makalah_las_finis 2.docx
-
Upload
siswahyudi -
Category
Documents
-
view
242 -
download
5
Transcript of makalah_las_finis 2.docx
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 LATAR BELAKANG
Dengan semakin berkembangnya teknologi indu-stry saat ini, tidak bisa mengesampingkan
pentingnya penggunaan logam sebagai komponen utama produksi suatu barang, mulai dari
kebutuhan yang paling seder-hana seperti alat-alat rumah tangga hingga konstruksi bangunan
dan konstruksi permesinan. Hal ini menye-babkan pemakaian bahan-bahan logam seperti besi
cor baja, aluminium dan lainnya menjadi semakin meni-ngkat. Sehingga dapat dikatakan
tanpa pemanfaatan logam, kemajuan peradaban manuasia tidak mungkin terjadi. Dengan
kemampuan akalnya, manusia mampu memanfaatkan logam sebagai alat bantu kehidupannya
yang sangat vital. Berbagai macam konstruksi mesin, bangunan dan lainnya dapat tercipta
dengan adanya logam. Logam tersebut menimbulkan kebutuhan akan teknologi perakitan atau
penyambungan. Salah satu teknologi penyambungan tersebut adalah dengan
pengelasan.Teknik penyambungan logam sebenarnya terbagi dalam dua kelompok besar,yaitu
1. Penyambungan sementara (temporary joint), yaitu tek-nik penyambungan logam
yang dapat dilepas kembali.
2. Penyambungan tetap (permanen joint), yaitu teknik penyambungan logam
dengan cara mengubah struktur logam yang akan disambung dengan
penambahan lo-gam pengisi.
Termasuk dalam kelompok ini adalah solder, brazing dan pengelasan. Dari teknik tersebut di
jadikan sebagai dasar dibentuknya benda-benda logam seperti yang dimaksud pada uraian
diatas. Dalam hal ini proses pengelasan terdiri dari las listrik dan las gas.
1
2
2.1 MAKSUD DAN TUJUAN
Tujuan umum:
Tujuan dibuatnya makalah ini ialah membagi pengetahuan serta membantu rekan-rekan
mahasiswa atau mahasiswi yang kurang memahami mengenai las listrik dan las gas,dimana
diharapkan dengan itu mahasiswa dapat menguasai teori pengelasan sehingga nantinya dapat
diaplikasikan dalam proses praktik di bengkel.
Makalah ini di buat guna menunjang teori yang sedang atau telah di berikan pada kuliah ini.
Sasaran khusus: Makalah ini di buat guna menunjang teori yang sedang atau telah di berikan pada kuliah ini. Dengan tujuan utama:
1. Mahasiswa dapat mengenal bagian- bagian mesin las.2. Mahasiswa dapat mengetahui cara penggunaan dan fungsi bagian-
bagian mesin las.3. Mahasiswa dapat mempraktekan bagian –bagian mesin las.4. Mahasiswa dapat membuat laporan dan kesimpulan dari fungsi
mesin las.5. Mahasiswa dapat menerapkan pengetahuan dan ketrampilan dalam
masyarakat luas.
3
BAB II
LANDASAN TEORI
A. LAS LISTRIK
2.1 Pengertian las listrik
Pengelasan adalah suatu proses penyambungan logam dimana logam menjadi satu akibat
panas dengan atau tanpa tekanan, atau dapat didefinisikan sebagai akibat dari metalurgi yang
ditimbulkan oleh gaya tarik menarik antara atom. Sebelum atom- atom tersebut membentuk
ikatan, permukaan yang akan menjadi satu perlu bebas dari gas yang terserap atau oksida-
oksida.
a. Mesin las listrik
Mesin las merupakan sumber tenaga yang memberi jenis tenaga listrik yang diperlukan serta
tegangan yang cukup untuk terus melangsungkan suatu lengkung listrik las.Sumber tenaga
mesin las dapat diperoleh dari:
Motor bensin atau diesel gardu induk, Tegangan pada mesin las listrik biasanya :
110 volt
220 volt
380 volt
Antara jaringan dengan mesin las pada bengkel terdapat saklar pemutus. Mesin las digerakkan
dengan motor, cocok dipakai untuk pekerjaan lapangan atau pada bengkel yang tidak
mempunyai jaringan listrik. Busur nyala terjadi apabila dibuat jarak tertentu antara elektroda
dengan benda kerja dan kabel massa di jepitkan ke benda kerja. Jenis-jenis mesin las las
listrik
terbagi atas :
4
1) Mesin las listrik Transformator arus bolak-balik (AC).
Mesin ini memerlukan sumber arus bolak-balik dengan tegang an yang lebih rendah pada
lengkung listrik
Gambar 2.1 Transformator AC
Keuntungan – keuntungan mesin las AC antara lain :
Busur nyala kecil, sehingga memperkecil kemungkinan timbul nya keropos pada
rigi-rigi las
Perlengkapan dan perawatan lebih murah
2) Mesin las listrik – Rectifier arus searah (DC)
Mesin ini mengubah arus listrik bolak-balik (AC) yang masuk, menjadi arus listrik searah
(DC) keluar.Pada mesin AC, kabel masa dan kabel elektroda dapat dipertukarkan tanpa mem
pengaruhi perubahan panas yang timbul pada busur nyala.
Keuntungan-keuntungan mesin las DC antara lain :
Busur nyala stabil
Dapat menggunakan elektroda bersalut dan tidak bersalut
Dapat menggunakan elektroda bersalut dan tidak bersalut
Dapat mengelas pelat tipis dalam hubungan DCRP
Dapat dipakai untuk mengelas pada tempat-tempat yang lembab dan sempit
5
b. Pengkutuban elektroda
1. Pengkutuban Langsung
Pada pengkutuban langsung, kabel elektroda dipasang Pada terminal negatif dan kabel massa
pada terminal positif. Peng kutuban langsung sering disebut sebegai sirkuit las listrik dengan
elektroda negatif. (DC-).
Gambar 2.2 Pengkutupan langsung
2. Pengkutuban terbalik
Untuk pengkutuban terbalik, kabel elektroda dipasang pada terminal positif dankabel massa
dipasang pada terminal negative. Pengkutuban terbalik sering disebut sirkuit las listrik dengan
elektroda positif (DC+)
6
Gambar 2.3 Pengkutupan terbalik
c. Pengaruh pengkutuban pada hasil las
Pemilihan jenis arus maupun pengkutuban pada pangelasan bergantung kepada :
Jenis bahan dasar yang akan dilas
Jenis elektroda yang dipergunakan
Pengaruh pengkutuban pada hasil las adalah pada penembusan lasnya. Pengkutuban langsung
akan me-nghasilkan penembusan yang dangkal sedangkan Pada pengkutuban terbalik akan
terjadi sebeliknya. Pada arus bolak-balik penembusan yang dihasilkan antara keduanya.
d. Tegangan dan arus listrik pada mesin las
Volt adalah suatu satuan tegangan listrik yang dapat diukur dengan suatu alat voltmeter.
Tegangan diantara elektroda dan bahan dasar menggerakkan electron-elektron melintasi
busur. Ampere adalah jumlah arus listrik yang mengalir yang dapat diukur dengan am-
peremeter. Lengkung listrik yang panjang akan menu-runkan arus dan menaikkan tegangan.
2.2. Perlengkapan Las listrik
a. Kabel Las
Kabel las biasanya dibuat dari tembaga yang dipilin kemudian dibungkus dangan karetisolasi
yang disebut kabel las ada tiga macam yaitu:
1. kabel elektroda
2. kabel massa
3. kabel tenaga
Kabel elektroda adalah kabel yang menghubungkan pesawat las dengan elektroda.
Kabel massa menghubungkan pesawat las dengan benda kerja. Kabel tenaga adalah kabel
7
yang meng hubungkan sumber tenaga atau jaringan listrik dengan pesawat las. Kabel ini
biasanya terdapat pada pesawat las AC atau AC -DC.
b. Pemegang elektroda
Ujung yang tidak berselaput dari elektroda dijepit dengan pe megang elektroda.Pemegang
elektroda terdiri dari mulut pen jepit dan pegangan yang dibungkus oleh bahan penyekat.
c. Palu Las
Palu las digunakan untuk melepaskan dan mengeluarkan terak las pada jalur las dengan jalan
memukulkan atau menggoreskan pada daerah las.
d. Sikat Kawat
Dipergunakan untuk :
•Membersihkan benda kerja yang akan dilas
•Membersihkan terak las yang sudah lepas dari jalur las oleh pukulan palu las.
e. Klem Massa
Klem massa adalah suatu alat untuk menghubungkan kabel massa ke benda kerja. Klem
massa di buat dari bahan dengan penghantar listrik yang baik.
f. Tang Penjepit
Penjepit (tang) digunakan untuk memegang atau me mindahkan benda kerja yang masih
panas.
2.3 Teknik dasar Pengelasan
a. Pembentukan busur listrik pada proses penyulutan
Pada pembentukan busur listrik elektroda keluar dari kutub negatif (katoda) dan mengalir
dengan ke-cepatan tinggi ke kutub positif (anoda).Dari kutub positif mengalir partikel positif
(ion positif) ke kutub negatif. Melalui proses ini ruang udara diantara anoda dan katoda
(benda kerja dan elektroda) dibuat untuk menghantar arus listrik (diionisasikan) dan
dimungkin kan pembentukan busur listrik. Sebagai arah arus berlaku arah gerakan ion-ion
positif.Jika elektroda mi-salnya dihubungkan dengan kutub negatif sumber arus searah,maka
arah arusnya dari benda kerja ke elek-troda. Setelah arus elektroda didekatkan pada lokasi
8
jalur sambungan disentuhkan dan diangkat kembali pada jarak yang pendek (garis tengah
elektroda). De-ngan penyentuhan singkat elektroda logam pada bagian benda kerja yang akan
dilas,berlangsung hubungan singkat didalam rangkaian arus pengelasan, suatu arus listrik
yang kekuatannya tinggi mengalir, yang setelah pengangkatan elektroda itu dari benda kerja
menembus celah udara, membentuk busur cahaya diantara elektroda dengan benda kerja, dan
dengan demikian tetap mengalir.Suhu busur cahaya yang demikian tinggi akan segera
melelehkan ujung elektroda dan lokasi pengelasan. Didalam rentetan yang cepat partikel
elektroda menetes, mengisi penuh celah sambungan las dan membentuk kepompong las.
Proses pengelasan itu sendiri terdiri atas hubungan singkat yang terjadi sangat cepat akibat
pelelehan elektroda yang terus menerus menetes
b. Proses Penyulutan
Setelah arus dijalankan, elekteroda didekatkan pada lokasi jalur sambungan disentuhkan
sebentar dan di angkat kembali pada jarak yang pendek (garis tengah elektroda).
c. Menyalakan busur listrik
Untuk memperoleh busur yang baik di perlukan penga turan arus (ampere) yang tepat sesuai
dengan type dan ukuran elektroda, Menyalahkan busur dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara
yaitu :
Bila pesawat las yang dipakai pesewat las AC, menyalakan busur dilakukan
dengan menggoreskan elektroda pada benda.
Untuk menyalakan busur pada pesawat las DC, elektroda disentuhkan.
Bila elektroda harus diganti sebelum pangelasan selesai, maka untuk melanjutkan pengelasan,
busur perlu dinyalakan lagi. Menyalakan busur kembali ini dilakukan pada tempat kurang
lebih 26 mm dimuka las berhenti. Jika busur berhenti di B, busur dinyalakan lagi di A dan
kembali ke B untuk melanjutkan pe- ngelasan. Bilamana busur sudah terjadi, elektroda diang-
kat sedikit dari pekerjaan hingga jaraknya ± sama dengan diameter elektroda. Untuk elektroda
diameter 3,25 mm, jarak ujung elektroda dengan permukaan ba-han dasar ± 3,25 mm. Adapun
hal-hal yang perlu diperhatikan :
Jika busur nyala terjadi, tahan sehingga jarak ujung elektroda ke logam
induk besarnya sama dengan di-ameter dari penampang elektroda dan geser
posisinya ke sisi logam induk.
9
Perbesar jarak tersebut (perpanjang nyala busur) me-njadi dua kalinya
untuk memanaskan logam induk.
Kalau logam induk telah sebagian mencair, jarak elek-troda dibuat sama dengan
garis tengah penampang tadi.
d. Memadamkan busur listrik
Cara pemadaman busur listrik mempunyai pengaruh terhadap mutu penyambungan manik las.
Untuk mendapatkan sam bungan manik las yang baik sebelum elektroda dijauhkan dari logam
induk sebaiknya panjang busur dikurangi lebih dahulu dan baru kemudian elektroda dijauhkan
dengan arah agak miring.
Pengaruh panjang busur pada hasil las. Panjang busur (L) Yang normal adalah kurang
lebih sama dengan diameter (D) kawat inti elektroda.
Bila panjang busur tepat (L = D), maka cairan elek-troda akan mengalir dan
mengendap dengan baik.
Hasilnya :
o rigi-rigi las yang halus dan baik.
o tembusan las yang baik
o perpaduan dengan bahan dasar baik
o percikan teraknya halus.
Bila busur terlalu panjang (L > D), maka timbul bagian –bagian yang berbentuk bola
dari cairan elektroda.
Hasilnya :
o rigi-rigi laskasar
o tembusan lasdangkal
o percikanteraknyakasar dankeluar dari jalur las.
Bila busur terlalu pendek, akan sukar memeliharanya, ias terjadi pembekuanujung
elektroda pada peng-elasan.
Hasilnya :
10
o rigi las tidak merata
o tembusan las tidak baik
o percikan teraknya kasar dan berbentuk bola.
Gambar 2.4 Mematikan busur las
e. Pengaruh Besar Arus
Besar arus pada pengelasan mempengaruhi hasil las. Bila arus terlalu rendah akan
menyebabkan sukarnya penyalaan busur listrik dan busur listrik yang terjadi tidak stabil.
Panas yang terjadi tidak cukup untuk melelehkan elektroda dan bahan dasar sehingga
hasilnya merupakan rigi-rigi las yang kecil dan tidak rata serta penembusan yang kurang
dalam.
Sebaliknya bila arus terlalu besar maka elektroda akan mencair terlalu cepat dan menghasil
kan permukaan las yang lebih lebar dan penembusan yang dalam. Besar arus untuk
pengelasan tergantung pada jenis kawat las yang dipakai, posisi pengelasan serta tebal bahan
dasar.
f. Pengaruh Kecepatan elektroda pada hasil pengelasan
Kecepatan pengelasan tergantung pada jenis elektroda, diameter inti elektroda, bahan yang
dilas, geometri sambungan, ketelitian sambungan dan lain-lainnya. Dalam hampir tidak ada
hubungannya dengan tegangan las tetapi berbanding lurus dengan arus las. Karena itu
pengelasan yang cepat memerlukan arus las yang tinggi.Bila tegangan dan arus dibuat tetap,
11
sedang kecepatan pengelasan dinaikkan maka jumlah deposit per satuan panjang las jadi
menurun. Tetapi disamping itu sampai pada suatu kecepatan tertentu, kenaikan kecepatan
akan memperbesar penembusan. Bila kecepatan pengelasan dinaikkan terus maka masukan
panas persatuan panjang juga akan menjadi kecil, sehingga pendinginan akan berjalan terlalu
cepat yang mungkin dapat memperkeras daerah HAZ Pada umumnya dalam pelaksanaan
kecepatan selalu diusahakan setinggi-tingginya tetapi masih belum merusak kwalitas manik
las. Pengalaman juga menunjukkan bahwa makin tinggi kecepatan makin kecil perubahan
bentuk yang terjadi.
Kecepatan pengelasan yang rendah akan menyebabkan pencairan yang banyak dan
pembentukan manik datar yang dapat menimbulkan terjadinya lipatan manik. Sedangkan
kecepatan yang tinggi akan menurunkan lebar manik dan menyebabkan terjadinya bentuk
manik yang cekung dan takik.
g. Pendinginan
Lamanya pendinginan dalam suatu daerah tem-perature tertentu dari suatu siklus termal las
sangat mempengaruhi kwalitas sambungan. Karena itu ba-nyak sekali usaha-usaha
pendekatan untuk menen- tukan lamanya waktu pendinginan tersebut. Pendekatan ini
biasanya dinyatakan dalam bentuk rumus empiris atau nomograf. Struktur mikro dan sifat
mekanik dari daerah HAZ sebagian besar tergantung pada lamanya pendinginan dari
temperatur 800oC sampai 500 oC.
12
Gambar 2.5 Siklus daerah las lasan
h. Elektroda
Ektroda Baja Lunak
E 6010 dan E 6011
Elektroda ini adalah jenis elektroda selaput selulosa yang dapat dipakai untuk pengelesan
dengan penem-busan yang dalam.
E 6012 dan E 6013
Kedua elektroda ini termasuk jenis selaput rutil yang dapat manghasilkan penembusan
sedang.
Elektroda Berselaput
Elektroda berselaput yang dipakai pada las busur listrik mempunyai perbedaan komposisi
selaput mau pun kawat Inti.
Elektroda Hydrogen rendah
Selaput elektroda jenis ini mengandung hydrogen yang rendah (kurang dari0,5 %), sehingga
deposit las juga dapat bebas dari porositas. Elektroda ini dipakai untuk pengelasan yang
memerlukan mutu tinggi, bebas porositas, misalnya untuk pengelasan bejana dan pipa yang
akan mengalami tekanan
Macam-macam gerakan elektroda:
Gerakan arah turun sepanjang sumbu elektroda.
Gerakan ini dilakukan untuk mengatur jarak busur listrik agar tetap.
13
Gerakan ayunan elektroda. Gerakan ini diperlukan untuk mengatur lebar jalur las
yang dikehendaki.
Ayunan ke atas menghasilkan alur las yang kecil, sedangkan ayunan kebawah menghasilkan
jalur las yang lebar. Penembusan las pada ayunan keatas lebih dangkal dari pada ayunan
kebawah.Ayunan segitiga dipakai pada jenis elektroda Hydrogen rendah untuk mendapatkan
penembusan las yang baik diantara dua celah pelat.
2.4 Posisi pengelasan (plat)
a. Posisi di bawah tangan
Posisi bawah tangan merupakan posisi pengelasan yang paling mudah dilakukan. Kemiringan
elektroda 100 – 200 terhadap garis vertical ke arah jalan elektroda dan 700-800 terhadap benda
kerja.Lihat gambar 1.6
b. Posisi tegak (vertical)
Mengelas posisi tegak adalah apabila dilakukan arah pengelasannya ke atas atau ke
bawah.dengan kemiringan elektroda sekitar 100-150 terhadap vertikal dan700-850 terhadap
benda kerja.Lihat gambar 1.6.
c. Posisi datar (horizontal)
Mengelas dengan horizontal biasa disebut juga me ngelas merata dimana kedudukan benda
kerja dibuat tegak dan arah elektroda mengikuti horizontal. Sewaktu mengelas elektroda
dibuat miring sekitar 50 – 100 terhadap garis vertical dan 700 – 800 kearah benda kerja.Lihat
gambar 1.6
d. Posisi di atas kepala (Overhead)
Posisi pengelasan ini sangat sulit dan berbahaya karena bahan cair banyak berjatuhan dapat
mengenai juru las, oleh karena itu diperlukan perlengkapan yang serba lengkap.
14
Mengelas dengan posisi ini benda kerja terletak pada bagian atas juru las dan kedudukan
elektroda sekitar 50 – 200 terhadap garis vertical dan 750-850 terhadap benda kerja.Lihat
gambar 1.6.
Gambar 2.6 Posisi pengelasan
15
\
Gambar 2.7 Sudut pengelasan
e. Posisi pengelasan pipa
Posisi datar (1G)
Pada posisi ini sebaiknya menggunakan metode weaving yaitu zig zag dan setengah bulan
Untuk jenis sam
bungan ini dapat dilakukan penetrasi pada kedua sisi, tetapi dapat juga dilakukan penetrasi
pada satu sisi saja.
Posisi horizontal (2G)
Pengelasan pipa 2G adalah pengelasan posisi hori zontal, yaitu pipa pada posisi tegak dan
pengelasan dilakukan secara horizontal mengelilingi pipa. Ke-sulitan pengelasan posisi
horizontal adalah adanya gaya gravitasi akibatnya cairan las akan selalu ke-bawah.Adapun
posisi sudut electrode pengelasan pipa 2G yaitu 90º Panjang gerakan elektrode antara 1-2 kali
diameter ektrode.
Posisi vertikal (3G)
Pengelasan posisi 3G dilakukanpada material plate. Posisi 3G ini dilaksanakan pada plate dan
elektrode vertikal. Kesulitan pengelasan ini hampir sama dengan posisi 2G akibat gaya
gravitasi cairan elektrode las akan selalu kebawah.
Posisi horizontal pipa (5G)
Pada pengelasan posisi 5G dibagi menjadi 2, yaitu :
Pengelasan naik Biasanya dilakukan pada pipa yang mempunyai dinding tebal karena
membutuhkan panas yang tinggi.Supaya hasil pengelasan baik, maka diperlukan las kancing
16
(tack weld) pada posisi jam 5-8-11 dan Pengelasan turun Biasanya dilakukan pada pipa yang
tipis dan pipa saluran minyak serta gas bumi.
Pengelasan posisi Fillet
Pengelasan fillet juga disebut sambungan T-joint pada posisi cairan las lasan diberikan pada
posisi menyudut. Pada sam bungan ini terdapat diantara material pada posisi mendatar dan
posisi tegak.
2.5 Perlengkapan Keselamatan Kerja
a. Helm Las
Helm las maupun tabir las digunakan untuk me-lindungi kulit muka dan mata dari sinar las
(sinar ultra violet dan ultra merah) yang dapat merusak kulit maupun mata.Lihat gambar 2.8
Gambar 2.8 Helm las
b. Sarung Tangan (Welding Gloves)
Sarung tangan dibuat dari kulit atau asbes lunak untuk memudahkan memegang pemegang
elektroda. Pada waktu mengelas harus selalu dipakai sepasang sarung tangan.
17
Gambar 2.9 Sarung tangan las
c. Apron
Apron adalan alat pelindung badan dari percikan bunga api yang dibuat dari kulit atau dari
asbes.
Ada beberapa jenis/bagian apron :
apron lengan
apron lengkap
apron dada
Gambar 2.10 Apron
d. Sepatu Las
Sepatu las berguna untuk melindungi kaki dari semburan bunga api,Bila tidak ada sepatu las,
sepatu biasa yang tertutup seluruhnya dapat juga dipakai
18
Gambar 2.11 Sepatu las
B. LAS GAS ( OKSI - ASETILIN )
2.6. Pengertian Las Oksi-Asetilin
Las Oksi asetilin adalah pengelasan yang dilaksanakan dengan pencampuran 2 jenis gas
sebagai pembentuk nyala api dan sebagai sumber panas. Dalam proses las gas ini,gas yang
digunakan adalah campuran dari gas Oksigen (O2) dan gas lain sebagai gas bahan bakar (fuel
gas). Gas bahan bakar yang paling popular dan paling banyak digunakan dibengkel-bengkel
adalah gas Asetilen ( dari kata “acetylene”, dan memiliki rumus kimia C2H2 ). Gas ini
19
memiliki beberapa ke-lebihan dibandingkan gas bahan bakar lain. Kelebihan yang dimiliki
gas Asetilen antara lain, menghasilkan temperature nyala api lebih tinggi dari gas bahan bakar
lainya, baik bila dicampur dengan udara ataupun Oksigen.
Gambar 2.12 Skema las gas (oksi asitelien )
a. Bahan Bakar Gas1) Asetilin ( C2H2 )
Asetilena (etuna) adalah suatu hidrokarbon yang tergolong kepada alkuna, dengan rumus
C2H2
Asetilena merupakan alkuna yang paling sederhana, karena hanya terdiri dari dua atom
karbon dan dua atom hidrogen. Pada asetilena, kedua karbon terikat melalui ikatan rangkap
tiga, dan masing-masing atom karbon memiliki hibridisasi orbital untuk ikatan sigma.
2) Propan
Propana adalah senyawa alkana tiga karbon (C3H8) yang berwujud gas dalam keadaan
normal, tapi dapat dikompresi menjadi cairan yang mudah dipindahkan dalam kontainer yang
20
tidak mahal. Propana umumnya digunakan sebagai bahan bakar untuk mesin, barbeque
(pemanggang), dan di rumah-rumah.
2.7. Peralatan Las Oksi Asetilin
a. Tabung Gas
Tabung gas berfungsi untuk menampung gas atau gas cair dalam kondisi bertekanan. Umum
nyatabung gas dibuat dari Baja, tetapi sekarang ini sudah banyak tabung-tabung gas yang
terbuat dari paduan Alumu-nium.Ukuran tabung ini dibuat berbeda karena disesuaikan dengan
kapasitas daya tampung gas dan juga jenis gas yang ditam pung.Untuk membedakan tabung
gas apakah dida lamnya berisi gas Oksigen, Asetilen atau gas lainya dapat dilihat dari kode
warna yang ada pada tabung itu.
Gambar 2.13 tabung gas
b. Katup Tabung
Sedang pengatur keluarnya gas dari dalam tabung maka digunakan katup. Katup ini
ditempatkan tepat dibagian atas dari tabung. Pada tabung gas Oksigen, katup biasanya dibuat
dari material Kuningan, sedangkan untuk tabung gas Asetilen, katup ini terbuat dari material
Baja.
c. Regulator
Regulator atau lebih tepat dikatakan Katup Penutun Tekan, dipasang pada katub tabung
dengan tujuan untuk mengurangi atau menurunkan tekan hingga mencapai tekana kerja torch.
21
Regulator ini juga berperan untuk mempertahankan besarnya tekanan kerja selama proses
peng elasan atau pemotongan.
Gambar 2.14 Regulator
d. Selang gas
Untuk mengalirkan gas yang keluar dari tabung menuju torch digunakan selang gas. Untuk
memenuhi persyaratan ke amanan, selang harus mampu menahan tekan kerja dan tidak mudah
bocor. Dalam pemakaiannya, selang di bedakan berdasarkan jenis gas yang dialirkan. Untuk
memu dahkan bagimana mem bedakan selang Oksi gen dan selang Asetilen maka cukup
memperhatikan kode warna pada selang.
Gambar 2.15 Selang gas
e. Torch ( Pembakar )
22
Gas yang dialirkan melalui selang selanjutnya di teruskan oleh torch, tercampur didalamnya
dan akhirnya pada ujuang nosel terbentuk nyala api. Dari keterangan diatas, toch memiliki
dua fungsi yaitu :
Sebagai pencampur gas oksigen dan gasbahan bakar.
Sebagai pembentuk nyala api diujung nosel.
Gambar 2.16 Torch
f. Pematik api Las
Alat yang berfungsi untuk menyalakan api las.
g. Tip Cleaner
Alat ini berfungsi untuk membersihkan lubang mulut pembakar.
2.8. Nyala api las Oksi Acetilin
Nyala api Karburasi
Bila terlalu banyak perbandingan gas asetilen yang digunakan maka di antara kerucut dalam
dan kerucut luar akan timbul kerucut nyala baru berwarna biru. Nyala ini banyak di gunakan
dalam pengelasan logam monel, nikel, berbagai jenis baja dan bermacam-macambahan
pengerasan permukaan non-ferous.lihat gambar 3.7
23
Gambar 2.17 Nyala api karburasi
Nyala api Netral
Nyala ini terjadi bila perbandingan antara oksigen dan asetilen sekitar satu. Nyala terdiri atas
kerucut dalam yang berwarna putih bersinar dan kerucut luar yang berwarna biru bening.Lihat
gambar 3.8
Gambar 2.18 Nyala api netral
Nyala api oksidasi
Bila gas oksigen lebih dari pada yang dibutuhkan untuk menghasilkan nyala netral maka
nyala api menjadi pendek dan warna kerucut dalam berubah menjadi ungu. Nyala ini akan
menyebabkan terjadinya proses oksidasi atau dekarburisasi pada logam cair. Nyala yang
bersifat oksidasi ini harus digunakan dalam pengelasan fusion dari kuningan dan perunggu
namun tidak dianjurkan untuk pengelasan lainnya. Lihat gambar 3.9
24
Gambar 2.19 Nyala api oksidas
2.9. Teknik Pengelasan
Posisi pengelasan di bawah tangan
Pengelasan di bawah tangan adalah proses pengelasan yang dilakukan di bawah tangan dan
benda kerja terletak di atas bidang datar. Sudut ujung pembakar (brander) terletak diantara
60° dan kawat pengisi (filler rod) dimiringkan dengan sudut antara 30° - 40° dengan benda
kerja.
Posisi pengelasan datar ( horizontal )
Pada posisi ini benda kerja berdiri tegak sedangkan pengelasan dilakukan dengan arah
mendatar sehingga cairan las cenderung mengalir ke bawah, untuk itu ayunan brander
sebaiknya sekecil mungkin. Kedudu
kan brander terhadap benda kerja menyudut 70° dan miring kira-kira 10° di bawah garis
mendatar, sedang-kan kawat pengisi dimiringkan pada sudut 10° di atas garis mendatar.
Posisi pengelasan tegak ( vertical )
Pada pengelasan dengan posisi tegak, arah pengelasan berlangsung ke atas atau ke bawah.
Kawat pengisi ditempatkan antara nyala api dan tempat sambungan yang bersudut 45°-60°
dan sudut brander sebesar 80°.
Posisi pengelasan di atas kepala ( Overhead )
Pengelasan dengan posisi ini adalah yang paling sulit dibandingkan dengan posisi lainnya
dimana benda kerja berada di atas kepala dan pengelasan dilakukan dari bawahnya. Pada
pengelasan posisi ini sudut brander dimiringkan 10° dari garisvertikal sedangkan kawat
pengisi berada di belakangnya bersudut 45°-60°.
25
Pengelasan arah ke kiri ( maju )
Cara pengelasan ini paling banyak digunakan dimana nyala api diarahkan ke kiri dengan
membentuk sudut 60° dan kawat las 30° terhadap benda kerja sedangkan sudut melintangnya
tegak lurus terhadap arah pengelasan. Cara ini banyak digunakan karena cara pengelasannya
mudah dan tidak membutuhkan posisi yangsulit saat mengelas.
Pengelasan arah ke kanan ( mundur )
Cara pengelasan ini adalah arahnya kebalikan daripada arah pengelasan ke kiri.Pengelasan
dengan cara ini diperlukan untuk pengelasan baja yang tebalnya 4,5mm ke atas.
Operasi Branzing ( Flame Brazing )
Yang dimaksud dengan branzing disini adalah proses penyambunngan tanpa mencairkan
logam induk yang disambung, hanya logam pengisi saja. Misalnya saja proses penyambungan
pelat baja yang menggunakan kawat las dari kuningan.
Operasi Pemotongan Logam ( Flame Cut )
Kasus pemotongan logam sebenarnya dapat dilakukan dengan berbagai cara. Proses
penggergajian (sewing) dan menggunting(shearing) merupakan contoh dari proses
pemotongan logam dan lembaran logam. Proses menggunting hanya cocok diterapkan pada
lembaran logam yang ketebalannya tipis. Proses penggergajian dapat diterapkan pada pelat
yang lebih tebal tetapimemerlukan waktu pemotongan yang lebih lama. Untuk dapat
memotong pela ttebal denngan waktu lebih singkat dari cara gergaji maka digunakan las gas
inidengan peralatan khusus misalnya mengganti torchnya ( dibengkel-bengkel menyebutnya
brender ). Pemotongan pelat logam dengan nyala api ini dilakukan dengan memberikansuplai
gas Oksigen berlebih. Pemberian gas Oksigen lebih, dapat diatur padatorch yang memang
dibuat untuk keperluan memotong.
26
Gambar 2.20 Pemotongan logam
Operasi Perluasan ( Flame Gauging )
Operasi perluasan dan pencukilan ini biasanya diterapkan pada produk/komponenlogam yang
terdapat cacat/retak permukaannya. Retak/cacat tadi sebelumditambal kembali dengan
pengelasan, terlebih dahulu dicukil atau diperluas untuk tujuan menghilangkan retak itu.
Setelah retak dihilangkan barulah kemudian alurhasil pencungkilan tadi diisi kembali
denganlogam l
Gambar 2.21 Perluasan
Operasi Pelurusan ( Flame Straightening )
27
Operasi pelurusan dilaksanakan denganmemberikan panas pada komponendengan
bentuk pola pemanasan tertentu.Ilustrasi dibawah ini menunjukkanprinsip dasar
pemuaian dan pengkerutanpada suatu logam batang.Batang lurus dipanaskan dengan
polapemanasan segitiga. Logam cenderungmemuai pada saat dipanaskan.
Daerahpemanasan tersebut menghasilkanpemuaian yang besar. Logam mengkerutpasa
saat didinginkan. Daerah pemanasan terbesar.
Gambar 2.22 Pelurusan
Keuntungan mengelas Oksi Asetilin
peralatan relatif murah dan memerlukan pemeliharaan minimal atau sedikit.
Cara penggunaannya sangat mudah, tidak memerlukan teknik-teknik pengelasan yang
tinggi sehingga mudah untuk dipelajari.
Mudah dibawa dan dapat digunakan di lapangan maupun di pabrik atau dibengkel-
bengkel karena peralatannya kecil dan sederhana
Dengan teknik pengelasan yang tepat hampir semua jenis logam dapat dilas dan alat
ini dapat digunakan untuk pemotongan maupun penyambungan
BAB III
28
JURNAL PRAKTIKUM PENGELASAN
3.1 Maksud dan tujuan
1. Untuk melatih kemampuan mahasiswa teknik mesin dalam mengoperasikan mesin las
2. Agar stiap mahasiswa teknik mesin dapat mengetahui komponan – komponen dan fungsi mesin las
3. Agar setiap mahasiswa teknik mesin dapat mengetahui proses dan langkah- langkah pengerjaan benda kerja dengan mesin las
4. Agar setiap mahasiswa teknik mesin dapat mengetehui dari jenis jenis alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum mesin las
5. Agar setiap mahasiswa teknik mesin terbiasa dalam pembuatan setiap laporan.
3.2 Alat dan bahan
A. Alat
1. Gergaji besi
Gambar 3.1 Gergaji besi2. Pengaris
Gambar 3.2 Penggaris
29
3. Kaca mata las
Gambar 3.3 Kaca mata las
4. Palu
Gambar 3.4 Palu5. Kikir
Gambar 3.5 Kikir
30
6. Wire bush
Gambar 3.5 wire bush
B. Bahan
1. Plat besi ukuran 100 x50 x7 = sebanyak 2 buah
Gambar 3.6 Plat besi
31
2. Elektroda E6013 ER 26
Gambar 3.7 Elektroda
3.3. Langkah kerja
1. Potong besi panjang kurang lebih 100mm sebanyak 2 buah
Gambar 3.8 Gergaji besi
2. Rapikan sisi benda kerja dengan alat kikir
32
3. Persiapkan alat las dengan teganan 220v, dengan frekuansi 50Hz,dan dengan elektroda 2,6 mm dengan polaritas( DLRP)
4. Pasang kabel masa ke benda kerja.5. Masukan elektroda ke elektroda holder dengan di jepit, hidupkan
mesin las, dengan memutar switch ke posisi 220v (on).6. Hidupkan elektroda dengan menggesek elektroda ke benda kerja 7. Jika ujung elektroda sudah nyala berwarna merah, arahkan
elektroda ke sambungan benda kerja dengan searah jarak elektroda ke benda kerja sekitar ±1-2 mm, dengan kemiringan ± 45°-80°
Gambar 3.9 Pengelasan
8. Jika sudah selesai dinginkan benda kerja 9. Pukul dengan palu bagian yang sudah di las untuk menghilangkan
kerak bekas pengelasan .10. Matikan mesin las, dengan memutar switch, keposisi (off) bersian
benda kerja dengan sikat kawat dan kemudian hasil pengelasan dapat dilihat.
33
BAB IV
SOAL DAN PEMBAHASAN
4.1. Soal
1. Sebutkan jenis –jenis las listrik
2. Sebutkan aplikasi dari las listrik tersebut
4.2. Pembahasan
1.
a. Las SMAW (Shield Metal Arch Welding) adalah las busur nyala api listrik terlindung
dengan mempergunakan busur nyala listrik sebagai panas pencair logam.
b. Las SAW(Sumerged Arch Weiding ) adalah las busur trendam atau pengelasan dengan
busur nyala api listrik.
c. Las ESW(Electro Slag Welding )adlah pengelasan busur terhenti, busur mencairkan
fluks, busur terhenti dan proses pencairan fluks berjalan terus dan menjadi bahan
penghantar arus listrik.
d. Las ERW( Electric Resistant Welding) adalah las tahanan listrik dengan tahanan yang
besar yang di hasilkan oleh aliran listrik menjadi semakin tinggi sehingga mencairkan
logam yang di las
e. Las GMAW (Gas Metal Arch Welding) terdiri dari ; MIG (Metal Active Gas) dan
MAG (Metal Inert Gas) adalah pengelasan dengan gas nyala yang dihasilkan berasal
dari busur nyala listrik, yang dipakai sebagai pencair metal yang di–las dan metal
penambah.
f. Las GTAW (Gas Tungsten Arch Welding) atau TIG (Tungsten Inert Gas) adalah
pengelasn dengan memakai busur nyala dengan tungsten/elektroda yang terbuat dari
wolfram, dan bahan penambah dari argon.
g. Las PAW (Plasma Arch Welding) adalah las listrik dengan gas yang luminous dengan
derajat pengantar arus dan kapasitas termis / panas yang tinggi dapat menampung
tempratur diatas 5000° C
34
a. Las SMAW (Shield Metal Arch Welding) atau las busur : di gunakan untuk
pengelasan matrial tebal atau untuk kontruksi bangunan.
b. Las SAW(Sumerged Arch Weiding ): di gunakan untuk las posisi datar dan las pipa.
c. Las ESW(Electro Slag Welding ) : di gunakan untuk las lambung kapal, tangki
penyimpanan, jembatan
d. Las ERW( Electric Resistant Welding) : di gunakan untuk pembuatan pipa ERW,
pengelasan plat–plat dinding pesawat, atau pada pagar kawat
e. Las GMAW (Gas Metal Arch Welding : digunakan untuk mengelas besi atau baja,
f. Las GTAW (Gas Tungsten Arch Welding) atau TIG (Tungsten Inert Gas) : di gunakan
mengelas logam non besi dan gas pelindungnya menggunakan Helium (He) dan/atau
Argon (Ar)
g. Las PAW (Plasma Arch Welding) : di gunakan untuk mengelas benda keras, ex
wolfram
BAB V
35
KESIMPULAN
Setelah penulis membaca dari semua referensi yang di dapatkan dan dari penyusunan makalah
ini maka penulis dapat menyimpulkan bahwa :
1. Terdapat tiga jenis nyala api dalam pengelasan oksi-asetilen, yaitu nyala karburasi, nyala
netral, dan nyala oksidasi. Adapun nyala oksidasi di mana merupakan nyala yang terjadi
karena jumlah oksigen lebih banyak daripada gas asetilennya yang diperlihatkan dan
digunakan dalam proses pengelasan dalam praktikum ini karena dapat menghasilkan
temperatur paling tinggi dibandingkan jenis nyala api lainnya.
2. Pengaruh kecepatan pengelasan terhadap deposit metal las yang dihasilkan, yaitu semakin
tinggi kecepatan pengelasan yang dilakukan, maka jumlah deposit metalnya semakin sedikit,
dan sebaliknya semakin rendah kecepatan pengelasannya, maka jumlah deposit metalnya akan
semakin banyak
Penulis akhirnya dapat mengetahui pengertian las gas, perlengkapan yang digunakan pada
praktik las gas, jenis-jenis nyala api, serta posisi pengelasan pada proses las gas.
36
LAMPIRAN