Makalah Sistem Akuntansi Pemerintahan Pusat

38
PEMBAHASAN SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN PUSAT DAN DAERAH Penerapan sistem akuntansi pemerintahan dari suatu negara akan sangat bergantung kepada peraturan perundang-undangan yang beraku pada negara yang bersangkutan. Ciri-ciri terpenting atau persyaratan dari sistem akuntansi pemerintah (menurut United Nations / PBB dalam bukunya A Manual forgoverment accounting, dikutip dari buku akuntansi pemerintahan yang disusun oleh Sonny Loho dan Sugyanto), antara lain disebutkan bahwa : 1. Sistem akuntansi pemerintah harus dirancang sesuai dengan konstitusi dan peraturan perundang-undangan yang berlaku pada suatu Negara. 2. Sistem akuntansi pemerintah harus dapat menyediakan informasi yang akuntabel dan auditable (artinya dapat dipertanggungjawabkan dan diaudit). 3. Sistem akuntansi pemerintah harus menyediakan informasi keuangan yang diperlukan untuk penyusunan rencana / program dan evaluasi plaksanaan secara fisik dan keuangan. Sistem akuntasi pemerintah pusat adalah sistem akuntansi yang mengolah semua transaksi keuangan, asset, kewjiban, dan ekuitas dana pemerintah pusat, yang menghasilkan informasi akuntansi dan laporan keuangan yang tepat waktu dengan mutu yang dapat diandalkan, baik yang diperlukan oleh badan-badan diluar pemerintah pusat seperti DPR, maupun oleh berbagai tingkan manajemen oleh pemeritahan pusat. 1

description

Akuntansi Pemerintah Pusat dan Daerah

Transcript of Makalah Sistem Akuntansi Pemerintahan Pusat

Page 1: Makalah Sistem Akuntansi Pemerintahan Pusat

PEMBAHASAN

SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN PUSAT DAN DAERAH

Penerapan sistem akuntansi pemerintahan dari suatu negara akan sangat

bergantung kepada peraturan perundang-undangan yang beraku pada negara yang

bersangkutan. Ciri-ciri terpenting atau persyaratan dari sistem akuntansi pemerintah

(menurut United Nations / PBB dalam bukunya A Manual forgoverment accounting,

dikutip dari buku akuntansi pemerintahan yang disusun oleh Sonny Loho dan

Sugyanto), antara lain disebutkan bahwa :

1. Sistem akuntansi pemerintah harus dirancang sesuai dengan konstitusi dan

peraturan perundang-undangan yang berlaku pada suatu Negara.

2. Sistem akuntansi pemerintah harus dapat menyediakan informasi yang

akuntabel dan auditable (artinya dapat dipertanggungjawabkan dan diaudit).

3. Sistem akuntansi pemerintah harus menyediakan informasi keuangan yang

diperlukan untuk penyusunan rencana / program dan evaluasi plaksanaan

secara fisik dan keuangan.

Sistem akuntasi pemerintah pusat adalah sistem akuntansi yang mengolah semua

transaksi keuangan, asset, kewjiban, dan ekuitas dana pemerintah pusat, yang

menghasilkan informasi akuntansi dan laporan keuangan yang tepat waktu dengan

mutu yang dapat diandalkan, baik yang diperlukan oleh badan-badan diluar

pemerintah pusat seperti DPR, maupun oleh berbagai tingkan manajemen oleh

pemeritahan pusat.

A.    AKUNTANSI PEMERINTAHAN BARU

Perkembangan akuntansi pemerintahan di Indonesia sangat lamban untuk

merespon tututan perkembangan jaman. Akuntansi pemerintahan di Indonesia juga

belum berperan sebagai alat untuk meningkatkan kinerja birokrasi pemerintah dalam

memberikan pelayanan publik kepada masyarakat. Pada periode lama, output yang

dihasilkan oleh akuntansi pemerintahan Indonesia sering tidak akurat, terlambat dan

tidak informaif, sehingga tidak dapat diandalkan dalam pengambilan keputusan.

Malah, segala kekurangan yang ada dalam akuntansi pemerintahan pada periode

tersebut sering menjadi ladang yang subur untuk tumbuhnya praktek-pratek KKN.

1

Page 2: Makalah Sistem Akuntansi Pemerintahan Pusat

Namun demikian, pada dasawarsa terakhir yang berkulminasi dengan

diundangkannya tiga paket keuangan Negara, terdapat dorongan yang sangat kuat

untuk memperbaharui akuntansi pemerintahan di Indonesia. Beberapa fakor penting

yang menjadi pendorong tumbuh pesatnya perkembangan akuntansi pemerintahan

di Indonesia akhir-akhir ini antara lain adalah:

1. Diterapknnya tiga paket UU yang mengatur keuangan Negara pasal 32 (1) UU no

17 tahun 2003 tentang kuangan Negara mengmatkan bahwa laporan

pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD berupa laporan keungan yang

disusun dan disajikan sesuai dengan standar akkuntansi pemerintahan.

2. Diterapkannya UU tentang pemerintahan daerah dan UU tentang perimbangan

antara keuangan pemerintah pusat dan daerah. Pasal 184 ayat (1) UU No. 32

Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah bahwa laporan keuangan disusun dan

disajikan sesuai dengan setandar akuntansi pemerintahan yang ditetapkan

dengan peraturan pemerintah.

3. Profesi Akuntansi.

Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) telah lama menginginkan adanya standar

akuntansi di sektor publik sebagai hal yang parallel dengan telah adanya lebih

dahulu standar akuntansi di sektor komersil. Keterlibatan IAI nampak dari

dorongan oleh IAI untuk terbentuknya suatu komite standar di sektor publik,

keikutsertaan ketua Umum DPN IAI dalam komite konsultatif komite sandar

akuntansi pemerintahan, keikutsertaan anggota IAI dalam komite kerja komite

standar akuntansi pemerintahan, dibentuknya IAI kompartemen Akuntan Sektor

Publik, dan berbagai seminar, diskusi, dan workshop yang diselenggarakan oleh

IAI kompartemen Akuntan Sektor Publik.

4. Birokrasi.

Pemerintahan merupakan penyusun dan sekaligus pemakai yang sangat

berkepentingan akan adanya suatu akuntansi yang handal. Dengan

diundangkannya tiga paket keuangan Negara maupun undang – undang yang

terkait dengan pemerintahan daerah mmendorong instansi pemerintah baik pusat

dan daerah untuk secara serius menyiapkan sumber daya dalam pengembangan

2

Page 3: Makalah Sistem Akuntansi Pemerintahan Pusat

laporan keuangan pemerintah. Selain itu, ketua asusiasi pemerintah propinsi,

kabupaten, dan kota, masing – masing secara ex officio ikut duduk sebagai

anggota komite konsultatif komite standar akuntansi pemerintahan.

5. Masyarakat (LSM dan wakil rakyat).

Masyarakat melalui LSM dan wakil rakyat di DPR, DPD, dan DPRD juga

menaruh perhatian terhadap praktik good governance pada pemerintaha

Indonesia. Ditetapkannya undang – undang yang menyangkut tiga paket

keuangan Negara dan pemerintahan daerah merupakan cerminan dari kontribusi

aktif para wakil rakyat di DPR. Disamping itu, pertanggungjawaban atas

pelaksanaan APBN/APBD memerlukan persetujuan dari DPR/DPRD.

6. Sektor Swasta.

Perhatian dari sektor swasta mungkin tidak terlalu siknifikan karena akuntansi

pemerintahan tidak terlalu dampak secara langsung atas kegiatan dari sektor

swasta. Namun, penggunaan teknologi dan pangembangan sistem informasi

berbasis akuntansi akan mendorong sebagian pelaku bisnis si sektor swasta

untuk ikut menekuninya.

7. Akademisi.

Akademisi terutama di sector akuntansi menaruh perhatian yang cukup besat

atas perkembangan pengetahuan di bidang akuntansi pemerintahan. Perhatian

ini sangat erat kaitannya dengan penyiapan SDM yang menguasai kemampuan

di bidang akuntansi pemerintahan untuk memenuhi kebutuhan tenaga

operasional dan manajer akuntansi di pemerintahan. Beberapa anggota komite

standar akuntansi pemerintahan saat ini berasal dari perguruan tinggi. Di

samping itu, jurusan akuntansi pada perguruan tinggi sudah lama memberikan

kepada Mahasiawa S1 mata kuliah akuntansi pemerintahan. Beberapa pergurua

tinggi sudah mulai menawarkan spesialisasi akuntansi sektor publik pada

program magister akuntansinya.

8. Dunia Internasional (Lender dan Investor).

World Bank, ADB, dan JBIC, merupakan lembaga internasional (leder), yang ikut

berkepentingan untuk berkembangnya akuntansi sektor publik yang baik di

3

Page 4: Makalah Sistem Akuntansi Pemerintahan Pusat

Indonesia. Perkembangan akuntansi tadi diharapkan dapat meningkatkan

transparansi dan akuntabilitas dari proyek pembangunan yang di danai oleh

lembaga tersebut. Lembaga ini, baik langsung maupun secara tidak langsung,

ikut berperan ikut mendorong terwujudnya standar akuntansi pemerintahan yang

menopang perubahan akuntansi pemerintahan di Indonesia.

9. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

UU No. 17 tahun 2003 dan UU No. 15 tahun 2004 menyebutkan bahwa

pertanggungjawaban pelaksanaan APBM dan APBD diperiksa oleh BPK. Untuk

dapat memberikan opininya, BPK memerlukan suatu standar akuntansi

pemerintahan yang diterima secara umum. Perhatian BPK terhadap

pengembangan akuntansi pemerintahan sangat besar antara lain di tandai

dengan parisipasi dari lembaga ini dalam pembahasan tiga paket UU dengan

DPR, keikutsertaan BPK dalam berbagai workshop dan seminar tentang

akuntansi pemerintahan, dan dibentuknya tim teknis yang di bentuk pleh ketua

BPK untuk mendiskusikan aspek peknis standar akuntansi pemerintahan dengan

komite kerja komite standar akuntansi pemerintahan. Selain itu, pasal 32 (2) UU

No. 17 tahun 2003 mengamanatkan bahwa standar akuntansi pemerintahan

ditetapkan dengan peraturan pemerintah setelah terlebih dahulu mendapat

pertimbangan dari BPK. Untuk penyusunan draf standar akuntansi pemerintahan

yang saat ini sedang dalam proses penetapan peraturan pemerintahannya, BPK

telah memberikan pertimbangan kepada pemerintah melalui surat ketua BPK

yang ditujukan kepada Presiden pada tanggal 17 januari 2005 yang isinya

meminta presiden agar segera mengesahkan standar akuntansi pemerintah.

10.Aparat Pengawas Intern Pemerintah.

APIP yang meliputi bawasda, irjen, dan BPKP merupakan auditor intern

pemerintahan yang berperan untuk membantu pimpinan untuk terwujudnya

sistem pengendalian intern yang baik sehingga dapat mendorong peningkatan

kinerja instansi pemerintah skaligus mencegah praktek - praktek KKN. Akuntansi

pemerintahan sangat erat kaitan dan dampaknya terhadap sistem pengendalian

intern sehingga auditor intern mau tidak mau harus memiliki kemampuan di

bidang akuntansi pemerintahan sehingga dapat berperan untuk mendorong

penerapan akuntansi pemerintahan yang sedang di kembangkan.

4

Page 5: Makalah Sistem Akuntansi Pemerintahan Pusat

B.     PENGEMBANGAN SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH

Pengembangan Sistem Akuntansi Pemerintah sudah beberapa kali dilakukan

perubahan dan penyempurnaan dengan beberapa kali dikeluarkannya perauran-

peraturan pemerintah khususnya keputusan Menteri Keuangan. Pengembangan dan

implementasi Sistem Akuntansi  Pemerintah dapat kita telusuri sejak dikeluarkannya

keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 476/KMK.01/1991 pada tanggal 21 Mei

1991 tentang Sistem Akuntansi Pemerintah, sampai pada tahun 2005, Menteri

Keuangan mengeluarkan Peraturan Nomor 59/PMK.06/2005 tentang Sistem

Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat.

Sistem Akuntansi Pemerintah berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan tahun

1991 tersebut, tahap pertama telah dilaksanakan mulai tahun anggaran 1991/1992

dan selanjutnya dilaksanakan secara bertahap, serta direncanakan pada akhir tahun

anggaran 1999/2000 seluruh Departemen/Lembaga di seluruh propinsi dapat di

cakup. Sebelum Sistem Akuntansi Pemerintah di laksanakan secara penuh, sistem

yang saat ini sedang di gunakan dinyatakan masih tetap berlaku.

Sejarah teori dan praktek akuntansi di Indonesia menunjukkan bahwa sebelum

pendidikan akuntanssi di perkenalkan di Indonesia pada tahun 1950-an, pada masa

itu hanya di kenal tata buku warisan Belanda yang disebut sistem Kontinental. Akibat

perubahan hubungan politik dengan belanda, banyak guru besar berkebangsaan

Belanda kembali ke negerinya. Hal ini berakiba adanya perubahan kurikulum

pendidikan akuntansi dan sistem continental ke sistem Anglo Saxis (sistem

Amerika).

Perkembangan selanjutnya, ternyata akuntansi keuangan untuk sector awasta maju

pesat, sedangkan akuntansi di sector pemerintah masih mengikuti konsep-konsep

yang di terapkan sejak zaman belanda. Meskpun ada perbaikan dalam akuntansi

pemerintah, penyempurnaan yang bersifat mendasar belum pernah di lakukan,

sedangkan sistem tersebut mempunyai kelemahan yaitu:

1. Pada Pemerintah, sebagian aktivitasnya di biayai melalui anggaran yang

setiap tahun di tetapkan dengan undang-undang. Pencatatan pelaksanaan

anggaran tersebut terpisah-pisah dan tidak terpadu karena berdasarkan

sistem tata buku tunggal (single entry bookeping). Akuntansi yang terpisah-

pisah tersebut semakin mengakibatkan pelaporannya menjadi tidak

5

Page 6: Makalah Sistem Akuntansi Pemerintahan Pusat

bersesuaian satu dengan yang lain Karena tidak menggunakan bagan

perkiraan yang standar.

2. Pengelompokan perkiraan yang digunakan pemerintah dirancang hanya

untuk memantau dan melaporkan realisasi penerimaan dan pengeluaran

anggaran saja; idak dirancang untuk menganalisis efekifitas pembiayaan

suatu program atau memberikan informasi yang cukup untuk pengendalian

pengeluaran suatu program.

3. Pada akuntansi aset tetap, kelemahannya selain tidak terintegrasi dengan

keuangannya juga dalam perencanaan maupun pelaksanaan anggaran tidak

dibedakan secara tegas antara belanja modal dan belanja operasional.

4. Penyusunan pertanggungjawaban pemerintah atas pelaksnaan APBN yang

dituangkan dalam bentuk perhitungan anggaran Negara (PAN) semula

berdasarkan sumbangan perhitungan anggaran / SPA dari seluruh

departemen atau lembaga.

5. Tidak ada standar dan prinsip akuntansi pemerintah untuk menjaga

kewajaran dan keseragaman perlakuan akuntansi dan pelaporan keuangan

pemerintah.

6. Khusus dalam pengolahan keuangan Negara, semakin tahun jumlah APBN

yang harus dikelola semakin besar dan masalah yang harus ditangani

pemerinah semakin kompleks dan beragam, sedangkan dalam sistem

akuntansi pemerintah yang lama tersebut terdapat berbagai kelemahan. Hal

ini berakibat pada praktek akuntansi pemerintah yang belum mampu

memberikan informasi yang sesuai dengan peningkatan transaksi keuangan

Negara yang semakin kompleks. Praktek akuntansi pemerintah hanya dapat

memenuhi tujuan pertanggung jawaban, namun tidak menyediakan informasi

yang cukup untuk kepentingan manajerial.

Berdasarkan pertimbangan atas keadaan tersebut, maka dilakukan pengembangan

sistem akuntansi pemerintah pusat dengan tujuan utama untuk :

1.      Merancang sistem akuntansi pemerintah yang baru,

2.      Menyusun standard dan prinsip akuntansi pemerintah, dan

3.      Membentuk pusat akuntansi di Departemen Keuangan

6

Page 7: Makalah Sistem Akuntansi Pemerintahan Pusat

Dari tujuan utama di atas, penyusunan sistem akuntansi pemerintah pusat telah

dilaksanakan dan dilakukan implementasi secara bertahap. Penyusunan standar

dan prinsip telah dilakukan seiring dengan penyusunan sistem akuntansi dan

pementukan pusat akuntansi juga telah terselenggara dengan diresmikannya Badan

Akuntansi Keuangan Negara (BAKUN) pada Departemen Keuangan RI berdasarkan

Keputusan Presiden Nomor 35/1992 tanggal 7 juli 1992. Untuk mengembangkan

usaha yang telah ada, maka dikeluarkan Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor

295/KMK.012.2001 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pembukuan dan Pelaporan

Keuangan pada Departemen/Lembaga dan diimplementasikan tahun 2001.

Penjualan untuk mereformasi akuntansi keperintahan sebenarnya sudah dimualai

oleh Departemen Keuangan di sekkitar tahun 1975-1980 dengan rencana sebuah

studi modernisasi sistem akuntansi pemerintah. Pada saat itu, sistem administrasi

pemerintahan masih dilakukan secara manual dan sistem komputerisasi masih

utopia. Perhitungan Anggaran Negara (PAN) yang merupakan pertanggung jawaban

keuangan pemerintah kepada DPR pad waktu itu disajikan berdasarkan sumbangan

PAN dari Deparemen/Lembaga yang disusun secara manual dan single

entry, sehingga penyampaian laporan PAN oleh pemerintah kepada DPR

dilaksanakan dalam waktu 2-3 tahun. Studi modernisasi akuntansi pemerintah baru

terlaksana pada tahun 1982, tetapi Term of Refence (TOR) yang disetujui dan

dibiayai Bank Dunia baru terbatas pada pengembangan sistem pembukuan

berpasangan secar manual.

Desain pengembangan Sistem Akuntansi Pusat dan Sistem Akuntansi Instansi

selesai pada bulan Mei 1986 dengan mengusulkan disusunnya bagian perkiraan

standard dan standar akuntansi pemerintahan serta pembentukan unit eselon I di

lingkungan Departemen Keuangan yang memegang fungsi akuntansi dan

pelaporan. Sistem yang di usulkan dan disetujui Departemen Keuangan pada saat

adalah menyusun alokasi anggaran, proses penerimaan dan pengeluaran melaui

kantor pelayanan perbendaharaan Negara (KPPN), pembuktian bukti jurnal dan

daftar transaksi sebagai dasar pembukuan dalam buku besar secara manual.

Pada 1987/1988 mulai dilakukan simulasi sistem manual tersebut pada departemen

pekerjaan umum, social, perdagangan dan pada wilayah Jakarta, Medan, dan

Surabaya. Pada saat bersamaan, timbul pemikiran pengguaan komputer untuk

7

Page 8: Makalah Sistem Akuntansi Pemerintahan Pusat

proses akuntansi dan pada tahun 1989 usulan pengembangan sistem akuntansi

pemerintah berbasis komputer disetujui Departemen Keuangan dan Bank Dunia

dalam bentuk Proyek pengembangan sistem akuntansi pemerintah tahap 1, tetapi

sistem fungsional masih berdasar pada disain manual sebelumnya, belum sampai

proses yang menyeluruh yang dapat menghasilkan laporan keuangan.

Pada tahun 1992, pembentukan Badan Akuntansi Keuangan Negara (BAKUN) yang

mempunyai fungsi sebagai central accounting office, yang bukan sekedar

“membuku” namun memerlukan adanya setandar akuntansi pemerintahan dan

selanjutnya melaksanakan impelmentasi sistem yang telah dirancang. Dalam tahun

1994 mulai digunakan format daftar isian proyek ( DIP) baru dan saat ini di sebut

daftar isian pelaksanaan anggaran (DIFA) dan penggunaan bagan perkiraan standar

khusus untuk pendapatan dan belanja pada APBN saja.

Meski sudah ada BAKUN, pelaksanaan implementasi sistem dimaksud bukannya

tidak mengalami hambatan. Karena tak ada kewajiban dari peraturan perundang –

undangan, maka sistem akuntasi pemerintah pusat, departemen dan non

departemen masih menggunakan sistem pembukuan yang dalam banyak hal sulit

dipertanggungjawabkan kualitasnya. Dalam dunia akuntansi, sistem yang lebih

dapat dipertanggungjawabkan adalah sistem akuntansi berpasangan yang

mewajibkan semua catatan akuntansi dimulai dengan teknologi penjualan debet

kredit selalu seimbang berpasangan.

Patut dicatat, pada kebanyakan pandangan pakar akuntansi, sistem pembukuan

tunggal belum pantas disebut sebagai suatu akuntansi. Yang disebut laporan

keuangan berfokus hanya pada laporan realisasi anggaran semata. Catatan

pemerintah pusat tentang investasi jangka panjang dan utang dilakukan secara tak

terstruktur atau informal. Di dalamnya termasuk catatan pengeluaran

yang menggunakan dana luar Negeri, seperti bantuan, hibah dan utang. Karena

standar akuntansi kepemerintahan RI saat itu belum ada, praktek akuntansi

pemerintah juga belum sesuai prinsip akuntansi kepemerintahan yang berlaku

umum, kode rekening akuntansi baku dan berlaku bagi semua departemen atau

lembaga belum ada, serta neraca tak mungkin disusun apalagi di tertipkan.

Pada tahun 1995, sebagai lanjutan dari pinjaman bank dunia dikembangkan lagi

sistem akuntansi pemerintah berbasis komputer yang open sistem melalui proyek

8

Page 9: Makalah Sistem Akuntansi Pemerintahan Pusat

pengembangan sistem akuntansi pemerintah tahap 2 dan implementasinya

dilaksanakan secara bertahap. Pada tahun 1999 telah dilakuakan implementasi

sistem akuntansi instansi untuk seluruh departemen atau lembaga yang dapat

menghasilkan laporan realisasi anggaran dan neraca. Namun demikian masih

menghadapi masalah inforcement-nya, karena pada saa itu belum ada ketentuan

perundangan yang mewajibkan penyusunan laporan keuangan yang lengkap.

Paket bantuan IMF tahun 1997/1998 berisi persaratan good governance umumnya,

reformasi manajemen keuangan kususnya, lebih kusus lagi tentang reformasi

pemerintahan. Reformasi akuntansi pemerintahan mendapat momentumnya dengan

terbitnya UU Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang mewajibkan

adanya suatu standar akuntansi pemerintahan sebagai basis penyusunan laporan

keuangan instansi pemerintah, lalu diperkuat dengan UU Pemeriksaan Keuangan

Negara. UU tersebut menyebabkan kebutuhan terdesak akan standar akuntansi

sebagia basis penyusunan dan audit laporan keuangan instansi pemerintah oleh

BPK. Tanpa standar, BPK tidak dapat menerbitkan opini audit.

UU Perbendaharaan Negara Nomor 1 tahun 2004 mempunyai implikasi jadwal kerja

amat ketat dan bersanksi. Bentuk pertanggungjawaban APBN/APBD adalah laporan

keuangan yang harus sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah. Agar dalam

penyusunan standar akuntansi pemerintahan objektif, maka dalam tahun 2002

(sebelum disahkan UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara) menteri

keuangan membentuk Komite Standar Akuntansi Pemerintah Pusat dan Pemerintah

Daerah.

Hasil dari komite tersebut setelah dimintakan pertimbangan kepada BPK dan

disarankan untuk disempurnakan penetapan keanggotaannya dengan keputusan

Presiden dan hasilnya harus ditetapkan dengan PP. Melalui proses panjang,

ditetapkan Keputusan Presiden Nomor 84 Tahun 2004 tentang Komite Standar

Akuntansi Pemerintahan yang tugasnya me-review dan menyempurnakan draf

publikasian Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan yang dihasilkan oleh

komite lama yang dibentuk Menteri Keuangan dan setelah dimintakan pertimbangan

dari BPK diusulkan kembali melalui Menkundang dan disetujui oleh Presiden dengan

PP Nomor 24 Tahun 2005 tanggal 13 Juni 2005.

9

Page 10: Makalah Sistem Akuntansi Pemerintahan Pusat

Menurut ketentuan UU No. 1 Tahun 2004 Perbendaharaan Negara, Menteri atau

pimpinan lembaga selaku pengguna anggaran wajib menyusun laporan keuangan

dan disampaikan paling lambat 2 bulan setelah tahun anggaran berakhir. Menteri

Keuangan menyusun laporan keuangan pemerintah pusat untuk disampaikan

kepada Presiden dalam 3 bulan setelah tahun anggaran yang lalu berkhir.

Presiden/Gubernur/Bupati/Wali kota harus menyampaikan laporan keuangan

kepada BPK untuk diperiksa paling lambat 3 bulan setelah tahun anggaran lalu

berakhir. Jadwal audit BPK amat ketat, yakni hanya 2 bulan dan laporan keuangan

yang telah diperiksa BPK diajukan Presiden/Gubernur/Bupati/Walikota kepada

DPR/DPRD dalam 6 bulan setelah tahun anggaran yang lalu berakhir, setidak-

tidaknya meliputi laporan realisasi APBN, neraca, laporan arus kas dan catatan atas

laporan keuangan yang dilampiri laporan keuangan perusahaan Negara/daerah dan

badan lain. Selanjutnya, BPK membuat laporan hasil pemeriksaan atas alporan

keuangan dilengkapi dengan opinni seperti umumnya dilakukan audito eksternal.

C.    DASAR HUKUM SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT

Penyelenggaraan sistem akuntansi pemerintah pusat yang berbasis double

entry memiliki dasar hukum sebagai berikut:

1. Keputusan Presiden RI Nomor 17 Tahun 2000, khususnya Bab VI tentang

Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran.

2. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 476/KMK.01/1991 tanggal 24 Mei 1991

tentang Sistem Akuntansi Pemerintah.

3. Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 1135/KMK.01/1992 tentang Organisasi

dan Tata Kerja Badan Akuntansi Keuangan Negara (BAKUN)

4. Surat Menteri Keuangan RI Nomor S-984/KMK.018/1992 perihal Pengesahan

Daftar Perkiraan Sistem Akuntansi Pemerintah

D.    TUJUAN SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT

(Modul Sistem Akuntansi Instansi : Hal. 2) Sistem Akuntansi Pemerintahan Pusat

(SAPP) bertujuan untuk :

10

Page 11: Makalah Sistem Akuntansi Pemerintahan Pusat

Menjaga aset Pemerintah Pusat dan instansi-instansinya melalui pencatatan,

pemprosesan dan pelaporan transaksi keuangan yang konsisten sesuai dengan

standar dan praktek akuntansi yan diterima secara umum;

Menyediakan informasi yang akurat dan tepat waktu tentang anggaran dan

kegiatan keuangan Pemerintah Pusat, baik secara nasional maupun instansi

yang berguna sebagai dasar penilaian kinerja, untuk menentukan ketaatan

terhadap otorisasi anggaran dan untuk tujuan akuntabilitas;

Menyediakan informasi yang dapat dipercaya tentang posisi keuangan suatu

instansi dan Pemerintah Pusat secara keseluruhan;

Menyediakan informasi keuangan yang berguna untuk perencanaan,

pengelolaan dan pengendalian kegiatan dan keuangan pemerintah secara

efisien.

Disamping itu, SAPP juga di rancang untuk mendukung transparansi laporan

Keuangan Pemerintahan dan Akuntabilitas Keuangan Pemerintah dalam mencapai

pemerintahan yang baik, yang meliputi Akuntabilitas, Manajerial dan Transparansi.

Akuntabilitas yang dimaksud adalah meningkatkan kualitas akuntabilitas

(pertanggungjawaban) pemerintah atas pelaksanaan anggaran. Dalam hal

Manajerial adalah menyediakan informasi keuangan yang diperlukan untuk

perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, penatausahaan, pengendalian

anggaran, perumusan kebijaksanaan, pengambilan keputusan dan penilaian kinerja

pemerintah. Sedangkan menyangkut transparansi adalah memberikan keterbukaan

pelaksanaan kegiaan pemerintah kepada rakyat untuk mewujudkan pemerintahan

yang baik.

E. RUANG LINGKUP SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 476/KMK.01/1991 tentang

Sistem Akuntansi Pemerintah, sistem akuntansi pemerintah pusat telah

dikembangkan dan diimplementsikan secara bertahap. Tahap pertama dilaksanakan

mulai tahun anggaran 1993/1994, dan di ikuti dengan tahap – tahap berikutnya, dan

yang pada tahun anggaran 1999/2000, implementasi SAPP telah mencakup seluruh

Departemen/Lembaga diseluruh propinsi.

11

Page 12: Makalah Sistem Akuntansi Pemerintahan Pusat

Berbagai perubahan dan penyempurnaan terus dilakukan oleh pemerintah dalam

rangka pengembangan sistem akuntansi pemerintah pusat. Pada tahun 2005,

pemerintah dalam hal ini Menteri Keuangan mengeluarkan Peraturan Nomor

59/PMK.06/2005 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah

Pusat. Pertimbangan peraturan ini dikelurkan bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal

7 ayat (2) huruf o Undang – undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Negara, Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara berwenang

menetapkan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan Negara sehingga perlu

menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan

Keuangan Pemerintah Pusat.

Penerapan Sistem Akuntanasi Pemerintah Pusat (SAPP) adalah untuk unit-unit

organisasi pemerintah pusat yang keuangan dikelola langsung oleh pemerintah

pusat, seperti lembaga tertinggi Negara (MPR), lembaga tinggi Negara (DPR, DPA,

MA), departemen atau lembaga nondepartemen. Sedangkan SAPP tidak diterapkan

untuk pemerintah daerah, BUMN/BUMD, bank pemerintah, dan lembaga keuangan

milik pemeintah.

Terdapat tujuan ciri-ciri Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat yaitu:

1.      Sistem yang terpadu

Dalam penyusunan sistem digunakan pendekatan bahwa keseluruhan Pemerintah

Pusat merupakan kesatuan akuntansi dan ekonomi unggal dengan Presiden

sebagai pengelola utama dan DPR sebagai badan yang bertugas menelaah dan

mengevaluasi pelaksanaannya. Dengan dasasr kesatuan tunggal, maka sistem

akuntansi dan pelaporan keuangan dikembangkan dengan yang terpadu, yang

terdiri dari berbagai subsistem. Subsistem-subsistem ini masing-masing merupakan

bagian yang integral adri sistem yang menyeluruh.

2.      Akuntansi Anggaran dan Akuntansi Dana

Undang-undang Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara (UU-APBN) digunakan

sebagai landasan operasional keuangan tahunan Pemerintah Pusat dan dengan

disahkannya UU-APBN maka pelaksanaan telah dapat dilaksanakan. Untuk itu

diperlukan akuntansi yang membukukan anggaran serta realisasinya, dengan

12

Page 13: Makalah Sistem Akuntansi Pemerintahan Pusat

demkian pertanggungjawaban dapat cepat dan tepat serta mudah dalam

pengawasannya.

Akuntansi Dana yang dilaksanakan adalah Dana Umum sebagai Dana Tunggal ini

merupakan tempat dimana Pendapatan dan Belanja Pemerintah

dipertanggungjawabkan laporan dan menemukan selisih pembukuan yang terjadi.

3.      Sistem Tata Buku Berpasangan

Sistem Akuntansi Pemerintah ini menggunakan sistem tata buku berpasngan

(double entry bookeping) untuk mengatasi kelemahan sistem tata buku tunggal.

Dengan tata buku berpasangan antara lain akan lebih mudah menyusun laporan dan

menemukan selisih pembukuan yang terjadi.

4.      Basis Kas untuk Pendapatan dan Belanja

Penggunaan basis kas ini sesuai dengan Undang-undang Perbendaharaan

Indonesia dan Kepres Nomor 16 Tahun 1994 tentang Pelaksanaan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara.

5.      Standar dan Prinsip Akuntansi

Standar dan prinsip akuntansi adlah norma atau aturan dalam praktek yang dapat

diterima oleh profesi, dunia usaha, dan departemen/lembaga pemerintah yang

berkepentingan dengan laporan keuangan.

6.      Desentralisasi Pelaksanaan Akuntansi

Sistem dirancang agar pelaksanaan akuntansi dilakukan secara berjenjang dan

dimulai pada sumber data di daerah atau propinsi dan digunakan sebagai pedoman

penyusunan unit-unit akuntansi baik di tingkat wilayah maupun tingkat pusat.

7.      Perkiraan Standar yang Seragam

Perkiraan yang digunakan unit akuntansi dan mata anggaran pada unit operasional

anggaran dan pelaksanaan anggaran sama, baik klasifikasi maupun istilahnya agar

dapat memastikan bahwa anggaran dan laporan realisasinya menggunakan istilah

yang sama, serta meningkatkan kemampuan sistem akuntansi untuk memberikan

informasi/laporan yang relevan, berarti, dan dapat diandalkan. Selain itu dapat

digunakan untuk memudahkan pengawasan atas ketaatan dengan pagu yang

13

Page 14: Makalah Sistem Akuntansi Pemerintahan Pusat

ditentukan dalam UU-APBN dan dalam dokumen allotment (DIK/DIP/SKO), serta

memungkinkan perbandingan data laporan keuangan, baik dalam satu laporan

maupun antarlaporan.

Sistem Akuntansi Pemerinth Pusat, yang selanjutnya disebut SAPP, adalah

serangkaian prosedur manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari

pengumpulan data, pencatatan; pengikhtisaran sampai dengan pelaporan posisi

keuangan dan operasi keuangan Pemerintah pusat. SAPP terdiri dari Sistem

Akuntansi Pusat (SiAP) dan Sistem Akuntansi Instansi (SAI) yang menghasilkan

Laporan Keuangan Pemerintah Pusat. SiAP memproses data transaksi Kas Umum

Negara dan Akuntansi Umum, sedangkan SAI memproses data transaksi keuangan

dan barang yang dilaksanakan ole kementrian Negara/lembaga.

F.     RUANG LINGKUP SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH

Sistem Akuntansi Pemerintah terbagi menjadi 2 sistem utama yang mempunyai

hubungan data atau informasi akuntansi timbal balik yaitu :

1. Sistem Akuntansi Pusat (SiAP) yang dilaksanakan oleh Departemen Keuangan

cq Ditjen Perbendaharaan.

Subsistem Sistem Akuntansi Pusat (SiAP) terdiri dari:

Sistem Akuntansi Umum (SAU). Sistem menghasilkan Laporan Realisasi

Anggaran dan Neraca SAU

Sistem Akuntansi Kas Umum Negara (SAKUN)

Sistem ini menghasilkan menghasilkan Laporan Arus Kas dan Neraca KUN. Pada

tingkat wilayah, kedua subsistem di atas dilaksanakan oleh Kanwil Ditjen

Perbendaharaan dan seluruh KPPN di wilayah kerjanya selaku Kuasa BUN.

Sistem Akuntansi Pusat, yang selanjutnya disebut SiAP, adalah serangkaian

prosedur manual maupun yang terkompurerisasi mulai dari pengumpulan data,

pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan operasi

keuangan pada Kementerian Keuangan selaku Bendahara Umum Negara.

SiAP terdiri dari SAKUN dan SAU. Sistem Akuntansi Kas Umum Negara, yang

selanjutnya disebut SAKUN, adalah sub-SiAP yang menghasilkan Laporan Arus Kas

14

Page 15: Makalah Sistem Akuntansi Pemerintahan Pusat

dan Neraca Kas Umum Negara yang selanjutnya disebut Neraca KUN. Sistem

Akuntansi Umum, yang selanjutnya disebut SAU, adalah sub-SiAP yang

menghasilkan Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Pusat dan Neraca.

Dalam rangka pelaksanaan SiAP sebagimana dimaksud pada ayat (1):

a. Kantor Pelayanan Perbendaharaan SiAP Negara (KPPN) memproses data

transaksi penerimaan dan pengeluaran;

b. KPPN Khusus memproses data transaksi pengeluaran yang berasal dari

Bantuan Luar Negeri (BLN);

c. Direktorat Pengelolaan Kas Negara (DPKN) memproses data transaksi

penerimaan dan pengeluaran Bedahara Umum Negara (BUN) melalui kantor

pusat; dan

d. Direktorat informasi dan Akuntansi memperoleh data APBM, serta melakukan

verifikasi dan akunansi untuk data tran saksi penerimaan dan pengeluaran

BUN melalui kantor pusat.

2. Sistem Akuntansi Instansi (SAI) yang dilaksanakan oleh Kementerian/ Lembaga.

Subsistem Akuntansi Instansi (SAI) terdiri dari :

Sistem Akuntansi Keuangan (SAK). Sistem ini menghasilkan Laporan

Keuangan Instansi

Sistem Akuntansi Barang Milik Negara (SABMN). Sistem ini menghasilkan

Laporan Barang Milik Negara.

Sistem Akuntansi Instnsi, yang selanjutnya disebut SAI, adalah serangkaian

prosedur manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data,

pencatatan, pengikhtisaran sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan operasi

keuangan pada Kementrian Negara/Lembaga. Setiap Kementrian Negara/Lembaga

wajib menyelenggarakan SAI untuk menghasilkan laporan keuangan termasuk

Bagian Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan. Untuk melaksanakan SAI

sebagaimana dimaksud ayat (1) dibentuk Unit Akuntansi Keuangan terdiri dari:

a. Unit Akuntansi Pengguna Anggaran

Unit Akuntansi Pembantu Anggaran, yang selanjutnya disebut UAPA, adalah unit

akuntansi instansi pada tingkat Kementrian Negara/lembaga (pengguna

15

Page 16: Makalah Sistem Akuntansi Pemerintahan Pusat

anggaran) yang melakukan kegiatan penggabungan laporan, baik keaungan

maupun barang seluruh UAPPA-E1 yang berada di bawahnya.

b. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Eselon I

Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Eselon I, yang selanjutnya

disebut UAPPA-E1, adalah unit akuntansi instansi yang melakukan kegiatan

penggabngan laporan, baik keuangan seluruh UAPPA-W yang berada di wilayah

kerjanya serta UAKPA yang langsung berada di bawahnya.

c. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Wilyah

Unit Akuntansi Pembantu Anggaran Wilayah, yang selanjutnya disebut UAPPA-

W, adalah unit akuntansi instansi yang melakukan kegiatan penggabungan

laporan, baik keuangan maupun barang seluruh UAKPA yang berada dalam

wilayah kerjanya.

d. Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran

Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran, yang selanjutnya disebut UAKPA,

adalah unit akuntansi dan pelaporan tingkat satuan kerja.

Sistem Akuntansi Barang Milik Negara

Sistem Akuntansi Barang Milik Negara, yang selanjutnya disebut SABMN, adalah

subsistem dari SAI yang meripakan serangkaian prosedur yang saling berhubungan

untuk mengolah dokumen sumber dalam rangka menghasilkan informasi untuk

menyusun neraca dan laporan BMN serta laporan manajerial lainnya sesuai

ketentuan yang belaku.

SABMN merupakan subsistem dari SAI. Untuk melaksanakan SABMN sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), Kementerian Negara/Lembaga membentuk Unit

Akuntansi Barang sebagai berikut :

a. Unit Akuntansi Pengguna Barang, yang selanjutnya disebut UAPBA, adalah

unit akuntansi BMN pada tingkat Kementrian Negara/Lembaga yang

16

Page 17: Makalah Sistem Akuntansi Pemerintahan Pusat

melakukan kegiatan penggabungan laporan BMN dari UAPPB-E1, yang

penanggung jawabnya adalah Menteri/Pimpinan Lembaga.

b. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang Eselon I, yang selannjutnya

disebut UAPPB-E1, adalah unit akuntansi BMN pada tingkat Eselon I yang

melakukan kegiatan penggabungan laporan BMN dari UAPPB-W, dan

UAKPB yang langsung berada di bawahnya yang penanggung jawabnya

adalah pejabat Eselon I.

c. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang Wilayah, yang UAPPB-W,

adalah unit akuntansi BMN pada tingkat wilayah yang ditetapkan sebagai

UAPPB-W dan melakukan kegiatan Penggabungan BMN dari UAKPB,

penanggung jawabnya adalah Kepala Kantor Kepala unit kerja yang

ditetapkan sebagai UAPPB-W.

d. Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang, yang selanjutnya disebut satuan

kerja/kuasa pengguna barang yang memiliki wewenang menggunakan BMN.

 

G. LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT

Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (disingkat LKPP) adalah laporan pertanggung-

jawaban pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang terdiri

dari Laporan realisasi anggaran, Neraca, Laporan arus kas dan Catatan atas

laporan keuangan yang disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah.

LKPP Merupakan konsolidasi laporan keuangan Kementerian Negara/Lembaga

yang disusun dengan berdasarkan praktik terbaik internasional (best practice) dalam

pengelolaan keuangan Negara. LKPP diterbitkan setiap tahun, dan pertama kali

diterbitkan pada tahun 2004 sejak Indonesia merdeka sebagai bentuk

pertanggungjawaban keuangan pemerintah. LKPP disusun oleh Direktorat Akuntansi

dan Pelaporan Keuangan Kementerian Keuangan Indonesia.

Komponen LKPP

Saat ini laporan keuangan pemerintah pusat disusun berdasarkan penerapan

akuntansi basis kas menuju akrual. Pada tahun 2015 penerapan basis akrual akan

diberlakukan di Indonesia sehingga laporan keuangan yang diberi opini oleh Badan

Pemeriksa Keuangan adalah yang berbasis akrual.

Komponen laporan keuangan pemerintah berbasis akrual terdiri dari:

17

Page 18: Makalah Sistem Akuntansi Pemerintahan Pusat

1. Laporan Pelaksanaan Anggaran, yang terdiri dari Laporan Realisasi

Anggaran dan Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih

2. Laporan Finansial, yang terdiri dari Neraca, Laporan Operasional, Laporan

Perubahan Ekuitas dan Laporan Arus Kas. Adapun Laporan Operasional (LO)

disusun untuk melengkapi pelaporan dan siklus akuntansi berbasis akrual

sehingga penyusunan LO, Laporan Perubahan Ekuitas dan Neraca mempunyai

keterkaitan yang dapat dipertanggungjawabkan.

3. Catatan Atas Laporan Keuangan

 

Laporan Realisasi Anggaran

Laporan Realisasi Anggaran (LRA) merupakan salah satu komponen laporan

keuangan pemerintah yang menyajikan ikhtisar sumber, alokasi dan pemakaian

sumber daya keuangan yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah, yang

menggambarkan perbandingan antara anggaran dan realisasinya dalam suatu

periode tertentu.

Contoh Laporannya : (dalam Triliun rupiah)

Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih

Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (SAL) menyajikan informasi kenaikan

atau penurunan SAL tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya dan

hanya disajikan oleh Bendahara Umum Negara dan entitas pelaporan yang

menyusun laporan keuangan konsolidasi.

18

Page 19: Makalah Sistem Akuntansi Pemerintahan Pusat

Neraca

Neraca merupakan laporan keuangan yang menggambarkan posisi keuangan suatu

entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu.

Contoh Laporannya : (dalam Triliun rupiah)

Laporan Operasional

Laporan Operasional (LO) disusun untuk melengkapi pelaporan dari siklus akuntansi

berbasis akrual (full accrual accounting cycle) sehingga penyusunan Laporan

Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, dan Neraca mempunyai keterkaitan yang

dapat dipertanggungjawabkan. LO menyediakan informasi mengenai seluruh

kegiatan operasional keuangan entitas pelaporan yang tercerminkan dalam

pendapatan-LO, beban, dan surplus/defisit operasional dari suatu entitas pelaporan

yang penyajiannya disandingkan dengan periode sebelumnya.

Laporan Arus Kas

Laporan Arus Kas (LAK) adalah bagian dari laporan finansial yang menyajikan

informasi penerimaan dan pengeluaran kas selama periode tertentu yang

diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris.

Tujuan LAK untuk memberikan informasi mengenai sumber, penggunaan,

perubahan kas dan setara kas selama suatu periode akuntansi serta saldo kas dan

setara kas pada tanggal pelaporan. LAK wajib disusun dan disajikan hanya oleh unit

organisasi yang mempunyai fungsi perbendaharaan umum.

19

Page 20: Makalah Sistem Akuntansi Pemerintahan Pusat

Contoh Laporannya : (dalam Triliun rupiah)

Laporan Perubahan Ekuitas

Laporan Perubahan Ekuitas (LPE) menyajikan informasi kenaikan atau penurunan

ekuitas tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. LPE

menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan entitas pelaporan,

apakah mengalami kenaikan atau penurunan sebagai akibat kegiatan yang

dilakukan selama periode pelaporan.

Catatan Atas Laporan Keuangan

Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) merupakan bagian yang tak terpisahkan

dari Laporan Keuangan dan oleh karenanya setiap entitas pelaporan diharuskan

untuk menyajikan Catatan atas Laporan Keuangan. CaLK meliputi penjelasan atau

daftar terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam Laporan

Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Neraca, Laporan

Operasional, Laporan Arus Kas, dan Laporan Perubahan Ekuitas. Termasuk pula

dalam Catatan atas Laporan Keuangan adalah penyajian informasi yang diharuskan

dan dianjurkan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan serta

pengungkapan-pengungkapan lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar

atas laporan keuangan, seperti kewajiban kontinjensi dan komitmen-komitmen

20

Page 21: Makalah Sistem Akuntansi Pemerintahan Pusat

lainnya. CaLK bertujuan untuk meningkatkan transparansi laporan keuangan dan

penyediaan pemahaman yang lebih baik atas informasi keuangan pemerintah.

Opini Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atas LKPP

Opini BPK pertama kali diberikan atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat tahun

2004. Sejak 2004 hingga 2008 opini BPK terhadap LKPP adalah disclaimer (tidak

memberikan pendapat). Baru pada tahun 2009 LKPP memperoleh predikat WDP.

Predikat tersebut bertahan hingga sekarang. Berikut daftar opini BPK terhadap

LKPP sejak tahun 2004 hingga sekarang.

Tahun Laporan Opini BPK2004 Tidak Menyatakan Pendapat (disclaimer)

2005 Tidak Menyatakan Pendapat (disclaimer)

2006 Tidak Menyatakan Pendapat (disclaimer)

2007 Tidak Menyatakan Pendapat (disclaimer)

2008 Tidak Menyatakan Pendapat (disclaimer)

2009 Wajar Dengan Pengecualian

2010 Wajar Dengan Pengecualian

2011 Wajar Dengan Pengecualian

2012 Wajar Dengan Pengecualian

2013 Wajar Dengan Pengecualian

Sumber:

https://id.wikipedia.org/wiki/Laporan_Keuangan_Pemerintah_Pusat#cite_note-7

H. PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN APBD

Di era reformasi pengelolaan keuangan daerah sudah mengalami berbagai

perubahan regulasi dari waktu ke waktu. Perubahan tersebut merupakan rakaian

bagaimana suatu Pemerintah Daerah dapat menciptakan good

governance dan clean goverment dengan melakukan tata kelola pemerintahan

dengan baik. Keberhasilan dari suatu pembangunan di daerah tidak terlepas dari

aspek pengelolaan keuangan daerah yang di kelola dengan manajemen yang baik

pula.

21

Page 22: Makalah Sistem Akuntansi Pemerintahan Pusat

Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi

perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan

pengawasan keuangan daerah.

Pengelolaan keuangan daerah yang diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri

Nomor 13 Tahun 20013 pasal 3 meliputi kekuasaan pengelolaan keuangan daerah,

azas umum dan struktur APBD, penyusunan rancangan APBD, penetapan APBD,

penyusunan dan penetapan APBD bagi daerah yang belum memiliki DPRD,

pelaksanaan APBD, perubahan APBD, pengelolaan kas, penatausahaan keuangan

daerah, akuntansi keuangan daerah, pertanggungjawaban pelaksanaan APBD,

pembinaan dan pengawasan pengelolaan keuangan daerah, kerugian daerah, dan

pengelolaan keuangan BLUD. Pengelolaan keuangan daerah harus dikelola secara

tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efektif, efisien, ekonomis,

transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan azas keadilan,

kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat.

Proses Pengelolaaan keuangan daerah dimulai dengan perencanaan/penyusunan

anggaran pendapatan belanja daerah (APBD). APBD merupakan rencana keuangan

tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah

daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah. Oleh karena itu APBD

merupakan kesepakatan bersama antara eksekutif dan legislatif yang dituangkan

dalam peraturan daerah dan dijabarkan dalam peraturan bupati. APBD disusun

sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan dan kemampuan

pendapatan daerah. Penyusunan APBD berpedoman kepada RKPD dalam rangka

mewujudkan pelayanan kepada masyarakat untuk tercapainya tujuan bernegara.

Sesuai dengan Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah pasal 181 dan Undang-undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan

Negara pasal 17-18, yang menjelaskan bahwa proses penyusunan APBD harus

didasarkan pada penetapan skala prioritas dan plafon anggaran, rencana kerja

Pemerintah Daerah dan Kebijakan Umum APBD yang telah disepakati bersama

antara DPRD dengan Pemerintah Daerah. Berdasarkan Peraturan Pemerintah

Nomor  58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dalam Bab IV

Penyusunan Rancangan APBD Pasal 29 sampai dengan pasal 42 dijelaskan bahwa

proses penyusunan RAPBD berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Daerah (RPJMD), Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), Kebijakan

22

Page 23: Makalah Sistem Akuntansi Pemerintahan Pusat

Umum APBD, Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) dan Rencana Kerja

Anggaran SKPD (RKA-SKPD).

APBD mempunyai fungsi :

Fungsi Otorisasi mengandung arti bahwa anggaran daerah menjadi dasar untuk

melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan;

Fungsi Perencanaan mengandung arti bahwa anggaran daerah menjadi

pedoman bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang

bersangkutan;

Fungsi Pengawasan mengandung arti bahwa anggaran daerah menjadi

pedoman untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintahan daerah

sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan;

Fungsi Alokasi mengandung arti bahwa anggaran daerah harus diarahkan untuk

menciptakan lapangan kerja/ mengurangi pengangguran dan pemborosan

sumber daya, serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas perekonomian;

Fungsi Distribusi mengandung arti bahwa kebijakan anggaran daerah harus

memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan;

Fungsi stabilisasi mengandung arti bahwa anggaran pemerintah daerah menjadi

alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental

perekonomian daerah.

Sebelum berlakunya sistem Anggaran Berbasis Kinerja, APBD disusun dengan

menggunakan metoda tradisional atau item line budget. Mekanisme penyusunan

anggaran ini tidak didasarkan pada analisa rangkaian kegiatan yang harus

dihubungkan dengan tujuan yang telah ditentukan, namun lebih meniitikberatkan

pada kebutuhan untuk belanja/pengeluaran. Sasaran (target), keluaran (output) dan

hasil (outcome) dari kegiatan/program yang akan atau telah dicapai sehubungan

dengan penggunaan anggaran dengan kuantitas dan kualitas yang terukur tidak

dapat disajikan dengan baik sehingga esiensi dari pengertian anggaran berbasis

kinerja (performance based budgeting) semakin tidak jelas.

Namun dalam perkembangannya, sistematika anggaran berbasis kinerja muncul

sebagai pengganti dari anggaran yang bersifat tradisional. Anggaran berbasis

23

Page 24: Makalah Sistem Akuntansi Pemerintahan Pusat

kinerja pada dasarnya memiliki makna yang mendalam yaitu suatu pendekatan

sistematis dalam proses penyusunan anggaran yang mengaitkan pengeluaran yang

dilakukan organisasi pemerintahan di daerah dengan kinerja yang dihasilkannya

serta menggunakan informasi kinerja yang terencana. Proses penyusunan anggaran

pemerintah daerah, dimulai dengan dokumen-dokumen perencanaan seperti

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), Rencana Kerja

Pemerintah Daerah (RKPD), Kebijakan Umum Anggaran (KUA) dan Prioritas dan

Plafon Anggaran Sementara (PPAS). Sedangkan, pada tingkat satuan kerja

pemerintah daerah (SKPD), dokumen-dokumen tersebut meliputi Rencana Stratejik

(Renstra) SKPD, Rencana Kerja (Renja) SKPD dan Rencana Kerja dan Anggaran

(RKA) SKPD. Dalam implementasinya penerapkan penganggaran berbasis kinerja

tidak hanya dibuktikan dengan adanya dokumen-dokumen tersebut, melainkan

substansi dari dokumen tersebut harus ada keselarasan antar dokumen-dokumen

dengan memperhatikan indikator kinerja yang hendak dicapai. Indikator-indikator

kinerja di SKPD dituangkan dalam Renja SKPD seyogyanya terdapat keselarasan

dalam pencapaian indikator kinerja yang termuat dalam Renstra SKPD. Indikator

kinerja Renja SKPD harus selaras dengan indikator-indikator kinerja yang dituang

dalam RKA SKPD. Keselarasan indikator kinerja secara otomatis akan dapat

mengaitkan tujuan-tujuan yang hendak dicapai dalam dokumen perencanaan

strategis (Renstra SKPD) yang selanjutnya dituangkan dalam program dan kegiatan-

kegiatan yang dilaksanakan SKPD.

Oleh karena itu, kedudukan APBD sangatlah penting sebagai alat untuk memelihara

dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian daerah dalam

proses pembangunan di daerah. APBD juga merupakan alat/wadah untuk

menampung berbagai kepentingan publik (public accountability) yang diwujudkan

melalui program dan kegiatan. APBD merupakan instrumen kebijakan yaitu sebagai

alat untuk meningkatkan pelayanan umum dan kesejahteraan masyarakat di daerah

yang harus mencerminkan kebutuhan riil masyarakat sesuai dengan potensi dan

karakteristik daerah serta dapat memenuhi tuntutan terciptanya anggaran daerah

yang berorientasi pada kepentingan dan akuntabilitas publik. Proses penganggaran

yang telah direncanakan dengan baik dan dilaksanakan dengan tertib serta disiplin

akan mencapai sasaran yang lebih optimal. APBD juga menduduki posisi sentral

dan vital dalam upaya pengembangan kapabilitas dan efektivitas pemerintah daerah.

24

Page 25: Makalah Sistem Akuntansi Pemerintahan Pusat

Proses pembangunan di era otonomi daerah memberikan celah dan peluang yang

besar bagi Pemerintah Daerah dalam menentukan kebijakan dan arah

pembangunan yang mengutamakan potensi serta keunggulan daerah sesuai

dengan karakteristik daerah sehingga esensi dari dokumen APBD yang dihasilkan

dapat memenuhi keinginan dari semangat otonomi daerah itu sendiri. Pemerintah

Daerah juga dituntut melakukan pengelolaan keuangan daerah yang tertib,

transparan dan akuntabel agar tujuan utama dapat tercapai yaitu mewujudkan good

governance dan clean goverment. 

25

Page 26: Makalah Sistem Akuntansi Pemerintahan Pusat

KESIMPULAN

Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat dalah sistem akuntansi yang mengolah semua

transaksi keuangan, asset, kewajiban, dan ekuitas dana pemerintah pusat, yang

menghasilkan informasi akuntansi dan laporan keuangan yang tepat waktu dengan

mutu yang dapat diandalkan, baik yang diperlukan oleh badan-badan di luar

pemerintah pusat seperti DPR, maupun oleh berbagai tingkat manajemen pada

pemerintah pusat.

Pengembangan dan implementasi Sistem Akuntansi Pemerintah dapat kita telusuri

sejak dikeluarkannya Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 476/KMK.01/1991

pada tanggal 21 Mei 1991 tentang Sistem Akuntansi Pemerintah, sampai pada

tahun 2005, Menteri Keuangan mengeluarkan Peraturan Nomor 59/PMK.06/2005

tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat.

Tujuan SAPP sendiri adlah untuk menyediakan informasi keuangan yang diperlukan

dalam hal perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, penata usahaan,

pengendalian anggaran, perumusan kebijaksanaan, pengambil keputusan dan

penilaian kinerja pemerintah dan sebagai upaya untuk mempercepat penyajian

Perhitungan Anggaran Negara (PAN), serta memudahkan pemeriksaan oleh aparat

pengawasan fungsional secara efektif dan efisien.

Sistem Akuntansi Pemerintah terbagi menjadi dua sistem utama yaitu:

1)      Sistem Akuntansi Pusat (SiAP) yang dilaksanakan oleh Departemen

Keuangan cq Ditjen Perbendaharaan, terdiri dari: Sistem Akuntansi Umum(SAU),

sistem ini menghasilkan Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca SAU; Sistem

Akuntansi Kas Umum Negara (SAKUN)

26

Page 27: Makalah Sistem Akuntansi Pemerintahan Pusat

2)      Sistem Akuntansi Instansi (SAI) yang dilaksanakan oleh kementrian/lembaga,

terdiri dari Sistem Akuntansi Keuangan (SAK), yang menghasilkan Laporan

Keuangan Instansi; dan Sistem Akuntansi Barang Milik Negara (SABMN) yang

menghasilkan Lporan Barang Milik Negara.

27