BAB I politik.doc
-
Upload
iwan-budihartana -
Category
Documents
-
view
36 -
download
0
description
Transcript of BAB I politik.doc
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Penelitian
Kartu Keluarga wajib dimiliki oleh setiap keluarga di Indonesia.
Kepemilikan Kartu Keluarga dapat diurus mempergunakan jalur-jalur
birokrasi yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Setiap keluarga diwajibkan mengurus pembuatan Kartu Keluarga yang
dalam penelitian ini dilakukan di Kecamatan Banjar Kota Banjarsebagai
lembaga yang menangani urusan Kartu Keluarga di wilayah tersebut.
Berdasarkan pengamatan awal yang dilakukan oleh penulis di lapangan,
pelayanan pembuatan surat pengantar Kartu Keluarga (KK) di Kecamatan
Banjar berjalan kurang optimal, dapat dilihat dari beberapa permasalahan,
di antaranya yaitu prosedur pembuatan surat pengantar Kartu Keluarga
(KK) yang berbelit-belit yaitu harus ke RT, RW, Kelurahan atau Desa baru
ke Kecamatan. Belum lagi di Kantor Kecamatan harus melalui beberapa
bagian yaitu Seksi Pemerintahan, kemudian diketahui oleh Sekretaris
Kecamatan dan terakhir ke Camat. Permasalahan tersebut muncul diduga
karena birokrasi pemerintahan Kecamatan Banjar kurang cakap dalam
menerapkan keahliannya sebagai suatu alat birokrasi yang seharusnya
menerapkan prinsip efektivitas dalam pelayanannya. Birokrasi cenderung
miskin ide-ide baru untuk menyederhanakan prosedur pembuatan surat
pengantar Kartu Keluarga (KK) dan menemukan solusi terhadap
1
2
permasalahan tersebut. Sehingga warga merasa enggan untuk mengurus
sendiri dan lebih memilih mempergunakan jasa orang lain yang memiliki
akses kedekatan dengan birokrasi.
Permasalahan yang lain, yaitu seringkali Kartu Keluarga (KK) selesai
dengan waktu yang relatif lama. Memang mengenai waktu penyelesaikan
Kartu Keluarga (KK) tidak secara jelas diatur dalam peraturan perundangan
namun menurut hasil wawancara dengan Kepala Seksi Pemerintahan, bahwa
waktu penyelesaian Kartu Keluarga (KK) adalah seminggu, terhitung mulai
dari RT hingga Kartu Keluarga (KK) tersebut selesai di Kecamatan.
Masyarakat yang sangat membutuhkan Kartu Keluarga (KK) dalam waktu
cepat guna keperluan tertentu sangat dirugikan dengan tidak
terselesaikannya Kartu Keluarga (KK) tepat pada waktunya tersebut. Hal ini
tentu bertolak belakang dengan asas cepat yang seyogyanya dimiliki oleh
birokrasi pemerintahan. Salah satu penyebab Kartu Keluarga (KK) tidak
selesai pada waktunya tersebut disebabkan karena kurangnya tanggung
jawab yang dimiliki oleh aparatur pemerintahan di Kecamatan Banjar .
Selain itu, warga kurang begitu mengetahui tentang prosedur yang harus
dijalani dalam membuat Kartu Keluarga di Kecamatan. Tahapan-tahapan
prosedural ini kurang tersosialisasikan luas kepada masyarakat. Hal ini
menunjukan adanya sosialisasi yang kurang tentang pelaksanaan prosedur
yang benar yang harus dijalani dalam mendapatkan layanan pemerintah,
khususnya dalam pembuatan Kartu Keluarga.
3
Kemudian dalam hal transparansi besaran biaya pelayanan pembuatan surat
pengantar Kartu Keluarga (KK) yang tidak jelas, sehingga biaya yang lebih
besar dikeluarkan oleh masyarakat dari yang seharusnya. Hal ini
dimungkinkan ada beberapa pihak yang mengambil keuntungan dari
besaran biaya yang seharusnya dikeluarkan dalam pembuatan Kartu
Keluarga.
Tidak adanya sanksi yang tegas dari masyarakat yang membuat birokrasi
seakan dimanjakan dalam melaksanakan tugas-tugas pelayanannya kepada
masyarakat. Masyarakat tidak dapat menyampaikan keluhannya karena
tidak adanya saluran untuk menyampaikan keluhan dalam layanan
pembuatan Kartu Keluarga.
Tampaknya kurang optimalnya pelayanan pembuatan surat pengantar Kartu
Keluarga (KK) di Kecamatan Banjar Kota Banjarberdasarkan pemaparan di
atas diduga karena birokrasi pemerintahan yang dijalankan kurang
profesional.
Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah sedikit banyak telah merubah struktur kelembagaan
maupun kinerja pemerintah daerah di Indonesia. Hal ini merupakan sebuah
bagian dari proses bergulirnya reformasi birokrasi pemerintahan di
Indonesia.
Wajah yang ditampilkan birokrasi pemerintahan kita selama ini memang
tidaklah semulus apa yang kita harapkan. Dalam eksistensinya birokrasi
4
pemerintahan di Indonesia mengalami berbagai persoalan baik yang bersifat
struktural maupun kultural.
Dampak dari apa yang ditunjukan oleh kinerja birokrasi tentu saja dirasakan
langsung oleh masyarakat yang secara langsung mendapatkan pelayanan
dari birokrasi pemerintahan. Padahal sejatinya apa yang dilakukan dalam
upaya pembenahan birokrasi diarahkan bagi peningkatan pelayanan kepada
publik. Dalam rangka pelaksanaan otonomi, pemerintah daerah memiliki
tanggung jawab selain meningkatkan kesejahteraan masyarakat, juga
mengkedepankan kualitas pelayanan masyarakat yang berkelanjutan.
Selama ini perilaku birokrasi lebih bersikap tradisional bahkan feodalistis.
Dalam pandangan birokrasi yang demikian, birokrasi berada di atas rakyat
dan bukan di tengah-tengah rakyat. Dalam kultur feodal seperti ini,
menumbuhkan budaya nepotisme. Sehingga kepentingan masyarakat yang
seharusnya diberikan secara adil dan merata tersisihkan oleh faktor
kedekatan atau kekerabatan, sehingga hanya orang-orang yang memiliki
akses kedekatan inilah yang mendapatkan layanan pemerintah secara
optimal.
Pemerintahan, dengan kata lain, pada hakekatnya adalah pelayanan kepada
masyarakat. “Pemerintahan tidaklah diadakan untuk melayani dirinya
sendiri, tetapi untuk melayani masyarakat serta menciptakan kondisi yang
memungkinkan setiap anggota masyarakat dapat mengembangkan
kemampuan dan kreativitasnya demi mencapai kemajuan bersama” (Rasyid,
1996). Oleh karena itu, dalam pemerintahan modern pada era globalisasi
5
dewasa ini, pemerintahan perlu semakin didekatkan kepada masyarakat,
sehingga pelayanan yang diberikannya menjadi semakin baik (the closer the
government, the better it services) (Osborne & Gaebler, 1992). Asumsinya,
kalau pemerintahan berada dalam jangkauan masyarakat, maka pelayanan
yang diberikan menjadi lebih cepat, hemat, murah, daya tanggap,
akomodatif, inovatif, dan produktif (Djohan dan Rasyid pada Jurnal Volume
7.1/Pengembangan Aparatur Pemerintahan Daerah dalam menyongsong Era
Otonomi Daerah).
Pemerintah hadir untuk melayani dan mengatur masyarakat secara adil dan
merata. Tetapi apa yang ditampilkan pemerintah memiliki kecenderungan
ke arah sebaliknya, bahwa pemerintah cenderung ingin dilayani. Berkaitan
dengan hal tersebut Ermaya Suradinata dalam bukunya “Pemimpin dan
Kepemimpinan Pemerintahan, Pendekatan Budaya, Moral, dan Etika”
mengungkapkan bahwa:
Kalau kita melihat yang terjadi sekarang ini, banyak aparatur pemerintah
yang nampaknya semakin jauh dari peran utamanya sebagai pelayan
masyarakat, dan lebih cenderung berperan sebagai penguasa, bahkan minta
dilayani
Kurang optimalnya pelayanan pada masyarakat terjadi di berbagai tingkat
dan sektor pemerintahan yang banyak dikeluhkan oleh masyarakat. Hampir
segala bentuk layanan yang disediakan oleh birokrasi pemerintah, dalam
kehidupan sehari-hari baik itu PAM, listrik, telepon, KTP, KK dan
6
sebagainya sering berakhir dengan kekecewaan. Banyaknya keluhan dari
berbagai pihak disampaikan melalui media massa.
Fenomena pelayanan yang dilakukan oleh pemerintah menunjukan gejala
yang hampir sama di berbagai sektor pelayanan pemerintah yang berujung
pada ketidakpuasan masyarakat sebagai konsumen. Salah satunya terjadi di
Kecamatan Banjar , yaitu dalam hal pelayanan pembuatan surat pengantar
Kartu Keluarga (KK) yang diselenggarakan oleh aparat Pemerintah
Kecamatan Banjar khususnya Seksi Pemerintahan.
Berdasarkan latar belakang penelitian, penulis tertarik untuk meneliti
hubungan antara profesinalisme birokrasi pemerintahan dengan kualitas
pelayanan publik dalam pembuatan surat pengantar Kartu Keluarga (KK)
dengan mengajukan judul penelitian “Pengaruh Profesinalisme Birokrasi
Pemerintahan Terhadap Kualitas Pelayanan Publik Pembuatan Surat
Pengantar Kartu Keluarga (KK) di Kecamatan Banjar Kota Banjar”.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, maka peneliti
memberikan batasan masalah yang akan diteliti dalam penyusunan usulan
penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
Bagaimana Profesionalisme Birokrasi Pemerintahan di Kecamatan Banjar
Kota Banjar ?
Bagaimana kualitas pelayanan publik pembuatan surat pengantar kartu
keluarga (KK) di Kecamatan Banjar Kota Banjar ?
7
Bagaimana pengaruh Profesinalisme Birokrasi Pemerintahan Terhadap
Kualitas Pelayanan Publik Pembuatan surat pengantar Kartu Keluarga (KK)
di Kecamatan Banjar Kota Banjar ?
Maksud dan Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maksud
penelitian ini adalah untuk menjelaskan Profesionalisme Birokrasi
Pemerintahan dalam kualitas pelayanan publik pembuatan surat pengantar
Kartu Keluarga (KK) di Kecamatan Banjar Kota Banjar. Sedangkan tujuan
dari usulan penelitan ini adalah:
Untuk mengetahui Profesionalisme Birokrasi Pemerintahan di Kecamatan
Banjar Kota Banjar.
Untuk mengetahui kualitas pelayanan publik pembuatan surat pengantar
kartu keluarga (KK) di Kecamatan Banjar Kota Banjar.
Untuk mengetahui pengaruh Profesinalisme Birokrasi Pemerintahan
Terhadap Kualitas Pelayanan Publik Pembuatan surat pengantar Kartu
Keluarga (KK) di Kecamatan Banjar Kota Banjar.
Kegunaan Penelitian
Kegunaan Teoritis
Penelitian ini berguna untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan
khususnya tentang Ilmu Pemerintahan, profesionalisme birokrasi
8
pemerintahan dan pengaruhnya terhadap kualitas pelayanan publik
pembuatan Kartu Keluarga (KK).
Kegunaan Praktis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran kepada pemimpin organisasi tentang Profesinalisme Birokrasi
Pemerintahan dan Kualitas Pelayanan Publik Pembuatan surat pengantar
Kartu Keluarga (KK) di Kecamatan Banjar Kota Banjar.
Kerangka Pemikiran
Cita-cita memiliki birokrasi pemerintahan yang profesional merupakan
harapan seluruh masyarakat Indonesia. Apalagi bila kita bandingkan dengan
apa yang ditampilkan oleh birokrasi yang dijalankan selama ini yang
cenderung mendapatkan berbagai keluhan masyarakat dibandingkan dengan
pujian yang didapat.
Profesionalisme birokrasi pemerintahan perlu mendapatkan penjabaran yang
jelas agar kita dapat memahami secara filosofis dan sosiologis tentang
makna dari profesionalisme birokrasi pemerintahan itu sendiri. Sehingga
dapat diterapkan dalam aspek pemerintahan secara nyata.
Profesi menurut Oxford Advanced Learner’s Dictonary of Current English
(1974) adalah: “Professions: occupation, one requiring advanched education
9
and special training,…”(profesi diartikan sebagai suatu pekerjaan yang
menuntut pelatihan mahir dan latihan khusus).
Profesional menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu “hal-hal yang
berkaitan dengan profesi dan atau memerlukan kepandaian khusus untuk
menjalankannya”; Sedangkan profesionalisme menurut KBBI (1994:789)
adalah “mutu, kualitas dan tindak tanduk yang merupakan ciri suatu profesi
atau orang yang profesional”.
Menurut Kartono (1996:157), profesional artinya menurut pada keahlian
jabatannya. Sedangkan Profesinalisme adalah aliran yang menerapkan
profesi sebagai asas pokok perbuatan manusia.
Menurut pendapat Soerjono Soekamto (1982:301) mengutip Weber bahwa
“birokrasi merupakan suatu organisasi yang dimaksud untuk mengerahkan
tenaga dengan teratur dan terus-menerus, untuk mencapai suatu tujuan
tertentu”.
Birokrasi sebagai suatu organisasi digambarkan oleh Max Weber memiliki
beberapa karakteristik yang dirangkum oleh Martin Albrow dan dikutip oleh
Priyo Budi Santoso (1993:18), dalam bukunya Birokrasi Pemerintahan Orde
Baru ke dalam empat ciri utama, yaitu:
A hierarchical structure involving delegation of authority from the top to the
bottom of an organization, 2) A series of officials position offices, each
having prescribed duties and responsibilities, 3) Formal rules, regulations,
and standards governing operations of the organization and behavior of its
members, 4) Technically qualified personel employed on a career basis,
10
with promotion based on qualifications and performance.( 1) Adanya suatu
struktur hirarki, termasuk pendelegasian wewenang dari atas ke bawah
dalam organisasi, 2) Adanya serangkaian posisi-posisi jabatan, yang
masing-masing memiliki tugas dan tanggung jawab yang tegas, 3) Adanya
aturan-aturan, regulasi-regulasi, dan standar-standar formal yang mengatur
tata kerja organisasi dan tingkah laku para anggotanya, 4) Adanya personel
yang secara teknis memenuhi syarat yang diperkerjakan atas dasar karier,
dengan promosi yang didasarkan pada kualifikasi dan penampilan).
Birokrasi dengan berbagai peran yang dimilikinya memiliki posisi yang
strategis guna meningkatkan kesejahteraan, keamanan, dan keadilan rakyat.
Birokrasi dan masyarakat mempunyai hubungan yang filosofis yaitu
birokrasi merupakan bagian dari rakyat yang mempunyai hubungan
sistemik, organik, fungsional dan ideal. Ini berarti birokrasi dalam
menjalankan hubungannya harus memperhatikan kepentingan rakyat.
Syukur Abdullah seperti yang dikutip oleh Priyo Budi Santoso (1993:21)
mengemukakan pendapatnya mengenai hubungan birokrasi dengan
masyarakat Indonesia, sebagai berikut:
1) Birokrasi pemerintahan umum, yaitu birokrasi yang berkenaan dengan
fungsi-fungsi dasar pemerintahan dan keamanan, hukum dan ketertiban,
perpajakan, dan intelejen. Birokrasi menjalankan fungsi dan peranan mereka
dengan orientasi pengaturan (regulative orientations) yang cukup ketat, luas,
dan efektif.
11
2) Birokrasi pembangunan, yaitu birokrasi yang menjalankan fungsi dan
peranan untuk mendorong perubahan dan pertumbuhan dalam berbagai
sektor kehidupan masyarakat. Pada hakekatnya, birokrasi diharapkan
mampu berperan dalam aspek pengaturan dan pelayanan secara bersamaan.
3) Birokrasi pelayanan, yaitu birokrasi yang menjalankan peranan pelayanan
secara langsung kepada masyarakat.
Pengertian birokrasi pemerintahan menurut Ermaya Suradinata seperti yang
dikutip oleh Tjahya Supriatna (1997:102), adalah:
Sistem yang mengatur jalannya pemerintahan dan pembangunan. Sebagai
suatu sistem, proses birokrasi mencakup berbagai sub sistem yang saling
berkaitan, saling mendukung, saling menentukan, sehingga dapat
membentuk suatu totalitas komponen yang terpadu. Sub sistem ini
mencakup kewenangan, tugas pokok, unsur manusia, tempat kerja, dan tata
kerja. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa birokrasi pemerintahan
juga merupakan alat atau instrumen pemerintah dalam melaksanakan proses
pemerintahan dan pembangunan serta pembinaan masyarakat, dst”.
Profesionalisme birokrasi pemerintahan adalah hal-hal yang berkaitan
dengan kepandaian khusus untuk menjalankan sistem yang menjalankan
sistem pemerintahan dan pembangunan. Profesionalisme menurut pendapat
Robert G. Murdick dan Joel Ross dalam Silalahi (1997:51) didasarkan pada
kriteria:
12
Knowledge (pengetahuan)
Competent application (aplikasi kecakapan)
Social responsibility (tanggung jawab sosial)
Self-control (pengendalian diri)
Community sanction (sanksi masyarakat atau sosial)
Berdasarkan pendapat tersebut, maka indikator yang akan digunakan untuk
mengetahui profesionalisme birokrasi pemerintahan sebagai hal-hal yang
berkaitan dengan kepandaian khusus untuk menjalankan sistem yang
menjalankan sistem pemerintahan dan pembangunan didasarkan kepada:
pengetahuan, aplikasi kecakapan, tanggung jawab sosial, pengendalian diri,
sanksi masyarakat atau sosial.
Berdasarkan pendapat tersebut, penulis menyimpulkan bahwa
profesionalisme pemerintahan adalah hal-hal yang berkaitan dengan
kepandaian khusus untuk menjalankan sistem yang menjalankan sistem
pemerintahan dan pembangunan. Profesionalisme birokrasi pemerintahan
yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah profesionalisme birokrasi
pemerintahan Kecamatan Sumur Bandung Kota Bandung dalam
melaksanakan profesionalisme birokrasi pemerintahan.
Adapun pengertian pelayanan menurut Luthan (dalam Moenir, 1995:17)
adalah “sebagai suatu proses yang menunjukan kepada segala usaha yang
dilakukan oleh salah satu pihak kepada pihak lain dalam rangka pencapaian
tujuan tertentu”.
13
Kualitas tidak dapat dipisahkan dari produk dan jasa atau pelayanan. Fandi
Tjiptono (1995:51) mengutip pendapat Groetsh dan Davis dalam bukunya
Total Manajemen, mengemukakan bahwa “Kualitas merupakan suatu
kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, proses, dan
lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan”.
Pengertian kualitas pelayanan dikemukakan oleh Sampara Lukman
(1999:14) dalam bukunya Manajemen Kualitas Pelayanan, sebagai berikut:
Kualitas pelayanan adalah pelayanan yang diberikan kepada pelanggan
sesuai dengan standar pelayanan yang telah dibakukan sebagai pedoman
dalam memberikan layanan. Standar pelayanan adalah ukuran yang telah
ditentukan sebagai suatu pembakuan pelayanan yang baik.
Dalam membahas pengertian pelayanan publik, sebaiknya terlebih dahulu
dibahas mengenai pengertian pelayanan. Arti pelayanan secara etimologis
dalam kamus bahasa Indonesia karangan Poerwadarminta (1995:571),
yaitu :
Berasal dari kata layan yang berarti membantu menyiapkan/mengurus apa-
apa yang diperlukan seseorang, kemudian pelayanan dapat diartikan
sebagai:
1. Perihal/cara melayani
2. Servis/jasa
3. Sehubungan dengan jual beli barang atau jasa.
14
Maka pelayanan dapat diartikan perbuatan yang diberikan untuk membantu,
menyiapkan dan mengurus baik itu berupa barang atau jasa dari satu pihak
kepada pihak lain.
Pengertian kata “publik” secara etimologis terdapat dalam kamus Inggris-
Indonesia yang ditulis oleh Jhon. M. Echols dan Hasan Shadily (1992:455),
yaitu: “1. Orang banyak (umum), 2. Rakyat”.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa kata “umum” dalam pelayanan
umum, tidak lain adalah publik atau dengan kata lain pelayanan umum dan
pelayanan publik memiliki pengertian yang sama. Dalam konteks
pemerintahan, kata publik/umum merupakan sinonim dari sebutan
masyarakat atau rakyat.
Pelayanan umum atau pelayanan publik menurut Sadu Wasistiono
(2001:51-52) dalam bukunya Kapita Selekta Manajemen Pemerintahan
Daerah, yaitu “Pelayanan umum adalah pemberian jasa baik oleh
pemerintah, pihak swasta atas nama pemerintah ataupun pihak swasta
kepada masyarakat, dengan atau tanpa pembayaran guna memenuhi
kebutuhan dan atau kepentingan masyarakat”.
Dengan demikian, yang dapat memberikan pelayanan umum atau pelayanan
publik itu bukan hanya instansi atau lembaga pemerintah saja, melainkan
pihak swasta pun dapat memberikan pelayanan publik.
Kegiatan pelayanan publik yang diselenggarakan pemerintah kepada
masyarakat meliputi banyak hal yang menyangkut semua kebutuhan
15
masyarakat. Hal ini sejalan dengan pendapat Pamudji (1994:21-22) dalam
bukunya Profesionalisme Aparatur Negara dalam Meningkatkan Pelayanan
Publik, bahwa:
Jasa pelayanan pemerintah yaitu berbagai kegiatan yang bertujuan
memenuhi kebutuhan masyarakat akan barang-barang dan jasa-jasa. Jenis
pelayanan publik dalam arti jasa-jasa, yaitu seperti pelayanan kesehatan,
pelayanan keluarga, pelayanan pendidikan, pelayanan haji, pelayanan
pencarian keadilan, dan lain-lain.
Pelayanan pembuatan surat pengantar Kartu Keluarga (KK) juga termasuk
dalam jasa pelayanan pemerintah kepada masyarakat.
Pelayanan publik yang diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat harus
memiliki kualitas yang mantap. Berkaitan dengan kualitas pelayanan yang
mantap, Supranto (1997:107) dalam bukunya Pengukuran Tingkat
Kepuasan Pelanggan untuk Menaikkan Pangsa Pasar, menyebutkan
beberapa dimensi atau ukuran kualitas pelayanan, yaitu:
Dimensi kualitas pelayanan meliputi keandalan (reliability), kemampuan
untuk melaksanakan jasa yang dijanjikan dengan tepat dan terpercaya; daya
tanggap (responsiveness), kemampuan untuk membantu pelanggan dan
ketanggapan; jaminan (confidence), pengetahuan dan kesopanan karyawan
serta kemampuan mereka untuk menimbulkan kepercayaan dan jaminan
atau assurance; empati (emphaty), syarat untuk peduli, memberikan
16
perhatian pribadi pada pelanggan; Bukti Langsung (tangible), penampilan
fasilitas fisik, peralatan, personil, dan media komunikasi.
Pendapat lain yang senada mengenai ukuran kualitas pelayanan
dikemukakan oleh Fandy Tjiptono (1997:14) yang mengutip pendapat
Zeithaml, Berry dan Pasuraman dalam bukunya Prinsip-Prinsip Total
Quality Service, yaitu:
Bukti langsung (tangibles), meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai,
dan sarana komunikasi.
Keandalan (reliability), yakni kemampuan memberikan pelayanan yang
dijanjikan dengan segera, akurat, dan memuaskan.
Daya tanggap (responsiveness), yaitu keinginan para staf untuk membantu
para pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggap.
Jaminan (assurance), mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan, dan
dapat dipercaya yang dimiliki para staf; bebas dari bahaya, resiko atau
keragu-raguan.
Empati, meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan komunikasi yang
baik, perhatian pribadi, dan memahami kebutuhan para pelanggan.
Kaitan antara profesionalisme birokrasi pemerintahan dengan kualitas
pelayanan publik ditunjukan dengan pendapat yang dikemukakan oleh
Ryaas Rasyid (1997:18) dalam bukunya “Kajian Awal Birokrasi
Pemerintahan dan Politik Orde Baru” bahwa tujuan pokok dari
17
profesionalisme birokrasi adalah terciptanya pemerintahan yang baik dan
efektif dalam arti mampu melayani kebutuhan masyarakat secara optimal.
Kaitan antara profesionalisme birokrasi pemerintahan dengan kualitas
pelayanan publik didukung pendapat Pamudji (1994:22) yang
mengemukakan hubungan profesionalisme birokrasi pemerintahan dengan
kualitas pelayanan publik, bahwa:
Seseorang tergolong profesional, yang berarti memiliki atau dianggap
memiliki keahlian, akan melakukan kegiatan-kegiatan (pekerjaan)
diantaranya pelayanan publik dengan mempergunakan keahliannya itu
sehingga menghasilkan pelayanan publik yang lebih baik mutunya, lebih
cepat prosesnya, mungkin lebih bervariasi, yang kesemuanya mendatangkan
kepuasan pada masyarakat.
Saat ini pelayanan yang dibutuhkan masyarakat adalah pelayanan yang
berkualitas tinggi. Adapun pelayanan yang berkualitas tinggi menurut
Boediono (1996:63) dalam buku Pelayanan Prima adalah sebagai berikut:
meningkatkan mutu dan produktivitas pelaksanaan tugas dan fungsi instansi
pemerintah dibidang pelayanan umum.
Mendorong upaya mengefektifkan sistem dan tata laksana pelayanan,
sehingga pelayanan umum dapat diselenggarakan secara lebih berdaya guna
dan berhasil guna.
Mendorong tumbuhnya kreativitas, prakarsa dan peran serta masyarakat
dalam pembangunan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat luas.
18
Berdasarkan uraian teoretis yang telah dipaparkan, penulis merumuskan
anggapan dasar sebagai berikut:
Profesionalisme birokrasi pemerintahan adalah hal-hal yang berkaitan
dengan kepandaian khusus untuk menjalankan sistem yang menjalankan
sistem pemerintahan dan pembangunan, didasarkan kepada: pengetahuan,
aplikasi kecakapan, tanggung jawab sosial, pengendalian diri, sanksi
masyarakat atau sosial.
Kualitas pelayanan publik merupakan pemberian jasa atau pelayanan oleh
lembaga pemerintah kepada masyarakat sesuai standar atau ukuran kualitas
pelayanan yang ditentukan oleh keandalan, daya tanggap, jaminan, empati
dan Bukti Langsung.
Profesionalisme birokrasi pemerintahan berhubungan erat dengan kualitas
pelayanan umum dalam arti dengan peningkatan profesionalisme secara
otomatis terjadi peningkatan kualitas pelayanan pada masyarakat.
Berdasarkan anggapan dasar tersebut, dirumuskan hipotesis penelitian
sebagai berikut: “Ada hubungan yang signifikan antara profesionalisme
birokrasi pemerintahan dengan kualitas pelayanan publik dalam pembuatan
surat pengantar Kartu Keluarga (KK) di Kecamatan Banjar Kota Banjar”.
Untuk menguji hipotesis diatas, penulis menggunakan hipotesis yang
dijabarkan dalam hipotesis nol, yaitu:
19
H0 : ( = 0, terdapat pengaruh antara profesionalisme birokrasi pemerintahan
dengan kualitas pelayanan publik dalam pembuatan surat pengantar Kartu
Keluarga (KK) di Kecamatan Banjar Kota Banjar.
H1: ( ( 0, tidak ada pengaruh antara profesionalisme birokrasi pemerintahan
dengan kualitas pelayanan publik dalam pembuatan surat pengantar Kartu
Keluarga (KK) di Kecamatan Banjar Kota Banjar.
Metode Penelitian
Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian tingkat eksplanasi.
Sugiyono (2010:11) menjelaskan bahwa penelitian tingkat ekplanasi adalah
penelitian yang bermaksud menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang
diteliti serta hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain.
Berdasakan tujuannya dalam penelitian ini menggunakan pendekatan
penelitian asosiatif atau hubungan. Penelitian asosiatif atau hubungan
Sugiyono (2010:11) mendefinisikannnya, yaitu penelitian yang bertujuan
untuk mengetahui hubungan dua variabel atau lebih. Dengan penelitian ini
maka akan dapat dibangun suatu teori yang dapat berfungsi untuk
menjelaskan, meramalkan dan mengontrol suatu gejala.
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
Profesionalisme Birokrasi Pemerintahan terhadap kualitas pelayanan publik
dalam pembuatan surat pengantar Kartu Keluarga (KK) di Kecamatan
Banjar Kota Banjar.
20
Operasional Variabel Penelitian
Untuk lebih memudahkan pemahaman hipotesis dalam penelitian ini,
peneliti mengemukakan operasional variabel yang menjadi objek penelitian
sebagai berikut:
TABEL 1.1
OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN
Variabel
Dimensi
Indikator
No Item
Variabel Bebas (X) Profesionalisme Birokrasi Pemerintahan
Silalahi (1997:51)
Knowledge (pengetahuan)
Pemahaman birokrasi pemerintahan yang didapat melalui pendidikan
formal.
Pemahaman birokrasi pemerintahan yang didapat melalui latihan (training)
Pemahaman birokrasi pemerintahan yang didapat melalui pengalaman
dalam praktek
1
21
2
3
Competent application (aplikasi kecakapan)
Kemampuan memberikan pelayanan kepada masyarakat
Kemampuan bekerjasama dengan masyarakat.
4
5
Social responsibility (tanggung jawab sosial)
Perilaku birokrasi pemerintahan di Kecamatan Banjar terhadap pelayanan
yang diberikan.
Perilaku birokrasi pemerintahan di Kecamatan Banjar sebagai eksekutif.
7
22
8
Self-control (pengendalian diri)
Sikap birokrasi pemerintahan dalam lingkup intern sesama rekan kerja.
Sikap birokrasi pemerintahan di Kecamatan Banjar ketika memberikan
pelayanan kepada masyarakat/konsumen.
9
10
Community sanction (sanksi masyarakat atau sosial)
Ada tidaknya sanksi yang diberikan masyarakat terhadap birokrasi
pemerintahan di Kecamatan Banjar berupa keluhan.
Ada tidaknya sanksi yang diberikan terhadap birokrasi pemerintahan di
Kecamatan Banjar berupa teguran.
11
12
23
Variabel Terikat (Y) Kualitas Pelayanan
(Tjiptono, 1997:19)
Bukti langsung (tangibles)
Jumlah aparat yang tersedia untuk melayani pembuatan surat pengantar
Kartu Keluarga (KK).
Kelengkapan peralatan dan fasilitas kerja aparat untuk melayani
pembuatan surat pengantar Kartu Keluarga (KK)
Kelengkapan media komunikasi seperti papan informasi pelayanan
pembuatan surat pengantar Kartu Keluarga (KK), kotak pos pengaduan, dan
sebagainya.
1
2
24
3
Keandalan (reliability)
Kemampuan yang dimiliki birokrasi pemerintahan Kecamatan Banjar dalam
pelayanan pembuatan surat pengantar Kartu Keluarga (KK).
Ketelitian birokrasi pemerintahan Kecamatan Banjar dalam membuat surat
pengantar Kartu Keluarga (KK), dalam arti memeriksa kembali hasil
kerjanya agar tidak terjadi kesalahan. .
4
5
Daya tanggap (responsiveness)
Kemampuan birokrasi Kecamatan Banjar untuk tanggap membantu ketika
masyarakat menemui permasalahan dalam pembuatan surat pengantar Kartu
Keluarga (KK)
Kemampuan birokrasi pemerintahan Kecamatan Banjar memberikan
pelayanan secara cepat.
25
Kemampuan aparat birokrasi untuk tanggap dalam setiap keluhan
masyarakat pembuatan surat pengantar Kartu Keluarga(KK)
6
7
8
Jaminan (assurance)
Kemampuan birokrasi pemerintahan Kecamatan Sumur Bandung untuk
bersikap sopan dalam pelayanan pembuatan surat pengantar Kartu Keluarga
(KK).
Keterbukaan atau tranparansi birokrasi pemerintahan Kecamatan Sumur
Bandung dalam hal biaya pelayanan pembuatan surat pengantar Kartu
Keluarga (KK).
9
26
10
Empati
Kepedulian birokrasi pemerintahan Kecamatan Banjar untuk memberikan
perhatian secara khusus kepada masyarakat pembuatan surat pengantar
Kartu Keluarga (KK).
Kesigapan aparat birokrasi pemerintahan untuk senantiasa mudah dihubungi
oleh pembuatan surat pengantar Kartu Keluarga (KK).
Penampilan birokrasi pemerintahan Kecamatan Banjar yang menarik dan
tampil simpatik kepada pembuatn surat pengantar Kartu Keluarga (KK).
11
12
13
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi Penelitian
27
Sugiyono (2010:90) mendefinisikan mengenai populasi penelitian bahwa
populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan peneliti
untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya.
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah masyarakat, tokoh
masyarakat dan pegawai Kecamatan Banjar Kota Banjar yang berjumlah
8.568 kepala keluarga.
Sampel Penelitian
Menurut Sugiyono (2010:62) menjelaskan bahwa sampel adalah bagian dari
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.Pada penelitian ini
peneliti menetapkan sampel yang diambil secara probability sampling, yaitu
teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi
setiap unsur populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.
Adapun untuk menentukan jumlah sampel yang dijadikan responden
diambil secara simple random sampling menggunakan rumus Slovin (dalam
Sujana, 2007) sebagai berikut:
µ §
Keterangan:
n = Besarnya ukuran sampel
N = Besarnya populasi
d = Presisi yang diinginkan
28
Dalam penelitian ini penulis menetapkan presisi sebesar 10%, sehingga
sampel yang diambil dapat diketahui melalui hasil perhitungan sebagai
berikut:
µ §
µ §
µ § dibulatkan menjadi 99
Jadi sampel minimal yang diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 99
orang responden.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dipakai peneliti dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Studi kepustakaan, yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
membaca dan mempelajari berbagai literatur dan sumber bacaan yang
berhubungan dengan masalah yang sedang diteliti.
Studi lapangan, yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
langsung mengadakan penelitian
padaÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
29
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
30
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
31
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿStudi Kepustakaan
4 Penelitian
5 Penyusunan dan
32
Bimbingan Skripsi
6 Sidang Skripsi