Modul Akuntansi Pemerintahan

403

Click here to load reader

description

modul tugas di universitas padjadjaran

Transcript of Modul Akuntansi Pemerintahan

KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur pada Tuhan yang Mahakuasa karena atas ridho-Nya, Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) dapat menyelesaikan modul-modul pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan dilengkapi dengan slide.

Undang Undang Nomor 17 Tahun 2003 telah menegaskan bahwa pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD disajikan dalam bentuk laporan keuangan. Laporan keuangan berupa Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan disajikan sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan. Sehubungan dengan hal tersebut, Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan telah terbit pada tanggal 13 Juni 2005. Standar akuntansi pemerintahan (SAP) sebagaimana diatur dalam PP tersebut menjadi pedoman dalam penyajian laporan keuangan pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

Standar akuntansi pemerintahan (SAP) merupakan hal yang baru dalam penyajian pertanggung jawaban keuangan pemerintahan di Indonesia. Penyajian laporan pertanggungjawaban keuangan tidak lagi hanya sekedar pelaksanaaan anggaran dan realisasi tetapi lebih daripada itu. Dalam pertanggung jawaban pelaksanaan APBN/APBD pemerintah harus menyajikan satu set laporan keuangan yang terdiri dari empat komponen yang salaing berhubungan.Penerapan SAP tidaklah mudah. Penerapan SAP memerlukan pemahaman yang mendalam mengenai standar akuntansi dan proses penyusunan laporan keuangan. Untuk itu perlu adanya orang-orang yang memahami Sap kemudian dapat mengimplementasikan dan juga dapat menyebarkan pemahaman kepada pihak lain. Modul ini dirancang untuk dapat memberikan pemehaman sekaligus dapat menularkan kepada pihak lain mengenai materi yang tercakup dalam SAP.

Dengan ToT ini diharapkan akan timbul pemahaman yang lebih mendalam dan perhatian yang berkesinambungan terhadap penerapan standar akuntansi.Perlu ditekankan bahwa modul-modul ini tidak bersifat otoritatif. Modul-modul ini disusun untuk mempermudah pemahaman atas substansi yang tertuang dalam SAP. Isi modul yang mungkin berbeda dengan SAP harus dipahami dalam konteks SAP. Uraian- uraian dalam modul-modul yang dipahami berbeda dengan SAP harus dikonfirmasikan ke SAP. Dengan demikian otoritas SAP tidak terpengaruh oleh kemungkinan pemahaman yang berbeda dengan adanya modul ini.Semoga modul ini menjadi sumbangan yang berharga dalam membangun pemahaman bersama untuk perbaikan pengelolaan keuangan negara menuju pada tata pengelolaan yang baik (good governance).

Dengan ini juga diucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah berusaha keras untuk menghasilkan modul ini.Modul Pelatihan Standar Akuntansi PemerintahanBAB I PENDAHULUANA. Latar BelakangModul Penyajian Laporan Keuangan ini disusun untuk memudahkan pemahaman terhadap Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan. Modul ini disusun sebagai bahan pelatihan untuk pelatih Standar Akuntansi Pemerintahan, sehingga dengan mempelajari modul ini peserta diharapkan dapat belajar mandiri (self study) atas materi Penyajian Laporan Keuangan pada pemerintah pusat maupun daerah. Modul ini menguraikan kembali paragraf-paragraf SAP maupun penjelasan disertai dengan contoh-contoh yang aplikatif sehingga diharapkan dapat dijadikan rujukan dalam implementasi SAP yang berkaitan dengan penyajian laporan keuangan.Tujuan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) Nomor 01 adalah mengatur penyajian laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statements) dalam rangka meningkatkan keterbandingan laporan keuangan baik terhadap anggaran, antar periode, maupun antar entitas. Laporan keuangan untuk tujuan umum adalah laporan keuangan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pengguna laporan. Untuk mencapai tujuan tersebut, standar ini menetapkan seluruh pertimbangan dalam rangka penyajian laporan keuangan, pedoman struktur laporan keuangan, dan persyaratan minimum isi laporan keuangan. PSAP Nomor 01 ini berlaku untuk entitas pelaporan dalam menyusun laporan keuangan suatu entitas pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan laporan keuangan konsolidasian, tidak termasuk perusahaan negara/daerah.B. Tujuan PembelajaranTujuan Pembelajaran Umum:Setelah mengikuti pelatihan ini diharapkan peserta mampu:1. Memahami Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)2. Mengimplementasikan SAP dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan.Tujuan Pembelajaran Khusus:Setelah mengikuti pelatihan ini diharapkan peserta mampu:1. Peserta memahami tujuan penyajian laporan keuangan;2. Peserta memahami pengertian dan unsur-unsur laporan keuangan;3. Peserta memahami pengertian dan pos-pos dalam neraca;4. Peserta memahami pengakuan aset dan kewajiban;5. Peserta memahami pengukuran aset dan kewajiban;6. Peserta memahami penyajian dan pengungkapan aset dan kewajiban dalam laporan keuangan;7. Setelah memahami sebagaimana dimaksud pada angka 1 s.d 6 di atas, peserta diharapkan mampu menerapkannya dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan pemerintah.Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 01 1

Modul Pelatihan Standar Akuntansi PemerintahanC. Deskripsi RingkasMateri Modul Penyajian Laporan Keuangan disusun sesuai dengan PSAP01 dengan susunan tujuan laporan keuangan, basis akuntansi, jenis laporan keuangan, periode pelaporan, hubungan antar komponen laporan keuangan, unsur-unsur neraca, yaitu aset, kewajiban, dan ekuitas dana, serta soal latihan.D. Metode PembelajaranMetode pembelajaran dalam pelatihan ini dilakukan dengan cara pemaparan teori oleh fasilitator yang diikuti dengan tanya jawab serta diskusi soal-soal latihan dan contoh kasus yang berkaitan dengan Penyajian Laporan Keuangan. Keberhasilan pembelajaran ini juga sangat tergantung pada partisipasi aktif dari para peserta pelatihan dalam aktivitas diskusi, latihan, dan tanya jawab.Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 01 2

Modul Pelatihan Standar Akuntansi PemerintahanBAB IITUJUAN PELAPORAN KEUANGAN DAN BASIS AKUNTANSIA. Tujuan Pelaporan KeuanganTujuan umum laporan keuangan adalah menyajikan informasi mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran, arus kas, dan kinerja keuangan suatu entitas pelaporan yang bermanfaat bagi para pengguna dalam membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya. Secara spesifik, tujuan pelaporan keuangan pemerintah adalah untuk menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan dan untuk menunjukkan akuntabilitas entitas pelaporan atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya, dengan:a) menyediakan informasi mengenai posisi sumber daya ekonomi, kewajiban, dan ekuitas dana pemerintah;b) menyediakan informasi mengenai perubahan posisi sumber daya ekonomi, kewajiban, dan ekuitas dana pemerintah;c) menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi, dan penggunaan sumber daya ekonomi;d) menyediakan informasi mengenai ketaatan realisasi terhadap anggarannya;e) menyediakan informasi mengenai cara entitas pelaporan mendanai aktivitasnya dan memenuhi kebutuhan kasnya;f) menyediakan informasi mengenai potensi pemerintah untuk membiayai penyelenggaraan kegiatan pemerintahan;g) menyediakan informasi yang berguna untuk mengevaluasi kemampuan entitas pelaporan dalam mendanai aktivitasnya.Laporan keuangan untuk tujuan umum juga mempunyai peranan prediktif dan prospektif, menyediakan informasi yang berguna untuk memprediksi besarnya sumber daya yang dibutuhkan untuk operasi yang berkelanjutan, sumber daya yang dihasilkan dari operasi yang berkelanjutan, serta risiko dan ketidakpastian yang terkait. Pelaporan keuangan juga menyajikan informasi bagi pengguna mengenai:a) indikasi apakah sumber daya telah diperoleh dan digunakan sesuai dengan anggaran;b) indikasi apakah sumber daya diperoleh dan digunakan sesuai dengan ketentuan, termasuk batas anggaran yang ditetapkan oleh DPR/DPRD.Untuk memenuhi tujuan umum ini, laporan keuangan menyediakan informasi mengenai entitas pelaporan dalam hal: aset; kewajiban; ekuitas dana; pendapatan; belanja; transfer; pembiayaan; dan arus kas.Menurut PSAP 01 Paragraf 13, tanggung jawab penyusunan dan penyajian laporan keuangan berada pada pimpinan entitas. Dalam lingkup pemerintah daerah yang dimaksud dengan pimpinan entitas adalah setiap kepala satuan kerja perangkat daerah (SKPD) pada sebagai entitas akuntansi dan setiap gubernur/bupati/walikota sebagai entitas pelaporan. Kewajiban dan tanggung jawab penyusunan dan penyajian laporan keuangan untuk setiap kepala SKPD juga dinyatakan dalam Pasal 56 ayat (2) huruf a Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, yang berbunyi:Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 01 3

Modul Pelatihan Standar Akuntansi PemerintahanKepala satuan kerja perangkat daerah selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang menyusun dan menyampaikan laporan keuangan yang meliputi laporan realisasi anggaran, neraca, dan catatan atas laporan keuanganB. Basis AkuntansiBasis akuntansi merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang menentukan kapan pengaruh atas transaksi atau kejadian harus diakui untuk tujuan pelaporan keuangan. Basis akuntansi pada umumnya ada dua yaitu basis kas(cash basis of accounting) dan basis akrual (accrual basis of accounting). Dalam akuntansi berbasis kas, transaksi ekonomi dan kejadian laindiakui ketika kas diterima oleh kas pemerintah (Kas Umum Negara/Kas Umum Daerah) atau dibayarkan dari kas pemerintah (Kas Umum Negara/Kas Umum Daerah). Sedangkan dalam akuntansi berbasis akrual berarti suatu basis akuntansi di mana transaksi ekonomi dan peristiwa-peristiwa lain diakui dan dicatat dalam catatan akuntansi dan dilaporkan dalam periode laporan keuangan pada saat terjadinya transaksi tersebut, bukan pada saat kas atau ekuivalen kas diterima atau dibayarkan. Contoh transaksi yang membedakan basis kas dan basis akrual adalah dalam peristiwa pada saat pemerintah menerbitkan Surat Keputusan Penetapan Pajak (SKPP). Dalam basis kas, saat terbitnya SKPP tersebut belum diakui sebagai pendapatan, karena pemerintah belum menerima kas. Namun, dalam basis akrual, terbitnya SKPP tersebut oleh pemerintah sudah diakui sebagai pendapatan, walaupun pemerintah belum menerima kas atas pendapatan pajak tersebut.Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, pemerintah diwajibkan menerapkan basis akuntansi akrual secara penuh atas pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja negara paling lambat tahun anggaran 2008. Sedangkan basis akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan pemerintah pada saat ini menurut PSAP Nomor 01 adalah basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan dan basis akrual untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dana. Basis kas adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar. Sedangkan basis akrual adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat transaksi dan peristiwa itu terjadi, tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayar.Entitas pelaporan diperkenankan untuk menyelenggarakan akuntansi dan penyajian laporan keuangan dengan menggunakan sepenuhnya basis akrual (fully accrual basis), baik dalam pengakuan pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan, maupun dalam pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dana. Namun, entitas pelaporan tersebut tetap menyajikan Laporan Realisasi Anggaran (LRA) berdasarkan basis kas. Rekonsiliasi dari LRA berbasis akrual ke LRA berbasis kas wajib disajikan dalam Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 01 4

Modul Pelatihan Standar Akuntansi PemerintahanBAB IIISTRUKTUR DAN ISI LAPORAN KEUANGANA. Jenis Laporan KeuanganDalam rangka pelaksanaan APBN/APBD setiap entitas baik pemerintah pusat, kementerian negara/lembaga, pemerintah daerah, dan satuan kerja di tingkat pemerintah pusat/daerah wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan. Sesuai dengan Undang- Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, laporan keuangan pemerintah pokok setidak-tidaknya terdiri atas:a) Laporan Realisasi Anggaran (LRA), b) Neraca,c) Laporan Arus Kas (LAK),d) Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan disajikan oleh setiap entitas pelaporan. Hal ini berarti setiap gubernur/bupati/walikota wajib menyusun dan menyajikan keempat laporan keuangan di atas. Sedangkan Laporan Arus Kas hanya disajikan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan (Bendahara Umum Negara/Kuasa Bendahara Umum Negara dan Bendahara Umum Daerah/Kuasa Bendahara Umum Daerah. Dengan demikian kepala SKPD sebagai entitas akuntansi tidak menyusun dan menyajikan Laporan Arus Kas.Di samping menyajikan laporan keuangan pokok, suatu entitas pelaporan diperkenankan menyajikan Laporan Kinerja Keuangan berbasis akrual dan Laporan Perubahan Ekuitas. Laporan Kinerja Keuangan adalah laporan yang menyajikan pendapatan dan beban serta surplus/defisit selama suatu periode yang disusun berdasarkan basis akrual. Laporan Perubahan Ekuitas adalah laporan yang menyajikan mutasi atau perubahan saldo ekuitas dana pemerintah selama suatu periode.1. Laporan Realisasi AnggaranLaporan Realisasi Anggaran menggambarkan realisasi pendapatan, belanja, dan pembiayaan selama suatu periode.Laporan Realisasi Anggaran (LRA) mengungkapkan kegiatan keuangan pemerintah pusat/daerah yang menunjukkan ketaatan terhadap APBN/APBD dengan menyajikan ikhtisar sumber, alokasi dan penggunaan sumber daya ekonomi yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah dalam satu periode pelaporan. LRA menggambarkan perbandingan antara anggaran dengan realisasinya dalam satu periode pelaporan.LRA menyajikan sekurang-kurangnya unsur-unsur sebagai berikut:a. PendapatanPendapatan adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum Negara/Daerah yang menambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah.Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 01 5

Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahanb. BelanjaBelanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah.c. TransferTransfer adalah penerimaan/pengeluaran uang dari suatu entitas pelaporan dari/kepada entitas pelaporan lain, termasuk dana perimbangan dan dana bagi hasil.d. Surplus/defisitSurplus/defisit adalah selisih lebih/kurang antara pendapatan dan belanja selama satu periode pelaporan.e. PembiayaanPembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya, yang dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit atau memanfaatkan surplus anggaran.f. Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaranSisa lebih/kurang pembiayaan anggaran (SiLPA/SiKPA) adalah selisih lebih/kurang antara realisasi penerimaan dan pengeluaran APBN/APBD selama satu periode pelaporan.Unsur-unsur dari LRA dapat digambar dalam tabel di bawah ini:a. Pendapatan Rp xxx b. Belanja Rp xxx c. Transfer Rp xxx d. Surpus (Defisit) = (a (b+c)) Rp xxxe. Pembiayaan (Neto) Rp xxx f. Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran = (d f) Rp xxxAkuntansi LRA ini lebih detail diatur dalam PSAP Nomor 02 tentangLaporan Realisasi Anggaran.2. NeracaNeraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal tertentu. Mengenai neraca lebih detail dibahas dalam Bab III modul ini.3. Laporan Arus KasLaporan Arus Kas (LAK) adalah laporan yang menyajikan informasi mengenai sumber, penggunaaan, perubahan kas dan setara kas selama satu periode akuntansi, dan saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan. Arus masuk dan keluar kas diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi aset nonkeuangan, pembiayaan, danKomite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 01 6

Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahannonanggaran. Penyajian LAK dan pengungkapan yang berhubungan dengan arus kas diatur dalam PSAP Nomor 03 tentang Laporan Arus Kas.4. Catatan atas Laporan KeuanganCatatan atas Laporan Keuangan (CaLK) adalah bagian yang tak terpisahkan dari laporan keuangan yang menyajikan informasi tentang penjelasan pos-pos laporan keuangan dalam rangka pengungkapan yang memadai. CaLK ditujukan agar laporan keuangan dapat dipahami dan dibandingkan dengan laporan keuangan entitas lainnya. CaLK sekurang- kurangnya disajikan dengan susunan sebagai berikut:1). informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan, ekonomi makro, pencapaian target Undang-Undang APBN/Perda APBD, berikut kendala dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target;2). ikhtisar pencapaian kinerja keuangan selama tahun pelaporan;3). informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan- kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi- transaksi dan kejadian-kejadian penting lainnya;4). pengungkapan informasi yang diharuskan oleh PSAP yang belum disajikan dalam lembar muka laporan keuangan;5). pengungkapan informasi untuk pos-pos aset dan kewajiban yang timbul sehubungan dengan penerapan basis akrual atas pendapatan dan belanja dan rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas;6). informasi tambahan yang diperlukan untuk penyajian yang wajar, yang tidak disajikan dalam lembar muka laporan keuangan.CaLK meliputi penjelasan atau daftar terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam LRA, Neraca, dan LAK. Termasuk pula dalam CaLK adalah penyajian informasi yang diharuskan dan dianjurkan oleh SAP serta pengungkapan-pengungkapan lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar atas laporan keuangan, seperti kewajiban kontinjensi dan komitmen-komitmen lainnya.Bagian kebijakan akuntansi pada CaLK setidak-tidaknya menjelaskan hal-hal sebagai berikut:1). basis pengukuran yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan;2). sampai sejauh mana kebijakan-kebijakan akuntansi yang berkaitan dengan ketentuan-ketentuan masa transisi SAP diterapkan oleh suatu entitas pelaporan; dan3). setiap kebijakan akuntansi tertentu yang diperlukan untuk memahami laporan keuangan.Untuk menentukan apakah suatu kebijakan akuntansi perlu diungkapkan, manajemen harus mempertimbangkan apakah pengungkapan tersebut dapat membantu pengguna untuk memahami setiap transaksi yang tercermin dalam laporan keuangan. Kebijakan- kebijakan akuntansi yang perlu dipertimbangkan untuk disajikan meliputi, tetapi tidak terbatas pada, hal-hal sebagai berikut:1). Pengakuan pendapatan;Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 01 7

Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan2). Pengakuan belanja;3). Prinsip-prinsip penyusunan laporan konsolidasian;4). Investasi;5). Pengakuan dan penghentian/penghapusan aset berwujud dan tidak berwujud;6). Kontrak-kontrak konstruksi;7). Kebijakan kapitalisasi pengeluaran;8). Kemitraan dengan fihak ketiga;9). Biaya penelitian dan pengembangan;10). Persediaan, baik yang untuk dijual maupun untuk dipakai sendiri;11). Dana cadangan;12). Penjabaran mata uang asing dan lindung nilai.Suatu entitas pelaporan juga dapat mengungkapkan hal-hal berikut ini apabila belum diinformasikan dalam bagian manapun dari laporan keuangan, yaitu:1). domisili dan bentuk hukum suatu entitas serta jurisdiksi dimana entitas tersebut beroperasi;2). penjelasan mengenai sifat operasi entitas dan kegiatan pokoknya;3). ketentuan perundang-undangan yang menjadi landasan kegiatan operasionalnya.Catatan atas Laporan Keuangan diatur secara detail dalam PSAP Nomor 04tentang Catatan atas Laporan Keuangan.B. Periode PelaporanLaporan keuangan disajikan sekurang-kurangnya sekali dalam setahun. Penyajian laporan keuangan sebagai laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD diwajibkan untuk setiap periode tahun anggaran APBN/APBD, di mana dalam masa 1 (satu) tahun anggaran terhitung mulai 1Januari sampai dengan tanggal 31 Desember. Dengan demikian, periode pelaporan keuangan tahunan adalah per tanggal 31 Desember untuk Neraca, dan untuk tahun yang berakhir 31 Desember untuk LRA dan LAK.Dalam situasi tertentu, tanggal laporan suatu entitas berubah dan laporan keuangan tahunan disajikan dengan suatu periode yang lebih panjang atau lebih pendek dari satu tahun, misalnya sehubungan dengan adanya perubahan tahun anggaran. Contoh selanjutnya adalah dalam masa transisi dari akuntansi berbasis kas ke akrual, suatu entitas pelaporan mengubah tanggal pelaporan entitas-entitas akuntansi yang berada dalam entitas pelaporan untuk memungkinkan penyusunan laporan keuangan konsolidasian. Dalam kondisi seperti itu entitas pelaporan harus mengungkapkan informasi mengenai alasan penggunaan periode pelaporan tidak satu tahun, dan fakta bahwa jumlah-jumlah komparatif untuk laporan tertentu seperti arus kas dan catatan-catatan terkait tidak dapat diperbandingkan.Sesuai dengan UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, batas waktu penyampaian laporan keuangan sebagai laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah berakhirnya tahun anggaran. Dengan demikian, kegunaan laporan keuangan tersebut berkurang bilamana laporan tidak tersedia bagiKomite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 01 8

Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahanpengguna dalam suatu periode tertentu setelah tanggal pelaporan. Faktor- faktor yang dihadapi seperti kompleksitas operasi suatu entitas pelaporan bukan merupakan alasan yang cukup atas kegagalan pelaporan yang tepat waktu.Selain laporan keuangan tahunan, setiap entitas pelaporan juga diwajibkan menyusun laporan keuangan interim, yaitu setidak-tidaknya setiap semester sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 20Tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga dan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah.C. Hubungan antar Komponen Laporan KeuanganPos-pos yang terdapat dalam masing-masing laporan keuangan adalah saling terkait satu sama lain.1. Laporan Realisasi Anggaran dengan Laporan Arus Kas.Pos-pos pendapatan, belanja, dan pembiayaan yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA) pada dasarnya sama dengan pos-pos yang disajikan dalam Laporan Arus Kas (LAK), karena Laporan Realisasi Anggaran disusun berdasarkan basis kas. Perbedaan utama antara LRA dan LAK adalah disajikannya transaksi nonanggaran di LAK tetapi tidak disajikan di LRA. Disamping itu juga terdapat perbedaan klasifikasi anggaran karena perbedaan tujuan pelaporannya.2. Laporan Realisasi Anggaran dengan NeracaKeterkaitan antara Laporan Realisasi Anggaran dengan Neraca adalah dalam penghitungan Saldo Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran (SiLPA/SiKPA). SiLPA /SiKPA dalam Laporan Realisasi Anggaran yang merupakan selisih antara surplus/defisit dan total pembiayaan akan dimasukkan pada perkiraan Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran dalam Neraca sebagai Ekuitas Dana Lancar. Perkiraan Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran dalam Neraca tersebut merupakan akumulasi SiLPA/SiKPA dalam LRA dari tahun-tahun sebelumnya.3. Neraca dengan Laporan Arus KasKeterkaitan antara Neraca dan LAK adalah dalam penyajian saldo kas. Selisih antara saldo awal dan akhir Kas di Bendahara Umum Negara/Kas di Kas Daerah dalam Neraca merupakan kenaikan/penurunan kas sebagaimana yang disajikan dalam LAK. Dengan kata lain selisih saldo awal dan akhir kas di Kas Daerah dalam Neraca harus sama dengan kenaikan/penurunan kas dalam Laporan Arus Kas. Selain itu saldo akhir kas di Kas Daerah dalam Neraca harus sama dengan saldo akhir kas di Kas Umum Negara/Daerah dalam Laporan Arus Kas.4. Catatan atas Laporan Keuangan dengan Laporan RealisasiAnggaran, Neraca, dan Laporan Arus KasCatatan atas Laporan Keuangan (CaLK) merupakan bagian yang tak terpisahkan dari LRA, Neraca, dan LAK, karena CaLK menjelaskan/ mengungkapkan lebih rinci atas pos-pos dalam LRA, Neraca, dan LAK tersebut.Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 01 9

Modul Pelatihan Standar Akuntansi PemerintahanBAB IV NERACANeraca merupakan laporan yang menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal pelaporan. Neraca terdiri dari aset, kewajiban, dan ekuitas dana (net asset). Ekuitas dana merupakan selisih dari aset setelah dikurangi kewajiban, atau dalam persamaan akuntansi dapat dirumuskan:Aset = Kewajiban + Ekuitas DanaHubungan aset, kewajiban, dan ekuitas dana dapat digambarkan dalam bentuk diagram sebagai berikut:NeracaAset Rp XXX Kewajiban Rp XXXEkuitas Dana Rp XXXTotal Rp XXX Total Rp XXXA. AsetAset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.Aset diakui pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh oleh pemerintah dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal. Aset diakui pada saat diterima atau kepemilikannya dan/atau kepenguasaannya berpindah. Jika suatu entitas memiliki aset moneter dalam mata uang asing maka harus dijabarkan dan dinyatakan dalam mata uang rupiah. Penjabaran mata uang asing tersebut menggunakan kurs tengah bank sentral pada tanggal neraca. Aset diklasifikasikan menjadi aset lancar dan aset nonlancar.1. Aset LancarSuatu aset diklasifikasikan sebagai aset lancar jika:1. diharapkan segera untuk direalisasikan, dipakai, atau dimiliki untuk dijual dalam waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan, atau2. berupa kas dan setara kas.Aset lancar disajikan dalam neraca meliputi kas dan setara kas, investasi jangka pendek, piutang, dan persediaan.Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 01 10Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahana). Kas dan Setara KasKas diakui pada saat diterima atau pada saat kepemilikannya dan/atau kepenguasaannya berpindah. Kas dicatat sebesar nilai nominal artinya disajikan sebesar nilai rupiah tersebut. Apabila terdapat kas dalam valuta asing, maka kas tersebut dikonversi menjadi rupiah dengan menggunakan kurs tengah BI pada tanggal laporan. Termasuk dalam klasifikasi kas adalah kas di bank, kas yang dipegang bendahara, dan deposito berjangka kurang dari 3 (tiga) bulan. Dalam neraca pemerintah daerah, kas biasanya disajikan meliputi kas di kas daerah, kas di bendahara penerimaan, dan kas di bendahara pengeluaran.Perkiraan pasangan (balancing account) Kas di Kas Daerah dalam neraca adalah Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA), yang dapat digambarkan dalam diagram sebagai berikut:Debet KreditAset Lancar Ekuitas Dana Lancar

Kas di Kas Daerah Rp XXX SILPA Rp XXX* SILPA disajikan di Neraca sebagaiEkuitas Dana Lancar.

Perkiraan pasangan (balancing account) Kas di BendaharaPengeluaran dalam neraca adalah Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran(SILPA), yang dapat digambarkan dalam diagram sebagai berikut:Debet KreditAset Lancar Ekuitas Dana Lancar

Kas di BendaharaPengeluaran Rp XXX SILPA Rp XXXPerkiraan pasangan (balancing account) Kas di Bendahara Penerimaan dalam neraca adalah Pendapatan yang Ditangguhkan, yang dapat digambarkan dalam diagram sebagai berikut:Debet KreditAset Lancar Ekuitas Dana Lancar

Kas di BendaharaPengeluaran Rp XXX

Pendapatan yangDitangguhkan Rp XXX* Pendapatan yang Ditangguhkan disajikan di Neraca sebagai Ekuitas Dana Lancar.

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 01 11Modul Pelatihan Standar Akuntansi PemerintahanPada neraca, kas disajikan sebagai berikut:Kas dan Setara KasKas di Kas Daerah Rp XXXKas di Bendahara Pengeluaran* Rp XXXKas di Bendahara Penerimaan* Rp XXXDeposito (2 bulan)** Rp XXXTotal Kas dan setara kas Rp XXX*) Rincian kas di bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran pada beberapa SKPD dapat diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.

**) Apabila pemerintah daerah memiliki deposito berjangka kurang dari3 bulan pada beberapa bank, maka rincian atau daftar dari deposito tersebut dapat diungkap dalam catatan atas laporan keuangan.b). Investasi Jangka PendekInvestasi jangka pendek diakui pada saat terjadinya pemindahan kepemilikan, yaitu pada saat pemerintah menerima bukti investasi. Pos- pos investasi jangka pendek antara lain deposito berjangka 3 (tiga) sampai 12 (dua belas) bulan dan surat berharga yang mudah diperjualbelikan. Investasi jangka pendek dicatat sebesar nilai perolehan. Jenis-jenis deposito beserta jangka waktunya perlu diungkap dalam catatan atas laporan keuangan. Akuntansi investasi jangka pendek diatur lebih detail dalam PSAP Nomor 06 tentang Akuntansi Investasi.Perkiraan pasangan (balancing account) Investasi Jangka Pendek dalam neraca adalah Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA), yang dapat digambarkan dalam diagram sebagai berikut:Debet KreditAset Lancar Ekuitas Dana Lancar

Investasi Jangka Pendek Rp XXX SILPA Rp XXXc). PiutangPos-pos piutang antara lain terdiri dari piutang pajak, piutang retribusi, bagian lancar tagihan penjualan angsuran, bagian lancar tuntutan ganti rugi, dan piutang lainnya yang diharapkan diterima dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan. Piutang dicatat sebesar nilai nominalnya.Penjualan aset, seperti rumah dinas kepada pegawai negeri sipil biasanya diangsur lebih dari 12 bulan. Penjualan tersebut oleh pemerintah disebut sebagai Tagihan Penjualan Angsuran (TPA). Dalam neraca, TPA akan disajikan sebagai aset lainnya, sedangkan TPA yang akan jatuh tempo dalam jangka waktu 12 bulan setelah tanggal pelaporan, akan direklasifikasi dan disajikan tersendiri dalam asetKomite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 01 12Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahanlancar sebagai Bagian Lancar TPA. Reklasifikasi TPA ini dilakukan hanya untuk tujuan penyusunan neraca karena pembayaran atas tagihan penjualan angsuran akan mengurangi perkiraan Tagihan Penjualan Angsuran bukan Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran.Bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat lain yang karena perbuatannya melanggar hukum atau melalaikan kewajiban yang dibebankan kepadanya secara langsung merugikan keuangan Negara, wajib mengganti kerugian tersebut. Sejumlah kewajiban untuk mengganti kerugian tersebut dikenal dengan istilah Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi (TP/TGR). Dalam neraca, TP/TGR disajikan sebagai aset lainnya, sedangkan TP/TGR yang akan jatuh tempo dalam jangka waktu 12 bulan setelah tanggal pelaporan, akan direklasifikasi dan disajikan tersendiri dalam aset lancar sebagai Bagian Lancar TP/TGR. Reklasifikasi TP/TGR ini dilakukan hanya untuk tujuan penyusunan neraca. Pada awal tahun berikutnya bagian lancar piutang ini dikembalikan pada TP/TGR dalam kelompok aset lainnya karena penerimaan kembali dari Tuntutan Ganti Rugi akan mengurangi perkiraan Tuntutan Ganti Rugi bukan Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi.Perkiraan pasangan (balancing account) Piutang Pajak, Piutang Retribusi, Bagian Lancar TPA, dan Bagian Lancar TP/TGR dalam neraca adalah Cadangan Piutang, yang dapat digambarkan dalam diagram sebagai berikut:Debet KreditAset Lancar Ekuitas Dana Lancar

Piutang Pajak Rp XXX Cadangan Piutang* Rp XXXPiutang Retribusi Rp XXXBagian Lancar TPA Rp XXXBagian Lancar TP/TGR Rp XXX* Cadangan Piutang yang disajikan di Neraca sebagai Ekuitas Dana Lancar.

Rincian jenis piutang pajak, retribusi, bagian lancar TPA dan TP/TGRdapat diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.d). PersediaanPersediaan mencakup barang atau perlengkapan yang dibeli dan disimpan untuk digunakan, misalnya barang pakai habis seperti alat tulis kantor, barang tak habis pakai seperti komponen peralatan dan pipa, dan barang bekas pakai seperti komponen bekas. Jenis-jenis persediaan beserta nilainya perlu diungkap dalam catatan atas laporan keuangan.Pada umumnya metode pencatatan persediaan ada 2 metode, yaitu metode periodik dan metode perpetual. Dalam metode periodik, persediaan dicatat berdasarkan penghitungan/ inventarisasi fisik persediaan yang dilakukan pada akhir periode pelaporan. Sedangkan dalam metode perpetual, persediaan dicatat setiap terjadi transaksiKomite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 01 13Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahanyang mengakibatkan penambahan atau pengurangan persediaan. Metode periodik biasanya digunakan untuk persediaan yang berjumlah banyak dengan harga relatif rendah, sedangkan metode perpetual biasanya digunakan untuk persediaan yang berjumlah relatif sedikit dengan harga relatif tinggi.Sesuai dengan PSAP 01, Persediaan dicatat sebesar:- biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian;- biaya standar apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri;- nilai wajar apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti donasi/rampasan.Biaya perolehan atas persediaan sebagaimana dimaksud di atas meliputi harga pembelian, biaya pengangkutan, biaya penanganan dan biaya lainnya yang secara langsung dapat dibebankan pada perolehan persediaan. Sedangkan potongan harga, rabat, dan lainnya yang serupa mengurangi biaya perolehan. Dalam rangka penyajian nilai wajar, nilai pembelian yang digunakan adalah biaya perolehan persediaan yang terakhir diperoleh.Biaya standar persediaan meliputi biaya langsung yang terkait dengan persediaan yang diproduksi dan biaya tidak langsung yang dialokasikan secara sistematis berdasarkan ukuran-ukuran yang digunakan pada saat penyusunan rencana kerja dan anggaran.Perkiraan pasangan (balancing account) Persediaan dalam neraca adalah Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA), yang dapat digambarkan dalam diagram sebagai berikut:Debet KreditAset Lancar Ekuitas Dana Lancar

Persediaan Rp XXX Cadangan Persediaan* Rp XXX* Cadangan Persediaan yang disajikan di Neraca sebagai Ekuitas Dana Lancar.

Akuntansi mengenai persediaan diatur secara rinci dalam PSAP Nomor05 tentang Akuntansi Persediaan.Secara keseluruhan, penyajian aset lancar dalam neraca adalah:Aset LancarKas Rp XXXInvestasi Jangka Pendek Rp XXXPiutang Pajak Rp XXXPiutang Retribusi Rp XXXBagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran Rp XXXBagian Lancar Tagihan Perbendaharaan/Tuntutan GantiRugi

Rp XXXPersediaan Rp XXXTotal Aset Lancar Rp XXXKomite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 01 14Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan2. Aset NonlancarAset nonlancar mencakup aset yang bersifat jangka panjang dan aset tak berwujud, yang digunakan secara langsung atau tidak langsung untuk kegiatan pemerintah atau yang digunakan masyarakat umum. Yang termasuk dalam aset nonlancar adalah aset yang tidak memenuhi kriteria sebagai aset lancar sebagaimana diuraikan terdahulu.Aset nonlancar diklasifikasikan menjadi investasi jangka panjang, aset tetap, dana cadangan, dan aset lainnya.a). Investasi Jangka PanjangInvestasi jangka panjang adalah investasi yang dimaksudkan untuk dimiliki selama lebih dari 12 (dua belas) bulan. Investasi jangka panjang dicatat sebesar biaya perolehan termasuk biaya tambahan lainnya yang terjadi untuk memperoleh kepemilikan yang sah atas investasi tersebut. Investasi jangka panjang terdiri dari investasi nonpermanen dan investasi permanen. Investasi nonpermanen adalah investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki secara tidak berkelanjutan. Investasi nonpermanen terdiri dari:1. Pinjaman kepada perusahaan negara/daerah;2. Pembelian Obligasi Daerah atau Surat Utang Negara;3. Penanaman modal dalam proyek pembangunan yang dapat dialihkan kepada pihak ketiga; dan4. Investasi nonpermanen lainnya.Investasi permanen adalah investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki secara berkelanjutan. Investasi permanen terdiri dari:1. Penyertaan Modal Pemerintah pada perusahaan negara/ perusahaan daerah, lembaga keuangan negara, badan hukum milik negara, badan internasional dan badan hukum lainnya bukan milik negara.2. Investasi permanen lainnya.Perkiraan pasangan (balancing account) Investasi Jangka Panjang dalam neraca adalah Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang, yang dapat digambarkan dalam diagram sebagai berikut:Debet Kredit

Investasi Jangka Panjang Ekuitas Dana Investasi

Pinjaman kepada Perusahaan Negara Rp XXX Diinvestasikan dalam

Pinjaman kepada Perusahaan Daerah Rp XXX Investasi Jangka Panjang* Rp XXX

Investasi Obligasi Rp XXX

Investasi Nonpermanen Lainnya Rp XXX

Penanaman Modal Pemerintah Rp XXX

Investasi Permanen Lainnya Rp XXX

* Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang disajikan di Neraca sebagai Ekuitas Dana Investasi.Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 01 15Modul Pelatihan Standar Akuntansi PemerintahanPenyajian Investasi Jangka Panjang dalam neraca adalah:Investasi Jangka PanjangInvestasi Nonpermanen Rp XXXPinjaman kepada Perusahaan Negara Rp XXXPinjaman kepada Perusahaan Daerah Rp XXXInvestasi Obligasi Rp XXXInvestasi Nonpermanen Lainnya Rp XXXTotal Investasi Nonpermanen Rp XXXInvestasi Permanen Rp XXXPenanaman Modal Pemerintah Rp XXXInvestasi Permanen Lainnya Rp XXXTotal Investasi Permanen Rp XXXTotal Investasi Jangka Panjang Rp XXXRincian atas masing-masing jenis investasi jangka panjang dapat diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.Akuntansi Investasi Jangka Panjang diatur secara rinci dalam PSAP Nomor 06 tentang Akuntansi Investasi.b). Aset TetapAset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari dua belas bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Aset tetap dicatat sebesar biaya perolehan. Apabila penilaian aset tetap dengan menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan, maka nilai aset tetap didasarkan pada nilai wajar pada saat perolehan. Selain tanah dan konstruksi dalam pengerjaan, seluruh aset tetap dapat disusutkan sesuai dengan sifat dan karakteristik aset tersebut. Biaya perolehan aset tetap yang dibangun dengan cara swakelola meliputi biaya langsung untuk tenaga kerja, bahan baku, dan biaya tidak langsung termasuk biaya perencanaan dan pengawasan, perlengkapan, tenaga listrik, sewa peralatan, dan semua biaya lainnya yang terjadi berkenaan dengan pembangunan aset tetap tersebut.Aset tetap terdiri dari:1. Tanah2. Peralatan dan Mesin3. Gedung dan Bangunan4. Jalan, Irigasi, dan Jaringan5. Aset Tetap Lainnya6. Konstruksi dalam Pengerjaan.Perkiraan pasangan (balancing account) Aset Tetap dalam neraca adalah Diinvestasikan dalam Investasi Aset Tetap, yang dapat digambarkan dalam diagram sebagai berikut:Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 01 16Modul Pelatihan Standar Akuntansi PemerintahanDebet Kredit

Aset Tetap Ekuitas Dana InvestasiTanah Rp XXX Diinvestasikan dalam

Peralatan dan Mesin Rp XXX Aset tetap* Rp XXX

Gedung dan Bangunan Rp XXXJalan, irigasi, dan Jaringan Rp XXX

Aset Tetap Lainnya Rp XXX

Konstruksi dalam Pengerjaan Rp XXX

* Diinvestasikan dalam Aset Tetap disajikan di Neraca sebagai Ekuitas Dana Investasi.Penyajian aset tetap dalam neraca adalah:Aset TetapTanah Rp XXXPeralatan dan Mesin Rp XXXGedung dan Bangunan Rp XXXJalan, Irigasi, dan Jaringan Rp XXXAset Tetap Lainnya Rp XXXKonstruksi dalam Pengerjaan Rp XXXTotal Rp XXXDikurangi:Akumulasi Penyusutan (Rp XXX)Total Aset Tetap Rp XXXJenis, umur, dan kondisi dari masing-masing aset tetap dapat diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.Akuntansi Aset Tetap diatur lebih rinci dalam PSAP Nomor 07tentang Akuntansi Aset Tetap.c). Dana CadanganDana Cadangan adalah dana yang disisihkan untuk menampung kebutuhan yang memerlukan dana relatif besar yang tidak dapat dipenuhi dalam satu tahun anggaran. Pembentukan dana cadangan diakui pada saat dilakukan penyisihan uang untuk tujuan pencadangan dimaksud.Dana cadangan dirinci menurut tujuan pembentukannya. Peruntukan dana cadangan harus diatur dengan peraturan perundang- undangan dan tidak dapat digunakan untuk peruntukan yang lain. Pembentukan dana cadangan dapat dilakukan jika keadaan keuangan pemerintah mengalami surplus anggaran. Pembentukan dana cadangan dilakukan dengan persetujuan DPRD, demikian juga pada waktu pencairan dana tersebut. Pemerintah dapat membentuk lebih dari satu Dana Cadangan. Apabila terdapat lebih dari satu dana cadangan, maka dana cadangan harus diungkapkan dan dirinci sesuai dengan tujuannya. Sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 58Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, dana cadanganKomite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 01 17Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahanyang dibentuk pemerintah daerah dapat bersumber dari penyisihan atas penerimaan daerah kecuali DAK, pinjaman daerah, dan penerimaan lain yang penggunaannya dibatasi untuk pengeluaran tertentu berdasarkan peraturan perundang-undangan. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor58 Tahun 2005 juga menyatakan bahwa penggunaan dana cadangan dalam satu tahun anggaran menjadi penerimaan pembiayaan APBD dalam tahun anggaran yang bersangkutan, kemudian seluruh hasil yang diperoleh dari pengelolaan dana cadangan akan menambah dana cadangan yang bersangkutan dan dicatat sebagai pendapatan.Perkiraan pasangan (balancing account) Dana Cadangan dalam neraca adalah Diinvestasikan dalam Dana Cadangan, yang dapat digambarkan dalam diagram sebagai berikut:Debet KreditDana Cadangan Ekuitas Dana Cadangan

Dana Cadangan Rp XXX Diinvestasikan dalamDana Cadangan Rp XXXPenyajian Dana Cadangan di neraca adalah:Dana CadanganDana Cadangan Rp XXX Total Dana Cadangan Rp XXXInformasi mengenai jenis dana cadangan dapat diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.d). Aset LainnyaYang termasuk dalam aset lainnya adalah:1. Aset Tak Berwujud2. Tagihan Penjualan Angsuran yang jatuh tempo lebih dari 12(dua belas) bulan3. Tuntutan perbendaharaan/tuntutan ganti rugi yang jatuh tempo lebih dari 12 (dua belas) bulan4. Aset Kerjasama dengan Fihak Ketiga (Kemitraan).Aset tak berwujud (intangible asset) adalah aset nonkeuangan yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan barang atau jasa atau digunakan untuk tujuan lainnya termasuk hak atas kekayaan intelektual. Aset tak berwujud meliputi :1. Software komputer2. Lisensi dan franchise3. Hak cipta (copyright), paten, goodwill dan hak lainnya4. Hak jasa dan operasi5. Aset tak berwujud dalam pengembangan.Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 01 18Modul Pelatihan Standar Akuntansi PemerintahanTagihan Penjualan Angsuran menggambarkan jumlah yang dapat diterima dari penjualan aset pemerintah secara angsuran kepada pegawai pemerintah. Tagihan penjualan angsuran dinilai sebesar nilai nominal dari kontrak penjualan aset yang bersangkutan. Contoh tagihan penjualan angsuran antara lain adalah penjualan rumah dinas dan penjualan kendaraan dinas.Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi menggambarkan tagihan kepada pegawai pemerintah yang terbukti menyalahgunakan uang negara atau menghilangkan aset pemerintah. Tuntutan perbendaharaan/tuntutan ganti rugi dinilai sebesar nilai nominal dalam Surat Ketetapan Tanggung jawab Mutlak atau Surat Keputusan Pembebanan dari pejabat yang berwenang.Kemitraan dengan Pihak Ketiga menggambarkan nilai hak yang akan diperoleh atas suatu aset yang dibangun dengan cara kemitraan pemerintah dan swasta berdasarkan perjanjian. Kemitraan dengan pihak ketiga dinilai sebesar nilai kontrak kerjasama antara pemerintah dengan pihak ketiga. Bentuk kemitraan tersebut antara lain berupa penyaluran kredit, pemberian modal usaha, pemberian modal kerja, Bangun Guna Serah (BOT) Bangun Guna Terima (BOO), Bangun Guna Sewa (BOR) dan bentuk kemitraan lainnya. Perkiraan pasangan (balancing account) Aset Lainnya dalam neraca adalah Diinvestasikan dalam Aset Lainnya, yang dapat digambarkan dalam diagram sebagai berikut:Debet Kredit

Aset Lainnya Ekuitas Dana Investasi

Aset Tak Berwujud Rp XXX Diinvestasikan dalam

Tagihan Penjualan Angsuran Rp XXX Aset Lainnya* Rp XXX

Tuntutan Perbendaraan/Tuntutan Ganti Rugi Rp XXX

Kemitraan dengan Pihak Ketiga Rp XXX

* Diinvestasikan dalam Aset Lainnya disajikan di Neraca sebagai Ekuitas Dana Investasi.Penyajian aset lainnya dalam neraca adalah:Aset LainnyaTagihan Penjualan Angsuran Rp XXXTuntutan Perbendaraan/Tuntutan Ganti Rugi Rp XXXKemitraan dengan Pihak Ketiga Rp XXXAset Tak Berwujud Rp XXXAset Lain-lain Rp XXXTotal Aset Lainnya Rp XXXInformasi mengenai jenis dari masing-masing komponen aset lainnya dapat diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.B. KewajibanKewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomiKomite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 01 19Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahanpemerintah. Kewajiban diakui jika besar kemungkinan bahwa pengeluaran sumber daya ekonomi akan dilakukan atau telah dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban yang ada sekarang, dan perubahan atas kewajiban tersebut mempunyai nilai penyelesaian yang dapat diukur dengan andal. Kewajiban diakui pada saat dana pinjaman diterima atau pada saat kewajiban timbul.Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal. Kewajiban dalam mata uang asing dijabarkan dan dinyatakan dalam mata uang rupiah. Penjabaran mata uang asing menggunakan kurs tengah bank sentral (Bank Indonesia) pada tanggal neraca.Kewajiban diklasifikasikan menjadi kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang.1. Kewajiban Jangka PendekSuatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek jika diharapkan dibayar dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan. Kewajiban jangka pendek dapat dikategorikan dengan cara yang sama seperti aset lancar. Beberapa kewajiban jangka pendek, seperti utang transfer pemerintah atau utang kepada pegawai merupakan suatu bagian yang akan menyerap aset lancar dalam tahun pelaporan berikutnya. Kewajiban jangka pendek lainnya adalah kewajiban yang jatuh tempo dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan. Misalnya bunga pinjaman, utang jangka pendek kepada pihak ketiga, utang perhitungan fihak ketiga (PFK), dan bagian lancar utang jangka panjang.Kewajiban jangka pendek antara lain terdiri atas:a. Bagian lancar utang jangka panjangBagian lancar utang jangka panjang merupakan bagian utang jangka panjang yang diharapkan akan dibayar dua belas bulan sesudah tanggal pelaporan. Contohnya Pemerintah daerah XYZ meminjam uang kepada Pemerintah Pusat sebesar Rp20 miliar pada tanggal 1Oktober 2005. Pinjaman tersebut dibayar mulai tahun 2006 sampai2015 (selama 10 Tahun). Pemda XYZ akan melaporkan Bagian Lancar Utang kepada Pemerintah Pusat sebesar yang akan dibayar pada tahun 2006 yaitu Rp2 miliar.b. Utang BungaUtang bunga merupakan utang yang timbul pada akhir periode pelaporan sehubungan dengan adanya bunga terutang akibat dari adanya pinjaman yang diambil pemerintah.c. Utang PFKUtang PFK merupakan utang yang timbul akibat pemerintah kurang menyetor kepada pihak lain atas pungutan Penerimaan Perhitungan Pihak Ketiga (PFK) yang dilakukannya. Dengan kata lain Utang PFK adalah Penerimaan PFK dikurangi Pengeluaran PFK. Sebagai contoh, Pemerintah daerah ABC melakukan pemotongan dari gaji untuk iuran Tabungan Asuransi Pensiun (Taspen) Rp10 juta selama tahun2005. Tetapi Pemerintah daerah tersebut baru menyetor ke rekening PT Taspen sebesar Rp8 juta selama tahun 2005. Utang PFK yang dilaporkan adalah sebesar Rp2 juta.Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 01 20Modul Pelatihan Standar Akuntansi PemerintahanPerkiraan pasangan (balancing account) Kewajiban Jangka Pendek(kecuali Utang PFK) dalam neraca adalah Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka Pendek, yang dapat digambarkan dalam diagram sebagai berikut:Debet KreditKewajiban Jangka PendekBagian Lancar Utang Jangka Pendek Rp XXXUtang Bunga Rp XXXUtang Jangka Pendek Lainnya Rp XXXEkuitas Dana Lancar

Dana yang Harus Disediakan untuk

Pembayaran Utang Jangka Pendek * (Rp XXX)* Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka Pendek disajikan di Neraca sebagai pengurang Ekuitas Dana Lancar.

Apabila terdapat pungutan PFK yang belum disetor berarti saldo uang tersebut masih berada di Kas Daerah. Oleh karena itu, perkiraan pasangan(balancing account) Utang PFK dalam neraca adalah Kas di Kas Daerah, yang dapat digambarkan dalam diagram sebagai berikut:Debet KreditAset Lancar Kewajiban Jangka PendekKas di Kas Daerah Rp XXX Utang PFK Rp XXXPenyajian Kewajiban Jangka Pendek dalam neraca adalah:Kewajiban Jangka PendekBagian Lancar Utang Jangka Panjang Rp XXXUtang Bunga Rp XXXUtang PFK Rp XXXUtang Jangka Pendek Lainnya Rp XXXTotal Kewajiban Jangka Pendek Rp XXXInformasi lebih rinci mengenai jenis dari kewajiban jangka pendek dapat diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.2. Kewajiban Jangka PanjangSuatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang jika diharapkan dibayar dalam waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan. Suatu entitas pelaporan tetap mengklasifikasikan kewajiban jangka panjangnya, meskipunKomite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 01 21Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahankewajiban tersebut jatuh tempo dan untuk diselesaikan dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan jika:1. jangka waktu aslinya adalah untuk periode lebih dari 12 (dua belas)bulan;2. entitas bermaksud mendanai kembali (refinance) kewajiban tersebut atas dasar jangka panjang; dan3. maksud tersebut didukung dengan adanya suatu perjanjian pendanaan kembali (refinancing), atau adanya penjadwalan kembali terhadap pembayaran, yang diselesaikan sebelum laporan keuangan disetujui.Beberapa kewajiban yang jatuh tempo untuk dilunasi pada tahun berikutnya mungkin diharapkan dapat didanai kembali (refinancing) atau digulirkan (roll over) berdasarkan kebijakan entitas pelaporan dan diharapkan tidak akan segera menyerap dana entitas. Kewajiban yang demikian dipertimbangkan untuk menjadi suatu bagian dari pembiayaan jangka panjang dan diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang. Namun dalam situasi di mana kebijakan pendanaan kembali tidak berada pada entitas(seperti dalam kasus tidak adanya persetujuan pendanaan kembali), pendanaan kembali ini tidak dapat dipertimbangkan secara otomatis dan kewajiban ini diklasifikasikan sebagai pos jangka pendek kecuali penyelesaian atas perjanjian pendanaan kembali sebelum persetujuan laporan keuangan membuktikan bahwa substansi kewajiban pada tanggal pelaporan adalah jangka panjang.Beberapa perjanjian pinjaman menyertakan persyaratan tertentu(covenant) yang menyebabkan kewajiban jangka panjang menjadi kewajiban jangka pendek (payable on demand) jika persyaratan tertentu yang terkait dengan posisi keuangan peminjam dilanggar. Dalam keadaan demikian, kewajiban dapat diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang hanya jika:1. pemberi pinjaman telah menyetujui untuk tidak meminta pelunasan sebagai konsekuensi adanya pelanggaran, dan2. tidak mungkin terjadi pelanggaran berikutnya dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan.Kewajiban jangka panjang dapat diklasifikasikan sebagai berikut:a. Utang Dalam Negeri-Sektor PerbankanMerupakan utang jangka panjang yang timbul akibat pemerintah melakukan pinjaman kepada perbankan dalam negerib. Utang Dalam Negeri- ObligasiMerupakan utang jangka panjang yang timbul akibat pemerintah melakukan penarikan dana dari masyarakat melalui pengeluaran surat utang/obligasi.c. Utang Luar NegeriMerupakan utang jangka panjang yang timbul akibat pemerintah melakukan pinjaman kepada negara/lembaga asing. Penarikan pinjaman luar negeri ini dapat dilakukan melalui penerbitan obligasi yang diperuntukkan bagi pihak asing.d. Utang Jangka Panjang LainnyaKomite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 01 22Modul Pelatihan Standar Akuntansi PemerintahanMerupakan utang jangka panjang yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam Utang Dalam Negeri- sektor Perbankan, Utang Dalam Negeri- Obligasi, Utang Luar Negeri. Misalnya Utang Kepada Pemerintah Pusat/Daerah Otonom Lainnya. Perkiraan pasangan (balancing account) Kewajiban Jangka Panjang dalam neraca adalah Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka Panjang, yang dapat digambarkan dalam diagram sebagai berikut:Debet KreditKewajiban Jangka Panjang

Utang Dalam Negeri-Perbankan Rp XXXUtang Dalam Negeri-Obligasi Rp XXXUtang Luar Negeri Rp XXXUtang Jangka Panjang Lainnya Rp XXXEkuitas Dana InvestasiDana yang Harus Disediakan untuk

Pembayaran Utang Jangka Panjang * Rp XXX* Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka Panjang disajikan di Neraca sebagai pengurang Ekuitas Dana Investasi.

Penyajian Kewajiban Jangka Panjang di neraca adalah:Kewajiban Jangka PanjangUtang Dalam Negeri-Perbankan Rp XXXUtang Dalam Negeri-Obligasi Rp XXXUtang Luar Negeri Rp XXXUtang Jangka Panjang Lainnya Rp XXX Total Kewajiban Jangka Panjang Rp XXXInformasi lebih rinci mengenai jenis dari masing-masing kewajiban jangka panjang dapat diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.Akuntansi kewajiban lebih rinci diatur dalam PSAP Nomor 09 tentangAkuntansi Kewajiban.C. Ekuitas DanaEkuitas Dana adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara aset dan kewajiban pemerintah. Ekuitas Dana diklasifikasikan menjadi Ekuitas Dana Lancar, Ekuitas Dana Investasi, dan Ekuitas Dana Cadangan.1. Ekuitas Dana LancarEkuitas Dana Lancar adalah selisih antara aset lancar dan kewajiban jangka pendek. Ekuitas Dana Lancar terdiri dari:Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 01 23Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan- Sisa lebih pembiayaan anggaran (SiLPA), yang merupakan akun pasangan yang menampung kas dan setara kas serta investasi jangka pendek.- Pendapatan yang Ditangguhkan, yang merupakan akun pasangan untuk menampung Kas di Bendahara Penerimaan.- Cadangan Piutang, yang merupakan akun pasangan yang dimaksudkan untuk menampung piutang lancar.- Cadangan Persediaan, yang merupakan akun pasangan dari persediaan.- Dana yang Disediakan Untuk Pembayaran Utang Jangka Pendek, merupakan akun pasangan dari kewajiban jangka pendek lainnya.Penyajian Ekuitas Dana Lancar di neraca adalah:Ekuitas Dana LancarSiLPA Rp XXXPendapatan yang Ditangguhkan Rp XXXCadangan Piutang Rp XXXCadangan Persediaan Rp XXXDana yang Disediakan Untuk Pembayaran UtangJangka Pendek

Rp XXX Total Ekuitas Dana Lancar Rp XXX2. Ekuitas Dana InvestasiEkuitas Dana Investasi mencerminkan kekayaan pemerintah yang tertanam dalam investasi jangka panjang, aset tetap, dan aset lainnya, dikurangi dengan kewajiban jangka panjang. Ekuitas Dana Investasi terdiri dari:- Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang, yang merupakan akun pasangan dari Investasi Jangka Panjang.- Diinvestasikan dalam Aset Tetap merupakan akun pasangan dari AsetTetap,- Diinvestasikan dalam Aset Lainnya, yang merupakan akun pasanganAset Lainnya.- Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka Panjang(contra account), yang merupakan akun pasangan dari seluruh UtangJangka Panjang.Penyajian Ekuitas Dana Investasi di neraca adalah:Ekuitas Dana InvestasiDiinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang Rp XXXDiinvestasikan dalam Aset Tetap Rp XXXDiinvestasikan dalam Aset Lainnya Rp XXXDana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran UtangJangka Panjang Rp XXXTotal Ekuitas Dana Lancar Rp XXXKomite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 01 24Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan3. Ekuitas Dana CadanganEkuitas Dana Cadangan mencerminkan kekayaan pemerintah yang dicadangkan untuk tujuan tertentu sesuai dengan peraturan perundang- undangan. Ekuitas Dana Cadangan terdiri dari:Penyajian Ekuitas Dana Investasi dalam neraca adalah:Ekuitas Dana CadanganEkuitas Dana Cadangan Rp XXXTotal Ekuitas Dana Cadangan Rp XXXKomite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 01 25Modul Pelatihan Standar Akuntansi PemerintahanSOAL LATIHAN1. Soal Pilihan GandaSoal untuk nomor 1-3 :Pada Neraca Pemda B per 31 Desember 2005 diketahui bahwa: Kas Daerah Rp 50 juta Persediaan Rp 45 juta Piutang Pajak Rp 60 juta Investasi Jangka Panjang Rp100 juta Aset Tetap Rp200 juta Aset Lainnya Rp 85 juta Dana Cadangan Rp300 juta Utang Jangka Pendek Rp 30 juta (termasuk PFK Rp5juta) Utang Jangka Panjang Rp150 juta1. Berapakah jumlah yang dilaporkan sebagai Ekuitas Dana Lancar per 31Desember 2005?a. 155 juta b. 120 juta c. 125 juta d. 255 juta2. Berapakah jumlah yang dilaporkan sebagai Ekuitas Dana Investasi per31 Desember 2005?a. 255 juta b. 235 juta c. 385 juta d. 285 juta3. Berapakah jumlah yang dilaporkan sebagai Ekuitas Dana Cadangan per31 Desember 2005?a. 300 juta b. 150 juta c. 270 juta d. 385 juta4. Dalam neraca Pemda A akun Kas di Kas disajikan sebesar Rp600 juta, akun Kas di Bendahara Pengeluaran sebesar Rp35 juta, dan akun SILPA sebesar Rp585 juta. Selisih sebesar Rp50 juta merupakan:a. Utang PFKb. Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang JangkaPendekc. Utang Bungad. Cadangan Piutang5. Pasangan akun Kas di Bendahara Penerimaan adalah:a. SILPAb. Utang PFKc. Pendapatan yang DitangguhkanKomite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 01 26Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahand. Dana Cadangan2. Soal EssayDari data pembukuan Pemda A ditemukan Saldo Kas di Kas Daerah per 31Desember 2005 adalah Rp1.000 juta, setelah ditelusuri ternyata terdapat kas sebesar Rp 45 juta yang belum disetor oleh Bendahara Penerimaan ke Kas Daerah sampai dengan 31 Desember 2005. Jumlah kas sebesar Rp 45 juta tersebut diketahui baru disetor ke Kas Daerah pada tanggal 6 Januari 2006. Selain itu dari laporan bendahara pengeluaran statu SKPD ditemukan adanya sisa uang persediaan sebesar Rp50 juta yang belum disetor ke Kas Daerah sampai dengan 31 Desember 2005. Jumlah tersebut baru disetor pada tanggal5 Januari 2006. Laporan Keuangan Pemda A untuk TA 2005 baru diselesaikan dan diterbitkan pada tanggal 31 Maret 2006.Bagaimana penyajian kas Pemda A di neraca per 31 Desember 2005?Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 01 27Modul Pelatihan Standar Akuntansi PemerintahanDAFTAR BACAAN1. UU No. 17/2003 tentang Keuangan Negara;2. UU No. 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara;3. UU No. 15/2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung JawabKeuangan Negara;4. UU No. 25/2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;5. UU No. 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah;6. UU No. 33/2004 tentang Perimbangan Keuangan antara PemerintahPusat dan Pemerintahan Daerah;7. PP No. 23/2005 tentang Pengelolaan Keuangan BLU;8. PP No. 24/2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan;9. PP No. 58/2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah;10. PP No. 8/2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja InstansiPemerintah.Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 01 28Modul Pelatihan Standar Akuntansi PemerintahanCONTOH FORMAT NERACANERACAPEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN /KOTA PER 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0No.1 ASET23 ASET LANCAR

Uraian

(Dalam Rupiah)20X1 20X04 Kas di Kas Daerah xxx xxx5 Kas di Bendahara Pengeluaran xxx xxx6 Kas di Bendahara Penerimaan xxx xxx7 Investasi Jangka Pendek xxx xxx8 Piutang Pajak xxx xxx9 Piutang Retribusi xxx xxx10 Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Negara xxx xxx11 Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Daerah xxx xxx12 Bagian Lancar Pinjaman kepada Pemerintah Pusat xxx xxx13 Bagian Lancar Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx14 Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran xxx xxx15 Bagian lancar Tuntutan Ganti Rugi xxx xxx16 Piutang Lainnya xxx xxx17 Persediaan xxx xxx18 Jumlah Aset Lancar (4 s/d 17) xxx xxx1920 INVESTASI JANGKA PANJANG21 Investasi Nonpermanen22 Pinjaman Jangka Panjang xxx xxx23 Investasi dalam Surat Utang Negara xxx xxx24 Investasi dalam Proyek Pembangunan xxx xxx25 Investasi Nonpermanen Lainnya xxx xxx26 Jumlah Investasi Nonpermanen (22 s/d 25) xxx xxx27 Investasi Permanen28 Penyertaan Modal Pemerintah Daerah xxx xxx29 Investasi Permanen Lainnya xxx xxx30 Jumlah Investasi Permanen (28 s/d 29) xxx xxx31 Jumlah Investasi Jangka Panjang (26 + 30) xxx xxx3233 ASET TETAP34 Tanah xxx xxx35 Peralatan dan Mesin xxx xxx36 Gedung dan Bangunan xxx xxx37 Jalan, Irigasi, dan Jaringan xxx xxx38 Aset Tetap Lainnya xxx xxx39 Konstruksi dalam Pengerjaan xxx xxx40 Akumulasi Penyusutan (xxx) (xxx)41 Jumlah Aset Tetap (34 s/d 40) xxx xxx4243 DANA CADANGAN44 Dana Cadangan xxx xxx45 Jumlah Dana Cadangan (44) xxx xxx4647 ASET LAINNYA48 Tagihan Penjualan Angsuran xxx xxx49 Tuntutan Ganti Rugi xxx xxx50 Kemitraan dengan Pihak Ketiga xxx xxx51 Aset Tak Berwujud xxx xxx52 Aset Lain-Lain xxx xxx53 Jumlah Aset Lainnya (48 s/d 52) xxx xxx5455 JUMLAH ASET (18+31+41+45+53) xxxx xxxxKomite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 01 29Modul PSAP No. 01 Penyajian Laporan Keuangan5657 KEWAJIBAN5859 KEWAJIBAN JANGKA PENDEK60 Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK) xxx xxx61 Utang Bunga xxx xxx62 Bagian Lancar Utang Jangka Panjang xxx xxx63 Utang Jangka Pendek Lainnya xxx xxx64 Jumlah Kewajiban Jangka Pendek (60 s/d 63) xxx xxx6566 KEWAJIBAN JANGKA PANJANG67 Utang Dalam Negeri - Sektor Perbankan xxx xxx68 Utang Dalam Negeri - Obligasi xxx xxx69 Utang Jangka Panjang Lainnya xxx xxx70 Jumlah Kewajiban Jangka Panjang (67 s/d 69) xxx xxx71 JUMLAH KEWAJIBAN (64+70) xxx xxx7273 EKUITAS DANA7475 EKUITAS DANA LANCAR76 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) xxx xxx77 Pendapatan yang Ditangguhkan xxx xxx78 Cadangan Piutang xxx xxx79 Cadangan Persediaan xxx xxx80 Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka Pendek (xxx) (xxx)81 Jumlah Ekuitas Dana Lancar (76 s/d 80) xxx xxx8283 EKUITAS DANA INVESTASI84 Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang xxx xxx85 Diinvestasikan dalam Aset Tetap xxx xxx86 Diinvestasikan dalam Aset Lainnya xxx xxx87 Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka Panjang (xxx) (xxx)88 Jumlah Ekuitas Dana Investasi (84 s/d 87) xxx xxx8990 EKUITAS DANA CADANGAN91 Diinvestasikan dalam Dana Cadangan xxx xxx92 Jumlah Ekuitas Dana Cadangan (91) xxx xxx93 JUMLAH EKUITAS DANA (81+88+92) xxx xxx9495 JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA (71+93) xxxx xxxxModul PSAP Nomor 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan 30

Modul Pelatihan Standar Akuntansi PemerintahanBAB I PENDAHULUANA. Latar BelakangModul LRA ini disusun untuk memudahkan dalam memahami Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 02 tentang Laporan Realisasi Anggaran. Modul ini disusun sebagai bahan Pelatihan untuk Pelatih standar Akuntansi Pemerintahan. Dengan mempelajari modul ini diharapkan peserta dapat belajar mandiri (self study) atas materi LRA pada pemerintah daerah.Modul ini menguraikan pelaksanaan anggaran, khususnya sistem penerimaan dan sistem pembayaran, serta perlakuan akuntansi untuk setiap jenis transaksi anggaran. Materi pelatihan ini dilengkapi dengan contoh- contoh yang terjadi dalam kegiatan operasional pemerintahan, sehingga diharapkan dapat digunakan sebagai rujukan bagi pemerintah daerah dalam implementasi Standar Akuntansi Pemerintahan, khususnya untuk menyusun dan menyajikan LRA.B. Tujuan PembelajaranTujuan Pembelajaran Umum:Setelah mengikuti pelatihan ini diharapkan peserta mampu:1. Memahami Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)2. Mampu mengimplementasikan SAP dalam menyusun dan menyajikanLaporan KauanganTujuan Pembelajaran Khusus:Setelah mengikuti pelatihan ini diharapkan peserta mampu:1. Memahami struktur anggaran;2. memahami pengertian pendapatan, belanja, dan pembiayaan;3. memahami pengakuan pendapatan, belanja, dan pembiayaan;4. memahami mekanisme penerimaan dan pembayaran;5. mampu melaksanakan akuntansi pendapatan, belanja, dan pembiayaan;6. Memahami perlakuan pengembalian pendapatan dan belanja; dan7. Memahami penyusunan dan penyajian LRA.C. Deskripsi RingkasModul LRA menyajikan materi tentang pengertian dan ruang lingkup LRA, basis akuntansi untuk anggaran pendapatan, belanja, serta pembiayaan, struktur anggaran, klasifikasi anggaran, akuntansi pendapatan, belanja, dan pembiayaan, akuntansi transaksi PFK, akuntansi hibah yang diterima dalam bentuk nonkas, dan penutupan pos-pos anggaran.Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 02 1

Modul Pelatihan Standar Akuntansi PemerintahanD. Metode PembelajaranMetode pembelajaran dalam pelatihan ini dilakukan dengan cara pemaparan teori oleh fasilitator yang diikuti dengan tanya jawab serta diskusi, latihan soal dan contoh kasus yang bertalian dengan transaksi pendapatan, belanja, dan pembiayaan. Keberhasilan pembelajaran ini juga sangat tergantung pada partisipasi aktif dari para peserta pelatihan dalam aktivitas diskusi dan tanya jawab, serta latihan soal.Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 02 2

Modul Pelatihan Standar Akuntansi PemerintahanBAB IIPENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP LAPORAN REALISASI ANGGARANA. PengertianLaporan Realisasi Anggaran (LRA) merupakan salah satu komponen laporan keuangan pemerintah yang menyajikan informasi tentang realisasi dan anggaran entitas pelaporan secara tersanding untuk suatu periode tertentu.Penyandingan antara anggaran dan realisasi menunjukkan tingkat capaian target-target yang telah disepakati antara legislatif dan eksekutif sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Informasi tersebut berguna bagi para pengguna laporan dalam mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber-sumber daya ekonomi, akuntabilitas dan ketaatan entitas pelaporan terhadap anggaran. Berhubung anggaran akan disandingkan dengan realisasinya maka dalam penyusunan APBD seharusnya digunakan struktur, definisi, dan basis yang sama dengan yang digunakan dalam pelaporannya.B. Ruang LingkupAPBD terdiri dari anggaran pendapatan, belanja, dan pembiayaan. Pendapatan adalah semua penerimaan kas umum daerah yang menambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah. Belanja adalah semua pengeluaran kas umum kas daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah. Pembiayaan(financing) adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya, yang dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit atau memanfaatkan surplus anggaranPendapatan dipungut berdasarkan Undang-Undang. Oleh karena itu jenis pendapatan yang dipungut dan/atau diterima oleh pemerintah daerah harus sesuai dengan Undang-Undang. Belanja mencakup seluruh jenis belanja sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan. Pembiayaan mencakup seluruh transaksi penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan. Disamping itu terdapat transfer antar pemerintahan sehubungan dengan adanya desentralisasi fiskal dan perimbangan keuangan. Bagi yang menerima dikelompokkan dalam pendapatan transfer, sedangkan bagi yang memberikan ditampung dalam belanja transfer.Anggaran pemerintah daerah dituangkan dalam bentuk APBD, yang merupakan pedoman tindakan yang akan dilaksanakan pemerintah, meliputi rencana pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan selama suatu periode terntentu. Anggaran diukur dengan satuan rupiah. Anggaran diklasifikasikan secara sistematis sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Anggaran belanja yang dituangkan dalam Perda APBD disebut sebagai apropriasi, yaitu merupakan anggaran yang disetujui DPRD yang merupakan mandat yang diberikan kepada Gubernur/Bupati/Walikota untuk melakukan pengeluaran-Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 02 3

Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahanpengeluaran sesuai tujuan yang ditetapkan. Sedangkan anggaran pendapatan dalam Perda APBD disebut Estimasi Pendapatan.Berdasarkan APBD selanjutnya disiapkan peraturan kepala daerah tentang Penjabaran APBD. Anggaran yang dialokasikan kepada setiap satuan kerja perangkat daerah (SKPD) sebagai pengguna anggaran dituangkan dalam Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA). Anggaran pendapatan SKPD pada DPA disebut Estimasi Pendapatan yang Dialokasikan. Anggaran belanja pada DPA disebut Allotment. Dengan demikian LRA SKPD, membandingkan antara realisasi terhadap alokasi anggaran dalam DPA SKPD yang bersangkutan, sedangkan untuk LRA di tingkat pemerintah daerah realisasi anggaran dibandingkan dengan estimasi pendapatan dan apropriasi yang tertuang dalam APBD.Komite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 02 4

Modul Pelatihan Standar Akuntansi PemerintahanBAB III BASIS AKUNTANSIA. Basis Anggaran dan Basis AkuntansiAnggaran pemerintah disusun dengan basis kas. Akuntansi pemerintah pada dasarnya merupakan akuntansi anggaran, maka basis akuntansi yang digunakan seharusnya sama dengan basis anggaran. Pada saat ini Pemerintah Indonesia masih menggunakan basis kas, baik untuk anggaran maupun akuntansinya.Apabila ada pemerintah daerah yang menerapkan basis akrual penuh dalam sistem akuntansinya, termasuk untuk pendapatan dan belanja, maka dalam penyusunan LRA, laporan yang dihasilkan dari basis akrual tersebut harus dikonversi ke LRA berbasis kas. Konversi dari LRA berbasis akrual ke LRA wajib disajikan dan diungkapkan dalam Catatan atas Laporan keuangan sebagaimana diatur dalam PSAP No. 04 tentang Catatan atas Laporan Keuangan.B. Pengakuan PendapatanSistem penerimaan pendapatan pemerintah daerah diatur dalamPeraturan Daerah. Pada umumnya terdapat dua sistem penerimaan: Wajib bayar/masyarakat langsung menyetor ke rekening Kas UmumDaerah Wajib bayar/masyarakat menyetor ke juru pungut/Bendahara Penerimaan, selanjutnya Bendahara Penerimaan tersebut menyetor ke rekening Kas Umum Daerah.Dengan menggunakan basis kas, pendapatan diakui pada saat diterima pada rekening Kas Umum Negara/Kas Umum Daerah. Oleh karena itu pada saat uang diterima juru pungut/Bendahara Penerimaan, jumlah tersebut belum diakui sebagai pendapatan daerah, pengakuannya baru dilakukan setelah uang tersebut disetor ke rekening Kas Umum Daerah.C. Pengakuan BelanjaSistem pembayaran dalam pelaksanaan anggaran ada dua, yaitu: Pembayaran langsung kepada yang berhak Pembayaran dengan dana kas kecil melalui Bendahara Pengeluaran. Berdasarkan Basis Kas sebagaimana diatur dalam PSAP No. 2, belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari rekening Kas Umum Negara/Kas Umum Daerah. Khusus pengeluaran melalui Bendahara Pengeluaran/Pemegang Kas pengakuannya terjadi pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut disahkan oleh unit yang menjalankan fungsi perbendaharaan(SKPKD).Dengan demikian untuk pembayaran langsung kepada pihak ketiga/vendor pengakuan belanjanya dilakukan pada saat uang dikeluarkan, yaitu pada saat diterbitkannya Surat Perintah Pencairan Dana Langsung (SP2D LS). Sedangkan untuk pembayaran dengan dana kas kecil, pada saat diterbitkannya SP2D untuk pemberian uang persediaan kepada Bendahara Pengeluaran (SP2D UP) ataupun untuk penambahan uang persediaan (SP2DKomite Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 02 5

Modul Pelatihan Standar Akuntansi PemerintahanTU) belum diak