MAKNA SIMBOLIS TRADISI TINGKEBAN DALAM KEHIDUPAN …

86
MAKNA SIMBOLIS TRADISI TINGKEBAN DALAM KEHIDUPAN MASYRAKAT JAWA DI KELURAHAN TANJUNG SOLOK. KECAMATAN KUALA JAMBI KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR SKRIPSI Diajukan sebagai satu Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.I) dalam Ilmu Aqidah dan Filsafat Islam Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama Oleh: YAHYA ANDRIKA HIDAYAT NIM : UA.160274 PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 2020

Transcript of MAKNA SIMBOLIS TRADISI TINGKEBAN DALAM KEHIDUPAN …

Page 1: MAKNA SIMBOLIS TRADISI TINGKEBAN DALAM KEHIDUPAN …

MAKNA SIMBOLIS TRADISI TINGKEBAN DALAM KEHIDUPAN MASYRAKAT JAWA DI

KELURAHAN TANJUNG SOLOK. KECAMATAN KUALA JAMBI KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

SKRIPSI Diajukan sebagai satu Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Strata Satu (S.I) dalam Ilmu Aqidah dan Filsafat Islam

Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama

Oleh: YAHYA ANDRIKA HIDAYAT

NIM : UA.160274

PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN

JAMBI 2020

Page 2: MAKNA SIMBOLIS TRADISI TINGKEBAN DALAM KEHIDUPAN …
Page 3: MAKNA SIMBOLIS TRADISI TINGKEBAN DALAM KEHIDUPAN …

i

Page 4: MAKNA SIMBOLIS TRADISI TINGKEBAN DALAM KEHIDUPAN …
Page 5: MAKNA SIMBOLIS TRADISI TINGKEBAN DALAM KEHIDUPAN …

MOTTO

. . . .

.

Artinya : 1.Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang

Menciptakan, 2. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah, 3. Bacalah,

dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, 4. Yang mengajar (manusia) dengan

perantaran kalam, 5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak

diketahuinya.(Q.S Al-Alaq: 1-5) 1

1 Dewan Penterjemah , Al-qur’an dan Terjemahnya (Jakarta : Yayasan Penyelenggara

Penterjemah/Pentafsir Al-qur”an,1985), 1078.

iii

Page 6: MAKNA SIMBOLIS TRADISI TINGKEBAN DALAM KEHIDUPAN …

PERSEMBAHAN

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam pencipta langit dan bumi

beserta isinya yang telah memberikan segala rahmat, taufik dan hidayah-Nya.

Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

1. Ayah bunda kutercinta, Subroto dan Salgiyem yang selalu dengan sabar

mencurahkan kasih sayang, dukungan dan do‟a yang tak pernah putus untuk

penulis.

2. Kakakku Edi Purwanto dan adikku tersayang Trio Handika yang selalu

memberi dukungan sehingga terselesainya skripsi ini dengan lancer.

3 Kakek dan Nenek saya Ashuri dan Waginem yang selalu mensuport saya terima

kasih banyak sehinga bisa sampai titik akhir ini.

4. Paman saya Ismanto yang telah memberi samangat dukungan dan dorongan

untuk mencapai suatu tujuan.

5.Teman-teman AFI angkatan 2016 yang setia menemani dan memberi motivasi.

iv

Page 7: MAKNA SIMBOLIS TRADISI TINGKEBAN DALAM KEHIDUPAN …

ABSTRAK

Pada masyarakat Jawa, upacara peralihan dilaksanakan dalam peristiwa

kelahiran,perkawinan, dan kematian.Tulisan ini akan mengangkat upacara

tingkeban yang termasuk dalam peristiwa kelahiran. Tingkeban adalah upacara

yang dilaksanakan oleh wanita yang hamil pertama kali ketika kandungannya

genap berusia tujuh bulan. Dalam penyelenggaraan upacara ini ada beberapa

rangkaian yang harus dilaksanakan diantaranya siraman dan slametan. Dalam

slametan banyak dijumpai adanya sajen-sajen yang mempunyai makna dalam

simbol yang terkandung di dalamnya yaitu berupa bentuk simbol, fungsi simbol

dan makna simbol, inilah yang menjadi objek penelitian penulis untuk

mendeskripsikan bentuk simbol, fungsi simbol dan makna simbol dalam tatacara

upacara Tingkeban. Adapun metode yang penulis gunakan adalah penelitian kualitatif yang

bersifat deskriptif dengan pengumpulan data melalui observasi dan wawancara.

Sumber data yang digunakan adalah para informan baik yang terlibat maupun

yang dianggap mengerti tentang tradisi tersebut, yaitu para tokoh masyarakat

serta buku-buku yang menunjang dalam penelitian tersebut.Pengamatan ini

dilakukan terhadap nilai simbolisme dalam bentuk, makna, dan fungsi dari

masing-masing prosesi ataupun perlengkapan di masyarakat di Kelurahan

Tanjung Solok, sehingga ditemukan nilai-nilai simbolisme yang menjadi bahan

penelitian. Dalam penelitian ini digunakan pendekatan Teori Clifford Geertz.

Selain itu penelitian ini juga menggunakan penelitian nilai kajian simbolisme. Hasil penelitian ini tatacara tingkeban memiliki tiga jenis berdasarkan

tujuannya yaitu Dilihat dari bentuknya upacara adat yang dilakukan oleh

seseorang yang dikaruniai bayi dalam kandunganya yang sudah berusia tujuh

bulan.Kajian simbolisme tatacara tingkeban di Kelurahan Tanjung Solok

Kecamatan Kuala Jambi Kabupaten Tanjung Jabung Timur yaitu meliputi 1)

Deskripsi bentuk simbol, 2) deskripsi makna simbol, dan 3) deskripsi fungsi

simbol. Berdasarkan penelitian di atas diharapkan peneliti selanjutnya dapat

mengembangkan penelitian mengenai tatacara tingkeban(hamil tujuh bulan),

dengan menggunakan pendekatan sehingga mampu menemukan hal-hal baru yang

menarik. Bagi dunia pendidikan, diharapkan hasil penelitian dapat memberikan

sumbangan pemikiran terhadap pemahaman karya sastra khususnya yang

berkaitan dengan pengajaran sastra dan budaya, dan juga tatacara prosesi upacara

bagi orang yang hamil tujuh bulan. Selain itu dapat digunakan sebagai dorongan

bagi mahasiswa dan pelajar untuk lebih memperhatikan kajian simbolisme dalan

tradisi atau upacara di masyarakat.

v

Page 8: MAKNA SIMBOLIS TRADISI TINGKEBAN DALAM KEHIDUPAN …

vi

Page 9: MAKNA SIMBOLIS TRADISI TINGKEBAN DALAM KEHIDUPAN …
Page 10: MAKNA SIMBOLIS TRADISI TINGKEBAN DALAM KEHIDUPAN …

TRANSLITERASI

A. Alfabet

Indonesia Arab Indonesia Arab

ṭ ا ‟ ط

ẓ ظ B ة

ث T ع „

Gh غ Th ث

F ف J ج

Q ق ḥ ح

K ك Kh خ

L ل D د

M م Dh ذ

N ن R ز

H ه Z ش

W و S ض

ش Sh ء ,

Y ي ṣ ص

ḍ ض

B. Vokal dan Harkat

Indonesia Arab Indonesia Arab Indonesia Arab

ḭ اى Ā ى ب A ا

Aw او À اى I ا

Ay اى Ū او U ا

viii

Page 11: MAKNA SIMBOLIS TRADISI TINGKEBAN DALAM KEHIDUPAN …

C. Ta’ Marbutah

Transliterasi untuk ta marbutah ini ada dua macam:

1.Tā’ Marbūṭahyang mati atau mendapat harakat sukun, maka

transliterasinya adalah /h/.

Arab Indonesia

Ṣalāh ةلاص

سم Mir‟āh ةا

2.Ta Marbutah hidup atau yang mendapat harakat fathah, kasrah, dan

dammah, maka transliterasinya adalah /t/.

Arab Indonesia

ةسلاتساو Wizārat al-Tarbiyah وش ش

سم صتةا هم Mir‟āt al-zaman

3.Ta Marbutahyang berharkat tanwin maka translitnya adalah /tan/tin/tun.

Contoh:

Arab Indonesia

جف تئ

ix

Page 12: MAKNA SIMBOLIS TRADISI TINGKEBAN DALAM KEHIDUPAN …

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................................... i

NOTARIS ............................................................................................................................. ii

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ........................................... iii

PENGESESAHAN .............................................................................................................iv

MOTTO ................................................................................................................................ v

ABSTRAK ........................................................................................................................... vi

PERSEMBAHAN ............................................................................................................ vii

KATA PENGANTAR ................................................................................................... viii

DAFTAR ISI....................................................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ............................................................... 1 B. Permasalahan .............................................................................. 4 C.Batasan Masalah .......................................................................... 4 D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .................................................. 5 E.Kerangka Teori.............................................................................. 6 F . Metode Penelitian ...................................................................... 10 G. Pemeriksaan Keabsahan Data ..................................................... 13 H. Studi Relefan ............................................................................................ 16

BAB II DESKRIPSI UMUM MASYARAKAT TANJUNG SOLOK KECAMATAN KUALA JAMBI A. Keadaan Geografis .................................................................... 20 B. Keadaan Demografis Kelurahan Tanjung Solok .........................21 C.Adat Istiadat yang Berkembang di Kelurahan Tanjung Solok

Kecamatan Kuala Jambi ..............................................................25

BAB III PANDANGAN MASYARAKAT TANJUNG SOLOK KECAMATAN KUALA JAMBI TENTANG TINGKEBAN A. Ritual ...........................................................................................

Error! Bookmark not defined. B. Tingkeban ...................................................................................31 C.Pandangan Masyarakat Tanjung Solok Tentang Tingkeban ......... 34

BAB IV MAKNA DAN SIMBOL TRADISI TINGKEBAN DIKELURAHAN TANJUNG SOLOK KECAMATAN KUALA JAMBI A.Tahapan Prosesi Tatacara Tingkeban ..........................................43 B. Makna dan Simbolik Dalam Tingkeban ......................................47 C.Deskripsi Simbol-Simbol Yang Terkandung dalam Tatacara

Tingkeban di Kelurahan Tanjung Solok ..................................... 49

x

Page 13: MAKNA SIMBOLIS TRADISI TINGKEBAN DALAM KEHIDUPAN …

BAB V PENUTUP KESIMPULAN ............................................................................................. 62

Saran-saran 63 C.Penutup ....................................................................................................... 64

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN CURRICULUM VITAE

xi

Page 14: MAKNA SIMBOLIS TRADISI TINGKEBAN DALAM KEHIDUPAN …

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Tingkeban merupakan Kenduri slametan ibu hamil yang ke 7 bulan, sudah

tidak asing lagi ditelinga masyarakat jawa di Kelurahan. Tanjung Solok. Kec.

Kuala Jambi. Kabupaten. Tanjung jabung Timur. Menurut ilmu sosial dan budaya,

Tingkeban dan ritual-ritual lain yang sejenis adalah suatu bentuk inisiasi, yaitu

sarana yang digunakan guna melewati suatu kecemasan2.

Kecemasan calon orang tua terhadap terkabulnya harapan mereka baik

selama masa mengandung sampai melahirkan, bahkan harapan akan anak yang

terlahir nanti. Maka dari itu, dimulai dari nenek moyang terdahulu yang belum

mengenal agama, menciptakan suatu ritual yang syarat akan makna tersebut,

Sedemikian rumitnya ritual Tingkeban hingga memerlukan tenaga, pikiran,

bahkan materi baik dalam persiapan maupun ketika pelaksanaannya.

Hasil wawancara, penulis akhirnya menenumakan pokok masalah, penulis

meneliti dalam masalah awal yaitu tentang mengapa masyarakat jawa di kelurahan

tanjung solok masih mempertahankan upacara Tingkeban dan apa makna simbolik

upacara tingkeban, yang terkandung di dalamnya, baik dalam perlengkapnya juga

mengandung makna, inilah yang mengacu penulis tertarik mengangkat pokok

masalah ini untuk di jadikan skripsi, yang meliputi: bentuk simbol, makna simbol,

dan fungsi simbol. Dalam penelitian ini penulis mengankat tema makna simbolik

upacara tingkeban bertujuan untuk mengenalkan budaya jawa.3

Semua tahap-tahap tersebut diyakini oleh masyarakat sebagai tahap-tahap

yang harus dilalui dan mengandung makna dan tujuan-tujuan tertentu. Mulai dari

pemilihan hari dan tanggal pelaksanaan saja harus memenuhi syarat dan ketentuan

2 Novie Wahyu Arumsari, SKripsi: “Makna tingkeban dalam Tradisi Jawa‖(Semarang:

IAIN SALATIGA, 2017), 44-50

3Atam Sumantri,‖Tokoh Adat Tanjung solok‖Wawancara dengan penulis 12 januari 2020 Tanjunmg Jabung Timur. Rekaman Audio.

1

Page 15: MAKNA SIMBOLIS TRADISI TINGKEBAN DALAM KEHIDUPAN …

2

yang ada. Apabila mereka melanggar, maka masyarakat sekitar akan segera

merespon negatif terhadap hal tersebut.4

Piranti yang tidak sedikit jumlahnya tentu membutuhkan dana yang tidak

sedikit pula. Dalam persiapannya, khususnya piranti yang berupa makanan ada

yang memerlukan waktu hingga tiga hari sebelum pelaksanaan acara, seperti

jenang dodol. Bahkan ada beberapa piranti yang harus terbuang sia-sia.

Tingkeban, mitonni, atau kebbo dalam masyrakat Tanjung. Solok. menyebutnya,

merupakan perayaan yang paling utama diantara perayaan yang lainnya seperti

Mapatti yaitu empat bulan bulan masa kehamilan dalam proses kehamilan. 5

Mitoni/Tingkeban ini diselenggarakan pada bulan ketujuh dari masa

kehamilan. Meskipun masyarakat berkali-kali menyaksikan upacara Tingkeban,

tetapi mereka masih kurang dapat memahami arti dan makna upacara tersebut,

sehingga upacara tingkeban tidak lebih dari ritualitas yang terjadi dalam

masyarakat untuk mengumumkan umur kandungan sebagai sambutan kelahiran

anak. 6

Adat merupakan suatu fenomena yang hidup dan ditaati oleh masyarakat

yang aman, tentram dan sejahtera. Sama halnya dengan tradisi Tingkeban yang

merupakan bagian upacara adat Jawa yang masih berlaku. Hal tersebut adalah

salah satu contoh tradisi kebudayaan yang masih berlaku dan berkembang di

tengah-tengah masyarakat. Menurut pandangan tokoh masyarakat bahwa upacara

Tingkeban merupakan ritual yang masih di Anut oleh kalangan masyarakat

Kelurahan. Tanjung. Solok Kecamatan. Kuala jambi karena menurutnya tradisi ini

sudah ada sejak orang tua zaman dahulu, dan tradisi ini di kembangkan secara

turun temurun, sehingga masih tetap berdiri hingga sekarang ini. 7

4 aschalis Maria Laksono, Tradisi Dalam Struktur Mayarakat

Jawa (Yogyakarta: Gajahmada University, 1985),h 17.

5 Clifford Geertz,”Agama jawa Abangan, Santri, Priyayi Dalam kebudayaan jawa”(Depok:Komunita Bambu,2014),h42

6 Suwardi Endraswara, Budi Pekerti Jawa dalam Budaya Jawa (Yogyakarta: Hanindita Graha Widya, 2003), 2

7 Siti Khuzaimah, Skripsi: Tradisi Tingkeban dalam pandangan dan Fungsinya bagi warga Muhamadiyah dan Nu, desa karangRejo Karanggeneng Lamongan(Yogyakarta: UIN Sunan Kali Jaga, 2015),55.

Page 16: MAKNA SIMBOLIS TRADISI TINGKEBAN DALAM KEHIDUPAN …

3

Menurut beberapa masyarakat salah satunya adalah bapak Ashuri

beranggapan bahwa upacara Tingkeban perlu dilaksanakan sebagai upaya ucapan

rasa syukur untuk berdo’a kepada Allah SWT agar ibu dan bayi yang

dikandungnya diberi kesehatan dan keselamatan, serta sebagai upaya mendidik

anak di dalam kandungan karena upacara Tingkeban itu mengandung berbagai

nilai-nilai kebudayaan leluhur. 8

―Simbolis merupakan salah satu cara untuk menghidupkan benda-benda dan

makhluk- makhluk sakral yang khas dalam pikiran dan jiwa para pemeluk

agama yang bersangkutan. Simbolis, meskipun kurang tepat di bandingkan

dengan cara ekspresi yang lebih ilmiah, tetap mempunyai potensi istimewa.‖9

Simbol bukan saja membangkitkan gambaran dalam kesadaran pemeluk

agama dengan mengantar dan menetapkan manusia dengan realitas yang

dilambangkan, tetapi juga mengkomunikasikan realitas illahi kepada manusia.

Sepanjang sejarah budaya manusia, simbol telah mewarnai tindakan-tindakan

manusia baik tingkah laku, bahasa ilmu pengetahuan dan religi. Manusia berfikir,

berperasaan dan bersikap, melalui ungkapan simbolis. Manusia memaknai

kehidupannya melalui simbol-simbol dan dengan arah itu pengalaman pengalaman

dapat didefinisikan dan diatur dengan syarat hidup komunitasnya. Manusia tidak

melihat, menekankan dan mengenal dunia secara langsung, tetapi melalui

simbol.10

Realitas yang dihadapinya tidak sekedar kumpulan fakta melainkan

mempunyai fakta kejiwaan, yang di dalamnya simbol berperan memberikan

keluasan dan ketidak luasan pemahaman Untuk itu manusia sering disebut sebagai

homo simbolism dikarenakan manusia menggunakan simbol-simbol yang

diciptakannya dalam manjalani aktifitas kehidupan hariannya.

8 Ashuri,‖warga Tanjung solok‖Wawancara dengan penulis, 8 september 2019,kabupaten.

Tanjung Jabung Timur.

9 Budiono Herusatoto, Simbolisme Manusia dalam Budaya Jawa (Yogyakarta: Hanindita, Graha Widya 2001), 26

10 Budiono Herusatoto,Simbolisme Manusia dalam Budaya Jawa, h. 10.

Page 17: MAKNA SIMBOLIS TRADISI TINGKEBAN DALAM KEHIDUPAN …

4

B. Permasalahan

Berdasarkan pemaparan pada bagian latar belakang di atas, pokok masalah

yang di angkat sebagai kajian utama penelitian ini adalah: Mengapa masyarakat

Jawa di kelurahan tanjung solok masih mempertahankan upacara Tingkeban?

Dalam upaya mengkongkretkan pokok masalah tersebut. Maka di butuhkan

beberapa pertanyaan sebagai berikut :

1. Bagaimana Bentuk simbol-simbol dalam prosesi upacara Tingkeban di

Kelurahan. Tanjung Solok?

2. Bagaimana Deskripsi Makna simbol-simbol dalam Tatacara upacara

Tingkeban di Kelurahan Tanjung Solok?

3. Bagaimana Deskripsi Fungsi simbol-simbol dalam Tatacara upacara

Tingkeban di Kelurahan Tanjung Solok?

C.Batasan Masalah

Mengingat luasnya cakupan masalah, sehingga tidak mungkin dari lapangan

permasalahan yang ada itu dapat terjangkau dan terselesaikan semuanya. Oleh

karena itu guna menghindari kemungkinan kesalahpahaman sehingga timbul

penafsiran yang becrbeda-beda maka ada pembatasan masalah pada penelitian ini

yaitu: “ Tentang makna simbolik upacara Tingkeban, pada Masyarakat Jawa di

Kelurahan Tanjung. Solok Kecamatan. Kuala Jambi yang di dalamnya ada

masyrakat jawa campuran,jawa timur dan jawa tengah” Sehingga persoalan yang

akan diteliti pun menjadi jelas dan kesalahpahaman dapat terhindari. Karna

mengetahui elemen yang membentuk makna simbolik tradisi Tingkeban tersebut,

penulis akan menemukan berbagai hasil penelitian yang berupa nilai-nilai yang

terkandung dalam makna simbolik upacara Tingkeban, dan ini merupakan sebagai

acuan untuk pengetahuan dan kelestarian budaya bagi penulis dan masyarakat.

Bhawa dalam makna simbolik upacara Tingkeban ini mempunyai makna nilai-

nilai tersendiri dalam peresepsinya.

Page 18: MAKNA SIMBOLIS TRADISI TINGKEBAN DALAM KEHIDUPAN …

5

D.Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Penelitian ini secara umum diusahakan untuk dapat mengetahui makna

simbolik dalam tradisi Tingkeban di kecamatan. Kuala Jambi Kabupaten. Tanjung

Jabung Timur.

1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai-nila tradisi Tingkeban

pada masyarakat Jawa di Keurahan. Tanjung. Solok .Kecamatan. Kuala Jambi.

Adapun secara pragmatis bahwa penelitian ini ditujukan untuk mencapai tujuan

sebagai berikut :

1. Dapat mengetahui Bentuk simbol-simbol dalam prosesi upacara Tingkeban

di Kelurahan. Tanjung Solok

2. Mengetahui Deskripsi Makna simbol-simbol dalam Tatacara upacara

Tingkeban di Kelurahan Tanjung Solok

3. Mengetahui Fungsi simbol-simbol dalam Tatacara upacara Tingkeban di

Kelurahan Tanjung Solok

2. Kegunaan Penelitian

` Penelitian ini di harapkan dapat memberikan kegunaan atau konstribusi

sebagai berikut:

a. Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi

pengembangan ilmu agama dan kebudayaan pada umumnya, khususnya

yang berkaitan dengan masalah kebudayaan yang masih ada di Kelurahan

Tanjung. Solok Kecamatan. Kuala Jambi

b. Bagi pemerintah, hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk

melestarikan kebudayaan-kebudayaan yang ada di Indonesia.

c. Bagi peneliti, sebagai bahan masukan untuk mengembangakan wawasan

dan sikap ilmiah serta sebagai bahan dokumentasi untuk penelitian lebih

lanjut

Page 19: MAKNA SIMBOLIS TRADISI TINGKEBAN DALAM KEHIDUPAN …

6

E.Kerangka Teori

Kerangka teori merupakan uraian ringkas tentang teori yang digunakan

dalam menjawab pertanyaan penelitian Agar penelitian ini lebih terarah dan tepat,

maka penulis menganggap perlu kerangka teori sebagai landasan berfikir guna

mendapatkan konsep yang benar dan tepat.11

Penelitian ini mengupas dari tradisi Tingkeban tersebut, dan teori yang

digunakan dalam menganalisis yaitu dengan teori Clifford Geertz. Geertz melihat

kebudayaan sebagai system pemaknaan yang harus difahami yakni sebagai

jejaring makna (webs of significance) atau pola-pola makna yang terwujud

sebagai simbol-simbol sehingga analisis terhadapnya haruslah bersifat interpretif,

yakni untuk menelusuri makna, dan menemukan maksud dibalik apa yang

dilakukan orang, signifikansi ritual, struktur, dan kepercayaannya bagi semua

kehidupan dan pemikiran.

Clifford Geertz dalam antropologi budaya kehidupan Jawa, ia melihat

agama sebagai fakta budaya –bukan semata-mata sebagai ekspresi kebutuhan

sosial, ketegangan ekonomi atau neurosis tersembunyi –meskipun hal-hal ini juga

diperhatikan—melalui simbol, ide, ritual, dan adat kebiasaanya. Agama juga

bukan hanya berkutat dengan wacana kosmis tentang asal-usul manusia, surga,

dan neraka, tetapi juga merajut perilaku politik saat memilih partai, jenis

perhelatan, dan corak paguyuban. Praktik-praktik beragama seperti itulah yang

memberi semacam ―peta budaya‖ untuk melacak jaringan sosial yang dibentuk

oleh warga.

Gerrtz melihat Agama dalam perspektif kebudayaan sebagai pola untuk

melakukan tindakan (pattern for behavior) dan menjadi sesuatu yang hidup dalam

diri manusia terwujud dalam kehidupan sehari-hari dengan demikian, Agama

merupakan pedoman yang dijadikan kerangka interpretasi tindaan

manusia.Menurut Clifford Greertz menjelaskan bahwa Tingkeban merupakan

11 Sugiyono, methode penelitian pendekatan kuantitatif, kualitatif dan R&D, (Bandung

Alfabeta, 2010) 308

Page 20: MAKNA SIMBOLIS TRADISI TINGKEBAN DALAM KEHIDUPAN …

7

perayaan yang paling utama diantara perayaan yang lainnya (seperti Mapatti,

Empat bulan masa kehamilan) dalam proses kehamilan perempuan.

Dihubungkan dengan penelitian ini, bahwa tradisi Tingkeban sebelum

prosesi itu dilakukan bukan hanya dilihat dari pola prilaku masyarakat dalam

proses upacara Tingkeban melainkan menggali makna yang terdapat di setiap

proses tersebut. Baik dalam tatacara ritual Tingkeban, yang berupa symbol-simbol

yang mempunyai makna bisa dilihat dari deskripsi bentuk, fungsi, dan makna

dalam prosesi tersebut. Dalam garis besar dalam teori Clifford Geertz untuk

mengetahu budaya yang di teliti tersebut, peneliti harus menggali lebih dalam

tentang makna dan simbolik yang terdapat di dalamnya sebagaimana yang

digambarkan dalam teori Clifford Geertz.

Lebih jauh ada beberapa devenisi yang digunakan dan dan perlu dijelaskan

dalam penelitian ini, yaitu :

1. Makna

Makna atau arti adalah hubungan antara lambing bunyi dengan acuanya.

Makna merupakan bentuk responsi dari stimulus yang di peroleh pemeran dalam

komunikasi sesuai asosiasi maupun hasil belajar yang dimiliki. Ujaran manusia itu

yang mengandung makna yang utuh. Keutuhan makna itu merupakan perpaduan

dari empat aspek . yakni pengertian (sense) perasaan (feeling), nada (tone), dan

amanat (intension). Memahami aspek itu dalam seluruh konteks adalah bagian

dari usaha dalam untuk memahami makna dalam komunikasi. Dalam ilmu

lunguistik, pengertian makna berupa maksud pembicaraan , pengaruh penerapan

bahasa dalam pemakaian persepsi atau prilaku manusia atau kelompok manusia.

Dapat juga berarti hubungan dalam arti kesepadaan atau ketidaksepadaan antara

bahasa atau antara ujaran dan semua hal yang di tunjukan dan cara menggunakan

lambing-lambang.

Suatu makna bisa di dapatkan dengan melihat reaksi atau bahasa yang di

gunakan dalam suatu proses yang terdapat dalam sebuah tradisi. Terdapat banyak

makna dalam suatu kata atau kalimat. Memberikan penafsiran merupakan upaya

atau langkah lebih jauh untuk mendapatkan makna. Untuk melihat suatu makna

Brow lebih menekankan menggunakan panca indra, daya pikir (kemampuan

Page 21: MAKNA SIMBOLIS TRADISI TINGKEBAN DALAM KEHIDUPAN …

8

berpikir dan akal budi( pikiran yang sehat). Dari uraian di atas dapat dipahami

bahwa filsafat merupakan suatu proses berfikir yang dilakukan untuk mencari dan

memahami hakikat yang sebenarnya dari segala sesuatu.

Memahami makna Simbolis dapat dilihat melalui teori yang dilakukan oleh

Brow yaitu melihat Tradisi tingkeban dalam masyarakat jawa. Oleh karna itu

makna Tingkeban dapat dilihat dengan mencari makna dari dapat dilihat dengan

mencari makna tradisi Tingkeban bagi masyarakat suku jawa serta menafsirkanya.

Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Clifford Geertz dalam bukunya:

[S]elamatan adalah upacara pokok bagi orang Jawa dan merupakan unsur terpenting dalam hampir semua ritus dan upacara dalam sistem religi orang Jawa, yang melambangkan kesatuan mistis dan sosial mereka yang ikut di dalamnya, dengan melibatkan handai-taulan, tetangga, rekan sekerja, arwah setempat, nenek moyang yang sudah mati dan sebagainya yang semuanya duduk bersama mengelilingi satu meja untuk diminta perlindungannya,

restunya dan kesediaannya untuk tidak mengganggu.12

2. Tradisi

Tradisi (adat istiadat) adalah suatu peraturan atau tatacara hidup dalam

bermasyarakat yang dibuat atau diatur oleh manusia sendiri, dimana tradisi itu

pada umumnya mengandung unsur kepercayaan yang diwarisi oleh nenek moyang

suatu bangsa lalu dipercayai dan diamalkan oleh sebagian umat manusia sampai

turun temurun Tradisi (Bahasa Latin:traditio,"diteruskan") atau kebiasaan, dalam

pengertian yang paling sederhana adalah sesuatu yang telah dilakukan untuk sejak

lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya

dari suatu negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang sama. Hal yang paling

mendasar dari tradisi adalah adanya informasi yang diteruskan dari generasi ke

generasi baik tertulis maupun (sering kali) lisan, karena tanpa adanya ini, suatu

tradisi dapat punah. 13

Dengan mengartikan tradisi sebagai sesuatu yang diciptakan sekaligus

sesuatu yang diwariskan dari masa lalu kita bisa mendekatkannya dengan

modernisasi, sehingga keduanya bisa dilihat sebagai fenomena-fenomena yang

berada dalam satu tatanan yang sama. Hal ini memungkinkan kita untuk

12 Clifford Geertz,”Agama jawa Abangan, Santri, Priyayi Dalam kebudayaan jawa”, 5 13 Abuddin Nata, Peta Keragaman Pemikiran Islam Di Indonesia, (Jakarta: RajaGrafindo

Persada, 2001), 139-140

Page 22: MAKNA SIMBOLIS TRADISI TINGKEBAN DALAM KEHIDUPAN …

9

mengakui, dalam pola-pola tradisional, adat istiadat, kepercayaan, praktik kita bisa

menemukan sesuatu yang berfaedah yang bisa diterapkan pada masa sekarang.

Selain itu, ketika masyarakat menganggap aspek-aspek tertentu dari kehidupan

sosial dan budaya yang mereka layak diwariskan kegenerasi yang akan datang,

kita bisa memastikan aspek-aspek itu akan dihadirkan, diwariskan atau bahkan

direkayasa sebagai, tradisi yang diciptakan.

3. Simbolis

Simbol secara etimologis berasal dari bahasa Yunani, sumballo (sumballein)

yang berarti berwawancara,merenungkan,membendingkan,bertemu, melemparkan

jadi satu, menyatukan Simbol artinya tanda atau ciri yang memberitahukan

sesuatu hal kepada seseorang

Clifford Geertz mengembangkan versi pendekatan interpretifnya sendiri.

pada mulanya pendekatan ini disebut antropologi simbolik, yang kelak disebut

saling mengganti dengan interpretivisme simbolik karena penekanan yang

berbeda. Simbol adlah objek, kejadian, bunyi bicara, atau bentuk-bentuk tertulis

yang diberi makna oleh manusia. Bentuk primer dari simbolisasi oleh manusia

adalah melalui bahasa. Tetapi manusia juga berkomunikasi dengan menggunakan

tanda dan simbol dalam lukisan, tarian, musik, arsitektur, mimikwajah, gerak-

gerik, postur tubuh, perhiasan, pakaian, ritus, agama, kekerabatan, nasionalitas,

tata ruang, pemilikan barang, dan banyak lagi lainnya. Manusia dapat memberikan

makna kepada setiap kejadian tindakan, atau objek yang berkaitan dengan pikiran,

gagasan dan emosi. Persepsi tentang penggunaan simbol sebagai salah satu ciri

signifikan manusia menjadi sasaran kajian yang penting dalam antropologi dan

disiplin-disiplin lain.14

Alat pengatur budaya dapat berbentuk bahasa benda atau barang warna,

suara, tindakan atau perbuatan yang merupakan symbol budaya-budaya jawa yang

dikatakan edi-peni dan edi-luhur dalam menyampaikan atau menyuguhkan selalu

mempergunakan alat-alat pengantar yang berfungsi sebagai simbol dan budaya.15

14 Budiono Herusatoto,Simbolisme Manusia dalam Budaya Jawa, 10. 15 Rosalia, Sari Skripsi:―Simbol dan Makna Kesenian Janeng di Desa Pringsewu‖( Bandar

Lampung :Unversitas Lampung, 2002),40

Page 23: MAKNA SIMBOLIS TRADISI TINGKEBAN DALAM KEHIDUPAN …

10

Masyarakat Tanjung. Solok. pada dasarnya adalah masyarakat yang masih

mempertahankan budaya dan tradisi ritualnya. Misalnya dalam masa kehamilan,

kelahiran, masa perkawinan. Salah satu tradisi dalam adat jawa yaitu Tingkeban

yang termasuk dalam peristiwa kelahiran. Dalam penyelenggaran ritual ini ada

beberapa rangkaian yang harus dilaksanakan diantaranya siraman dan slametan.

Dalam slametan banyak dijumpai adanya sjen-sajen yang mempunyai makna dan

simbol yang terkandung didalamnya. Kebudayaan sendiri terdiri atas gagasan-

gagasan, simbol-simbol dan nilainilai sebagai hasil karya dari tindakan manusia.

Sehingga tidaklah berlebihan ika ada ungkapan,‖ begitu eratnya kebudayaan

manusia dengan simbol-simbol. Manusia berfikir, berperasaan dan bersikap

dengan ungkapan-ungkapan yang simbolis.16

F . Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini adalah merupakan penelitian lapangan. Dan menggunakan

pendekatan kualitatif. Dilihat dari sifatnya, penelitian ini termasuk jenis penelitian

deskriptif, penelitian yang menjelaskan realitas yang ada di lapangan kemudian

menganalisisnya dengan cara memaparkan atau mendeskripsikan dengan kata-kata

atau kalimat.

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bermaksud untuk membuat

pencandraan (uraian, paparan) mengenai situasi kejadian-kejadian. Sedangkan

tujuan penelitian deskriptif Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk

menggambarkan sifat sesuatu yang tengah berlangsung pada saat dilakukan dan

untuk memeriksa sebab-sebab dari sesuatu gejala tertentu. 17

2. Setting dan Subjek Penelitian

Setting penelitian adalah di Kelurahan Tanjung Solok, Kecematan Kuala

Jambi, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi. Pemilihan setting

didasarkan atas pertimbangan rasional bahwa di Kelurahan Tanjung Solok

16 Yusri Mohamad Ramli, Agama dalam Tentukur Antropologi Simbolik Clifford Geertz,

Journal of Islamic Thought Vol. 1: (June) 2012,70

.17 Burhan Bungin,‖metode penelitian kualintatif‖(Jakarta:Rajawali Grafindo Persada, 2011),37

Page 24: MAKNA SIMBOLIS TRADISI TINGKEBAN DALAM KEHIDUPAN …

11

mempunyai ciri khas tradisi Upacara Tingkeban atau 7 bulan kehamilan si ibu

bayi.

Subjek dalam penelitian ini berpusat pada pemerintahan desa, pemuka adat,

dan masyarakat yang bersangkutan yang akan melaksanakan upacara Tingkeban.

Di antaranya yaitu, ibu waginem, ibu salgiyem bapak mawardi, Atam

sumantri,ismanto dan bapak Ashuri. Mengingat subjek yang baik adalah subjek

yang terlibat aktif, cukup mengetahui, memahami, atau berkepentingan dengan

aktivitas yang akan diteliti, serta memiliki waktu untuk memberikan informasi

secara benar.18

3. Sumber dan Jenis Data

Sumber data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini dengan

menggunakan data:

a. Sumber Data Primer

Sumber data Primer diambil dari:

Pertama: wawancara dengan masyarakat setempat yang dianggap

berkompeten dalam bidang penelitian ini salah satunyayaitu ashuri (67 th) sebagai

sesepuh, sebagai tokoh masyarakat dan yang lain-lain yang memiliki keahlian

dalam bidangnya yang berkaitan dengan penelitian ini.Observasi

Kedua: Observasi lapangan yang mana didalamnya penuh simbol-simbol

mitoni yang dilaksanakan di Desa Tanjung Solok dengan berusaha aktif bertanya

mengenai mitoni secara natural.

b. Sumber Data Sekunder:

Sumber data sekunder diambil dari karya-karya seseorang atau buku-buku

yangberhubungan dengan mitoni.

4. Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam

penelitian karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa

mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data

yang memenuhi standar data yang ditetapkan.19

Karena penelitian ini bersifat

18 Burhan Bungin,‖metode penelitian kualintatif‖,42 19 Lexi,J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Remadja Karya, Bandung, 1989, 10

Page 25: MAKNA SIMBOLIS TRADISI TINGKEBAN DALAM KEHIDUPAN …

12

penelitian lapangan, maka teknik pengumpulan data menggunakan metode

sebagai berikut :

a. Observasi

Metode ini menjadi awal bagi penyusun untuk mengamati dan meneliti

fenomena-fenomena, fakta-fakta yang akan diteliti. Dalam hal ini, penyusun

mengadakan pengamatan secara langsung terhadap kondisi sosio-historis wilayah

penelitian serta peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan obyek penelitian.

b. Wawancara

Pengambilan data dengan metode ini dilalui dengan proses tanya jawab,

yang dilakukan secara sistematis dan berdasarkan pada tujuan penelitian.

Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan

ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik

tertentu. Agar data penelitian ini dapat diperoleh secara lengkap dan sempurna,

maka peneliti mengadakan wawancara langsung dengan pihak pemerintah desa

dan tokoh agama setempat. Wawancara ini dilakukan dengan cara saling

memahami, saling pengertian tanpa adanya suatu tekanan, baik secara mental

maupun fisik, membiarkan objek penelitian berbicara secara jujur dan transparan.

Sehingga data yang diperoleh cukup akurat dan valid, serta bisa dipertanggung

jawabkan secara ilmiah.

c. Dokumentasi

Selain menggunakan teknik observasi serta wawancara, data dalam

penelitian ini juga dapat dikumpulkan dengan cara dokumentasi, yaitu

mempelajari dokumen-dokumen yang relevan dengan tujuan penelitian. Dalam

bentuk dokumentasi tersebut utamanya berkenaan dengan: tradisi tingkeban di

Kelurahan Tanjung. Solok Kecamatan. Kuala Jambi

5. Metode/Analisis Data

Analisis data dilakukan terus menerus selama proses penelitian berlangsung

setiap data atau informasi yang diperoleh dianalisis dan berusahan ditafsirkan

untuk mengetahui makna dihubungkan dengan masalah penelitian. Dalam

melakukan analisis yang terus menerus inilah penelitian dapat disempurnakan,

dalam arti dipertajam, diperluas, dipilih-pilih menjadi beberapa sub masalah dan

Page 26: MAKNA SIMBOLIS TRADISI TINGKEBAN DALAM KEHIDUPAN …

13

diganti atau dirumuskan kembali. Interpretasi juga tidak luput dari metode yang

digunakan penulis dalam menganalisis data. Interpretasi dalam penelitian ini

merupakan analisis Antropologi untuk mencapai pemahaman benar mengenai

ekspresi manusiawi yang dipelajari. 20

Metode selanjutnya yang digunakan oleh penulis dalam menganalisis

masalah adalah content analisyis Dengan demikian agar sejarah budaya Jawa

tetap menjadi milik orang yang hidup dimasa, tempat dan suasana kultur yang

berbeda ini penulis mencoba menafsirka makna yang ada dalam upacara mitoni

baik dari makna sesajen ataupun makna dari tujuan mitoni itu sendiri. agar mudah

di pahami dan di mengerti.21

G. Pemeriksaan Keabsahan Data

Pemeriksaan keabsahan data untuk memperoleh data yang terpercaya dan

dapat di percaya maka peneliti melakuakan teknik pemeriksaan keabsahan data

yang di dasarkan atas sejumlah kriteria . dalam penelitian kualitatif, upaya

pemeriksaan keabsahan data dapat di lakukan empat cara yaitu :

a. Perpanjangan Keikutsertaan

Pelaksanaan perpanjangan keikutsertaan dilakukan lewat keikutsertaan

peneliti dilokasi secara lansung dan cukup lama, dalam upaya mendeteksi dan

memperhitungkan penyimpangan yang mungkin mengurangi keabsahan data,

karena kesalahan penilaian data (data distortion) oleh peneliti atau responden,

disengaja atau tidak sengaja. Distorsi data dari peneliti dapat muncul karena

adanIya nilai-nilai bawaan dari peniliti atau adanya keterasingan peneliti dari

lapangan yang diteliti sedangkan distorsi data dari responden, dapat timbul secara

tidak sengaja, akibat adanya kesalahpahaman terhadap pertanyaan, atau muncul

dengan sengaja, karena responden berupaya memberikan informasi fiktif yang

dapat menyenangkan penelit, ataupun untuk menutupi fakta yang sebenarnya.22

20 Sumardi Surya Brata, Metode Penelitian, PT Raja GrafindoPersada, Jakarta, 1995,84 21 Lexi,J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif,h,20

22 Ridwan, Metode dan Teknik menyusun proposal penelitian (cet. II : Bandung : Cv Alfabeta, 2009), 56.

Page 27: MAKNA SIMBOLIS TRADISI TINGKEBAN DALAM KEHIDUPAN …

14

Distorsi data tersebut, dapat dihindari melalui perpanjangan keikutsertaan

peneliti dilapangan yang dapat diharapkan dapat menjadi data yang diperoleh

memiliki derajat realibilitas dan validitas yang tinggi. Perpanjangan keikutsertaan

peneliti pada akhirnya akan juga menjadi semacam motivasi untuk menjalin

hubungan baik yang saling mempercayai antara responden sebagai objek

penelitian dengan peneliti.

b. Ketekunan Pengamatan

Ketekunan pengamatan dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan

secara teliti, rinci dan berkesinambungan terhadap factor-faktor yang menonjol

dalam penelitian, faktor-faktor tersebut selanjutnya ditelaah, sehingga peneliti

dapat mengalami faktor-faktor tersebut. Ketekunan pengamatan dilakukan dalam

upaya mendapatkan karakteristik data yang benar-benar relevan dan terfokus pada

objek penelitian, permasalahan dan fokus penelitian, atau distorsi data yang

timbul dari kesalahan responden yang memberikan data secara tidak benar,

misalnya berdusta, menipu, dan berpura-pura.23

c. Trianggulasi

Trianggulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu diluar data pokok, untuk keprluan pengecekan reabilitas

data melalui pemeriksaan silang, yaitu lewat perbandingan berbagai data yang

diperoleh dari berbagai informan. Terdapat empat macam teknik trianggulasi yang

akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu teknik pemeriksaan menggunakan

sumber, metode, penyidik dan teori.

Trianggulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik

derajat reabilitas suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang

berbeda dalam metode kulitatif, yaitu dengan cara-cara sebagai sebagai berikut:

membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara;

membandingkan apa yang dikatakan informan diruang umum (public) dengan apa

yang dikatakan diruang pribadi (privat); membandingkan apa yang dikatakan

sepanjang waktu penelitian; membandingkan keadaan dan perspektif seorang

informan dengan berbagai pendapat atau pandangan informan lainnya, seperti

23 Burhan Bungin,‖metode penelitian kualintatif‖,23

Page 28: MAKNA SIMBOLIS TRADISI TINGKEBAN DALAM KEHIDUPAN …

15

dosen, mahasiswa atau pimpinan Prodi; membandingkan hasil wawancara dengan

hasildokumen terkait.

Trianggulasi dengan metode, merupakan teknik pengecekan keabsahan data

dengan meneliti hasil konsistensi, reabilitas, dan validitas data yang diperoleh

melalui metode pengumpulan data tertentu.24

Terdapat dua cara yang dapat

dilakukan dalam trianggulasi dengan metode, yaitu: pengecekan derajat

kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data;

pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang

sama.25

Triaanggulasi dalam penyidik, yaitu teknik pengecekan data melalui

perbandingan hasil data yang diperoleh dari satu pegamat dengan hasil penyidikan

pengamat lainnya. Triaanggulasi dalam teori, yaitu pengecekan keabsahan data

melalui perbandingan dua atau lebih teori yang berbicara tentang hal yang sama,

dimaksudkan untuk mendapatkan penjelasan banding tentang satu hal yang

diteliti. Penerapan teknik tersebut, dapat dilakukan dengan memasukan teri

pembanding untuk memprkaya dan membandingkan penjelasan pada teori utama

yang digunakan dalam penelitian.

d. Diskusi dengan teman sejawat

Langkah akhir untuk menjamin keabsahan data, peneliti melakukan diskusi

dengan teman sejawat, guna memastikan bahwa data yang diterima benar-benar

real dan bukan semata persepsi sepihak dari peneliti atau informan. Melalui cara

tersebut peneliti mengharapkan mendapatkan sumbangan, masukan, daan saran

yang berharga daan konstruktif dalam meninjau keabsahan data.

24 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung : IKAPI 2014),

225. 25 Husein Umar. Metode Penelitian untuk Skripsi dan tesnis bisnis (Jakarta : Rajawali Pers,

2011), 52.

Page 29: MAKNA SIMBOLIS TRADISI TINGKEBAN DALAM KEHIDUPAN …

16

H. Studi Relefan

Penelitian yang berkaitan dengan Tingkeban/ mitoni diantaranya penelitian

yang dilakukan oleh:

Skripsi yang ditulis oleh Iwan zahar , UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang

berjudul ―Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Tradisi Mitoni Di Padukuhan

Pati Kalurahan Genjahan Kecamatan Ponjong Kabupaten Gunungkidul”.Hasil

dari tesis ini menyimpulkan bahwa pelaksanaan mitoni yang dilakukan di

Padukuhan Pati Kelurahan Genjangan Kecamatan Ponjong Kabupaten Gunung

Kidul cenderung bernuansa ibadah dan Islami dan telah meninggalkan rangkaian

mitoni yang mengarah kepada kemusrikan atau menyekutukan Allah SWT.

Nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam tradisi mitoni di

Padukuhan Pati Kelurahan Genjangan Kecamatan Ponjong Kabupaten Gunung

Kidul antara lain adalah iman, ihsan, taqwa, tawakal, ihklas, syukur, silaturahim,

shodaqoh. Perbedaan dengan penelitian yang penulis teliti terletak pada obyek

kajiannya, pada penelitian tersebut membahas pergeseran ritual ibadah dari yang

bersifat kemusyrikan ke ritual yang bersifat ibadah dan Islami. Sedangkan

penelitian yang dilakukan oleh peneliti sendiri lebih menfokuskan pada makna

mitoni. 26

Skripsi oleh Dewi Pratiwi dengan judul “Upacara Mitoni di Kalangan

Masyarakat Madura di kelurahan Perak Timur Surabaya‖ jurusan SPI, Fakultas

Adab, IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2014. Hasil penelitiannya menyimpulkan

bahwa dalam upacara mitoni yang dilakukan masyarakat Madura di kelurahan

perak timur Surabaya tersebut mengandung unsur-unsur percampuran budaya.

Seperti misal terdapatnya unsur-unsur animisme dan dinamisme dalam upacara

sesaji dan pembakaran dupa dalam ritualnya. Pencampuran budaya tersebut

dipadukan dengan budaya Jawa agar tetap selaras dan seimbang. Penelitianlam

26 Iwan Zahar,‖ ―Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Tradisi Mitoni Di Padukuhan Pati

Kalurahan Genjahan Kecamatan Ponjong Kabupaten Gunungkidul”, Skripsi (Yogyakarta: Program Sarjana Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,2014),8

Page 30: MAKNA SIMBOLIS TRADISI TINGKEBAN DALAM KEHIDUPAN …

17

buku ini menguraikan tata laksana berbagai upacara tradisional Jawa, termasuk

upacara mitoni atau tingkeban. 27

Skripsi oleh H.M. Darori Amin, yang berjudul ―Islam dan Kebudayaan

Jawa‖diantaranya membahas tentang Sinkretisme yaitu perpaduan antara Islam

dengan tradisi dan budaya Jawa PraIslam. Tentang Sinkretisasi menjadi perbedaan

pendapat sebagian ulama menerimanya dan sebagian lain menolaknya,tergantung

mereka melihat dari sisi mana akulturasi Jawa, aqidah ataupun yang menyentuh

bidang ritual

Skripsi oleh Ismaini dengan judul:“Tradisi Nujuh Bulanan Pada

Masyarakat Jawa (di Kelurahan Sei Mati Kecamatan Medan Labuhan) Menurut

Perspektif Hukum Islam”. Skripsi tersebut memaparkan mengenai pelaksanaan

tradisi tingkeban dengan prosesinya yang masih kental dengan ritual Jawanya dan

belum mengkontekskan dengan problem masa kini. Selain itu, penelitian tersebut

juga hanya mengambil hukum dari satu sudut pandang yaitu hukum Islam secara

umum. Dua hal tersebutlah yang kiranya membedakan penelitian yang akan

penulis lakukan dengan penelitian saudari Ismaini.

Skripsi oleh oleh Muhammad Fauzan Nasir dengan judul “Pembacaan

Tujuh Surat Pilihan Al-Qur’an Dalam Tradisi Tingkeban”. Dalam skripsi tersebut

terfokus pada bagaimana prosesi bacaan tujuh surat pilihan dalam al-Qur'an

menjadi bagian integral dalam tradisi mitoni serta bagaimana pembacaan tujuh

surat pilihan dalam al-Qur’an tersebut difungsikan dalam tradisi mitoni. Dua hal

tersebut kiranya yang menjadi perbedaan dalam penelitian yang akan penulis

lakukan, dimana penulis terfokus pada hukum dalam memperingati tradisi

tersebut dengan membatasi hanya pada pandangan tokoh NU dan

Muhammadiyah.

Skripsi lainnya ditulis oleh Benny Prabawa,“Nilai Filosofi Upacara Daur

Hidup Mitoni”.Dalam skripsi tersebut mendeskripsikan makna simbolik sesaji

atau ubarampe dari upacara daur hidup mitoni, nilai filosofi yang terkandung

dalam upacara daur hidup mitoni. Skripsi tersebut jelas berbeda dengan penelitian

27 Dewi Pratiwi,“Upacara Mitoni di Kalangan Masyarakat Madura di kelurahan Perak

Timur Surabaya‖,Skripsi(Surabaya jurusan SPI, Fakultas Adab, IAIN Sunan Ampel Surabaya,2014.),12

Page 31: MAKNA SIMBOLIS TRADISI TINGKEBAN DALAM KEHIDUPAN …

18

yang akan penulis lakukan. Dimana dalam penelitian yang akan penulis lakukan

terkait dengan hukum peringatan dari mitoni atau tingkeban itu sendiri yang

pelaksanaannya sudah mengikuti perkembangan zaman.

Dari beberapa penelitian diatas peneliti belum menemukan adanya

penelitian tentang tradisi mitoni yang berkaitan dengan makna simbol, khususnya

Di Kelurahan Tanjung Solok. Maka dari itu, penelitian yang dilakukan peneliti

belum pernah diteliti sebelumnya sehingga layak untuk dijadikan sebagai bahan

penelitian.

Page 32: MAKNA SIMBOLIS TRADISI TINGKEBAN DALAM KEHIDUPAN …

BAB II DESKRIPSI UMUM MASYARAKAT

KELURAHAN. TANJUNG SOLOK. KECAMATAN. KUALA JAMBI

A. Keadaan Geografis

Kelurahan Tanjung Solok Merupakan Bagian Wilayah Kecamatan Kuala

Jambi, sebelah utara berbatasan dengan Laut Cina Selatan, sebelah timur

berbatasan dengan Kecamatan Muara Sabak Timur, sebelah selatan berbatasan

dengan Kecamatan Muara Sabak Barat dan Kecamatan Muara Sabak Timur, dan

sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Mendahara.28

Luas wilayah Kecamatan Kuala Jambi 120,52 km2 terdiri dari:

- Teluk Majelis 21 Km2 (17,42%)

- Kampung Laut 13,610 Km2(11,29%)

- Tanjung Solok 37,56 Km2 (31,16%)

- Kuala Lagan 19 86 Km2(16,47%)

- Majelis Hidayah 10,3 Km2(8,54%)

- Manunggal Makmur 18,19 Km2(15,09%)

Adapun luas wilayah Kelurahan Tanjung Solok dari hasil analis adalah

37,56 hektar. Tinggi wilayah Kelurahan Tanjung Solok di atas permukaan laut

adalah 1 Meter dan Letak Wilayah Kelurahan Tanjung Solok berada di daerah

pesisir Sedangkan jarak kelurahan Tanjung Solok ke ibu Kecamatan mencapai

1km.29

Kecamatan Kuala Jambi terdiri dari 4 desa dan 2 kelurahan, 16 dusun, 8

rukun warga serta 99 rukun tetangga (RT), dengan rincian sebagai berikut:

- Desa Kuala Lagan terdiri dari 4 dusun dan 15 RT

- Kelurahan Kampung Laut terdiri dari 4 RW dan 20 RT

- Kelurahan Tanjung Solok terdiri dari 4 RW dan 20 RT

- Desa Teluk Majelis terdiri dari 5 dusun dan 20 RT

- Desa Majelis Hidayah terdiri dari 3dusun dan 10 RT

- Desa Manunggal Makmur terdiri dari 4 dusun dan 20 RT

28 BPS Kabupaten Tanjung Jabung Timur,” Kecamatan Kuala Jambi Dalam Angka Kuala Jambi Subdistrict in Figures 2019”( BPS Kabupaten Tanjung Jabung Timur: CV.

29 Subroto,‖Ketua RT Tanjung solok‖Wawancara dengan penulis 12 januari 2020 Tanjung

Jabung Timur.

20

Page 33: MAKNA SIMBOLIS TRADISI TINGKEBAN DALAM KEHIDUPAN …

21

Jumlah penduduk Kecamatan Kuala Jambi tahun 2018 sebanyak 14.671

jiwa dengan jumlah rumah tangga sebanyak 3.485 rumah tangga. Jumlah

penduduk terbanyak berada di Desa Tanjung Solok dengan jumlah penduduk

sebesar 4.642 jiwa.Kepadatan penduduk di Kecamatan Kuala Jambi tahun 2018

sebesar 121,73 jiwa/km2. Hal ini berarti di Kecamatan Kuala Jambi setiap 1 km2

terdapat 121 jiwa.30

Desa dengan kepadatan penduduk tertinggi berada di Desa Kampung Laut

dengan kepadatan penduduk sebesar 321,51 jiwa/km2. Dalam menjalani aktivitas

sehari-hari, masyarakat kelurahan Tanjung Solok tidak mengalami kesulitan untuk

menjangkau tempat tujuan mereka, karena sarana kendaraan umum telah cukup

memadai31

B. Keadaan Demografis Kelurahan Tanjung Solok

Kelurahan Tanjung Solok memiliki penduduk 4.642 jiwa, yang terdiri atas

1.109 kepala rumah tangga, dengan perincian laki-laki 2.387 jiwa dan perempuan

2.255 jiwa.Setelah melihat perincian tersebut, dapat dilihat adanya perbedaan

jumlah antara laiki-laki dan perempuan, dimana jumlah laki-laki lebih banyak

daripada jumlah perempuani. Jumlah penduduk dari tahun ke tahun mengalami

peningkatan disebabkan banyak angka kelahiran dan sebaliknya kecil angka

kematian.32

Berdasarkan data Monografi Kelurahan jumlah penduduk Kelurahan

Tanjung Solok sebagai berikut :

Tabel I

Monografi Penduduk Menurut Usia

No Usia Jumlah

1 0-06 tahun 400

2 07-12tahun 550

3 13-18 tahun 663

30 Subroto,‖Ketua RT Tanjung solok‖Wawancara dengan penulis 12 januari 2020

Tanjunmg Jabung Timur.

31 Dessy Putriyaningsih,Hardiani; Etik Umiyati,‖Pekerja anak pada keluarga nelayan (Studi di Kelurahan Tanjung Solok

Kecamatan Kuala Jambi)” Jurnal Paradigma Ekonomika Vol. 14. No. 1, Januari - Juni 2019,46

Page 34: MAKNA SIMBOLIS TRADISI TINGKEBAN DALAM KEHIDUPAN …

22

4 19-24 tahun 500

5 25-55 tahun 1576

6 56-79 tahun 823

7 80 tahun keatas 120

Jumlah 4642

Tabel II

Monografi Penduduk Menurut Pendidikan Usia (6 Tahun ke Atas)

No Pendidikan Jumlah

1 Belum Sekolah 450

2 Tidak tamat SD 725

3 Tamat SD sederajat 1200

4 Tamat SLTP sederajat 850

5 Tamat SLTA sederajat 823

6 TamatDiploma(D1-D3) 79

7 Tamat Perguruan 150

Tinggi

8 Buta huruf 350

Jumlah 4627

Tabel III

Monografi Mata Pencahairan (Bagi Umur 10 Tahun Atas)

No Mata pencahairan Jumlah

1 Pengusaha sedang 23

2 Petani 4627

3 Buruh industri 41

4 Buruh Bangunan 51

5 Pedagang 42

6 Pegawai PNS 46

Jumlah 4830

Page 35: MAKNA SIMBOLIS TRADISI TINGKEBAN DALAM KEHIDUPAN …

23

Tabel IV

Monografi Banyaknya Pemeluk Agama

No Pemeluk Jumlah

1 Islam 4627

2 Kristen -

3 Katolik 10

4 Hindu -

5 Budha 5

Jumlah 4.642

a. Ekonomi Masyarakat

Dalam kehidupan ekonomi, masyarakat Kelurahan Tanjung Solok dapat

dikatakan cukup. Hal ini dapat dilihat dari gaya hidup mereka yang sederhana,

juga terampil dalam menjalankan suatu pekerjaan. Hampir setiap keluarga

diKelurahan ini dapat memenuhi kebutuhan sekundernya, seperti meja, kursi, TV

berwarna, kendaraan bermotor. Menurut Warga kelurahan Tanjung Solok

mengatakan bahwa kurangnya faktor pendidikan. sebagian besar masyarakat

Tanjung Solok bekerja sebagai Petani. Mengenai pendapat yang mereka

peroleh,terbilang cukup.33

b. Kondisi Sosial Budaya

Kondisi sosial budaya yang dimaksud adalah aktivitas masyarakat sebagai

makhluk yang berbudaya mempunyai kreativitas dan hubungan sebagai makhluk

sosial tidak lepas dari saling membutuhkan satu sama lain, sehingga gambaran

dari kondisi sosial budaya ini berupa gotong royong, berorganisasi dan lain-lain.

Dalam kehidupan sosial budaya masyarakat cukup harmonis, sebab rasa

solidaritas dan kebersamaan sangat kuat dan terjalin baik. Hal ini bisa dibuktikan

jika ada salah seorang penduduk yang terkena musibah, baik itu keluarga yang

meninggal, mereka membantu dengan cara mengadakan yasinan, tahlilan

bersama-sama di rumah orang yang terkena musibah. Walaupun tanpa diundang,

33 Subroto,‖Ketua RT Tanjung solok‖Wawancara dengan penulis 12 januari 2020

Tanjunmg Jabung Timur.

Page 36: MAKNA SIMBOLIS TRADISI TINGKEBAN DALAM KEHIDUPAN …

24

mereka datang dengan sendirinya. Inilah bukti, bahwa masyarakat Tanjung Solok

mempunyai rasa kebersamaan yang terjalin dengan baik.34

c. Kondisi Keberagaman.

Mayoritas penduduk Kelurahan Tanjung Solok menurut para tokoh

masyarakat dan hasil analisis penulis beragama Islam ± 90 % selebihnya ± 10 %

beragama Kristen, Katolik, Hindu dan Budha. Mereka memusatkan aktivitas

keagamaan dibeberapa tempat ibadah yang tersebar diKelurahan Tanjung Solok,

baik Masjid, Musholla, bahkan di kantor kelurahan seperti pengajian bapak bapak,

ibu-ibu maupun remaja. Setiap minggu dan setiap Bulan. Hal ini membuktikan

bahwa masyarakat Tanjung Solok peduli akan pembinaan kehidupan keagamaan.

Di samping itu juga ada kegiatan, yasinan, tahlilan yang hampir setiap minggu.

Bagi masyarakat Tanjung Solok yang memeluk agama islam sholat lima waktu

(Dzuhur, ashar, Maghrib,Isya’, Subuh) itu memang sudah menjadi kewajiban bagi

umat islam, biasanya di lakukan secara berjamaah, dan shalat jamaah lima waktu

pun masyarakat Tanjung Solok tidak sepenuhnya melakukan, shalat berjamaah

yang dilakukan biasanya pada saat shalat maghrib, isya’, subuh, selain itu

masyarakat dalam melaksanakan shalat dhuhur dan ashar,kebanyakan

dilaksanakan sendiri-sendiri atau shalat di rumah masing-masing.35

Pada saat puasa di bulan Ramadhan dalam analisis penulis masyarakat

Tanjung Solok tidak meninggalkannya, dalam arti masyarakat Tanjung Solok

menjalankan dalam sebulan penuh yang menganut Islam, sedangkan yang

beragama Kristen, Katolik, Hindu dan Budha mereka mempunyai sikap saling

menghormati dan menghargai antar umat beragama. Masyarakat Tanjung Solok

tidak lepas melaksanakan zakat atau shodaqoh, hal ini dilakukan pada saat rizki

yang cukup. Sedangkan apabila penghasilan yang cukup dan mampu, juga

melaksanakan rukun Islam yang terakhir (Haji). Keberadaan kehidupan

keberagaman di Kelurahan Tanjung Solok boleh dibilang cukup harmonis artinya

kerukunan keberagamaan terjalin dengan damai. Kegiatan keberagamaan cukup

bervariasi, terbukti adanya kegiatan jamiah-jamiah dan majelis-majelis taklim

34 BPS Kabupaten Tanjung Jabung Timur,” Kecamatan Kuala Jambi Dalam Angka

Kuala Jambi Subdistrict in Figures 2019”,20 35 Atam Sumantri,‖Tokoh Adat‖Wawancara dengan penulis 12 januari 2020 Tanjung

Jabung Timur. Rekaman Audio

Page 37: MAKNA SIMBOLIS TRADISI TINGKEBAN DALAM KEHIDUPAN …

25

yang dilaksanakan di tingkat Rt serta seringnya di adakan pengajian-pengajian

umum oleh masyarakat. Kegiatan keagamaan itumengindikasikan bertambah rasa

keimanan dan ketakwaan masyarakat kepada Tuhan yang Maha Esa.

C. Adat Istiadat yang Berkembang di Kelurahan Tanjung Solok Kecamatan

Kuala Jambi

a. Selamatan tingkeban

Mbah Aisyah mnyatakan : [N]gene mas, menawa Tingkeban iku artine mitoni opo metomg wulan pas meteng anak pertama ,slametan iku bisa bermakna selamat seko keadaan sek bersifat negatif utowo perwujudan rasa syukur atas nikmat Tuhan supoyo

terhindar seko kejadian sek ora dipinginake.36

Pengamatan penulis Selamatan tingkeban yatitu selamatan yang

diselenggarakan pada bulan ketujuh kehamilan.Selamatan ini diperuntukkan hanya

apabila anak yang dikandung adalah anak pertama dari si ibu dan si ayah.

b. Selamatan kematian

Bapak Ashuri mnyatakan : [S]elametan wong mati iku di lakoni pas dino pertama tekan ke pitung dino, teros tahlilan dilakoni pas patang poloh dino, nyatos, mendak sepisan, mendak pindo, trus nyewu, selametan iki dilakoni secara islami, biasane acarane

dilakoni karo moden.37

Selamatan kematian Analis penulis diselenggarakan sejak hari pertama

sampai ketujuh di lakukan upacara tahlilan tujuh hari (mitong dino), demikian

juga tahlilan dilakukan pada waktu kematian berumur 40 hari (matang puluh), 100

hari (nyatus), 1tahun (mendhak sepisan), 2 tahun (mendhak pindo), 3 tahun atau

1000 hari (nyewu), upacara tahlilan ini lebih diwarnai oleh pengaruh Islam. Yang

menjadi berperan dalam selamatan kematian ini adalah modin, atau kiyai.38

c. Selamatan desa/Tolak Balak (bersih desa)

Pengamatan langsung dari penulis Selamatan desa adalah selamatan yang

berhubungan dengan pengkudusan dan pembersihan suatu wilayah, yang ingin

dibersihkan roh jahat atau roh yang berbahaya dengan mengadakan selamatan, di

mana hidangan dipersembahkan kepada danyang desa.39

36 Mbah Aisyah,‖Tokoh Masyrakt, Wawancara dengan Penulis 12 Januari 2020,

Kabupaten tanjung jabung timur. Rekaman Audio

37 Ashuri,‖warga tanjung solok, Wawancara dengan Penulis 11 Oktober 2019, Kabupaten tanjung jabung timur

38 Clifford Geertz,”Agama jawa Abangan, Santri, Priyayi Dalam kebudayaan jawa”,h 48

39 Ashuri,‖warga tanjung solok, Wawancara dengan Penulis 11 Oktober 2019, Kabupaten tanjung jabung timur

Page 38: MAKNA SIMBOLIS TRADISI TINGKEBAN DALAM KEHIDUPAN …

26

d. Selamatan weton

Selametan weton iku “[A]rtine, dilakoni gae memperingati hari lahiran. Nek

wong jowo ngistilahke dino kelahiran di dasrke hari kro tanggal jowo gae

ngingeti dino lahirre…”.40

Dalam analis penulis Selamatan weton adalah selamatan yang

diselenggarakan untuk memperingati hari kelahiran.Dalam tradisi jawa hari

kelahiran didasarkan pada hari dan pasarannya menurut tahun Qomariyah

sedangkan perayaan ulang tahun didasarkan pada tanggal dan bulan menurut

Syamsiyah.

d. Punggahan

Punggahan iku “[A]rtine teko asal kata munggah seng artine menduwor,

maksudte iki dilakoni ngarep ben iso ngangkat derajat menungso, gae

ngadepi bulan poso, apik secoro lahiriyah dan batiniyah...”.41

Tradisi Punggahan berasal dari kata munggah yang memiliki arti naik.

Maksudnya tradisi ini diharapkan .mampu menaikkan derajat manusia dalam

menghadapi bulan puasa, baik secara lahiriyah dan batiniyah.

40 Salgiyem,‖warga tanjung solok, Wawancara dengan Penulis 13 januari 2020,

Kabupaten tanjung jabung timur

41 Salgiyem,‖warga tanjung solok, Wawancara dengan Penulis 13 januari 2020, Kabupaten tanjung jabung timur

Page 39: MAKNA SIMBOLIS TRADISI TINGKEBAN DALAM KEHIDUPAN …

BAB III TINJAUAN UMUM RITUAL TINGKEBAN DAN

PANDANGAN MASYARAKAT KELURAHAN TANJUNG SOLOK

KECAMATAN KUALA JAMBI TENTANG TRADISI TINGKEBAN

A. Pengertian Ritual

Ritual adalah ―bentuk atau metode tertentu dalam melakukan upacara

keagamaan atau upacara penting atau tatacara dalam bentuk upacara. Makna dasar

ini menyiratkan bahwa, di satu sisi aktivitas ritual berbeda dari aktivitas biasa,

terlepas dari ada tidaknya nuansa keagamaan.

Lebih jauh ritual dicirikan mengacu pada sifat dan tujuan yang mistis atau

religius. Ritual atau tradisi adalah identik dengan adat istiadat. Hanya saja dalam

pemahaman masyarakat Islam sedikit tidak ada perbedaan. Adat istiadat biasanya

dipakai sebagai tindakan atau tingkah laku yang berdasarkan pada nila-nilai

agama, sedangkan ritual atau tradisi adalah tingkah laku yang didasarkan pada

nilai-nilai budaya yang dimiliki oleh sekelompok masyarakat.

Penggunaan adat atau ritual sebagai sumber hukum Islam selaras dengan

ketentuan yang menurut Ahmad Azhar Basyir meliputi:

1. Dapat diterima dengan kemantapan oleh masyarakat berdasarkan pada

pertimbangan akal sehat dan sejalan dengan tuntutan watak pembaruan

manusia.

2. Menjadi kemantapan umum dalam masyarakat dan dijalankan secara terus

menerus

3. Tidak bertentangan dengan al-Qur‟an dan sunnah.

4. Benar-benar telah ada pada saat hukum-hukum ijtihadiyah di bentuk

dirasakan oleh masyarakat karena mempunyai ketentuan yang mengikat,

mengharuskan ditaati dan mempunyai akibat hukum. 42

Adat istiadat atau ritual suatu bangsa itu mulanya timbul dari kepercayaan

agama, yaitu sebelum datangnya Islam. Agama Islam setelah diyakini dan

diamalkan ajarannya oleh suatu bangsa kemudian baru melahirkan adat pula. Adat

yang dipengaruhi oleh agama merupakan perpaduan dari ajaran kepercayaan

agama Hindu Budha dan Islam. Contoh dari perpaduan itu antara lain tingkeban,

42 M.C.Riklefs,‖Mengislamkan jawa‖,(NUS Press,Singapore :PT SERAMBI SEMESTA

Anggota IAPI,2012), 89

27

Page 40: MAKNA SIMBOLIS TRADISI TINGKEBAN DALAM KEHIDUPAN …

28

brokohan dan lain-lain. Pengaruh dari paham tersebut dapat dijelaskan sebagai

berikut:

1. Kepercayaan Hindu Budha

Sebelum Islam masuk di Indonesia khususnya Jawa, masyarakat Jawa masih

berpegang teguh pada adat istiadat agama Hindu Budha. Pada dasarnya budaya

masa lalu merupakan manifestasi kepercayaan Jawa yang dipengaruhi oleh agama

Hindu Budha sehingga banyak tradisi dan ritual.43

a. Tradisi-tradisi ritual

Dalam agama Hindu Budha tradisi upacara ritual masih dapat dilihat

keberadaannya sampai saat ini. Upacara tersebut dilakukan untuk menjaga

keseimbangan mikrokosmos dan menghindari kegoncangan yang dapat

menurunkannya kesejahteraan materil. Bentuk upacara-upacara lain adalah

upacara perawatan dan penjamasan pusaka seperti keris. Pemilikan kebesaran

seperti keris ini sebagaimana kepemilikan wahyu (ketiban andaru yaitu sebuah

cahaya kilat tanda kebesaran yang telah jatuh dari langit) merupakan tanda bahwa

semua benda pusaka tersebut dipersonifikasikan dan diberi nama yang dihormati

yakni Kyai untuk laki-laki dan Nyai untuk perempuan.44

b. Animisme

Pengertian animisme menurut bahasa latin adalah animus, dan bahasa

yunani avepos, dalam bahasa sansekerta disebut prana/ruah yang artinya nafas

atau jiwa. Dalam filsafat, animisme adalah doktrin yang menempatkan asal mula

kehidupan mental dan fisik dalam suatu energi yang lepas atau berbeda dari jasad.

Animisme adalah teori bahwa segala obyek alam ini bernyawa atau berjiwa,

mempunyai spirit bahwa kehidupan mental dan fisik bersumber padanyawa, jiwa

atau spirit. Dari pandangan sejarah agama, istilah tersebut digunakan dan

diterapkan dalam suatu pengertian yang lebih luas untuk menunjukkan

kepercayaan terhadap adanya makhluk-makhluk spiritual yang erat sekali

hubungannya dengan tubuh atau jasad.45

43 Iswah Adriana,‖ NELONI, MITONI ATAU TINGKEBAN:Perpaduan antara Tradisi Jawa dan

Ritualitas Masyarakat Muslim” (Jurnal KARSA, Vol. 19 No. 2 Tahun 2011), 65

44 M.C.Riklefs,‖Mengislamkan jawa‖,(NUS Press,Singapore :PT SERAMBI SEMESTA Anggota IAPI,2012), 92

45 M.C.Riklefs,‖Mengislamkan jawa‖,75

Page 41: MAKNA SIMBOLIS TRADISI TINGKEBAN DALAM KEHIDUPAN …

29

c. Dinamisme

Pengertian dinamisme pada masa sokrates ditumbuhkan dan dikembangkan,

yaitu dengan menerapkannya terhadap bentuk atau form. Form adalah anasir atau

bagian pokok dari sesuatu jiwa sebagai bentuk yang memberi hidup kepada materi

atau tubuh. Aktivitas kehidupannya dan alam sebagai sumber dasar daripada

benda.

Dalam Ensiklopedi Umum dijelaskan bahwa dinamisme sebagai

kepercayaan keagamaan primitif pada zaman sebelum kedatangan agama Hindu di

Indonesia, dengan keyakinan bahwa pada dasarnya kekuatan yang ―Maha Ada‖

berada di mana-mana.Dinamisme disebut juga pre animisme yang mengajarkan

bahwa tiap-tiap benda atau makhluk mempunyai mana. Atau bahwa mana tidak

hanya bisa terdapat pada benda, orang, dan hewan, melainkan juga situasi atau

keadaan tertentu.

Menurut Codrinston, dalam bukunya The Melainesains yang diterbitkan

pada tahun 1981, menyatakan―[S]uatu kepercayaan terhadap adanya suatu

kekuatan yang sama sekali berbeda dengan kekuatan fisik. Suatu kekuatan

menonjol, menyimpang dari biasa,luar biasa, dan kodrati...‖46

2. Proses Akulturasi Budaya Jawa dan Islam

Akulturasi menyangkut konsep mengenai proses sosial yang timbul apabila

sekelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan pada unsur-

unsur dari suatu kebudayaan asing sehingga unsur-unsur asing itu lambat laun

diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya

kepribadian kebudayaan itu.

Manusia tidak dapat dilepaskan dari budaya. Budaya adalah suatu dari

sikap, perilaku, dan simbol-simbol yang dimiliki bersama oleh manusia dan

biasanya dikomunikasikan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Manusia

tidak lahir dengan membawa budayanya, melainkan budaya tersebut diwariskan

dari generasi ke generasi. Misalnya orang tua kepada anak, guru kepada murid,

46 Iswah Adriana,‖Neloni,Mitoni,Tingkeban :Perpaduan antara Tradisi Jawa dan Ritualitas

Masyarakat Muslim”, 52

Page 42: MAKNA SIMBOLIS TRADISI TINGKEBAN DALAM KEHIDUPAN …

30

pemerintah kepada rakyat dan sebagainya. Dalam membahas budaya, tidak dapat

melepaskan diri dari mayarakat, ras dan etnik.47

Masyarakat adalah sekelompok orang yang saling berbagi tempat dan

waktu. Ras adalah sekelompok orang yang memiliki karakteristik fisik yang sama

dan diwariskan melalui genetik. Karakteristik fisik yang sama tersebut antara lain

warna kulit, bentuk hidung, bulu / rambut di tubuh serta mata. Sedangkan etnis

atau suku bangsa adalah sekelompok orang yang memiliki kesamaan dan

perbedaan dalam konteks kebudayaan budaya. Biasanya suku bangsa dikaitkan

dengan warisan budaya, pengalaman yang diwariskan secara turun temurun oleh

orang-orang yang memiliki kesamaan leluhur, bahasa, tradisi, sering kali agama,

dan wilayah geografis.

kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur

unsur dari suatu kebudayaan asing dengan sedemikian rupa, sehingga unsur-unsur

kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan

sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri.

Akulturasi juga bisa dipahami sebagai proses sosial yang timbul bila suatu

kelompok manusia dengan satu kebudayaan dihadapkan dengan unsur-unsur

kebudayaan asing, sehingga dapat diterima dan diolah kedalam kebudayaan

sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan asli.48

Dalam masyarakat Jawa, persinggungan antara agama pendatang dan tradisi

pribumi mengalami akulturasi yang cukup banyak jumlahnya. Sebagian

masyarakat bahkan masih menggunakan akulturasi budaya ini dalam

kehidupannya. Meskipun telah terjadi budaya baru sebagai interaksi dengan

perkembangan waktu yang melingkupinya. Banyak tradisi jawa yang merupakan

akulturasi budaya antara agama Islam dan agama pribumi, baik Hindu-Budha

maupun agama-kepercayaan asli masyarakat.49

Dalam proses penyebaran Islam di Jawa terdapat dua pendekatan tentang

bagaimana cara yang ditempuh agar nilai-nilai Islam diserap menjadi bagian dari

budaya Jawa. Pendekatan yang pertama disebut kehidupan keberagaman,

47 Mahli Zainudin Tago, Shonhaji,”Agama Dan Integrasi SosialDalam Pemikiran Clifford Geertz”( Jurnal Studi Agama dan Pemikiran Islam: Volume 7, Nomor 1, Juni 2013),80-90

48 M.C.Riklefs,‖Mengislamkan jawa‖, 77

49 Mahli Zainudin Tago, Shonhaji,” Agama Dan Integrasi SosialDalam Pemikiran Clifford Geertz”,96

Page 43: MAKNA SIMBOLIS TRADISI TINGKEBAN DALAM KEHIDUPAN …

31

kecenderungan untuk mengakomodasikan Islam dengan budaya Jawa setempat

telah melahirkan kepercayaan-kepercayaan serta upacara-upacara ritual

Perlu dipahami, bahwa sebelum agama Hindu masuk ke tanah Jawa,

penduduk lokal sudah menganut kepercayaan yaitu agama Kejawen. Kepercayaan

ini dipengaruhi oleh kekuatan alam, benda-benda yang dianggap magis, roh

leluhur, mahluk halus pengganggu (lelembut) dan mahluk halus yang mempunyai

kedudukan tertinggi yaitu danyang. Selain itu juga banyak ritual-ritual sakral yang

dilakukan sebagai persembahan sekaligus meminta perlindungan agar dijauhkan

dari mara bahaya dan bencana. Dengan adanya kepercayaan yang terus

berlangsung maka terbentuklah suatu kebudayaan serta mendorong munculnya

hukum adat.50

Dengan sentuhan Islam, tradisi ini kemudian dikemas sedemikan rupa,

sehingga menghasilkan akulturasi budaya, dimana salah satu budaya tidak ada

yang merasa ditinggalkan. Salah satu hasil akulturasi budaya ini yang masih

sering kita jumpai di masyarakat adalah tradisi slametan. Slametan saat ini tampak

jelas ada percampuran antara tradisi Islam dengan tradisi agama sebelumnya,

katakanlah tradisi Hindu.51

Tradisi mitoni (mituni, mitu, pitu) merupakan salah satu ritual slamaten

dalam siklus hidup manusia yang masih berlaku pada masyarakat Jawa. Tradisi ini

dilakukan pada saat usia kehamilan tujuh bulan. Secara umum, tradisi ini

dimaksudkan untuk mendoakan sang ibu agar kelak saat persalinan diberi

kelancaran dan kemudahan. Usia tujuh bulan dipilih karena pada usia tersebut,

keadaan bayi sudah manggon (tetap), siap untuk keluar ke dunia.

B. TINGKEBAN

1. Pengertian Tingkeban

Kehamilan merupakan anugrah terbesar dari Allah bagi pasangan suami

istri dalam perjalanan rumah tangganya. Maka dari itu untuk rasa syukur pasangan

suami istri terhadap janin yang telah di kandung oleh istri diadakanlah ritual yang

50 M.C.Riklefs,‖Mengislamkan jawa‖,h 124 51 Clifford Geertz,”Agama jawa Abangan, Santri, Priyayi Dalam kebudayaan jawa”,187

Page 44: MAKNA SIMBOLIS TRADISI TINGKEBAN DALAM KEHIDUPAN …

32

khusus di peruntukkan bagi seorang wanita yang sedang mengandung, yaitu

selamatan yang disebut dengan Tingkeban.52

[T]ingkepan iku podo karo mitoni, la kata miton iki sek sering diucapake nek masyarakat. Mitoni iku slametan kehamilan tujuh bulan sek bertujuan nylameti bayi ono ing kandungan sekaligus ibu sek engko melahirkan, nah supaya

selamat sak kabehane tidak kekurangan satu apapun. 53

Dalam analisis penulis Tingkeban itu sama dengan mitoni yang masih

sering di ucapkan masyarakat. Mitoni itu selamatan kehamilan tujuh bulan yang

bertujuan melahirkan supaya selamat semuanya tidak ada kekuranga suatu

apapun.

Orang Jawa menyebut bayi yang lahir pada bulan ketujuh sudah di anggap

matang atau tua. Namun jika pada bulan ini belum lahir, calon orang tua atau

calon neneknya membuat selamatan disebut dengan mitoni atau Tingkeban.Mitoni

berasal dari kata pitu yang artinya tujuh. Semua sarana yang disajikan dalam

selamatan di buat masing masing sebanyak tujuh buah, bahkan orang yang

memandikanpun dipilih sebanyak tujuh orang. Maksud upacara ini memberikan

pengumuman kepada keluarga dan para tetangga bahwa kehamilan telah

menginjak masa tujuh bulan.

Menurut Sutrisno Sastro Menyatakan:

[K]ata pitu juga mengandung doa dan harapan, semoga kehamilan ini mendapat pitulungan atau pertolongan dari Yang Maha Kuasa, agar baik bayi yang dikandung maupun calon ibu yang mengandung tetap diberikan kesehatan dan keselamatan. Mitoni juga di sebut tingkeban, karena acara ini berasal dari kisah sepanjang suami istiri bernama Ki sedya dan Ni Satingkeb, yang menjalankan laku prihatin (brata) sampai permohonannya di kabulkan oleh Yang Maha Kuasa. Laku prihatin tersebut sampai sekarang

dilestarikanmenjadi acara yang disebut Tingkeban atau mitoni ini. 54

Dalam rangka mencapai suatu keselamatan di samping mentaati perintah

agama ada juga yang mematuhi adanya tradisi-tradisi. Di dalam masyarakat masih

banyak tradisi yang berlaku khususnya ibu yang sedang mengandung untuk

menjaga keselamatan diri dan anak yang dikandungnya, mereka banyak melakuka

tradisi. Ibu yang sedang hamil menurut tradisi agar mengadakan slamatan usia

52 Clifford Geertz,”Agama jawa Abangan, Santri, Priyayi Dalam kebudayaan jawa”,h 41

53 Ashuri,‖warga tanjung solok, Wawancara dengan Penulis 11 Oktober 2019, Kabupaten tanjung jabung timur

54 Clifford Geertz,”Agama jawa Abangan, Santri, Priyayi Dalam kebudayaan jawa”,42

Page 45: MAKNA SIMBOLIS TRADISI TINGKEBAN DALAM KEHIDUPAN …

33

kandungan tujuh bulan setelah usia kandungan tujuh bulan maka diadakan

slamatan yang dinamakan tingkep.

2.Eksistensi Ritual Tingkeban

Kirannya dapat di katakan bahwa maksud penyelenggaraan upacara

kehamilan ialah agar bayi yang ada di dalam kandungan dan ibu yang

mengandung senantiasa memperoleh keselamatan. Namun ada motivasi yang

mendorong dilakukannya penyelenggaraan rangkaian upacara kehamilan, yaitu

aspek tradisi kepercayaaan yang lama dan aspek primordial. Adapun aspek tradisi

kepercayaan lama, sangat diyakini untuk melakukan ritus-ritus sebagai sarana

mutlak agar bakal bayi dan ibu yang hamil senantiasa terhindar dari malapetaka.55

Adapun aspek solidaritas, terutama adat-istiadat yang secara turun temurun

dilestarikan oleh kelompok sosialnya. Adat-istiadat yang berkaitan dengan masa

kehamilan, juga mencerminkan salah satu etik status sosial kelompoknya.

Mengabaikan adat-istiadat yang mencerminkan salah satu etik status sosial itu,

dapat dinilai sebagai suatu ulah yang tidak memperlihatkan watak golongan

bangsawan, tidak menunjukkan solidaritas primordial golongan bangsawan tidak

disenangi.

Menurut bapak M.Mawardi menyatakan :

[T]ingkepan adalah warisan. Melalui pewarisan yang turun temurun di lingkungan keluarga dan masyarakat, nilai itu menghujam masuk dan wilayah emosional seseorang karena sejak kecil telah dibiasakan dengan adatistiadat Jawa yang tumbuh dalam keluarga maupun masyarakat. Tidak ada yang salah,

ketika kita masih melaksanakan tingkepan56

Mengabaikan adat-istadat mmengakibatkan celaan dan nama buruk bagi

keluarga yang bersangkutan di mata kelompok sosialnya. Karena ulahnya itu,

bukan saja dinilai tidak sesuai dengan etik status sosial golongan bangsawan,

tidak menghormati pranatan dan leluhur, melainkan juga dapat merusak

keseimbangan tata hidup kelompok sosialnya.a. Masyarakat Jawa

Secara umum, masyarakat adalah sekumpulan individu-individu yang hidup

bersama. Istilah masyarakat berasal dari bahasa Arab dengan kata "syaraka".

55 Iswah Adriana,‖ NELONI, MITONI ATAU TINGKEBAN:Perpaduan antara Tradisi Jawa dan Ritualitas Masyarakat Muslim”, 24

56 M Mawardi,‖warga Tanjung Solok”wawancara dengan penulis 12 januari 2020

Page 46: MAKNA SIMBOLIS TRADISI TINGKEBAN DALAM KEHIDUPAN …

34

Syaraka, yang artinya ikut serta (berpartisipasi). Sedangkan dalam bahasa Inggris,

masyarakat disebut dengan "society" yang pengertiannya adalah interaksi sosial,

perubahan sosial, dan rasa kebersamaan. Untuk mengamati lebih luas mengenai

pengertian masyarakat, mari kita mengkaji beberapa pendapat para ahli mengenai

pengertian masyarakat.

Menurut Soerjono Soekanto, masyarakat pada umumnya memiliki ciri-ciri

ia menyatakan :

[M]asyarakat jawa adalah sekumpulan individu-individu yang hidup bersama di tanah jawa bercampur atau bergaul dalam jangka waktu yang cukup lama dengan sistem komunikasi, peraturan yang mengatur hubungan antar manusia

dan mereka merasa dirinya terkait satu sama lain.57

1. Manusia yang hidup bersama; sekurang-kurangnya terdiri atas dua

orang.

2. Bercampur atau bergaul dalam jangka waktu yang cukup lama.

Berkumpulnya manusia akan menimbulkan manusia baru. Sebagai

akibat dari hidup bersama, timbul sistem komunikasi dan peraturan

yang mengatur hubungan antar manusia.

3. Sadar bahwa mereka merupakan satu kesatuan

4. Merupakan suatu sistem hidup bersama. Sistem kehidupan bersama

menimbulkan kebudayaan karena mereka merasa dirinya terkait satu

sama lain

C. Pandangan Masyarakat Tanjung Solok Tentang Tingkeban.

1. Historisitas Tradisi Tingkeban

Tingkeban, secara historis, berkembang dfari mulut ke mulut memang

semenjak zaman dahulu. Pada zaman kerajaan Kediri diperintah oleh Raja

Jayabaya, ada seorang wanita yang bernama Niken Satingkeb. Ia menikah dengan

seorang punggawa kerajaan yang bernama Sadiyo. Dari perkawinan ini, lahirlah

sembilan orang anak. Akan tetapi, nasib malang menimpa mereka, karena dari

kesembilan anak tersebut tak ada seorangpun yang berumur panjang. Sadiyo dan

Niken Satingkeb tidak putus asa dalam berusaha dan selalu berdoa agar

mempunyai anak lagi yang kelak tidak bernasib malang seperti anak anak mereka

57 Prof. Dr.Koesnadi Hardjoesoemantri ,SH.,M.L.,”Makna Tradisi dan simbol‖(Jurnal: sejarah dan budaya Jantra_Vol._II_No._3_Juni_2007),145

Page 47: MAKNA SIMBOLIS TRADISI TINGKEBAN DALAM KEHIDUPAN …

35

sebelumnya. Segala petuah dan petunjuk dari siapa saja selalu mereka perhatikan,

tetapi tidak ada juga tanda-tanda bahwa istrinya mengandung.

Maka, pergilah suami istri tersebut menghadap raja untuk mengadukan

kepedihan hatinya dan mohon petunjuk sarana apakah yang harus mereka lakukan

agar dianugerahi seorang anak lagi yang tidak mengalami nasib seperti anak-

anaknya terdahulu. Sang raja yang arif bijaksana itu terharu mendengar pengaduan

Nyai Niken Satingkeb dan suaminya. Maka, beliau memberikan petunjuk agar

Nyai satingkeb - pada setiap hari Tumbak (Rabu) dan Budha (Sabtu) - harus

mandi dengan air suci dengan gayung berupa tempurung kepala yang disebut

bathok disertai dengan membaca doa seperti

"[H]ong Hyang Hanging Amarta, Martini Sarwa Huma, humaningsun ia

wasesaningsun, ingsun pudyo sampurno dadyo manungso." 58

Setelah mandi, ia memakai pakaian yang serba bersih. Kemudian dijatuhkan

dua butir kelapa gading melalui jarak antara perut dan pakaian. Kelapa gading

tersebut digambari Sang Hyang Wisnu dan Dewi Sri atau Arjuna dan Sumbadara.

Maksudnya adalah agar jika kelak anaknya lahir, ia mempunyai paras elok atau

cantik seperti yang dimaksud dalam gambar itu. Selanjutnya, wanita yang hamil

itu harus melilitkan daun tebu wulung pada perutnya yang kemudian dipotong

dengan keris.

Segala petuah dan anjuran sang raja itu dijalankannya dengan cermat, dan

ternyata segala yang mereka minta dikabulkan. Semenjak itu, upacara

inidiwariskan turun-temurun dan menjadi tradisi wajib bagi masyarakat Jawa. Di

beberapa daerah di Indonesia, proses kehamilan mendapat perhatian tersendiri

bagi masyarakat setempat. Harapan-harapan muncul terhadap bayi dalam

kandungan, agar mampu menjadi generasi yang handal dikemudian hari. Untuk

itu, dilaksanakan beberapa budaya atau tradisi yang dirasa mampu mewujudkan

keinginan mereka terhadap anak tersebut. Salah satu budaya yang masih eksis

hingga saat ini yaitu ritual tujuh bulanan atau pelet kandung atau tingkeban yang

dilaksanakan pada kehamilan anak pertama. Upacara ini diyakini masyarakat

mengandung makna agar kelahiran bayi tidak banyak mengalami hambatan dan

menjadi anak yang sholeh dan berbudi pekerti yang baik. Dengan berbagai prosesi

58 Prof. Dr.Koesnadi Hardjoesoemantri ,SH.,M.L.,”Makna Tradisi dan simbol‖146

Page 48: MAKNA SIMBOLIS TRADISI TINGKEBAN DALAM KEHIDUPAN …

36

dan ritual, mulai dari pembacaan al-Qur’ân, mandi kembang, pembelahan kelapa

yang menandakan jenis kelamin bayi, pemecahan telur, dan lain sebagainya. Ada

keyakinan bahwa upacara ini berpengaruh terhadap keselamatan bagi sang ibu dan

anak yang ada dalam kandungan. 59

Selanjutnya, Jayabaya, raja yang arif dan bijaksana itu merasa terharu ketika

mendengar pengaduan Niken Satingkeb dan suaminya. Dia memberi petunjuk

kepada Setingkeb untuk menjalani tiga hal. Pertama, mandi setiap hari tumbak

(Rabu). Kedua, mandi setiap hari budha (Sabtu). Dan ketiga mandi Suci,

dilakukan pada pukul 17.00, dengan memanfaatkan air suci dan gayung yang

terbuat dari tempurung kelapa (bathok) dan disertai do‟a atau mantera.

Setelah mandi Nyai Niken harus memakai pakaian serba putih, berikut dua

buah kelapa gading yang diletakkan atau ditempelkan pada perut. Kelapa gading

mempunyai makna simbolik, yaitu Sang Hyang Wisnu Secara umum, tradisi

mitoni ini terdiri atas beberapa tahapan, di antaranya upacara siraman. Tahap ini

dimaksudkan sebagai simbol pembersihan atas segala kejahatan dari bapak dan

ibu bayi. Setelah siraman, ritual kemudian dilanjutkan dengan memasukkan telor

ayam kampung ke dalam kain calon ibu oleh sang suami. Masyarakat setempat

meyakini bahwa hal itu merupakan perwujudan harapan agar proses kelahiran

sang bayi dapat berjalan dengan lancar tanpa halangan apapun. Acara kemudian

dilanjutkan dengan memasukkan kelapa gading muda dari perut atas sang ibu

hingga kebawah dengan maksud untuk menghindari rintangan saat kelahiran sang

bayi nantinya. Selain itu, dalam proses ritual mitoni ini terdapat pula proses ganti

baju. Sang ibu akan berganti pakaian dalam tujuh motif, kemudian para tamu

diminta untuk memilih salah satu dari tujuh kain tersebut yang cocok untuk sang

ibu. Lalu, prosesi berlanjut ke pemutusan lawe (lilitan benang) atau janur oleh

sang ayah. Tujuannya juga sama, agar proses kelahiran nanti berjalan lancar.60

Mitoni tidak bisa dilakukan pada hari-hari biasa. Dibutuhkan tanggal dan

hari yang bagus menurut perhitungan jawa agar tak ada halangan yang menimpa

nantinya. Tidak hanya itu, prosesi ini juga membutuhkan tempat khusus dalam

59 Khaerani, Alfiandra, Emil El Faisal,”Analisis dalam tradisi tingkeban‖( JURNAL

BHINNEKA TUNGGAL IKA, VOLUME 6, NOMOR 1, MEI 2019), 68

60 Amri Marzali,‖ Agama dan Kebudayaan‖( Journal ;of Anthropology Volume 1 (1) Juli 2016).h 59

Page 49: MAKNA SIMBOLIS TRADISI TINGKEBAN DALAM KEHIDUPAN …

37

melaksanakannya. Namun karena saat ini sulit menemukan tempat tersebut, maka

pelaksanaan mitoni dapat dilakukan di ruang tengah atau ruang keluarga yang

cukup untuk menampung kehadiran tamu.

2. Pandangan Masyarakt Tentang Tradisi Tingkeban

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tradisi tingkeban mempunyai makna

agar ibu yang mengandung dan bayi yang akan dilahirkan memperoleh

keselamatan tanpa ada kesulitan, oleh karena itu dalam pelaksanaannya diadakan

slametan. Di samping itu terjadi perubahan pemahaman terhadap makna

pelaksanaan tradisi tingkeban oleh masyarakat Tanjung Solok, hal ini dibuktikan

dengan hilangnya hal-hal yang berbau syirik dan bersifat simbolik bagi

masyarakat Tnjung solok, serta masuknya nilai-nilai ajaran Islam.

Tujuan dari slametan dalam tradisi tingkeban ―[M]enurut bapak Ashuri yang

awalnya dipandang sebagai sesajian dalam kerangka budaya Jawa yang animistis

berubah menjadi kerangka budaya Islam, yaitu dengan tujuan shadaqâh…‖61

Tingkeban iku “[G]ae doa seng disampekne gae gusti Allah ben bayi seng

di kandungan iku selamet, moko teko kuwi tradisi iki oleh dilakoni ora

bertentangan karo syariat islam, maleh iso gae masyrakat rukon dan

sejahtera…”. 62

Pemahaman penulis makna tradisi tingkeban adalah sebagai doa yang

dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa agar bayi yang dikandung memperoleh

keselamatan. maka tradisi ini boleh dilakukan karena tidak bertentangan dengan

syari’at Islam dan dapat menimbulkan maslahah dalam masyarakat, yaitu

terciptanya kerukunan dan kesejahteraan.

Kebudayaan sendiri juga tidak bisa lepas dari peran manusia, karena

manusia merupakan makhluk budaya yang penuh dengan simbol, dan dapat

dikatakan bahwa budaya manusia penuh diwarnai dengan simbolisme, yaitu

faham yang mengikuti pola-pola mendasarkan diri atas simbol-simbol.

Dalam prakteknya, upacara adat istiadat di Tanjung Solok tidak terlepas dari

simbol-simbol, simbol-simbol tersebut merupakan unsur yang sangat penting dan

61 Ashuri,‖Warga Tanjung Solok”,Rekaman dengan penulis 11 oktober 2019 62 Atam Sumantri,‖Tokoh Adat Tanjung Solok‖ wawancara dengan penulis 12 januari 2020

Page 50: MAKNA SIMBOLIS TRADISI TINGKEBAN DALAM KEHIDUPAN …

38

mempunyai peran yang sangat menonjol. Dan tiap-tiap simbol tersebut

mempunyai makna yang sangat mendalam yang sudah menjadi warisan turun

temurun dari para leluhur mereka.

Simbolisme ini dipergunakan mulai dari upacara saat bayi masih dalam

kandungan ibunya, saat ia lahir kedunia, saat ia dewasa sampai upacara kematian.

Hal ini membuktikan bahwa orang Jawa tidak bisa dipisahkan dengan adat istiadat

yang penuh dengan simbolisme yang melekat pada diri mereka. Menurut ibu Isah

, dalam tradisi tingkeban bila di laksanakan lebih baik dan bila tidak di laksanakan

tidak apa-apa Tetapi terkadang mendapat celaan dari warga setempat. Apabila

dilaksanakan lebih baik dengan harapan melalui ritual yang dilakukan dapat

menciptakan kebaikan pada ibu dan anak yang di kandung.

Menurut pendapat ibu Waginem, bahwa :

[T]ingkeban dapat dilakukan dan tidak mengganggu nilai keimanan dalam

Islam selain sebagai pengungkapan perwujudan rasa syukur, acara tingkeban ini juga bertujuan permohonan keselamatan pada proses kelahiran bagi ibu dan

bayinya, perwujudan acara tingkeban sebagai salah satu pengungkapan hamba Allah untuk memohon kepada sang penciptanya atas keselamatan dan

kesehatan pada ibu dan bayi yang dilahirkan kelak. 63

Tingkeban kuwi “[O]leh ae dilakoni seng penteng ora ngimani simbol

simbol seng neng jero tingkeban, mergo tingkeban iku wujod rasa syukur arep

Gusti Allah melalui sedakah karo wong…”64

Pengamatan penulis bahwa tingkeban dapat saja dilakukan yang penting

masyarakat tidak mengimani simbol-simbol yang terkait di dalam tingkeban

tersebut.Tingkeban juga merupakan perwujudan rasa syukur kepada Allah SWT

sehingga dengan adanya tingkeban ini masyarakat melakukan salah satu

perwujudan rasa syukurnya serta bersedekah kepada orang orang.

“Ibu siwang menyatakan “[S]euwesse ngelaksanaae upacara kui mau

rasane atine ayem,mugo pas wayae di wehhi keselametan…”.65

Menurut pendapat Ibu Siwang setelah melaksanakan tradisi tersebut dia

merasakan hati yang tentram, dan berharap semoga pada waktu melahirkan di beri

keselamatan

63 Ibu Waginem,‖warga Tanjung Solok”wawancara dengan penulis 12 januari 2020

64 M Mawardi,‖warga Tanjung Solok”wawancara dengan penulis 12 januari 2020 65 Ibu Siwang‖warga Tanjung Solok”wawancara dengan penulis 12 januari 2020

Page 51: MAKNA SIMBOLIS TRADISI TINGKEBAN DALAM KEHIDUPAN …

39

3. Korelasi Budaya Jawa

a. Pengertian Budaya

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama

oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya

terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat

istiadat,bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni.Bahasa, sebagaimana

juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak

orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis Jadi, budaya

mengatur agar manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak, berbuat,

menentukan sikapnya kalau mereka berhubungan dengan orang lain.

4. Nilai-Nilai Dalam Tradisi Tingkeban

a. Nilai Religius

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dengan semua informan

mempunyai pendapat yang sama sebelas Pelaksanaannya yaitu apabila para tamu

undangan sudah datang tuan rumah memberikan sambutan dalam bentuk

menyerahkan upacara kepada ulama atau sesepuh (yang dituakan) setempat

dengan menyebutkan apa yang menjadi kepentingan dari acara selamatan tersebut

dan juga meminta maaf, jika ada kekurangan dalam acara selamatan tersebut.

Kemudian setelah itu pembacaan ayat suci Al-Qur’an dan pembacaan doa

dipimpin oleh pemuka agama (ustadz) Tujuan dari pembacaan Al-Qur’an

diharapkan Al-Qur’an dengan harapan agar anak yang akan dilahirkan kelak

selalu mengguanakan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup. 66

Biasanya dalam pembacaan ayat suci Al-Qur’an dipimpin oleh pemuka

agama dan yang lain mendengarkannya. Surat yang dibacakan yaitu surat Yusuf,

Luqman, Al-Waqiah, Maryam, Annisa dan surat Yasin. Tujuan dari pembacaan

ayat suci Al-Qur’an pada surat Yusuf yaitu agar anak yang dilahirkan apabila laki-

laki dapat memiliki ketampanan dan sifat tauladan seperti nabi Yusuf as,

pembacaan surat Luqman diharapkan agar anak yang dilahirkan dapat berilmu

pengetahuan dan selalu bersyukur atas nikmat yang telah diberikan Allah SWT

dan nantinya setelah dewasa akan menjadi orang tua yang mendidik anak-anaknya

seperti yang sudah dicontohkan oleh Luqman, kemudian hikmah dari pembacaan

66 M Mawardi,‖warga Tanjung Solok”wawancara dengan penulis 12 januari 2020

Page 52: MAKNA SIMBOLIS TRADISI TINGKEBAN DALAM KEHIDUPAN …

40

surat Al-Wakiah adalah agar anak yang dilahirkan selalu dicintai Allah SWT,

dicintai sesama manusia dan terhindar dari kesengsaraan dan kefakiran selamanya

seperti sisi kandungan surat Al-Wakiah itu sendiri.

Pembacaan surat Maryam diharapkan agar anak yang dilahirkan apabila

perempuan dapat menjaga kesuciannya seperti Maryam, dan pembacaan Surat

Annisa adalah apabila yang dilahirkan anak perempuan diharapkan agar anaknya

dapat dilindungi dan dijaga hak-haknya seperti makna yang terkandung dalam

surat Annisa. Dan pembacaan surat Yasin adalah agar bayi yang dilahirkan

selamat dan proses kelahirannya lancar tanpa halangan apapun. permohonan

(do’a) kebaikan kepada Allah, disertai dengan memberikan sesuatu berupa

makanan sebagai sedekah kepada orang lain.

Tujuan dari sedekah itu sendiri adalah untuk berbagi rezeki kepada para

saudara dan tetangga dekat karena seseorang telah memperoleh anugerah atau

kesuksesan sesuai dengan apa yang dicita-citakan dan juga untuk memperkokoh

tali silaturahmi. Nilai yang dapat informan dapatkan dari tradisi ini adalah agar

orang tua atau suami yang istrinya sedang mengandung senantiasa selalu

mendekatkan diri kepada Allah SWT, serta berdo’a demi kesehatan dan

keselamatan ibu dan anak.67

b. Nilai Sosial

Berdasarkan hasil wawancara dari semua informan bahwa nilai sosial dalam

penelitian ini, yaitu saat kegiatan tolong menolong yang dibantu oleh saudara dan

tetangga dalam hal memasak makanan untuk acara selamatan. Karena memasak

dalam tradisi ini jumlahnya tidak sedikit sehingga memerlukan bantuan dari

saudara dan tetangga terdekat agar dapat cepat selesai. Tujuan dari kegiatan ini

adalah untuk membantu memperingan pekerjaan dari tuan rumah yang harus

memasak makanan yang banyak, kemudian ikut membantu menyiapkan makanan

untuk selamatan seperti menyiapkan bubur, membungkus aneka jajan pasar, dan

membungkus dawet, tetangga juga membantu mencari bahan-bahan yang

digunakan untuk tingkeban misalnya ikut membantu mencari aneka umbi-umbian

tujuh macam yang berada di kebun.

67 Khaerani, Alfiandra, Emil El Faisal,”Analisis dalam tradisi tingkeban‖,90

Page 53: MAKNA SIMBOLIS TRADISI TINGKEBAN DALAM KEHIDUPAN …

41

Kemudian mengundang para tamu yang terdiri dari kerabat dan tetangga

untuk datang menghadiri selamatan dan do’a bersama yaitu mendatangi satu

rumah ke rumah lainnya, hal ini terdapat nilai-nilai saling menghargai. Pada saat

selamatan juga terdapat nilai sosial yaitu ketika menunggu acara dimulai mereka

berkumpul dan saling berinteraksi satu sama lain hal ini dapat mempererat tali

silaturahmi antar saudara dan tetangga. Setelah para tamu undangan sudah hadir

tuan rumah memberikan hidangan makanan dan minuman ringan kepada para

tamu dan pada saat acara selamatan akan dimulai tuan rumah memberikan

sambutan dalam bentuk menyerahkan upacara kepada ulama atau sesepuh (yang

dituakan) setempat, sambil menyebutkan apa yang yang menjadi kepentingan dari

selamatan tersebut. Selain itu tuan rumah juga meminta maaf jika ada kekurangan

dalam dan juga sambutan yang kurang memadai. Hal tersebut dapat dilihat bahwa

adanya sikap saling menghargai tuan rumah kepada para tamu. Setelah acara

selamatan selesai sebagai ucapan terimaksih tuan rumah kepada para tamu yang

sudah datang untuk mendo’akan calon ibu dan bayi dengan memberikan makanan

dan lauk pauknya. Tujuan dari hal ini adalah untuk memperkokoh tali silaturahmi

antara para tetangga dan saudara.68

c. Nilai Ekonomi

Berdasarkan dalam pelaksanaan tradisi tingkeban masyarakat Jawa di

Kelurahan Tanjung Solok nilai ekonomi terlihat pada saat saudara dan tetangga

memberikan sumbangan kepada tuan rumah yang berupa beras ataupun makanan

lainnya. Saudara biasanya dimintai bantuan oleh tuan rumah berupa uang ataupun

beras, dan nantinya aoabila saudara tersebut mempunyai acara selamatan akan

dibantu juga oleh tuan rumah tadi. Saudara juga ada yang memberikan buah-

buahan yang digunakan untuk membuat rujak dalam tradisi tingkeban secara

cuma-cuma tanpa mengharapkan untuk dikembalikan lagi.

Tetangga dalam hal ini juga membantu atau memberikan sumbangan kepada

tuan rumah pada saat tradisi tingkeban mereka membawa dalam bentuk beras atau

sesuai dengan kemampuan masing-masing tetangga.Kemudian pemberian

bingkisan kepada para tamu yang datang sebagai ucapan terimakasih karena telah

melakukan do’a bersama, memberikan makanan kepada para saudara dan tetangga

68 Khaerani, Alfiandra, Emil El Faisal,”Analisis dalam tradisi tingkeban‖,67

Page 54: MAKNA SIMBOLIS TRADISI TINGKEBAN DALAM KEHIDUPAN …

42

yang telah datang membantu, terakhir pertimbangan dalam pembelian barang-

barang yang diperlukan sesuai dengan keadaan ekonomi keluarga.

d. Nilai Estetika

Nilai estetika terlihat dalam acara memecah kelapa gading, dimana kelapa

tersebut digambari dengan Kamanjaya dan ratih atau Harjuna dan Wara Subrada

atau Srikandi. (calon bapak), yang akan membelah kelapa gading menjadi dua

bagian jika kelapa gading terbelah lurus anaknya perempuan jika tidak terbelah

lurus laki-laki.

Page 55: MAKNA SIMBOLIS TRADISI TINGKEBAN DALAM KEHIDUPAN …

BAB IV MAKNA DAN SIMBOL TRADISI TINGKEBAN DI KELURAHAN

TANJUNG SOLOK KECAMATAN KUALA JAMBI

A.Tahapan Prosesi Tatacara Tingkeban

Tata cara pelaksanaan upacara Tingkepan menurut tokoh masyrakat tanjung

solok. Atam sumantri(Wawancara dengan penulis 12 januari 2020 Tanjung Jabung

Timur. Rekaman Audio.), secara sederhana ada beberapa urutan-urutan prosesi, di

antaranya:

Tahapan dalam melakukan tradisi tingkeban yang pertama yaitu melakukan

siraman atau memandikan calon ibu yang dilakukan oleh tujuh orang sesepuh

termasuk bapak, ibu, nenek, bapak, ibu mertua dan keluarga terdekat, tahap kedua

memecahkan telor yang dimasukan kedalam kain, ketiga memecahkan kelapa

yang sudah digambari dengan Kamajaya dan Ratih. Keempat pada malam harinya

dilakukan selamatan dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an, do’a dan pemberian

sedekah dari tuan rumah. Ada juga masyarakat yang melakukan tradisi tingkeban

secara lebih sederhana seperti acara selamatan saja pada malam hari dengan

pembacaan surat Yasin dan do’a lalu memberikan makanan kepada para tamu

yang datang.69

Agama-agama pada umumnya menimbulkan kebudayaan tertentu baik yang

berwujud tata cara, sikap hidup, falsafah dan pandanga hidup, nilai-nilai moral,

kesenian maka timbullah fenomena kehidupan sehari-hari terutama dalam bentuk

upacara-upacara. Upacara diselenggarakan dengan harapan supaya peristiwa yang

merugikan masyarakat atau kelompok tertentu janga sampai terjadi. Selain itu juga

dengan harapan supaya segala sesuatu yang dillakukan, diusahakan dan dihadapi

oleh seseorang dan oleh masyarakat akan memuaskan dan berlimpah-limpah

berkah barakah.70

1. Prosesi upacara Tingkeban

Awal mula dilaksanakan tradisi ritual tingkeban menurut Mbah Asiyah

Selaku Dukun di Kelurahan Tanjung Solok setempat mengatakan, Bahwa tradisi

tingkeban itu sudah ada semenjak nenek moyang mereka masih hidup dan

69 Atam Sumantri,‖Tokoh Adat Tanjung solok‖Wawancara dengan penulis 12 januari 2020

Tanjunmg Jabung Timur. Rekaman Audio.

43

Page 56: MAKNA SIMBOLIS TRADISI TINGKEBAN DALAM KEHIDUPAN …

44

dilaksanakan secara turun-temurun, sehingga sampai saat ini dalam

pelaksanaannya hanya bersifat melanjutkan saja baik yang berhubungan dengan

tatacara pelaksanaan upacaranya maupun niat tujuannya.71

Tingkeban tidak dapat diselenggarakan sewaktu waktu, biasanya memilih

hari yang dianggap baik untuk menyelenggarakan upacara tingkeban. Hari baik

untuk upacara tingkeban adalah hari Jum’at wage, dipilih oleh hari wage dengan

maksud ndang age-age (kalau melahirkan lancar, tidak ada halangan apapun). dan

diselenggarakan pada waktu siang atau sore hari. Sedangkan tempat untuk

menyelenggarakan upacara biasanya dipilih di depan suatu tempat yang disebut

pasren, yaitu senthong tengah. Pasren erat sekali dengan kaum petani sebagai

tempat untuk memuja Dewi Sri, dewi padi. Karena kebanyakan masyarakat

sekarang tidak mempunyai senthong, maka upacara tingkeban biasanya

diselenggarakan di ruang keluarga atau ruang yang mempunyai luas yang cukup

untuk menyelenggarakan upacara siraman. 72

Serangkaian upacara mitoni atau tingkepan secara umum dilakukan melalui

proses: ― pertama, siraman atau mandi sebagai simbol tanda penyucian diri

secara fisik maupun batin, air siraman di ambil dari 7 sumur. Pembersihan secara

simbolis ini bertujuan membebaskan calon ibu dari dosa-dosa sehingga kelak

apabila sang ibu melahirkan tidak mempunyai beban moral da proses

kelahirannya menjadi lancar. Kedua, upacara memasukkan telor ayam kampung

ke dalam kain (sarung) si calon ibu oleh sang suami melaui perut lalu telur dilepas

sehingga pecah. Upacara ini sebagai simbol harapan agar bayi dapat lahir dengan

mudah tanpa aral melintang. Ketiga, upacara brojolan yakni memasukkan

sepasang kelapa gading muda yang telah digambari Kamajaya dan Dewi Ratih

atau Arjuna dan Sembadra ke dalam sarung dari atas perut ibu sampai ke bawah.

Makna simbolis dari ritual ini agar kelak bayi lahir dengan mudah tanpa kesulitan

dan gambar Kamajaya dengan Dewi Ratih atau Arjuna dengan Sembadra

melambangkan kalau si bayi kelak dilahirkan akan memiliki rupa yang tampan

ataupun cantik serta memiliki sifat-sifat luhur seperti kedua tokoh tersebut.

Keempat, upacara ganti busana dilauka dengan jenis kain sebanyak tujuh buah

71 Mbah Aisyah,‖Tokoh Masyrakat Tanjung solok‖Wawancara dengan penulis 12 januari

2020 Tanjunmg Jabung Timur. Rekaman Audio.

72 Khaerani, Alfiandra, Emil El Faisal,”Analisis dalam tradisi tingkeban‖, 70

Page 57: MAKNA SIMBOLIS TRADISI TINGKEBAN DALAM KEHIDUPAN …

45

dengan motif kain yang berbeda-beda. Motif kain dipilih yang terbaik dengan

harapan agar kelak si bayi juga memiliki kebaikan-kebaikan yang tersirat dalam

lambang kain seperti: sidomukti melambangkan kebahagiaan, sidoluhur

melambangkan kemuliaan, truntun melambangkan agar nilai-nilai kebaikan selalu

dipegang teguh, Batik Motif Babon Angkrem maknanya sabar dalam mengha dapi

hidup. Sido asih, maknanya agar bayi yang akan lahir menjadi orang yang selalu

di cintai. Sido Drajat, maknanya agar anak dapat membuat situasi yang

menyegarkan, enak dipandang, dan menyenangkan siapa saja yang bergaul

dengannya. Wahyu tumurun, maknanya agar bayi yang akan lahir menjadi orang

yang senantiasa mendekatka.n diri kepada Tuhan Yang Maha Esa dan selalu

mendapat dikasihi o.leh sesama serta mempunyai sifat belas kasih”73

Adapun Pelaksanaanya sebagai berikut menurut tokoh masyarakat tanjung

solok M Mawardi,wawancara dengan penulis 12 januari 2020 :

a. Siraman dilakukan oleh para sesepuh, berjumlah tujuh orang, antara lain

bapak, anak yang sedang hamil, nenek, bude, atau yang dipandang lebih

tua dalam keluarga. Siraman pertama pada upacara orang hamil dengan

mandi dilaksanakan oleh ayah dari sang calon ibu, lalu dilanjutkan oleh

ibu dari sang calon ibu, kemudian, dilanjutkan oleh ibu para sesepuh.

b. Setelah ketujuh sesepuh selesai menyirami si calon ibi, acara dilanjutkan

dengan pemakaian dua setengah meter kain putih yang dililitkan ke tubuh ibu

calon bayi. Selanjutnya, upacara memasukkan telur ayam kampong kedalam

kain calon ibu oleh sang suami melewati perut hingga pecah. Hal ini

dilaksanakan dengan harapan bahwa ibu calon bayi tersebut dapat melahirkan

dengan lancar dan lahir dengan mudah tanpa arah melintang.74

c. Selesai memasukkan telur yang melewati perut sang calon ibu, acara

dilanjutkan dengan berganti kain panjang dan pakaian sebanyak tujuh

kali. Dalam acara berganti pakaian ini dilandasi dengan kain putih. Kain

putih bermakna bahwa bayi yang dilahirkan adalah suci, putih dan bersih.

d. Pada acara berganti pakaian sebanyak tujuh kali dipersiapkan kebaya

tujuh macam, kain panjang batik atau jarik tujuh macam, dua meter lawe,

73 Khaerani, Alfiandra, Emil El Faisal,”Analisis dalam tradisi tingkeban‖43

74 M Mawardi,‖warga Tanjung Solok”wawancara dengan penulis 12 januari 2020

Page 58: MAKNA SIMBOLIS TRADISI TINGKEBAN DALAM KEHIDUPAN …

46

dan stagen. Salah satu dari jarik yang dipakai untuk berganti ada

yangbercorak Truntum.

e. Acara selanjutnya adalah memasukkan kelapa gading di deket perut ibu

yang hamil. Kelapa itu diperosotkan dari atas kebawah dan diterima oleh

calon nenek. Makna dari acara tersebut adalah agar bayinya lahir dengan

lancar dan mudah. Kemudian, diteruskan dengan acara calon nenek dari

pihak calon ibu menggendong kelapa gading yang telah digambari tokoh

Kamajaya dan Dewi Kamaratih bersama ibu besan.

f. kelapa diserahkan pada suaminya (calon bapak), yang akan membelah

kelapa gading menjadi dua bagian jika kelapa gading terbelah lurus an

aknya perempuan jika tidak terbelah lurus laki-laki dengan nantinya,

terserah pada kekuasaan Allah.75

g. Upacara selanjutnya, adalah memilih nasi kuning yang terletak di dalam

takir sang suami. Setelah itu, dilanjutkan dengan acara jual dawet dan

rujak. Bagi pembeli yang menginginkan dawet atau rujak cukup

membayar dengan pecah genting. Uang hasil penjualan, lalu dimasukkan

kedalam kuali yang terbuat dari tanah liat. Kuali yang berisi uang yang

terbuat dari pecahan genting itu, lalu dibawa kedeket pintu dan dipecah di

depan pintu tersebut. Makna dari upacara pecah kuali tersebut adalah

diharapkan agar kelak anaknya mendapatkan anugrah yang berlimpah dan

selalu ikhlas beramal.76

2. Tujuan Pelaksanaan Tradisi Tingkepan

Ibu salgiyem menyatakan “[T]ujuanne ngelakoni tingkeban, yo iku mohon

karo gusti Allah ben oleh keselamatan calon ibu dan anaknya seng usianne sih,

pitung wulan. Ben supoyo ibu dan janinya di jogo…”.77

Pemahaman penulis penyelenggaraan tradisi tingkepan mempunyai tujuan

bahwasanya memohon keselamatan atas ibu dan anaknya yang masih berusia 7

75 M Mawardi,‖warga Tanjung Solok”wawancara dengan penulis 12 januari 2020 76 Nasruddin,‖ Kebudayaan dan Agama Jawa dalam Perspektif Clifford Geertz” (Jurnal

Studi Agama-agama Volume 1, Nomor 1, Maret 2011),55

77 Salgiyem,‖warga tanjung solok, Wawancara dengan Penulis 13 januari 2020, Kabupaten tanjung jabung timur

Page 59: MAKNA SIMBOLIS TRADISI TINGKEBAN DALAM KEHIDUPAN …

47

bulan di dalam kandungan. Agar ibu dan janin selalu dijaga dalam kesejahteraan

dan keselamatan.

Dijelaskan juga oleh Safrudin Herawati menyatakan :

[D]alam melaksanakan ritual dan doa selama bayi dalam kandungan merupakan sebuah keharusan, sebab usaha secara fisik terhadap ibu ataupun

anak yang dikandungnya merupakan bagian kecil apabila dibandingkan dengan peran kerja Tuhan dalam bentuk proses kehidupan alami sang janin di dalam

kandungan. Sehingga dengan adanya ritual tersebut pertumbuhan da

perkembangan serta keselamatan janin dalam kandungan beserta ibunya selalu

berada dalam pemeliharaan dan perlindungan Allah SWT.78

a. Tradisi Tingkepan merupakan suatu upacara ritual adat Jawa

Masyarakat Jawa adalah masyarakat yang menjunjung tinggi budaya

unggah-ungguh atau tatakrama. Tatakrama yang detail dalam segala perilaku. Ada

sebutan mikul duwur mendem jero (mengangkat tinggi dan mengubur dalam-

dalam) digunakan untuk memberikan pesan agar orang berkenan menghormati

orang tua dan pemimpin, ojo ngono ora ilok (jangan begitu tidak baik), tidak baik

dinyatakan dengan ora ilok, menunjukkan bahwa ada kesan sakral.79

B. Makna dan Simbolik Dalam Tingkeban

Berbicara tentang makna dan simbol, maka keduanya tidak dapat dipisahkan

satu dengan lainnya. Pada hakkatnya pengetahuan manusia adalah pengetahuan

yang simbolis. Fungsi utama dari simbol-simbol itu adalah untuk mempermudah

berkomunikasi. Komunikasi manusia tidak hanya dengan sesamanya melainkan

juga dengan sesamanya, melainkan juga dengan makhluk di luar dirinya, yang

bersifat supranatural atau goib, demi menjaga keseimbangan dalam alam

hidupnya. Ketika manusia berkomunikasi dengan sesama selalu diungkapkan

dengan kata-kata, sebagai salah satu bentuk dari tindakan simbolik. Akan tetapi

kalau manusia itu berkomunikasi dengan mahkluk yang lain atau yang ritual maka

tindakan komunikasinya adalah secara simbolik.

Dengan demikian simbol tersebut tidak dapat dipisahkan dengan religi,

sebab religi merupakan suatu sistem dan simbol-simbol dimana manusia

berkmunikasi dengan alam didunia. Dengan kata lain dengan melalui upacara/

78 Nasruddin,‖ Kebudayaan dan Agama Jawa dalam Perspektif Clifford Geertz,h 42 79 NA’ILATUN NAJAH,‖Tata cara tingkeban (7 bulan kehamilan)” (Jurnal:Simki-

Pedagogia Vol. 02 No. 06 Tahun 2018,),77

Page 60: MAKNA SIMBOLIS TRADISI TINGKEBAN DALAM KEHIDUPAN …

48

selametan maka manusia bisa mengekpersian gagasan-gagasan lewat tindakan-

tindakan simbolik80

.

Di dalam tingkeban terdapat macam simbol-simbol yang diantaranya 3

macam variasi. Pertama terdapat suguhan untuk para tamu diantaranya : tumpeng,

sego golong, rujak.Kedua terdapat disiraman calon ibu, seperti : air kaembang

setaman yakni air yang ditaburi mawar, melati, kenanga dan kantil. Dan ketigaa

atau simbol utamanya terdapat di kelapa gading muda (cengkir gading).

Dari berbagai simbol tindakan dan sesaji ritual tingkeban demikian,

memang tampak bahwa masyarakat desa Tanjung Solok memiliki harapan

harapan keselamatan. Masyarakat menganggap tingkeban sebagai ritual yang

patut diperhatikan secara khusus. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa makna

dan fungsi budaya selamatan ritual tingkeaban adalah untuk mewariskan tradisi

leluhur, untuk menjaga keseimbangan, keselarasan, kebahagiaan, dan keselamatan

(slamet, oraono apo-apo) hidup yaitu kondisi aman tenteram tanpa gangguan

makhluk lain atau alam sekitar.

1. Pantangan Suami untuk Istri yang sedang

hamil Menurut ibu Salgiyem menyatakan :

[N]ek pas masane seng wedok meteng , seng lanang harus mematuhi pirang pantangan pas seng wedok gek meteng, nek ngelanggar kuwater engko bayine seng metu cacat fisik, yo pon mentalle, contohhe: raoleh manceng ko bayine sombeng, raoleh nyikso binatang ko iso keguguran raoleh berzina kawater

bayine penyakitan.81

Jadi begini, saat isteri masa kehamilan, sang suami harus untuk mematuhi

beberapa pantangan selama masa kehamilan isterinya. pelanggaran terhadap

pantangan yang dilakukan oleh sang ibu dan bapaknya itu akan berakibat cacatnya

bayi, cacat fisik atau mental atau keduaduanya . contohnya : Tidak boleh

memancing, di khawatirkan apa, bayi akan lahir dengan bibir sumbing, tidak boleh

menyakiti binatang, di khawatirkan bayi bisa keguguran dan tidak boleh berzina di

khawatirkan akan berakibat pada kesehatan bayi yang dikandungnya rentan terkena

penyakit.

80 Iswah Adriana,‖ NELONI, MITONI ATAU TINGKEBAN:Perpaduan antara Tradisi Jawa dan Ritualitas Masyarakat Muslim”,56

81 Salgiyem,‖warga tanjung solok, Wawancara dengan Penulis 13 januari 2020, Kabupaten tanjung jabung timur

Page 61: MAKNA SIMBOLIS TRADISI TINGKEBAN DALAM KEHIDUPAN …

49

C. Deskripsi Simbol-Simbol Yang Terkandung dalam Tatacara Tingkeban

di Kelurahan Tanjung Solok

Hasil penelitian tradisi tingkeban akhirnya menemukan jawaban dari pokok

masalah dan beberapa pertanyaan penelitian di antaranya yaitu :

1. Alasan Masyrakat Tanjung Solok Masih Mempertahankan Tradisi

Tingkeban

Menurut beberapa tokoh masyrakat hasil wawancara beranggapan sama

salah satunya bapak Ashuri, menurutnya tradisi Tingkepan sebuah tradisi yang

dipertahankan turun temurun dari nenek moyang, hal ini berkembang luas di

tengah masyarakat dan lazim dilakukan, khususnya oleh masyarakat Jawa.

Upacara ini dilakukan dengan harapan agar bayi yang berada dalam kandungan

diberikan keselamatan, lahir dengan selamat dan menjadi anak shaleh dan

ditakdirkan dalam kebaikan kelak ketika lahir ke dunia.Upacara Tingkeban adalah

salah satu tradisi selametan dalam masyarakat Jawa, disebut juga mitoni berasal

dari kata pitu yang artinya tujuh. Seperti namanya, tingkeban/mitoni dilaksanakan

pada usia kehamilan tujuh bulan.

Upacara Tingkepan ini dilakukan hanya pada saat hamil pertama seorang

istri. Sedangkan untuk kehamilan selanjutnya, biasanya upacara yang

dilaksanakan tidak semeriah pada kehamilan pertama, namun tetap dilaksanakan

dengan sederhana, yaitu yang umumnya berupa slametan, dengan cara

mengundang beberapa tokoh agama dan masyarakat sekitar untuk membaca ayat-

ayat Al-Qur'an dan do'a untuk keselamatan calon bayi serta ibunya dan

mendo'akan agar anak yang dilahirkan kelak menjadi anak yang shaleh/shaleha..

Pada masa itu merupakan masa pembentukan janin yang wajib dirawat. 82

Perawatan dilakukan dengan menjaga calon ibu agar kondisinya tetap

sehat, terjaga dan janin yang dikandungnya juga sehat. Sedangkan meruwatnya

dilakukan dengan cara mendo'akan janin yang dikandungnya serta calon ibu agar

diberi keselamatan dan diberikan kemudahan dalam proses persalinan.Menurut

penulis, tradisi ini merupakan salah satu upacara yang sangat dipertahankan untuk

dilaksanakan karena banyak sekali ketentuan yang harus dipatuhi, juga berpikir

82 Ashuri,‖warga Tanjung Solok”wawancara dengan penulis 12 januari 2020

Page 62: MAKNA SIMBOLIS TRADISI TINGKEBAN DALAM KEHIDUPAN …

50

bahwa semua usaha yang dilakukan agar semua dapat dijalankan dengan lancar

sepadan dengan tujuan yang ingin diraih, yaitu memohon berkat kepada Tuhan.

Nilai budaya yang dipegang Masyarakat Jawa masih sangat tinggi karena

budaya ini masih dipertahankan sampai sekarang dan juga meyakinkan bahwa

Masyarakat Jawa masih memiliki rasa kepercayaan kepada Sang Pencipta yang

kuat. Ketaatan inilah yang membawa doa terbaik menuju proses persalinan, doa

bersama dilaksananakan bersama sama sekligus sebagai media untuk

menyampaikan kabar baik

2. Deskrpsi Bentuk,Makna, dan Fungsi, Simbol-Simbol dalam

Tatacara Tingkeban di Kelurahan Tanjung Solok upacara sedekah makanan. Bentuk Hidangan yang disajikan sebagai

berikut:

a. Tumpemg Kuat

Ibu salgiyem menyatakan :

[B]entok e, tumpeng kuat jumlahe ono pitu, neng antara pitu mau eneng tumpeng seng paleng gede siji neng tengahe,dikelilingi tumpeng seng cilik. Maknane bayine ben tetep kuat neng jero kandungan ben ora keguguran,

fungsine yo gawe perlengkapan sesaji dalam upacara tingkeban.83

Hasil pengamatan penulis bentuk tumpeng kuat, tumpeng berjumlah tujuh,

yang terdiri dari satu tumpeng besar ditengah dan dikelilingi enam tumpeng yang

berukuran kecil. Maknanya bayinya tetap kuat dan tetap berada dalam kandungan

(tidak keguguran). Fungsinya sebagai perlengkapan hidangan atau sesaji dalam

tingkepan

b. Sego golong 7 jodho

Bentok e “[K]oyo ball melambangkan bayi seng dikandong genep pitong

wulan, fungsine yo gae perlengkapan…”.84

Pengamatan penulis benentuk seperti bolla melambangkan bahwa bayi

yang dikandung genap berusia 7 bulan fungsinya sebagai perlengkapan hidangan

atau sesaji dalam tingkeban

83 Salgiyem,‖warga tanjung solok, Wawancara dengan Penulis 13 januari 2020, Kabupaten

tanjung jabung timur

84 Mbah Aisyah,‖Tokoh Masyrakat Tanjung solok‖Wawancara dengan penulis 12 januari 2020 Tanjunmg Jabung Timur. Rekaman Audio.

Page 63: MAKNA SIMBOLIS TRADISI TINGKEBAN DALAM KEHIDUPAN …

51

c. Nasi brok

Bentok e,“[N]asi brok seng cuman di kek iy, nang nduwor. Maknane ben

rejekine lancer. Fungsine gae perlengkapan tingkeban…”.85

Pengamatan penulis bentuk nasi brok nasi yang hanya diletakan di atas.

Maknanya rejekinya agar lancar. fungsi sebagai perlengkapan hidangan atau sesaji

dalam tingkeban.

d. Nasi rogoh.

Nasi rogoh kuwi, “[S]ego seng dijumok di rogoh, seng dilengkapi go lawoh,

koyo tahu tempe,sambel goreng karo mie. Maknane segumpalan darah seng wes

dadi bayi. Fungsine yo gae perlengkapan tingkeban…”.86

Analisis penulis nasi yang diambilnya dengan cara di rogoh, yang

dilengkapi dengan lauk pauk seperti tahu, sambal goreng, dan mie. Maknanya

segumpalan darah yang sudah.Berubah menjadi bayi. Fungsinya Sebagai

perlengkapan hidangan atau sesaji dalam tingkeban .

e. Ingkung

Bentuk ingkung ayam yang Dimasak utuh maknanya nasi Suci Ayam sari

fungsinya sebagai perlekapan Hidingan Atau Sesaji Dalam tingkeban.

f. Pisang ayu

Bentuk pisang ayu, pisang raja maknanya diberikan sisiran kepada para raja

fungsi sebagai perlengkapan hidangan atau sesaji dalam tingkeban.

g.Teleman bahan

Bentuk makanan pokok orang jawa terdahulu. maknanya para petani yang

pulang, membawa hasil sawah yang lebih. Fungsinya sebagai perlengkapan

hidangan atau sesaji dalam tingkeban.87

h. Takir plontang

Ibu waginem menyatakan “[B]entok e, takir plontong seng di gawe go

godong pisang dililiti nganggo janor. Maknane enenge dalan orep seng macem

macem. Fungsine go wadah hidangan karo sesaji tingkeban…”.88

85 Atam Sumantri,‖Tokoh Adat Tanjung Solok‖ wawancara dengan penulis 12 januari 2020. 86 M Mawardi,‖warga Tanjung Solok”wawancara dengan penulis 12 januari 2020. 87 NA’ILATUN NAJAH,‖Tata cara tingkeban (7 bulan kehamilan)”,98 88 Ibu Waginem,‖warga Tanjung Solok”wawancara dengan penulis 12 januari 2020

Page 64: MAKNA SIMBOLIS TRADISI TINGKEBAN DALAM KEHIDUPAN …

52

Analisis penulis bentuk takir plontong takir yang terbuat dari daun pisang

dan dililit dengan janur. Maknanya adanya jalan hidup yang bermacam

macam.fungsi Sebagai wadah hidangan atau sesaji dalam tingkeban.89

i. Dawet

Mbah Aisyah menyatakan, “[B]entok ombeanne kesenenganne wong

nyidam, maknane kesegeran dhawet po cendol, jugo melambangke bayi seng

dilahirke nduwe dolor okeh. Fungsine gae perlengkapan…”.90

Bentuk minuman kesukaan orang yang hamil . Maknanya kesegaran

Dhawet atau cendhol, juga melambangkan kelak bayi yang dilahirkan mempunyai

saudara banyak. fungsinya sebagai perlengkapan hidangan atau sesaji dalam

tingkeban.

j. Jenang procot

Bentuk jenang procot jenang sum-sum yang bagian tengah diberi pisang

utuh. Maknanya menghilangkan barang barang yang menghalangi jalan keluarnya

bayi Fungsinya sebagai perlengkapan hidangan atau sesaji dalam tingkeban.

k. Jenang sengkolo

Maknanya menghilangkan masalah yang sudah terjadi fungsinya sebagai

perlengkapan hidangan atau sesaji dalam tingkeban.91

2. Makna Simbolik Beberapa Sajen Lainya Dalam Tingkeban

Simbol sebagai alat perantara untuk menguraikan atau menggambarkan

sesuatu yang sifatnya abstrak. Dalam upacara slametan tingkeban ini, sajen yang

mengandung makna adalah:

a. Tumpeng robyong dan tumpeng gundhul,

Menurut mbah Aisyah. Menyatakan:

[T]umpeng robyong karo tumpeng gundhul iku di carane didadekne siji opo pasangan. Nek tumpeng robyong pasangan lambange lanang nek tumpeng

gundul iku wadon, tumpeng robyong mau di gawe ngerucut koyo gonong, maknane menungso iku harusse neng segala dalan urippe, ngarah marang

dalan seng di restui gusti Allah.92

89 Clifford Geertz,”Agama Jawa Abangan, Santri, Priyayi Dalam kebudayaan jawa”,46 90 Mbah Aisyah,‖Tokoh Masyrakat Tanjung solok‖Wawancara dengan penulis 12 januari

2020 Tanjunmg Jabung Timur. Rekaman Audio 91 NA’ILATUN NAJAH,‖Tata cara tingkeban (7 bulan kehamilan)”,123 92 Mbah Aisyah,‖Tokoh Masyrakat Tanjung solok‖Wawancara dengan penulis 12 januari

2020 Tanjunmg Jabung Timur. Rekaman Audio

Page 65: MAKNA SIMBOLIS TRADISI TINGKEBAN DALAM KEHIDUPAN …

53

Analisis penulis dalam penempatannya dijadikan satu atau berpasangan.

Pasangan ini mempunyai lambang sebagai lelaki (tumpeng robyong) dan wanita

(tumpeng gundhul) yang berarti dua jenis kelamin manusia. Pada tumpeng

robyong tadi dibuat kerucut atau menyerupai gunung, mengandung makna bahwa

manusia hendaknya di dalam segala aspek kehidupannya mengarah kepada jalan

yang di restui Tuhanya.

Sajen tumpeng melambangkan pemujaan dan pemusatan manusia kepada

Tuhan-Nya, (sing gawe urip). Kemudian pada tumpeng diberi sayursayuran yang

menghiasi sekeliling tumpeng sebagai simbol masyarakat, mengandung makna

hubungan manusia dengan masyarakatnya adalah penting guna menjaga

kerukunan, keharmonisan, dan mejaga keseimbangan social.Untuk sayur yang

dipilih adalah kacang panjang sesuai dengan bentuknya yang panjang dan

kangkung yang bersulursulur panjang, melambangkan harapan agar bayi yang

akan dilahirkan kelak mempunyai umur yang panjang.93

Di dalam rangkaian tumpeng robyong terdapat telur yang ditancapkan

melambangkan sinar kehidupan. Selain yang ditancapkan berupa telur, terdapat

pula bawang merah dan cabe merah yang melambangkan harapan orang tua agar

si bayi yang dilahirkan kelak menjadi orang yang cerdas dan berani menghadapi

kehidupan, fungsinya sebagai perlengkapan hidangan atau sesaji dalam tingkeban.

b. Jajan pasar

Ibu Waginem menyatakan : [J]ajan pasar iki gawe sarat wes dadi tradisine masyarakat gawe keperluan, jajan pasar kabeh bentok e, melambangke kesugihan, teros sajen iki gae permohonan apek secoro materi po spiritual, nek buah buahan maknane urip-uripan gawe lambang neng dunio seng rame sek dijalani anak e mengko, teros buah-buahane eneng pisang raja, sak siser maknane anak seng bakal gede

nduwe watak seng apik budi luhur.94

Analisis penulis jajan pasar disajikan sebagai syarat yang telah menjadi

tradisi masyarakat untuk keperluan tersebut. Jajan pasar dengan segala bentuk

macamnya, melambangkan kekayaan, dengan demikian sajen ini sebagai sarana

permohonan dalam segala permintaan, baik secara material maupun spiritual.

Sedangkan buah buahan yang ada dalam sajen tersebut adalah melukiskan alam

tumbuh tumbuhan menjadi lambang dari dunia ramai yang harus dimasuki dan

93 NA’ILATUN NAJAH,‖Tata cara tingkeban (7 bulan kehamilan)”,76 94 Ibu Waginem,‖warga Tanjung Solok”wawancara dengan penulis 12 januari 2020

Page 66: MAKNA SIMBOLIS TRADISI TINGKEBAN DALAM KEHIDUPAN …

54

dijalani oleh anaknya kelak. Selanjutnya pada buah-buahan itu tentu ada pisang

raja satu sisir. Pisang raja melambangkan agar anak tumbuh sebagai anak yang

memiliki budi yang luhur dan watak yang mulia, fungsinya sebagai perlengkapan

hidangan atau sesaji dalam tingkeban.95

c. Jenang-jenangan,

Dalam sajen ini jenang-jenangan yang disajikan sebanyak 7 macam,

melambangkan bahwa orang yang diselamati kandungannya sudah berusia 7

bulan. Menurut kepercayaan Jawa bahwa bayi yang lahir akan bersama-sama

dengan saudara gaibnya yang disebut sedulur papat lima pancer. Mereka ini

adalah marmarti, kawah, ari-ari, getih, dan puser. Dalam proses persalinan itu,

kawah (air ketuban) karena keluarnya lebih dahulu maka disebut sebagai kakak

atau kakang (kakang kawah). Sedangkan ari-ari yang keluarnya setelah bayi lahir

disebut adi atau adik (adi ari-ari). Jadi sajen jenang abang dan jenang baro-baro

diperuntukkan kepada saudara gaibnya sebagai penghormatan. fungsinya sebagai

perlengkapan hidangan atau sesaji dalam tingkeban. 96

d. Pring sedhapur,

Bentuk menggambarkan serumpun pohon bambu yang terdiri dari beberapa

pohon. Sajen melambangkan suatu harapan akan hubungan yang erat diantara

sanak keluarga, tetangga serta masyarakat luas dengan orang yang sedang

slametan. Sajen bertujuan untuk penghormatan kepada para leluhur, roh gaib dan

dhanyang penunggu wilayah dengan permohonan agar mereka menjaga dan

melindungi orang yang sedang mengadakan slametan fungsinya sebagai

perlengkapan hidangan atau sesaji dalam tingkeban.97

e. Kupat atau ketupat komplit,

Berbentuk sajen slametan terdapat kupat atau ketupat bertujuan untuk

menggerakkan tamu yang hadir agar ikut mendoakan keselamatannya. Ketupat

menyimbolkan lahir dan batin manusia. Kemudian janur yang digunakan untuk

pembungkus ketupat adalah yang mewakili aspek lahir sedang isi ketupat berupa

nasi menunjukkan aspek batin. Jadi sajen adalah gambaran aspek lahir dan batin

manusia dalam bertindak, berpikir maupun dalam menciptakan keseimbangan

95 NA’ILATUN NAJAH,‖Tata cara tingkeban (7 bulan kehamilan)”, 52 96 Clifford Geertz,”Agama jawa Abangan, Santri, Priyayi Dalam kebudayaan jawa”,44 97 Prof. Dr.Koesnadi Hardjoesoemantri ,SH.,M.L.,”Makna Tradisi dan simbol‖,150

Page 67: MAKNA SIMBOLIS TRADISI TINGKEBAN DALAM KEHIDUPAN …

55

dalam kehidupannya. Ketupat yang dibelah tengahnya, kemudian diisi abon

sebagai lambang dari alat kelamin wanita (ibu) dari situlah seorang anak

dilahirkan dari guwa garba ibunya untuk menjalani kehidupan di dunia nyata.

Maksudnya, seorang anak diharapkan untuk mencintai ibunya seperti ibu

mencintai anaknya. Diharapkan hubungan anak dengan ibu selalu harmonis dan

anak harus selalu hormat kepada ibunya, fungsinya sebagai perlengkapan

hidangan atau sesaji dalam tingkeban.

f. Rujak

Pembuatan rujak jika membuatnya terasa pedas atau sedap, melambangkan

bahwa ibu yang mengandung itu akan melahirkan bayi perempuan. Sebaliknya

jika rujak tersebut rasanya biasa maka anak yang dilahirkan kelak adalah lakilaki.

Bumbunya pedas dengan 7 macam buah-buahan rujak ini mempunyai makna

tersendiri yaitu apabila membuatnya terasa pedas atau sedap melambangkan

bahwa ibu bayi yang mengandung akan melahirkan bayi perempuan dan

sebaliknya apabila rujak tersebut rasanya biasa maka anak yang dilahirkan laki-

laki fungsinya sebagai perlengkapan hidangan atau sesaji dalam tingkeban.98

g. Anak-anakan

Adalah melambangkan jika bayi yang dilahirkan berjenis kelamin laki-laki

akan berwajah tampan,bila lahir perempuan akan berwajah cantik.Selain

berbentuk makanan, tradisi tingkepan juga dilengkapi dengan perlengkapan

seperti kendi yang didalamnya berisi air, belut dan uang recehan yang nantinya

dijadikan media yang diperebutkan oleh anak-anak kecil disekitar rumah.

Simbolisasi antara kendi, belut dan uang recehan dapat diberikan pemaknaan

kendi diibaratkan perut seorang ibu yang sedang mengandung. Uang recehan

adalah simbol rejeki serta belut adalah bianatang yang licin untuk ditangkap.

Sehingga melalui simbol tersebut dimaksudkan agar keluarnya jabang bayi dari

perut ibunya selicin belut ketika berada dalam genggaman tangan. fungsinya

sebagai perlengkapan hidangan atau sesaji dalam tingkeban.99

Persyaratan lain yang dilakukan dalam menjalankan tingkeban atau mitoni

antara lain:

98 Salgiyem,‖warga tanjung solok, Wawancara dengan Penulis 13 januari 2020, Kabupaten

tanjung jabung timur

99 Clifford Geertz,”Agama jawa Abangan, Santri, Priyayi Dalam kebudayaan jawa”, 48

Page 68: MAKNA SIMBOLIS TRADISI TINGKEBAN DALAM KEHIDUPAN …

56

a. Gudangan Mateng, Sayurnya direbus Bahan sayurnya 7 macam harus ada

kangkung dan kacang, Untuk sayur yang digunakan harus ada sayur yang

berbentuk panjang dengan harapan bahwa agar bayi yang akan dilahirkan

kelak mempunyai umur yang panjan. fungsinya sebagai perlengkapan

hidangan atau sesaji dalam tingkeban.

b. Telur Ayam Kampung, Telur ayam kampung ini ada 7 buah, yang 1 untuk

proses setelah siraman selesai, yang 6 dimasukkan kedalam berkat secara

tidak acak, maknanya agar kelahiran bayi nanti mudah, tanpa aral melintang

fungsinya sebagai perlengkapan hidangan atau sesaji dalam tingkeban .100

c. Jarum, Jarum ini juga harus ada 7 buah, yang dimana jarum ini dimasukkan

ke dalam plastik kemudian dimasukkan ke dalam berkat secara tidak acak,

maknanya agar penglihatan bayi tersebut cerah dan tidak buta huruf,

fungsinya sebagai perlengkapan hidangan atau sesaji dalam tingkeban.

d. Tempurung kelapa, fungsinya sebagai gayung

e. Bokor, fungsinya sebagai wadah air untuk siraman101

Secara teknis, penyelenggaraan upacara ini dilaksanakan oleh dukun atau

anggota keluarga yang dianggap sebagai tertua. Kehadiran dukun ini lebih bersifat

seremonial, dalam arti mempersiapkan dan melaksanakan upacara-upacara

kehamilan, serangkaian upacara yang diselengggarakan pada ritual tingkeban

secara garis besar adalah sebagai berikut:

1.Siraman calon ibu

Ibu Salgiyem Menyatakan :

[S]iraman di lakoni oleh sesepoh wong pitu, maksute mohon restu, supoyo suci lahir dan batin, banyu go ados jumok teko pitong sumor. Calon mamak nggo

kaen batek kembeen, posisine njagong, teros disiram oleh sesepuh , maksute nyuci kabe kotoran hal-hal seng ora apek, yo fungsine gae pembersihan diri

gae wong tuo ne.102

Upacara siraman dilakukan oleh sesepuh sebanyak tujuh orang. Bermaksud

mohon doa restu, supaya suci lahir dan batin, air siraman di ambil dari 7 sumur.

Calon ibu memakai kain batik yang dililitkan (kemben) pada tubuhnya. Dalam

100 M Mawardi,‖warga Tanjung Solok”wawancara dengan penulis 12 januari 2020 101 NA’ILATUN NAJAH,‖Tata cara tingkeban (7 bulan kehamilan)”,166

102 Salgiyem,‖warga tanjung solok, Wawancara dengan Penulis 13 januari 2020, Kabupaten tanjung jabung timur

Page 69: MAKNA SIMBOLIS TRADISI TINGKEBAN DALAM KEHIDUPAN …

57

posisi duduk, lalu siraman oleh orang tua dan sesepuh lainnya. Maksud upacara

ini adalah untuk mencuci semua kotoran dan hal-hal negatif lainnya, fungsinya

sebagai pembersihan diri calon orang tua.

2. Memasukkan telur ayam kampung

Setelah siraman, telur ayam kampung di masukkan ke dalam kain si calon

ibu oleh sang suami melalui dari atas perut lalu telur dilepas sehingga pecah.

Upacara ini dilakukan di tempat siraman sebagai simbol harapan agar bayi lahir

dengan lancar dan selamat, fungsinya sebagai perlengkapan hidangan atau sesaji

dalam tingkeban.

3. Pantes-Pantes atau Ganti busana 7 kali

Dalam acara pantes-pantes ini calon ibu pakai kain kebaya 7 macam. Kain

dan kebaya yang pertama sampai yang ke enam merupakan busana yang

menunjukkan kemewahan dan kebesaran. Ibu-ibu yang hadir saat ditanya apakah

si calon ibu pantas menggunakan busana-busana tersebut memberikan jawaban :

―dereng Pantes‖ (belum pantas).103

Setelah dipakaikan busana ke tujuh yang berupa kain lurik dengan motif

sederhana,baru ibu-ibu yang hadir menjawab:―pantes‖(pantas).Ini

melambangkan, doa agar si bayi nantinya menjadi orang yang sederhana. Angka 7

melambangkan 7 lubang tubuh (2 dimata, 2 di telinga, 1 hidung, 1 di mulut, dan 1

di alatkelamin), yang harus selalu dijaga kesucian dan kebersihannya. Ada

pengertian lain dari angka 7 ini disebut keratabasa Angka 7,dalam bahasa jawa

disebut pitu, keratabasa dari pitu-lungan (pertolongan).104

Motif kain dan kemben yang akan di pakai yang terbaik dengan harapan

agar kelak si bayi juga memiliki kebaikan-kebaikan yang tersirat dalam lambang

kain:

a. Wahyu tumurun maknanya agar bayi yang akan lahir menjadi orang yang

senantiasa mendekatka.n diri kepada Tuhan Yang Maha Esa dan selalu

103

Yusri Mohamad Ramli, ―Agama dalam Tentukur Antropologi Simbolik Clifford Geertz”,

88 104 Ibu Waginem,‖warga Tanjung Solok”wawancara dengan penulis 12 januari 2020

Page 70: MAKNA SIMBOLIS TRADISI TINGKEBAN DALAM KEHIDUPAN …

58

mendapat dikasihi o.leh sesama serta mempunyai sifat belas kasih fungsinya

sebagai ganti busana pertama.

b. Truntum, maknanya agar keluhuran budi orangtuanya menurun

(tumaruntum) pada sang bayi fungsinya sebagai ganti busana kedua

c. Babon angkrem, bermotif garis, bermakna semoga anak senantiasa

bertakwa pada Tuhan yang Maha Esa.petunjuk dan perlindu.ngan dari-Nya

fungsinya sebagai ganti busana ketiga.

d. Sido asih. maknanya agar bayi yang akan lahir menjadi orang yang selalu di

cintai fungsinya sebagai ganti busana keempat

e. Sidoluhur, maknanya agar anak menjadi orang yang sopan dan berbudi

pekerti luhur fungsinya sebagai ganti busana kelima.

f. Sido Drajat, maknanya agar anak dapat membuat situasi yang menyegarkan,

enak dipandang, dan menyenangkan siapa saja yang bergaul dengannya

fungsinya sebagai ganti busana keenam.

g. Sidomukti, maknanya agar bayi yang akan lahir menjadi orangyang mukti

wibawa, yaitu berbahagia dan disegani karena kewibawaannya fungsinya

sebagai ganti busana ketujuh

4. Membelah kelapa gading

Selanjutnya kelapa gading yang masing telah digambari gambar tokoh

wayang melambangkan doa, agar nantinya si bayi jika laki-laki akan setampan

Dewa kamajaya dan jika wanita secantik Dewi Ratih. Kedua dewa dan dewi ini

merupakan lambang kasih sayang sejati. 105

Oleh si calon ibu, kelapa diserahkan pada suaminya (calon bapak), yang

akan membelah kelapa gading menjadi dua bagian jika kelapa gading terbelah

lurus anaknya perempuan jika tidak terbelah lurus laki-laki dengan nantinya,

terserah pada kekuasaan Allah, fungsinya sebagai alat penafsiran.106

105 Subroto,‖Ketua RT Tanjung solok‖Wawancara dengan penulis 12 januari 2020

Tanjunmg Jabung Timur.

106 Nurul Fitroh,‖ Ritual Tingkeban dalam persepektif Aqiidah islam(Studi Kasus Di

Kelurahan Srondol Kulon Kecamatan Banyumanik Kota Semarang)” ,60

Page 71: MAKNA SIMBOLIS TRADISI TINGKEBAN DALAM KEHIDUPAN …

59

5. Selamatan

Selamatan dilaksanakan pada malam hari setelah melalui beberapa ritual

yang disebutkan diatas. Bentuk selamatan disini tuan rumah mengundang para

warga khususnya para Bapak Kyai atau Ustadz untuk datang kerumah pada jam

yang telah ditentukan. Acaranya meliputi seperti pembacaan surat alfatehah, surat

yusuf, dan doa memohon keselamatan untuk calon bayi dan ibu.

Setelah acara selesai para warga diberikan berkat oleh tuan rumah dengan

tujuan pengharapan doa restu dari para warga agar calon bayi kelak lahir dengan

selamat dan menjadi anak yang soleh atau sholehah serta calon ibu selamat,

fungsinya sebagai ucapan rasa syukur.Prosesi terakhir dalam upacara tingkeban

yaitu menjual rujak dan dawet,maknanya agar kelak sang anak dapat bekerja keras

dalam bekerja.fungsinya Sebagai ritual akhir dalam acara tingkeban.107

107 Nurul Fitroh,‖ Ritual Tingkeban dalam persepektif Aqiidah islam(Studi Kasus Di

Kelurahan Srondol Kulon Kecamatan Banyumanik Kota Semarang), 64

Page 72: MAKNA SIMBOLIS TRADISI TINGKEBAN DALAM KEHIDUPAN …

BAB V PENUTUP

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil temuan pada penelitian, pokok kesimpulan dalam

penelitian ini adalah:

1. Bentuk Simbol di antaranya 1) tumpeng kuat, 2) tumpeng robyong, 3) sego

golong, 4) sego brok, 5) nasi rogoh (Sego megono), 6) ingkung, 7) pisang

raja (gambir, sirih, jambe), 8) keleman, 9) taker plontang, 10) dawet, 11)

rujak, 12) jenang procot, 13) jenang sengkolo. Pada prosesi selanjutnya

yaitu siraman, pada tahapan ini terdiri dari siraman yang dilakukan oleh

calon orang tua, memecah kelapa gading yang dilakukan calon bapak,

berganti pakaian. Memasukkan telur ayam kampong, Pantes-pantes atau

ganti busana 7 kali dengan motif yang Berbeda, dan acara terakhir

Selamatan.

2. Berdasarkan Deskripsi makna simbol dan makna beberapa sajen slametan

tingkeban, maka tujuan utama adalah untuk memohon atau mengharapkan

keselamatan kepada wanita yang mengandung, dan calon bayi yang

dikandungnya akan lahir dengan selamat.Dengan adanya sajen-sajen untuk

menginterpretasikan melalui makna dan simbol tersebut, kita dapat melihat

bagaimana masyarakat Jawa mengartikan simbolsimbol itu dalam kehidupan

mereka. Dari pengintepretasian simbol-simbol itu, maka terlihat adanya dua

arah hubungan yang dilakukan oleh masyarakat Jawa, yaitu: Hubungan

menunjuk pada hubungan manusia dengan Tuhan dan makhluk supra-

natural dimana sebagai tempat untuk memohon keselamatan.Yang kedua,

hubungan antara manusia dengan sesama manusia di dalam hidup

bermasyarakat untuk menjaga keharmonisan dan ketentraman.

3. Fungsi simbol-simbol bisa dilihat dari upacara inti yaitu pada upacara

siraman, selametan fungsinya adalah sebagai ucapan syukur. Siraman

fungsinya pembersihan diri calon orang tua. Bokor fungsinya untuk wadah

air, tempurung kelapa sebagai gayung dan membelah kelapa gading

fungsinya sebagai alat penafsiran. Ganti busana/pantes-pantes ada 7 motif,

wahyu temurun, fungsinya ganti busana pertama motif truntum, kedua. Motif

59

Page 73: MAKNA SIMBOLIS TRADISI TINGKEBAN DALAM KEHIDUPAN …

60

babon angkrem, ketiga. Motif sido asih,keempat. Motif sido luhur, kelima.

Motif sido drajat, keenam. Motif sido mukti, ketujuh. Sedangkan simbol

yang berbentuk hidangan makanan seperti tumpeng kuat, tumpeng robyong,

sego golong, nasi brok, nasi rogoh, ingkung, fungsinya sebagai

perlengkapan hidangan atau sesaji dalam tingkeban. rujak dan dawet yaitu

sebagai ritual akhir dalam acara tingkepan.

Saran-Saran

Dengan mengamati pelaksanaan ritual tingkeban yang dilakukan di

Kelurahan Tanjung Solok serta beberapa persoalan yang muncul dari penelitian

penulis, maka ada beberapa hal yang dapat penulis kemukakan sebagai saran

antara lain:

1. Untuk masyarakat Kelurahan Tanjung Solok yang melaksanakan tradisi

tingkeban sebaiknya lebih memperhatikan ajaran agama Islam dan

pelaksanaantingkeban harus berlandaskan agama tidak dianjurkan untuk

berlebih-lebihan dalam pelaksanaan tradisi tersebut.

2. Sebagai warga Negara Indonesia yang mempunyai kekayaan budaya

seharusnya perlu dilestarikan, akan tetapi kebudayaan tersebut harus

berlandaskan kepada ajaran agama Islam, sehingga bukan agama yang

berlandaskan budaya, tetapi budaya yang berlandaskan agama

C. Penutup

Puji syukur Alhamdulilah dengan limpahan rahmat dan hidayah dari Allah

SWT, shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi Agung Muhammad

SAW. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan dan pembahasan

skripsi ini, masih banyak kekurangan, baik dari sisi bahasa, pengkajian,

sistematika, maupun analisisnya. Maka penulis mengharapmasukan dalam bentuk

kritik dan saran, yang akan penulis jadikan sebagai bahan pertimbangan dalam

perbaikan kelak dikemudian hari.

Akhirnya dengan memohon do’a, mudah-mudahan skripsi ini dapat

membawa manfaat bagi pembaca dan penulis khususnya, selain itu juga mampu

memberikan khasanah ilmu pengetahuan yang positif bagi Fakultas Ushuluddin,

lebih khususnya pada jurusan aqidah dan filsafat. Amin.

Page 74: MAKNA SIMBOLIS TRADISI TINGKEBAN DALAM KEHIDUPAN …

61

DAFTAR PUSTAKA

BUKU:

Laksono, aschalis Maria Tradisi Dalam Struktur Masyarakat Yogyakarta :

Gajahmada University, 1985 Tim Direktorat Jendral Pendidikan islam Kementrian Agama RI,Ensklopedia

Bandung Alfabeta, 2010 Abuddin Nata, Peta Keragaman Pemikiran Islam Di Indonesia, (Jakarta:

RajaGrafindo Persada, 2001

Endraswara, Suwardi Budi Pekerti Jawa dalam Budaya Jawa.Yogyakarta:

Hanindita Graha Widya, 2003 Herusatoto, Budiono Simbolisme Manusia dalam Budaya Jawa Yogyakarta

Hanindita, Graha Widya 2001 Ihromi, T. O. Ihromi, Antropologi Budaya. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,

1996

Goodman, George Ritzer- Douglas J. Teori Sosiologi,Bantul:Kreasi Wacana, 2014

Astuti, Dewi Adat-Istiadat Masyarakat Jawa Barat, PT. Sarana Panca Karya Nusa, 2009

Umar, Husein Metode Penelitian untuk Skripsi dan tesnis bisnis Jakarta : Rajawali Pers, 2011

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : IKAPI 2014

Brata, Surya Sumardi Metode Penelitian, PT Raja GrafindoPersada, Jakarta, 1995

Moleong, Lexi,J. Metodologi Penelitian Kualitatif, Remadja Karya, Bandung, 1989

Bungin,Burhan ―metode penelitian kualintatif‖Jakarta:Rajawali Grafindo

Persada, 2011

Geertz,Clifford Agama jawa Abangan, Santri, Priyayi Dalam kebudayaan jawa. Depok:Komunita Bambu,2014

Riklefs,‖M.C. Mengislamkan jawa‖,NUS Press,Singapore :PT SERAMBI SEMESTA Anggota IAPI,2012

SKRIPSI: Saraswati,Yuli.―Hukum Memperingati Tingkeban(Tujuh Bulanan

Kehamilan) PadaTradisi Masyarakat Jawa Menurut Pandangan Tokoh

Nadatul Ulama dan Tokoh Muhamadiyah‖.Skripsi. Sumatera Utara: Universitas Islam Negeri, 2018.

Khuzaimah, Siti ―Tradisi Tingkeban dalam pandangan dan Fungsinya bagi

warga Muhamadiyah dan Nu, desa karangRejo Karanggeneng Lamongan‖ .Skripsi .Yogyakarta: UIN Sunan Kali Jaga, 2015.

Wahyu Arumsari, Novie ―Makna tingkeban dalam Tradisi Jawa‖. Skripsi.

Semarang: IAIN SALATIGA, 2017.

Rosalia, Sari ―Simbol dan Makna Kesenian Janeng di Desa Pringsewu‖ .

Skripsi. Bandar Lampung :Unversitas Lampung, 2002.

Page 75: MAKNA SIMBOLIS TRADISI TINGKEBAN DALAM KEHIDUPAN …

Zahar,―Iwan Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Tradisi Mitoni DiPadukuhan

Pati Kalurahan Genjahan Kecamatan Ponjong Kabupaten Gunungkidul‖.

Page 76: MAKNA SIMBOLIS TRADISI TINGKEBAN DALAM KEHIDUPAN …

62

Skripsi. Yogyakarta: Program Sarjana Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,2014

Pratiwi, Dewi―Upacara Mitoni di Kalangan Masyarakat Madura di kelurahan Perak Timur Surabaya‖.Skripsi. Surabaya jurusan SPI, Fakultas

Adab, IAIN Sunan Ampel Surabaya,2014. Fitroh,Nurul ―Ritual Tingkeban dalam persepektif Aqiidah islam(Studi

Kasus Di Kelurahan Srondol Kulon Kecamatan Banyumanik Kota

Semarang)‖. Skripsi. semarang :Jurusan Faukultas ushuluddin Uiversitas

Islam Negri walisongo,2014

JURNAL: Ramli, Yusri Mohamad ―Agama dalam Tentukur Antropologi Simbolik Clifford Geertz‖, Journal of Islamic Thought Vol. 1: Junen (2012) BPS Kabupaten Tanjung Jabung Timur,” Kecamatan Kuala Jambi Dalam

Angka Kuala Jambi Subdistrict in Figures 2019”( BPS Kabupaten Tanjung Jabung Timur: CV. Suber Sentosa Multimedia,2018)

https://tanjabtimkab.bps.go.id/ Etik Umiyati,Dessy Putriyaningsih,Hardiani,‖Pekerja anak pada keluarga nelayan (Studi di Kelurahan Tanjung Solok

Kecamatan Kuala Jambi)” Adriana,Iswah ‖ Neloni, Mitoni atau Tingkeban:Perpaduan antara Tradisi

Jawa dan Ritualitas Masyarakat Muslim‖,Jurnal KARSA, Vol. 19 No. 2 Tahun (2011)

Shonhaji, Mahli Zainudin Tago,‖ Agama Dan Integrasi Sosial Dalam Pemikiran Clifford Geertz‖, Jurnal Studi Agama dan Pemikiran Islam

,Volume 7, Nomor 1, Juni (2013) Hardjoesoemantri ,SH.,M.L.,Prof. Dr.Koesnadi ‖Makna Tradisi dan

simbol‖Jurnal sejarah dan budaya Jantra,Vol. II No. 3 Juni (2007) Khaerani, Alfiandra, Emil El Faisal,‖Analisis dalam tradisi tingkeban‖Jurnal

Bhineka Tunggal Ika, Volume 6, No 1, MEI (2019), Marzali,Amri‖ Agama dan Kebudayaan‖,Journal ;of Anthropology Volume 1

(1) Juli (2016). Nasruddin,‖ Kebudayaan dan Agama Jawa dalam Perspektif Clifford Geertz‖

Jurnal Studi Agama-agama, Volume 1, Nomor 1, Maret( 2011) WAWANCARA

Ashuri‖warga tanjung solok, Wawancara dengan Penulis 11 Oktober 2019, Kabupaten tanjung jabung timur Rekaman Audio

Atam Sumantri,‖Tokoh Adat Tanjung solok‖Wawancara dengan penulis 12 januari 2020, Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Rekaman Audio.

Waginem,‖warga Tanjung Solok”wawancara dengan penulis 12 oktober 2019, Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Rekaman Audio.

M Mawardi,‖warga Tanjung Solok”wawancara dengan penulis 12 januari2020, Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Rekaman Audio.

Siwang,‖warga Tanjung Solok”wawancara dengan penulis 11januari 2020,Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Rekaman Audio.

Mbah Aisyah,‖Tokoh Masyrakat Tanjung solok‖Wawancara dengan penulis 12 januari 2020 Tanjunmg Jabung Timur. Rekaman Audio.

Page 77: MAKNA SIMBOLIS TRADISI TINGKEBAN DALAM KEHIDUPAN …

63

Subroto,‖Ketua RT Tanjung solok‖Wawancara dengan penulis 12 januari 2020 Tanjunmg Jabung Timur.

Salgiyem,‖warga tanjung solok, Wawancara dengan Penulis 13 januari 2020, Kabupaten tanjung jabung timur

Page 78: MAKNA SIMBOLIS TRADISI TINGKEBAN DALAM KEHIDUPAN …

LAMPIRAN

I. Jadwal Penelitian

Bulan dan Tahun

NO Kegiatan

September November April Juni

2019 - 2019 2020 - 2020

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Pengajuan Judul √

Proposal

2 Pembuatan √

Proposal

3 Pengajuan dan √

Penunjukan Dosen

Pembimbing

4 Konsultasi √

Perbaikan Proposal

5 Seminar Proiposal √

6 Perbaiakan √

Proposal Hasil

Seminar

7 Pengesahan Judul √

dan Izin Riset

8 Pelasanaan Riset √

9 Penyusunan Data √

Skripsi

10 Perbaikan Skripsi √

11 Penyempurnaan

Skripsi

12 Munaqosah

13 Penggandaan

Skripsi

Page 79: MAKNA SIMBOLIS TRADISI TINGKEBAN DALAM KEHIDUPAN …

INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA

Proposal

“MAKNASIMBOLIKDALAMTRADISITINGKEBAN DALAM

KEHIDUPAN MASYRAKAT JAWA DI(Kecamatan, Kuala Jambi,

KabupatenTanjungJabungTimur,Kabupaten)”

No Jenis Data Metode Sumber Data

1 -Sejarah Dan Perkembangan -Observasi -Setting

Kecamatan Kuala Jambi -Wawancara -Wawancara, tokoh adat,

dan tokoh Masyarakat.

-Dokumentasi -Data-data dan Dokumen

Desa Tanjung Solok

2 -Lokasi dan Letak Geografis, -Dokumentasi -Dokumen dan File Desa

Kecamatan Kuala Jambi Tanjung Solok

-Wawancara -Kepala Desa, Dan

Aparat Desa

3. -Kondisi Sosial Budaya -Wawancara -Wawancara,Tokoh

Masyarakat Jawa di Agama, Aparat Desa

Kecamatan Kuala Jambi -Dokumentasi -Dokumen Desa Tanjung

Solok

4. -Pengertian Tradisi Tingkeban -Wawancara -Tokoh Adat dan

Masyarakat

5. Prosesi, Perlengkapan dan -Wawancara -Tokoh Adat Dan

Tujuan Tradisi Tingkeban -Observasi Masyarakat

-Dokumentasi -Setting, Dokumentasi

Tradisi Tingkeban

6. -Makna Simbolik Tradisi -Wawancara -Tokoh Adat, Dan

Tingkeban Masyarakat.

Page 80: MAKNA SIMBOLIS TRADISI TINGKEBAN DALAM KEHIDUPAN …

A. Panduan Observasi

No Jenis Data Objek Observasi

1 - Sejarah Dan Perkembangan -Visi dan misi Desa Tanjung

Kecamatan Kuala Jambi Solok

-Sejarah Desa Tanjung Solok

-Perkembangan Desa Tanjung

Solok

2. Prosesi, Perlengkapan dan Tujuan -Bagaimana prosesi dari tradisi

Tradisi Tingkeban Tingkeban

A. Panduan Dokumentasi

No Jenis Data Data Dokumen

1 -Sejarah Dan Perkembangan -Profil Desa Tanjung Solok

Kecamatan Kuala Jambi Kecamatan Kuala Jambi

-Visi dan misi Desa Tanjung

Solok

2 -LokasidanLetakGeografis -Data Dokumentasi Letak

Kecamatan Kuala Jambi Geografis Tradisi Tingkeban

-Keadaan Tofografi Desa Tanjung

Solok

3 -Kondisi Sosial Budaya Masyrakat -Data dokumentasi tentang kondisi

Jawa di Kecamatan Kuala Jambi social budaya Desa Tanjung Solok

-Potensi sumber daya manusia

Desa Tanjung Solok

-Kependudukan Desa Tanjung

Solok

4. Prosesi, Perlengkapan dan Tujuan -Data dokumentasi, tentang

Tradisi Tingkeban prosesi, dan perlengkapan tradisi

Tingkeban

Page 81: MAKNA SIMBOLIS TRADISI TINGKEBAN DALAM KEHIDUPAN …

B. Butir-Butir Wawancara

No Jenis Data Sumber Data dan Subtansi

Wawancara

1 -Sejarah Dan Perkembangan -Bagaimana sejarah munculnya

Kecamatan Kuala Jambi Desa Tanjung Solok Kecamatan

Kuala Jambi?

-Bagaimana Perkembangan

Desa Tanjung Solok Dari awal

sampai sekarang?

2 -Lokasi dan Letak Geografis -bisa dijelaskan letak geografis

Kecamatan Kuala Jambi desa Tanjung Solok

3 -Kondisi Sosial Budaya Masyarakat -Bagaimana Kondisi sosial

Jawa di Kecamatan Kuala Jambi budaya Desa ?

4 --Pengertian dan Sejarah Tradisi -Apa yang dimaksud dengan

Tingkeban tradisi Tingkeban?

-Bagaimana Sejarah tradisi

Tingkeban?

5 Prosesi, Perlengkapan dan Tujuan -Bagaimana Prosesi pelaksanaan

Tradisi Tingkeban tradisi Tingkeban?

-Apa saja perlengkapan yang

harus di penuhi ketika akan

melaksanakan tradisi

Tingkeban?

-Siapa Saja yang melaksanakan

tradisi Tingkeban?

-Apa tujuan dilaksanakannya

tradisi Tingkeban?

6 -Makna Simbolik Tradisi Tingkeban -Apa makna Simbolik dari

setiap proses pelaksanaan tradisi

tingkeban.?

-Apa yang Menyebabkan tradisi

Tingkeban harus dilakukan?

Page 82: MAKNA SIMBOLIS TRADISI TINGKEBAN DALAM KEHIDUPAN …

Gambar. 01 Kain Persalinan 7 macam bentuk motif

Gambar. 02 Bokor/wadah air untuk upacara siraman

Gambar. 03 Perlengkapan upacara siraman

..

Page 83: MAKNA SIMBOLIS TRADISI TINGKEBAN DALAM KEHIDUPAN …

Gambar. 04 Bapak Ashuri Tokoh adat

Gambar. 05 proses upacara siraman

Page 84: MAKNA SIMBOLIS TRADISI TINGKEBAN DALAM KEHIDUPAN …

Gambar. 06 Tokoh adat ibu Waginem

Gambar. 07 Siraman yang dilakukan oleh sesepuh

Page 85: MAKNA SIMBOLIS TRADISI TINGKEBAN DALAM KEHIDUPAN …

CURRICULUM VITAE

A.Informasi Diri

Nama Tempat & Tgl. Lahir

Pekerjaan Alamat

: Yahya Andrika Hidayat : Tanjung Solok, 11 Agustus 1998.

: Mahasiswa : Kelurahan Tanjung Solok

Kecamatan Kuala Jambi

Kabupaten Tanjung Jabung Timur

Nama ayah dan ibu

: Subroto

Anak ke

: Kedua dari 3 bersaudara

Saudara

: Kakak : Edi Purwanto

Adik : Trio Handika B.Riwayat Pendidikan

S1 UIN STS Jambi : 2016-2020 SMA 9 Tanjung Jabung Timur : 2013-2016

MTS Al-IRSAD Kuala Lagan : 2010-2013

Madrasah Ibtidaiyah Tanjung Solok: 2004-2010

C.Karya Tulis

Artikel

Skripsi

: Makna Dan Simbolik Upacara Tingkeban Dalam Kehidupan Masyarakat Jawa di Kelurahan

Tanjung Solok Kecamatan Kuala

Jambi Kabupaten Tanjung Jabung

Timur : Makna Dan Simbolik Upacara Tingkeban Dalam Kehidupan Masyarakat Jawa di Kelurahan

Tanjung Solok Kecamatan Kuala

Jambi Kabupaten Tanjung Jabung

Timur

Page 86: MAKNA SIMBOLIS TRADISI TINGKEBAN DALAM KEHIDUPAN …