makalah_las_finis 2.docx

48
BAB I PENDAHULUAN 2.1 LATAR BELAKANG Dengan semakin berkembangnya teknologi indu-stry saat ini, tidak bisa mengesampingkan pentingnya penggunaan logam sebagai komponen utama produksi suatu barang, mulai dari kebutuhan yang paling seder-hana seperti alat-alat rumah tangga hingga konstruksi bangunan dan konstruksi permesinan. Hal ini menye- babkan pemakaian bahan-bahan logam seperti besi cor baja, aluminium dan lainnya menjadi semakin meni-ngkat. Sehingga dapat dikatakan tanpa pemanfaatan logam, kemajuan peradaban manuasia tidak mungkin terjadi. Dengan kemampuan akalnya, manusia mampu memanfaatkan logam sebagai alat bantu kehidupannya yang sangat vital. Berbagai macam konstruksi mesin, bangunan dan lainnya dapat tercipta dengan adanya logam. Logam tersebut menimbulkan kebutuhan akan teknologi perakitan atau penyambungan. Salah satu teknologi penyambungan tersebut adalah dengan pengelasan.Teknik penyambungan logam sebenarnya terbagi dalam dua kelompok besar,yaitu 1. Penyambungan sementara (temporary joint), yaitu tek- nik penyambungan logam yang dapat dilepas kembali. 1

Transcript of makalah_las_finis 2.docx

Page 1: makalah_las_finis 2.docx

BAB I

PENDAHULUAN

2.1 LATAR BELAKANG

Dengan semakin berkembangnya teknologi indu-stry saat ini, tidak bisa mengesampingkan

pentingnya penggunaan logam sebagai komponen utama produksi suatu barang, mulai dari

kebutuhan yang paling seder-hana seperti alat-alat rumah tangga hingga konstruksi bangunan

dan konstruksi permesinan. Hal ini menye-babkan pemakaian bahan-bahan logam seperti besi

cor baja, aluminium dan lainnya menjadi semakin meni-ngkat. Sehingga dapat dikatakan

tanpa pemanfaatan logam, kemajuan peradaban manuasia tidak mungkin terjadi. Dengan

kemampuan akalnya, manusia mampu memanfaatkan logam sebagai alat bantu kehidupannya

yang sangat vital. Berbagai macam konstruksi mesin, bangunan dan lainnya dapat tercipta

dengan adanya logam. Logam tersebut menimbulkan kebutuhan akan teknologi perakitan atau

penyambungan. Salah satu teknologi penyambungan tersebut adalah dengan

pengelasan.Teknik penyambungan logam sebenarnya terbagi dalam dua kelompok besar,yaitu

1. Penyambungan sementara (temporary joint), yaitu tek-nik penyambungan logam

yang dapat dilepas kembali.

2. Penyambungan tetap (permanen joint), yaitu teknik penyambungan logam

dengan cara mengubah struktur logam yang akan disambung dengan

penambahan lo-gam pengisi.

Termasuk dalam kelompok ini adalah solder, brazing dan pengelasan. Dari teknik tersebut di

jadikan sebagai dasar dibentuknya benda-benda logam seperti yang dimaksud pada uraian

diatas. Dalam hal ini proses pengelasan terdiri dari las listrik dan las gas.

1

Page 2: makalah_las_finis 2.docx

2

2.1 MAKSUD DAN TUJUAN

Tujuan umum:

Tujuan dibuatnya makalah ini ialah membagi pengetahuan serta membantu rekan-rekan

mahasiswa atau mahasiswi yang kurang memahami mengenai las listrik dan las gas,dimana

diharapkan dengan itu mahasiswa dapat menguasai teori pengelasan sehingga nantinya dapat

diaplikasikan dalam proses praktik di bengkel.

Makalah ini di buat guna menunjang teori yang sedang atau telah di berikan pada kuliah ini.

Sasaran khusus: Makalah ini di buat guna menunjang teori yang sedang atau telah di berikan pada kuliah ini. Dengan tujuan utama:

1. Mahasiswa dapat mengenal bagian- bagian mesin las.2. Mahasiswa dapat mengetahui cara penggunaan dan fungsi bagian-

bagian mesin las.3. Mahasiswa dapat mempraktekan bagian –bagian mesin las.4. Mahasiswa dapat membuat laporan dan kesimpulan dari fungsi

mesin las.5. Mahasiswa dapat menerapkan pengetahuan dan ketrampilan dalam

masyarakat luas.

Page 3: makalah_las_finis 2.docx

3

BAB II

LANDASAN TEORI

A. LAS LISTRIK

2.1 Pengertian las listrik

Pengelasan adalah suatu proses penyambungan logam dimana logam menjadi satu akibat

panas dengan atau tanpa tekanan, atau dapat didefinisikan sebagai akibat dari metalurgi yang

ditimbulkan oleh gaya tarik menarik antara atom. Sebelum atom- atom tersebut membentuk

ikatan, permukaan yang akan menjadi satu perlu bebas dari gas yang terserap atau oksida-

oksida.

a. Mesin las listrik

Mesin las merupakan sumber tenaga yang memberi jenis tenaga listrik yang diperlukan serta

tegangan yang cukup untuk terus melangsungkan suatu lengkung listrik las.Sumber tenaga

mesin las dapat diperoleh dari:

Motor bensin atau diesel gardu induk, Tegangan pada mesin las listrik biasanya :

110 volt

220 volt

380 volt

Antara jaringan dengan mesin las pada bengkel terdapat saklar pemutus. Mesin las digerakkan

dengan motor, cocok dipakai untuk pekerjaan lapangan atau pada bengkel yang tidak

mempunyai jaringan listrik. Busur nyala terjadi apabila dibuat jarak tertentu antara elektroda

dengan benda kerja dan kabel massa di jepitkan ke benda kerja. Jenis-jenis mesin las las

listrik

terbagi atas :

Page 4: makalah_las_finis 2.docx

4

1) Mesin las listrik Transformator arus bolak-balik (AC).

Mesin ini memerlukan sumber arus bolak-balik dengan tegang an yang lebih rendah pada

lengkung listrik

Gambar 2.1 Transformator AC

Keuntungan – keuntungan mesin las AC antara lain :

Busur nyala kecil, sehingga memperkecil kemungkinan timbul nya keropos pada

rigi-rigi las

Perlengkapan dan perawatan lebih murah

2) Mesin las listrik – Rectifier arus searah (DC)

Mesin ini mengubah arus listrik bolak-balik (AC) yang masuk, menjadi arus listrik searah

(DC) keluar.Pada mesin AC, kabel masa dan kabel elektroda dapat dipertukarkan tanpa mem

pengaruhi perubahan panas yang timbul pada busur nyala.

Keuntungan-keuntungan mesin las DC antara lain : 

Busur nyala stabil

Dapat menggunakan elektroda bersalut dan tidak bersalut

Dapat menggunakan elektroda bersalut dan tidak bersalut

Dapat mengelas pelat tipis dalam hubungan DCRP

Dapat dipakai untuk mengelas pada tempat-tempat yang lembab dan sempit

Page 5: makalah_las_finis 2.docx

5

b. Pengkutuban elektroda

1. Pengkutuban Langsung

Pada pengkutuban langsung, kabel elektroda dipasang Pada terminal negatif dan kabel massa

pada terminal positif. Peng kutuban langsung sering disebut sebegai sirkuit las listrik dengan

elektroda negatif. (DC-).

Gambar 2.2 Pengkutupan langsung

2. Pengkutuban terbalik

Untuk pengkutuban terbalik, kabel elektroda dipasang pada terminal positif dankabel massa

dipasang pada terminal negative. Pengkutuban terbalik sering disebut sirkuit las listrik dengan

elektroda positif (DC+)

Page 6: makalah_las_finis 2.docx

6

Gambar 2.3 Pengkutupan terbalik

c. Pengaruh pengkutuban pada hasil las

Pemilihan jenis arus maupun pengkutuban pada pangelasan bergantung kepada :

Jenis bahan dasar yang akan dilas

Jenis elektroda yang dipergunakan

 

Pengaruh pengkutuban pada hasil las adalah pada penembusan lasnya. Pengkutuban langsung

akan me-nghasilkan penembusan yang dangkal sedangkan Pada pengkutuban terbalik akan

terjadi sebeliknya. Pada arus bolak-balik penembusan yang dihasilkan antara keduanya.

d. Tegangan dan arus listrik pada mesin las

Volt adalah suatu satuan tegangan listrik yang dapat diukur dengan suatu alat voltmeter.

Tegangan diantara elektroda dan bahan dasar menggerakkan electron-elektron melintasi

busur. Ampere adalah jumlah arus listrik yang mengalir yang dapat diukur dengan am-

peremeter. Lengkung listrik yang panjang akan menu-runkan arus dan menaikkan tegangan.

2.2. Perlengkapan Las listrik

a. Kabel Las

Kabel las biasanya dibuat dari tembaga yang dipilin kemudian dibungkus dangan karetisolasi

yang disebut kabel las ada tiga macam yaitu:

1. kabel elektroda

2. kabel massa

3. kabel tenaga

Kabel elektroda adalah kabel yang menghubungkan pesawat las dengan elektroda.

Kabel massa menghubungkan pesawat las dengan benda kerja. Kabel tenaga adalah kabel

Page 7: makalah_las_finis 2.docx

7

yang meng hubungkan sumber tenaga atau jaringan listrik dengan pesawat las. Kabel ini

biasanya terdapat pada pesawat las AC atau AC -DC.

b. Pemegang elektroda

Ujung yang tidak berselaput dari elektroda dijepit dengan pe megang elektroda.Pemegang

elektroda terdiri dari mulut pen jepit dan pegangan yang dibungkus oleh bahan penyekat.

c. Palu Las

Palu las digunakan untuk melepaskan dan mengeluarkan terak las pada jalur las dengan jalan

memukulkan atau menggoreskan pada daerah las.

d. Sikat Kawat

Dipergunakan untuk :

•Membersihkan benda kerja yang akan dilas

•Membersihkan terak las yang sudah lepas dari jalur las oleh pukulan palu las.

e. Klem Massa

Klem massa adalah suatu alat untuk menghubungkan kabel massa ke benda kerja. Klem

massa di buat dari bahan dengan penghantar listrik yang baik.

f. Tang Penjepit

Penjepit (tang) digunakan untuk memegang atau me mindahkan benda kerja yang masih

panas.

2.3 Teknik dasar Pengelasan

a. Pembentukan busur listrik pada proses penyulutan

 Pada pembentukan busur listrik elektroda keluar dari kutub negatif (katoda) dan mengalir

dengan ke-cepatan tinggi ke kutub positif (anoda).Dari kutub positif mengalir partikel positif

(ion positif) ke kutub negatif. Melalui proses ini ruang udara diantara anoda dan katoda

(benda kerja dan elektroda) dibuat untuk menghantar arus listrik (diionisasikan) dan

dimungkin kan pembentukan busur listrik. Sebagai arah arus berlaku arah gerakan ion-ion

positif.Jika elektroda mi-salnya dihubungkan dengan kutub negatif sumber arus searah,maka

arah arusnya dari benda kerja ke elek-troda. Setelah arus elektroda didekatkan pada lokasi

Page 8: makalah_las_finis 2.docx

8

jalur sambungan disentuhkan dan diangkat kembali pada jarak yang pendek (garis tengah

elektroda). De-ngan penyentuhan singkat elektroda logam pada bagian benda kerja yang akan

dilas,berlangsung hubungan singkat didalam rangkaian arus pengelasan, suatu arus listrik

yang kekuatannya tinggi mengalir, yang setelah pengangkatan elektroda itu dari benda kerja

menembus celah udara, membentuk busur cahaya diantara elektroda dengan benda kerja, dan

dengan demikian tetap mengalir.Suhu busur cahaya yang demikian tinggi akan segera

melelehkan ujung elektroda dan lokasi pengelasan. Didalam rentetan yang cepat partikel

elektroda menetes, mengisi penuh celah sambungan las dan membentuk kepompong las.

Proses pengelasan itu sendiri terdiri atas hubungan singkat yang terjadi sangat cepat akibat

pelelehan elektroda yang terus menerus menetes

b. Proses Penyulutan 

Setelah arus dijalankan, elekteroda didekatkan pada lokasi jalur sambungan disentuhkan

sebentar dan di angkat kembali pada jarak yang pendek (garis tengah elektroda).

c. Menyalakan busur listrik

Untuk memperoleh busur yang baik di perlukan penga turan arus (ampere) yang tepat sesuai

dengan type dan ukuran elektroda, Menyalahkan busur dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara

yaitu :

Bila pesawat las yang dipakai pesewat las AC, menyalakan busur dilakukan

dengan menggoreskan elektroda pada benda.

Untuk menyalakan busur pada pesawat las DC, elektroda disentuhkan.

Bila elektroda harus diganti sebelum pangelasan selesai, maka untuk melanjutkan pengelasan,

busur perlu dinyalakan lagi. Menyalakan busur kembali ini dilakukan pada tempat kurang

lebih 26 mm dimuka las berhenti. Jika busur berhenti di B, busur dinyalakan lagi di A dan

kembali ke B untuk melanjutkan pe- ngelasan. Bilamana busur sudah terjadi, elektroda diang-

kat sedikit dari pekerjaan hingga jaraknya ± sama dengan diameter elektroda. Untuk elektroda

diameter 3,25 mm, jarak ujung elektroda dengan permukaan ba-han dasar ± 3,25 mm. Adapun

hal-hal yang perlu diperhatikan :

Jika busur nyala terjadi, tahan sehingga jarak ujung elektroda ke logam

induk besarnya sama dengan di-ameter dari penampang elektroda dan geser

posisinya ke sisi logam induk. 

Page 9: makalah_las_finis 2.docx

9

Perbesar jarak tersebut (perpanjang nyala busur) me-njadi dua kalinya

untuk memanaskan logam induk.

Kalau logam induk telah sebagian mencair, jarak elek-troda dibuat sama dengan

garis tengah penampang tadi.

d. Memadamkan busur listrik

Cara pemadaman busur listrik mempunyai pengaruh terhadap mutu penyambungan manik las.

Untuk mendapatkan sam bungan manik las yang baik sebelum elektroda dijauhkan dari logam

induk sebaiknya panjang busur dikurangi lebih dahulu dan baru kemudian elektroda dijauhkan

dengan arah agak miring.

Pengaruh panjang busur pada hasil las. Panjang busur (L) Yang normal adalah kurang

lebih sama dengan diameter (D) kawat inti elektroda. 

Bila panjang busur tepat (L = D), maka cairan elek-troda akan mengalir dan

mengendap dengan baik.

Hasilnya :

o rigi-rigi las yang halus dan baik.

o tembusan las yang baik 

o perpaduan dengan bahan dasar baik 

o percikan teraknya halus. 

Bila busur terlalu panjang (L > D), maka timbul bagian –bagian yang berbentuk bola

dari cairan elektroda. 

Hasilnya :

o rigi-rigi laskasar 

o tembusan lasdangkal

o percikanteraknyakasar dankeluar dari jalur las.

Bila busur terlalu pendek, akan sukar memeliharanya, ias terjadi pembekuanujung

elektroda pada peng-elasan.

Hasilnya :

Page 10: makalah_las_finis 2.docx

10

o rigi las tidak merata

o tembusan las tidak baik

o percikan teraknya kasar dan berbentuk bola.

Gambar 2.4 Mematikan busur las

e. Pengaruh Besar Arus

Besar arus pada pengelasan mempengaruhi hasil las. Bila arus terlalu rendah akan

menyebabkan sukarnya penyalaan busur listrik dan busur listrik yang terjadi tidak stabil.

Panas yang terjadi tidak cukup untuk melelehkan elektroda dan bahan dasar sehingga

hasilnya merupakan rigi-rigi las yang kecil dan tidak rata serta penembusan yang kurang

dalam.

Sebaliknya bila arus terlalu besar maka elektroda akan mencair terlalu cepat dan menghasil

kan permukaan las yang lebih lebar dan penembusan yang dalam. Besar arus untuk

pengelasan tergantung pada jenis kawat las yang dipakai, posisi pengelasan serta tebal bahan

dasar.

f. Pengaruh Kecepatan elektroda pada hasil pengelasan

Kecepatan pengelasan tergantung pada jenis elektroda, diameter inti elektroda, bahan yang

dilas, geometri sambungan, ketelitian sambungan dan lain-lainnya. Dalam hampir tidak ada

hubungannya dengan tegangan las tetapi berbanding lurus dengan arus las. Karena itu

pengelasan yang cepat memerlukan arus las yang tinggi.Bila tegangan dan arus dibuat tetap,

Page 11: makalah_las_finis 2.docx

11

sedang kecepatan pengelasan dinaikkan maka jumlah deposit per satuan panjang las jadi

menurun. Tetapi disamping itu sampai pada suatu kecepatan tertentu, kenaikan kecepatan

akan memperbesar penembusan. Bila kecepatan pengelasan dinaikkan terus maka masukan

panas persatuan panjang juga akan menjadi kecil, sehingga pendinginan akan berjalan terlalu

cepat yang mungkin dapat memperkeras daerah HAZ Pada umumnya dalam pelaksanaan

kecepatan selalu diusahakan setinggi-tingginya tetapi masih belum merusak kwalitas manik

las. Pengalaman juga menunjukkan bahwa makin tinggi kecepatan makin kecil perubahan

bentuk yang terjadi.

 

Kecepatan pengelasan yang rendah akan menyebabkan pencairan yang banyak dan

pembentukan manik datar yang dapat menimbulkan terjadinya lipatan manik. Sedangkan

kecepatan yang tinggi akan menurunkan lebar manik dan menyebabkan terjadinya bentuk

manik yang cekung dan takik.

g. Pendinginan

Lamanya pendinginan dalam suatu daerah tem-perature tertentu dari suatu siklus termal las

sangat mempengaruhi kwalitas sambungan. Karena itu ba-nyak sekali usaha-usaha

pendekatan untuk menen- tukan lamanya waktu pendinginan tersebut. Pendekatan ini

biasanya dinyatakan dalam bentuk rumus empiris atau nomograf. Struktur mikro dan sifat

mekanik dari daerah HAZ sebagian besar tergantung pada lamanya pendinginan dari

temperatur 800oC sampai 500 oC.

Page 12: makalah_las_finis 2.docx

12

Gambar 2.5 Siklus daerah las lasan

h. Elektroda

Ektroda Baja Lunak

E 6010 dan E 6011

 Elektroda ini adalah jenis elektroda selaput selulosa yang dapat dipakai untuk pengelesan

dengan penem-busan yang dalam.

E 6012 dan E 6013

 Kedua elektroda ini termasuk jenis selaput rutil yang dapat manghasilkan penembusan

sedang.

Elektroda Berselaput 

Elektroda berselaput yang dipakai pada las busur listrik mempunyai perbedaan komposisi

selaput mau pun kawat Inti.

Elektroda Hydrogen rendah

Selaput elektroda jenis ini mengandung hydrogen yang rendah (kurang dari0,5 %), sehingga

deposit las juga dapat bebas dari porositas. Elektroda ini dipakai untuk pengelasan yang

memerlukan mutu tinggi, bebas porositas, misalnya untuk pengelasan bejana dan pipa yang

akan mengalami tekanan

Macam-macam gerakan elektroda:

Gerakan arah turun sepanjang sumbu elektroda.

Gerakan ini dilakukan untuk mengatur jarak busur listrik agar tetap.

Page 13: makalah_las_finis 2.docx

13

Gerakan ayunan elektroda. Gerakan ini diperlukan untuk mengatur lebar jalur las

yang dikehendaki.

Ayunan ke atas menghasilkan alur las yang kecil, sedangkan ayunan kebawah menghasilkan

jalur las yang lebar. Penembusan las pada ayunan keatas lebih dangkal dari pada ayunan

kebawah.Ayunan segitiga dipakai pada jenis elektroda Hydrogen rendah untuk mendapatkan

penembusan las yang baik diantara dua celah pelat.

2.4 Posisi pengelasan (plat)

a. Posisi di bawah tangan

Posisi bawah tangan merupakan posisi pengelasan yang paling mudah dilakukan. Kemiringan

elektroda 100 – 200 terhadap garis vertical ke arah jalan elektroda dan 700-800 terhadap benda

kerja.Lihat gambar 1.6

b. Posisi tegak (vertical)

Mengelas posisi tegak adalah apabila dilakukan arah pengelasannya ke atas atau ke

bawah.dengan kemiringan elektroda sekitar 100-150 terhadap vertikal dan700-850 terhadap

benda kerja.Lihat gambar 1.6.

c. Posisi datar (horizontal)

Mengelas dengan horizontal biasa disebut juga me ngelas merata dimana kedudukan benda

kerja dibuat tegak dan arah elektroda mengikuti horizontal. Sewaktu mengelas elektroda

dibuat miring sekitar 50 – 100 terhadap garis vertical dan 700 – 800 kearah benda kerja.Lihat

gambar 1.6

d. Posisi di atas kepala (Overhead)

Posisi pengelasan ini sangat sulit dan berbahaya karena bahan cair banyak berjatuhan dapat

mengenai juru las, oleh karena itu diperlukan perlengkapan yang serba lengkap.

Page 14: makalah_las_finis 2.docx

14

Mengelas dengan posisi ini benda kerja terletak pada bagian atas juru las dan kedudukan

elektroda sekitar 50 – 200 terhadap garis vertical dan 750-850 terhadap benda kerja.Lihat

gambar 1.6.

Gambar 2.6 Posisi pengelasan

Page 15: makalah_las_finis 2.docx

15

\

Gambar 2.7 Sudut pengelasan

e. Posisi pengelasan pipa

Posisi datar (1G)

 Pada posisi ini sebaiknya menggunakan metode weaving yaitu zig zag dan setengah bulan

 Untuk jenis sam

bungan ini dapat dilakukan penetrasi pada kedua sisi, tetapi dapat juga dilakukan penetrasi

pada satu sisi saja. 

Posisi horizontal (2G)

Pengelasan pipa 2G adalah pengelasan posisi hori zontal, yaitu pipa pada posisi tegak dan

pengelasan dilakukan secara horizontal mengelilingi pipa. Ke-sulitan pengelasan posisi

horizontal adalah adanya gaya gravitasi akibatnya cairan las akan selalu ke-bawah.Adapun

posisi sudut electrode pengelasan pipa 2G yaitu 90º Panjang gerakan elektrode antara 1-2 kali

diameter ektrode.

Posisi vertikal (3G)

 Pengelasan posisi 3G dilakukanpada material plate. Posisi 3G ini dilaksanakan pada plate dan

elektrode vertikal. Kesulitan pengelasan ini hampir sama dengan posisi 2G akibat gaya

gravitasi cairan elektrode las akan selalu kebawah.

Posisi horizontal pipa (5G)

 Pada pengelasan posisi 5G dibagi menjadi 2, yaitu :

Pengelasan naik Biasanya dilakukan pada pipa yang mempunyai dinding tebal karena

membutuhkan panas yang tinggi.Supaya hasil pengelasan baik, maka diperlukan las kancing

Page 16: makalah_las_finis 2.docx

16

(tack weld) pada posisi jam 5-8-11 dan Pengelasan turun Biasanya dilakukan pada pipa yang

tipis dan pipa saluran minyak serta gas bumi.

Pengelasan posisi Fillet

Pengelasan fillet juga disebut sambungan T-joint pada posisi cairan las lasan diberikan pada

posisi menyudut. Pada sam bungan ini terdapat diantara material pada posisi mendatar dan

posisi tegak.

2.5 Perlengkapan Keselamatan Kerja

a. Helm Las

Helm las maupun tabir las digunakan untuk me-lindungi kulit muka dan mata dari sinar las

(sinar ultra violet dan ultra merah) yang dapat merusak kulit maupun mata.Lihat gambar 2.8

Gambar 2.8 Helm las

b. Sarung Tangan (Welding Gloves)

Sarung tangan dibuat dari kulit atau asbes lunak untuk memudahkan memegang pemegang

elektroda. Pada waktu mengelas harus selalu dipakai sepasang sarung tangan.

Page 17: makalah_las_finis 2.docx

17

Gambar 2.9 Sarung tangan las

c. Apron

Apron adalan alat pelindung badan dari percikan bunga api yang dibuat dari kulit atau dari

asbes.

Ada beberapa jenis/bagian apron :

apron lengan

apron lengkap

apron dada

Gambar 2.10 Apron

d. Sepatu Las

Sepatu las berguna untuk melindungi kaki dari semburan bunga api,Bila tidak ada sepatu las,

sepatu biasa yang tertutup seluruhnya dapat juga dipakai

Page 18: makalah_las_finis 2.docx

18

Gambar 2.11 Sepatu las

B. LAS GAS ( OKSI - ASETILIN )

2.6. Pengertian Las Oksi-Asetilin

Las Oksi asetilin adalah pengelasan yang dilaksanakan dengan pencampuran 2 jenis gas

sebagai pembentuk nyala api dan sebagai sumber panas. Dalam proses las gas ini,gas yang

digunakan adalah campuran dari gas Oksigen (O2) dan gas lain sebagai gas bahan bakar (fuel

gas). Gas bahan bakar yang paling popular dan paling banyak digunakan dibengkel-bengkel

adalah gas Asetilen ( dari kata “acetylene”, dan memiliki rumus kimia C2H2 ). Gas ini

Page 19: makalah_las_finis 2.docx

19

memiliki beberapa ke-lebihan dibandingkan gas bahan bakar lain. Kelebihan yang dimiliki

gas Asetilen antara lain, menghasilkan temperature nyala api lebih tinggi dari gas bahan bakar

lainya, baik bila dicampur dengan udara ataupun Oksigen.

Gambar 2.12 Skema las gas (oksi asitelien )

a. Bahan Bakar Gas1) Asetilin ( C2H2 )

Asetilena (etuna) adalah suatu hidrokarbon yang tergolong kepada alkuna, dengan rumus

C2H2

Asetilena merupakan alkuna yang paling sederhana, karena hanya terdiri dari dua atom

karbon dan dua atom hidrogen. Pada asetilena, kedua karbon terikat melalui ikatan rangkap

tiga, dan masing-masing atom karbon memiliki hibridisasi orbital untuk ikatan sigma.

2) Propan

Propana adalah senyawa alkana tiga karbon (C3H8) yang berwujud gas dalam keadaan

normal, tapi dapat dikompresi menjadi cairan yang mudah dipindahkan dalam kontainer yang

Page 20: makalah_las_finis 2.docx

20

tidak mahal. Propana umumnya digunakan sebagai bahan bakar untuk mesin, barbeque

(pemanggang), dan di rumah-rumah.

2.7. Peralatan Las Oksi Asetilin

a. Tabung Gas

Tabung gas berfungsi untuk menampung gas atau gas cair dalam kondisi bertekanan. Umum

nyatabung gas dibuat dari Baja, tetapi sekarang ini sudah banyak tabung-tabung gas yang

terbuat dari paduan Alumu-nium.Ukuran tabung ini dibuat berbeda karena disesuaikan dengan

kapasitas daya tampung gas dan juga jenis gas yang ditam pung.Untuk membedakan tabung

gas apakah dida lamnya berisi gas Oksigen, Asetilen atau gas lainya dapat dilihat dari kode

warna yang ada pada tabung itu.

Gambar 2.13 tabung gas

b. Katup Tabung

Sedang pengatur keluarnya gas dari dalam tabung maka digunakan katup. Katup ini

ditempatkan tepat dibagian atas dari tabung. Pada tabung gas Oksigen, katup biasanya dibuat

dari material Kuningan, sedangkan untuk tabung gas Asetilen, katup ini terbuat dari material

Baja.

c. Regulator

Regulator atau lebih tepat dikatakan Katup Penutun Tekan, dipasang pada katub tabung

dengan tujuan untuk mengurangi atau menurunkan tekan hingga mencapai tekana kerja torch.

Page 21: makalah_las_finis 2.docx

21

Regulator ini juga berperan untuk  mempertahankan besarnya tekanan kerja selama proses

peng elasan atau pemotongan.

Gambar 2.14 Regulator

d. Selang gas

Untuk mengalirkan gas yang keluar dari tabung menuju torch digunakan selang gas. Untuk

memenuhi persyaratan ke amanan, selang harus mampu menahan tekan kerja dan tidak mudah

bocor. Dalam pemakaiannya, selang di bedakan berdasarkan jenis gas yang dialirkan. Untuk

memu dahkan bagimana mem bedakan selang Oksi gen dan selang Asetilen maka cukup

memperhatikan kode warna pada selang.

Gambar 2.15 Selang gas

e. Torch ( Pembakar )

Page 22: makalah_las_finis 2.docx

22

Gas yang dialirkan melalui selang selanjutnya di teruskan oleh torch, tercampur didalamnya

dan akhirnya pada ujuang nosel terbentuk nyala api. Dari keterangan diatas, toch memiliki

dua fungsi yaitu :

Sebagai pencampur gas oksigen dan gasbahan bakar.

Sebagai pembentuk nyala api diujung nosel.

Gambar 2.16 Torch

f. Pematik api Las

Alat yang berfungsi untuk menyalakan api las.

g. Tip Cleaner

Alat ini berfungsi untuk membersihkan lubang mulut pembakar.

2.8. Nyala api las Oksi Acetilin

Nyala api Karburasi

Bila terlalu banyak perbandingan gas asetilen yang digunakan maka di antara kerucut dalam

dan kerucut luar akan timbul kerucut nyala baru berwarna biru. Nyala ini banyak di gunakan

dalam pengelasan logam monel, nikel, berbagai jenis baja dan bermacam-macambahan

pengerasan permukaan non-ferous.lihat gambar 3.7

Page 23: makalah_las_finis 2.docx

23

Gambar 2.17 Nyala api karburasi

Nyala api Netral

Nyala ini terjadi bila perbandingan antara oksigen dan asetilen sekitar satu. Nyala terdiri atas

kerucut dalam yang berwarna putih bersinar dan kerucut luar yang berwarna biru bening.Lihat

gambar 3.8

Gambar 2.18 Nyala api netral

Nyala api oksidasi

Bila gas oksigen lebih dari pada yang dibutuhkan untuk menghasilkan nyala netral maka

nyala api menjadi pendek dan warna kerucut dalam berubah menjadi ungu. Nyala ini akan

menyebabkan terjadinya proses oksidasi atau dekarburisasi pada logam cair. Nyala yang

bersifat oksidasi ini harus digunakan dalam pengelasan fusion dari kuningan dan perunggu

namun tidak dianjurkan untuk pengelasan lainnya. Lihat gambar 3.9

Page 24: makalah_las_finis 2.docx

24

Gambar 2.19 Nyala api oksidas

2.9. Teknik Pengelasan

Posisi pengelasan di bawah tangan

Pengelasan di bawah tangan adalah proses pengelasan yang dilakukan di bawah tangan dan

benda kerja terletak di atas bidang datar. Sudut ujung pembakar (brander) terletak diantara

60° dan kawat pengisi (filler rod) dimiringkan dengan sudut antara 30° - 40° dengan benda

kerja.

Posisi pengelasan datar ( horizontal )

Pada posisi ini benda kerja berdiri tegak sedangkan pengelasan dilakukan dengan arah

mendatar sehingga cairan las cenderung mengalir ke bawah, untuk itu ayunan brander

sebaiknya sekecil mungkin. Kedudu

kan brander terhadap benda kerja menyudut 70° dan miring kira-kira 10° di bawah garis

mendatar, sedang-kan kawat pengisi dimiringkan pada sudut 10° di atas garis mendatar.

Posisi pengelasan tegak ( vertical )

Pada pengelasan dengan posisi tegak, arah pengelasan berlangsung ke atas atau ke bawah.

Kawat pengisi ditempatkan antara nyala api dan tempat sambungan yang bersudut 45°-60°

dan sudut brander sebesar 80°.

Posisi pengelasan di atas kepala ( Overhead )

Pengelasan dengan posisi ini adalah yang paling sulit dibandingkan dengan posisi lainnya

dimana benda kerja berada di atas kepala dan pengelasan dilakukan dari bawahnya. Pada

pengelasan posisi ini sudut brander dimiringkan 10° dari garisvertikal sedangkan kawat

pengisi berada di belakangnya bersudut 45°-60°.

Page 25: makalah_las_finis 2.docx

25

Pengelasan arah ke kiri ( maju )

Cara pengelasan ini paling banyak digunakan dimana nyala api diarahkan ke kiri dengan

membentuk sudut 60° dan kawat las 30° terhadap benda kerja sedangkan sudut melintangnya

tegak lurus terhadap arah pengelasan. Cara ini banyak digunakan karena cara pengelasannya

mudah dan tidak membutuhkan posisi yangsulit saat mengelas.

Pengelasan arah ke kanan ( mundur )

Cara pengelasan ini adalah arahnya kebalikan daripada arah pengelasan ke kiri.Pengelasan

dengan cara ini diperlukan untuk pengelasan baja yang tebalnya 4,5mm ke atas.

Operasi Branzing ( Flame Brazing )

Yang dimaksud dengan branzing disini adalah proses penyambunngan tanpa mencairkan

logam induk yang disambung, hanya logam pengisi saja. Misalnya saja proses penyambungan

pelat baja yang menggunakan kawat las dari kuningan.

Operasi Pemotongan Logam ( Flame Cut )

Kasus pemotongan logam sebenarnya dapat dilakukan dengan berbagai cara. Proses

penggergajian (sewing) dan menggunting(shearing) merupakan contoh dari proses

pemotongan logam dan lembaran logam. Proses menggunting hanya cocok diterapkan pada

lembaran logam yang ketebalannya tipis. Proses penggergajian dapat diterapkan pada pelat

yang lebih tebal tetapimemerlukan waktu pemotongan yang lebih lama. Untuk dapat

memotong pela ttebal denngan waktu lebih singkat dari cara gergaji maka digunakan las gas

inidengan peralatan khusus misalnya mengganti torchnya ( dibengkel-bengkel menyebutnya

brender ). Pemotongan pelat logam dengan nyala api ini dilakukan dengan memberikansuplai

gas Oksigen berlebih. Pemberian gas Oksigen lebih, dapat diatur padatorch yang memang

dibuat untuk keperluan memotong.

Page 26: makalah_las_finis 2.docx

26

Gambar 2.20 Pemotongan logam

Operasi Perluasan ( Flame Gauging )

Operasi perluasan dan pencukilan ini biasanya diterapkan pada produk/komponenlogam yang

terdapat cacat/retak permukaannya. Retak/cacat tadi sebelumditambal kembali dengan

pengelasan, terlebih dahulu dicukil atau diperluas untuk tujuan menghilangkan retak itu.

Setelah retak dihilangkan barulah kemudian alurhasil pencungkilan tadi diisi kembali

denganlogam l

 

Gambar 2.21 Perluasan

Operasi Pelurusan ( Flame Straightening )

Page 27: makalah_las_finis 2.docx

27

Operasi pelurusan dilaksanakan denganmemberikan panas pada komponendengan

bentuk pola pemanasan tertentu.Ilustrasi dibawah ini menunjukkanprinsip dasar

pemuaian dan pengkerutanpada suatu logam batang.Batang lurus dipanaskan dengan

polapemanasan segitiga. Logam cenderungmemuai pada saat dipanaskan.

Daerahpemanasan tersebut menghasilkanpemuaian yang besar. Logam mengkerutpasa

saat didinginkan. Daerah pemanasan terbesar.

Gambar 2.22 Pelurusan

Keuntungan mengelas Oksi Asetilin

peralatan relatif murah dan memerlukan pemeliharaan minimal atau sedikit.

Cara penggunaannya sangat mudah, tidak memerlukan teknik-teknik pengelasan yang

tinggi sehingga mudah untuk dipelajari.

Mudah dibawa dan dapat digunakan di lapangan maupun di pabrik atau dibengkel-

bengkel karena peralatannya kecil dan sederhana

Dengan teknik pengelasan yang tepat hampir semua jenis logam dapat dilas dan alat

ini dapat digunakan untuk pemotongan maupun penyambungan

BAB III

Page 28: makalah_las_finis 2.docx

28

JURNAL PRAKTIKUM PENGELASAN

3.1 Maksud dan tujuan

1. Untuk melatih kemampuan mahasiswa teknik mesin dalam mengoperasikan mesin las

2. Agar stiap mahasiswa teknik mesin dapat mengetahui komponan – komponen dan fungsi mesin las

3. Agar setiap mahasiswa teknik mesin dapat mengetahui proses dan langkah- langkah pengerjaan benda kerja dengan mesin las

4. Agar setiap mahasiswa teknik mesin dapat mengetehui dari jenis jenis alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum mesin las

5. Agar setiap mahasiswa teknik mesin terbiasa dalam pembuatan setiap laporan.

3.2 Alat dan bahan

A. Alat

1. Gergaji besi

Gambar 3.1 Gergaji besi2. Pengaris

Gambar 3.2 Penggaris

Page 29: makalah_las_finis 2.docx

29

3. Kaca mata las

Gambar 3.3 Kaca mata las

4. Palu

Gambar 3.4 Palu5. Kikir

Gambar 3.5 Kikir

Page 30: makalah_las_finis 2.docx

30

6. Wire bush

Gambar 3.5 wire bush

B. Bahan

1. Plat besi ukuran 100 x50 x7 = sebanyak 2 buah

Gambar 3.6 Plat besi

Page 31: makalah_las_finis 2.docx

31

2. Elektroda E6013 ER 26

Gambar 3.7 Elektroda

3.3. Langkah kerja

1. Potong besi panjang kurang lebih 100mm sebanyak 2 buah

Gambar 3.8 Gergaji besi

2. Rapikan sisi benda kerja dengan alat kikir

Page 32: makalah_las_finis 2.docx

32

3. Persiapkan alat las dengan teganan 220v, dengan frekuansi 50Hz,dan dengan elektroda 2,6 mm dengan polaritas( DLRP)

4. Pasang kabel masa ke benda kerja.5. Masukan elektroda ke elektroda holder dengan di jepit, hidupkan

mesin las, dengan memutar switch ke posisi 220v (on).6. Hidupkan elektroda dengan menggesek elektroda ke benda kerja 7. Jika ujung elektroda sudah nyala berwarna merah, arahkan

elektroda ke sambungan benda kerja dengan searah jarak elektroda ke benda kerja sekitar ±1-2 mm, dengan kemiringan ± 45°-80°

Gambar 3.9 Pengelasan

8. Jika sudah selesai dinginkan benda kerja 9. Pukul dengan palu bagian yang sudah di las untuk menghilangkan

kerak bekas pengelasan .10. Matikan mesin las, dengan memutar switch, keposisi (off) bersian

benda kerja dengan sikat kawat dan kemudian hasil pengelasan dapat dilihat.

Page 33: makalah_las_finis 2.docx

33

BAB IV

SOAL DAN PEMBAHASAN

4.1. Soal

1. Sebutkan jenis –jenis las listrik

2. Sebutkan aplikasi dari las listrik tersebut

4.2. Pembahasan

1.

a. Las SMAW (Shield Metal Arch Welding) adalah las busur nyala api listrik terlindung

dengan mempergunakan busur nyala listrik sebagai panas pencair logam.

b. Las SAW(Sumerged Arch Weiding ) adalah las busur trendam atau pengelasan dengan

busur nyala api listrik.

c. Las ESW(Electro Slag Welding )adlah pengelasan busur terhenti, busur mencairkan

fluks, busur terhenti dan proses pencairan fluks berjalan terus dan menjadi bahan

penghantar arus listrik.

d. Las ERW( Electric Resistant Welding) adalah las tahanan listrik dengan tahanan yang

besar yang di hasilkan oleh aliran listrik menjadi semakin tinggi sehingga mencairkan

logam yang di las

e. Las GMAW (Gas Metal Arch Welding) terdiri dari ; MIG (Metal Active Gas) dan

MAG (Metal Inert Gas) adalah pengelasan dengan gas nyala yang dihasilkan berasal

dari busur nyala listrik, yang dipakai sebagai pencair metal yang di–las dan metal

penambah.

f. Las GTAW (Gas Tungsten Arch Welding) atau TIG (Tungsten Inert Gas) adalah

pengelasn dengan memakai busur nyala dengan tungsten/elektroda yang terbuat dari

wolfram, dan bahan penambah dari argon.

g. Las PAW (Plasma Arch Welding) adalah las listrik dengan gas yang luminous dengan

derajat pengantar arus dan kapasitas termis / panas yang tinggi dapat menampung

tempratur diatas 5000° C

Page 34: makalah_las_finis 2.docx

34

a. Las SMAW (Shield Metal Arch Welding) atau las busur : di gunakan untuk

pengelasan matrial tebal atau untuk kontruksi bangunan.

b. Las SAW(Sumerged Arch Weiding ): di gunakan untuk las posisi datar dan las pipa.

c. Las ESW(Electro Slag Welding ) : di gunakan untuk las lambung kapal, tangki

penyimpanan, jembatan

d. Las ERW( Electric Resistant Welding) : di gunakan untuk pembuatan pipa ERW,

pengelasan plat–plat dinding pesawat, atau pada pagar kawat

e. Las GMAW (Gas Metal Arch Welding : digunakan untuk mengelas besi atau baja,

f. Las GTAW (Gas Tungsten Arch Welding) atau TIG (Tungsten Inert Gas) : di gunakan

mengelas logam non besi dan gas pelindungnya menggunakan Helium (He) dan/atau

Argon (Ar)

g. Las PAW (Plasma Arch Welding) : di gunakan untuk mengelas benda keras, ex

wolfram

BAB V

Page 35: makalah_las_finis 2.docx

35

KESIMPULAN

Setelah penulis membaca dari semua referensi yang di dapatkan dan dari penyusunan makalah

ini maka penulis dapat menyimpulkan bahwa :

1. Terdapat tiga jenis nyala api dalam pengelasan oksi-asetilen, yaitu nyala karburasi, nyala

netral, dan nyala oksidasi. Adapun nyala oksidasi di mana merupakan nyala yang terjadi

karena jumlah oksigen lebih banyak daripada gas asetilennya yang diperlihatkan dan

digunakan dalam proses pengelasan dalam praktikum ini karena dapat menghasilkan

temperatur paling tinggi dibandingkan jenis nyala api lainnya.

2. Pengaruh kecepatan pengelasan terhadap deposit metal las yang dihasilkan, yaitu semakin

tinggi kecepatan pengelasan yang dilakukan, maka jumlah deposit metalnya semakin sedikit,

dan sebaliknya semakin rendah kecepatan pengelasannya, maka jumlah deposit metalnya akan

semakin banyak

Penulis akhirnya dapat mengetahui pengertian las gas, perlengkapan yang digunakan pada

praktik las gas, jenis-jenis nyala api, serta posisi pengelasan pada proses las gas.

Page 36: makalah_las_finis 2.docx

36

LAMPIRAN