Makalah Seminar Kdm (Cve)
-
Upload
wahyu-laksono -
Category
Documents
-
view
121 -
download
9
Transcript of Makalah Seminar Kdm (Cve)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena hanya
atas kehendak-Nyalah penyusunan makalah ini dapat diselesaikan dengan sebaik-
baiknya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata ajaran Kebutuhan Dasar
Manusia tahun ajaran 2002-2003. setelah melalui beberapa tahapan antara lain penentuan
topic dan judul, penyusunan kerangka, pengumpulan data hingga pada analisis data.
Akhirnya makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.
Makalah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik apabila tidak didukung oleh
beberapa pihak. Oleh karena itu penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada :
1. Yth. Ibu Ni Luh Putu ES, Skp, M. Kes selaku dosen pembimbimg klinik dan
seminar mata ajaran Kebutuhan Dasar Manusia II.
2. Yth. Ibu Ngesti W. Utami , Skp selaku dosen mata ajaran Kebutuhan Dasar
Manusia II.
3. Semua pihak yang telah berperan dalam penyusunan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu kritik dan saran dari pembaca sangat penyusun harapkan. Dan makalah ini
penyusun persembahkan kepada para pembaca. Semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi kita semua.
Malang, 24 Juni 2003
Penyusun
(Kelompok V.A)
1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar : …………………………………………….
Daftar Isi : …………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN : …………………………………………….
BAB II TINJAUAN TEORI : …………………………………………….
Definisi : …………………………………………….
Etiologi : …………………………………………….
Asuhan Keperawatan : …………………………………………….
BAB III TINJAUAN KASUS : …………………………………………….
Pengkajian :
…………………………………………….
Diagnosa Keperawatan :
…………………………………………….
Rencana Keperawatan :
…………………………………………….
Implementasi :
…………………………………………….
Evaluasi :
…………………………………………….
BAB IV PEMBAHASAN : …………………………………………….
BAB V PENUTUB : …………………………………………….
Kesimpulan : …………………………………………….
Saran : …………………………………………….
Daftar Pustaka : …………………………………………….
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Setiap manusia memiliki serangkaian kebutuhan yang berbeda-beda dalam
hidupnya, namun ada suatu kebutuhan yang relative sama atau harus dipenuhi oleh setiap
manusia untuk menjaga kelangsungan hidupnya yang dikenal dengan Kebutuhan Dasar
Manusia. Salah satu bagian dari Kebutuhan Dasar Manusia adalah pemenuhan kebutuhan
aktifitas. Semua manusia yang normal memerlukan kemampuan untuk dapat bergerak,
kehilangan kemampuan bergerak walaupum pada waktu yang singkat memerlukan
tindakan-tindakan tertentu yang tepat baik oleh pasien sendiri maupun oleh perawat.
Oleh karena itu melalui makalah ini, penyusun mencoba untuk mengupas
berbagai fenomena yang ada sehubungan dengan pemenuhan kebutuhan aktifitas.
B. Tujuan.
1. Dalam penyusunan makalah ini kami mempunyai tujuan
sebagai berikut :
2. Pembaca mengetahui definisi dari aktifitas.
3. Pembaca mengetahui berbagai penyebab gangguan
pemenuhan kebutuhan aktifitas.
4. Pembaca mengetahui asuhan keperawatan yang ditujukan
kepada klien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan aktigitas.
C. Batasan Masalah :
Dalam penyusuna makalah ini, penyusun membatasi masalah yang dibahas sebagai
berikut ;
1. Apakah definisi dari aktifitas ?
3
2. Apa saja yang dapat menyebabkan gangguan pemenuhan
kebutuhan aktifitas ?
3. Bagaimana cara memberikan asuhan keperawatan yang
tepat pada klien dengan gangguan pemenuhan kebutuha aktifitas ?
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI.
Activity : Energetic action or State Of Movement.
Aktivitas : Kualitas atau proses penggunaan energi atau penyelesaian suatu
efek.
Intoleransi aktifitas : Penurunan dalam kapasitas fiologis seseorang untuk
melakukan aktivitas sampai tingkat yang dibutuhkan.
Konsep Imobilitas :
Secara umum, ada beberapa macam keadaan imoblitas, antara lain :
a. Imobilitas Fisik :
Suatu keadaan dimana seseorang mengalami pembatasan fisik yang sebabkan
oleh factor lingkungan maupun oleh keadaan orang tersebut.
b. Imobilitas Intelektual :
Dapat disebabkan kurang pengetahuan untuk dapat berfungsi sebagaimana
mestinya. Misalnya pada kerusakan otak karena proses penyakirt atau kecelakaan.
c. Imobilitas Emosional :
Dapat menyebabkan perubahan interaksi social yang sering terjadi akibat
penyakit.
B. ETIOLOGI.
Ada beberapa factor yang menyebabkan gangguan pemenuhan kebutuhan
aktifitas, diantaranya sebagai berikut :
4
1. Kerusakan Neuromuskuler.
Missal : CVA, Parkinson, Multiple Sklerosis, Arthritis.
2. Kerusakan Muskuloskeletal :
Missal : Fraktur.
3. Bedrest.
4. Nyeri atau ketidak nyamanan:
Misal : Nyeri Post OP.
5. Ketidak seimbangan antara suplay oksigen dengan penggunaan oksigen.
C. ASUHAN KEPERAWATAN.
PENGKAJIAN.
Sumber Informasi atau data dari :
Klien
Perawat lain
Catatan klien.
Keluarga.
RIWAYAT KEPERAWATAN.
Hal-hal yang perlu dikaji adalah :
Riwayat aktifitas atau latihan yang meliputi
1. ADL,
2. Toleransi aktifitas,
3. Jenis dan frekuensi latihan,
4. Dan factor pemnyebab mobilisasi.
Jika terjadi perubahan mobilisasi maka perlu dikaji
1. Kapan munculnya,
2. Dan frekuensinya, penyebabnya,
3. Bagaimana masalah tersebut mempengaruhi kehidupan sehari-hari,
4. Apakah klien mengetahui cara mengatasi masalahnya
5. Dan apakah metodenya efektif.
PEMERIKSAAN FISIK
Hal-hal yang dikaji :
5
1. Bentuk Tubuh.
Dikaji saat klien duduk dan berdiri, untuk mengidentifiksi :
Perubahan moral sbagai hasil pertimbangan dan perkembangan.
Kesalahan postur dan pengetahuan untuk memelihara postur yang benar.
Factor yang menyebabkan kesalahan fostur, seperti kelelehan atau rendahnya
harga diri.
Kelemahan otot atau perubahan system lain.
a. Sikap (Kebiasaan yang dilakukan seseorang).
Perawat mengamati klien dari depan, belakang dan samping.
b. Pandangan lateral.
Masalah penurunan sikap pada umumnya terjadi ketika seseorang berdiri. Misal:
Leher lebih maju.
Perut agak menonjol (agar tidak terjadi lordois).
Lutut menunjukkan adanya hiperextensi. LBP dan kelelahan adalah langkah
orang dengan kesalahan posture.
c. Pandangan Anterior.
Normalnya jika dipandang dari segi anterior :
Pada garis vertical dari pusat gravitasi tubuh (lokasi terletak pada garis
tengah antara umbilicus dan simfisis pubis) dan jatuh tepat diantara kaki
dan tengah-tengah dahi.
Ukuran bahu dan pinggul seimbang.
Jari-jari kaki maju.
Bentuk seimbang mulai dari pantella dan pertengahan pergelangan mata
kaki sampai kedua atau ketiga jari kaki.
d. Pandangan Posterior.
Normalnya :
Ukuran bahu dan pinggul seimbang.
Tulang belakang lurus, tidak bengkok kesamping.
Yang terpenting tubuh lebih maju kesebelah luar kaki.
6
2. Cara Duduk.
Perawat mengkaji dengan cara memandang klien dari samping.
Normalnya :
Kepala dan dada sama, tetapi lumbal sedikit bengkok kearah anterior karena
pembengkokan panggul.
Berat badan dipusatkan pada pantat dan paha.
Kedua kaki menapak dilantai (satu kaki didepan yang lain) lengan dari siku
sampai jari dipai untuk mencegah tertariknya tulang bahu keatas dan kebawah.
3. Gaya Berjalan.
Perawat mwngkaji gaya berjalan klien dengan melihat dalam ruangan atau menyuruh
klien berjalan pada jarak 10 langkah dan pobservasi :
Kepala tegak, pandangan lurus kedepan, dan tulang belakang tegak lurus.
Jari kaki dan tulang tempurung lutut lebih maju.
Tumit dihentakkan dahulu sebelum jari kaki.
Kaki dorsal difleksikan saat melakukan tindakan.
Lengan maju bertentangan dengan gerakan kaki.
Adanya gravitasi.
Tahap persiapan.
Berjalan dengan pelan, terkoordinasi dan berirama, tumpuan berat badan dikaki.
Prosedur berjalan minimal tubuh melakukan gerakan kesamping dengan kepala
lurus.
Berjalan dengan mudah.
Perlu juga dikaji hal seperti :
Jumlah langkah dalam satu menit (normal 70 sampai 100 langkah permenit).
Kebutuhan klien akan alat bantu.
4. Penampakan Dan Pembesaran Sendi.
Pengkajian fisik meliputi infeksi, palpasi, pergerakan aktif dan pasif.
Hal-hal yang perlu dikaji :
Adakah bengkak dan kemerahan, mengidentifikasikan adanya luka atau
inflamasi.
Adakah deformitas, seperti pembesaran atau pengecilan tulang.
7
Kesimetrisan otot.
Adakah crepitasi.
Adkah peningkatan suhu.
Tingkat pergeseran sendi.
5. Kemampuan Dan Pembatasan Pergerakan.
Hal yang dikaji :
Pengaruh penyakit terhadap kemampuan untuk berpindah.
Alat Bantu yang dikehendaki.
Yang membatasi pergerakan seperti infuse.
Gejala mental dan kemampuan mengikuti perintah.
Keseimbangan dan koordinasi, jika klien akan dipindahkan dari bed.
Adanya hipertensi ortostatic sebelum pemindahan (meliputi : denyut nadi,
tekanan darah, pusing).
Tingakat kenyamanan.
Berat badan, memindahkan pasien obesitas memerlukan bantuan orang lain atau
pemindah hidrolik.
Pengelihatan.
Ketrampilan perawat dan kekuatan fisik.
6. Massa otot dan kekuatan otot.
Pengkajian kekuatan dan kemampuan gerak untuk mengurangi resiko ketegangan
otot.
7. Toleransi Aktifitas.
Jika aktifitas terlalu menguras energi dan terlalu lama, maka akan terjadi perubahan-
perubahan :
Wajah pucat.
Pusing atau lemah.
Denyut jantung atau pernafasan melebihi batas normal.
Perubahan irama jantung dan pernapasan menjadi tidak teratur.
Melemahnya denyut nadi.
Dispnea, nafas pendek dan nyeri dada.
Diastole berubah 10 mmHg atau lebih.
8
8. Kemampuan Fisik.
Meliputi : pengukuran lingkar, pengukuran lipat kulit, tes langkah, pengkajian
kekuatan otot, dan pengkajian fleksibilitas sendi.
Pengukuran lingkar meliputi : dada, pinggang, pinggul, lengan atas, paha, betis,
dan pergelangan kaki.
Pengukuran lipat kulit, mengindikasikan jumlah lemak, areanya : trisep, sub
scapula, suprailiak, dan paha.
Tes langkah Harvard, klien melangkah ke atras dan kebawah masing-masing 17
inchi selama 3 menit jika mampu. Pergerakan berikut ini merupakan satu
langkah kaki kiri naik, kaki kanan naik, kaki kiri turun, kaki kanan turun. Rata-
rata minimal melakukan 24 langkah permenit.
Fleksibelitas sendi dapat dikaji dengan memerintah klien untuk menyentuh ibu
jari kaki beberapa kali. Rata-rata 1-3 inchi didepan ibu jari.
9. Masalah yang berhubungan dengan Imobilitas :
melalui pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan laboratorium
9
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut NANDA diagnosa keperawatan yang berhubungan dengan masalah aktifitas
atau imobilitas antara lain:
1. Intoleransi Aktifitas.
Karakteristik :
Kelemahan atau kelelahan verbal.
Respon aktivitas yang abnormal.
Misalnya : perubahan denyut nadi, tekanan darah atau EKG yang berakibat
arritmia atau ischemia.
Ketidak nyamanan atau dispnea.
Factor yang berhubungan :
Bedrest, immobilitas, kelemahan otot, ketidak seimbangan antara pemenuhan dan
kebutuhan okxigen.
2. Resiko Tinggi Terjadi Intoleransi Aktifitas.
Factor resiko :
Riwayat intoleransi masa lalu, status kesehatan buruk atau bedrest, masalah
sirkulasi atau respiratory atau nyeri, tidak pengalaman tentang aktivitas.
3. Perubahan Mobilitas Fisik.
Karakteristik :;
Ketidakmampuan untuk bergerak diatas tempat tidur, ketidakmampuan untuk
berpindah atau ambulasi.
Keterbatasan ROM dari sendi aktif.
Penurunan kekuatan dan control atot.
10
Penurunan tonus otot.
Factor yang berhubungan :
Intoleransi aktivitas, penurunan kekuatan, nyeri atau ketidak nyamanan,
perubahan neuromuscular, perubahan musculoskeletal, perubahan cognitive,
depresi, kecemasan.
4. Resiko Tinggi Terjadi Sindrome Disure.
Factor resiko :
Paralysis, imobilisation, nyeri
Menurut Gordon (1993, P, 165) intoleransi aktivitas, dan perubahan mobilitas fisik terdiri
dari 4 tingkatan yaitu :
Intoleransia Aktifitas :
Tingkat I : Jalan pada permulaannya, naik tangga 1x tingkat atau lebih, dengan nafas
lebih rendah dari nafas normal.
Tingkat II : Berjalan 1 blok kota 500 kaki, mendaki 1 tingkat lebih lambat tanpa
berhenti.
Tingkat III: Berjalan tidak lebih dari 50 Kaki tanpaberhenti, tidak dapat mendaki 1
tingkat anak tangga tanpa berhenti.
Tingkat IV : Dispnea dan kelelahan saat istirahat.
Perubahan Mobilitas Fisik :
Tingkat I : Membutuhkan alat Bantu.
Tingkat II : Membutuhkan asisten, supervise, atau belajar dari orang lain.
Tingkat III : Membutukan pertolongan dari orang lain dan alat Bantu.
Tingakt IV : Tidak mandiri dan tidak berpartisipasi pada pergerakan.
11
PERENCANAAN
Tujuannya adalah :
Untuk mencegah komplikasi karena immobilitas.
Untuk memulihkan atau meningkatkan kemampuan ambulasi atau berpartisipasi
dalam beraktivitas.
Untuk mencegah injuri dan jatuh
12
13
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
DX. KEPERAWATAN KRITERIA HASIL RENCANA KEPERAWATAN RASIONAL
I. Resiko tinggi terjadi
sindrome disuse.
Mempertahankan fungsi normal
dari otot dan tulang, ditandai
dengan kemampuan melakukan
ROM pada semua persendian
dan mempertahankan masa otot
dan kekuatan otot normal.
Laksanakan program
latihan (aktif,isotonic, dan
pasif) kurang lebih 4 jam
untuk lengan, kaki dan leher.
Beri dukungan aktif
pada aktivitas mandiri.
Bandingkan ukuran dan
kekuatan otot dengan keadaan
normal.
Posisikan klien dengan
benar.
Latih klien untuk
bergerak atau Bantu untuk
Latihan isotonic
mencegah kontraktur dan
otropi otot, latihan isometric
memelihara tonus otot. Latiha
pasif membantu pergerakan
tubuh dan otot.
Membantu pergerakan
tubuh dan otot.
Memdeteksi adanya
otropi otot.
Mencegah kontraktur
dan memelihara integritas
struktur otot dan sendi.
Mencegah osteo porosis.
14
Meminimalkan perubahan
jantung dengan memelihara TTV
dan keadekuatan aliran darah
vena.
Menahan fungsi normal dari
pernafasan = suara nafas normal,
bentuk dada, tidak ada nyeri
dada, panas.
berdiri disamping tempat
tidur.
Monitor TTV.
Anjurkan memakai kaos
kaki anti emboli.
Angkat kaki selama
kurang lebih 20 menit.
Lakukan pengukuran
untuk mencegah hipotensi
ostostatio.
Kaji kulit tubuh bagian
bawah.
Intervensi dari fungsi
musculoskeletal.
Kaji suara nafas dan
expansi dada kurang lebih tiap
8 jam.
Mendeteksi perubahan
secara dini.
Mencegah pembentukan
thrombus dan hipotensi
ortostastic.
Meningkatkan sirkulasi
vena verifier.
-
Untuk mendeteksi
perubahan secara dini.
Merangsang sirkulasi
darah dan mencegah
komplikasi jantung.
Mendeteksi kejadian
abnormal dari suara nafas dan
tidak adekuatnya expansi
dada.
Meningkatkan expansi
15
Memelihara pola nutrisi
dan cairan.
Memelihara pola
eliminasi.
Memelihara
kesempurnaan kulit.
Memelihara keadaan
Anjurkan klien untuk
nafas panjang dan batuk.
Menetapkan rencana
posisi dan mengubah posisi
klien tiap 2 jam.
Monitor BB, turgor,
intake dan out put cairan.
Monitor warna
kejernihan dan keasaman :
warna dan karakteristik feces,
frekuensi BAB. Apakah ada
nyeri saat BAK.
alveoli, mencegah sekresi,
memelihara pertukaran gas,
memelihara udara yang
bersih.
Melebarkan area paru
dan memelihara pergerakan
serta menghilangkan sekresi
dengan batuk.
Mengkaji keadekuatan
nutrisi dan cairan.
Urine keruh, nyeri BAK
merupakan indikai adanya
retensio urin.
Meningkatkan harga
diri.
16
II. Intoleransi Aktifitas.
social, emosi dan intelektual.
Mengidentivikasi
aktifitas dan factor yang
menyebabkan identivikasi
aktivitas.
Mempertahankan denyut
nadi, respirasi ,tekanan darah,
selama aktifitas direncanakan.
Mengembangkan
aktifitas dan pola istirahat
Dorong klien membuat
pernyataan tentang rencana
atau jadwal sehari-hari.
Rencanakan klien untuk
mengenal klien yang lain.
Periksa aktifitas yang
menyimpang dan berikan
jadwal aktivitas sehari-hari.
Periksa factor penyebab
intoleransi aktivitas dan
tanda-tanda yang
mengindikasikan adanya
intoleransi.
Tentukan factor
pemungkin.
Monitor respon klien
waktu beraktifitas.
Lebih membuka
perasaan klien.
Mencegah kebosanan
atau kejenuhan.
Mengumpulkan data
dasar.
Untuk lebih
memfokuskan rencana
keperawatan.
Menentuka
perkembangan klien dalam
beraktifitas.
17
serta meminimalkan
kelelahan.
Meningkatkan toleransi
aktifitas.
Bantu klien untuk
mengidentifikasi aktifitasnya.
Menggabungkan periode
istirahat dengan periode
aktivitas dan menyesuaikan
dengan jadwal sehari-hari.
Kaji dan atuer jadwal
klien sehari-hari.
Laksanakan pengukuran
simpanan energi klien dalam
beraktifitas.
Usulkan pada klien
untuk menggunakan bantuan
jika memerlukan.
Libatkan keluarga untuk
mendukung atau membantu
klien dalam ADl.
Memungkinkan klien
untuk berpartisipasi.
Menyimpan energi
secara adekuat.
Menyimpan energi
untuk melakukan aktivitas.
Mengukur energi yang
tersimpan memungkinkan
klien untuk meningkatkan
toleransi aktivitas.
Menjamin keselamatan
dan mencegah jatuh.
Meningkatkan motifasi
klien.
18
III. Kerusakan mobilitas
fisik
Klien
mengkomunikasikan untuk
toleransi aktivitas.
Klien mau menerima
bantuan , memilih dan
menggunakan bantuan
tersebut.
Klien dapat
menguraikan factor penyebab
dari kerusakan mobilitas fisik.
Pemeliharaan secara
optimal tentang fungsi
musculus skeletal.
Menggunakan bantuan
secara benar dan ambulasi
secara aman.
Dengar dengan seksama
keluhan klien.
Berikan informasi
tentang alat yang tersedia.
Kaji factor penyebab
seperti trauma dan nyeri.
Monitor latihan ROM
secara aktif.
Beri dukungan secara
optimal untuk ambulasi sesuai
batas kemampuan.
Kecemasan dan
ketakutan dapat menghasilkan
energi.
Mengurangi kecemasan
dan perasaan frustasi.
Memfokuskan pada
intervensi yang ditetapkan.
Memelihara pergerakan
sendi.
19
Ambulasi mencegah
peningkatan pernafasan,
sirkulasi dan eliminasi.
20
PELAKSANAAN
Sesuai dengan masalah dan tujuan yang akan dicapai berdasarkan factor
penyebab dan etiologi.
Perawat mendesain terutama untuk peningkatan dalam mempertahankan sikap
tubuh yang benar, mobilisasi dan latihan :
Teknik yang digunakan :
1. Pengaturan posisi klien
2. Latiah luas atau ROM.
3. Pergerakan dan pergeseran.
4. Ambulasi.
5. Program latihan.
21
EVALUASI
Kualitas ambulasi klien dapat dievaluasi berdasarkan bagaimana klien dengan
baik dapat mencapai langkah yang stabil tanpa harus jatuh dan apakah tujuan tercapai.
Kualitas dari mekanisme tubuh pada sehari-hari dapat dievaluasi hanya dengan
mengobservasi bagaimana klien bisa menyesuaikan diri pada system tubuhnya dan
mencegah terjadinya luka lagi.
Jika tujuan yang diharapakan tidak tercapai, seharusnya perawat menanyakan
tentang hal dibawah ini untuk menentukan mengapa :
Apakah terjadi perubahan kondisi fisik atau mental klien.?
Apakah akibat dan factor resiko sudah diidentifikasi dengan benar ?
Apakah latihan ROM sudah dilakukan ?
Sudahkah motifikasi klien untuk berpartisipasi dalam beraktifitas ?
Apakah klien telah diposisikan dengan benar ?
Apakah klien gagal untuk melakukan latihan nafas dalam ?
Apakah intake nutrisi dan cairan klien cukup untuk mempertahankan berat
badan, turgpor jaringan, keseimbangan cairan dan nilai serum protein normal ?
Sudahkah dilakukan pengukuran untuk dilakukan menstimulasi sirkulasi darah
Sudahkah dilakukan pengukuran untuk mencegah konstipasi ?
Sudahkah klien dimotifasi saat membuat keputusan, membuat rencana
perkembangan sehari-hari , kemampuan verbal untuk mempertahankan
emosional dan hubungan social ?
Sudahkah menyediaan alat Bantu untuk pergerakan dan ambulasi klien dengan
nyaman ?
Apakah perawat telah melakukan supervise dan memonitor ?
Sudahkah klien diberi informasi tentang pentingnya pencegahan yang nyaman
untuk ambulasi ?
Apakah membutuhkan home care assistance dan dapat digunakan sebagai
sumber yang benar dalam menyamakan daan memilih ?
Apakah keluarga klien memberi semangat dan dukungan untuk membantu
klien dengan ADL ?
22
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA Ny.W DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIFITAS
(CVA)
DI RUANG 22 RS.SAIFUL ANWAR MALANG
PENGKAJIAN
FORMAT PENGKAJIAN DATA KEPERAWATAN
1. BIODATA :
Nama : Ny. W
Jenis Kelamin : Perempuan.
Umur : 66 Tahun.
Status Perkawinan : Kawin.
Pekerjaan : -
Agama : Islam.
Pendidikan Terahir : SD.
Alamat : Ds, Kalianyar RT:04 RW:05 Sidodadi Lawang.
Tanggal MRS : 23 Mei 2003.
2. DIAGNOSA MEDIS : CVA
3. KELUHAN UTAMA :
Saat dikaji klien mengeluh tubuh bagian kanan terasa lemah.
4. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG:
Keluarga klien mengatakan bahwa klien mengeluh tubuh bagian kanan lemah
secara tiba-tiba ketika klien bangun tidur dan hendak kekamar mandi pada pukul
04:30 WIB tanggal 23 Mei 2003.
Setelah beberapa menit, klien hanya diam saat diajak bicara keluarga, kemudian
oleh keluarga klien, klien dibawa ke RSSA Malang.
23
5. RIWAYAT KESEHATAN PENYAKIT YANG LALU:
keluarga klien mengatakan bahwa klien pernah diopname di RSSA Malang dengan
diagnosa medis CVA kurang lebih 3 bulan yang lalu.
6. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA :
Keluarga klien mengatakan bahwa dalam keluarga klien tidak ada yang menderita
CVA, hipertensi maupun DM.
7. POLA AKTIVITAS SEHARI-HARI :
A. Makan dan Minum.
Sebelum Sakit Sesudah sakit
Makan 3 X sehari (nasi,lauk,sayur) 3 X sehari (tim, telur,buah)
Minum (+/-) 8-10 gelas/hari (air putih) (+/-) 5-6 gelas/hari (air putih).
B. Pola Eliminasi.
Sebelum Sakit Sesudah sakit
BAB 1 X sehari 1 X sehari (agak padat)
BAK (+/-) 5-6 X / sehari (+/-) 4-5 X / hari (kuning jernih)
C. Pola Istirahat dan Tidur.
Sebelum Sakit (+/-) 7-8 jam / hari
Sesudah sakit (+/-) 5-6 jam / hari (sering terbangun)
D. Kebersihan diri.
Sebelum Sakit Sesudah Sakit
Keramas 2 X sehari 2 X sehari (diseka)
Gosok GIGI 3 hari sekali Kumur air hangat tiap selesai makan.
8. RIWAYAT PSIKOSOSIAL.
Pola Komunikasi : komunikasi klien tidak lancer, kata-kata sulit dimengerti
dan dipahami.
Orang yang paling dekat dengan klien : anak serta cucu-cucu klien.
24
Dampak dirawat di RS : Klien tidak dapat melakukan aktivitasnya sehari-
hari, klien hanya berbaring ditempat tidur.
9. PEMERIKSAAN FISIK.
A. KEADAAN FISIK
Lemah.
Klien terbaring ditempat tidur.
Kesadaran komposmentis.
Bicara klien terputus-putus.
B. TANDA-TANDA VITAL.
TD : 180/110 mmHg.
IV : 92 X / menit.
RR : 20 X / Menit.
S : 36,5 derajat Celsius.
C. PEMERIKSAAN KEPALA LEHER.
Kepala : Bentuk lonjong simetris, kulitkepala sdikit kotor, tidak ad luka,
tidak ada kutu dan ketombe.
Rambut : Penyebaran merata, warna hiatm beruban, tidak berbau.
Wajah : Simetris, tidak ada kesan lembab, tidak pucat.
Mata : Lengkap, simetris, palpebra tidak ada benjolan, konjungtiva
merah, sclera putih, pupil isocor.
Hidung : Posisi septumasi simetris, bersih.
Telinga : Simetris, ketegangan cukup, tidak ada secret.
Mulut : Bibir kering, tidak cyanosis, tidak ada luka.
Leher : Posisi Trachea simetris, tidak ada pembesaran kelenjar limfe,
tidak ada pembesaran vena junggularis, denyut nadi karotis teraba.
D. PEMERIKSAAN INTEGUMEN.
Bersih, perabaan hangat, turgor kembali <2 detik, warna sawo matang, tekstur rata
agak keriput, kelembaban baik, tidak ada kelainan pada kulit.
25
E. DADA dan THORAX.
Inspeksi : Bentuk elips, frekuensi nafas 20X/menit regular, tidak ada
kesulitan bernafas, tidak batuk.
Auskultasi : suara nafas vesikuler, tidak ada suara tambahan.
Perkusi : Suara paru resonan.
F. PAYUDARA.
Tidak dikaji
G. ABDOMEN.
Inspeksi : Bentuk datar, tdak ada asates ataupun pembengkakan.
Perkusi : Suara abdomen normal tympani.
Palpasi : Tidak ada bejolan , tidak ada pembesaran hepar, tidak ada nyeri
tekan.
Auskultasi : Bising usus 9 X / menit.
H. GENETALIA.
Tidak dkaji.
I. EKSTREMITAS.
Kekuatan otot:
4 3
4 3
Odema :
- -
- -
Atropi : (+)
Tidak ada pembengkakan sendi.
J. PEMERIKSAAN NEUROLOGIS.
Tingakt kesadaran : 434
Tanda meningeal : pusing (-), muntah (-), kejang (-), kaku kuduk (-).
26
K. PEMERIKSAAN PENUNJANG.
Lab tanggal 24 Mei 2003.
DL :
Leukosit 8200/mm3
Hb 12,1 gr%
LED 60
Trombosit 251.000/ul
GDP : 164
GD 2 JPP : 196, kolesterol total : 201.
Triglisenda : 71
Ureum : 31,2
Creatinin : 0,9
Asam urat : 5,7
L. TERAPI / PENGOBATAN / PENATALAKSANAAN.
Neurotam : 3 X 1
Neurobion : 3 X 1
Dexamitason : 3 X 1
Infuse R.L : 20 tetes/menit.
Lechol : 3 X1 lewat oral.
27
ANALISA DATA
Nama Pasien : Ny.W
Umur : 66 tahun
No. REG : 311265
DATA PENUNJANG MASALAHKEMUNGKINAN
PENYEBAB
1. DATA
DS : klien mengeluh tubuh bagian
kanan terasa lemah.
DO :
kekuatan otot.
4 3
4 3
Atrophi : (+)
GCS : 434
Klie BEDREST.
TTV
TD : 180/110 mmHg
N : 92 X/menit
RR : 20 X/ menit
S : 36,5’C
Gangguan
pemenuhan
kebutuhan aktivitas.
Penurunan kekuatan
otot.
28
2. DATA.
DS :
keluarga klien mengatakan bahwa
bicara klien terputus-putus dan kata-
kata sulit dimengerti.
DO :
KU : lemah
GCS : 434
Bicara klien terputusputus.
Kata-kata klien sulit dipahami.
Gangguan
komunikasi verbal
Kelemahan fisik
29
DAFTAR MASALAH
No.Tanggal
MunculDIAGNOSA KEPERAWATAN
1. 27-05-2003 Gangguan pemenuhan kebutuhan Aktifitas berhubungan
dengan penurtunan kekuatan otot.
2. 27-05-2003 Gangguan komunikasi Verbal berhubungan dengan
kelemahan fisik.
30
31
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Tgl.No.
DX
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
TUJUAN KRITERIA
STANDARTINTERVENSI RASIONAL
27-05-03 1 Gangguan pemenuhan
kebutuhan aktivitas
berhubungan dengan
penurunan kekuatan otot.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 2 X 24 jam diharapkan kekuatan
otot klien mengalami penngkatan fungsi
motorik.
Criteria standart:
DS :
Klien mengatakan tubuh bagian kanan
sudah tidak lemah.
DO :
KU : baik
Atrophi (-).
Kekuatan otot:
5 5
5 5
TTV dalam batas normal.
GCS : 456
1. Kaji kemampuan fungsional klien
secara teratur.
2. Ubah posisi minimal setiap 2 / 3
jam.
3. Lakukan Rom exercise.
4. Bantu untuk mengembangkan
keseimbangan duduk.
5. Susun tujuan bersama orang
terdekat klien untuk berpartisipasi
dalam aktifitas latihan.
6. Anjurkan klien untuk membantu
pergerakan bagian tubuh yang
lemah dengan bantuan bagian
tubuh yang agak kuat secara
mandiri.
7. Observasi tanda-tanda vital.
1. Mengidentifikasi sejauh mana tingkat
kemampuan otot klien.
2. Meminimalkan resiko terjadinya
gangguan integritas kuli.
3. Mengurangi resiko terjadinya
retrophi dan kekuatan sendi.
4. Membantu meningkatkan respon
motorik.
5. Mengoptimalkan perkembangan
kesehatan klien.
6. Melibatkan klien dalam latihan
mandiri sehinnga memperbesar
semangat untuk sembuh.
7. Mengindikasikan perkembangan
kondisi klien, menjadikan tolak ukur
tindakan selanjutnya.
27-05-03 2 Gangguan komunikasi
verbal berhubungan
dengan kelemahan fisik.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 2 X 24 jam diharapkan kekuatan
fisik klien mengalami peningkatan
sehingga membawa pengaruh positif
1. Ajak bicara klien dengan nada
normal dan hindari percakapan
yang cepat.
2. Diskusikan bersama kien
1. Menghindari kebingungan pada klien
dalam pemahaman.
2. merangsang respon klien terhadap
32
bagi kemampuan komunikasi verbal
klien.
Criteria standart :
OS:
Keluarga klien mengatakan
bahwa kemampuan komunikasi
verbal klien sudah lancar.
DO :
KU : baik.
GCS : 456
Bicara klien lancar.
Kata-kata klien dapat
dipahami.
mengenai hal-hal yang menarik
perhatian klien.
3. Anjurkan keluarga klien untuk
mempertahankan komunikasi
dengan klien.
stimulus.
3. Mengoptimalkan stimulus yang dapat
membantu proses pemulihan
kemampuan komunikasi verbal klien.
33
CATATAN KEPERAWATAN
Nama Pasien : Ny.W.
Umur : 66 tahun
No. REG : 311265
No. Tgl.No. DX.
KEPERAWATANTINDAKAN.
1 27-05-03 I 1. Mengkaji kemampuan fungsional secara
continue.
2. Mengubah posisi klien minimal setiap 2 –
3 jam.
3. Melatih klien melakukan rentang gerak
aktif maupun pasif.
4. Membantu klien untuk mengembangkan
keseimbangan duduk.
5. Memgajak orang terdekat klien untuk ikut
berpartisipasi dalam melatih klien.
6. Menganjurkan klien untuk membantu
pergerakan bagia tubuh yang lemah
dengan bantuan bantuan bagian tubuh yang
lebih kuat secara mandiri.
7. Mengobservasi tanda-tanda vital.
2 27-05-03 II 1. Mengajak bicara klien dengan nada normal
dan menghindari percakapan yang cepat.
2. Mendiskusikan bersama klien mengenai
hal-hal yang menarik perhatian klien.
3. Menganjurkan keluarga klien untuk
mempertahankan komunikasi dengan klien
34
EVALUASI
Nama Pasien : Ny.W.
Umur : 66 tahun.
No. REG : 311265
No.Dx.KEP. Tgl. 27 Mei 2003 Tgl. 28 Mei 2003.
I S :
Klien mengeluh tubuh bagian kanan melemah.
O :
Kekutan otot :
4 3
4 3
Atrophi : (+)
GCS : 434
Klien BEDREST
S ;
Klien tidak mengeluh badannya lemah dan mengatakan
tubuh bagian kananya bisa digerakanperlahan-lahan.
O :
Kekutan otot :
5 4
5 4
Atrophi : (+)
GCS : 445
Klien tetap BEDREST dan berusaha untuk
beraktifitas.
Klien mulai duduk.
35
TTV:
TD ; 180/110 mmHg
N : 92 X/ menit
RR : 20 X / Menit
S : 36,5’C
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi.
TTV :
TD : 130/90 mmHg
N : 90 X / menit
RR : 18 X /menit
S : 36 ‘C
A :Masalah teratasi sebagian.
P : Lanjutkan intervensi.
II S :
Keluarga klien mengatakan bahwa bicara klien
terputus-putus dan sulit dipahami.
O :
KU : lemah
GCS : 434
Bicara terputus-putus.
Kata-kata sulit dipahami.
A : Masalah belum tertasi
P : Lanjutkan intervensi
S ;
keluarga mengatakan klien dapat berbicara meskipun
belum lancar dan bisa dimengerti.
O :
KU : baik
GCS : 445
Kata-kata dapat dipahami meskipun belom
lancar.
A : Masalah teratasi sebagian.
P : Lanjutkan intervensi.
36
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah membandingkan antara asuhan keperawatan pada tinjauan teori dengan
asuhan keperawatan pada tinjauan kasus, maka pada asuhan keperawatan pada tinjauan
kasus perlu ditambahkan hal-hal sebagai berikut:
I. PENGKAJIAN.
1. Pengkajian bentuk tubuh yang meliputi : sikap klien , pandangan dari sisi lateral ,
pandangan dari anterior, pandangan dari posterior.
2. Pengkajian kemampuan fisik yang meliputi : pengukuran lingkar badan,
pengukuran lipat kulit, tes langkah Harvard, dan vleksibilitas sendi.
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN.
Pada asuhan keperawatan pada tinjauan teori muncul diagnosa keperawatan antara
lain:
1. Gangguan pemenuhan aktivitas berhubungan dengan penurunan kekuatan otot.
2. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kelemahan fisik.
Diagnosa diatas sudah sesuai dengan yang disebutkan pada teori yaitu:
Pada diagnosa yang pertama adalah dampak pada sistem musculoskeletal.
Pada diagnosa yang kedua adalah dampak pada system neuromuscular.
III. PERENCANAAN.
Pada perencanaan pada asuhan keperawatan (tinjauan kasus) sudah sesuai dengan teori
hanya perlu ditambahkan untuk intervensi seperti dibawah ini :
Memonitor berat badan , intake dan output cairan.
Memeriksa aktivitas yang menyimpang dan memberikan jadwal aktifitas
sehari-hari.
Memberikan informasi tentang alat Bantu gerak yang tersedia.
IV. PELAKSANAAN.
Implmentasi pada asuhan keperawatan (tijauan kasus) sudah sesuai dengan teori.
Pada asuhan keperawatan (tinjauan kasus) menyebutkan :;
1. Membantu klien untuk mengembangkan keseimbangan duduk.
2. Melatih klien melakukan rentang gerak aktif maupun pasif.
37
3. Menganjurkan klien untuk membantu pergerakan bagian yang lemah (tubuh yang
kuat membantu yang lemah).
V. EVALUASI.
Evaluasi pada asuhan keperawatan (tinjauan kasus) sudah sesuai dengan evaluasi
pada tinjauan teori.
38
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN.
Dari kasus dan pembahasan diatas , kami dapat mengambil kesimpulan bahwa :
1. Aktifitas merupakan kualitas atau proses penggunaan energi atau penyelesaian
suatu efek.
2. Pemenuhan kebutuhan aktifitas terganggu bila terdapat :
Kerusakan neuromuscular.
Kerusakan muskuluskeletal.
Bedrest.
Nyeri atau ketidaknyamanan.
3. Askep yang diberikan pada klien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan
aktifitas antara lain : pengkajian , diagnosa , perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi.
B. SARAN.
Mengobservasi klien agar bisa menyesuaikan diri pada system tubuhnya
dan mencegah terjadinya luka lagi.
Pada klien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan aktifitas sebaiknya
dilakukan exercise atau latihan secara teratur mengembalikan fungsi
normal dari tubuh klien.
Dalam melakukan tindakan , seseorang perawat harus memperhatikan
prosedur atau intervensi yang sudah ditetapkan.
39
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Diagnosa Keperawatan. Aplikasi pada Praktik Klinis . ed.
E. EGC : Jakarta.
Kumala, Poppy , dkk. 1996. Kamus Kedokteran Dorland. EGC : Jakarta.
Kozier , Barbara. BA. 1984. Fundamental Of Nurcing, Concept and Prosedur. Ed. 3.
Addison Wesley Publishing Company : Philadhelpia.
Mansjoer. Arif . dkk. 2000. kapita Selekta Kedokteran , ed. 3. jilid 2. Media Ausculapius
FK UI : Jakarta.
Priharjo . Robert. 1993 . Pemenuhan Aktifitas Istirahat Pasien. EGC : Jakarta.
40
Judul yang diharapkan
Disusun :
Untuk Memenuhi Tugas KJR (113)
Kebutuhan Dasar Manusia
Disusun Oleh :
Kelompok III
DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN MALANG
PRODI KEPERAWATAN
2003
41