BAB I –BAB IV

22
BAB I LANDASAN TEORI 1.1. Latar Belakang Didunia bisnis dan perdagangan banyak pelaku usaha gencar dalam mencari modal tambahan untuk mengembangkan usahanya. Salah satunya adalah dengan menarik minat (calon) investor dengan “memamerkan” kinerjanya didalam laporan keuangan, karena laporan keuangan kerap dijadikan patokan oleh para investor dalam menilai dan memilih perusahaan yang akan di danainya. Sepenting itukah laporan keuangan? bila dijawab secara langsung, laporan keuangan memang mempunyai peran yang sangat penting dalam dunia bisnis entah itu untuk pelaku bisnis sendiri, investor, pemerintah bahkan masyarakat setempat. Pelaku bisnis dapat mengembangkan usahanya dengan modal tambahan dari investor, sebaliknya investor akan mendapatkan return yang menguntungkan dirinya. Dengan berkembangnya usaha tentu akan menyerap tenaga kerja tambahan yang merupakan kabar yang menggembirakan bagi masyarakat setempat. Sedangkan pemerintah jelas akan mendapatkan income dari pajak dan tagihan lainnya yang akan meningkat seiring berkembangkannya suatu perusahaan diwilayahnya. Tidak hanya itu, laporan keuangan juga berfungsi sebagai syarat pertanggungjawab penggunaan modal kepada pemilik dan juga kepada pemerintah (dalam hal ini pertanggungjawaban atas pajak dan pungutan lainnya). Atas dasar inilah tim penulis akan sedikit membahas tentang laporan keuangan baik itu dari sisi pengertian, jenis-jenis laporan keuangan, sampai contoh kasus sederhana, pembahasan dan tentunya tidak lupa kesimpulannya. Dalam pembahasan ini Tim Penulis akan membatasi masalah laporan keuangan dengan hanya membahas tentang neraca dan laporan 1

Transcript of BAB I –BAB IV

Page 1: BAB I –BAB IV

BAB I

LANDASAN TEORI

1.1. Latar Belakang

Didunia bisnis dan perdagangan banyak pelaku usaha gencar dalam mencari

modal tambahan untuk mengembangkan usahanya. Salah satunya adalah dengan menarik

minat (calon) investor dengan “memamerkan” kinerjanya didalam laporan keuangan, karena

laporan keuangan kerap dijadikan patokan oleh para investor dalam menilai dan memilih

perusahaan yang akan di danainya. Sepenting itukah laporan keuangan? bila dijawab secara

langsung, laporan keuangan memang mempunyai peran yang sangat penting dalam dunia

bisnis entah itu untuk pelaku bisnis sendiri, investor, pemerintah bahkan masyarakat setempat.

Pelaku bisnis dapat mengembangkan usahanya dengan modal tambahan dari investor,

sebaliknya investor akan mendapatkan return yang menguntungkan dirinya. Dengan

berkembangnya usaha tentu akan menyerap tenaga kerja tambahan yang merupakan kabar

yang menggembirakan bagi masyarakat setempat. Sedangkan pemerintah jelas akan

mendapatkan income dari pajak dan tagihan lainnya yang akan meningkat seiring

berkembangkannya suatu perusahaan diwilayahnya. Tidak hanya itu, laporan keuangan juga

berfungsi sebagai syarat pertanggungjawab penggunaan modal kepada pemilik dan juga

kepada pemerintah (dalam hal ini pertanggungjawaban atas pajak dan pungutan lainnya). Atas

dasar inilah tim penulis akan sedikit membahas tentang laporan keuangan baik itu dari sisi

pengertian, jenis-jenis laporan keuangan, sampai contoh kasus sederhana, pembahasan dan

tentunya tidak lupa kesimpulannya.

Dalam pembahasan ini Tim Penulis akan membatasi masalah laporan keuangan

dengan hanya membahas tentang neraca dan laporan laba/rugi. Namun tidak berarti akan

mengurangi kualitas dari penulisan ini sendiri, karena kedua komponen (neraca dan laporan

laba/rugi) tersebut merupakan komponen vital dalam laporan keuangan.

1.2. Pengertian Umum Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan laporan yang dikenal sebagai laporan keuangan

eksternal atau laporan keuangan umum (general purpose financial statements) yaitu laporan

keuangan yang disusun oleh perusahaan sebagai pertanggungjawaban kepada pihak luar

perusahaan (termasuk pemilik, pemegang saham atau calon investor). Laporan keuangan ini

1

Page 2: BAB I –BAB IV

bersifat resmi dan penyusunannya harus mengikuti ketentuan-ketentuan dalam prinsip

akuntansi. Laporan keuangan ini bersifat resmi dan penyusunannya harus mengikuti ketentuan-

ketentuan dalam prinsip akuntansi. Karena sifat yang resmi ini, istilah yang digunakan untuk

menunjukkan laporan ini adalah statements bukan reports. Telah disebutkan sebelumnya

bahwa prinsip akuntansi umum (generally accepted accounting principels) terdiri atas standar

yang merupakan ketentuan resmi dan kebiasaan-kebiasaan pelaporan yang lazim dalam dunia

bisnis.

1.3. Kelengkapan Laporan Keuangan

Seperangkat laporan keuangan umum yang lengkap biasanya terdiri atas

(Suwadjono, Pengantar Akuntansi) :

a. Neraca (balance sheet)

b. Laporan laba-rugi (income statement)

c. Laporan perubahan modal (statement of changes in owner’s position)

d. Laporan perubahaan posisi keuangan (statement of changes in financial position)

e. Penjelasan laporan keuangan (notes to financial statements)

f. Laporan keuangan / informasi lain sebagai pelengkap (supplementary information)

Seperangkat laporan keuangan diatas biasanya disusun dan diterbitkan oleh

suatu perusahaan untuk tujuan pertanggungjawaban keuangan (kepada pemilik/pemegang

saham) atau untuk tujuan memenuhi persyaratan-persyaratan dalam memperoleh kredit dari

bank/calon investor atau menjual saham ke pasar modal lantai bursa (dalam hal ini Bursa Efek

Indonesia/BEI atau Indonesia Stock Excanges/IDX ). Dalam hal perusahaan akan menjual

sahamnya ke masyarakat umum, seperangkat keuangan diatas biasanya dimuat dalam

prospektus penawaran penjualan saham perusahaan.

Sebelum laporan keuangan disampaikan kepada pihak yang berkepentingan,

laporan keuangan biasanya harus diperiksa atau di audit oleh auditor independen (akuntan

publik) untuk meyakinkan bahwa laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip

akuntansi serta untuk meyakinkan bahwa laporan keuangan yang diperiksa tidak mengandung

unsur ketidakjujuran dan kesalahan. Bila hasil pemeriksaan menunjukan bahwa kedua syarat

tersebut dipenuhi maka auditor akan menerbitkan laporan akuntan/pemeriksaan (audit report)

yang menyatakan bahwa laporan keuangan perusahaan telah disajikan secara wajar.

2

Page 3: BAB I –BAB IV

Seperti bahasan diatas bahwa laporan keuangan terdiri dari beberapa

komponen. Namun, Tim Penulis membatasi masalah hanya kepada 2 komponen dari laporan

keuangan yaitu neraca dan laporan laba-rugi.

1.3.1. Neraca

Neraca memberikan informasi tentang posisi keuangan perusahaan pada saat

tertentu. Dengan membaca neraca pemilik modal dan pihak-pihak yang berkepentingan akan

dapat menilai likuiditas dan kelancaran operasi perusahaan, menilai struktur pendanaan

perusahaan dan menganalisa komposisi kekayaan dan potensi jasa perusahaan. Di dalam

neraca terdapat dua lajur yaitu aktiva (penggunaan dana) dan pasiva (sumber dana), dimana

biasa dijabarkan dengan formula sebagai berikut :

Pada lajur aktiva dapat dijabarkan lagi menjadi beberapa subkelompok,

diantaranya yaitu aktiva lancar, aktiva tetap, aktiva tetap tak berwujud, investasi jangka

panjang, dan aktiva lain-lain. Sama seperti aktiva, pasiva juga dapat dijabarkan lagi menjadi

beberapa subkelompok, yaitu utang jangka pendek, utang jangka panjang, dan modal.

1.3.1.1. Aktiva lancar

Aktiva lancar (current assets) adalah aktiva yang diharapkan akan segera

terkonversi menjadi kas, terjual atau terpakai dalam kurang dari satu tahun atau kurang dari

satu periode operasi (siklus operasi) normal perusahaan. Periode operasi normal biasanya

diartikan sebagai jangka waktu siklus dari penggunaan kas untuk memperoleh barang dan jasa

dan kemudian mengolah dan menjualnya sampai kas tersebut diperoleh kembali. Kalau siklus

ini tidak jelas waktunya, akuntansi biasanya menggunakan periode satu tahun sabagai periode

operasi normal. Dalam kebanyakan perusahaan periode satu tahun dapat dianggap sebagai

periode normal dan dijadikan dasar untuk periode penyusunan laporan keuangan resmi. Pos-

pos aktiva lancar diurutkan penyajiannya atas dasar kelancarannya. Berikut ini pembahasan

ringkas pos-pos yang termasuk dalam subkelompok aktiva lancar.

3

AKTIVA = PASIVAAKTIVA = UTANG + MODAL

Page 4: BAB I –BAB IV

a. Kas (cash). Dalam akuntansi kas dapat diartikan sebagai uang atau alat pembayaran

lain yang dapat disamakan dengan uang dan dapat digunakan secara bebas oleh

perusahaan untuk membiayai operasi perusahaan. Kas pada umumnya terdiri atas uang

kertas dan logam dan saldo rekening di bank yang penarikannya dapat dilakukan

sewaktu-waktu.

b. Piutang (receivables). Pos ini merupakan tagihan atau klaim perusahaan untuk

menerima kas atau jasa dari pihak lain. Pos ini digolongkan menjadi piutang usaha dan

piutang nonusaha.

c. Surat-surat berharga (marketable sucurities). Pos ini sering disebut juga sabagai

investasi jangka pendek (temporary investments). Pos ini biasanya terdiri dari saham,

obligasi atau surat berharga lainnya yang dibeli perusahaan untuk tujuan

mendayagunakan kelebihan kas yang sementara menganggur (idle money).

d. Persediaan (inventory). Merupakan barang atau bahan yang sengaja diperoleh

perusahaan dan disediakan dalam rangka operasi umum perusahaan. Dalam suatu

periode barang atau bahan tersebut dibeli dan digunakan dan pada akhir periode

biasanya masih terdapat barang atau bahan yang belum terpakai atau terjual.

1.3.1.2. Aktiva Tetap

Aktiva tetap (fixed assets) merupakan semua aset yang memiliki umur lebih dari

satu periode akuntansi (biasanya lebih dari satu tahun). Yang termasuk dalam kelompok ini

adalah tanah, bangunan, kendaraan dan perlengkapan yang biasanya mempunyai manfaat

jangka panjang dan digunakan dalam operasi perusahaan. Walapun memiliki usia yang panjang

aktiva tetap biasanya dapat menyusut mengikuti usia pakai yang sudah cukup lama.

Subkelompok aktiva tetap yang biasanya dapat menyusut adalah bangunan, kendaraan, dan

mesin atau perlengkapan operasi perusahaan lainnya. Sedangkan tanah cenderung tidak dapat

disusutkan karena sifatnya yang tidak dapat diubah dan dipindah, sebaliknya tanah bisa

memiliki nilai lebih tinggi dari waktu ke waktu.

1.3.1.3. Aktiva Tetap Tak Berwujud

Pos ini biasanya digunakan untuk menunjuk kekayaan perusahaan yang melekat

pada perusahaan secara keseluruhan dan tidak dapat diidentifikasikan secara fisik wujudnya

(intangible assets). Yang termasuk dalam subkelompok ini antara lain adalah hak paten, merek

dagang (trade mark, atau biasa disimbolkan dengan : ™), goodwill, dan lisensi (franchise).

Pada umumnya aktiva tak berwujud ini berupa hak eksklusif yang diperoleh perusahaan dengan

4

Page 5: BAB I –BAB IV

membeli atau mengembangkan sendiri dan menjadikannya sebagai hak. Semua pengeluaran

yang berkaitan dengan hak tersebut akan menjadi kos aktiva tetap tak berwujud tersebut. Besar

kemungkinan bila perusahaan yang mencantumkan pos ini kedalam neracanya merupakan

perusahaan besar.

1.3.1.4. Investasi Jangka Panjang

Seperti investasi jangka pendek, investasi jangka panjang (long term

investments) merupakan pembelian aktiva (biasanya dalam bentuk surat berharga) bukan untuk

tujuan operasi perusahaan secara langsung tetapi untuk tujuan yang lain. Berbeda dengan

investasi jangka pendek yang bertujuan untuk sekedar memanfaatkan kas yang menganggur

(idle money), investasi jangka panjang mempunyai tujuan jangka panjang misalnya menguasai

perusahaan lain, pemupukan dana untuk ekspansi atau pelunasan utang dan memperoleh

pendapatan tambahan secara tetap.

1.3.1.5. Aktiva Lain-Lain

Pos-pos yang tidak memenuhi kategori aktiva diatas ditampung atau dimasukan

kedalam aktiva lain-lain. Namun dalam beberapa kasus perusahaan biasanya mencantumkan

aktiva lain-lain bersamaan dengan catatan kecil yang menyertai aktiva jenis ini. Contohnya

adalah uang jaminan kontrak pemasangan instalasi listrik.

1.3.1.6. Utang Jangka Pendek

Sebagai pasangan aktiva lancar, utang lancar (current liabilities) adalah utang

yang akan segera dilunasi dalam waktu kurang dari satu tahun atau kurang dari satu periode

normal sejak tanggal pelaporan (tanggal neraca) dan pelunasannya biasanya menggunakan

sumber ekonomik aktiva lancar. Termasuk dalam utang lancar adalah utang usaha/dagang

(accounts payable), utang wesel (notes payable), utang bunga (accrued interest payable), dan

utang pajak penghasilan.

1.3.1.7. Utang jangka panjang

Bila suatu jumlah utang baru akan terlunasi dalam waktu lebih dari satu periode

normal atau satu tahun, jumlah tersebut akan disajikan sebagai utang jangka panjang. Yang

termasuk dalam pengertian utang jangka panjang adalah utang obligasi (bonds payable), utang

hipotik (mortgaged loan payable), utang belisewa capital (capital lease obligation). Bagian utang

5

Page 6: BAB I –BAB IV

jangka panjang yang akan segera dilunasi dalam tahun berikutnya akan disajikan sebagai utang

lancar.

1.3.1.8. Modal

Telah dibahas sebelumnya bahwa secara konseptual dan atas dasar konsep

kesatuan usaha, modal dapat dipandang sebagai “utang” kepada pemilik dana karena itu

klasifikasi modal ada kaitannya dengan bentuk pemilikan perusahaan. Nama subklasifikasi juga

dipengaruhi oleh bentuk perusahaan.

Beberapa buku menyebut subklasifikasi modal ini dengan nama modal sendiri.

Kata “sendiri” di sini tidak jelas yang diacu, apalagi kalau bentuk perusahaan adalah perseroan

terbatas. Berdasarkan sudut pandang kesatuan usaha, istilah sendiri berarti mengacu ke

perusahaan itu. Jadi pengertian modal sendiri sebenarnya mengacu ke modal yang berasal dari

perusahaan dan kalau demikian maka istilah ini hanya cocok untuk menunjuk laba yang

diperoleh perusahaan yang tidak dibagikan kepada pemilik (laba ditahan). Karena itu

penggunaan istilah ini sebaiknya dihindari agar tidak dibagikan kepada pemilik (laba ditahan).

Karena itu penggunaan istilah ini sebaiknya dihindari agar tidak membingungkan. Barangkali

penggunaan kata sendiri adalah akibat pengaruh penerjemahan kata owner yng disangka

berasal dari kata own yang berarti sendiri. Kalau toh ingin menekankan pada pemilik, istilah

modal pemilik jauh lebih tepat dan deskriptif daripada istilah modal sendiri.

Dengan membaca bagian modal dalam neraca maka sebenarnya dapat segera

diidentifikasi bentuk perusahaan yang dilaporkan. Perusahaan-perusahaan yang menerbitkan

laporan keuangan umum biasanya berbentuk perseroan terbatas atau paling tidak perusahaan

yang berbadan hukum.

1.3.2. LAPORAN RUGI-LABA

Laporan rugi laba memberi informasi tentang keberhasilan manajemen dalam

mengelola perusahaan. Keberhasilan tersebut diukur dengan laba yang merupakan selisih

antara pendapatan dan biaya yang diperkirakan telah mendatangkan pendapatan tersebut.

Secara garis besar ada empat komponen pembentuk laba yaitu pendapatan, untung, biaya, dan

rugi. Untung biasanya diklasfikasi sebagai pendapatan nonoperasi dan rugi diklasifkasi sebagai

biaya nonoperasi. Pada prinsipnya semua perubahan aktiva yang berkaitan dengan

penggunaan dan pengelolaan aktiva akan masuk dalam laporan rugi laba. Walaupun demikian

perlu diadakan klasifikasi dalam penyajan laporan rugi laba karena hal tersebut akan

6

Page 7: BAB I –BAB IV

mempermudah pemakai dalam melakukan analisis terhadap laporan rugi laba tersebut. Berikut

ini diuraikan secara ringkas elemen yang membentuk laporan rugi laba.

1.3.2.1. Pendapatan

Pendapatan dalam arti luas adalah kenaikan aktiva bersih atau alliran dana yang

masuk ke kesatuan usaha yang terjadi akibat kegiatan perusahaan selain dari yang diakibatkan

oleh transaksi modal atau pendanaan (financing). Dalam kaitannya dengan operasi perusahaan

yang utama, pendapatan dilasifikasi menjadi komponen sebagai berikut :

Pendapatan operasi (operating revenue)

Pendapatan nonoperasi (nonoperating revenue)

Untung luar biasa (extraordinary gains)

a. Pendapatan operasi

Pendapatan operasi adalah pendapatan yang diperoleh perusahaan dalam rangka kegiatan

utama atau yang menjadi tujuan utama perusahaan. Nama pendapatan operasi ini dipengaruhi

oleh jenis usaha perusahaan.

Contoh 1 : Untuk perusahaan jasa nama pendapatan disesuaikan dengan bidang usaha

perusahaan tersebut. Misalnya, perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa fotokopi akan

menamai pendapatannya dengan pendapatan jasa fotokopi.

Contoh 2 : Perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa angkutan akan menamakan

pendapatannya dengan pendapatan angkutan.

Contoh 3 : untuk perusahaan perdagangan atau manufaktur, yang memperoleh

pendapatannya dari menjual barang atau produk, pendapatan operasinya disebut dengan

penjualan (sales revenues)

Jadi dalam akuntansi, istilah penjualan juga berarti hasil penjualan yang biasanya merupakan

kuantitas barang terjual dikalikan dengan harga jual.

b. Pendapatan nonoperasi

Pendapatan nonoperasi adalah pendapatan selain yang diperoleh dari kegiatan utama

perusahaan yang sifatnya isidental atau yang tidak secara langsung berkaitan dengan kegiatan

utama perusahaan. Pendapatan ini sering disebut dengan pendapatan lain–lain dan untung

(other revenues and gains).

Contoh : pos yang termasuk dalam pendapatan nonoperasi antara lain : pendapatan bunga,

pendapatan dividen, untung penjualan aktiva tetap, dan untung penjualan investasi.

7

Page 8: BAB I –BAB IV

c. Pos atau untung luar biasa

Pos atau untung luar biasa adalah untung nonoperasi yang sifatnya luar biasa baik kejadiannya

maupun jumlahnya biasanya dipisahkan dan disebut dengan pos luar biasa. Untung semacam

ini biasanya diperoleh perusahaan akibat kejadian yang tidak dapat dikendalikan manajemen.

Contoh : suatu perusahaan memperoleh ganti rugi yang besar karena menang dalam perkara

pengadilan dalam kasus pelanggaran hak peten.

1.3.2.2. Biaya

Biaya dalam arti luas adalah penurunan aktiva bersih atau aliran dana

(kekayaan) yang keluar dari kesatuan usaha yang terjadi akibat kegiatan perusahaan selain

yang diakibatkan oleh transaksi modal (pendanaan). Karena biaya merupakan kos atau aktiva

yang dinyatakan dikorbankan dalam memperoleh pendapatan maka ada kaitan antara biaya

dan pendapatan. Kekayaan atau kos yang dianggap keluar dan akan ditandingkan dengan

pendapatan adalah biaya yang diperkirakan telah menghasilkan pendapatan yang diakui dalam

suatu periode. Karena ada kaitan antara biaya dan pendapatan, biaya juga dibagi menjadi

komponen yang parallel dengan komponen pendapatan yaitu :

Biaya operasi terdiri dari :

Kos barang terjual (cost of goods sold)

Biaya administrasi dan umum (general and administrative expenses)

Biaya pemasaran / penjualan (selling expenses)

Biaya nonoperasi terdiri dari :

Biaya nonoperasi (other expenses and losses)

Rugi luar biasa (extraordinary losses)

a. Biaya operasi

Biaya operasi adalah biaya yang terjadi dalam rangka memperoleh pendapatan operasi. Biaya

ini merupakan biaya yang diperlukan untuk menunjang kegiatan utama perusahaan. Rincian

biaya operasi di atas adalah biaya operasi untuk perusahaan dagang karena memuat adanya

kos barang terjual. Kos barang terjual adalah semua kos yang melekat pada barang atau

8

Page 9: BAB I –BAB IV

produk yang telah terjual dan mendatangkan pendapatan. Istilah yang sering digunakan untuk

menunjuk jumlah rupiah ini adalah harga pokok penjualan. Kalau barang atau produk

diserahkan kepada pelanggan berarti kos keluar dari perusahaan (aktiva berkurang) menjadi

biaya dan biaya semacam ini jelas merupakan biaya operasi karena berkaitan langsung dengan

pendapatan utama perusahaan. (perlu ditegaskan lagi bahwa biaya adalah kos yang telah

dinyatakan keluar dari kesatuan usaha dan mempunyai kaitan dengan pendapatan suatu

periode).

b. Biaya nonoperasi

Biaya nonoperasi adalah biaya yang terjadi selain dari yang timbul akibat kegiatan utama

perusahaan dan yang sifatnya incidental atau yang tidak secara langsung berkaitan dengan

kegiatan utama perusahaan. Biaya ini sering disebut dengan biaya lain-lain dan rugi (other

expenses and losses).

Contoh : pos yang termasuk dalam biaya nonoperasi antara lain : biaya bunga, rugi penjualan

aktiva tetap, dan rugi penjualan investasi.

c. Pos atau rugi luar biasa

Pos atau rugi luar biasa adalah rugi nonoperasi yang sifatnya luar biasa baik kejadiannya

maupun jumlahnya biasanya dipisahkan dan disebut dengan rugi luar biasa. Rugi semacam ini

biasanya diderita perusahaan akibat kejadian yang tidak dapat dikendalikan manajemen atau

karena kejadian alam. Pada umumnya rugi luar biasa ini terjadi karena musibah (casualty) yang

menimpa perusahaan misalnya banjir atau kebakaran atau musibah lainnya.

9

Page 10: BAB I –BAB IV

BAB IISTUDI KASUS

2.1. Laporan Neraca PT. Jasa Marga

NERACAPT. JASA MARGA

Per 31 Desember 2006(dalam ribuan Rupiah)

AKTIVA Total KEWAJIBAN & EKUITAS TotalAktiva Lancar Kewajiban Lancar Kas dan Setara Kas 260,389,712 Hutang Bank 678,274,121Investasi Jangka Pendek 4,614,370 Hutang Usaha 40,003,175Piutang 510,176,847 Hutang Kontraktor 253,992,941Biaya Dibayar Dimuka 7,743,030 Hutang Pajak 23,190,950Pajak Dibayar Dimuka 41,076,873 Hutang Lain-lain 55,178,028Jumlah Aktiva Lancar 824,000,832 Biaya Yang Masih Harus Dibayar 260,350,547

Kewajiban Jangka Panjang Yang Jatuh Tempo Dalam Satu Tahun

Aktiva Tidak Lancar Kewajiban Karena Pemberian Hak Pengusahaan Jalan Tol -

Dana Ditetapkan Penggunaannya 98,133,562 Hutang Bantuan Pemerintah 40,628,095Investasi pada Perusahaan Asosiasi 20,045,927 Kewajiban Kerjasama Operasi 1,980,833Investasi Jangka Panjang Lainnya 117,612,443 Jumlah Kewajiban Lancar 1,353,598,690Aktiva Tetap Hak Penguasaan Jalan Tol 6,873,028,007 Kewajiban Tidak Lancar Selain Hak Penguasaan Jalan Tol 79,215,409 Pendapatan Ditangguhkan 22,523,323Aktiva Tetap Dalam Konstruksi 1,820,886,497 Hutang Bank 1,960,235,613Biaya Pelapisan Ulang 136,980,337 Hutang Obligasi 3,705,556,982Piutang Pembebasan Tanah - Kewajiban Pajak Tangguhan 302,554,152Aktiva Lain-lain 285,794,075 Kewajiban Jangka Panjang

Jumlah Aktiva Tidak Lancar 9,431,696,257Kewajiban Karena Pemberian Hak Pengusahaan Jalan Tol -

Hutang Bantuan Pemerintah 104,286,438 Kewajiban Kerjasama Operasi 79,237,208

Kewajiban Karena Pengakhiran Perjanjian Kuasa Penyelenggaraan 202,454,407

Kewajiban Pembangunan Proyek 139,586,065 Jumlah Kewajiban Tidak Lancar 6,516,434,188 Jumlah Kewajiban 7,870,032,878 Hak Minoritas 117,339 Ekuitas Modal Saham

Modal Ditempatkan & Disetor penuh Rp 1,000,000 per saham 1,000,000,000

Tambahan Modal Disetor 659,222

Laba(Rugi) belum direaliasasikan efek tersedia untuk dijual (385,630)

Saldo Laba 1,385,273,280 Jumlah Ekuitas 2,385,546,872

JUMLAH AKTIVA 10,225,697,089JUMLAH KEWAJIBAN, HAK MINORITAS DAN EKUITAS 10,225,697,089

10

Page 11: BAB I –BAB IV

Seperti yang telah kami utarakan sebelumnya bahwa kami akan membahas

tentang Laporan Keuangan, namun hanya terbatas pada Neraca dan Laporan Laba/Rugi. Pada

bagian pertama akan dibahas tentang studi kasus neraca yang dikeluarkan oleh pihak PT. Jasa

Marga. Laporan Neraca diatas adalah neraca yang disusun oleh pihak PT. Jasa Marga dengan

tujuan untuk memberikan informasi pada pihak-pihak yang berkepentingan tentang kinerjanya

selama tahun 2006. Semua laporan ini kami dapatkan dari pihak PT. Jasa Marga memalui

piblikasi di internet. Didalam neraca tersebut dapat diketahui bahwa PT. Jasa Marga telah

terdaftar di Bursa Efek Indonesia, karena didalam kolom Kewajiban dan Ekuitas terdapat Akun

modal Saham. Modal saham sendiri merapakan modal yang didapat dari penjualan lembar

saham yang dilakukan oleh piha Jasa Marga.

2.2. Laporan Laba / Rugi

Laporan Laba / RugiPT. JASA MARGA

2006(dalam ribuan Rupiah)

Keterangan TotalPendapatan Operasional Pendapatan pelayanan jalan tol 1,601,598,215 Pendapatan non Operasional Laba(rugi) efek (385,630)Pendapatan Lain-lain 128Jumlaj Pendapatan Total Biaya 1,533,758,890Laba(rugi) sebelum pajak 67,453,823Pajak Penghasilan 5,396,305Laba(rugi)setelah pajak 62,057,518

Tabel diatas merupakan laporan laba / rugi PT. Jasa Marga yang dialami pada

tahun 2006. Sepintas dapat dilihat bahwa laporan laba/rugi pada perusahaan PT. Jasa Marga

mengalami keuntungan (laba). Perlu diingat bahwa pada tahun tersebut PT. Jasa Marga nyaris

tidak memiliki hambatan yang berarti. Tetapi pada tahun berikutnya (akhir 2007) muncul

masalah perihal pembebasan lahan dikawasan Tol (baru) Cikunir. Mungkin Anda masih ingat

11

Page 12: BAB I –BAB IV

perihal pembebasan lahan dikawasan Tol Cikunir, dimana pada pihak PT. Jasa Marga terpaksa

harus mengeluarkan uang pembebasan lahan sebanyak 2x lipat yang dipicu tidak jelasnya

kepemilikian lahan tersebut.

12

Page 13: BAB I –BAB IV

BAB III

ANALISIS & PEMBAHASAN

3.1. Analisis dan Pembahasan Neraca

Neraca merupakan laporan yang memberikan informasi kepada pihak yang

berkepentingan sebagai bentuk pertanggungjawaban modal sekaligus menilai perusahaan itu

sendiri. Setelah kita melihat bersama neraca PT. Jasa Marga per tanggal 31 Deseber 2006

terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan. Salah satunya adalah terlalu banyaknya piutang yang

dimiliki oleh pihak Jasa Marga, kita ketahui bersama bahwa bila suatu perusahaan memiliki

piutang terlalu berlebih dikhawatirkan semua piutang tersebut tidak dapat “diuangkan”. Pada

bab ini akan dibahas tentang neraca PT. Jasa Marga pada tahun 2006. Namun mustahil bila

membahas semua akun-akun yang ada dineraca PT. Jasa Marga tersebut, selain terlalu

banyak akun didalam neraca PT. Jasa Marga, Tim Penulis juga tidak mendapatkan akses untuk

menelusuri akun-akun tersebut lebih jauh, mengingat laporan keuangan (salah satunya neraca)

merupakan “ringkasan” kinerja perusahan yang diberikan untuk pihak luar.

3.1.1. Aktiva

Pada kelompok aktiva (aset) terdapat dua subkelompok yang dibuat oleh Jasa

Marga, yaitu aktiva lancar dan aktiva tidak lancar. Dari kedua subkelompk tersebut kontribusi

terbesar dihasilkan oleh aktiva tidak tetap.

3.1.1.1. Aktiva Lancar

Hal pertama yang dapat dicermati dalam neraca PT. Jasa Marga yaitu dari

kelompok aktiva lancar. Didalam aktiva lancar ini ada lima akun yang terdiri dari kas dan setara

kas, investasi jangka pendek, piutang, baya dibayar dimuka, pajak dibayar dimuka. Jumlah

aktiva lancar secara keseluruhan adalah sebesar Rp 824.000.832.000. Didalam neraca PT.

Jasa Marga dituliskan jumlah aktiva lancar sebesar 824,000,832. Namun karena keterangan

yang ada pada judul neraca yang menuliskan “dalam ribuan Rupiah” maka angka 824,000,832

dikalikan Rp 1.000 (seribu rupiah) maka akan didapat hasil sebesar Rp 824.000.832.000,-.

Kontribusi jumlah aktiva lancar yang tinggi adalah dari akun piutang sebesar Rp

510.176.847.000,- atau sebesar 61,91% dari jumlah aktiva lancar. Perlu dicermati bahwa

memiliki piutang yang teramat besar sangat dikhawatirkan, karena (mungkin) tidak semua

13

Page 14: BAB I –BAB IV

piutang tersebut dapat ditagih oleh pihak Jasa Marga yang akan berakibat buruk pada posisi

keuangan Jasa Marga sendiri.

3.1.1.2. Aktiva Tidak Lancar

Pada dasarnya aktiva tidak lancar dengan aktiva tetap memiliki beberapa

persamaan, yaitu memiliki usia lebih dari satu tahun. Namun pada kasus neraca PT. Jasa

Marga, aktiva tetap tidak langsung dikategorikan sebagai aktiva tidak lancar melainkan

membuat kelompok “terpisah”. Ini mungkin dikarenakan pihak Jasa Marga juga melakukan

investasi pada perusahaan lain. Dimana investasi dan aktiva tak berwujud tidak bisa

dikategorikan langsung sebagai aktiva tetap.

Pada kelompok aktiva tetap, kontribusi terbesar diraih oleh akun Hak

Penguasaan Jalan Tol yang mencapai 72,87% dari jumlah aktiva tidak lancar secara

keseluruhan. Menilik hal tersebut bukan hal aneh, karena telah Kita ketahui bersama bahwa PT.

Jasa Marga merupakan perusahaan tunggal yang bergerak dibidang pelayanan jalan tol Tanah

Air.

3.1.2. Kewajiban dan Ekuitas

Pada kelompok kewajiban dan ekuitas terdapat 3 subkelompok, yaitu kewajiban

lancar, kewajiban tidak lancar dan jumlah ekuitas. Pada kelompok ini kontribusi terbesar

dihasilkan oleh kewajiban tidak lancar.

3.1.2.1. Kewajiban Lancar

Kewajiban lancar merupakan hutang yang harus dilunasi dalam waktu dekat

(jangka pendek). Jumlah kewajiban lancar yang tercatat pada neraca PT. Jasa Marga tahun

2006 adalah sebesar Rp 1.353.598.690.000,-. Jumlah yang cukup besar untuk sebuah utang

jangka pendek, namun mengingat besarnya perusahaan ini jumlah tersebut masih dalam batas

kewajaran. Didalam kelompok ini terdapat akun Hutang Bantuan Pemerintah sebesar Rp

40.628.095.000,- ini mencerminkan bahwa pemerintah juga turut ikut campur dalam melayani

masyarakatnya dibidang transportasi, yang merupakan komitmen pemerintah dalam

memperbaiki transportasi darat Tanah Air.

3.1.2.2. Kewajiban Tidak Lancar

Kewajiban tidak lancar disini merupakan hutang jangka panjang yang dimiliki

oleh PT. Jasa Marga pada Desember 2006. Besarnya kewajiban tidak lancar ini sebesar Rp

14

Page 15: BAB I –BAB IV

6.516.434.188.000,-. Kontribusi terbesar dihasilkan oleh Hutang Obligasi yaitu sebesar Rp

3.705.556.982.000,- atau sebesar 54,86% dari jumlah kewajiban tidak lancar secara

keseluruhan. Hutang Obligasi merupakan surat pernyatan hutang yang dikeluarkan oleh suatu

perusahaan yang diperuntukan bagi (calon) investor dengan tujuan untuk menambah modal.

Tentunya besarnya bunga obligasi tergantung dari kebijakan perusahaan itu sendiri dan

mengikuti perkembangan Suku bunga Bank Indonesia (SBI).

3.1.2.3. Ekuitas

Ekuitas merupakan modal yang ditanamkan oleh pihak yang berkepentingan

(pemiliki atau pemegang saham) untuk menjalankan dan mengembangkan suatu kegiatan

usaha. Pada neraca Pt. Jasa Marga tahun 2006 ini jumlah ekuitas mencapai Rp

2.385.546.872.000,-. Yang menarik dari kelompok ekuitas ini adalah adanya kerugian efek

sebesar Rp 385.630.000,- yang justru mengurangi jumlah ekuitas itu sendiri. Cukup aneh

mengingat keadaan lantai bursa pada tahun tersebut (2006) tidak mengalami gejolak yang

berarti.

3.2. Analisis dan Pembahasan Laporan Laba / Rugi

Secara eksplisit Laporan Laba / Rugi yang dikeluarkan oleh pihak Jasa Marga

mengalami keuntungan yang cukup memuaskan, yaitu sebesar Rp 62.057.518.000,-. Namun

perlu diingat bahwa pada tahun tersebut PT. Jasa Marga nyaris tidak memiliki hambatan yang

berarti. Tetapi pada tahun berikutnya (akhir 2007) muncul masalah perihal pembebasan lahan

dikawasan Tol (baru) Cikunir. Mungkin Anda masih ingat perihal pembebasan lahan dikawasan

Tol Cikunir, dimana pada pihak PT. Jasa Marga terpaksa harus mengeluarkan uang

pembebasan lahan sebanyak 2x lipat yang dipicu tidak jelasnya kepemilikian lahan tersebut.

Disini pihak Jasa Marga juga mencantumkan kerugian sebesar Rp 385.630.000,- pada sektor

perdagangan efek. Sayangnya pihak Jasa Marga tidak menyebutkan secara detail tentang

kerugian efek ini secara spesifik di situsnya.

15

Page 16: BAB I –BAB IV

BAB IV

KESIMPULAN & SARAN

4.1. Kesimpulan

Laporan Keuangan merupakan laporan pertangungjawaban yang diberikan

kepada pihak yang berkepentingan dan juga sebagai penilaian atas kesehatan serta kinerja

suatu perusahaan itu sendiri. Laporan keuangan yang lengkap terdiri dari 6 komponen

(Suwadjono, Pengantar Akuntansi) yaitu neraca, laporan laba/rugi, laporan perubahan modal,

laporan perubahan posisi keuangan(arus kas), penjelasan laporan keuangan dan informasi

pelengkap.

Pada paper ini dibahas mengenai neraca dan laporan laba / rugi lengkap dengan

studi kasus (PT. Jasa Marga) dan pembahasannya. Pada bagian neraca PT. Jasa Marga per

Desember 2006 dapat dilihat bahwa posisi aktiva dan pasiva (kewajiban dan ekuitas) memimilki

nominal sebesar Rp 10.225.697.089.000,-. Jumlah yang cukup besar bagi sebuah perusahaan.

Hal ini sebenarnya tidak mengejutkan, mengingat bahwa PT. Jasa Marga merupakan

perusahaan tunggal pelayanan jalan tol di Tanah Air. Pada bagian laporan laba/rugi kita dapat

mengetahui bahwa perusahaan tersebut membukukan keuntungan (setelah dikurangi pajak)

sebesar Rp 62.057.518.000,- pada tahun yang sama yaitu 2006.

4.2. Saran

Saran bagi Tim Penulis untuk pihak Jasa Marga adalah untuk terus maju

melayani kebutuhan masyarakat (dalam hal ini pelayanan jalan tol). Dan semoga untuk

kedepannya Jasa Marga tidak lagi tergantung dengan pemerintah dan tetap menjadi Indonesia

Highway Corporation yang berkualitas.

16