Makalah4 Kel 13 MO GER
-
Upload
indra-pratama-dana -
Category
Documents
-
view
57 -
download
1
Transcript of Makalah4 Kel 13 MO GER
BAB I
PENDAHULUAN
Diskusi kelompok kami berlangsung selama 4 jam dibagi dalam dua sesi pertemuan di
ruangan 709. Tiap sesi berlangsung dalam waktu 2 jam. Diskusi diikuti oleh 11 orang
mahasiswa, sepanjang diskusi semua peserta mengikuti jalannya diskusi dengan baik. Dalam
diskusi kali ini, kelompok diskusi kami dipimpin oleh Indra Pratama Dana dan didampingi
oleh Novi Rosalia Chandra sebagai sekretaris selama 2 hari berturut-turut.
Topik diskusi yang diberikan adalah “Laki-laki 75 tahun berobat dengan keluhan
sesak napas.” Hal-hal yang terjadi selama berlangsungnya diskusi aalah perdebatan antara
anggota diskusi mulai dari masalah-masalah yang ada pada kasus, hipotesis yang mungkin
dan rencana tindakan medis pada pasien ini. Yang menjadi tutor pada diskusi kelompok kami
ini adalah Dr. Rudy pada hari Jumat,23 April 2010 dan Senin,27 April 2010.
1
BAB II
LAPORAN KASUS
Laki-laki 75 tahun berobat dengan keluhan sesak napas yang berulang pada kegiatan ringan,
pernah berobat dengan hipertensi, kemudian tidak melanjutkan berobat dan tidak makan obat
antihipertensi, mengaku perokok sejak muda.
Pada pemeriksaan fisik didapati :
TD 180/70 mmHg
RR 28x/menit
HR 110x/menit
Jugular vein 5+4 cm
Hepatojugular refleks positif
S1 S2 reguler
S3 (+)
Pansystolic murmur grade III/6 dengan punctum maximum di apex
Ronchi basah pada kedua basal paru
Hepatomegali 3 jari bawah arcus costae
Asites (-)
Oedema pada kedua tungkai
2
BAB III
ANALISA KASUS
STATUS PASIEN
1. Identitas
Nama : -
Umur : 75 tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Alamat : -
2. Anamnesis
Keluhan utama : Sesak napas
Riwayat penyakit sekarang :
Sesak napasnya berulang terjadi pada kegiatan berulang.
Riwayat penyakit dahulu :
Pasien mengaku perokok sejak muda
Pasien menderita hipertensi
Riwayat pengobatan terakhir :
pernah mengonsumsi obat antihipertensi, kemudian tidak melanjutkan berobat dan
tidak makan obat antihipertensi
3. Pemeriksaan fisik
Tanda vital :
- TD : 180/70 mmHg Isolated Systolic Hypertension (ISH) (JNC VII)
- Nadi : 110x/menit takikardi (60-100x/menit) untuk mengkompensasi
penurunan kontraktilitas ventrikel.
- JVP 5+4 cm meningkat (< 3 cm atau < 3+5 cm) menunjukan adanya
peningkatan tekanan di atrium kanan
- Hepatojugular refleks positif apabila fungsi jantung kanan tidak baik,
permukaan darah dalam vena akan meningkat
- Pernapasan : 28x/menit takipnoe( N : 16-20x/m )
Palpasi :
3
- Abdomen :
- Hepar : teraba 3 jari bawah arcus costae hepatomegali
- Asites (-)
Auskultasi :
- Jantung :
- S1 & S2 reguler, S3 (+) dihasilkan sebagai aliran darah ke ventrikel yang
disteni.
- Pansystolic murmur grade III/6 dengan punctum maximum di apex
regurgitasi mitral (Murmur dapat menunjukkan Inkompetensi/stenosis katup)
- Paru : ronkhi basah +/+ dikedua basal paru kemungkinan adanya cairan
pada paru
Ekstremitas bawah : oedem pada kedua tungkai adanya bendungan cairan
4. Pemeriksaan Penunjang
4
MASALAH YANG DIHADAPI
SESAK NAPAS
Hal ini merupakan suatu masalah pada pasien karena keluhannya terjadi berulang
pada kegiatan ringan. Sesak napas ini kemungkinan bisa terjadi karena masalah
jantung atau murni karena adanya masalah pada paru.
ISOLATED SYSTOLIC HYPERTENSION (ISH)
Hal ini ditunjukan dari hasil pemeriksaan fisik dimana didapatkan tekanan darah
180/70 mmHg. ISH sendiri di definisikan sebagai TDS >= 140 mmHg dengan
TDD <=90 mmHg dimana keadaan ini di akibatkan oleh kehilangan elastisitas
arteri
OEDEM TUNGKAI
Terlihat pada pemeriksaan fisik kedua tungkainya terdapat oedem yang
kemungkinan terjadi karena adanya bendungan cairan.
5
PEMERIKSAAN PENUNJANG YANG DIBUTUHKAN
1. Elektrokardiografi (EKG)
pemeriksaan elektrokardiografi untuk mengetahui gambaran abnormal pada gagal
jantung, gambaran yang sering didapatkan antara lain gelombang Q, abnormalitas ST,
hipertrofi ventrikel kiri, bundle branch block dan fibrilasi atrium
2. Echocardiografi (ECHO)
Pemeriksaan ECHO spesifik dan sensitive untuk menilai meningkatnya massa ventrikel
(hipertrofi ventrikel)
3. Foto Rontgen Thoraks
pemeriksaan foto thorax dilakukan untuk mengetahui adanya pembesaran siluet jantung
(cardio thoraxic ratio > 50%), gambaran kongesti vena pulmonalis terutama di bagian atas
PEMERIKSAAN LABORATORIUM YANG DIBUTUHKAN
1. Pemeriksaan lab darah
Hb
Ureum, kreatinin
Enzim jantung(CK, CKMB, Troponin)
Ditemukannya enzim CKMB dalam darah menandakan adanya kerusakan pada jantung.
Peningkatan kadar enzim ini akan tampak dalam waktu 6 jam setelah serangan jantung
dan menetap selama 36-48 jam.Untuk pertanda adanya infark miokard.
B-type Natriuretic peptide (BNP)
2. Tes fungsi hati
SGOT, SGPT ( curiga gangguan fungsi hati karena terdapat hepatomegali)
3. Tes fungsi ginjal
Creatinine clearance/inulin (riwayat hipertensi yang tidak terkontrol pada pasien bisa
menganggu fungsi ginjalnya)
6
Pemeriksaan serum kreatinin dilakukan selain untuk mengetahui adanya gangguan
gangguan ginjal, juga untuk mengetahui adanya stenosis arteri renalis
HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG
Electrocardiogram (EKG)
Rate : 1500/18 = 83x/menit
Rhythm : sinus
Lead I : +3 Lead avF : -3 aksis -450 Left Axis Deviation (LAD) (Normal :> 40
tahun (-300)-(+1050)
Transisional zone pada V6 clock wise rotation
Depresi ST dan Inversi ST di V6 dan V5 menunjukkan LVH
Inversi T di I, aVL, V5, V6 iskemi miocard daerah anterolateral
Elevasi T di V1, V2, V3, V4 infark miocard hiperakut di daerah anteroseptal
Gelombang Q di V1, V2, V3, V4 infark miocard lama di daerah anteroseptal
Echogram (ECHO)
Pada pasien ini sudah terjadi miocard infark dimana dengan gambaran echo 2 dimensi
memperlihatkan dilatasi cavum ventrikel kiri yang disebabkan karena adanya volume
overload dan pada gambaran echo tampak penipisan septum.
Foto Thoraks
- Terdapat pembesaran CTR kemungkinan > 50%
- Gambaran corakan bronkhovaskular yang menebal
- Batas jantung paru tidak jelas
- Adanya gambaran jantung lebih tenggelam di hepar
HIPOTESIS
Berdasarkan keluhan (symptom) terdapat klasifikasi fungsional dari New York Heart
Association (NYHA)
- NYHA kelas I
Penderita dengan kelainan jantung tanpa pembatasan aktivitas fisik. Aktivitas fisik
sehari-hari tidak menyebabkan kelelahan, palpitasi, dispnea atau angina.
- NYHA kelas II
7
Penderita dengan kelainan jantung yang berakibat pembatasan ringan aktivitas fisik.
Meras enak pada istirahat. Aktivitas fisik sehari-hari menyebabkan kelelahan, palpitasi,
dispnea atau angina.
- NYHA kelas III
Penderita dengan kelainan jantung yang berakibat pembatasan berat aktivitas fisik.
Merasa enak istirahat. Aktivitas yang kurang dari aktivitas sehari-hari menimbulkan
kelelahan, palpitasi, dispnea atau angina.
- NYHA kelas IV
Penderita dengan kelainan jantung dengan akibat tidak mampu melakukan aktivitas fisik
apapun. Keluhan timbul meskipun dalam keadaan istirahat.
Pada pasien ini terdapat sesak napas yang berulang pada aktivitas yang ringan, sehingga
termasuk ke dalam klasifikasi NYHA kelas III
Kelainan anatomi yang menunjang diagnosa antara lain:
1. Transudat pada paru
Kelainan intrinsik pada kontraktilitas miokardium yang khas pada gagal
jantung akibat penyakit jantung iskemik,menganggu kemampuan
pengosongan ventrikel yang efektif. Kontraktilitas ventrikel kiri yang menurun
mengurangi volume sekuncup dan meningkatkan volume residu ventrikel.
Dengan meningkatnya EDV(volume akhir diastolik)ventrikel, terjadi
peningkatan tekanan akhir diastolic ventrikel kiri(LVEDP). Derajat
peningkatan tekanan bergantung pada kelenturan ventrikel. Dengan
meningkatnya LVEDP,terjadi pula peningkatan tekanan atrium
kiri(LAP),karena atrium dan ventrikel berhubungan langsung selama diastole.
Peningkatan LAP diteruskan ke belakang ke dalam pembuluh darah paru,
meningkatkan tekanan kapiler dan vena paru. Apabila tekanan hidrostatik
kapiler paru melebihi tekanan onkotik pembuluh darah, akan terjadi transudasi
cairan ke dalam interstisial. Jika transudasi cairan melebihi kecepatan drainase
limfatik, akan terjadi edema interstisial. Peningkatan tekanan lebih lanjut
dapat mengakibatkan cairan merembes ke dalam alveoli dan terjadilah edema
paru.
2. Hepatomegali
8
Tekanan arteri paru dapat meningkat akibat peningkatan kronis tekanan vena
paru. Hipertensi pulmonalis yang terjadi dapat meningkatkan tahanan terhadap
ejeksi ventrikel kanan sehingga lama kelamaan menyebabkan backward failure
pada sisi jantung kanan dan terjadi kongesti vena sistemik yang menyebabkan
hepatomegali.
3. Pembesaran ventrikel kiri, atrium kiri dan kanan serta kardiomegali.
Terjadi sebagai respon kompensatorik untuk mempertahan curah jantung.
4. Penipisan septum dan dilatasi kavum pada ventrikel kiri.
Volume overload menyebabkan eccentric hypertrophy dari ventrikel kiri lalu
menyebabkan ventrikel kiri mengalami dilatasi dan terjadinya penipisan
septum.
Dari hal-hal diatas dapat disimpulkan bahwa diagnosis pasien ini adalah GAGAL
JANTUNG KONGESTIF dengan NYHA kelas III
Etiologi gagal jantung kongestif pada pasien
Menurut data yang didapatkan pada pasien,pasien mengaku perokok sejak muda. Ini
merupakan salah satu faktor risiko berakibat terjadinya disfungsi endothelium yang
merupakan cikal bakal terjadinya aterosklerosis dan hipertensi.
Pasien juga menderita hipertensi sistolik terisolasi tetapi tidak melanjutkan berobat
dan tidak makan obat antihipertensi. Justru ini memperparah fungsi jantungnya
sehingga lama kelamaan menyebabkan terjadinya gagal jantung.
PATOFISIOLOGI
Hipertensi yang terjadi pada pasien ini merupakan Hipertensi Terisolasi dimana hal tersebut
dapat terjadi karena faktor usia yang sudah lanjut, dimana sudah terjadi proses degenerasi.
Pada orang tua, kemampuan arteri kontraksi (arterial compliance) sudah berkurang karena
tunika medianya diganti oleh jaringan ikat sehingga kelenturannya pn berkurang. Hal ini
yang menyebabkan pada orang tua ini tekanan darah diastoliknya menurun dan tekanan darah
sistoliknya meningkat.
9
Selain dari faktor usia, pasien yang mengaku perokok sejak muda juga merupakan faktor
risiko timbulnya penyakit hipertensi yang kemudian bisa berakibat kepada jantungnya.
Pengobatan yang tidak teratur pun jg memperburuk keadaan pasien.
Dari hipertensinya tersebut terjadi miokard infark sehingga fungsi ventrikel pun turun,CO
yang dikeluarkan juga menurun. Jantung berkompensasi berkontraksi lebih cepat
lagi,sehingga terjadi hipertrofi. Selain itu keadaan tersebut menimbulkan suatu mekanisme
kompensasi untuk mempertahankan fungsi jantung menghadapi beban hemodinamik
sehingga terjadi aktivasi sistim RAA yang dimaksudkan mempertahankan cairan,
keseimbangan elektrolit dan tekanan darah cukup. Namun aktivasi ini dapat terjadi volume
overload sehingga menimbulkan bendungan pada jantung kiri (gagal jantung kiri) dan terjadi
backward failure sehingga timbul gejala-gejala seperti sesak napas, lalu pada akhirnya
menjadi gagal jantung kanan yang ditandai dengan oedem pada tungkai serta hepatomegali.
.
10
Isolated Systolic Hypertension
Proses degenerasi :berkurangnya arterial complianceatherosclerosis
Merokok Tidak minum obat
FAKTOR RISIKO
Miokard Infark
Cardiac Output menurun
Aktivasi RAA
Penumpukan air
Vol. overload
Bendungan Jantung kiri
Tekanan v.pulmonalis meningkat
Tekanan atrium kanan meningkat
Sesak napasBackward failure
Fungsi ventrikel menurun
PENATALAKSANAAN
- Hal pertama yang harus dilakukan adalah memperbaiki keadaan umumnya
- Berikan oksigen tambahan dengan kanula nasal/masker
Meningkatkan sediaan oksigen untuk kebutuhan miokard untuk melawan efek
hipoksia/iskemia.
- Berikan obat dapat digunakan untuk meningkatkan volume sekuncup, memperbaiki
kontraktilitas dan menurunkan kongesti.
Diberikan venodilator (nitrogliserin)
- Setelah keadaan umum diperbaiki, rujuk ke dokter interna,kardiologi,
- Edukasi terhadap pasien dan keluarga
PROGNOSIS
Dubia ad Malam
Mengingat pasien yang sudah tua dan gagal jantung kongestifnya sudah terdapat pada NYHA
kelas 3.
11
Transudasi di paru
Tekanan jantung kanan meningkat
Venous return menurun
Pitting oedem pada kedua tungkai
Hepatomegali
Ronchi basah kedua basal paru
JVP meningkat
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
GAGAL JANTUNG KONGESTIF (CHF)
A. Definisi
Gagal jantung adalah keadaan patofisiologik dimana jantung sebagai pompa tidak
mampu memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan. Ciri-ciri yang penting
dari defenisi ini adalah pertama defenisi gagal adalah relatif terhadap kebtuhan metabolic
tubuh, kedua penekanan arti gagal ditujukan pada fungsi pompa jantung secara
keseluruhan. Istilah gagal miokardium ditujukan spesifik pada fungsi miokardium ; gagal
miokardium umumnya mengakibatkan gagal jantung, tetapi mekanisme kompensatorik
sirkulai dapat menunda atau bahkan mencegah perkembangan menjadi gagal jantung
dalam fungsi pompanya.
Istilah gagal sirkulasi lebih bersifat umum dari pada gagal jantung. Gagal
sirkulasi menunjukkan ketidakmampuan dari sistem kardiovaskuler untuk melakukan
perfusi jaringan dengan memadai. Defenisi ini mencakup segal kelainan dari sirkulasi
yang mengakibatkan perfusi jaringan yang tidak memadai, termasuk perubahan dalam
volume darah, tonus vaskuler dan jantung. Gagal jantung kongetif adlah keadaan dimana
terjadi bendungan sirkulasi akibat gagal jantung dan mekanisme kompenstoriknya. Gagal
jantung kongestif perlu dibedakan dengan istilah yang lebih umum yaitu. Gagal sirkulasi,
yang hanya berarti kelebihan bebabn sirkulasi akibat bertambahnya volume darah pada
gagal jantung atau sebab-sebab diluar jantung, seperti transfusi yang berlebihan atau
anuria.
B. Etiologi
Gagal jantung adalah komplikasi yang paling sering dari segala jenis penyakit
jantung kongestif maupun didapat. Mekanisme fisiologis yang menyebabkan gagal
jantung mencakup keadaan-keadaan yang meningkatkan beban awal, beban akhir atau
menurunkan kontraktilitas miokardium. Keadaan-keadaan yang meningkatkan beban
awal meliputi : regurgitasi aorta dan cacat septum ventrikel. Dan beban akhir meningkat
pada keadaan dimana terjadi stenosis aorta dan hipertensi sistemik. Kontraktilitas
miokardium dapat menurun pada imfark miokardium dan kardiomiopati.
12
Faktor-fktor yang dapat memicu perkembangan gagal jantung melalui
penekanana sirkulasi yang mendadak dapat berupa : aritmia, infeksi sistemik dan infeksi
paru-paru dan emboli paru-paru. Pennganan yang efektif terhadap gagal jantung
membutuhkan pengenalan dan penanganan tidak saja terhadap mekanisme fisiologis dan
penykit yang mendasarinya, tetapi juga terhadap faktor-faktor yang memicu terjadinya
gagal jantung.
C. Patofisiologi
Kelainan intrinsik pada kontraktilitas miokardium yang khas pada gagal jantung
akibat penyakit jantung iskemik, mengganggu kemampuan pengosongan ventrikel yang
efektif. Kontraktilitas ventrikel kiri yang menurun mengurangi curah sekuncup dan
meningkatkan volume residu ventrikel.
Tekanan rteri paru-paru dapat meningkat sebagai respon terhadap peningkatan
kronis tekanan vena paru. Hipertensi pulmonary meningkatkan tahanan terhadap ejeksi
ventrikel kanan. Serentetan kejadian seprti yang terjadi pada jantung kiri, juga akan
terjadi pada jantung kanan, dimana akhirnya akan terjdi kongesti sistemik dan edema.
Perkembangan dari kongesti sistemik atau paru-paru dan edema dapat
dieksaserbasi oleh regurgitasi fungsional dan katub-katub trikuspidalis atau mitralis
bergantian. Regurgitasi fungsional dapat disebabkan oleh dilatasi dari annulus katub
atrioventrikularis atau perubahan-perubahan pada orientasi otot papilaris dan
kordatendinae yang terjadi sekunder akibat dilatasi ruang.
Sebagai respon terhadap gagal jantung ada tiga meknisme primer yang dapat
dilihat; meningkatnya aktifitas adrenergik simpatik, meningkatnya beban awal akibat
aktivasi istem rennin-angiotensin-aldosteron dan hipertrofi ventrikel. Ketiga respon ini
mencerminkan usaha untuk mempertahankan curh jantung. Meknisme-meknisme ini
mungkin memadai untuk mempertahnkan curah jantung pada tingkat normal atau hampir
normal pada gagal jantung dini, pada keadaan istirahat. Tetapi kelainan pad kerj ventrikel
dan menurunnya curah jantung biasanya tampak pada keadaan berktivitas. Dengn
berlanjutny gagal jantung maka kompensasi akan menjadi semakin luring efektif.
D. Penatalaksanaan
Gagal jantung ditngani dengan tindakan umum untuk mengurangi beban kerja
jantung dan manipulasi selektif terhadap ketiga penentu utama dari fungsi miokardium,
baik secar sendiri-sendiri maupun gabungan dari : beban awal, kontraktilitas dan beban
13
akhir.Penanganan biasanya dimulai ketika gejala-gejala timbul pad saat beraktivitas
biasa. Rejimen penanganan secar progresif ditingkatkan sampai mencapai respon klinik
yang diinginkan. Eksaserbasi akut dari gagal jantung atau perkembangan menuju gagal
jantung yang berat dapat menjadi alasan untuk dirawat dirumah sakit atau mendapat
penanganan yang lebih agresif .
Pembatasan aktivitas fisik yang ketat merupakan tindakan awal yang sederhan
namun sangat tepat dalam pennganan gagal jantung. Tetapi harus diperhatikan jngn
sampai memaksakan lrngan yng tak perlu untuk menghindari kelemahan otot-otot
rangka. Kini telah dikethui bahwa kelemahan otot rangka dapat meningkatkan intoleransi
terhadap latihan fisik. Tirah baring dan aktifitas yang terbatas juga dapat menyebabkan
flebotrombosis. Pemberian antikoagulansia mungkin diperlukan pad pembatasan aktifitas
yang ketat untuk mengendalikan gejala.
E. Pemeriksaan Diagnostik
1. EKG : Hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpangan aksis, iskemia san kerusakan
pola mungkin terlihat. Disritmia mis : takhikardi, fibrilasi atrial. Kenaikan segmen
ST/T persisten 6 minggu atau lebih setelah imfark miokard menunjukkan adanya
aneurime ventricular.
2. Sonogram : Dapat menunjukkan dimensi pembesaran bilik, perubahan dalam
fungsi/struktur katub atau are penurunan kontraktilitas ventricular.
3. Skan jantung : Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan pergerakan dinding.
4. Kateterisasi jantung : Tekanan bnormal merupakan indikasi dan membantu
membedakan gagal jantung sisi kanan verus sisi kiri, dan stenosi katup atau
insufisiensi, Juga mengkaji potensi arteri kororner. Zat kontras disuntikkan kedalam
ventrikel menunjukkan ukuran bnormal dan ejeksi fraksi/perubahan kontrktilitas.
14
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
1. Darmojo Boedhi. Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut) 4th ed. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2009
2. Gagal Jantung. In ; Panggabean Marulam M, editors. Buku ajar ilmu penyakit dalam.
4th ed. Jilid 2. Jakarta : Ilmu Penyakit dalam FKUI. 2006 ; p.1513-4
3. Elektrokardiografi. In ; Sunoto P, M. Yamin, Alwi I, Sjaharuddin H, editors. Buku
ajar ilmu penyakit dalam. 4th ed. Jilid 2. Jakarta : Ilmu Penyakit dalam FKUI. 2006 ;
p.1465-76
4. Silbernagl S, Lang F. 2006. Teks dan Atlas Berwarna Patofisiologi (Color Atlas of
Pathophysiology). Jakarta: EGC.
5. Mansjoer, A., dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1, Edisi 3, Media Aesculapius
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 2000
6. Smeltzer, Suzanne C. Brenda. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8.
Jakarta: EGC
15
BAB VI
PENUTUP
Dengan mengucap syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, laporan diskusi ini
dapat diselesaikan dengan tepat waktu oleh penulis.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada
para dosen, pengajar, tutor, teman-teman dan semua pihak yang telah memberikan
kontribusinya pada laporan diskusi ini. Kami berharap laporan diskusi ini dapat memberikan
manfaat kepada siapa saja yang membacanya. Laporan diskusi ini masih jauh dari
kesempurnaan, kritikan dan saran sangat kami terima untuk perbaikan berikutnya. Terima
kasih.
16