MAKALAH-ulumul-hadits.pdf

9
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Manusia dalam hidupnya membutuhkan berbagai macam pengetahuan. Sumber dari pengetahuan tersebut ada dua macam yaitu naqli dan aqli. Sumber yang bersifat naqli ini merupakan pilar dari sebagian besar ilmu pengetahuan yang dibutuhkan oleh manusia baik dalam agamanya secara khusus, maupun masalah dunia pada umumnya. Sumber yang sangat otentik bagi umat Islam dalam hal ini adalah Al-Quran dan Hadits Rasulullah SAW. Allah telah menganugerahkan kepada para pendahulu yang selalu menjaga Al-Quran dan hadits Nabi SAW. Mereka adalah orang-orang jujur, amanah, dan memegang janji. Sebagian diantara mereka mencurahkan perhatiannya terhadap Al-Quran dan ilmunya yaitu para mufassir, dan sebagian lagi memprioritaskan perhatiannya untuk menjaga hadits Nabi dan ilmunya, mereka adalah para ahli hadits. Salah satu bentuk nyata para ahli hadits ialah dengan lahirnya istilah Ulumul Hadits (Ilmu Hadits) yang merupakan salah satu bidang ilmu yang penting di dalam Islam, terutama dalam mengenal dan memahami hadits-hadits Nabi SAW. Secara garis besar ilmu hadits dibagi menjadi dua, yaitu ilmu hadits Riwayah dan ilmu hadits Dirayah. Jika ilmu hadits Riwayah membahas materi hadits yang menjadi kandungan makna, maka ilmu hadits Dirayah mengambil pembahasan mengenai kaidah- kaidahnya, baik yang berhubungah dengan sanad atau matan hadits. Kedua pengetahuan tersebut sama-sama penting. Sebab dengan ilmu yang pertama, setiap muslim yang ingin mengikuti jejak laku dan teladan Rasulullah , harus menguasai ilmu tersebut. Sementara itu dengan menguasai ilmu yang kedua, setiap muslim dan siapapun yang mempelajari dengan baik akan mendapatkan informasi yang akurat dan akuntabel tentang hadits Nabi/ Rasulullah saw. Di bawah ini akan dibahas tentang pengertian ilmu hadits, sejarah perkembangan ilmu hadits, serta cabang-cabangnya. B. RUMUSAN MASALAH 1. Apa pengertian Ilmu Hadits 2. Bagaimana sejarah perkembangan ilmu Hadits 3. Apa pengertian ilmu hadits Riwayah 4. Apa pengertian ilmu hadits Diroyah 5. Apa cabang-cabang dari ilmu Hadits C. TUJUAN PENULISAN 1. Mengetahui pengertian Ilmu Hadits 2. Mengetahui sejarah perkembangan ilmu Hadits 3. Mengetahui pengertian ilmu hadits Riwayah 4. Mengetahui pengertian ilmu hadits Diroyah 5. Mengetahui cabang-cabang ilmu Hadits

Transcript of MAKALAH-ulumul-hadits.pdf

Page 1: MAKALAH-ulumul-hadits.pdf

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Manusia dalam hidupnya membutuhkan berbagai macam pengetahuan. Sumber

dari pengetahuan tersebut ada dua macam yaitu naqli dan aqli. Sumber yang bersifat naqli ini

merupakan pilar dari sebagian besar ilmu pengetahuan yang dibutuhkan oleh manusia baik

dalam agamanya secara khusus, maupun masalah dunia pada umumnya. Sumber yang sangat

otentik bagi umat Islam dalam hal ini adalah Al-Qur’an dan Hadits Rasulullah SAW. Allah

telah menganugerahkan kepada para pendahulu yang selalu menjaga Al-Qur’an dan hadits

Nabi SAW. Mereka adalah orang-orang jujur, amanah, dan memegang janji. Sebagian

diantara mereka mencurahkan perhatiannya terhadap Al-Qur’an dan ilmunya yaitu para

mufassir, dan sebagian lagi memprioritaskan perhatiannya untuk menjaga hadits Nabi dan

ilmunya, mereka adalah para ahli hadits. Salah satu bentuk nyata para ahli hadits ialah dengan

lahirnya istilah Ulumul Hadits (Ilmu Hadits) yang merupakan salah satu bidang ilmu yang

penting di dalam Islam, terutama dalam mengenal dan memahami hadits-hadits Nabi SAW.

Secara garis besar ilmu hadits dibagi menjadi dua, yaitu ilmu hadits Riwayah dan

ilmu hadits Dirayah. Jika ilmu hadits Riwayah membahas materi hadits yang menjadi

kandungan makna, maka ilmu hadits Dirayah mengambil pembahasan mengenai kaidah-

kaidahnya, baik yang berhubungah dengan sanad atau matan hadits. Kedua pengetahuan

tersebut sama-sama penting. Sebab dengan ilmu yang pertama, setiap muslim yang ingin

mengikuti jejak laku dan teladan Rasulullah , harus menguasai ilmu tersebut. Sementara itu

dengan menguasai ilmu yang kedua, setiap muslim dan siapapun yang mempelajari dengan

baik akan mendapatkan informasi yang akurat dan akuntabel tentang hadits Nabi/ Rasulullah

saw. Di bawah ini akan dibahas tentang pengertian ilmu hadits, sejarah perkembangan ilmu

hadits, serta cabang-cabangnya.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian Ilmu Hadits

2. Bagaimana sejarah perkembangan ilmu Hadits

3. Apa pengertian ilmu hadits Riwayah

4. Apa pengertian ilmu hadits Diroyah

5. Apa cabang-cabang dari ilmu Hadits

C. TUJUAN PENULISAN

1. Mengetahui pengertian Ilmu Hadits

2. Mengetahui sejarah perkembangan ilmu Hadits

3. Mengetahui pengertian ilmu hadits Riwayah

4. Mengetahui pengertian ilmu hadits Diroyah

5. Mengetahui cabang-cabang ilmu Hadits

Page 2: MAKALAH-ulumul-hadits.pdf

2

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ilmu Hadits

Ilmu hadits yang sering diistilahkan dalam bahasa Arab dengan Ulumul Hadits

mengandung dua kata yaitu ‘Ulum dan al-Hadits’ kata ulum dalam bahasa Arab adalah

bentuk jamak dari ‘ilm yang berarti ilmu-ilmu, sedangkan al-Hadits menurut bahasa

mengandung berbagai makna diantaranya baru, sesuatu yang dibicarakan, sesuatu yang

sedikit dan banyak. Sedangkan menurut istilah Ulama Hadits adalah “apa yang disandarkan

kepada Nabi SAW baik berupa ucapan, perbuatan, ketetapan, sifat atau sirah beliau baik

sebelum kenabian atau sesudahnya. Sedangkan menurut ahli ushul fiqh, hadits adalah

“perkataan, perbuatan, dan penetapan yang disandarkan kepada Rasulullah SAW setelah

kenabian.” Adapun sebelum kenabian tidak dianggap sebagai hadits, karena yang dimaksud

dengan hadits adalah mengerjaka napa yang menjadi konsekuensinya, dan ini tidak dapat

dilakukan kecuali dengan apa yang terjadi setelah kenabian. Adapun gabungan kata ulum dan

al-Hadits ini melahirkan istilah yang selanjutnya dijadikan sebagai suatu disiplin ilmu, yaitu

Ulumul Hadits yang memiliki pengertian “ilmu-ilmu yang membahas atau berkaitan dengan

Hadits Nabi SAW”.

Pada mulanya, ilmu hadits memang merupakan beberapa ilmu yang masing-masing

berdiri sendiri, yang berbicara tentang Hadits Nabi SAW dan para perawinya seperti Ilmu al-

Hadits al-Sahih, Ilmu al-Mursal, Ilmu al- Asma’ wa al-Kuna, dan lain-lain. Penulisan ilmu-

ilmu hadits secara parsial dilakukan, khususnya oleh para ulama abad ke-3H. Misalnya

Yahya ibn Ma’in (234H/848M) menulis Tarikh al-Rijal, Muhammad ibn Sa’ad (230H/844M)

menulis Al-Tabaqat, Ahmad ibn Hanbal (241H/855M) menulis Al-‘Ilal dan Al-Nasikh wal

Mansukh, serta banyak lagi yang lainnya. Ilmu-ilmu yang terpisah dan bersifat parsial

tersebut disebut dengan Ulumul Hadits, karena masing-masing membicarakan tentang Hadits

dan para perawinya. Akan tetapi pada masa berikutnya, ilmu-ilmu yang terpisah itu mulai

digabungkan dan dijadikan satu, serta selanjutnya dipandang sebagai satu disiplin ilmu yang

berdiri sendiri. Terhadap ilmu yang sudahdigabungkan dan menjadi satu kesatuan tersebut

tetap dipergunakan nama Ulumul Hadis,sebagaimana halnya sebelum disatukan. Jadi

penggunaan lafadz jamak Ulumul Hadits setelah keadaannya menjadi satu adalah

mengandung makna mufrad atau tunggal, yaitu Ilmu Hadis, karena telah terjadi perubahan

makna lafadz tersebut dari maknanya yang pertama (beberapa ilmu yang terpisah) menjadi

nama dari suatu disiplin ilmu yang khusus yang nama lainnya adalah Musthalahul Hadits.1

1 http://istanailmu.com/2011/02/15/pengertian-dan-sejarah-ilmu-hadis/html

Page 3: MAKALAH-ulumul-hadits.pdf

3

B. Macam-Macam Ilmu Hadits

Secara umum, ulama Hadits membagi ilmu Hadits ke dalam dua bagian, yaitu ilmu

Hadits Riwayah dan ilmu Hadits Diroyah.

1) Ilmu Hadits Riwayah

Ilmu hadits Riwayah adalah ilmu yang mengandung pembicaraan tentang penukilan

sabda-sabda Nabi, perbuatan-perbuatan beliau, hal-hal yang beliau benarkan atau sifat-

sifat beliau sendiri, secara detail dan dapat dipertanggungjawabkan.2 Menurut Ulama

Hadits, ilmu hadits Riwayah adalah ilmu yang membicarakan perihal cara-cara

meriwayatkan apa yang disandarkan kepada Nabi SAW (baik berupa perkataan,

perbuatan, taqrir, keadaan, pribadi dan akhlak beliau) secara cermat dan mendalam.

Ada tiga pendapat Ulama mengenai pengertian ilmu hadits Riwayah. Ulama-ulama

tersebut diantaranya Ibn al-Afkani, ‘Ajjaj al-Khathib, dan Zhafar Ahmad ibn Lathif al-

Utsmani al-Tahanawi. Berikut penjabarannya :

a) Ibn Al-Akfani. Sebagaimana yang dikutip oleh Al-Suyuti, ilmu hadits Riwayah

adalah ilmu yang meliputi pemindahan (periwayatan) perkataan Nabi dan

perbuatannya, pencatatannya, serta penguraian lafadz-lafadznya.

b) ‘Ajjaj al-Khatib. Ilmu hadits Riwayah yaitu ilmu yang membahas tentang

pemindahan (periwayatan) segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW,

berupa perkataan, perbuatan, taqrir (ketetapan atau pengakuan), sifat jasmaniah,

atau tingkah laku (akhlak) dengan cara yang teliti dan terperinci.

c) Zhafar Ahmad ibn Lathif al-Utsmani al-Tahanawi. Menurut beliau di dalam

Qawa`id fi `Ulum al-Hadits, ilmu hadits Riwayah ialah ilmu yang dapat diketahui

dengannya perkataan, perbuatan, dan keadaan Rasulullah serta periwayatan,

pemeliharaan dan penulisan atau pembukuan Hadits Nabi SAW serta periwayatan,

pencatatan, dan penguraian lafadz-lafadznya.

Sedangkan menurut Kitab Musthalah Hadits, ilmu hadits Riwayah diartikan sebagai ilmu

yang mempelajari perkataan, perbuatan, taqrir (sikap diam) dan sifat-sifat Nabi SAW.

Dari definisi di atas dapat dipahami bahwa ilmu hadits Riwayah pada dasarnya adalah

membahas tentang tata cara periwayatan, pemeliharaan dan penulisan atau pembukuan

hadits Nabi SAW. Ilmu hadits Riwayah dibagi menjadi 4 macam, yaitu :

Hadits Qauli, ialah perkataan Nabi SAW. Nabi Muhammad SAW bersabda :

“Sesungguhnya amal-amal perbuatan tergantung pada niatnya.” Biasanya

menggunakan قالatau يقول.

Hadits Fi’li, ialah perbuatan Nabi. Misalnya Nabi Muhammad SAW

bersembahyang sebelum dhuhur 4 rokaat dan sesudahnya 4 rokaat. Biasanya

memakai كان

Hadits Taqriri, ialah ketidak ingkaran Nabi pada perkataan atau perbuatan

shahabat. Misalnya hadits : “Saya melihat Rasulullah SAW menutupi saya dan

2 Syaikh Manna Al-Qaththan, PENGANTAR STUDI ILMU HADITS, 2005, Jakarta, hal. 73

Page 4: MAKALAH-ulumul-hadits.pdf

4

saya melihat pada orang orang habasyah yang sedang bermain dimasjid (Nabi

tidak melarang dan tidak menyuruh

Hadits Shifati, ialah sifat-sifat Nabi. Diantara sifat mulai Rasulullah ialah beliau

adalah manusia yang memiliki sifat penyabar yang sangat luar biasa.

Objek kajian Ilmu Hadits Riwayah adalah Hadits Nabi SAW dari segi periwayatannya

dan pemeliharaannya. Hal tersebut mencakup:

Cara periwayatan Hadits, baik dari segi cara penerimaan dan demikian juga cara

penyampaiannya dari seorang perawi kepada perawi yang lainnya;

Cara pemeliharaan Hadits, yaitu dalam bentuk penghafalan, penulisan dan

pembukuannya.

Sedangkan tujuan dan urgensi ilmu ini adalah pemeliharaan terhadap Hadits Nabi

SAW agar tidak lenyap dan sia-sia, serta terhindar dari kekeliruan dan kesalahan dalam

proses periwayatannya atau dalam penulisan dan pembukuannya.

2) Ilmu Hadits Diroyah

Ilmu hadits dirayah yaitu satu ilmu yang mempunyai beberapa kaidah (patokan), yang

dengan kaidah-kaidah itu dapat diketahui keadaan perawi (sanad) dan diriwayatkan

(marwiy) dari segi diterima atau ditolaknya.3 Para ulama memberikan definisi yang

bervariasi terhadap Ilmu Hadits Dirayah ini. Akan tetapi, apabila dicermati definisi-

definisi yang mereka kemukakan, terdapat titik persamaan diantara satu dan yang lainnya,

terutama dari segi sasaran kajian dan pokok bahasannya. Beberapa ulama yang

mendefinisikan ilmu hadits Diroyah adalah sebagai berikut:

a) Ibn al-Afkani. Ilmu hadits Diroyah adalah ilmu yang bertujuan untuk mengetahui

hakikat riwayat, syarat-syarat, macam-macam, dan hokum hukumnya, keadaan

para perawi, syarat-syarat mereka, jenis yang diriwayatkan, dan segala sesuatu

yang berhubungan dengannya.

b) Imam al-Suyuti. Ilmu hadits Diroyah adalah kegiatan periwayatan sunnah

(Hadits) dan penyandarannya kepada orang yang meriwayatkannya dengan kalimat

tahdits, yaitu perkataan seorang perawi “haddatsana fulan”, (telah menceritakan

kepada kami si fulan), atau ikhbar, seperti perkataannya“akhbarana fulan”, (telah

mengabarkan kepada kami si fulan).

c) M. `Ajjaj al-Khatib. Ilmu hadits Dirayah adalah kumpulan kaidah-kaidah dan

masalah-masalah untuk mengetahui keadaan rawi (orang yang meriwayatkan

hadits) dan marwi (segala sesuatu yang diriwayatkan) dari segi diterima atau

ditolaknya.

Menurut kitab Musthalah Hadits, ilmu hadits Diroyah adalah ilmu yang mempelajari

tentang kaidah-kaidah untuk mempelajari hal ihwal sanad, matan, cara-cara menerima dan

menyampaikan hadits dan sifat-sifat perawinya. Oleh karena itu yang menjadi objek kajian

ilmu ini adalah keadaan matan, sanad dan rawi hadits.

3 Ibid.

Page 5: MAKALAH-ulumul-hadits.pdf

5

C. Perkembangan Ilmu Hadits

Selama dua puluh tiga tahun Rasulullah SAW mencurahkan segala aktifitasnya untuk

mendakwahkan Islam kepada umat manusia sehingga belahan dunia (Arab) tersinari oleh

agama yang hanif ini.4 Perkembangan ilmu hadits selalu beriringan dengan pertumbuhan

pembinaan hadits itu sendiri. Hanya saja ia belum wujud sebagai suatu disiplin ilmu yang

berdiri sendiri. Pada saat Rasulullah SAW masih hidup ditengah-tengah kaum muslimin, ilmu

ini masih wujud dalam bentuk prinsip-prinsip dasar yang merupakan embrio bagi

pertumbuhan ilmu hadits dikemudian hari. Misalnya tentang pentingnya pemeriksaan dan

tabayyun terhadap setiap berita yang didengar atau pentingnya persaksian orang adil dan

sebagainya. Allah SWT berfirman:

قوما بجهآلة فتصبحوا بنبإ فتبينوآ انتصيبوا فاسق إن جآءكم ءامنوآالذين يهاا يآأ

(6ى ما فعلتم ندمين )عل

“Hai orang-orang yang beriman, jika dating kepadamu orang fasik membawa berita,

maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu

kaum tanpa mengetahui keadaannya yang membuat kamu menyesal atas perbuatanmu

itu. (Q.S. Al-Hujurat [49]: 6).

Sedangkan dalam sunnah, Rasulullah SAW bersabda:

“Allah mencerahkan wajah seseorang yang mendengar suatu berita, yaitu hadits lalu ia

menyampaikan berita itu sebagaimana yang didengar dan mungkin saja orang yang

menerima berita itu lebih faham dari orang yang mendengar. (HR. Ibnu Majah)

Dalam upaya melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya para sahabat telah

menetapkan hal-hal yang menyangkut penyampaian suatu berita dan penerimaanyya,

terutama jika mereka meragukan kebenaran si pembawa berita. Dalam pendahuluan kitab

Shaih Muslim, diturunkan dari Ibnu Sirin, “dikatakan, pada awalnya mereka tidak pernah

menanyakan tentang isnad, namun setelah terjadi peristiwa fitnah maka mereka berkata,

‘sebutkanlah pada kami orang-orang yang meriwayatkan hadits kepadamu’.”

Berdasarkan hal ini maka suatu berita tidak bisa diterima kecuali setelah diketahui

sanadnya. Karena itu muncullah ilmu Jarah wa Ta’dil, yaitu ilmu mengenai ucapan para

perawi, cara untuk mengetahui bersambung (muttasil) atau terputus (munqati)-nya sanad,

mengetahui cacat-cacat yang tersembunyi. Muncul pula ucapan-ucapan sebagai tambahan

dari hadits sebagai perawi meskipun sangat sedikit karena masih sedikitnya para perawi yang

tercela pada masa-masa awal. Kemudian para ulama dalam bidang itu semakin banyak,

sehingga muncul berbagai pembahasan di dalam banyak cabang ilmu yang terkait dengan

hadits, baik dari aspek kedhabitan (validitas)nya, tata cara menerima dan menyampaikannya,

pengetahuan tentang hadits-hadits yang nasikh dari hadits-hadits yang mansukh, dll. Semua

itu masih disampaikan ulama secara lisan. Lalu masalah itupun semakin berkembang dan

selanjutnya ilmu hadits ini mulai ditulis dan dibukukan, akan tetapi masih terserap di

4 Warsito, Lc, PENGANTAR ILMU HADITS UPAYA MEMAHAMI SUNNAH, 2001, Bogor, hal. 45

Page 6: MAKALAH-ulumul-hadits.pdf

6

berbagai tempat dalam kitab-kitab lain yang bercampur dengan ilmu-ilmu lain, misalnya ilmu

ushul fiqih dan ilmu hadits (Kitab Ar-Risalah dan Al-Umm karangan Imam Syafi’i).

Sesudah generasi al-Syafi’i, banyak sekali ulama yang menulis ilmu hadits, misalnya

Ali bin al-Madini menulis kitab Mukhtalif al-Hadits, Ibnu Qutaibah (wafat 276H ) menyusun

kitab Ta’wil Mukhtalif al-Hadits. Imam Muslim dalam Muqaddimah kitab shahihnya, Al-

Turmudzi menulis al-Asma’ wa al-Kuna, Muhammad bin Sa’ad menulis al-Thabaqat al-

Kubra. Demikian pula al-Bukhari menulis tentang rawi-rawi yang lemah dalam kitab al-

Dlu’afa’. Banyaknya ulama yang menulis tentang persoalan yang menyangkut ilmu hadits

pada abad ke-3H ini, dapat difahami mengapa abad ini disebut sebagai awal kelahiran Ilmu

Hadits, walaupun tulisan yang ada belum membahas ilmu hadits secara lengkap dan

sempurna.

Penulisan ilmu hadits secara lebih lengkap baru terjadi ketika Al-Qadli Abu

Muhammad al-Hasan bin Abd. Rahman al-Ramahurmudzi (wafat 360 H) menulis buku Al-

Muhaddits al-Fashil Baina al-Rawi wa al-Wa’i. Kemudian disusul al-Hakim al-Naisaburi

(wafat 405 H) menulis Ma’rifatu Ulum al-Hadits,al-Khathib Abu Bakar al-Baghdadi menulis

kitab Al-Jami’ li Adab al-Syaikh wa al-Sami’, al-Kifayah fi Ilmi al-Riwayat dan al-Jami’ li

Akhlaq al-Rawi wa Adab al-Sami’.

D. Cabang-Cabang Ilmu Hadits

Cabang-cabang ilmu hadits dikelompokkan sebagai berikut:

a) Ilmu Rijal al-Hadits

Ilmu pengetahuan yang dalam ilmu itu dibahas hal ihwal dan sejarah kehidupan

(biografi) para perawi dari kalangan Shahabat, tabi’in dan tabi’it-tabi’in.5

b) Ilmu Jarh wa Ta’dil

Ilmu yang membahas hal-hal yang berhubungan dengan para rawi dan segi diterima

atau tidaknya riwayat-riwayat mereka. Maksudnya adalah sifat-sifat yang harus

dipunyai sebagai syarat dapat diterimanya sesuatu yang diriwayatkan. Ada sifat pokok

bagi periwayatan, yaitu adil dan dhabit. Ilmu Jarh wa Ta’dil ini dikelompokkan oleh

sebagian ulama ke dalam ilmu hadits yang pokok pembahasannya berpangkal kepada

sanad dan matan.

c) Ilmu Tarikh Ruwat

Ilmu untuk mengetahui para perawi hadits yang berkaitan dengan usaha periwayatan

mereka terhadap hadits. Ilmu ini mengkhususkan pembahasannya secara mendalam

pada aspek kesejahteraan dari orang-orang yang terlibat dalam periwayatan.6

5 Drs. H. Asyhari Akhmad, ILMU HADITS, 2002/2003, Kebumen, hal. 3 6 http://alhikmah.ac.id/wp-content/uploads/2011/06/Musthalah-Hadits.pdf/html

Page 7: MAKALAH-ulumul-hadits.pdf

7

d) Ilmu Ilalil Hadits

Ilmu yang membahas tentang yang samar-samar lagi tersembunyi dari segi yang

mencacatkan suatu hadits. Seperti memutashilkan (menganggap bersambung) suatu

hadits yang sebenarnya sanad itu muntathi’ (terputus), merafa’kan (mengangkat samapi

kepada Nabi) berita yang mauquf (yang hanya sampai pada shahabat), menyisipkan

suatu hadits pada hadits yang lain, meruwetkan sanad dengan matannya, dan lain

sebaginya.

e) Ilmu Nasikh wal Mansukh

Ilmu yang di dalamnya membahas hadits-hadits yang sudah dimansukhkan dan yang

menasikhkannya.

f) Ilmu Asbabi Wurudil Hadits

Suatu ilmu yang dengannya dapat diketahui sebab-sebab Nabi menurturkan sabdanya

dan masa-masa Nabi menuturkannya.

g) Ilmu Gharibil Hadits

Ilmu untuk mengetahui dan menerangkna makna yang terdapat pada lafadz-lafadz

hadits yang sulit dipahami atau tidak diketahui apa arti dan maksudnya, karena lafadz-

lafadz tersebut jarang digunakan atau bahkan tidak digunakan lagi dalam pergaulan

sehai-hari.

h) Ilmu Thobaqothur Ruwah

Ilmu pengetahuan yang dalam pembahasannya ditunjukkan kepada kelompok orang-

orang yang berterikat dalam satu alat pengikat yang sama. Misalnya pengelompokkan

(penggolongan) karena perjumpaan dengan Nabi yang disebut Shahabat. Shahabat ini

dimasukkan dalam tobaqoh pertama rawi-rawi hadits, yang berjumpa dengan shahabat

termasuk thobaqoh kedua, yang berjumpa dengan tabi’in termasuk thobaqoh ketiga,

dan seterusnya.7

i) Ilmu Al Tashif

Ilmu pengetahuan yang berusaha menanamkan tentang hadits-hadits yang sudah diubah

titik atau sakalnya atau bentuknya.

j) Ilmu Muktalif Al Hadits

Ilmu yang membahas hadits-hadits yang bertentangan atau berlawanan. Cara kerja ilmu

ini adalah dengan menghilangkan pertentangan tersebut atau mengkompromikan antara

keduanya, sebagaimana yang dilakukan terhadap hadits-hadits yang sulit dipahami isi

atau kandungannya dengan cara menghilangkan kemuskilan atau kesulitannya serta

menjelaskan hakikatnya.

7 Op.cit.

Page 8: MAKALAH-ulumul-hadits.pdf

8

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Ilmu hadits yang sering diistilahkan dalam bahasa Arab dengan Ulumul Hadits

mengandung dua kata yaitu ‘Ulum dan al-Hadits’ kata ulum dalam bahasa Arab adalah

bentuk jamak dari ‘ilm yang berarti ilmu-ilmu, sedangkan al-Hadits menurut bahasa

mengandung berbagai makna diantaranya baru, sesuatu yang dibicarakan, sesuatu yang

sedikit dan banyak. Pengertian Ulumul Hadits yaitu “ilmu-ilmu yang membahas atau

berkaitan dengan Hadits Nabi SAW”.

Secara garis besar ilmu hadits dibagi menjadi dua, yaitu ilmu hadits Riwayah dan

Diroyah. Ilmu hadits Riwayah adalah ilmu yang mengandung pembicaraan tentang

penukilan sabda-sabda Nabi, perbuatan-perbuatan beliau, hal-hal yang beliau benarkan

atau sifat-sifat beliau sendiri, secara detail dan dapat dipertanggungjawabkan.

Sedangkan Ilmu hadits Dirayah yaitu satu ilmu yang mempunyai beberapa kaidah

(patokan), yang dengan kaidah-kaidah itu dapat diketahui keadaan perawi (sanad) dan

diriwayatkan (marwiy) dari segi diterima atau ditolaknya.

Cabang-cabang dari ilmu hadits diantaranya: ilmu Rijal al-Hadits, ilmu Jarh wa

Ta’dil, ilmu Tarikh Ruwat, ilmu Ilalil Hadits, ilmu Nasikh wal Mansukh, ilmu Asbabi

Wurudil Hadits, ilmu Gharibil Hadits, ilmu Thobaqothur Ruwah, ilmu Al Tashif, ilmu

Muktalif Al Hadits. Selain itu, perlu ditambahkan bahwa pentingnya mempelajari serta

memahami Ulumul Hadits ialah kita akan terhindar dari mengamalkan suatu riwayat

yang salah dan karenanya dapat dengan tepat mengamalkan sunnah Nabi dan

melaksanakan ketentuan-ketentuan hukum yang dikandungnya.

3.2 Saran

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu

kami menyarankan kepada teman-teman sesama mahasiswa untuk mencari informasi

lain sebagai tambahan dari apa yang telah kami uraikan di atas.

Page 9: MAKALAH-ulumul-hadits.pdf

9

DAFTAR PUSTAKA

1. https://www.academia.edu/5727527/Ilmu_Hadis_Sejarah_dan_Perkemba

ngannya.

2. https://www.academia.edu/9838458/Sejarah_perkembangan_dan_cabang

-cabang_ilmu_hadis.

3. Asyhari Akhmad M.A, Drs. H. 2002/2003. ILMU HADITS. Kebumen:

STAINU.

4. http://alhikmah.ac.id/wp-content/uploads/2011/06/Musthalah-Hadits.pdf/html.

5. Al-Qaththan, Syaikh Manna. 2005. PENGANTAR STUDI ILMU HADITS.

Jakarta : Pustaka Al-Kautsar.