terbagi menjadi 4 RW dan

29 RT (tahun 1982). Kemudian setelah tahun 1982 terjadi pemekaran

kembali dan masuknya Dusun Blok 4 dengan penambahan 2 RT dan

kurangnya jumlah RW. Sejak terbitnya Peraturan Daerah Nomor : 12 Tahun

2004 tentang pembentukan Kecamatan Muara Sabak Barat, Kecamatan

Kuala Jambi, Kecamatan Mendahara Ulu, Kecamatan Geragai dan

Kecamatan Dendang serta penataan Desa dan Kelurahan dalam Kabupaten

Tanjung Jabung Timur. Yang semula desa Catur Rahayu Merupakan

Wilayah Kecamatan Rantau Rasau menjadi Wilayah Kecamatan Dendang.43

B. Batas Wilayah Desa Catur Rahayu

Desa Catur Rahayu terletak di Wilayah Timur Provinsi Jambi,

Secara Administratif Desa Catur Rahayu berada di Kecamatan Dendang

Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi. Desa Catur Rahayu

terdiri dari 30 RT dan 4 Dusun yang terbagi berdasarkan Blok dan Jalur

yang telah ditentukan. Desa ini memiliki luas wilayah 2.250 ha yang

berbatasan langsung dengan44

:

a. Sebelah Utara : Desa Sido Mukti

b. Sebelah Selatan : Desa Londrang

43 Sumber Data: Dokumentasi Desa Catur Rahayu Kecamatan Dendang (10 Agustus 2018,

09.00 WIB)

44

Sumber Data: Dokumentasi Desa Catur Rahayu Kecamatan Dendang (10 Agustus 2018,

09.00 WIB)

Page 41: MAKNA SIMBOLIS PECAH TELUR PADA PROSESI PERKAWINAN …

28

c. Sebelah Barat : Kelurahan Teluk Dawan

d. Sebelah Timur : Desa Jati Mulyo dan Desa Kota

Kandis Dendang

Orbitasi Desa Catur Rahayu ke Kantor Camat , ibu kota Kabupaten,

Propinsi Jambi dan ibu kota Negara Jakarta adalah sebagai berikut45

:

a. Ke kantor Camat :12,7 Km

b. Ibu kota Kabupaten Tanjung Jabung Timur: 14,7 Km

c. Ke Ibu kota Propinsi Jambi : 92 Km

d. Ke ibu kota Negara Jakarta : 2.558 Km

Desa Catur Rahayu transportasi yang digunakan masyarakat

didominasi dengan kendaraan roda dua, yaitu sepeda motor dan roda empat,

yaitu mobil.

C. Jumlah Penduduk

Dari data Penduduk berdasarkan Laporan Kependudukan sedikit

mengalami ketidak singkronan data antara Dinas Kependudukan dan

Pengentrian Data berdasarkan hasil Pencacahan Data Dasar Keluarga pada

tahun 2016, namun dari pengambilan perbandingan kedua sumber tersebut

pada tahun telah disepakati bahwa jumlah Penduduk Desa Catur Rahayu

tercatat sekitar 2.328 Jiwa dan tercatat sekitar 675 KK(Kepala Keluarga)

sebagaimana tersebut dalam Tabel dibawah ini :

45 Sumber Data: Dokumentasi Desa Catur Rahayu Kecamatan Dendang (10 Agustus 2018,

09.00 WIB)

Page 42: MAKNA SIMBOLIS PECAH TELUR PADA PROSESI PERKAWINAN …

29

Tabel 1 Jumlah Penduduk Desa Catur Rahayu Per Dusun46

No Wilayah Nama Dusun

Jumlah Penduduk Jumlah

Total Laki-laki Perempuan

1 Dusun I Dusun Blok 4 203 204 407

2 Dusun II Dusun Tengah 365 303 668

3 Dusun III Dusun Keman 384 346 730

4 Dusun IV Dusun

Kemang

270 253 523

J u m l a h 1.222 1.106 2.328

Sumber : Data Dasar Keluarga/Profil Desa Catur Rahayu 2016

D. Mata Pencaharian

Kondisi Tofografi wilayah daratan Desa Catur Rahayu secara umum

berada didataran rendah yang terdiri dari rawa/gambut yang merupakan

dataran rendah berkisar ± 0 – 2 mdpl ditandai dengan permukaan tanah

yang banyak dialiri pasang surut air laut. Desa Catur Rahayu beriklim tropis

basah dengan curah hujan rata-rata pertahun berkisar antara 500 – 1000

mililiter, suhu udara rata-rata 22 - 30 ⁰C.

Pada tahun 1980-2005 Desa Catur Rahayu merupakan lahan

Pertanian dan palawija(tanaman yang ditanam untuk memenuhi kebutuhan

pangan seperti ubi, kacang panjang, jagung dll). Setelah Tahun 2005 sampai

46 Sumber Data: Dokumentasi Desa Catur Rahayu Kecamatan Dendang (10 Agustus 2018,

09.00 WIB)

Page 43: MAKNA SIMBOLIS PECAH TELUR PADA PROSESI PERKAWINAN …

30

sekarang lahan pertanian alih fungsi menjadi perkebunan kelapa sawit.

Disamping mengandalkan hasil potensi Perkebunan, disektor pertanian

terdapat areal yang dapat dimanfaatkan untuk kawasan tanaman pangan,

dengan potensi lahan yang dimiliki oleh Desa Catur Rahayu sampai dengan

tahun 2016 seluas 1.650 ha. Sektor ini dapat menjadi potensi unggulan

karena masih memungkinkan untuk dikembangkan melalui ekstensifikasi

maupun intensifikasi lahan, dengan jenis tanaman Perkebunan Padi dan

palawija.47

Seiring dengan berbagai dinamika perkembangan aktifitas ekonomi

masyarakat, pola penggunaan tanah telah mengalami perubahan dari waktu

ke waktu. Selain terkait dengan fluktuasi harga berbagai jenis hasil

pertanian dipasaran, juga berkaitan dengan meningkatnya kebutuhan lahan

untuk penggunaan lainya seperti pembangunan areal pemukiman penduduk,

sarana dan prasarana umum, infratstruktur jalan dan abrasi/pengikisan

daerah tepian sungai yang dipengaruhi derasnya arus pasang surut air laut.

Mata pencaharian utama penduduk Desa Catur Rahayu adalah

Pekebun/Petani yang menunjukkan sebagai desa perkebunan/pertanian.

Sebagian besar (94 %) merupakan petani (kelapa sawit) dan 2 % (Pertanian

Palawija) sekitar 2 % merupakan Pedagang dan Usaha Lainnya , sedangkan

sisanya sekitar 2 % bekerja sebagai pegawai negeri (guru dan pegawai

kesehatan) , TNI, Polri dan tukang.

47 Hasil Wawancara Bapak Rakiban, sebagai Rt di sk 8 Desa Catur Rahayu (10 Agustus 2018,

10.00WIB)

Page 44: MAKNA SIMBOLIS PECAH TELUR PADA PROSESI PERKAWINAN …

31

Tabel 2 Penduduk Desa Catur Rahayu Berdasarkan Mata Pencaharian48

No Mata Pencaharian

Jumlah

(orang)

Proporsi %

1 PNS 33 -

2 ABRI 0 -

3 POLRI 1 -

4 Karyawan Swasta 35 -

5 Dagang 25 -

6 Tukang 25 -

7 Bertani 327 -

8 Berkebun 236 -

9 Buruh 37 -

10 Pengusaha/Toke 16 -

11 Guru Honorer 21 -

12 Lainnya 147 -

Jumlah 903 -

Sumber : Data Profil Desa Catur Rahayu 2016

Dari tabel diatas digambarkan secara rinci bahwa penduduk Desa

Catur Rahayu mayoritas berprofesi Pekebun dan Petani dari jumlah total

usia kerja sebanyak 903 orang.

48 Sumber Data: Dokumentasi Desa Catur Rahayu Kecamatan Dendang (10 Agustus 2018,

09.00 WIB)

Page 45: MAKNA SIMBOLIS PECAH TELUR PADA PROSESI PERKAWINAN …

32

E. Pendidikan

Apabila melihat kehidupan masyarakat Catur Rahayu dibidang

pendidikan, diketahui bahwa 40% masyarakat Catur Rahayu hanya tamatan

SD/sederajat namun demikian pengetahuan tentang ilmu pengetahuan dan

teknologi tentu tidak ketinggalan karena informasi disegala bidang sudah

bisa dilihat dan diakses sampai dipedesaan khsusnya Desa Catur Rahayu

seperti melalui televisi, radio, internet, handpone serta media sosial lainya,

sehingga semua kebutuhan masyarakat yang diinginkan dapat diketahui dan

tidak kalah pentingnya lagi kedewasaan masyarakat dalam bidang politik

melalui pemilihan langsung 10 tahun terakhir ini sejak digulirkan reformasi,

untuk melihat jumlah dan persentase penduduk Catur Rahayu berdasarkan

tingkat pendidikan seperti tabel berikut:

Tabel 3 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan49

No. Kelompok Umur Jumlah (Orang)

1 Belum Sekolah 45

1 Tidak Tamat SD/Sederajat 130

2 Tamat SD/Sederajat 313

3 SLTP 201

4 SLTA 89

5 Diploma 4

6 Strata 1 8

7 Starata 2 -

Jumlah 790

49 Sumber Data: Dokumentasi Desa Catur Rahayu Kecamatan Dendang (10 Agustus 2018,

09.00 WIB)

Page 46: MAKNA SIMBOLIS PECAH TELUR PADA PROSESI PERKAWINAN …

33

Tabel 4 fasilitas pendidikan yang ada di Desa Catur Rahayu50

No Jenis Sekolah Jumlah

1 Paud 4

2 Sd 4

3 Sltp 1

4 Tk 1

5 Madrasah Diniyah 1

Total 11

H. Kondisi Budaya

1. Agama

Kegiatan keagamaan di Desa Catur Rahayu berjalan

sebagaimana mestinya dan sesuai dengan agama yang dianut serta

kerukunan hidup antar umat beragama berjalan harmonis karena

masyarakat Catur Rahayu 99% mayoritas beragama Islam, sementara

jumlah rumah ibadah di Desa Catur Rahayu adalah seperti tabel

berikut51

:

50 Sumber Data: Dokumentasi Desa Catur Rahayu Kecamatan Dendang (10 Agustus 2018,

09.00 WIB)

51

Sumber Data: Dokumentasi Desa Catur Rahayu Kecamatan Dendang (10 Agustus 2018,

09.00 WIB)

Page 47: MAKNA SIMBOLIS PECAH TELUR PADA PROSESI PERKAWINAN …

34

Tabel 5 Sarana Peridabatan Masyarakat Desa Catur Rahayu

No Sarana Jumlah

1 Masjid 7

2 Langgar/Surau 5

3 Gereja 1

Total 13

2. Etnis

Berdasarkan pengamatan penulis, Desa Catur Rahayu terbagi

atas berbagai suku, yaitu suku Jawa, Sunda , Batak, Bugis, Melayu dan

Palembang, karena Desa Catur Rahayu merupakan daerah trans dari

Jawa, maka masyarakatnya juga mayoritas suku Jawa. Sedangkan suku

lain itu berdasarkan akukturasi budaya setempat, ataupun berdasarkan

perkawinan campuran warga setempat dengan masyarakat diluar Desa

Catur Rahayu.52

4. Adat Istiadat

Pada bidang budaya ini masyarakat Desa Catur Rahayu

menjaga dan menjunjung tinggi budaya dan adat istiadat yang diwarisi

oleh para leluhur (nenek moyang). Hal ini terbukti masih berlakunya

tatanan budaya serta kearifan lokal pada setiap prosesi pernikahan,

panen raya, cuci kampong jika salah seorang dari warga warga

masyarakat melanggar ketentuan hukum adat.Lembaga yang paling

52 Observasi Penulis di Desa Catur Rahayu Kecamatan Dendang Kabupaten Tanjung Jabung

Timur, (10 Agustus 2018, Jam 14.00)

Page 48: MAKNA SIMBOLIS PECAH TELUR PADA PROSESI PERKAWINAN …

35

berperan dalam melestariakn dan menjaga tatanan adat istiadat budaya

lokal ini adalah Lembaga Adat Desa Catur Rahayu (LAD). Lembaga ini

masih tetap aktif, baik dalam kepengurusan maupun dalam

melaksanakan tugas-tugasnya.53

5. Sistem Kekerabatan

Begitu multiculture bangsa Indonesia, dilihat dari sistem

kekerabatan.Dalam masyarakat Jawa, khususnya di Desa Catur Rahayu

masih erat ikatan persaudaraanya.Hal itu bisi dilihat dari sistem

kekeluargaan di masyarakat tersebut. Sebuah pernikahan tentu akan

mempertemukan dua buah keluarga besar. Oleh karena itu, sesuai

kebiasaan yang berlaku, kedua pasangan yang akan melakukan

pernikahan akan memberitahu keluarga masing-masing bahwa mereka

telah menemukan pasangan yang cocok dan ideal untuk dijadikan

suami/istri.

Masyarakat Jawa di desa Catur Rahayu sebagai masyarakat yang

menganut sistem pernikahan bilateral harus bisa menjaga tradisi-tradisi

pernikahan agar nilai-nilai yang terkandung didalam tradisi tersebut

tidak hilang dan budaya tersebut tidak hanya menjadi cerita bagi

generasi penerus. Di dalam masyarakat harus menjaga tradisi-tradisi

Jawa.Salah satunya yaitu tradisi Pecah Telur agar solidaritas antar

53 Observasi Penulis di Desa Catur Rahayu Kecamatan Dendang Kabupaten Tanjung Jabung

Timur, (10 Agustus 2018, Jam 14.30)

Page 49: MAKNA SIMBOLIS PECAH TELUR PADA PROSESI PERKAWINAN …

36

warga masyarakat Desa Catur Rahayu bisa terjalin dengan baik dan

menambah rasa persaudaraan.54

Disamping itu juga, elastisitas yang merupakan salah satu ciri dari

budaya masyarakat Jawa itu dapat dilihat pada orang-orang Jawa yang

mengikuti program transmigrasi ke luar Jawa, dengan segala

keterbatasan dan lingkungan yang masih asing, mereka telah

menunjukkan suatu prestasi kemampuan yang luar biasa. Mereka

berhasil membaur dan beradaptasi dengan lingkungan serta penduduk

sekitar. Inilah yang dialami oleh masyarakat Desa Catur Rahayu.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa suatu fenomena

yang realitasnya adalah bahwa orang Jawa dengan kebudayaannya

dapat terus hidup meskipun jauh di perantauan dan dapat berdapingan

serta melebur dengan masyarakat dan kebudayaan lain yang sama sekali

berlainan karakternya. Hal ini cukup membuktikan bahwa orang Jawa

dan dan kebudayaan Jawa memiliki kemampuan untuk terus menerus

hidup menyesuaikan diri dengan tantangan dan perubahan zaman.

Namun, yang harus menjadi catatan dan patut dibanggakan, bahwa

masyarakat Jawa khususnya di Desa Catur Rahayu Kecamatan Dendang

Kabupaten Tanjung Jabung Timur, mereka selalu dapat menyesuaikan

diri dengan lingkungan sosial maupun budaya.55

54 Wawancara Bapak Marjuki (11 Agustus 2018, 10.00 WIB)

55

Wawancara dengan Mbah Sapurah, (11 Agustus 2018, 13.00 WIB)

Page 50: MAKNA SIMBOLIS PECAH TELUR PADA PROSESI PERKAWINAN …

37

BAB IV

TEMUAN DAN PEMBAHASAN

A. Prosesi Tradisi Pecah Telur

Sebelum penulis berbicara tentang prosesi Pecah Telur, terlebih

dahulu penulis akan menggambarkan yang berkaitan dengan sejarah dari

keberadaan tradisi Pecah Telur ini. Yang diambil berdasarkan hasil

wawancara dengan masyarakat setempat.

Pecah Telur merupakan tradisi adat Jawa ketika seseorang akan

melaksanakan pernikahan. Tradisi Pecah Telur ini sudah turun temurun

dilestarikan sampai saat ini, yang berasal dari pulau Jawa.56

Ketika para

leluhur ditranskan kedaerah Sumatera pada tahun 1976, tepatnya ke daerah

Singkut pada masa Presiden Soeharto.57

Sebagaimana informan menjelaskan kepada peneliti bahwa yang

melatar belakangi adanya tradisi Pecah Telur tersebut dalam hal ini telah

dikemukakan oleh mbah Nyias bahwa58

:

“Asal usule ya pas wong-wong kan Jawa mbiyen nembe pada

teka kan Singkut, wong-wong kue pada nggawa tradisi kiye

mengeneh. Jarenen nek wong nembe biyen pas arep

ngelakokne nikah upacarane ngengge tradisi pecah telur, nak

gak ngenggo tradisi kui jarene wong tuek biyen sok bakal

celoko nak gak keluargane gak tentrem. Makane tradisi pecah

telur iki dianakne tekan sakiki.”

56 Hasil Wawancara Mbah Sapurah ( 15 Agustus 2018, Jam 10.00 WIB )

57

Hasil Wawancara Mbak Sri ( 15 Agustus 2018, Jam 13.00 WIB )

58 Hasil Wawancara Mbah Nyias ( 15 Agustus 2018, Jam 09.00 WIB )

Page 51: MAKNA SIMBOLIS PECAH TELUR PADA PROSESI PERKAWINAN …

38

Artinya:

“Asal usul tradisi Pecah Telur ini berawal ketika trans ini

dibuka dari para pendatang tersebut membawa kebiasan

mereka pas di Jawa dahulu kesini. Ketika sesorang akan

melaksanakan pernikahan pasti ada upacara adat Jawa yaitu

tradisi Pecah Telur, kalau tidak menggunakan tradisi tersebut

kata nenek moyang dulu akan celaka dan tidak akan tentram

rumah tangganya. Maka dari itu tradisi Pecah Telur ini

diadakan sampai sekarang.”

Dalam hal keyakinan atau kepercayaan orang Jawa bahwa tradisi ini

bisa memberikan gambaran untuk masa depan si kedua pengantin seperti

apa. Karena menurut masyarakat setempat bahwa59

:

“Pecah Endok minongko yo iku ilustrasi kanggo urep keluarga

kanggo entok harmonis lan seneng. Bojomu lan bojone kudu

biso bebarengan lan membantu saben liyane kanggo

nindakake urep keluargane. Meski nggango adat istiadat Jowo

ritual ditindakake minongko wujud penghormatan tumprap

poro leluhurmu lan eng wektu eng podo jalok perlindungan

lan kebejikan kanggo keluarga anyar seng bakal diwiwiti.”

Artinya:

“Injak Telur merupakan suatu gambaran kehidupan rumah

tangga kelak agar tercapai kehidupan yang terharmonis dan

59 Hasil Wawancara Mbah Goprak (15 Agustus 2018, Jam 13.45 WIB)

Page 52: MAKNA SIMBOLIS PECAH TELUR PADA PROSESI PERKAWINAN …

39

bahagia. Suami istri harus bekerja sama dan saling membantu

dalam menjalankan kehidupan rumah tangganya. Tentunnya

dengan tradisi Jawa dilakukan sebagai wujud penghormatan

kepada leluhur dan sekaligus untuk memohon keselamatan,

perlindungan, kelancaran dan berkah untuk keluarga baru yang

akan segera dibina.”

Oleh karena tradisi ini dipakai sampai saat ini sebagai wujud

penghormatan kepada tradisi nenek moyang yang terdapat kepercayaan

sebagai perantara doa-doa kepada sang khalik. Berkenaan dengan hal ini,

masyarakat setempat inigin mempertahankan tradisi Pecah Telur ini untuk

mendapatkan berkah.

Berikut ini tahapan-tahapan atau proses yang dilakukan masyarakat

di Desa Catur Rahayu:

1. Tahap Persiapan

a. Menyiapkan Peralatan Yang di Gunakan

Persiapan yang di lakukan sebelum melaksanakan upacara

tradisi Pecah Telur harus menyiapkan peralatan terlebih dahulu.

Seperti ungkapan mbah Sias sebagai berikut60

:

“Nak akdewe arep nyediakne peralatan-pralatane gak

rumit tapi yo harus lengkap sebabe nak gak lengkap yo

engko gak berkah opo gak sah”.

Artinya:

60 Hasil Wawancara Mbah Sias ( 16 Agustus 2018, Jam 09.00 WIB)

Page 53: MAKNA SIMBOLIS PECAH TELUR PADA PROSESI PERKAWINAN …

40

“Kalau kita mau menyiapkan peralatan-peralatan kui gak

rumit tapi harus lengkap karena kalau tidak lengkap nanti

gak berkah atau tidak sah”.

Adapun peralatan-peralatan yang harus disiapkan ialah61

:

1. Telur ayam kampung melambangkan permulaan pada ayam yang

berasal dari telur dan juga melambangkan keperawanan yang

belum tersentuh dari seorang perempuan.

2. Baskom fungsinya wadah air yang didalamnya ada bunga dan

koin logam

3. Tikar fungsinya sebagai alas untuk semua peralatan yang

digunakan supaya tidak kotor

4. Kain jarik fungsinya sebalai alas untuk semua peralatan yang

ditarok diatas tikar

5. Uang logam melambangkan seorang pria harus bertanggung

jawab memberi nafkah pada keluarga

6. Kembang setaman yang diambil dari area taman melambangkan

keharuman dalam berumah tangga

7. Kain lap fungsinya untuk membersihkan kotoran

8. Cabe melambangkan keberanian dalam rumah tangga kelak

9. Bawang merah dan bawang putih melambangkan jika ada suatu

masalah harus tegar tidak boleh merenggek-renggek dan

melambangkan kesucian

61 Hasil wawancara Ibu Umi ( 16 Agustus 2018, Jam 11.00 WIB )

Page 54: MAKNA SIMBOLIS PECAH TELUR PADA PROSESI PERKAWINAN …

41

10. Beras kuning melambangkan kesuburan terhadap kedua pengantin

Dari bahan-bahan yang telah di sebutkan di atas merupakan

bahan untuk upacara adat Jawa yaitu Pecah Telur, karena bahan

tersebut yang telah ditentukan oleh masyarakat yang benar paham

tentang tradisi tersebut. Maka apabila melakukan upacara tersebut tidak

menyesuaikan dengan bahan tersebut maka hasil tidak menemukan

yang di inginkan saat Pecah Telur dilaksanakan.62

Dalam tradisi Pecah Telur ini di Desa Catur Rahayu

merupakan tradisi yang setiap akan melakukan pernikahan dilakukan

oleh masyarakat setempat yang sesuai dengan nilai-nilai dan norma-

norma adat istiadat Desa Catur Rahayu yang menggunakan Pecah Telur

sebagai bahan utama tradisi ini.

Bukan menggunakan telur bebek, telur angasa ataupun lainya,

telur ayam kampung tersebut merupakan bahan yang tergolong sangat

mudah oleh masyarakat, karena mayoritas masyarakat Desa Catur

Rahayu sebagian besar mempunyai ayam kampung di setiap

rumahnya.63

2.TahapPelaksanaan

Sebelum di bahas lebih lanjut mengenai tahap pelaksaan ini,

perlu diketahui juga bahwa pelaksanaan pecah telur di laksanakan pada

pagi hari ketika usai temu nganten. Pada mulanya kegiatan Pecah Telur

ini dilaksanakan sekitar pukul 10 pagi. Melakukan Pecah Telur dengan

62 Hasil Wawancara Ibu Sias ( 16 Agustus 2018, Jam 13.00 WIB )

63

Hasil Wawancara Ibu Sunarti ( 16 Agustus 2018, Jam 14.30 WIB )

Page 55: MAKNA SIMBOLIS PECAH TELUR PADA PROSESI PERKAWINAN …

42

waktu yang telah di tentukan merupakan bentuk perjanjian yang telah di

tetapkan oleh pemerintah desa setempat. Mengingat, dalam melakukan

Pecah Telur tersebut tentu saja menunggu pengantin pria datang

kelokasi pengantin wanita.64

Adapun tahapan-tahapan yang di lakukan

dalam upacara tradisi Pecah Telur ini adalah sebagai berikut65

:

1. Setelah akad nikah pengantin perempuan menunggu pengantin laki-

laki datang dan saat itulah pengantin perempuan mengganti kostum

lain.

2. Setelah pengantin laki-laki datang dengan di iringi oleh keluarga dan

ada salah satu saudaranya membawa kembar mayang saat itulah

pengantin wanita keluar rumah yang di iringi oleh 2 saudaranya.

Menurut Wawancara dengan Mbah Goprak beliau

mengatakan:

“Fungsine kembar mayag kui ngenggo pesen ambek seng

nganten, nggo seteruse iso mempertahanke keutuhane omah

tonggone sesusah opopun halangane seng arep sesok

mbene.

Arntinya:

“Fungsi kembar mayang diantaranya adalah sebagai pesan

kepada sang pengantin, untuk selalu bisa mempertahankan

keutuhan rumah tangganya sesulit apapun halangan yang

akan terjadi di kemudian harinya.

64 Hasil Wawncara Mbah Goprak ( 18 Agustus 2018, Jam 09.00 WIB )

65

Hasil Wawancara Mbah Sapurah ( 18 Agustus 2018, Jam 11.00 WIB )

Page 56: MAKNA SIMBOLIS PECAH TELUR PADA PROSESI PERKAWINAN …

43

3. Setelah keluar rumah sekitar 1 m dari pintu pengantin perempuan

tegak menunggu mempelai wanita datang menghampiri dan pada

saat itu diiringi 2 saudaranya yang salah satunya membawa kembang

mayang66

.

4. Setelah sampai pengantin laki-laki dihadapan pengantin perempuan

terlebih dahulu kembar mayang tersebut ditukar dan diletakan di

depan plaminan kanan kiri.

5. Setelah itu pengantin wanita mengelilingi pengantin laki-laki 3 kali

dan setelah itu ia jongkok di depan pengantin laki-laki.

6. Setelah itu pengantin laki-laki memcahkan telur itu dengan kaki

kananya.

7. Kemudian pengantin wanita membersihkan kaki pengantin laki-laki

dengan air bunga dan membersihkan dengan kain lap atau serbet

yang telah tersedia.

8. Setelah itu mempelai laki-laki membantu pengantin perempuan

untuk berdiri lagi dengan cara mengangkat kedua tanganya.

9. Setelah selesai itu ada seorang yang memahami tradisi tersebut ia

menyebarkan beras kuning dan koin yang sudah tersedia67

.

3. Penutupan

Setelah melakukan tradisi pecah telur kedua mempelai

melakukan ritual sebagai berikut68

:

66 Hasil Wawancara Mbah Sapurah ( 18 Agustus 2018, Jam 13.00 WIB )

67

Hasil Wawancara Mbah Rukiyem ( 18 Agustus 2018, Jam 14.00 WIB )

Page 57: MAKNA SIMBOLIS PECAH TELUR PADA PROSESI PERKAWINAN …

44

a. Dulangan atau Menyuapi

Dulangan atau menyuapi itu antara pengantin pria dan wanita

saling menyuapi nasi satu sama lain melambangkan kedua mempelai

akan hidup bersama dalam susah dan senang dan saling menikmati

yang menjadi milik mereka bersama. Ibu dari pengantin perempuan

akan memberikan sebuah piring kepada pengantin perempuan yang

berisi nasi dan lauk pauk. Kemudian pengantin pria menyuapkan

nasi ke pengantin perempuan setelah itu pengantin perempuan juga

menyuapi pengantin laki-laki.

b. Sinduran atau Gendong Manten

Ayah dari mempelai wanita berada didepan kedua mempelai,

mempelai wanita disebelah kiri dan mempelai pria di ebelah kanan

dan sang ibu dari mempelai wanita memasangkan kain yang

menutupi pundak kedua mempelai dan ujung kain tersebut dipegang

oleh ayah dari mempelai wanita, lalu ayah dari mempelai wanita

berjalan perlahan-lahan di depan kedua mempelai menuju kursi

pelaminan dan ibu dari mempelai wanita menuntun dan memegangi

kain sindur kedua mempelai dari belakang.69

c. Duduk Sanding

Diduduknya calon pengantin laki-laki dan perempuan yang

sudah melakukan Ijab Kabul, karena itu mereka sudah sah menjadi

suami istri dan akhirnya bisa duduk berdekatan atau duduk sanding.

68 Hasil Wawancara Nenek Sukar ( 19 Agustus 2018, Jam 10.00 WIB )

69

Hasil Wawancara Mbah Nyias ( 19 Agustus 2018, Jam 11.00 WIB )

Page 58: MAKNA SIMBOLIS PECAH TELUR PADA PROSESI PERKAWINAN …

45

d. Sungkeman

Prosesi ini diakhiri dengan prosesi sungkeman atau berlutut

kepada kedua orang tua mempelai, pada prosesi ini kedua mempelai

berlutut didepan kedua orang tua. Dimana orang tua duduk dikursi

dan kedua mempelai duduk bersimpuh menghadap orang tua sambil

bersalaman. Dan orang tua membisikkan nasehat-nasehat kepada

kedua mempelai. Prosesi ini dilakukan oleh orang tua mempelai pria

dan mempelai perempuan secara bergantian.70

B. Faktor-faktor Masyarakat Masih Mempertahankan Tradisi Pecah

Telur

Tradisi Pecah Telur pada dasarnya sudah banyak mengalami

perubahan artinya sudah tidak banyak lagi dipakai didaerah Kec. Dendang.

Namun, di Desa Catur Rahayu tradisi ini masih tetap dilestarikan. Adapun

alasan masyarakat masih mempertahankan tradisi Pecah Telur ini yaitu:

1. Penghormatan Terhadap Nenek Moyang

Masyarakat begitu antusias dalam menjaga tradisi ini agar tetap di

lestarikan hingga keanak cucu mereka nantinnya. Maka dalam ini, mereka

tetap memepertahankanya. Mereka mempercayai bahwa ketika mereka mau

menjalankan pernikahan dan mereka tidak menjalankan tradisi ini, maka

mereka menyadari bahwa ada sesuatu yang kurang ataupun tidak lazim

(tidak wajar) karena tidak melakukanya. Sebab tradisi ini sudah dilakukan

selama turun temurun jauh sebelum mereka dilahirkan. Oleh karena itu,

70 Hasil Wawancara Mbah Goprak ( 19 Agustus 2018, Jam 13.00 WIB )

Page 59: MAKNA SIMBOLIS PECAH TELUR PADA PROSESI PERKAWINAN …

46

mereka menyakini bahwa dalam prosesi tradisi Pecah Telur ini

mengharapkan perlindungan, keselamatan dan berkah kepada sang pencipta.

Dan juga telur ayam yang merupakan peralatan paling utama diartikan

sebagai sebuah awal kehidupan manusia. Untuk perkawinan Jawa berarti

sebagai sebuah simbol bahwa kedua pengantin tersebut akan terlahir dalam

kehidupan yang baru yaitu dalam kehidupan rumah tangga.71

Menurut wawancara dengan mbah Sukinah beliau mengatakan

bahwa:

“Pecah telur kui memang kudu di tindakno nang masyarakat

kene, nak ora di tindakno engko bakal entuk balak utowo

musibah koyo urip rumah tangga temanten loro ora bahagia

lan entuk masalah terus.”

Artinya:

“Tradisi Pecah Telur ini memang harus di laksanakan oleh

masyarakat sini, jika tidak nantinya akan dapat balak atau

musibah seperti kehidupan rumah tangga pengantin tidak

dapat hidup bahagia.”72

Di dalam perkembangan zaman sekarang ini, masyarakat

mengharapkan nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi Pecah Telur

tersebut tetap terjaga dan dilestarikan. Tradisi Pecah Telur ini masih di

lakukan oleh masyarakat Desa Catur Rahayu pada saat seseorang akan

melaksanakan pernikahand. Masyarakat Desa Catur Rahayu masih sangat

71 Hasil Wawancara Bapak Asep ( 20 Agustus 2018, Jam 10.00 WIB )

72

Hasil Wawancara Mbah Sapurah ( 20 Agustus 2018, Jam 14.00 WIB )

Page 60: MAKNA SIMBOLIS PECAH TELUR PADA PROSESI PERKAWINAN …

47

menghormati warisan para leluhur (nenek moyang) yang dianggap sebagai

cikal bakal anak cucu mereka.

2. Identitas Budaya Lokal

Keberadaan tradisi Pecah Telur sudah tidak asing lagi bagi

masyarakat Tanjung Jabung Timur khususnya masyarakat di Desa Catur

Rahayu. Tradisi Pecah Telur ini bertujuan untuk mendapatkan ridho Allah

yang sudah menjadi kebiasaan yang sudah mendarah daging bagi

masyarakat Desa Catur Rahayu. Sehingga masyarakat Desa Catur Rahayu

akan tetap selalu menggunakan Pecah Telur ketika ada orang yang

melakukan pernikahan sebagai bagian dari do’a-do’a agar nantinya

kehidupan rumah tangga mempelai dijauhkan dari segala mara bahaya dan

balak. Pernyataan ini sesuai dengan pernyataan yang didapatkan dari hasil

wawancara dengan seorang tokoh masyarakat selaku sesepuh di Desa Catur

Rahayu , yaitu sebagai berikut:

“Tradisi macah endhog wis dadi tradisi wong Jawa Desa

Catur Rahayu, nalika ana wong sing bakal omah-omah

kanggo njalok berkah lan rido saka sing nitahake.”73

Artinya:

“Tradisi pecah telur ini sudah menjadi tradisi bagi masyarakat

Desa Catur Rahayu ketika ada orang yang akan melakukan

perkawinan. Supaya mendapat berkah, serta Ridho dari sang

73 Hasil Wawancara Bapak Toher ( 21 Agustus 2018, Jam 20.00 WIB )

Page 61: MAKNA SIMBOLIS PECAH TELUR PADA PROSESI PERKAWINAN …

48

pencipta, agar keselamatan, perlindungan dan kelancaran untuk

keluarga baru yang akan dibina.”

Tradisi itu kian berkelanjut dan masih dibudayakan oleh masyarakat

Desa Catur Rahayu hingga saat ini. Salah satu faktor yang menyebabkanya

adalah identitas (ciri atau tanda yang melekat pada diri seorang individu

yang menjadi ciri khasnnya) yang dimiliki oleh warga Jawa tersebut.

Dengan dijadikannya sebagai identitas tersebut masyarakat Desa Catur

Rahayu lebih tertolong dalam melakukan kegiatan tradisi tersebut sehingga

bisa sampai saat ini tradisi tersebut bertahan.

Hal ini dapat dilihat dari pernyataan sebagai berikut:

“Telur seng wes pecah dadi tradisi rakyat Desa Catur Rahayu

. Utamane kanggo wong Jowo, tradisi seng bobolake endogh

kude rampung. Amorgo iki minongko ciri masyarakat Jowo

seng ono eng Desa Catur Rahayu naliko ono wong seng bakal

bojo. Amargo ora kabeh wong Tanjung Jabung Wetan

ngendakake tradisi iki nangeng eng Desa Catur Rahayu iseh

ngendakake. Iki seng membedak ake antara wong Jowo ambi

wong Melayu (rakyat lokal ngarani wong dusun).”74

Artinya :

“Pecah Telur itu sudah menjadi tradisi masyarakat Desa Catur

Rahayu. Terutama bagi masyarakat Jawa, tradisi Pecah Telur

ini pasti dilakukan. Sebab memang ini menjadi ciri khas

74 Hasil Wawancara Mbak Sri ( 22 Agustus 2018, Jam 13.30 WIB )

Page 62: MAKNA SIMBOLIS PECAH TELUR PADA PROSESI PERKAWINAN …

49

masyarakat Jawa yang ada di Desa Catur Rahayu ketika ada

orang yang akan menikah. Karena tidak semua masyarakat

Tanjung Jabung Timur melakukan tradisi ini tetapi di Desa

Catur Rahayu masih tetap melakukanya. Hal inilah yang

membedakan antara warga suku Jawa dan warga suku Melayu

(masyarakat setempat menyebut dengan orang dusun).”

Oleh karena itu tradisi Pecah Telur masih sangat dipertahankan

masyarakat Desa Catur Rahayu khususnya suku Jawa, karena sudah menjadi

kebiasaan dan kepercayaan pada tradisi mereka sejak berpuluh-puluh tahun

lamanya dan masih ada pengaruhnya sampai saat ini memiliki makna

kabaikan dari sang kuasa bagi si pengantin. Berdasarkan penjelasan

tersebut, maka tradisi ini harus dilestarikan, sebab tradisi ini merupakan

akulturasi antara budaya asli setempat dan Islam, sehingga mereka

beranggapan bahwa tradisi Pecah Telur itu adalah sebuah kebiasaan yang

sudah mendarah daging dan akan selalu melaksanakanya sebagai bentuk

rasa syukur orang tua kepada Allah SWT karena telah menikahkan anak-

anaknya.75

3. Sarana Untuk Mempererat Silaturahmi Masyarakat Desa Catur

Rahayu

Pada dasarnya tradisi Pecah Telur ini dilakukan karena untuk

mempererat tali silaturahmi antar kerabat. Bahkan tidak hanya sampai

disitu, tradisi Pecah Telur juga bida dijadikan sebagai suatu moment

75 Hasil Wawancara Mbah Sias ( 23 Agustus 2018, Jam 10.30 WIB )

Page 63: MAKNA SIMBOLIS PECAH TELUR PADA PROSESI PERKAWINAN …

50

keakraban. Sebelum acara mulai atau dinamakan rewang (membantu

pekerjaan dirumah pengantin) ataupun saat tradisi Pecah Telur inilah antara

tetangga yang satu dan tetangga yang lain saling bertemu dan berkumpul.

Bahkan dari tetangga ataupun keluarga jauh yang jarang bertemu sekalipun

pada saat tradisi pecah telur inilah moment emas bisa mempertemukan

mereka untuk sekedar menyapa dan bercerita tentang kehidupan mereka.76

“Wong kae iso ketemu neng gon iki ambi rasakne hidangane

seng wes di sediakne ambi nak enek hiburane seng disediakne,

ambi ngumpul-ngumpul seng hal iki jarang dilakokne.

Opomeneh nak ngumpul bengi pas wong kae begadang sak

urunge dino sesok acara biasane seng ngelakokne wong-wong

tuo. Iku kan hal seng jarang di lakokne. La kui, karo enek

acara iki kan, sekabehane iso ngelakoni sareng-sareng.”

Artinya:

“Mereka bisa bertemu di tempat ini sambil menikmati

hidangan yang sudah di sediakan dan jikalau ada hiburan yang

di sediakan, serta ngumpul-ngumpul yang hal ini jarang di

lakukan. Apalagi kalau ngumpul malem saat mereka begadang

sebelum hari esok acara biasanya yang melakukan orang-orang

tua. Itukan sesuatu hal yang jarang di lakukan. Nah, dengan

76 Hasil Wawancara Mbah Goprak ( 23 Agustus 2018, Jam 13.30 WIB )

Page 64: MAKNA SIMBOLIS PECAH TELUR PADA PROSESI PERKAWINAN …

51

adanya acara ini kan, kita semua bisa melakukan bersama-

sama.”77

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka inilah yang menjadi alasan

masyarakat mengapa masih mempertahankan tradisi Pecah Telur hingga

sampai saat ini. Karena ternyata tradisi ini mempunyai peranan yang begitu

penting bagi warga Desa Catur Rahayu.

C. Makna Simbolis Yang Terkandung Pada Tradisi Pecah Telur

Dalam Prosesi perkawinan

Perkembangan dunia teknologi informasi yang demikian pesatnya

telah membuka baru bagi masyarakat untuk memperoleh informasi secara

mudah. Sekat-sekat informasi dengan sendirinya menghilang oleh inisiatif

kuat individu yang ingin mengetahui lebih jauh apa yang terjadi di

sekitarnya. Setiap orang memiliki akses terhadap sumber informasi

dimanapun di dunia ini. Konsekuensinya, masyarakat menjadi kritis dan

tanggap terhadap hal yang berkembang.78

Di era globalisasi dewasa ini, ilmu pengetahuan dan teknologi

berkembang dengan sangat pesat tanpa mengindahkan lagi batas-batas

Negara dan Bangsa. Kemajuan tersebut membawa pengaruh semakin mudah

terjadinya hubungan antar sesama manusia, antar suku bangsa dan antar

Negara dalam segala aspek kehidupan. Interaksi yang terjadi antara individu

yang berbeda suku Bangsa dan Negara dalam berbagai bidang akan

melahirkan suatu pola pikir baru yang dipengaruhi oleh budaya luar.

77 Hasil Wawancara Bibi Omat Selaku Masyarakat (23 Agustus 2018, Jam 15.30)

78

Hasil Wawancara Mbah Goprak ( 25 Agustus 2018, Jam 10.30 WIB )

Page 65: MAKNA SIMBOLIS PECAH TELUR PADA PROSESI PERKAWINAN …

52

Kemajuan disegala bidang teknologi ini telah sampai hingga

keplosok desa, termasuklah di Desa Catur Rahayu yang merupakan wilayah

hukum Kecamatan Dendang Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Namun

kemajuan teknologi tersebut tidak mengubah pola pikir masyarakat dalam

dalam memaknai budaya lokal.79

Tradisi Pecah Telur merupakan salah satu hasil budaya peninggalan

nenek moyang masyarakat Desa Catur Rahayu. Tradisi yang dilakukan saat

upacara pernikahan adat Jawa. Dapat dilihat dari zaman yang sudah mulai

berkembang saat ini tradisi Pecah Telur di Desa Catur Rahayu masih

menggunakan upacara Jawa orang dahulu.80

Adapun di dalam tradisi Pecah Telur ini mempunyai makna simbolis

sebagai berikut 81

:

1. Telur

Telur ini memiliki bentuk oval, dimana suatu pernikahan

dalam adat Jawa salah satunya yaitu tradisi pecah telur yang mana salah

satu persyaratanya harus menggunakan telur. Telur yang digunakan

haruslah menggunakan telur kampung jika tidak menggunakan pasti ada

akibatnya. Jika dikaitkan dalam pernikahan telur mempunyai makna yaitu

sebagai pelambang permulaan seperti pada ayam yang berasal dari telur.

Begitu juga keluarga muda ini diibaratkan sebagai telur dan diharapkan

menghasilkan generasi penerus yang berkualitas. Telur juga

79 Hasil Wawancara Ibu Sias (27 Agustus 2018, Jam 16.00 WIB)

80

Hasil Wawancara Mbah Nyias ( 26 Agustus 2018, Jam 10.30 WIB )

81

Hasil Wawancara Mbah Sapurah ( 26 Agustus 2018, Jam 14.30 WIB )

Page 66: MAKNA SIMBOLIS PECAH TELUR PADA PROSESI PERKAWINAN …

53

melambangkan keperawanan yang belum tersentuh dari seorang

perempuan.82

2. Laki-Laki Menginjak Telur

Melambangkan bahwa laki-laki yang telah menikahi

perempuan secara sah menurut agama maka sang suamilah yang berhak

memecah keperawanan istrinya karena sang suamilah yang menikahi

perempuan tersebut bukan orang lain.83

3. Menginjak Telur Tanpa Alas Kaki

Melambangkan bahwa sang laki-laki yang akan memberikan

nafkah/pengidupan bagi keluarganya dengan penuh tanggung jawab. Hal

ini juga melambangkan pemberian bibit dari pihak laki-laki kepada

perempuan yang nanti akan menjadi generasi penerus/ anak-anak. Dalam

hal ini juga melambangkan bahwa dalam menghidupi rumah tangga tidak

82 Hasil Wawancara Nenek Surti (26 Agustus 2018, Jam 10.00 WIB)

83

Hasil Wawancara Mbah Nyias (24 Agustua 2018, Jam 09.00 WIB)

Page 67: MAKNA SIMBOLIS PECAH TELUR PADA PROSESI PERKAWINAN …

54

merengek-rengek pada bantuan orang lain karena memecahkan telur

dengan kaki telanjang juga tidak mudah dan membutuhkan usaha lebih.

Hal ini seperti dalam kehidupan nyata bahwa dalam menghidupi keluarga

pasti tidak mudah dan akan merasakan sakit, lelah, dan sabagainya.84

4. Perempuan Membersihkan Telur

Seorang perempuan harus mengabdi dengan tulus ikhlas

kepada suaminya. Istri juga harus menjadi penyejuk rumah tangga.

Apabila setelah suami pulang kerja harus selalu menyediakan pelayanan

yang terbaik.85

5. Uang Logam

Uang logam memiliki ukuran yang berbeda-beda jika uang

nilainya besar ukuranya pasti besar dan sebaliknya jika uang nilainya kecil

pasti ukuranya pun kecil,Warna dari uang tersebut pun berbeda-beda

84 Hasil Wawancara Mbah Rukiyem (26 Agustus 2018, Jam 11.00 WIB)

85

Hasil Wawancara Mbah Sias (24 Agustus 2018, Jam 10.30 WIB)

Page 68: MAKNA SIMBOLIS PECAH TELUR PADA PROSESI PERKAWINAN …

55

Tetapi, bentuk dari uang tersebut sama yaitu bulat. Sebagaimana halnya

dikaitkan dengan pernikahan mempunyai Makna yang terkandung di

dalamnya adalah mempelai pria bertanggung jawab memberi nafkah pada

keluarga dan yang lebih dalam dari ritual ini adalah menebar nasihat

kepada kedua mempelai sebelum memasuki bahtera rumah tangga.86

6. Bunga Setaman

Bunga memiliki beberapa bagian bentuk yang berbeda-beda

maupun ukuranya dan warnanya. Bunga ini dalam suatu pernikahan

mempunyai makna yang terkandung di dalamnya adalah bunga

melambangkan keharuman cita-cita mengarungi bahtera rumah tangga.87

7. Beras Kuning

Tradisi beras kuning sebuah tradisi purba yang dikenal adalah

taburan beras kuning untuk berbagai upacara dari kejadian manusia dalam

kandungan dan masa kelahiran hingga kematian. Di India juga menganut

ajaran hindu dikenal dengan upacara purim dan holi ketika musim semi

sebagai tanda kemenangan atas kejahatan dengan menggunakan beras

kuning sebagai simbol kesuburan begitu pula bangsa Yahudi yang

memiliki kebiasaan menaburkan beras kuning pada pengantin dengan

harapan bahwa mempelai akan subur dan produktif.88

Umumnya beras kuning ditaburkan pada acara pernikahan

pada saat calon pengantin pria tiba dirumah dan calon pengantin wanita

didepanpintu masuk seseorang yang dituakan atau penghulu

86 Hasil Wawancara Nenek Siti (27 Agustus 2018, Jam 10.00 WIB)

87

Hasil Wawancara Mbah Sapurah (24 Agustus 2018, Jam 13.00 WIB)

88

Hasil Wawancara Mbah Goprak (27 Agustus 2018, Jam 13.30 WIB)

Page 69: MAKNA SIMBOLIS PECAH TELUR PADA PROSESI PERKAWINAN …

56

disambutdengan menaburkan beras kuning diiringi dengan ucapan

shalawat kepada Nabi SAW. Simbol beras kuning dimaknai sebagai

lambang kemakmuran dan rezeki juga beras kuning menunjukkan rasa

manis atau gurih yang melambangkan bagaimana kehidupan pengantin

akan menjadi kebanggaan dan kesayangan keluarga.

Page 70: MAKNA SIMBOLIS PECAH TELUR PADA PROSESI PERKAWINAN …

57

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab

sebelumnya, berikut ini akan dikemukakan beberapa kesimpulan yang

sekaligus menjawab permasalahan yang menjadi pokok kajian penelitian ini.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pecah Telur merupakan salah satu tradisi yang saat ini masih

berkembang di Desa Catur Rahayu Kecamatan Dendang Kabupaten

Tanjung Jabung Timur. Tradisi ini bermula masyarakat pertama kali

didatangkan dengan dari daerah Kabumen dan Magelang Provinsi

Jawa Tengah sebanyak 49 KK (Kepala Keluarga). Setelah itu

dilakukan lagi penambahan pada tahun 1969 sebanyak 200 KK yang

berasal dari Provinsi Jawa Timur (Malang, Madiun, Kediri), Provinsi

Jawa Tengah (Purwodadi), dan Provinsis Jawa Barat (Sumedang,

Ciamis, Bogor, dan Bandung). Tradisi ini dilakukan oleh

masyarakat Jawa ketika seseorang akan melaksanakan hajat

pernikahan. Maka, dalam pernikahan ini diadakan tradisi pecah

telur. Hal ini bertujuan agar hidup kedua mempelai dapat menjadi

keluarga yang bahagia, menjadi keluarga yang bertanggung jawab,

diberkahi, saling menghormati serta selamat dunia dan akhirat.

2. Adapun yang membedakan proses Pecah Telur yang ada di Desa

Catur Rahayu Kabupaten Tanjung Jabung Timur dengan yang ada

Page 71: MAKNA SIMBOLIS PECAH TELUR PADA PROSESI PERKAWINAN …

58

didaerah lain adalah bahwa prosesi yang ada di Desa Catur Rahayu

memiliki khas tersendiri yaitu harus menggunakan ayam telur

kampung(telur yang menetas dari ayam). Dalam prosesi Pecah Telur

mempuunyai 3 tahap yaitu: tahap persiapan, tahap pelaksanaan

Pecah Telur dan penutup. Dimana pada tahap persiapan disini tuan

rumah menyiapkan berbagai macam peralatan dan juga bahan-bahan

yang diperlukan untuk melaksanakan prosesi seperti baskom dan

seisinya dan kain jarik beserta bahan lainya. Sedangkan tahap

pelaksanaan Pecah Telur yaitu dimana semua persiapan sudah

lengkap dan memasuki acara Pecah Telur yaitu pengantin laki-laki

dan perempuan sudah melaksanakan akad dan temu ngantin setelah

itulah melaksanakan tradisi Pecah Telur. Setelah itu penutup yaitu

pengantin melakukan dulangan atau menyuapi sampai sungkeman.

3. Beberapa faktor masyarakat Desa Catur Rahayu masih melakukan

tradisi Pecah Telur ini yaitu: yang pertama, Penghormatan Terhadap

Nenek Moyang. Kedua, Identitas Budaya Lokal, dan yang

ketiga,Sarana Untuk Mempererat Silaturahmi Masyarakat Desa

Catur Rahayu.

4. Beberapa makna simbolis yang terkandung pada tradisi Pecah Telur

dalam prosesi perkawinan yaitu menjelaskan makna simbolis yang

terkandung dalam bahan atau peralatan yang digunakan dalam

prosesi Pecah Telur.

Page 72: MAKNA SIMBOLIS PECAH TELUR PADA PROSESI PERKAWINAN …

59

B. Saran

Setelah selesai dan mengungkapkan tentang tradisi Pecah Telur

dalam pernikahan Adat Jawa di Desa Catur Rahayu ini, setidaknya sedikit

atau banyaknya kita dapat mengambil pelajaran bahwa tradisi ini merupakan

tradisi yang bersifat positif. Karena masyarakat menyakini bahwa

perlindungan dan pertolongan Allah benar-benar ada dalam setiap do’a

yang dilantunkan dalam Pecah Telur pelaksaan tradisi Pecah Telur ini

merupakan salah satu bentuk pelestarian budaya nenek moyang atau leluhur

mereka. Oleh karena itu disini penulis ingin memberikan beberapa masukan

atau saran terhadap masyarakat Desa Catur Rahayu dalam mengembangkan

nilai-nilai budaya lokal, yaitu:

1. Pemerintah setempat hendaknya agar dapat lebih melestarikan tradisi

Pecah Telur, karena dalam tradisi Pecah Telur terdapat nilai-nilai

pendidikan dan nilai-nilai kebudayaan.

2. Bagi dinas kebudayaan peran sertanya dalam membina dan menjaga

serta melestarikan budaya Jawa. Karena hal ini dapat dijadikan ciri

khas budaya setempat.

C. Kata Penutup

Dalam mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan karunia serta hidayahnya kepada penulis berupa

kesehatan rohani dan jasmani kepada penulis, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

Page 73: MAKNA SIMBOLIS PECAH TELUR PADA PROSESI PERKAWINAN …

60

Dalam penulisan skripsi ini tentunya masih banyak sekali terdapat

kekeliruan, baik dalam segi penulisan, pengutipan, dan sebagainya. Oleh

karena itu, disini penulis dengan segala kerendahan hati mengharapkan

kritik ataupun saran yang sifatnya membangun dari semua pihak demi

menyempurnakan skripsi ini.

Tidak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada semua

pihak yang telah membantu dan berpartisipasi dalam menyelesaikan skripsi

ini. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan keberkahan, petunjuk serta

rahmat nya kepada kita semua dalam setiap langkah. Semoga skripsi ini

bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Amin ya robbal’alamin.

Jambi, 31 November 2018

Penulis

Siti Komariah

AS.140413

Page 74: MAKNA SIMBOLIS PECAH TELUR PADA PROSESI PERKAWINAN …

61

DAFTAR PUSTAKA

Agus, Bustanudin , Agama Dalam Kehidupan Manusia, (Jakarta: Grapido

Persada, 2006)

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010)

Endaswara, Suwardi, Metodologi Penelitian Kebudayaan, (Yogyakarta: Gagja

Mada Univercity Press, 2006)

Faisal Sanafiah, Format-Format Penelitian Sosial, (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2007)

Karen A. Foss, Stephen W. Little john, Teori Komunikasi (Theories Of Human

Communication), (Jakarta: Salemba Humanika, 2009)

Keesing, Roger M, Antropologi Budaya Suatu Perspektif Kontemporer, (Jakarta:

Erlangga, 1989)

Koentjaningrat, Beberapa Pokok Antropologi Sosial, (Jakarta: PT Dian

Rakyat.1992)

Koentjaningrat, Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan, (Jakarta: PT

Gramedia, 1984)

Koenjaraningrat, Kebudayaan Mentalis dan Pembangunan, (Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka Utama, 2015)

Koentjaningrat, dkk, Kamus Antropologi Budaya, (Jakarta:Progres,2003)

Koentjaningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, ( Jakarta: Percetakan PT

Gramedia, 1973)

Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi 1

Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009)

Kountur, Roni, Metode Penelitian Untuk Penyusunan Skripsi dan Thesis,

(Jakarta:Buana Printing, 2009)

Moleong, Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT Remaja

Rosdakarya, 2005)

Page 75: MAKNA SIMBOLIS PECAH TELUR PADA PROSESI PERKAWINAN …

62

Narwoko J. Dwi, Sosiologi Teks Pengantar Dan Terapan, (Jakarta: Kencanna,

2007)

Raga Maram, Rafael , Manusia dan Kebudayaan Dalam Perspektif Ilmu Budaya

Dasar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007)

Sejarah Kerajaan Jambi Sebelum Merdeka. RI, Translate Djambi. Bewerkt door

Sugiyono prof. Dr., Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2007)

Soeskadi, Selayang Pandang Proyek Transmigrasi Provinsi Jambi(Jambi: 1980)

Spradley, James P., Metode Etnografi, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006)

Tim Penyusun Buku Pedoman Skripsi, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas

Adab-Sastra dan Kebudayaan Islam, Jambi: IAIN STS Jambi, 2013

Page 76: MAKNA SIMBOLIS PECAH TELUR PADA PROSESI PERKAWINAN …

63

INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA

Makna Simbolis Pecah Telur Pada Prosesi Perkawinan Suku Jawa Studi

Kasus Di Desa Catur Rahayu Kecamatan Dendang Kabupaten Tanjung

Jabung Timur (Kajian Etnografi)

A. Observasi

Mengenai letak geografis lokasi penelitian Makna Simbolis Pecah

Telur Pada Prosesi Perkawinan Suku Jawa Di Desa Catur Rahayu

Kecamatan Dendang Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

B. Wawancara

1. Bagaimana prosesi pelaksanaan tradisi Pecah Telur?

2. Apa saja yang perlu dipersiapkan dalam melaksanakan prosesi

Pecah Telur?

3. Mengapa harus melakukan tradisi Pecah Telur?

4. Mengapa masyarakat masih mempertahankan tradisi Pecah Telur?

5. Apa makna simbolis yang terkandung pada tradisi Pecah Telur?

C. Dokumentasi

1. Data tentang gambaran umum Desa Catur Rahayu?

2. Data tentang penduduk Deca Catur Rahayu?

3. Data tentang sistem pemerintahan di Kecamatan Dendang?

4. Data tentang pendidikan Desa Catur Rahayu?

5. Data tentang mata pencaharian Desa Catur Rahayu?

6. Data tentang kesehatan Desa Catur Rahayu?

7. Data tentang kondisi budaya?

.

Page 77: MAKNA SIMBOLIS PECAH TELUR PADA PROSESI PERKAWINAN …

64

DAFTAR NAMA-NAMA INFORMAN

1. Nama : Mbah Sias

Umur :50 Tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

2. Nama : Nenek Siti

Umur : 60 Tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

3. Nama : Bapak M. Rohim

Umur : 35 Tahun

Pekerjaan : Petani dan Imam Masjid

4. Nama : Bapak Marjuki

Umur : 55 Tahun

Pekerjaan : Guru dan Pengurus Masjid

5. Nama : Mbah Sapurah

Umur : 65 Tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga dan Pengurus Kebersihan Masjid.

Page 78: MAKNA SIMBOLIS PECAH TELUR PADA PROSESI PERKAWINAN …

65

6. Nama : Mbak Sri

Umur : 33 Tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga dan Guru Paud

7. Nama : Mbah Nyias

Umur : 70 Tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

8. Nama : Mbah Goprak

Umur : 75 Tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

9. Nama : Bapak Asep

Umur : 45 Tahun

Pekerjaan : Petani dan Selaku Imam Masjid

10. Nama : Bibi Omat

Umur : 33 Tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

11. Nama : Bapak Rakiban

Umur : 50 Tahun

Pekerjaan : Pedagang dan Sebagai Rt

Page 79: MAKNA SIMBOLIS PECAH TELUR PADA PROSESI PERKAWINAN …

66

LAMPIRAN : Pelaksanaan Prosesi Pecah Telur di Kediaman Bapak

Kamsan

Gambar 1 Acara Temu Nganten

Gambar 2 Acara Akad Nikah

Page 80: MAKNA SIMBOLIS PECAH TELUR PADA PROSESI PERKAWINAN …

67

Gambar 3 Mempelai Laki-Laki Memecahkan Telur

Gambar 4 Mempelai Wanita Membersihkan Kaki Laki-Laki

Page 81: MAKNA SIMBOLIS PECAH TELUR PADA PROSESI PERKAWINAN …

68

Gambar 5 Dulangan atau Menyuapi

Gambar 6 Sinduran atau Gendong Manten

Page 82: MAKNA SIMBOLIS PECAH TELUR PADA PROSESI PERKAWINAN …

69

Gambar 7 Sungkeman

Gambar 8 Foto Bersama Keluarga Kedua Mempelai

Page 83: MAKNA SIMBOLIS PECAH TELUR PADA PROSESI PERKAWINAN …

70

Gambar 9 Foto bersama Pengantin

Page 84: MAKNA SIMBOLIS PECAH TELUR PADA PROSESI PERKAWINAN …

71

Page 85: MAKNA SIMBOLIS PECAH TELUR PADA PROSESI PERKAWINAN …

72

Page 86: MAKNA SIMBOLIS PECAH TELUR PADA PROSESI PERKAWINAN …

P