makalah SULFONAMIDA.docx

16
SULFONAMIDA A. Pengertian Sulfonamida Sulfonamida merupakan kemoterapeutik pertama yang efektif pada terapi penyakit sistemik. Sekarang, penggunaannya terdesak oleh kemoterapeutik lain yang lebih efektif dan kurang toksik. Banyak organisme yang menjadi resisten terhadap sulfonamida. Penggunaannya meningkat kembali sejak ditemukan kotrimoksazol yaitu kombinasi trimetoprim dengan sulfametoksazol. Sulfonamida biasanya digunakan dalam sediaan berbentuk tablet,suspensi,injeksi,tetes mata, dan salep mata. Sulfonamida mempunyai spektrum antibakteri yang luas meskipun kurang kuat dibandingkan dengan antibiotika. Goongan sulfonamida umumnya hanya bersifat bakteriostatik(menghambat pertumbuhan bakteri) namun pada kadar yang tinggi dalam urin, sulfonamida dapat bersifat bakterisid(membunuh bakteri). Sulfonamida digunakan secara luas untuk pengobatan infeksi yang disebabkan oleh bakteri Gram-positif dan Gram- negatif tertentu,beberapa jamur dan protosoa. Golongan ini efektif terhadap penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme,seperti Actinomycetes sp, Bacillus anthracis,Brucella sp,Corinebacterium diphtheriae,Calymmantobacterium granulomatis,Chlamydia trachomatis,vibrio cholerae dan lain-lain. Sulfonamida pertama diisolasi dari senyawa tar batubara analin, tahun 1900 an, digunakan pertama untuk mengatasi infeksi kokus tahun 1935. Tidak termasuk antibiotik karena tidak dihasilkan dari substnsi biologis.Khasiat bakteriostatik melalui hambatan sintesis asam folat atau PGA bakteri. Saat ini penggunaannya sudah banyak yang tergeser untuk infeksi saluran kemih.Tidak efektif untuk jamur dan virus. Beberapa sulfonamida dimungkinkan diturunkan dari asam sulfonat dengan menggantikan gugus hidroksil dengan gugus amina.Dalam kedokteran, istilah “sulfonamida” kadang- kadang dijadikan sinonim untuk obat sulfa, yang merupakan turunan sulfanilamida.

Transcript of makalah SULFONAMIDA.docx

SULFONAMIDAA. Pengertian SulfonamidaSulfonamida merupakan kemoterapeutik pertama yang efektif pada terapi penyakit sistemik. Sekarang, penggunaannya terdesak oleh kemoterapeutik lain yang lebih efektif dan kurang toksik. Banyak organisme yang menjadi resisten terhadap sulfonamida. Penggunaannya meningkat kembali sejak ditemukan kotrimoksazol yaitu kombinasi trimetoprim dengan sulfametoksazol.Sulfonamida biasanya digunakan dalam sediaan berbentuk tablet,suspensi,injeksi,tetes mata, dan salep mata. Sulfonamida mempunyai spektrum antibakteri yang luas meskipun kurang kuat dibandingkan dengan antibiotika. Goongan sulfonamida umumnya hanya bersifat bakteriostatik(menghambat pertumbuhan bakteri) namun pada kadar yang tinggi dalam urin, sulfonamida dapat bersifat bakterisid(membunuh bakteri).Sulfonamida digunakan secara luas untuk pengobatan infeksi yang disebabkan oleh bakteri Gram-positif dan Gram-negatif tertentu,beberapa jamur dan protosoa. Golongan ini efektif terhadap penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme,seperti Actinomycetes sp, Bacillus anthracis,Brucella sp,Corinebacterium diphtheriae,Calymmantobacterium granulomatis,Chlamydia trachomatis,vibrio cholerae dan lain-lain.Sulfonamida pertama diisolasi dari senyawa tar batubara analin, tahun 1900 an, digunakan pertama untuk mengatasi infeksi kokus tahun 1935. Tidak termasuk antibiotik karena tidak dihasilkan dari substnsi biologis.Khasiat bakteriostatik melalui hambatan sintesis asam folat atau PGA bakteri. Saat ini penggunaannya sudah banyak yang tergeser untuk infeksi saluran kemih.Tidak efektif untuk jamur dan virus.Beberapa sulfonamida dimungkinkan diturunkan dari asam sulfonat dengan menggantikan gugus hidroksil dengan gugus amina.Dalam kedokteran, istilah sulfonamida kadang-kadang dijadikan sinonim untuk obat sulfa, yang merupakan turunan sulfanilamida.Sulfonamida bertindak sebagai analog struktural dari asam p-aminobenzoik (PABA), yang menghambat PABA saat pembentukan asam dihidropteroik dalam sintesis asam folat.Organisme yang membuat sendiri asam folatnya dan tidak dapat memakai pasokan eksogen dari vitamin menjadi sensitif terhadap sulfonamida, karena selnya dapat menyerap obat ini, sementara organisme yang memerlukan asam folat eksogen untuk pertumbuhannya tidak sensitif. Penundaan periode beberapa generasi terjadi antara paparan sel yang sensitif pada sulfonamida dan penghambatan pertumbuhan; pada saat ini sel menghabiskan pasokan asam folat endogen yang telah dibuat sebelumnya. Rumus struktur dari sulfonamida ialah:

B. M ekanisme Kerja SulfonamidaSulfonamida mempunyai struktur mirip dengan asam p- aminobenzoat, suatu asam yang diperlukan untuk biosintesis koenzim asam dihidropteroat dalam tubuh bakter atau protozoa. Biosintesis turunan asam folat dan reseptor turunan sulfonamida dan trimetoprim. Manusia juga memerlukan turunan asam folat sebagai faktor pertumbuhan yang cukup penting. Berbeda dengan bakteri yang harus mensintesisnya terlebih dahulu, turunan asam folat tersebut didapatkan dari luar atau makanan. Sulfonamida hanya aktif pada fasa multiplikasi bakteri,sehingga tidak efektif terhadap bakteri yang membentuk spora.Kuman memerlukan PABA (p-aminobenzoic acid) untuk membentuk asam folat yang di gunakan untuk sintesis purin dan asam nukleat.Sulfonamid merupakan penghambat kompetitif PABA. Efek antibakteri sulfonamide di hambat oleh adanya darah, nanah dan jaringan nekrotik, karena kebutuhan mikroba akan asam folat berkurang dalam media yang mengandung basa purin dan timidin.Sel-sel mamalia tidak dipengaruhi oleh sulfanamid karena menggunakan folat jadi yang terdapat dalam makanan (tidak mensintesis sendiri senyawa tersebut). Dalam proses sintesis asam folat, bila PABA di gantikan oleh sulfonamide, maka akan terbentuk analog asam folat yang tidak fungsional.Sistem enzim bakteri yang mampu mempengaruhi sistensi asam tetrahidrofolat ada tiga, yaitu:1. Dihidropteroat sintetase, yaitu enzim yang mengkatalisis sintesis asam dihidropteroat, suatu prekursor asam dihidrofolat, melalui kondensasi asam p-aminobenzoat dengan turunan pteridin.2. Dihidrofolat sintetase,yaitu enzim ynag mengkatalisis sintesis asam dihidrofolat, suatu prekursor asam tertrahidrofolat,melalui interaksi asam dihidropteroat dengan asam glutamat.3. Dihidrofolat reduktase,yaitu enzim yang mengkatalisis reduksi asam dihidrofolat menjadi asam tetrahidofolat.

Sulfonamida bekerja secara langsung sebagai antagonis, melalui mekanisme panghambat bersaing,terhadap kedua jalur biosintesis asam dihidrofolat di atas dan secara tidak langsung mempengaruhi penggabungan asam glutamat dengan asam dihidropteroat. Kemungkinan mekanisme kerja bakteriostatik sulfonamida yang lain adalah berhubungan langsung dengan reaksi enzimatik turunan pteridin, yaitu dengan membentuk produkseperti folat yang tidak aktif sehingga turunan pteridin tidak berfungsi sebagai prekursor asam folat.

C. Tata Nama dan Klasifikasia. Tata nama Nama umum : sulfonamid Turunan para aminobenzensulfonamid/ sulfonamida

Gugus fungsi sulfonamida dituliskan -S(=O)2-NH2, sebuah gugus sulfonat yang berikatan dengan amina. Senyawa sulfonamida adalah senyawa yang mengandung gugus tersebut. Beberapa sulfonamida dimungkinkan diturunkan dari asam sulfonat dengan menggantikan gugus hidroksil dengan gugus amina.

b.Klasifikasi1. Berdasarkan lamanya masa kerjaBerdasarkan masa kerjanya sulfonamida sistemik dibagi menjadi 3 kelompok yaitu sulfonamida dengan masa kerja pendek, sulfonamida dengan masa kerja sedang, sulfonamida dengan masa kerja panjang. a. Sulfonamida dengan masa kerja pendek; Waktu paruh lebih kecil dari 10 jam. Contoh: sulfetidol, sulfamerazin, sulfametazin, sulfatiazol, sulfasomidin dan sulfaksasol.b. Saulfonamida dengan masa kerja sedang; waktu paroh 10 24 jam. Contoh: sulfadiazin, sulfametoksasol dan sulfafenazoc. Sulfonamida dengan masa kerja panjang; waktu paroh lebih besar 24 jam. Contoh: sulfadoksin, sulfalen, sulfametoksipiridazin dan sulfametoksidiazin.2.Berdasarkan kecepatan absorpsi dan ekskresinya, sulfonamid dibagi dalam empat golongan besar:a.Sulfonamid dengan ekskresi cepat, antara lain sulfadiazin dan sulfisoksazolb.Sulfonamid yang hanya diabsorpsi sedikit bila diberikan per oral dan karena itu kerjanya dalam lumen usus, antara lain sulfasalazin c.Sulfonamid yang terutama digunakan untuk pembrian topikal, antara lain sulfasetamid, mafenid, dan Ag-sulfadiazind.Sulfonamid dengan masa kerja panjang,seperti sulfadoksin, absorpsinya cepat dan ekskresinya lambat.

3. Berdasarkan penggunaan terapik, sulfonamida di bagi menjadi:a. Sulfonamida untuk infeksi sistemikBerdasarkan masa kerjanya sulfonamida sistemik dibagi menjadi tiga kelompok yaitu:1. Sulfonamida dengan masa kerja pendek; Waktu paruh lebih kecil dari 10 jam. Contoh: sulfetidol, sulfamerazin, sulfametazin, sulfatiazol, sulfasomidin dan sulfaksasol.2. Saulfonamida dengan masa kerja sedang; waktu paroh 10 24 jam. Contoh: sulfadiazin, sulfametoksasol dan sulfafenazo3. Sulfonamida dengan masa kerja panjang; waktu paroh lebih besar 24 jam. Contoh: sulfadoksin, sulfalen, sulfametoksipiridazin dan sulfametoksidiazin.b. Sulfonamida untuk infeksi ususObat golongan ini di rancang agar sedikit diabsorpsi dalam saluran cerna,yaitu dengan memasukkan gugus yang bersifat hidrofil kuat,seperti ptail,suksinil atau guanil,membentuk turunan sulfonamida yang lebih polar. Di usus besar,senyawa dihidrolisis oleh bakteri usus,melepaskan secara perlahan-lahan sulfonamida induk aktif.Contoh : Ptalilsulfatiozol,suksinsulfatiazol,sulfaguanidin dan sulfasalazin. c.Sulfonamida untuk infeksi mataObat golongan ini digunakan secara setempat untuk pengobatan konjungtivitas,infeksi mata superfisial lain dan trakom(trachoma).Contoh : Sulfasetamid natrium dan sulfisoksasol diolamin. d.Sulfonamida untuk infeksi saluran seniGolongan obat ini digunakan untuk pengobatan infeksi saluran seni karna cepat diabsorpsi dalam saluran cerna sedang ekskresi melalui ginjal lambat sehingga kadar obat di ginjal cukup tinggi.Contoh : Sufasetamid,sulfadiazin,sulfaetidol, sulfameter, sulfametazin,sulfametoksazol,sulfasoinidin dan sulfisoksazol. e.Sulfonamida untuk pengobatan luka bakarGolongan ini pada umumnya digunakan pada uka bakar yang terinfeksi oleh Pseudomonas sp. Atau Clostridium welchii.Contoh : mafenid asetat dan perak sulfadiazin.

f. Sulfonamida untuk penggunaan lain-lain1. untuk infeksi membran mukosa dan kulit,contoh: sulfabenzamid dan sulfasetamid Na.2. untuk pengobatan dermatitis herpetiformis,contoh : sulfapiridin3. untuk infeksi telinga,contoh : sulfasuksinamid4. untuk infeksi mulut,contoh : sulfatolamid5. untuk infeksi jamur,contoh : sulfadiazin6. untuk pengobatan malaria,contoh: sulfadoksin D. Golongan SulfonilamidSulfonamida dapat dibagi menjadi dua kelompok, Antibiotik dan Non Antibiotik.1.Antibiotik, contoh :a. Sulfamethoxazole,b. Sulfisoxazolec. Sulfacetamide 2. Golongan sulfonilamid non antibiotik,contoh:a. Clortiazidb. Furosemid c. Celecoxib

Contoh-contoh sulfonamida antara lain:1. Sulfacetamida (N-[(4-aminofenil)sulfonil]-asetamida);2. Sulfadiazin 3.Sulfadimetoksin(4-amino-N-(2,6-dimetoksi-4 pirimidinil)benzenesulfonamida)4. Sulfadimidin (=sulfametazin: 4-amino-N-(4,6-dimetil-2- pirimidinil)benzenesulfonamida);5.Sulfaguanidin(4-amino-N-(aminoiminometil)benzenesulfonamide)6.Sulfametizol(4-amino-N-(5-metil-1,3,4-tiadiazol-2- il)benzenesulphonamide);7.Sulfametoksazol(4-amino-N-(5-metil-3-isoxazolil)benzenesulfonamida);8.sulfatiazol(4-amino-N-2-tiazolilbenzenesulfonamida)dan sebagainya.E.Pemakaian,Sifat dan Kelarutan a. Pemakaian1. Kemoterapeutikum :Sulfadiazin, Sulfathiazol2. Antidiabetikum : Nadisa, Restinon.3. Desibfektan saluran air kencing : Thidiour4. Diuretikum : Diamox

b. Sifat sifat1. Bersifat ampoter, karena itu sukar di pindahkan dengan acara pengocokan yang digunakan dalam analisa organik.2.Mudah larut dalam aseton, kecuali Sulfasuksidin, Ftalazol dan Elkosin

c. Kelarutan1. Umumnya tidak melarut dalam air, tapi adakalanya akan larut dalam air anas. Elkosin biasanya larut dalam air panas dan dingin.2.Tidak larut dalam eter, kloroform, petroleum eter.3.Larut baik dalam aseton.4.Sulfa sulfa yang mempunyai gugus amin aromatik tidak bebas akan mudah larut dalam HCl encer. Irgamid dan Irgafon tidak lariut dalam HCl encer.5.Sulfa sulfa dengan gugusan aromatik sekunder sukar larut dalam HCl, misalnya septazin, soluseptazin, sulfasuksidin larut dalam HCl, akan tetapi larut dalam NaOH.6. Sulfa dengan gugusan SO2NHR akan terhidrolisis bila dimasak dengan asam kuat HCl atau HNO3.

F. Metode Penetapan Kadar1. Metode NitrimetriAmin aromatis primer,sekunder,dan tersier bereaksi dengan asam nitri(dari natrium nitri dan asam klorida)membentuk senyawa yang berbeda-beda menurut reaksi.Asam nitri juga bereaksi dengan amin alifatis primer dan sekunder. Pada amin alifatis primer juga terbentuk garam diazonium yang tidak stabil dan segera terurai dengan membentuk gas nitogen. Reaksi ini merupakan dasar dari metode Van Slyke dengan mengukur gas nitrogen yang terjadi. Banyaknya gas yang terbentuk sesuai dengan banyaknya senyawa amin yang ada. Amin alifatik tersier tidak bereaksi dengan asam nitri.Cara penetapan kadar sulfadiazin: sebanyak kurang lebih 500 mg sulfadiazin yang ditimbang seksama,dilarutkan dalam 10 ml asam klorida pekat dan 75 ml air(jika perlu hangatkan sampai larut) lalu didinginkan. Larutan dititrasi secara perlahan-lahan dengan larutan baku natrium nitri 0,1 N pada suhu tidak lebih dari 15 0C . Natrium nitrit ditambahkan dengan kecepatan 4-8 ml setiap menit sampai lebih kurang 1 ml sebelum titik akhir, kemudian penambahan lebih lambat hingga satu tetes larutan segera memberikan warna birupada kertas kanji-iodida. Titrasi dianggap selesai jika titik akhir dapat ditunjukkan lagi setelah larutan dibiarkan selama satu menit. Titik akhir dapat juga ditetapkan secara potensiometri. Tiap ml natrium nitrit 0,1 N setara dengan 25,03 mg sulfadiazin.Pada sulfadiazin hanya gugus amin aromatis primer yang bereaksi dengan asam nitrit. Atom nitrogen pada inti heterosiklik dan atom nitrogen pada gugus sulfonamid tidak bereaksi dengan asam nitrit. Pada penetapan kadar sulfadiazin di atas, reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :

Keuntungan dan kerugian :Keuntungan utama metode nitrimetri atau diazotasi ialah metode ini dapat dipakai hampir pada semua sulfonamid, juga baku natrium nitrit merupakan pereaksi yang stabil dan mudah dibakukan. Kerugiannya adalah titrasi harus dilakukan perlahan-lahan dan metode nitrimatri ini kurang spesifik. Pada permulaan penggunaan indikator luar agak sukar menetapkan titik akhirnya tetapi dengan sedikit latihan akan mudah menetapkan titik akhirnya. Jika titik akhir ditetapkan secara potensiometri akan menunjukkan ketelitian yang tinggi.

2.Metode Titrasi Bebas AirBeberapa cara titrasi bebas air telah digunakan pada sulfonamid berdasarkan pada sifat asam dari gugus SO2-NH- sehingga dapat dititrasi dengan basa.Cara penetapan kadar sulfisoksazol dengan metode TBA : lebih kurang 300 mg sulfisoksazol yang ditimbang seksama, dilarutkan dalam 20 ml dimetil formamid lalu dititrasi dengan litium metoksida 0,1 N menggunakan indikator 2 tetes biru timol atau secara potensiometri. Tiap ml 0,1 N litium metoksida setara dengan 26,73 mg sulfisoksazol.Keuntungan dan kerugian :Keuntungan utama titrasi bebas air pada sulfonamid adalah : dalam banyak hal, perubahan warna indikator pada titik akhir cukup tajam. Dengan cara memilih pelarut dan indikator yang sesuia maka dapat digunakan untuk menetapkan kadar suatu campuran sulfonamid tanpa pemisahan. Disamping itu,titrasi dapat dilakukan cukup tepat. Kerugiannya adalah natrium metoksida tidak sestabil natrium nitrit dan diperlukan pembakuan kembali setiap i[ waktu penetapan. 3.Metode BromometriMetode bromometri dan argentometri dapat digunakan untuk penetapan kadar sulfonamid akan tetapi tidak seluas penggunaan metode diazotasi dan titrasi bebas air. Brom akan mensubstitusi sufonamid pada inti benzen dan dalam beberapa hal dalam inti heterosiklik. Reaksi umum dapat ditulis sebagai berikut:

Ada dua tipe penetapan kadar sufonamid dengan metode bromometri ini,yakni : a. Metode Titrasi KembaliCara penetapan kadar sulfonamid dengan metode titrasi kembali,lebih kurang 250 mg sulfonamid yang ditimbang seksama dilarutkan dalam asam klorida 3% sedikit mungkin lalu ditambah 5 g kalium bromida dan ditambah asam klorida pekat sehingga larutan mengandung 25% asam klorida. Larutan ditambah baku kalium bromat 0,1 N setetes demi setetes dari buret sehingga timbu warna kuning. Larutan ditambahkan segara 1 g kalium iodida dan iodium bebas dititrasi dengan baku natrium tiosulfat 0,1 N dengan indikator kanji. b. Metode Titrasi Langsung Metode ini serupa dengan metode titrasi kembali tetapi dengan menggunakan indikator merah metil dan larutan dititrasi dengan baku kalium bromat 0,1 N sampai warna merah hilang.Reaksi antara brom dengan sulfonamid biasanya membentuk senyawa yang tidak larut. Pada permulaan titrasi, reaksi ini cukup cepat tetapi menjadi semakin lambat pada saat mendekati titik akhir titrasi. Oleh karena itu, peraksi harus ditambahkan setetes demi setetes terutama saat mnedakati titik akhir. Kelebihan bromat ditunjukkan oleh warna kuning yang timbul. Pada titrasi langsung, endapan sulfonamid terbromasi menyerap indikator sehingga diperlukan kelebihan brom untuk menghilangkan warna tersebut. Penambahan asam asetat dapat mencegah timbunya endapan. Jika perlu dilakukan penambahan indikator lagi pada saat menjelang titik akhir sehingga perubahan warna menjadi lebih jelas. Merah metil merupakan indikator asam basa yang brom dirusak secara irreversibel.Keuntungan dan kerugian :Kerugian metode bromometri adalah bahwa metode ini tidak spesifik. Senyawa fenol seperti asam salisilat dapat mengikat brom sehingga dapat mengganggu penetapan. Disamping itu senyawa-senyawa seperti amin aromatis,senyawa yang mempunyai atom hidrogen yang mudah tersubstitusi,senyawa yang tidak jenuh serta senyawa yang mudah dioksidasi oleh brom akan mengganggu penetapan kadar dengan cara ini. Sulfonamida yang berbeda akan mengikat jumah brom yang berbeda. Keuntungan, metode tirasi kembali memberi titik akhir yang jelas.

4. Metode ArgentometriBeberapa sulfonamid membentuk garam perak yang tidak larut dalam suasana basa. Sulfonamid,sulfametazin,sulfapiridin,elkosin dan suksinil dapat ditetapkan secara kuantitatif dengan garam perak. Cara penetapan kadar sulfonamid secra argentometri: lebih kurang 250 mg sulfonamid yang ditimbang secara seksama dilarutkan dalam sedikit mungkin natrium hidroksida 0,1N. Larutan dibuat sehingga berwarna biru lemah terhadap timolftalin dan diencerkan dengan 50 ml air. Warna biru yang terbentuk tersebut dihilangkan dengan beberapa tetes asam sulfat 0,1 N lalu ditambah 25,0 ml perak nitrat 0,1 N. Setelah didiamkan ditempat gelap,endapan disaring dengan dua lapis kertas saring dan dicuci dengan air. Filtrat diasamkan dengan asam nitrat dan kelebihan perak nitrat dititrasi dengan amonium tiosianat 0,1N menggunakan indikator besi(III) amonium sulfat. Tiap ml perak nitrat 0,1N setara dengan 0,1 mmol sulfonamid. Pada penetapan kadar sufonamid di atas, reaksi umum yang terjadi adalah sebagai berikut:

5. Metode Spektrofotometria. Spekrofotometri UV Cara penetapan kadar sulfadiazin dengan spektro UV(sulfadiazin dalam etanol pada panjang gelombang 270 nm mempunyai harga sebesar 844) adalah sebanyak 100 mg sulfadiazin ditimbang seksama,dilarutkan dalam 50 ml etanol. Larutan dimasukkan dalam labu takar 100 ml dan ditambahkan etanol sampai batas tanda. Sebanyak 0,5 m larutan diatas diambil dan dimasukkan dalam labu takar 100 ml lalu ditambah etanol. Larutan dibaca absorbansinya pada panjang gelombang 270 nm terhadap blangko yang berisi etanol sehingga akan didapatkan absorbansi baku (Ab ). b. Spekrofotometri Sinar Tampak(visibel) atau kolorimetri.Ada bermacam-macam metode kolirimetri untuk menetapkan kadar sufonamid. Pada umumnya, metode ini untuk menetapkan kadar sulfonamid dalam jumlah kecil misalnya pada penetapan hasil pemisahan kromatografi kertas dari campuran sulfonamid.i. Metode bratton-marshallii. Metode asam tiobarbituratiii. Metode p-benzokuinonc. Spektrofotometri derivatif Spektra turunan ordo ketiga dan orde ke empat telah digunakan untuk menentukan kadar sulfatiazol, sulfanilamid,dan campuran keduanya. Metode ini sesuai untuk sulfatiazol pada kisaran 1-22 ug/ml dan untuk sulfanilamid pada kisaran 0,5-4 ug/ml dan juga dapat digunakan untuk menentukan kadra sulfonamid dalam sediaan farmasi.6. Metode Spektroflurometri Spektrofluorometri dan fluoresensi yang diinduksi secar fotokimia pada suhu ruangan RTPF telah digunakan untuk penentuan sulfasetamid(SAC),sulfaguanidin(SG),dan sulfametazin(SMT) dalam susu dan dalam sediaan farmasi. Metode ini sesuai untuk menentuka SAC pada kisaran 0,02-0,01 ug/ml, SG pada kisaran 0,10-0,50 ug/ml, dan SMT pada kisaran 0,40-1,00 ug/ml.Prosedur analisis dengan metode RTPF: sejumah alikuot masing-masing larutan sampel ditempatkan dalam kurvet kuarsa dan disinari dengan sinar ultraviolet dari lampu merkuri dalam waktu tertentu pada suhu kamar. Pembacaan intesitas flourensi masing-masing larutan sampel dilakukan pada panjang gelombang eksitasi dan panjang gelombang emisi tertentu dengan waktu penyinaran optimum untuk SMT selama 10 menit. Untuk menentukan kadar sulfonamid dalam susu,sampel difortifikasi dengan SAC atau SG diikuti dengan pengenceran menggunakan air deionisasi (1:1000) dalam labu takar yang sesuai.

7. Metode Kromatografi Metode KCKT dengan detektor fluorosensi telah dikembangkan dan divalidasi oleh Maudens dkk. Untuk penentuan 12 sulfonamid dalam madu dengan melakukan derivatisasi post-column menggunakan fluoresamin. Perlakuan sampel meliputi hidrolisis dengan asam diikuti dengan ekstraksi cair-cair dan ekstraksi fase padat (solid phase extration,SPE) pada penukar kation yang kuat. Pemisahan kromatografi cair dilakukan selama 45 menit dengan total waktu analisis selama 60 menit. Identitas dan kuantifikasi sulfonamid didasarkan pada waktu retensi dan intensitas fluoresensinya.G. Reaksi-reaksi yang terjadi1. Reaksi antara sulfonamid (yang tidak mengandung substituen cincin aromatis atau cincin heterosiklik )dengan bromin2.Reaksi antara sulfonamid(yang mengandung substituen cincin aromatis atau cincin heterosiklik ) dengan bromin

3.Reaksi antara sulfonamid dengan perak nitrat membentuk endapan perak-sulfonamid

BAB IIIPENUTUP

A. Kesimpulan

1. Sulfonamida adalah kemoterapeutik yang pertama digunakan secara sistemik untuk pengobatan dan pencegahan penyakit infeksi pada manusia. Sulfonamida merupakan kelompok obat penting pada penanganan infeksi saluran kemih (ISK).2. Klasifikasi Sediaan sulfonamide. Berdasarkan kecepatan absorpsi dan eksresinya, sulfonamide dibagi menjadi:a. Sulfonamid dengan absorpsi dan eksresi cepat, antara lain : sulfadiazine dan sulfisoksazol.b. Sulfonamid yang hanya diabsorpsi sedikit bila diberikan per oral dank arena itu kerjanya dalam lumen usus, antara lain : ftalilsulfatiazol dan sulfasalazin.c. Sulfonamid yang terutama digunakan untuk pemberian topical antara lain : sulfasetamid, mefenid, dan Ag-sulfadiazin.d. Sulfonamid dengan masa kerja panjang, seperti sulfadoksin, absorpsinya cepat dan eksresinya lambat.3. Efek samping yang terjadi kerusakan pada sel-sel darah yang berupa agranulositosis, anemia aplastis dan hemolitik. Efek samping yang lain ialah reaksi alergi, gangguan system hematopoetik, dan gangguan pada saluran kemih.4. Desinfektan saluran kemih atau yang biasa di sebut Infeksi saluran kemih (ISK) hampir selalu diakibatkan oleh bakteri aerob dari flora usus. Penyebab infeksi bagian bawah atau cystitis ( radang kandung) adalah pertama kuman gram negative.

B. Saran

Diharapkan bagi pembaca sekalian dapat memaklumi kekurangan dari makalah yang membahas analisis kadar obat golongan sulfonamida.Kritik dan saran dari pembaca pun sangat kami harapkan, guna perbaikan dimasa mendatang. Akhir kata kami ucapkan terimakasih.

DAFTAR PUSTAKA

Ganiswara. 1995. Farmakologi dan Terapi. Bagian Farmakologi. Fakultas Kedokteran. Universitas Indonesia. Jakarta.

Setiabudy, Rianto. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Fakultas Kedokteran. Universitas Indonesia. Jakarta.