Makalah ulumul

22
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah. Al-Qur’an adalah mukjizat bagi umat islam yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW untuk disampaikan kepada umat manusia. Al-Qur’an sendiri dalam proses penurunannya mengalami banyak proses yang mana dalam penurunannya itu berangsur-angsur dan bermacam-macam nabi menerimanya. Kita mengenal turunnya Al-Qur’an sebagai tanggal 17 Ramadhan. Maka setiap bulan 17 Ramadhan kita mengenal yang namanya Nuzulul Qur’an yaitu hari turunnya Al-Qur’an. Dengan mengetahui hal tersebut kita akan lebih memahami arti dan makna ayat-ayat itu dan akan menghilangkan keraguan-keraguan dalam menafsirkannya. Dalam penurunan Al-Qur’an terjadi di dua kota yaitu Madinah dan Mekkah. Surat yang turun di Mekkah disebut dengan Makkiyah sedangkan surat yang turun di Madinah disebut dengan surat Madaniyah. 1.2 Rumusan Masalah. 1. Apa pengertian Asbabun Nuzul? 2. Apa saja macam-macam Asbabun Nuzul? 3. Apa faedah dari mempelajari Asbabun Nuzul? 4. Apa pengertian Makkiyah-Madaniyah?

Transcript of Makalah ulumul

Page 1: Makalah ulumul

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah.

Al-Qur’an adalah mukjizat bagi umat islam yang diturunkan kepada nabi

Muhammad SAW untuk disampaikan kepada umat manusia. Al-Qur’an sendiri

dalam proses penurunannya mengalami banyak proses yang mana dalam

penurunannya itu berangsur-angsur dan bermacam-macam nabi menerimanya. Kita

mengenal turunnya Al-Qur’an sebagai tanggal 17 Ramadhan. Maka setiap bulan 17

Ramadhan kita mengenal yang namanya Nuzulul Qur’an yaitu hari turunnya Al-

Qur’an.

Dengan mengetahui hal tersebut kita akan lebih memahami arti dan makna

ayat-ayat itu dan akan menghilangkan keraguan-keraguan dalam menafsirkannya.

Dalam penurunan Al-Qur’an terjadi di dua kota yaitu Madinah dan Mekkah. Surat

yang turun di Mekkah disebut dengan Makkiyah sedangkan surat yang turun di

Madinah disebut dengan surat Madaniyah.

1.2 Rumusan Masalah.

1. Apa pengertian Asbabun Nuzul?

2. Apa saja macam-macam Asbabun Nuzul?

3. Apa faedah dari mempelajari Asbabun Nuzul?

4. Apa pengertian Makkiyah-Madaniyah?

5. Apa karakteristik Makkiyah-Madaniyah?

6. Apa faedah dari mempelajari Makkiyah-Madaniyah?

1.3 Tujuan Penulisan.

Tujuan penulisan disini adalah agar kita memahami secara menyeluruh tentang

pngertian, macam-macam/cirri-ciri, dan juga faedah dari mempelajari Isi

Kandungan Al-Qur’an yang berkaitan dengan Asbabun Nuzul dan Makkiyah-

Madaniyah.

Page 2: Makalah ulumul

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Asbabun Nuzul.

Secara etimologi, Asbabun Nuzul terdiri dari kata “asbab” dan “nuzul”. Kata

“asbab” berasal dari kata “sabab” yang berarti sebab, alasan atau latar belakang.

Sedangkan kata “nuzul” berasal dari kata “nazala” yang berarti turun. Secara

terminologi Asbabun Nuzul adalah suatu peristiwa yang menyebabkan turunnya

ayat-ayat Al-Qur’an untuk menerangkan status hukumnya pada masa hal itu terjadi,

baik berupa peristiwa maupun pertanyaan.

Subhi Shalih menyatakan bahwa Asbabun Nuzul itu sangat berkenaan

dengan sesuatu yang menjadi sebab turunnya sebuah ayat atau beberapa ayat, atau

suatu pertanyaan yang menjadi sebab turunnya ayat sebagai jawaban, atau sebagai

penjelasan yang diturunkan pada waktu terjadinya suatu peristiwa.1

Az-Zarqani berpendapat bahwa Asbabun Nuzul adalah keterangan mengenai

suatu ayat atau rangkaian ayat yang berisi tentang sebab-sebab turunnya atau

menjelaskan hukum suatu kasus pada waktu kejadiannya.

Menurut Dr. M. Quraish Shihab, pemakaian kata “asbab” bukanlah dalam

arti yang sebenarnya. Tanpa adanya suatu peristiwa, Al-Qur’an tetap diturunkan

oleh Allah SWT sesuai dengan iradat-Nya. Demikian pula kata “nuzul”, bukan

berarti turunnya ayat Al-Qur’an dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah,

karena Al-Qur’an tidak berbentuk fisik atau materi. Pengertian turun menurut para

mufassir, mangandung pengertian penyampaian atau penginformasian dari Allah

SWT kepada utusan-Nya, Muhammad SAW, dari alam ghaib ke alam nyata melalui

malaikat Jibril.

Dari pengertian-pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Asbabun

Nuzul adalah peristiwa-peristiwa yang melatar belakangi turunnya ayat-ayat Al-

1 Subhi Shalih, Membahas Ilmu-ilmu Al-Qur‟an ( terjemah Nur Rak him dk k ) , (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1993), hlm. 160.

Page 3: Makalah ulumul

Qur’an. Ayat-ayat tersebut menjawab, menjelaskan dan menyelesaikan masalah-

masalah yang timbul dari suatu peristiwa.

2.2 Macam-macam Asbabun Nuzul.

Sebab turunnya ayat bisa ditinjau dari berbagai aspek. Jika ditinjau dari

bentuknya, asbabun nuzul dapat dibagi menjadi dua bentuk, seperti telah

diterangkan di permulaan bab ini. Yang pertama berbentuk peristiwa dan yang

kedua berbentuk pertanyaan.

Dari segi jumlah sebab dan ayat yang turun, sebab al-nuzul dapat dibagi

menjadi dua,yaitu:

1. Ta’addud al-asbab wa al-nazil wahid (sebab turunnya lebih dari satu dan

inti persoalan yang terkandung dalam ayat atau sekelompok ayat yang

turun satu).

Maksudnya sebab nuzul lebih dari satu, sedang ayat yang

diturunkan hanya satu. Ketika wahyu turun kadang-kadang mempunyai

satu atau lebih sebab nuzul. Sebab nuzul itu sendiri kadang-kadang

berulang-ulang terjadi disuatu tempat atau suatu waktu, atau berkaitan

dengan lebih dari satu orang atau suatu keadaan, yang menyebabkan

turunnya wahyu sebagai jawaban terhadap peristiwa yang menjadi sebab

nuzul tadi.

Sebab nuzul yang lebih dari satu, kadang-kadang membutuhkan

beberapa kali penurunan ayat, meskipun ayat yang turun itu sama.

Sebagai contoh penjelasan tentang turunnya surat al-Ikhlas oleh

Imam as-Suyuthi dalam kitabnya Lubaabun Nuquul fii Asbabin Nuzul.

Imam at-Tarmidzi, al-Hakim, dan Ibnu Khuzaimah

meriwayatkan dari Abu Aliyah dari Ubay bin Ka’ab bahwa

suatu ketika orang-orang musyrik berkata kepada

Rasulullah, “Gambarkanlah kepada kami bagaimana

Tuhan engkau?” Allah lalu menurunkan ayat ini hingga

akhir surah.

Page 4: Makalah ulumul

Imam ath-Thabrani dan Ibnu Jarir meriwayatkan

riwayat senada dengan Jabir bin Abdillah. Dengan riwayat

ini, sebagian pihak berdalil bahwa surat ini adalah

Makkiyah.

Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu Abbas

bahwa suatu ketika kelompok Yahudi datang kepada Nabi

saw. Di antara rombongan tersebut terdapat Ka’ab bin

Asyraf dan Huyay bin Akhtab. Mereka lalu berkata,

“Wahai Muhammad, gambarkanlah kepada kami ciri-ciri

Tuhan yang mengutus engkau itu!” Allah lalu

menurunkan ayat ini hingga akhir surah.

Ibnu Jarir meriwayatkan dari Qatadah, demikian

pula Ibnu Mundzir dari Said bin Jabir riwayat yang mirip

dengan di atas. Dengan riwayat ini, sebagian pihak

berdalil bahwa surah ini adalah madaniyah.2

Singkatnya surat tersebut diturunkan dua kali, yang

pertama diturunkan di Makkah sebagai jawaban terhadap

kaum musyrikin dan  yang kedua di Madinah sebagai

jawaban terhadap ahli kitab.

2. Ta’addud al-nazil wa al-sahab wahid (inti persoalan yang

terkandung dalam ayat atau sekelompok ayat yang turun lebih dari

satu sedangkan sebab turunnya satu).

Maksudnya, ayat yang turun lebih dari satu sedangkan sebab

turunnya hanya satu. Syaikh Manna’ Khalil Qaththan memberikan

contoh yang diriwayatkan oleh Said bin Manshur, Abdurrazaq, at-

Tirmidzi, dan lain-lain mengatakan shahih dari Ummu Salamah, ia

berkata:

2 Jalaluddin as-Suyuthi. Sebab Turunnya Ayat al-Quran. Terjemah: Tim Abdul Hayyie. (Jakarta: Gema Insani 2008)  hlm. 649

Page 5: Makalah ulumul

“Wahai Rasululllah aku tidak mendengarkan Allah

menyebutkan kaum perempuan sedikitpun mengenai hijrah. Maka

Allah menurunkan:

“Maka Tuhan mereka mempekenankan permohonannya

dengan (dengan berfirman); Sesungguhnya Aku tidak akan menyia-

yiakan amal orang yang beramal diantara kamu, baik laki-laki

maupun perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan bagi

sebagian yang lainnya..” (Ali Imran: 195).

Dan juga sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad,

Nasa’i, Ibnu Jarir, Ibnul Mundzir, Ath-Thabrani, dan Ibnu

Mardawaih dari Ummu Salamah katanya aku telah bertanya, Aku

telah bertanya, “Wahai Rasullullah, mengapakah kami tidak

disebutkan dalam al-Quran seperti para laki-laki?” Maka pada suatu

hari aku dikejutkan dengan seruan Rasullullah di atas mimbar. Beliau

membacakan:

“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-

laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang

tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-

laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang

khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan

perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang

memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak

menyebut (nama) Allah, Allah Telah menyediakan untuk mereka

ampunan dan pahala yang besar.” (Al-Ahzab: 35).

Al-Hakim meriwayatkan dari Ummu Salamah, ia berkata,

“Kaum laki-laki berperang sedangkan perempuan tidak. Disamping

itu kami hanya meperoleh warisan setengah bagian dibandingkan

laki-laki? Maka Allah menurunkan ayat: “Dan janganlah kamu iri

hati terhadap apa yang dikaruniakan kepada sebagian kamu lebih

banyak dari pada sebagian yang lain; karena bagi orang laki-laki

Page 6: Makalah ulumul

ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita

pun ada bagian dari apa yang mereka usahakan pula..” (An-Nisa:

32). Kedua ayat di atas turun karena satu sebab.3

2.3 Faedah Mempelajari Asbabun Nuzul.

Az-Zarqani dan As-Suyuti mensinyalir adanya kalangan yang berpendapat

bahwa mengetahui Asbabun Nuzul merupakan hal sia-sia dalam memahami Al-

Qur’an. Mereka beranggapan bahwa mencoba memahami Al-Qur’an dengan dengan

meletakkan ke dalam konteks historis adalah sama dengan membatasi pesan-

pesannya pada ruang dan waktu tertentu. Namun, keberatan seperti ini tidaklah

berdasar, karena tidak  mungkin menguniversalkan pesan Al-Qur’an di luar masa

dan tempat pewahyuan, kecuali melalui pemahaman yang semestinya terhadap

makna Al-Qur’an dalam konteks kesejarahannya.

Sementara itu mayoritas ulama sepakat bahwa konteks kesejarahan yang

terakumulasi dalam riwayat-riwayat Asbabun Nuzul merupakan hal yang signifikan

untuk memahami pesan-pesan Al-Qur’an. Dalam suatu statemennya Ibnu Taimiyah

mengatakan: “Asbabun Nuzul sangat menolong dalam menginterpretasi Al-

Qur’an”.4

Dalam uraian yang lebih rinci, Az-Zarqani mengemukakan urgensi Asbabun

Nuzul dalam memahami Al-Qur’an sebagai berikut :

1. Membantu dalam memahami sekaligus mengatasi ketidakpastian dalam

menangkap pesan ayat Al-Qur’an.

Di antaranya dalam surat Al Baqarah ayat 115:

“Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, Maka kemanapun kamu

menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Mahaluas

(rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui.”

Ayat tersebut menyatakan bahwa timur dan barat merupakan

kepunyaan Allah. Dalam kasus shalat, dengan melihat zahir ayat di atas, 3 Manna’ Khalil Qaththan. Pengantar Studi Imu al-Quran. Terjemah : Aunur Rafiq. (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar 2006)  hlm. 1154 Jalaluddin As-Suyuti, Al-Itqan Fi Ulumul  Quran, Darul Fikri, Beirut.t.t.Jilid 1. hlm29

Page 7: Makalah ulumul

seseorang boleh menghadap ke arah mana saja sesuai kehendak hatinya.

Ia seakan-akan tidak berkewajiban menghadap kiblat ketika shalat. Akan

tetapi setelah melihat Asbabun Nuzulnya, tahapan bahwa interpretasi itu

adalah keliru. Sebab ayat di atas berkaitan dengan seseorang yang dalam

perjalanan dan melaksanakan shalat di atas kendaraan atau orang yang

berjihad dalam menentukan arah kiblat.5

2. Mengatasi keraguan ayat yang di duga mengandung pengertian umum.

Umpamanya dalam surat Al An’am ayat 165 :

Katakanlah: “Tiadalah Aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan

kepadaku, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak

memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang

mengalir atau daging babi - Karena Sesungguhnya semua itu kotor -

atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah. Barangsiapa

yang dalam keadaan terpaksa, sedang dia tidak menginginkannya dan

tidak (pula) melampaui batas, maka sesungguhnya Tuhanmu Maha

Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Menutut As-Syafi’i, pesan ini tidak bersifat umum (hasr). Untuk

mengatasi kemungkinan adanya keraguan dalam memahami ayat di atas,

As-Syafii menggunakan alat bantu Asbabun Nuzul. Menurutnya, ayat ini

diturunkan sehubungan dengan orang-orang kafir yang tidak memakan

sesuatu, kecuali yang telah mereka halalkan sendiri. Karena

mengharamkan apa yang telah dihalalkan Allah dan menghalalkan apa

yang telah diharamkan Allah merupakan kebiasaan orang-orang kafir,

tertama orang Yahudi, maka turulah ayat di atas.

3. Mengkhususkan hukum yang terkandung dalam Al-Qur’an, bagi ulama

yang berpendapat bahwa yang menjadi pegangan adalah sebab yang

bersifat khusus (khusus As-Asbab) dan bukan lafadz yang bersifat umum

(umum al-lafdz).

5 Az-Zarqoni, op.cit.hlm.188

Page 8: Makalah ulumul

Dengan demikian, ayat “zihar” dalam permulaan surat Al-

Mujadilah, yang turun berkenaan dengan Aus Ibn Samit yang menzihar

istrinya, hanya berlaku bagi kedua orang tersebut. Hukum zihar yang

berlaku bagi selain kedua orang itu, ditentukan dengan jalan dengan jalan

analogi (qiyas).

4. Mengidentifikasi pelaku yang menyebabkan ayat Al-Qur’an turun.

Umpamanya, Aisyah pernah menjernihkan kekeliruan Marwan

yang menunujuk Abd Rahman Ibn Bakar sebagai orang yang

menyebabkan turunnya ayat:  “Dan orang yang mengatakan kepada

orang tuanya “Cis kamu berdua…” (Al Ahqaf: 17). Untuk meluruskan

persoalan, Aisyah berkata kepada Marwan : “Demi Allah bukan dia yang

menyebabkan ayat ini turun. Dan aku sanggup menyebutkan siapa orang

yang sebenarnya.”

5. Memudahkan untuk menghafal dan memahami ayat, serta untuk

memantapkan wahyu ke dalam hati orang yang  mendengarnya.

2.4 Pengertian Makkiyah-Madaniyah.

Ilmu Makkiyah dan Madaniyah di definisikan sebagai ilmu

yang membahas klasifikasi surat-surat dan ayat-ayat yang di

turunkan di Mekah dan Madinah. Di kalangan ulama terdapat

beberapa pendapat tentang kriteria untuk menentukan Makkiyah

atau Madaniyah suatu surat atau ayat.

Ada empat teori dalam menentukan pengertian Makkiyah dan Madaniyah:

1. Teori Mulahasah Makan an-Nuzul (Teori Geografis).

Teori ini berorientasi pada tempat turun ayat atau surah al-Qur’an.

Menurut pengertian Makkiyah adalah ayat atau surah yang turun di

Makkah atau di sekitarnya, baik waktu turunya sebelum Nabi saw

melakukan hijrah maupun sesudahnya,. Dan pengertian Madaniyah

adalah ayat atau surah yang turun di Madinah atau di sekitarnya, baik

waktu turunya sebelum Nabi saw berhijrah maupun sesudahnya.

Page 9: Makalah ulumul

Maka termasuk kategori ayat atau surah Makkiyah , bila ayat atau

surah turun di mina, Arafah, Hudaibiyah dan lain sebagainya. Dan ayat

atau surah Madaniyah adalah ayat atau surah yang turun di madinah dan

sekitarnya, termasuk ayat-ayat di badar, Sal’, Uhud dan lain sebagainya.

2. Teori Mulahazah Zaman an-Nuzul (Teori Historis).

Teori ini berorientasi pada sejarah waktu turun ayat Al-Qur’an.

Menurut teori ini ayat Makkiyah adalah ayat atau surah yang turun

sebelum Nabi saw berhijrah. Sedangkan ayat Madaniyah adalah ayat atau

surah yang turun sesudah nabi berhijrah.

3. Teori Mulahazah Mukhatabin fi an-Nuzul (Teori Subjektif).

Teori ini berorientasi pada subjek siapa yang di khitab (dituju)

oleh ayat al-Qur’an. Menurut teori ini, pengertian Makkiyah adalah ayat

atau surah yang berisi panggilan kepada penduduk Makkah dengan

menggunakan kitab AهّاالنّاAس wahai) ّيّااّي manusia), هّاA ّيّااّي

wahai) الكّافرون orang-orang yang ingkar), ادم wahai) ّيّابني

anak adam). Dan ayat atau surah Madaniyah adalah ayat atau surah yang

berisi panggilan kepada penduduk Madinah dengan menggunakan

panggilan: ّينAالّذ امنواّيّااليهّا (wahai orang-orang yang beriman).

4. Teori mulahazah ma tadammanah an-nuzul (Teori

Content Analysis).

Teori ini berorientasi pada isi ayat al-qur’an.

Menurut teori ini, ayat atau surah Makiyyah adalah ayat

atau surah yang memuat cerita umat dan para Nabi

terdahulu. Sedang ayat atau surah Madaniyyah berisi

tentang hukum hudud, faraid, dan sebagainya.

2.5 Karakteristik Makkiyah-Madaniyah.

Para ulama telah menetapkan karakteristik Makkiyah dan

Madaniyah sebagai berikut :

Page 10: Makalah ulumul

1. Karakteristik Makkiyah.

Ada beberapa karakteristik yang dimiliki Makkiyah di

antaranya:

a. Setiap surat yang di dalamnya terdapat kata Aكاّل Kata ini

dipergunakan untuk memberi peringatan yang tegas dan

keras kepada orang-orang Mekkah yang keras kepala.

b. Setiap surat yang di dalamnya terdapat ayat sajdah

termasuk Makkiyah, yang menurut sebagian ulama

jumlahnya ada 16 ayat.

c. Setiap surat yang di dalamnya terdapat kisah para Nabi

dan umat-umat terdahulu termasuk Makkiyah, kecuali

surat al-Baqarah dan Ali ‘Imran yang keduanya termasuk

Madaniyah. Adapun surat al-Ra’d yang masih

diperselisihkan.

d. Setiap surat yang di dalamnya terdapat kisah Nabi Adam

dan Iblis termasuk Makkiyah, kecuali surat al-Baqarah

yang tergolong Madaniyah.

e. Setiap surat yang dimulai dengan huruf abjad, alphabet

(tahjjiy) ditetapkan sebagai Makkiyah, kecuali al-Baqarah

dan Ali ‘Imran. Huruf tahjjiy yang dimaksud di antaranya

م ح, س ي ه ط ,ص ع ي ه ك , dll.

f. Mengandung seruan (nida’) untuk beriman kepada Allah

SWT dan hari kiamat dan apa-apa yang terjadi di akhirat.

Di samping itu, ayat-ayat Makkiyah ini menyeru untuk

beriman kepada para rasul dan para malaikat serta

argumentasi terhadap orang musyrik dengan

menggunakan bukti-bukti rasional dan ayat-ayat

kauniyah.

Page 11: Makalah ulumul

g. Membantah argumen-argumen kaum musyrikin dan

menjelaskan kekeliruan mereka terhadap berhala-berhala

mereka.

h. Mengandung seruan untuk berakhlak mulia dan berjalan

di atas syariat yang hak tanpa terbius oleh perubahan

situasi dan kondisi, terutama hal-hal yang berhubungan

dengan memelihara agama, jiwa, harta, akal, dan

keturunan.

i. Kalimatnya singkat padat disertai kata-kata yang

mengesankan sekali, surat dan ayatnya pendek-pendek,

kecuali sedikit yang tidak.

2. Karakteristik Madaniyah.

Seperti halnya dalam Makkiyah, Madaniyah pun mempunyai

karakteristik:

a. Setiap surat yang berisi kewajiban atau had.

b. Setiap surat yang di dalamnya terdapat dialog dengan

Ahli Kitab.

c. Setiap surat yang berisi hukum pidana, hukum

warisan, hak-hak perdata dan peraturan-peraturan

yang berhubungan dengan perdata serta

kemasyarakatan dan kenegaraan, termasuk

Madaniyah.

d. Setiap surat yang mengandung izin untuk berjihad,

urusan-urusan perang, hukum-hukumnya, perdamaian

dan perjanjian, termasuk Madaniyah.

e. Setiap surat yang menjelaskan hal ihwal orang-orang

munafik termasuk Madaniyah, kecual surat al-Ankabût

yang di turunkan di Makkah. Hanya sebelas ayat

pertama dari surat tersebut yang termasuk Madaniyah

Page 12: Makalah ulumul

dan ayat-ayat tersebut menjelaskan perihal orang-

orang munafik.

f. Menjelaskan hukum-hukum ‘amaliyyah dalam masalah

ibadah dan muamalah, seperti shalat, zakat, puasa,

haji, qisas, talak, jual beli, riba, dan lain-lain.

g. Sebagian surat-suratnya panjang-panjang, sebagian

ayat-ayatnya panjang-panjang dan gaya bahasanya

cukup jelas dalam menerangkan hukum-hukum

agama.

2.6 Faedah Mempelajari Makkiyah-Madaniyah.

Manna Khalil al-Qaththan dalam bukunya menerangkan

beberapa hikmah mengetahui ilmu Makkiyah dan Madaniyah

diantaranya sebagai berikut6:

a. Untuk dijadikan alat bantu dalam menafsirkan al-Qur`an,

sebab pengetahuan mengenai tempat turun ayat dapat

membantu memahami ayat tersebut dan menafsirkannya

dengan tafsiran yang benar. Sekalipun yang menjadi

pegangan adalah pengertian umum lafadz, bukan sebab

yang khusus. Berdasarkan hal itu seorang mufassir dapat

membedakan antara ayat yang nasikh dengan yang

mansukh, bila diantara kedua ayat terdapat makna yang

kontradiktif. Yang datang kemudian tentu merupakan

nasikh yang tedahulu.

6 Manna Khalil al-Qaththan. Studi Ilmu-Ilmu al-Quran. Jakarta : Pustaka Litera AntarNusa. 2004. Cetakan ke-8. Hal. 81-82.

Page 13: Makalah ulumul

b. Meresapi gaya bahasa al-Quran dan memanfaatkannya

dalam metode dakwah menuju jalan Allah SWT, sebab

setiap situasi mempunyai bahasa tersendiri.

Memperhatikan apa yang dikehendaki oleh situasi

merupakan arti paling khusus dalam retorika.

Karakteristik gaya bahasa makkiy dan madaniy dalam al-

Quran pun memberikan kepada orang yang

mempelajarinya sebuah metode dalam penyampaian

dakwah ke jalan Allah  SWT  yang sesuai dengan kejiwaan

lawan berbicara dan menguasai pikiran dan perasaannya

serta menguasai apa yang ada dalam dirinya dengan

penuh kebijaksanaan.

c. Mengetahui sejarah hidup Nabi melalui ayat-ayat Qur`an, sebab

turunnya wahyu kepada Rasulullah SAW sejalan dengan

sejarah dakwah dengan segala peristiwanya, baik dalam

periode Mekah maupun Madinah. Sejak permulaan turun

wahyu hingga ayat terakhir diturunkan, al-Qur`an adalah

sumber pokok bagi kehidupan Rasulullah SAW.

Selain dari yang telah diterangkan diatas, masih banyak

sekali hikmah mengetahui  Ilmu Makkiyah dan Madaniyah. Dalam

hal ini, al-Zarqani di dalam kitabnya manahil al-’irfan menerangkan

sebagian daripada hikmah ilmu-ilmu ini, diantaranya sebagai

berikut7:

a) Dengan ilmu ini kita dapat membedakan dan mengetahui

ayat yang mana yang mansukh dan nasikh. Yakni apabila

terdapat dua ayat atau lebih mengenai suatu masalah,

sedang hokum yang terkandung di dalam ayat-ayat itu

bertentangan. Kemudian dapat diketahui bahwa ayat

7 Supiana dan M.Karman. Ulumul Quran. Bandung : Pustaka Islamika. 2002. Cetakan pertama. Hal 103-104.

Page 14: Makalah ulumul

yang satu Makkiyah, sedang ayat lainnya Madaniyah;

maka sudah tentu ayat yang Makkiyah itulah yang di

nasakh oleh ayat yang Madaniyah, karena ayat yang

Madaniyah adalah yang terakhir turunnya.

b) Dengan ilmu ini pula, kita dapat mengetahui Sejarah

Hukum Islam dan perkembangannya yang bijaksana

secara umum. Dan dengan demikian, kita dapat

meningkatkan keyakinan kita terhadap ketinggian

kebijaksanaan islam di dalam mendidik manusia baik

secara perorangan maupun secara masyarakat.

c) Ilmu ini dapat meningkatkan keyakinan kita terhadap

kebesaran, kesucian, dan keaslian al-Quran, karena

melihat besarnya perhatian umat islam sejak turunnya

terhadap hal-hal yang berhubungan dengan al-Quran,

sampai hal yang paling detail sekalipun, sehingga

mengetahui ayat-ayat yang turun sebelum hijrah dan

sesudahnya, ayat-ayat yang diturunkan pada waktu Nabi

berada di kota tempat tinggalnya (domisilinya) dan ayat

yang turun pada waktu Nabi sedang dalam bepergian

atau perjalanan, ayat-ayat yang turun pada malam hari

dan siang hari, dan ayat-ayat yang turun pada musim

panas dan musim dingin dan sebagainya.

Dengan demikian, maka siapapun yang ingin berusaha

merusak kesucian dan keaslian al-Quran pastilah segera diketahui

oleh umat islam.

Page 15: Makalah ulumul

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan.

Asbabun Nuzul adalah peristiwa-peristiwa yang melatarbelakangi

turunnya ayat-ayat Al-Qur’an. Ayat-ayat tersebut menjawab, menjelaskan dan

menyelesaikan masalah-masalah yang timbul dari peristiwa-peristiwa tersebut.

Sebab turunnya ayat bisa ditinjau dari berbagai aspek. Jika ditinjau dari bentuk,

berbentuk peristiwa dan berbentuk pertanyaan. Dari segi jumlah sebab dan ayat

yang turun, sebab al-nuzul dapat dibagi menjadi dua,yaitu Ta’addud al-asbab

wa al-nazil wahid dan Ta’addud al-nazil wa al-sahab wahid. Faedah

mempelajari asbabun nuzul adalah Asbabun Nuzul sangat menolong dalam

menginterpretasi Al-Qur’an.

Secara garis besar dapat simpulkan bahwasannya surat-surat Makkiyah

adalah surat-surat yang turun sebelum adanya hijrah, namun ada beberapa ayat

di dalam surat-surat Madaniyah yang termasuk ayat Makkiyah. Sedangkan

Surat-surat Madaniyah adalah surat-surat yang turuh sesudah adanya hijrah,

namun ada beberapa ayat di dalam surat Makkiyah yang termasuk ayat

Madaniyah. Secara umum karakteristik surat-surat Makkiyah lebih

menekankan pada sisi ‘aqidah untuk manusia, karena pada

waktu itu penduduk Mekah masih dalam keadaan jahil dengan

maraknya kesyirikan. Sedangkan surat-surat Madaniyah

Page 16: Makalah ulumul

mempunyai karakteristik lebih menekankan pada sisi

mu’amalah atau masalah syar’iyyah. Beberapa hikmah

mengetahui Ilmu Makkiyah dan Madaniyah yang disebutkan

oleh Manna Khalil al-Qaththan, diantaranya adalah  untuk

dijadikan alat bantu dalam menafsirkan al-Qur`an, meresapi

gaya bahasa al-Quran dan memanfaatkannya dalam metode

dakwah menuju jalan Allah SWT serta mengetahui sejarah hidup Nabi

melalui ayat-ayat Qur`an.