Makalah sosiologi Tentang Partai Politik dan Konflik Politik.doc

40
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul Partai Politik dan Konflik Politik. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah sosiologi politik dan sebagai bahan diskusi kelas. Selain itu untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang partai politik dan konflik politik. Dalam penulisan makalah ini penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak baik moral material, maka pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada : 1. Dosen mata kuliah sosiologi politik yang telah memberikan ilmu dan tugas makalah ini untuk mengukur dan mengasah kemampuan mahasiswa dalam mengajarkan makalah 2. kedua orang tua yang telah memberikan dorongan material dan spiritual dalam pembuatan makalah ini. 3. Rekan – rekan FISIP UNMA yang telah memberikan motivasi dan membantu dalam penyusunan makalah ini.

description

terimakasih

Transcript of Makalah sosiologi Tentang Partai Politik dan Konflik Politik.doc

Page 1: Makalah sosiologi Tentang Partai Politik dan Konflik Politik.doc

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan

rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan

makalah dengan judul Partai Politik dan Konflik Politik.

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah

sosiologi politik dan sebagai bahan diskusi kelas. Selain itu untuk menambah

wawasan dan pengetahuan tentang partai politik dan konflik politik.

Dalam penulisan makalah ini penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak

baik moral material, maka pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan

terima kasih dan penghargaan kepada :

1.             Dosen mata kuliah sosiologi politik yang telah memberikan ilmu dan tugas makalah

ini untuk mengukur dan mengasah kemampuan mahasiswa dalam mengajarkan

makalah

2.             kedua orang tua yang telah memberikan dorongan material dan spiritual dalam

pembuatan makalah ini.

3.             Rekan – rekan FISIP UNMA yang telah memberikan motivasi dan membantu dalam

penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan

baik dilihat dari isi atau cara penyajiannya. Oleh karena itu penulis mengharapkan

kritik dan saran yang bersifat membangun untuk menyempurnakan makalah ini.

Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya

bagi pembaca.

Bayah, Nopember 2010

Penulis

DAFTAR ISI

Page 2: Makalah sosiologi Tentang Partai Politik dan Konflik Politik.doc

Hal

Kata Pengantar.......................................................................................................... i

Daftar Isi.................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 1

A.           Latar Belakang......................................................................................... 1

B.            Rumusan Masalah..................................................................................... 1

C.            Tujuan Masalah......................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................ 3

A.           Partai-Partai Politik................................................................................... 3

B.            Bentuk-Bentuk Konflik Politik.............................................................. 14

BAB III PENUTUP.............................................................................................. 29

A.           Kesimpulan............................................................................................. 29

B.            Saran....................................................................................................... 29

Page 3: Makalah sosiologi Tentang Partai Politik dan Konflik Politik.doc

BAB I

PENDAHULUAN

A.           Latar Belakang

Akhir-akhir ini sering terjadi perdebatan-perdebatan antara partai politik,

mereka saling berkompetisi di bidang politik, ada yang saling membangun namun,

adapula yang saling menjatuhkan tetapi tidak terlepas dari nilai kesatuan dan

persatuan bangsa. Walaupun begitu tetapi mereka terus berkompetisi di bidang politik

terutama di dalam kegiatan pemilu. Di dalam kegiatan tersebut mereka saling ada visi

dan misi baik antar partai politik maupun terhadap masyarakat.

Faktor-faktor terjadinya konflik antara partai politik diantaranya disebabkan

karena keinginan menjadi seorang penguasa, satu-satunya di dunia politik, dan adanya

permasalahan politik internal maupun eksternal.

Berdasarkan permasalahan di atas, penulis perli mengadkan penelitian dengan

judul “Partai Politik dan Konflik Politik”

B.            Perumusan Masalah

Permasalahan pokok yang akan dibahas dalam penelitian makalah ini adalah

sebagai berikut :

1.             Apakah partai politik itu ?

2.             Apakah konflik politik itu ?

3.             Apakah ada hubungan antara partai politik dan knflik politik ?

4.             Bagaimana cara mengetahui hubungan antara partai politik dan konflik politik

berikut dengan penyelesaiannya ?

Page 4: Makalah sosiologi Tentang Partai Politik dan Konflik Politik.doc

C.           Tujuan Masalah

Bertolak rumusan permasalahan di atas pembuatan makalah ini bertujuan :

1.             Untuk mengetahui pengertian dari partai politik.

2.             Untuk mengetahui pengertian dari konflik politik

3.             Untuk mengetahui hubungan antara partai politik dan konfli politik.

4.             Untuk mengetahui cara bagaimana hubungan partai politik dan konflik politik berikut

dengan penyesaiannya.

Page 5: Makalah sosiologi Tentang Partai Politik dan Konflik Politik.doc

BAB II

PEMBAHASAN

A.           PARTAI – PARTAI POLITIK

Partai politik pertama-tama lahir di negara-negara Eropa Barat. Dengan

meluasnya gagasan bahwa rakyat merupakan faktor yang perlu diperhitungkan serta

diikutsertakan dalam proses politik, maka partai politik telah lahir secara spontan dan

berkembang menjadi penghubung antara rakyat di satu fihak dan pemerintah di fihak

lain. Partai politik umumnya dianggap sebagai manifestasi dari suatu sistim politik

yang sudah modern atau yang sedang dalam proses memodernisasikan diri. Maka dari

itu, dewasa ini di negara-negara baru pun partai sudah menjadi lembaga politik yang

biasa dijumpai.

Di negara-negara yang menganut faham demokrasi, gagasan mengenai

partisipasi rakyat mempunyai dasar ideologis bahwa rakyat berhak turut menentukan

siapa-siapa yang akan menjadi pemimpin yang nantinya menentukan kebijaksanaan

umum (public policy). Di negara-negara totaliter gagasan mengenai partisipasi rakyat

didasari pandangan elite politiknya bahwa rakyat perlu dibimbing dan dibina untuk

mencapai stabilitas yang langgeng. Untuk mencapai tujuan itu, partai politik

merupakan alat yang baik.

Pada permulaan perkembangannya di negara-negara Barat seperti Inggris dan

Perancis, kegiatan politik pada mulanya dipusatkan pada kelompok-kelompok politik

dalam parlemen. Kegiatan ini mula-mula bersifat elitist dan aristokratis,

mempertahankan kepentingan kaum bangsawan terhadap tuntutan-tuntutan raja.

Dengan meluasnya hak pilih, kegiatan politik juga berkembang di luar parlemen

dengan terbentuknya panitia-panitia pemilihan yang mengatur pengumpulan suara

Page 6: Makalah sosiologi Tentang Partai Politik dan Konflik Politik.doc

para pendukungnya menjelang masa pemilihan umum. Oleh karena dirasa perlu

memperoleh dukungan dari pelbagai golongan masyarakat, kelompok-kelompok

politik dalam parlemen lambat laun berusaha memperkembangkan organisasi massa,

dan dengan demikian terjalinlah suatu hubungan tetap antara kelompok-kelompok

politik dalam parlemen dengan panitiapanitia pemilihan yang sefaham dan

sekepentingan, dan lahirlah partai politik. Partai semacam ini menekankan

kemenangan dalam pemilihan umum dan dalam masa antara dua pemilihan umum

biasanya kurang aktif. Ia bersifat patronage party (partai lindungan) yang biasanya

tidak memiliki disiplin partai yang ketat.

1.            Definisi Partai Politik

Di bawah in disampaikan beberapa definisi mengenai partai politik :

Carl J. Friedrich: Partai politik adalah "sekelompok manusia yang terorganisir

secara stabi dengan tujuan merebut atau mempertahankan kekuuasaan terhadap

pemerintahan bagi pimpinan partainya dan, berdasarkan penguasaan ini memberikan

kepada anggota partainya kemanfaatan yang bersifat idiil maupun materiil" (A

political party is a group of human beings, stably organized with the oh jective of

securing or maintaining for its leaders the control of a government, with the further

objective of giving to members of the party, through such control ideal and material

benefits and advan tages).

R.H. Soltau: "Partai politik adalah sekelompok warga negara yang sedikit

banyak terorganisir, yang bertindak sebagai suatu ke- dengan memanfaatkan

kekuasaannya un satuan politik dan yang bertujuan menguasai pemerintahan dan

melaksanakan kebijaksanaan umum mereka" (A group of citizens more or Les, who

act as a political unit and who, by the use of their voting power, aim to control the

government and carry out t general policies).

Page 7: Makalah sosiologi Tentang Partai Politik dan Konflik Politik.doc

Sigmund Neumann dalam karangannya Modern Political Parties

mengemukakan definisi sebagai berikut: "Partai politik adalah organisasi dari aktivis-

aktivis politik yang berusaha untuk          menguasai kekuasaan pemerintahan Berta

merebut dukungan rakyat atas dear persaingan dengan suatu golongan atau golongan

golongan lain yang mempunyai pandangan yang berbeda" (A political par ty is the

articulate organization of society's active political agent. those who are concerned

with the control of governmental power and who compete for popular support with

another group or groups holding divergent views).

2.             Fungsi Partai Politik

Dalam negara demokratis partai politik menyelenggarakan beberapa fungsi:

1)            Partai sebagai sarana komunikasi politik.

Salah satu tugas dari partai politik adalah menyalurkan aneka ragam pendapat

dan aspirasi masyarakat dan mengaturnya sedemikian rupa sehingga kesimpangsiuran

pendapat dalam masyarakat berkurang. Dalam masyarakat modern yang begitu luas.

pendapat dan aspirasi seseorang atau suatu kelompok akan hilang tak berbekas seperti

suara di padang pasir, apabila tidak ditampung dan digabung dengan pendapat dan

aspirasi orang lain yang senada. Proses ini dinamakan "penggabungan kepentingan"

(interest aggregation). Sesudah digabung, pendapat dan aspirasi ini diolah dan

dirumuskan dalam bentuk yang teratur. Proses ini dinamakan "perumusan

kepentingan" (interest articulation).

Semua kegiatan di atas dilakukan oleh partai. Partai politik selanjutnya

merumuskannya sebagai usul kebijaksanaan. Usul kebijaksanaan ini dimasukkan

dalam program partai untuk diperjuangkan atau disampaikan kepada pemerintah agar

dijadikan kebijaksanaan umum (public policy). Dengan demikian tuntutan dan

kepentingan masyarakat disampaikan kepada pemerintah melalui partai politik.

Page 8: Makalah sosiologi Tentang Partai Politik dan Konflik Politik.doc

Di lain fihak partai politik berfungsi juga untuk memperbincangkan dan

menyebarluaskan rencana-rencana dan kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah.

Dengan demikian terjadi arus informasi serta dialog dari atas ke bawah dan dari

bawah ke atas, di mana partai politik memainkan peranan sebagai penghubung antara

yang memerintah dan yang diperintah, antara pemerintah dan warga masyarakat.

Dalam menjalankan fungsi ini partai politik sering disebut sebagai broker (perantara)

dalam suatu bursa idee-idee ("clearing house of ideas"). Kadang-kadang juga

dikatakan bahwa partai politik bagi pemerintah bertindak sebagai alat pendengar,

sedangkan bagi warga masyarakat sebagai pengeras suara.

2)            Partai sebagai sarana sosialisasi politik.

Partai politik juga main peranan sebagai sarana sosialisasi politik (instrument of

political socialization). Di dalam ilmu politik sosialisasi politik diartikan sebagai

proses melalui mana seseorang memperoleh sikap dan orientasi terhadap phenomena

politik, yang umumnya berlaku dalam masyarakat di mana is berada. Biasanya proses

sosialisasi berjalan secara berangsur-angsur dari masa kanakkanak sampai dewasa.

Dalam hubungan ini partai politik berfungsi sebagai salah satu sarana sosialisasi

politik. Dalam usaha menguasai pemerintahan me. lalui kemenangan dalam pemilihan

umum, partai harus memperoleh dukungan seluas mungkin. Untuk itu partai berusaha

menciptakan "image" bahwa is memperjuangkan kepentingan umum. Di samping

menanamkan solidaritas dengan partai, partai politik juga mendidik anggota-

anggotanya menjadi manusia yang sadar akan tanggungjawabnya sebagai warga

negara dan menempatkan kepentingan sendiri di bawah kepentingan nasional. Di

negara-negara baru partai-partai politik juga berperan untuk memupuk indentitas

nasional dan integrasi nasional.

3)            Partai politik sebagai sarana recruitment politik.

Page 9: Makalah sosiologi Tentang Partai Politik dan Konflik Politik.doc

Partai politik juga berfungsi untuk mencari dan mengajak orang yang berbakat

untuk turut aktif dalam kegiatan politik sebagai anggota partai (political recruitment).

Dengan demikian partai turut memperluas partisipasi politik. Caranya ialah melalui

kontak pribadi, persuasi dan lain-lain. Juga diusahakan untuk menarik golongan muda

untuk dididik menjadi kader yang di massa mendatang akan .mengganti pimpinan

lama (selection of leadership).

4)            Partai politik sebagai sarana pengatur konflik (conflict management).

Dalam suasana dcmokrasi, persaingan dan perbedaan pendapat dalam

masyarakat merupakan soal yang wajar. Jika sampai tcrjadi konflik, partai politik

berusaha untuk mengatasinya. Dalam praktek politik sering dilihat bahwa fungsi-

fungsi tersebut di atas tidak dilaksanakan seperti yang diharapkan. Misalnya infor.

masi yang diberikan justru menimbulkan kegelisahan dan perpecahan dalam

masyarakat; yang dikejar bukan kepentingan nasionale akan tetapi kepentingan partai

yang sempit dengan akibat pcngkotakan politik; atau konflik tidak diselesaikan, akan

tempi malaban dipertajam.

3.             Klasifikasi Partai

Klasifikasi ptirtai dapat dilakukan dengan pelbagal Cara. Bila dilihat dari segi

kumposisi clan fungsi keanggotaannya. secara umum dapat dibagi dalam dua jenis

yaitu partai massa dan partai leader. Partai massa mengutamakan kekuatan

herdasarkan keunggulan  anggota; oleh karena itu is biasanva terdiri dari pendukung-

pendukung dari berbagai aliran politik dalam masyarakat yang sepakat untuk

hernaung di bawahnya dalam memperjuangkan suatu program yang biasanya luas dan

agak kabur. Kelemahan dari partai massa ialah bahwa masing-masing aliran atau

kelompok yang bernaung di bawah partai massa cenderung untuk memaksakan

kepentingan masing-masing, terutama pada saat-saat krisis. sehingga persatuan dalam

Page 10: Makalah sosiologi Tentang Partai Politik dan Konflik Politik.doc

partai dapat menjadi lemah atau hilang same sekali sehingga salah satu golongan

mernisahkan diri dan mendirikan partai bat Partai kader mementingkan keketatan

organisasi dan disiplin kerja dari anggota-anggotanya. Pimpinan partai biasanya

menjagi kemurnian doktrin politik yang dianut dengan jalan mcngadakan saringan

terhadap calon anggotanya dan memecat anggota yang menyeleweng dari garis partai

yang telah ditetapkan.

1)            Sistim  partai tunggal

Ada sementara sarjana yang berpendapat bahwa istilah sistim partai-tunggal

merupakan istilah yang menyangkal diri sendiri (contradictio in terminis) sebab

menurut pandangan ini suatu sistim selalu mengandung lebih dari satu unsur. Namun

demikian istilah ini telah tersebar luas di kalangan masyarakat dan pars sarjana. Istilah

ini dipakai untuk partai yang benar-benar merupakan satu-satunya partai dalam suatu

negara, maupun untuk partai yang mempunyai kedudukan dominan di antara beberapa

partai lainnya. Dalam kategori tcrakhir terdapat banyak variasi.

Pola partai-tunggal terdapat di beberapa negara Afrika (Ghana di masa

Nkrumah, Guinea, Mali, Pantai Galling), Eropa Timur dan RRC. Suasana kepartaian

dinamakan non-kompetitif oleh karma partai-partai yang ada harus menerima

pimpinan dari partai yang dominan dan tidak dibenarkan bersaing secara merdeka

melawan partai itu. Kecenderungan untuk mengambil pole sistim partai tunggal

disebabkan karena di negara-negara baru pimpinan sexing dihadapkan dengan

masalah bagaimana mengintegrasikan pelbagai golongan, daerah serta suku bangsa

yang berbeda corak social dan pandangan hidupnya. Dikuatirkan bahwa bila

keanekaragaman sosial dan budaya ini dibiarkan, besar kemungkinan akan terjadi

gejolak-gejolak sosial politik yang menghambat usaha-usaha pembangunan.

2)  Sistim dwi-partai

Page 11: Makalah sosiologi Tentang Partai Politik dan Konflik Politik.doc

Dalam kepustakaan ilmu politik pengertian sistim dwi-panai biasanya diartikan

adanya dua partai atau adanya beberapa partai tetapi dengan peranan dominan dari

dua partai. Sedikit negara yang pads dewasa ini memiliki ciri-ciri sistim dwi-partai,

kecuali Inggris, Amerika Serikat dan Filipina, dan oleh Maurice Duverger malahan

dikatakan bahwa sistim ini adalah khas Anglo Saxon. Dalam sistim ini partai-partai

dengan jelas dibagi dalam partai yang berkuasa (karena menang dalam pemilihan

umum) dan partai oposisi (karena kalah dalam pemilihan umum). Dengan demikian

jelaslah di mana letaknya tanggungjawab mengenai pelaksanaan fungsi-fungsi. Dalam

sistim ini partai yang kalah berperan sebagai pengecam utama tapi yang setia (loyal

opposition) terhadap kebijaksanaan partai yang duduk dalam pemerintahan, dengan

pengertian bahwa peranan ini sewaktu-waktu dapat bertukar tangan. Dalam

persaingan memenangkan pemilihan umum kedua partai berusaha untuk merebut

dukungan orang-orang yang ada di tengah dua partai dan -gang sering dinamakan

pemilih terapung (floating vote).

3)  Sistim multi-partai

Umumnya dianggap bahwa keanekaragaman dalam komposisi masyarakat

menjurus ke berkembangnya sistim multi-partai. Di mana perbedaan ras, agama, atau

suku bangsa adalah kuat, golongan-golongan masyarakat lebih cenderung untuk

menyalurkan ikatan-ikatan terbatas (primordial) tadi dalam satu wadah saja. Dianggap

bahwa pola multi-partai lebih mencerminkan keanekaragaman budaya dan politik

daripada pola dwi-partai. Sistim multi-partai diketemukan di Indonesia, Malaysia,

Negeri Belanda, Perancis, Swedia dan sebagainya.

Sistim multi-partai, apalagi kalau digandengkan dengan sistim pemerintahan

parlementer, mempunyai kecenderungan untuk menitik-beratkan kekuasaan pada

badan legislatif sehingga peranan badan eksekutif sering lemah dan ragu-ragu. Hal ini

Page 12: Makalah sosiologi Tentang Partai Politik dan Konflik Politik.doc

disebabkan Met karena tidak ada satu partai yang cukup kuat untuk membentul suatu

pemerintahan sendiri, sehingga terpaksa membentuk koalis dengan partai-partai lain.

Dalam keadaan semacam ini partai yanj berkoalisi harus selalu mengadakan

musyawarah dan kompromi de ngan partai-partai lainnya dan menghadapi

kemungkinan bahwa se waktu-waktu dukungan dari partai koalisi lainnya dapat ditani

kembali.

4.            Partai Politik di Indonesia

Partai politik pertama-tama lahir dalam zaman kolonial sebagai manifestasi

bangkitnya kesadaran nasional. Dalam suasana itu se. mua organisasi, apakah dia

bertujuan social (seperti Budi Utomo dan Muhammadiah) ataukah terang-terangan

menganut azas politik/agama (seperti Sarikat Islam dan Partai Katolik) atau azas

politik/sekuler (seperti PNI dan PKI), memainkan peranan penting dalam

berkembangnya pergerakan nasional. Pola kepartaian masa ini menunjukkan

keanekaragaman, pola mana diteruskan dalam masa merdeka dalam bentuk sistim

multi-partai.

Dengan didirikannya Volksraad maka beberapa partai don organisasi bergerak

melalui badan ini. Pada tahun 1939 terdapat beberapa fraksi dalam Volksraad, yakni

Fraksi Nasional di bawah pimpinan Husni Thamrin, PPBB (Perhimpunan Pegawai

Bestuur Bumi-putra) di bawah pimpinan Prawoto dan "Indonesische Nationale

Groep" di bawah pimpinan Muhammad Yamin.

Di luar Volksraad ada usaha untuk mengadakan gabungan dari nasional. Pada

tahun partai-partai politik dan menjadikannya semacam dewar 1939 dibentuk K.R.I.

(Kor.ste Rakyat wakil        Indonesia) yang terdiri dari GAPI (Gabungan Politik

Indonesia, tang merupakan gabungan dari partai-partai beraliran nasional), MIA

(Majelisul Islamil a'laa Indonesia, yang merupakan gabungan partai-partai beraliran

Page 13: Makalah sosiologi Tentang Partai Politik dan Konflik Politik.doc

Islam yang terbentuk pads tahun 193 7) dan MRI (Majelis Rakyat Indonesia, yang

merupakan gabungan organ,salt buruh).

Dengan demikian kepartaian kembali ke pola multi-partai yang telah dimulai

dalam zaman kolonial. Banyaknya partai tidak meng untungkan berkembangnya

pemerintahan yang stabil. Pemilihan umum yang diadakan pada tahun 1955

membawa penyederhanaan dalam jumlah partai dalam arti bahwa dengan jelas telah

muncul empat partai besar, yakni Masyumi, PNI, NU den PKI. Akan tetapi partai-

partai tetap tidak menyelenggarakan fungsinya sebagaimana yang diharapkan.

Akhirnya, pada mesa Demokrasi Terpimpin partai-partai dipersempit ruang-geraknya.

B.            BENTUK-BENTUK KONFLIK POLITIK

Sosiologi merupakan  ilmu social yang sasaranya masyarakat. Masyarakat yang

menjadi sasaran ilmu social dapat dilihat sebagai sesuatu yag terdiri dari berbagai

aspek, seperti halnya dengan sosiologi yang memusatkan perhatiannya kepada aspek

masyarakat yang bersifat umum dan berusaha mendapatkan pola-pola umum darinya.

Singkatnya, sosiologi mempelajari masyarakat dan hubungan antara pribadi-pribadi

dalam masyarakat tersebut.

Sedangkan ilmu politik memusatkan aspek masyarakat yang berhubungan

dengan kekuasaan. Dalam proses tersebut kemudian muncul sebuah fenomena yang

disebut dengan konflik. Untuk memahami fenomena ini secara sosiologis dan politis,

maka diperlukan suatu alat analisa interpreitasi terhadap masalah tersebut, yakni

sosiologi politik.

Konflik diyakini sebagai suatu fakta utama dalam masyarakat, baik itu

masyarakat agraris maupun masyarakat modern. Konflik lebih banyak difahami

sebagai keadaan tidak berfungsinya, komponen-komponen masyarakat sebagaimana

Page 14: Makalah sosiologi Tentang Partai Politik dan Konflik Politik.doc

mestinya atau gejala penyakit dalam masyarakat yang terintegrasi secara tidak

sempurna. Tetapi, secara empiris, tidak diakui karena, orang lebih memilih stabilitas

sebagai hakikat masyarakat.

Sebaliknya konfik  mempunyai fungsi-fungsi positif, salah satunya ialah

mengurangi ketegangan tersebut tidak bertambah dan menimbulkan kekerasan yang

memungkinkan terjadinya perubahan-perubahan.

Salah satu fungsi tersebut ialah berdampak kepada penyegaran pada sistem

sosial. Konflik memang tidak mengubah sistem sosial itu sendiri, namun konflik

menciptakan perubahan-perubahan dalam sistem. Sehingga dengan keberadaan

konflik tersebut berimplikasi terhadap sistem tersebut, yakni sistem akan lebih sedikit

efektif dari sebelumnya.

1.             Pengertian konflik

Konflik bukan merupakan suatu hal yang asing didalam hidup manusia. Sejarah

mencatat bahwasanya konflik merupakan bagian dari kehidupan manusia, sepanjang

seseorang masih hidup hampir mustahil untuk menghilangkan konflik dimuka bumi

ini baik itu konflik antar individu maupun antar kelompok. Jika konflik antara

perorangan tidak bisa diatasi secara adil dan proposional, maka hal itu dapat berakhir

dengan konflik antar kelompok.

Untuk  itu, konflik merupakan suatu gejala yang tidak dapat dipisahkan dalam

masyarakat. Fenomena konflik tsb mendapat perhatian bagi manusia, sehingga

muncul penelitian-penelitan yang menciptakan dan mengembangkan berbagai

pandangan tentang konflik.

Diantaranya ialah Charles Watkins yang memberikan suatu analisis tajam

tentang kondisi dan prasyarat terjadinya suatu konflik. Menurutnya, konflik terjadi

bila terdapat dua hal. Pertama, konflik bisa terjadi bila sekurang-kurangnya terdapat

Page 15: Makalah sosiologi Tentang Partai Politik dan Konflik Politik.doc

dua pihak yang secara potensial dan praktis/operasional dapat saling menghambat.

Secara potensial artinya, mereka memiliki kemampuan untuk menghambat. Secara

praktis/ operasional maksudnya kemampuan tadi bisa diwujudkan dan ada didalam

keadaan yang memungkinkan perwujudannya secara mudah. Artinya, bila kedua

belah pihak tidak dapat menghambat atau tidak melihat pihak lain sebagai hambatan,

maka konflik tidak akan terjadi.

Kedua, konflik dapat terjadi bila ada sesuatu sasaran yang sama-sama dikejar oleh

kedua pihak, namun hanya salah satu pihak yang akan memungkinkan mencapainya.

Kemudian, Joyce Hocker dan William Wilmt di dalam bukunya yang berjudul

interpersonal conflict, berupaya untuk memahami pandangan tentang konflik. Pada

umumnya pandangan tentang konflik dapat digambarkan sebagai berikut ;

Pertama, konflik adalah hal yang abnormal karena hal normal adalah

keselarasan. Bagi mereka yang menganut pandangan ini pada dasarnya bermaskud

menyampaikan bahwa, suatu konflik hanya merupakan gangguan stabilitas.

Kedua,  konflik sebenarnya hanyalah suatu perbedaan atau salah paham.

Mereka yang perpendapat seperti ini menganggap bahwasanya konflik hanyalah

kegagalan berkomunikasi dengan baik, sehingga pihak lain tidak dapat memahami

maksud kita yang sesungguhnya.

Ketiga, konflik adalah gangguan yang hanya terjadi karena kelakuan orang-orang

yang tidak beres. Menurut penganut pendapat ini, penyebab suatu konflik adalah anti

sosial.

2.             Konflik dan integrasi

Pengertian konflik merupakan suatu perselisihan yang terjadi antara dua pihak,

ketika keduanya menginginkan suatu kebutuhan yang sama dan ketika adanya

hambatan dari kedua pihak, baik secara potensial dan praktis. Sedangkan integrasi

Page 16: Makalah sosiologi Tentang Partai Politik dan Konflik Politik.doc

adalah proses mempersatukan masyarakat, yang cendrung membuat masyarakat

menjadi lebih baik atau harmonis. Disamping itu integrasi juga dipahami sebagai

suatu pernyataan yang sudah dicapai, atau sudah dekat untuk dicapai.

Dalam politik, konflik dan integrasi merupakan dua hal yang tidak bisa

dipisahkan. Konflik mempunyai hubungan yang erat dengan proses integrasi.

Hubungan ini disebabkan karena dalam proses integrasi terdapat sebuah proses

disoraganisasi dan disintegrasi.

Dalam proses disorganisasi terjadi perbedaan faham tentang tujuan kelompok

sosialnya, tentang norma-norma sosial yang hendak diubah, serta tentang tindakan

didalam masyarakat. Apabila tidak terdapat tindakan dalam menghadapi perbedaan

ini, maka dengan sendirinya langkah pertama menuju disintegrasi terjadi. Jadi,

disorganisasi terjadi apabila perbedaan atau jarak antara tujuan sosial dan pelaksanaan

terlalu besar.

Suatu kelompok sosial selalu dipengaruhi oleh beberpa faktor, maka 

pertentangan atau konflik akan berkisar pada penyesuaian diri ataupun penolakan dari

faktor-faktor sosial tersebut. Adapun faktor-faktor sosial yang menuju integrasi

tersebut ialah tujuan dari kelompok, sistem sosialnya, tindakan sosialnya.

Pertentangan yang terjadi dalam kelompok maupun diluar kelompok memiliki

hubungan yang saling pengaruh mempengaruhi. Untuk itu, Makin tinggi konflik

dalam kelompok, makin kecil darejat integarasi kelompok. Sedangkan makin besar

permusuhan terhadap kelompok luar, makin besar integrasi.

3.             Bentuk-bentuk konflik politik

Hubuangan antara konflik dan integarasi tidak dapat dipisahkan, hubungan ini

dapat diibaratkan dari dua sisi mata uang yang sama. Dalam kenyataanya, kita

menemukan bahwa beberapa jenis konflik sudah mencakup tingkat integrasi tertentu.

Page 17: Makalah sosiologi Tentang Partai Politik dan Konflik Politik.doc

Tahap pertama dari integrasi tersebut terdiri dari menahan penggunaan kekerasan,

yang berarti menggantikan bentuk- bentuk konflik dengan bentuk yang lainnya.

Buktinya dapat kita anlisa dari permasalah yang terjadi di Aceh.

Pada mulanya Konflik yang terjadi di aceh disikapi dengan kekerasan yang

dilakukan oleh pemerintah. Namun, ketika adanya kompromi diantara dua kelompok,

maka keduanya mulai berupaya untuk menghindari kekerasan. Dengan adanya

kesepakatan ini, berarti konflik yang terjadi sudah menuju tahap pertama dari

integrasi. Kemudian kedua pihak memulai mengganti bentuk-bentuk konflik dengan

bentuk yang lain.

Bentuk-bentuk konflik politik itu dapat diidentifikasi dari penelitian yang

dilakukan oleh Maurice Devurege. Ia  mengidentifikasi bentuk-bentuk konflik politik

menjadi dua kategori yakni; senjata-senjata pertempuran dan strategi politik

1)            Senjata-senjata pertempuran

Manusia dan organisasi dalam konflik satu sama lain mempergunakan berbagai

jenis senjata di dalam perjuangan politik. Senjata yang digunakan tergantung dari

masyarakat setempat dan kelompok-kelompok sosialnya, diantaranya ialah senjata

dalam bentuk kekerasan fisik, senjata dalam bentuk yang lain seperti uang, media dan

organisasi. Namun, belakangan ini kekerasan fisik merupakan senjata yang sering

digunakan.

Padahal tujuan pertama-tama dari politik adalah untuk menghapus kekerasan,

untuk menggantikan konflik berdarah dengan bentuk-bentuk perjuangan sipil yang

lebih dingin, dan untuk menghapus peperangan, baik sipil atau internasional. Politik

cenderung menghapus kekerasan, akan tetapi dia tidak pernah berhasil seluruhnya.

Senjata-senjata dalam arti sempitnya —senjata militer— tidak seluruhnya dikeluarkan

dari konflik politik. Memang politik adalah konflik, akan tetapi juga pembatasan

Page 18: Makalah sosiologi Tentang Partai Politik dan Konflik Politik.doc

konflik, dan konsekuensinya suatu permulaan dari proses integrasi. Namun, tidaklah

mutlak.

a)             Kekerasan fisik

Berbicara secara luas, ada dua jenis kekerasan yang dipergunakan sebagai

senjata di dalam pertempuran politik: kekerasan oleh negara melawan para warganya,

dan kekerasan antara kelompok warga negara atau melawan negara.

Alat kekerasan yang digunakan negara untuk melawan negara adalah militer

yang mempergunakan senjata. untuk mempertahankan otoritasnya terhadap rakyat

yang diperintahkannya, senjata militer juga dipergunakan dalam perjuangan politik

Pertama, senjata dipergunakan selama tahap awal dari perkembangan sosial, ketika

negara masih terlalu lemah untuk memperoleh monopoli lengkap dari senjata-senjata

militer bagi keuntungannya sendiri.

Lantas, perjuangan merebut kekuasaan terdiri dari munculnya fraksi bersenjata

yang saling berhadapan baik itu organisasi politik yang mempergunakan senjata

maupun pemberontakan terhadap negara.

Kemudian, ketika militer tidak lagi untuk melayani negara, tidak lagi berada

dalam kuasa mereka yang memerintah, dan ketika mereka sendiri bergabung di dalam

perjuangan untuk merebut kekuasaan. Maka militer berubah menjadi kelompok

kepentingan, yang berupaya untuk merebut kekuasaan.

Bilamana angkatan bersenjata menetapkan dirinya menjadi suatu organisasi

politik yang     independen dan tidak lagi menaati pemerintah, jelas ada disorganisasi

yang mendalam dalam organisasi politik.

Justru dari hakikatnya militer selalu merupakan bahaya politik bagi negara.

Mereka yang memegang senjata selalu digoda untuk menyalahgunakannya, sama

Page 19: Makalah sosiologi Tentang Partai Politik dan Konflik Politik.doc

seperti mereka yang memegang posisi otoritas mendapat godaan untuk melampaui

hak-haknya.

b)             Kekayaan

Dalam realitas politik; uang tidak pernah menjadi satu-satunya "penguasa".

Namun dalam banyak masyarakat, seperti dalam masyarakat kapitalis, uang adalah

senjata yang hakiki. Untuk itu, uang yang merupakan simbol dari kekayaan telah

menjadi sebuah senjata politik. Sehingga tak dapat dipungkiri bahwa kekayaan

merupakan bagian dari hal yang mewarnai bentuk-bentuk konflik politik.

Seperti dalam masyarakat agraris yang menggunakan kekayaannya seperti tanah

sebagai sumber dari kekuatan politik, hal ini dilakukan oleh kelas pemilik tanah atau

aristokrat. Kemudian, pada abad kesembilan belas muncul kalangan borjuis yang

menggantikan sumbernya dari pemilikan tenah kepada kekuatan uang. Jadi, pada

pekembangannya uang mulai terkesan sebagai senjata politik.

c)             Organisasi

Di dalam komunitas manusia yang besar, terutama di dalam negara modern,

pertikaian politik dilancarkan antara organisasi-organisasi. Organisasi-organisasi ini

kelompok-kelompok yang berstruktur, dengan kemampuan artikulasi, dan hirarkis,

terutama terlatih bagi perjuangan merebut kekuasaan.

Hakikat organisatoris dari kekuatan- kekuatan sosial ini adalah fakta yang

fundamental dari kehidupan politik masa kini. Tentu saja, ada selalu sejumlah

organisasi kekuatan-kekuatan sosial yang bersungguh-sungguh pada aksi politik, akan

tetapi selama seratus tahun terakhir, teknik organisasi kolektif dan metode

memasukkan orang ke dalam kelompok aksi kolektif telah sangat disempurnakan.

Wajah yang sungguh asli dari perjuangan politik sekarang bukanlah bahwa dia terjadi

antar organisasi, akan tetapi karena organisasi ini begitu rapi dikembangkan.

Page 20: Makalah sosiologi Tentang Partai Politik dan Konflik Politik.doc

Kita dapat mengklasifikasikan organisasi politik menjadi dua kategori utama

partai-partai politik dan kelompok kepentingan. Tujuan utama dari partai adalah

memperoleh kekuasaan atau mengambil bagian dalam kekuasaan; mereka berusaha

memperoleh kursi dalam pemilihan umum, mengangkat wakil dan menteri, dan

mengontrol pemerintah. Sedangkan kelompok kepentingan tidak berusaha untuk me-

rebut kekuasaan atau berpartisipasi di dalam pelaksanaan kekuasaan, namun

tujuannya adalah mempengaruhi dan menekan mereka yang memegang kekuasaan.

d)            Media informasi

Media yang merupakan alat untuk menyebarkan pengetahuan dan informasi ini

juga dapat dikatakan sebagai senjata politik, yang mampu dipakai oleh negara, oleh

organisasi, partai dan gerakan rakyat.

Dalam rezim-rezim otoritarian, media informasi biasanya berada dalam kontrol

negara, yang berfungsi untuk menyebarkan propaganda negara. Propaganda ini

cenderung untuk mengamankan dukungan penuh dan pemerintah. Dia tidak

berorientasi kepada perjuangan kelas atau kategori sosial yang meliputi bangsa, akan

tetapi kepada penyatuan negara. Dia merupakan alat integrasi sosial atau

pseudointegrasi

Sedangkan dalam rezim demokratis, tidak semua media informasi dikontrol

oleh negara; banyak yang memiliki sifat seperti kelompok kepentingan. Pluralisme

media adalah unsur di dalam pluralisme rezim, bersama dengan pluralisms partai

politik.

Namun, jarang kita mendapatkan negara demokratis di mana negara tidak

menguasai satu pun media informasi, sebagaimana di Amerika Serikat. Hampir di

mana-mana, penyiaran radio diorganisir oleh dinas negara, sekurang-kurangnya

sebagian.

Page 21: Makalah sosiologi Tentang Partai Politik dan Konflik Politik.doc

2)            Strategi politik

a)             Konsentrasi atau penyebaran-penyebaran senjata politik

Dari segi distribusi senjata-senjata politik, masyarakat dapat dibagi menjadi dua

jenis masyarakat politik, yakni masyarakat dengan konsentrasi senjata dan masyarakat

dengan penyebaran senjata.

Di dalam masyarakat dengan konsentrasi senjata, semua senjata-senjata politik,

atau sekurang-kurangnya yang utama, dipegang oleh satu kelas atau kelompok sosial.

Seperti yang terdapat di dalam masyarakat feodal dan monarki, misalnya, senjata

utama pada masa itu — senjata-senjata militerdan kekayaan pemilikan tanah—

dikonsentrasikan di dalam tangan kaum aristokrat.

Sedangkan di dalam masyarakat dengan penyebaran senjata, senjata-senjata

utama dibagi pada beberapa kelas atau kategori kelas. Saat ini, di satu pihak, kaum

kapitalis memiliki kekayaan, yang dipakainya untuk kepentingan propaganda, dengan

demikian memegang unsur-unsur kekuasaan politik yang paling penting dalam

tangannya. Namun dipihak lain, kaum pekerja/buruh juga mempenyai kekuatan

dengan bentuk organisasi masa (partai-partai rakyat dan serikat buruh)

b)             Perjuangan terbuka atau perjuangan diam-diam

Perjuangan terbuka dalam konflik politik dapat ditemukan pada negara yang

menganut faham demokrasi. Dimana dalam demokrasi konflik politik bersifat resmi

atau diakui, seperti dalam kampanye, pemilu, demonstrasi dan di parlemen. Biasanya

kelompok-kelompok yang bertarung dalam konflik politik ini adalah organisasi

politik yang legal seperti partai.

Bagi organisasi yang tidak berorientasi kepada politis, mereka memiliki potensi

untuk berupaya mengejar tujuan-tujuan politiknya dengan cara yang ilegal. Karena

sifanya ilegal, maka perjuangannya dilakukan secara diam-diam. Fakta ini dapat

Page 22: Makalah sosiologi Tentang Partai Politik dan Konflik Politik.doc

dilihat dari munculnya gerakan-gerakan bawah tanah yang berupaya untuk merebut

kekuasaan.

c)             Pergolakan didalam rejim dan perjuangan untuk mengontrol rejim

Dalam negara-negara demokrasi, pergolakan politik terbuka tetap terbatas.

Perbedaan dasar dalam hubungan ini harus dibuat antara pergolakan di dalam dan

perjuangan untuk merebut rezim.

Perbedaan antara perjuangan merebut rezim dan perjuangan di dalam rezim

berhubungan dengan konsep legitimasi. Konflik-konflik berada dalam kerangka

pemerintah, bilamana mayoritas para warga menganggap pemerintah tersebut

legitimete, bilamana ada konsensus tentang hal ini. Konflik tidak dapat ditampung di

dalam kerangka pemerintah kecuali ada konsensus tentang legitimasinya.

Apabila konsensus itu berantakan, ketika  hanya sebagain kelompok yang

mengakui legitimasi pemerintah , maka akan muncul perjuangan melawan rezim.

Akibatnya, perjuangan di dalam rezim dan perjuangan melawan rezim bukanlah

strategi alternatif yang bisa dipilih seseorang dalam suatu suasana yang normal, tetapi

dalam situasi tertentu. Bilamana konsensus politik secara mendalam terbagi, maka

situasi revolusioner menghasilkan perjuangan melawan rezim.

Perjuangan melawan suatu rezim bisa mengambil dua bentuk yang berbeda-

beda, tergantung dari apakah dia hanya memperhatikan tujuan-tujuan yang harus

dicapai atau juga cara-cara yang harus dipergunakan dalam mencapai tujuan-tujuan

tersebut.

Perjuangan melawan suatu rezim selalu berarti bahwa sebagian warga negara

tidak menerima lembaga-lembaga yang ada dan berjuang untuk menggantikannya

dengan lembaga-lembaga lain.

d)            Strategi dua blok atau strategi sentris

Page 23: Makalah sosiologi Tentang Partai Politik dan Konflik Politik.doc

Perjuangan politik di dalam suatu sistem dwi-partai berbeda dari perjuangan di

dalam sistem multi-partai. Dalam perjuangan sistem dwi partia mengambil bentuk

duel, sedangkan dalam sistem multi partai, sejumlah musuh saling berhadapan dan

membentuk berbagai koalisi. Perbedaan politik antara kiri dan kanan memungkinkan

kita memperbandingkan kedua situasi tersebut.

Golongan politik “kanan” memilih sikap untuk menerima tatanan sosial yang

ada dan mereka secara relatif puas terhadap tatanan tersebut,  yang akhinya mereka

putuskan untuk melanjutkannyas. Sedangkan golongan “kiri” tidak menyukai tatanan

sosial yang ada dan mau mengubahnya.

Namun, pada kenyataannya, strategi dua blok adalah bentuk sentrisme, karena

setiap blok dipaksa untuk mengorientasikan politiknya ke arah tengah.

e)             kamuflase

Salah satu alat strategi yang digunakan dalam setiap jenis rezim ialah

kamuflase. Kamuflase merupakan upaya untuk menyembunyikan tujuan-tujuan yang

sebenarnya dan motif-motif aksi politik yang sebenarnya di balik tujuan dan motif

yang semu yang lebih populer,  dan karena itu, mengambil keuntungan dari dukungan

rakyat yang lebih besar.

Alat ini dipakai oleh individu-individu, partai-partai, dan kelompok-kelompok

kepentingan di dalam perjuangannya untuk memenangkan atau mempengaruhi

kekuasaan. Dia juga dipakai oleh pemerintah untuk memperoleh kepatuhan dari para

warga dan untuk mengembangkan integrasi sosial dan politik yang nyata.

Kamuflase mempunyai beberapa bentuk diantranya ialah Teknik kamuflase

yang paling biasa adalah menutupi suatu tujuan yang kurang terhormat di balik

sesuatu yang lebih terhormat dalam hu-bungan dengan sistem nilai dari suatu

Page 24: Makalah sosiologi Tentang Partai Politik dan Konflik Politik.doc

masyarakat tertentu. Teknik lain dalam kamuflase adalah membuat kasak-kusuk

terhadap sebagian besar penduduk bahwa kepentingannya berada dalam

Page 25: Makalah sosiologi Tentang Partai Politik dan Konflik Politik.doc

BAB III

PENUTUP

A.           Kesimpulan

Partai politik merupakan suatu kelompok yang terorganisir yang anggota-

anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan citra-cita yang sama. Tujuan

kelompok ini ialah untuk meperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik

(biasanya) denganc ara konstitusional untuk melaksanakan kebijaksanaan-

kebidajksanaan mereka.

Konflik politik merupakan suatu gejala yang tidak dapat dipisahkan dalam

masyarakat. Fenomena konflik tersebut mendapat perhatian bagi manusia, sehingga

muncul penelitian-penelitian yang menciptakan dan mengembangkan berbagai

pandangan tentang konflik. Menurut Charles Wartkins yang memberikan analisis

tajam tentang konfisi dan prasarat terjadinya suatu konflik. Konflik terjadi bila

terdapat 2 hal, yaitu 1) konflik bisa terjadi bila sekurang-kurangnya dua pihak yang

secara potensial dan praktis dapat saling menghambat dan konflik dapat sama-sama

dikejar oleh kedua pihak, namun hanya salah satu pihak yang akan memungkinkan

mencapainya.

B.            Saran

Pada penyusunan makalah ini penulis menyadari bahwa banyak kekurangan-

kekurangan nya baik, cara penyusunan maupun pemaparan nya. Untuk itu penulis

mengharapkan kritik dan sran yang sifatnya membangun untuk menyempurnakan

makalah ini.