Makalah sejarah daerah sumsel

38
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang. Palembang merupakan kota yang sangat strategis di Sumatera Selatan. Sebagai kota tua, Palembang banyak menyimpan sejarah perjuangan rakyat. Keberadaan Palembang yang dibagi oleh Sungai Musi menambah eksotismenya. Ciri khas kota Palembang sebagai kota yang sangat didominasi oleh air, bahkan oleh Belanda sebelum Perang Dunia II, pernah dipromosikan sebagai “Venetie van het Verre Oasten” atau “Venesia dari Timur Jauh”. Kekayaan alam Sumatera Selatan menjadi kebanggaan sekaligus ancaman dari bangsa asing. Setelah Perang Dunia II, Sekutu memboncengi NICA ke Indonesia dengan maksud agar Belanda dapat kembali menguasai Indonesia. Konflik RI dan Belanda semakin menimbulkan ketegangan. Para pasukan RI, lasykar dan rakyat berusaha mempertahankan kemerdekaan yang telah dicapai pada 17 Agustus 1945. Usaha untuk mencapai kepentingan Belanda berlanjut dengan pertempuran besar. Pertempuran besar yang menentukan antara lain Bandung Lautan Api, Pertempuran Ambarawa, Medan Area, Puputan Margarana dan lain-lain. Di Sumatera Selatan pun terjadi pertempuran besar yang dikenal dengan 1

description

 

Transcript of Makalah sejarah daerah sumsel

Page 1: Makalah sejarah daerah sumsel

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang.

Palembang merupakan kota yang sangat strategis di Sumatera Selatan.

Sebagai kota tua, Palembang banyak menyimpan sejarah perjuangan rakyat.

Keberadaan Palembang yang dibagi oleh Sungai Musi menambah eksotismenya.

Ciri khas kota Palembang sebagai kota yang sangat didominasi oleh air, bahkan

oleh Belanda sebelum Perang Dunia II, pernah dipromosikan sebagai “Venetie

van het Verre Oasten” atau “Venesia dari Timur Jauh”. Kekayaan alam Sumatera

Selatan menjadi kebanggaan sekaligus ancaman dari bangsa asing.

Setelah Perang Dunia II, Sekutu memboncengi NICA ke Indonesia dengan

maksud agar Belanda dapat kembali menguasai Indonesia. Konflik RI dan

Belanda semakin menimbulkan ketegangan. Para pasukan RI, lasykar dan rakyat

berusaha mempertahankan kemerdekaan yang telah dicapai pada 17 Agustus

1945. Usaha untuk mencapai kepentingan Belanda berlanjut dengan pertempuran

besar. Pertempuran besar yang menentukan antara lain Bandung Lautan Api,

Pertempuran Ambarawa, Medan Area, Puputan Margarana dan lain-lain. Di

Sumatera Selatan pun terjadi pertempuran besar yang dikenal dengan Pertempuran

Lima Hari Lima Malam di Palembang. pertempuran ini terjadi pada tanggal 1

hingga 5 Januari 1947.

1

Page 2: Makalah sejarah daerah sumsel

1.2.Rumusan Masalah.

1.Bagaimana Kondisi Kota Palembang setelah kemerdekaan Republik Indonesia?

2.Bagaimana Pembentukan dan Penyempurnaan Aparatur Pemerintah Sipil di

Sumatera Bagian Selatan?

3.Bagaimana Terbentuknya SUBKOSS di Sumatera Selatan?

4.Bagaimana peristiwa jalannya Pertempuran Lima Hari Lima Malam di

Palembang?

5.Dimana Front Pertempuran Lima Hari Lima Malam di Palembang?

6.Bagaimana Upaya Perundingan dan Pengakhiran Pertempuran Lima Hari Lima

Malam di Palembang?

1.3.Tujuan Masalah.

1.Untuk mengetahui Kondisi Kota Palembang setelah kemerdekaan Republik

Indonesia

2.Untuk Mengetahui Pembentukan dan Penyempurnaan Aparatur Pemerintah

Sipil di Sumatera Bagian Selatan

3.Untuk Mengetahui Terbentuknya SUBKOSS di Sumatera Selatan

4.Untuk Mengetahui peristiwa jalannya Pertempuran Lima Hari Lima Malam di

Palembang

5.Untuk Mengetahui Front Pertempuran Lima Hari Lima Malam di Palembang

6.Untuk Mengetahui Upaya Perundingan dan Pengakhiran Pertempuran Lima

Hari Lima Malam di Palembang

2

Page 3: Makalah sejarah daerah sumsel

BAB II

PEMBAHASAN

2.1.Situasi Kota Palembang Pasca Kemerdekaan

Para pemuka masyarakat palembang memperoleh informasi mengenai

proklamasi kemerdekaan itu pada tanggal 18 Agustus 1945 dar i Maylan, seorang

Redaktur Palembang Syimbun, yang kemudian menyiarkan berita itu melalui

Radio Palembang. Salah seorang yang menerima berita itu adalah A.K. Gani,

yang kemudian melakukan hubungan telepon dengan R.Sudarsono di Jambi.

Sumber lain menyebutkan bahwa masyarakat Palembang mengetahui

berita Proklasmasi itu beberapa hari kemudian, pada tanggal 19 atau 20 Agustus

1945, melalui orang-orang Palembang yang datang dari Jakarta (Mo’moen

Abdullah dkk, 1991/1992 : 168)

Pemerintah bala tentara Jepang pada tanggal 22 Agustus 1945

mengadakan pertempuran dengan para pemuda anggota Badan Kebaktian Rakyat

dan pimpinan masyarakat Palembang, antara lain : Abdul Rozak , Nungtjik AR,

Bay Ho. Dalam pertempuran itu Chokan Myako Tosio memberikan informasi

tentang penyerahan Jepang kepada kemerdekaan Indonesia (Kementrian

Penerangan RI, 1954 : 37)

Setelah pertemuan dengan Chokan Myako Tosio itu, para pemimpin

masyarakat Palembang mengadakan rapat untuk membicarakan langkah-langkah

apa yang perlu di ambil pada saat itu. Keputusan rapat itu adalah mengirimkan

satu delegasi di pimpin oleh Nungtjik AR untuk menemui Chokan Myako Tosio

pada hari itu juga (22 Agustus 1945). Delegasi itu diberikan tugas untuk

menyampaikan pernyataan sikap para pemimpin masyarakat Palembang.

3

Page 4: Makalah sejarah daerah sumsel

Ada empat penyataan sikap yang di sampaikan kepada Chokan Myako Tosio,yaitu

:

1. Keamanan merupakan tanggung jawab bangsa Indonesia sepenuhnya.

2. Pihak Jepang harus memberikan jaminan mengenali keselamatan segenap

pemimpin rakyat.

3. Pihak Jepang tidak boleh bertindak sendiri, tanpa sepengetahuan para

pemimpin rakyat.

4. Kemerdekaan Indonesia adalah masalah bangsa Indonesia sendiri dan

tidak boleh di halang-halangi.

Dengan adanya pernyataan sikap itu dapat di ketahui bahwa bangsa

Indonesia memang sudah merdeka. Peristiwa ini di sambut gembira oelh para

pemuka masyarakat, tokoh, pemuda, dan lain-lain. Para pemuda mengadakan

rapat komolidasi pada siang hari tanggal 22 Agustus 1945 itu juga di Rumah Bari.

Tokoh-tokoh pemuda yang hadir dalam rapat itu adalah Maylan, Habibullah

Ashary, Abi Hasan Said, Mattjik Rosad, Adrian, Chodewy Amir, Amantjik,

Yunus S. , dan Baharuddinn.

Rapat itu membicarakan gerakan aksi massa yang perlu dilakukan untuk

mendukung pemenrintahan Republik Indonesia dengan penempelan pamflet

mengenai Indonesia merdeka dan pengibaran bendera Merah Putih di rumah

penduduk kota Palembang. Pamflet mengenai proklamasi itu di cetak melalui

percetakan K.A. Ebling dan di bagikan oleh Yunus Syamsuddin pada tanggal 24

Agustus 1945 kepada para pemuda yang bertugas.

Penempelan dan penyebaran pamflet titu dilakukan pada tengah malam

tanggal 24-25 Agustus 1945 oleh kelompok pemuda. Abi Hasan Said dan Rasyat

Narwawa melakukannya di daerah seberang Ulu, Kelompok Zailani di daerah

Sungai Buah, Habibullah Ashary di daerah Sekanak – Tangga Buntung,

Kelompok Chodewy Amir di pusat kota (15, 16, 17, 18, dan 19 Ilir sampai ke

Sekanak).

4

Page 5: Makalah sejarah daerah sumsel

Informasi resmi tentang Proklamasi Kemerdekaan di terima para pemuka

masyarakat Palembang pada tanggal 24 Agustus 1945, setelah wakil-wakil dari

Sumatera yang duduk dalam Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia di Jakarta,

yaitu M. Amir, Teuku Moh. Hasan, dan Abbas, tiba di Palembang. Ketiga orang

itu kemudian mengadakan pertemuan dengan pemimpin masyarakat Palembang,

yaitu A.K. Gani, M. Isa, Asari, Ibrahim, Mursodo, R.Z. Fanani, Abdul Rozak, dan

Nungtjik A.R. Dalam pertemuan itu utusan dari Jakarta itu menjelaskan bahwa

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tidak ada kaitannya dengan Jepang dan

bahwa Undang- Undang Dasar (UUD) di tetapkan oleh Panitian Persiapan

Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Para utusan itu juga menjelaskan terbentuknya

Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP), susunan pemerintahan, serta usaha dan

cara pengambilalihan pemerintahan dari tangan Jepang.

Rakyat Palembang dan sekitarnya menyambut Proklamasi Kemerdekaan

Indonesia dengan mengibarkan bendera merah putih pada empat tiang di atas

gedung Menara Air,yang sekarang di kenal sebagai kantor Walikota Palembang.

Upacara pengibaran bendera itu diawali oleh para pemuda dan rakyat Palembang

dengan mendatangi gedung Menara Air itu dengan tujuan meresmikan

kemerdekaan Indonesia dan sekaligus menunjukkan bahwa mereka mendukung

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Pengibaran dilakukan oleh bekas perwira

Gyugun, yaitu Hasan Kasim, Moh. Arif, Dani Effendi, R. Abdullah (Cek Syekh),

A. Rival, dan lain-lain, serta dibantu oleh para pemuda di bawah pimpinan

Mailan, Abi Hasan Said, Dan Bujang Yacob (Alamsyah Ratu Perwiranegara,

1985:26).

Keesokan harinya, tanggal 25 Agustus 1945, tiga orang pempimpin

masyarakat Sumatera Selatan, yaitu A.K. Gani, Tosio untuk memberikan

penjelasan tentang Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Bersamaan dengan itu,

diumumkan kepada seluruh rakyat hal-hal mengenai Proklamasi, UUD, rencana

KNIP, dan pembentukan Badan-Badan Keamanan Rakyat.Kepada para pemimpin

masyarakat daerah lainnya (Lampung, Jambi dan Bengkulu) diinstruksikan agar

mengikat gerak langkah yang dilakukan di Palembang.\

5

Page 6: Makalah sejarah daerah sumsel

2.2.Pembentukan dan Penyempurnaan Aparatur Pemerintah Sipil di

Sumatera Bagian Selatan.

2.2.1.Propinsi Sumatera Selatan

Pengambilalihan kekuasaan dari tangan Jepang bukan hal yang mudah.

Kekuasan militer Jepang yang masih sangat kuat dan teratur, lengkap dengan

segala alat senjata perang. Sejak diumumkannya penghentian perang oleh Jepang

pada tanggal 22 Agustus 1945. Jepang sejak hari pengumuman itu membakar

segala macam arsip dan memberhentikan pegawai-pegawainya dengan

memberikan hadiah berupa barang.kesibukan bertambah dengan pembubaran

pekerja-pekerja romusha,heiho,dan gyugun.setelah pusat pemerintahan sipil yang

dikuasai A.K gani terbentuk,keadaan dapat dikuasai. pada tanggal 23 agustus

pagi, A.K gani mengadakan pertemuan untuk menyusun konsep susunan

pemerintah indonesia. hadir dalam pertemuan ini adalah dr.M.Isa, Tjik den,

parmono, Ir.Ibrahim, R.M.Mursodo, H.Tjikwan, Abdulrozak, Rd.Hanan, Asari,

R.M.Utojo, R.Z.Fanani, dan Nungtjik AR. Konsep susunan Pemerintahan

Indonesia untuk daerah Keresidenan Palembang adalah sebagai berikut :

Kepala Pemerintah : A.K. Gani

Wakil Kepala Pemerintahan : Abdul Rozak

Kepala Kepolisan : Asaari dan Mursodo

Bagian Kemakmuran : Ir. Ibrahim

Bagian Penerangan : Nungtjik Ar

Kepala Urusan Minyak dan Pertambangan : Dr. M. Isa

Kepala Urusan Pemerintahan Umum : R.Z. Fanani dan H. Tjikwan

Kepala Urusan Pemerintahan Kota Palembang : Raden Hasan

Kepala Urusan Perhubungan (Pos dan Telegrap) : RM. Utoyo

6

Page 7: Makalah sejarah daerah sumsel

Di kota palembang pasukan BKR dibawah pimpinan M.arief, joko, dan

Dani Effendi, yang dibantu oleh Raden Abdullah (tje’syeh),menyerbu gudang

tekstil, beras dan gula di jalan merdeka pada saat dikuasai oleh jepang. Dalam

penyerbuan gudang itu terdapat korban dari pihak pejuang republik indonesia

sebanyak 20 orang gugur dan 30 orang luka-luka. Pada pihak jepang terdapat 5

orang gugur dan 15 orang luka-luka

BKR dan barisan pejuang lasykar berhasil merampas tiga buah gerbong

kereta api dan menyerbuh gudang senjata Jepang yang ada di rumah Bari.

Beberapa markas Jepang berhasil diduduki oleh BKR walaupun mereka hanya

bersenjata pedang, tombak dan bambu runcing. Jiwa dan semangat mereka yang

berkobar-kobar membuat tentara Jepang penik. Beberapa tentara Jepang ditawan

oleh BKR. Selain BKR, terdapat pula baris pemuda Republik Indonesia (BPRI),

yang dibantuk pada tanggal 9oktober 1945, yang juga merebut senjata Jepang

(Dinas Sejarah Kodam II Bukit Barisan, 1948: 269)

2.3.Terbentuknya SUBKOSS Sumatera Selatan.

Dalam rangka penyusunan organisasi Tentara Keamanan Rakyat (TKR)

maka pada bulan Desember 1945, dr. AK Gani -sebagai salah seorang tokoh

perjuangan nasional yang berkedudukan di Palembang- ditunjuk oleh markas

besar TKR di Yogyakarta sebagai koordinator pembentukan TKR seluruh pulau

Sumatera. Dengan wewenang yang ada, kemudian dr. AK Gani membentuk TKR

Komandemen Sumatera, berkedudukan di Bukit Tinggi, Sumatera Barat.

Bertindak sebagai Panglima dan Kepala Staf adalah : Mayor Jendral Soehardjo

Hardjowardojo dan M. Noeh.

Konferensi TKR di Bukit Tinggi pada tanggal 17 Mei 1946 memutuskan

bahwa kekuatan militer di Sumatera Selatan ( Sumsel ) adalah satu sub

komandemen, yaitu Sub Komandemen Sumatera Selatan ( Subkoss ) yang

membawahkan 2 divisi. Keputusan ini berlaku surut, yaitu sejak tanggal 1 Januari

1946. Divisi I Garuda Bermarkas di Lahat berkekuatan 4 resimen, yang

disebarkan di Bengkulu, Baturaja, Lahat dan Tanjung Karang. Divisi II bermarkas

7

Page 8: Makalah sejarah daerah sumsel

di Palembang, Jambi dan Bangka. Dengan demikian tanggal ini merupakan titik

awal tersusunnya kesatuan-kesatuan perjuangan bersenjata dalam wilayah

Sumbagsel, sekaligus secara resmi menerima panji-panji TKR sebagai ikatan

korps di bawah naungan dan pengendalian satu komando.

Pada tanggal 10 Januari 1947, Subkoss dihapuskan. Sebagai gantinya,

semua kekuatan bersenjata bergabung dalam Divisi Garuda VIII, yang

membawahkan tiga resimen dan satu brigade pertempuran Garuda Merah,

ditambah satu batalyon istimewa. Markas Divisi ditetapkan berkedudukan di

Lahat. Untuk perang gerilya, diperlukan kekuatan berstruktur bersenjata.

Akibatnya, Divisi VIII diubah lagi menjadi Subkoss, yang terdiri dari 3 sub

teritorial. Markas Subkoss ditetapkan di Muara Beliti, sementara markas sub-sub

teritorial di Jambi, Palembang dan Tanjung Karang. Pada tanggal 17 Desember

1949, keberadaan sub-sub teritorial digantikan oleh sebuah brigade yang

membawahkan 5 batalyon infantri. Jambi dan Lampung masing-masing ditempati

oleh 1 batalyon, sementara Palembang dijatahkan 3. Pada awal tahun 1952,

brigade tersebut beralih rupa menjadi Teritorium II/ Sumatera, yang lebih dikenal

dengan sebutan TT II/Sriwijaya. Berdasarkan surat keputusan Kasad Nomor

Skep/953/10/1959 tanggal 25 Oktober 1959 dan keputusan Panglima Nomor

222/1/1961 tanggal 19 November 1961, Teritorium II/Sriwijaya berubah menjadi

Kodam IV/Sriwijaya. Dalam rangka reorganisasi ABRI, maka berdasarkan surat

keputusan Kasad Nomor 346/II/1985 tanggal 12 Februari 1985, Kodam

IV/Sriwijaya menjadi Kodam II/ Sriwijaya. Perubahan ini diresmikan di Jakarta

pada tanggal 9 April 1985, ditandai dengan penyerahan pataka Komando,

sedangkan daerah tanggung jawab meliputi wilayah Kodam IV/Sriwijaya. Markas

Kodam. ditetapkan berkedudukan di bekas Markas Kodam IV/Sriwijaya. Wilayah

Kodam II/Sriwijaya meliputi 4 daerah provinsi, yaitu Sumsel, Bengkulu, Jambi

dan Lampung yang masing-masing dibawahkan oleh 1 Komando Resort Militer.

Strukturnya adalah sebagai berikut :

Korem 041 Garuda Emas di Bengkulu

Korem 042 Garuda Putih di Jambi

8

Page 9: Makalah sejarah daerah sumsel

Korem 043 Garuda Hitam di Lampung

Korem 044 Garuda Dempo di Palembang

2.4.Pertempuran Lima Hari Lima Malam di Palembang.

Setelah Perang Dunia II, Sekutu memboncengi NICA ke Indonesia dengan

maksud agar Belanda dapat kembali menguasai Indonesia. Konflik RI dan

Belanda semakin menimbulkan ketegangan. Para pasukan RI, lasykar dan rakyat

berusaha mempertahankan kemerdekaan yang telah dicapai pada 17 Agustus

1945. Usaha untuk mencapai kepentingan Belanda berlanjut dengan pertempuran

besar. Pertempuran besar yang menentukan antara lain Bandung Lautan Api,

Pertempuran Ambarawa, Medan Area, Puputan Margarana dan lain-lain. Di

Sumatera Selatan pun terjadi pertempuran besar yang dikenal dengan Pertempuran

Lima Hari Lima Malam di Palembang. pertempuran ini terjadi pada tanggal 1

hingga 5 Januari 1947.

Pertempuran Lima Hari Lima Malam di Palembang merupakan perang

tiga matra yang pertama kali kita alami, begitu pula pihak Belanda. Perang

tersebut terjadi melibatkan kekuatan darat, laut, dan udara. Belanda sangat

berkepentingan untuk menguasai Palembang secara total karena tinjauan Belanda

terhadap Palembang dari aspek politik, ekonomi dan militer. Dalam aspek politik,

Belanda berusaha untuk menguasai Palembang karena ingin membuktikan kepada

dunia internasional bahwa mereka benar-benar telah menguasai Jawa dan

Sumatera. Ditinjau dari aspek ekonomi berarti jika Kota Palembang dikuasai

sepenuhnya maka berarti juga dapat menguasai tempat penyulingan minyak di

Plaju serta Sei Gerong. Selain itu, dapat pula me- manfaatkan Palembang sebagai

pusat perdagangan karet dan hasil bumi lainnya untuk tujuan ekspor. Sedangkan

jika ditinjau dari segi militer, sebenarnya Pasukan TRI dan pejuang yang

dikonsentrasikan di Kota Palembang merupakan pasukan yang relatif mempunyai

persenjataan yang terkuat, jika dibandingkan dengan pasukan–pasukan yang

berada di luar kota. Oleh karena itu, jika Belanda berhasil menguasai Kota

Palembang secara total, maka akan mempermudah gerakan operasi militer mereka

9

Page 10: Makalah sejarah daerah sumsel

ke daerah-daerah pedalaman. Peranan rakyat sangat besar dalam pertempuran

Lima Hari Lima Malam. Motivasi perjuangan rakyat Indonesia umumnya dan

khususnya para pejuang di daerah Sumatera Selatan yakni adanya “sense to be a

nation”, rasa harga diri sebagai suatu bangsa yang telah merdeka. Semboyan

“Merdeka atau Mati” yang berkumandang semasa periode Perang Kemerdekaan

adalah wujud usaha untuk menjaga agar tetap berdirinya Negara Republik

Indonesia.

2.4.1.Provokasi Belanda

Daerah Keresidenan Palembang pada masa-masa menjelang Pertempuran

Lima Hari Lima Malam memiliki keunikan tersendiri, bila dibandingkan dengan

daerah-daerah Indonesia lainnya yang telah diduduki oleh Sekutu (NICA), seperti

Medan, Padang, Jakarta, Bandung, dan lain-lainnya, yang masih terdapat

pemerintahan RI lengkap dengan pasukan, karena keberhasilan diplomasi yang

dilakukan oleh kepala pemerintahan setempat. Setelah Belanda menggantikan

Inggris di Palembang pada 24 Oktober 1946, Kolonel Mollinger menjadi

Komandan territorial Belanda untuk Sumatera Selatan (Palembang, Lampung,

Bangka, dan Jambi). Penyerahan pendudukan Inggris kepada Belanda

berlangsung pada 7 November 1946. Setelah menggantikan Inggris, Belanda

menuntut garis demarkasi yang lebih jauh. Untuk mencegah timbulnya insiden

dilakukanlah perundingan antara pihak Belanda dan RI pada tanggal November

1946.

Hal terpenting dari perundingan itu antara lain tentara Belanda tidak akan

memperluas atau melewati batas daerah yang diserahkan kepadanya oleh Inggris

dan akan memelihara status quo. Sementara itu di Palembang mulai dilakukan

pengembangan kekuatan militer oleh Pasukan TRI sedangkan, pihak Belanda giat

menyusun posisi dan memperkuat pasukannya di Palembang. Pada bulan

Desember 1946, pihak Belanda telah menyusun pasukan-pasukannya di Kota

Palembang dan sekitarnya. Kapal-kapal perang Belanda mulai melakukan

pencegahan terhadap lalu lintas pelayaran antara Palembang – Lampung – Jambi –

10

Page 11: Makalah sejarah daerah sumsel

Singapura, yang bertujuan untuk mengadakan blokade ekonomi dan militer.

Blokade bertujuan agar hubungan timbal balik antara Jambi, Lampung,

Palembang dan Singapura terputus sehingga hasil bumi, barang kebutuhan hidup

dan senjata tidak dapat diimpor dan diselundupkan dari Singapura. Dr. A.K. Gani

melakukan kegiatan menembus blokade tersebut untuk memperkuat perjuangan

sehingga dia dijuluki “The biggest smuggler of South East”. Panglima Komando

Sumatera, Jenderal Mayor Suharjo Harjowardoyo mengeluarkan Perintah Harian

lewat corong Radio Republik Indonesia di Palembang pada akhir Desember 1946

yang ditujukan kepada pasukan-pasukan RI di daerah pendudukan Belanda di

Medan, Padang dan terutama yang di Palembang untuk selalu siap siaga dan

waspada menunggu instruksi dari pemerintahan pusat.

Pada tanggal 28 Desember 1946, seorang anggota Lasykar Napindo

bernama Nungcik ditembak mati karena melewati pos pasukan Belanda di

Benteng. Malam harinya Belanda melanggar garis demarkasi yang telah

ditentukan. Dua buah Jeep yang dikendarai oleh pasukan Belanda dari Talang

Semut melewati Jalan Merdeka, Jalan Tengkuruk (sekarang Jalan Sudirman),

Rumah Sakit Charitas sambil melepaskan tembakan-tembakan secara

membabibuta. Pancingan itu segera mendapat jawaban dari pasukan RI.

Meletuslah pertempuran yang berlangsung sekitar 13 jam lamanya. Setelah

terjadinya perang sekitar 13 jam, situasi Palembang dalam kondisi cease fire.

Insiden ini menunjukkan akan meletusnya perang yang lebih besar, karena

Belanda berusaha meningkatkan pertahanannya. Penghentian tembak-menembak

tersebut tidaklah berlangsung lama, Belanda kembali melanggar kesepakatan pada

29 Desember 1946, berupa terjadinya penembakan terhadap Letnan Satu A.

Riva’i, Komandan Datasemen Divisi Dua, yang mengendarai sepeda motor

Harley Davidson saat sedang melakukan inspeksi kepada pasukan-pasukan dan

pos-pos pertahanan TRI-Subkoss/ Lasykar. Ketika melintas di depan Charitas, ia

ditembak dengan senjata otomatis oleh pasukan belanda yang berada di Charitas.

Letnan Satu A. Riva’i berhasil menyelamatkan diri walaupun tembakan itu tepat

mengenai perutnya.

11

Page 12: Makalah sejarah daerah sumsel

Provokasi Belanda terus terjadi pada 31 Desember 1946 menyebabkan

insiden dengan pihak TRI yang sifatnya sporadis. Belanda melakukan konvoi dari

Talang Semut menuju arah Jalan Jenderal Sudirman. Mobil tersebut melaju

dengan kencang dan melepaskan tembakan-tembakan. Kontak senjata tidak

terelakkan di depan Masjid Agung dan sekitar rumah penjara Jalan Merdeka.

Pasukan TRI melakukan pengepungan dan serangan terhadap kekuatan Belanda di

Charitas sehingga tidak mungkin Belanda untuk keluar dan meneriman bantuan

dari luar. Akhirnya Belanda meminta bantuan Panglima Divisi II (Kol. Hasan

Kasim) dan Gubernur Sumatera Selatan (dr. M. Isa) untuk penghentian tembak-

menembak (cease fire).

Tujuan dilakukan penghentian tembak-menembak bagi Belanda adalah

untuk menyusun kembali kekuatan tempurnya. Sebelum Belanda melakukan

serangan udara itu memakan waktu yang relatif singkat, yaitu beberapa jam

sebelum matahari terbenam menjelang malam. Belanda melakukan penembakan

dengan mortir ke tempat dimana Pasukan TRI/ Lasykar berada yaitu di Gedung

Perjuangan (sekarang Pusat Perbelanjaan Bandung), di daerah dekat Sungai

Jeruju, daerah Tangga Buntung dan sebagainya. Dengan demikian telah berakhir

kesepakatan penghentian tembak-menembak oleh Belanda. Insiden-insiden yang

terjadi pada akhir tahun 1949 tersebut menjadikan situasi di Kota Palembang dan

sekitarnya menjadi panas (Perwiranegara, 1987 : 58). Insiden yang terjadi

sesungguhnya adalah cara Belanda untuk memicu keributan dengan tujuan agar

terjadi pertempuran yang lebih besar. Pada hari Rabu, tanggal 1 Januari 1947,

sekitar pukul 05.30 pagi, sebuah kendaraan Jeep yang berisi pasukan Belanda

keluar dari Benteng dengan kecepatan tinggi. Mereka melampaui daerah garis

demarkasi yang sudah disepakati. Ternyata mereka mabuk setelah pesta semalam

suntuk merayakan datangnya tahun baru. Kendaraan Jeep itu melintasi Jalan

Tengkuruk membelok dari Jalan Kepandean (sekarang Jalan TP. Rustam Efendi)

lalu menuju Sayangan, kemudian melintasi ke arah Jalan Segaran di 15 Ilir, yang

banyak terdapat markas pasukan RI/ Lasykar seperti Markas Napindo, Markas

12

Page 13: Makalah sejarah daerah sumsel

TRI di Sekolah Methodist, rumah kediaman A.K. Gani, Markas Divisi 17

Agustus, Markas Resimen 15 dan markas Polisi Tentara.

Pada kesempatan yang sama para pemimpin milter dan lasykar

mengadakan rapat komando untuk menentukan sikap dalam menghadapi

provokasi Belanda. Rapat dihadiri pimpinan pemerintah sipil Gubernur Muda M.

Isa. Dalam rapat tersebut, Panglima Divisi II Kolonel Bambang Utoyo, Gubernur

Muda M. Isa maupun Panglima Lasykar 17 Agustus, Kolonel Husin Achmad

menyatakan bahwa dalam menghadapi provokasi Belanda, pihak RI bertindak

tidak lagi sekedar membalas serangan, melainkan harus berinisiatif untuk

menggempur semua kedudukan dan posisi pertahanan Belanda di seluruh sektor.

Kepala staf Divisi II, Kapten Alamsyah, mengeluarkan perintah “Siap dan Maju”

untuk bertempur menghadapi Belanda.

2.5.Front Pertempuran Lima Hari Lima Malam

2.5.1.Front Seberang Ilir Timur

Front Seberang Ilir Timur meliputi kawasan mulai dari Tengkuruk sampai

RS. Charitas – Lorong Pagar Alam – Jalan Talang Betutu – 16 Ilir – Kepandean –

Sungai Jeruju – Boom Baru – Kenten. Pertempuran pertama terjadi pada hari

Rabu tanggal 1 Januari 1947. Belanda melancarkan serangan dan tembakan yang

terus menerus diarahkan ke lokasi pasukan RI yang ada di sekitar RS. Charitas.

RS. Charitas berada di tempat yang strategis karena berada di atas bukit sehingga

menjadi basis pertahanan yang baik bagi Belanda. Daerah Front Seberang Ilir

(RS. Charitas) menjadi tanggung jawab dari Komandan Resimen Mayor Dani

Effendi. Basis strategi pertahanan di Front Seberang Ilir Timur terutama berlokasi

di depan Masjid Agung, simpang tiga Candi Walang, Pasar Lingkis (sekarang

Pasar Cinde), Lorong Candi Angkoso dan di Jalan Ophir (sekarang Lapangan

Hatta). Dibawah pimpinan Mayor Dani Effendi, Pasukan TRI melancarkan

serangan ke Rumah Sakit Charitas dan daerah di Talang Betutu. Serangan ini

dilakukan bersama dengan satu kompi dan batalyon Kapten Animan Akhyat yang

bertahan di simpang Jalan Talang Betutu (Perwiranegara, 1987 : 67). Tujuan

13

Page 14: Makalah sejarah daerah sumsel

serangan ini adalah untuk memblokir bantuan Belanda yang datang dari arah

Lapangan Udara Talang Betutu menuju arah Palembang dan untuk menghalangi

hubungan antara pusat pertahanan Belanda di RS. Charitas dengan Benteng.

Pada sore harinya, pihak Belanda telah mengerahkan pasukan tank dan

panser untuk menerobos pertahanan dan barikade Pasukan TRI di sepanjang Jalan

Tengkuruk. Mereka kemudian berhasil menduduki Kantor Pos dan Kantor

Telepon melalui perlawanan seru dari Pasukan TRI. Dengan berhasilnya Belanda

menduduki kantor Telepon, maka hubungan melalui alat komunikasi menjadi

terputus secara total. Setelah itu, Belanda memperluas gerakannya hingga

menduduki Kantor Residen dan Kantor Walikota. Pasukan TRI yang berada di

daerah tersebut mengundurkan diri ke Jalan Kebon Duku dan Jalan Kepandean

sedangkan di RS. Charitas, kekuatan Belanda semakin terdesak karena serangan

dari Pasukan TRI.

Pada pertempuran hari kedua, konsentrasi pasukan terutama diarahkan

terhadap pasukan dan pertahanan Belanda di RS. Charitas. Namun, Belanda

berhasil menerobos lini Talang Betutu setelah terlebih dahulu berhadapan dengan

Lettu Wahid Uddin bersama Kapten Animan Achyat. Belanda telah memperkuat

tempat-tempat yang telah mereka kuasai, terutama di depan Masjid Agung.

Sementara itu, kapal-kapal perang (korvet) Belanda mulai bergerak hilir mudik di

Sungai Musi sambil menembakkan peluru mortirnya ke segala arah. Secara

spontanitas, rakyat dan pemuda di dalam kota dan luar kota turut serta bertempur

melawan Belanda. Mobilisasi umum di kalangan masyarakat agraris-tradisional

terus berlangsung untuk menghadapi Belanda. Melihat kemajuan-kemajuan di

pihak kita, Belanda pun segera mengadakan pengintaian, bahkan melakukan

tembakan dari udara terhadap kereta api yang membawa bahan makanan, bantuan

dari Baturaja, Lubuk Linggau dan Lahat, Rakyat yang berada di Front Seberang

Ilir menjadi sangat menderita karena keterbatasan kesediaan pangan akibat Sungai

Musi dikuasai Belanda dan penembakan kereta api.

14

Page 15: Makalah sejarah daerah sumsel

Oleh karena lokasi Markas Besar Staf Komando Divisi II tidak lagi aman,

maka dipindahkan dari Sungai Jeruju ke daerah Kenten, tepatnya di Jalan Duku.

Hal ini disebabkan karena Belanda terus-menerus melakukan pengintaian dan

pengeboman terhadap markas-markas Pasukan TRI/ Lasykar. Keberhasilan

pengeboman jarak jauh yang dilakukan oleh Belanda tidak terlepas dari peranan

para pengintai atau mata-mata. Ternyata dalam pemeriksaan dan interogerasi yang

dilaksanakan, memberi banyak petunjuk bahwa pihak Belanda secara licik

menggunakan warga kota keturunan Tionghoa sebagai informan mereka,

disamping sebagai pelayan kegiatan ekonomi bagi kepentingan Belanda. Kapten

Alamsyah Ratu Perwiranegara menilai bahwa kasus mata-mata ini sangat sensitif,

ia segera memerintahkan Letnan Dua Asmuni Nas untuk merazia dan menyita

semua telepon yang digunakan oleh keturunan Tionghoa di sepanjang Pasar 16

Ilir.

Pertempuran ketiga berlangsung pada hari Jum’at, tanggal 3 Januari 1947.

Saat itu, Kolonel Mollinger memerintahkan angkatan perangnya (Darat, Laut dan

Udara) untuk menghancurkan semua garis pertahanan Pasukan TRI/ Lasykar. Ini

menunjukkan terjadinya konsep perang tiga matra yang dilakukan Belanda di

Palembang. Berdasarkan perintah tersebut, maka konvoi kendaraan berlapis baja

keluar dari Benteng menuju RS. Charitas menerobos Jalan Tengkuruk,

melepaskan tembakan di sekitar Masjid Agung dan Markas BPRI. Gerakan

penerobosan Belanda ke Charitas itu dihambat oleh pasukan kita yang berada di

Pasar Cinde dengan ranjau-ranjau, namun gagal karena ranjau-ranjau tersebut

gagal meledak. Akibatnya Pasar Lingkis (Cinde) dapat dikuasai oleh musuh. Tapi,

sore harinya pasar itu dapat dikuasai kembali oleh pasukan kita (Resimen XVII).

senjata dan amunisi yang dimiliki pasukan RI jumlahnya terbatas, dan sebagian

besar senjata yang digunakan oleh pasukan kita banyak yang telah tua (out of

date) sebagai hasil rampasan dari serdadu Jepang (Abdullah, 1996 : 43). Sampai

hari ketiga, keadaan Palembang sebenarnya sudah parah. Hampir seperlima kota

telah hancur terkena serangan bom dan peluru mortir Belanda.

15

Page 16: Makalah sejarah daerah sumsel

Kehancuran Kota Palembang karena bom-bom Belanda tersebut ditambah lagi

dengan adanya aksi bumi hangus, seperti jembatan kayu di 24 Ilir, atas perintah

Kepala Pertahanan Divisi II, Kapten Alamsyah. Pembongkaran ini dimaksudkan

agar jembatan tidak digunakan oleh Belanda untuk menerobos dari arah Bukit

Kecil menuju Charitas. Bahkan, perintah yang benar-benar ditakuti oleh Belanda

adalah “aksi bumi hangus Plaju dan Sungai Gerong”.

Pada pertempuran keempat (4 Januari 1947), Belanda memfokuskan

pertahanan di Plaju. Sehingga pasukan Mayor Dani Effendi berhasil

memanfaatkan situasi tersebut untuk menguasai Charitas dan sekitarnya.

Akibatnya pasukan Belanda mulai terdesak. Pasukan TRI berhasil mendekati

gudang amunisi di RS. Charitas dan menembak serdadu Belanda yang berusaha

mendekati gudang tersebut.

Pada 5 januari 1947, pihak Belanda dapat menguasai beberapa tempat

dengan bantuan kapal-kapal perang yang hilir mudik di Sungai Musi dan pesawat

terbang yang menjatuhkan bom-bom ke arah posisi Pasukan TRI. Namun

demikian pasukan Belanda mengalami keadaan yang sama dengan Pasukan TRI

yaitu letih, kurang tidur dan merasa stress, sedangkan Pasukan TRI telah banyak

menderita kerugian baik dari materi ataupun yang gugur dan luka-luka.

2.5.2.Front Seberang Ilir Barat

Front Seberang Ilir Barat meliputi kawasan mulai dari 36 Ilir yaitu

meliputi Tangga Buntung – Talang – Bukit Besar – Talang Semut – Talang

Kerangga – Emma Laan – Sungai Tawar – Sekanak – Benteng. Markas Batalyon

32 Resimen XV Divisi II dipimpin Makmun Murod yang berada di Front

Seberang Ilir Barat, yaitu di Sekanak. Komandan Resimen XV dan Komandan

Batalyon 32/XV beserta para perwira yang berada di markas, sibuk mengatur

pertahanan dan merencanakan untuk menyerang benteng-benteng pertahanan

Belanda. Suara tembakan yang saling bersahutan sudah semakin gencar diselingi

oleh dentuman senjata-senjata berat yang ditembakkan dari pos-pos dan gedung-

16

Page 17: Makalah sejarah daerah sumsel

gedung pertahanan Belanda ke arah kubu pertahanan Pasukan TRI dan barisan

pertahanan rakyat.

Pada pertempuran yang terjadi pada tanggal 1 Januari 1947, pasukan-

pasukan disekitar belakang Benteng mulai terdesak lalu mengundurkan diri ke

sekitar Jalan Kelurahan Madu dan Jalan Kebon Duku. TRI/ Lasykar yang

berlokasi di Bukit terpaksa mengubah taktik yaitu memencarkan diri masuk ke

kampung-kampung di sekitar Bukit Siguntang dan sekitarnya. Tindakan ini

dilakukan untuk mencegah pasukan Belanda yang akan menerobos ke 35 Ilir.

Karena apabila pasukan Belanda yang akan beroperasi di 36 Ilir, Suro, 29 Ilir dan

Sekanak akan terkepung. Usaha Pasukan TRI dibawah pimpinan Mayor Surbi

Bustan dilakukan untuk menyerang Gedung BPM Handelszaken. Serangan ini

dibantu oleh Kapten Makmun Murod, Letnan Satu Asnawi Mangkualam dan

Kapten Riyacudu. Dalam pertempuran tersebut, seorang prajurit yang diketahui

pemuda keturunan Tionghoa, Sing, tertembak dan gugur.

Belanda dengan menggunakan kendaraan berlapis baja dan persenjataan

modern berhasil menguasai Kantor Pos, Kantor Telegraf, Kantor Residen, Kantor

Walikota dan disekitar Jalan Guru-guru di 19 Ilir. Secara keseluruhan,

pertempuran pada hari pertama tersebut, inisiatif sepenuhnya berada di tangan

Pasukan TRI dan pejuang. Belanda dengan segala kemampuannya berusaha

mempertahankan pos-pos pertahanan dan kedudukannya sambil terus

melancarkan tembakan-tembakan ke arah pasukan yang menyerang. Pasukan

Belanda boleh dikatakan tidak berani keluar dari kubu pertahanannya, terutama

yang berkedudukan di Seberang Ilir, karena gencarnya serangan Pasukan TRI dan

Lasykar. Pasukan Belanda hanya membalas tembakan dari tempat perlindungan,

dengan memuntahkan peluru mortir dan dengan tembakan howitzer untuk sasaran

jarak jauh. Belanda menerapkan sistem pertahanan saling dukung antar pos-pos

mereka. Jika satu tempat pertahanan terkepung oleh Pasukan TRI, maka dalam

waktu singkat akan mendapat bantuan dari kubu pertahanan Belanda lainnya.

Bantuan sering berupa tembakan, mortir atau howitzer atau dukungan tembakan

dari kapal perang De Ruiter. Kapal Belanda memang hilir mudik di sungai Musi,

17

Page 18: Makalah sejarah daerah sumsel

khususnya jenis korvet. Pada pertempuran hari kedua, Belanda menembakkan

mortirnya dengan membabibuta ke arah Sekanak sampai ke Tangga Buntung.

Tujuan utama adalah menembaki markas batalyon dan pos-pos pertahanan TRI

dan rakyat yang terdapat antara Sekanak sampai Tangga Buntung. Tidak dapat

dihindari lagi peluru tersebut telah mengenai daerah pemukiman penduduk.

Gencarnya tembakan yang dilakukan Belanda dari benteng pertahanan dan yang

dilakukan Belanda dari benteng pertahanan dan pesawat udara pada 2 Januari

1947 menyebabkan staf Komando Batalyon 32/ XV oleh Mayor Zurbi Bustan

bersama Kapten Makmun Murod dipindahkan ke Talang. Daerah Suro dan Talang

Kerangga pada saat itu tidak luput dari sasaran musuh.

Dengan dorongan semangat dan do’a, Pasukan TRI tetap berusaha untuk

mempertahankan diri. Penambahan pasukan terjadi melalui bantuan Batalyon

Ismail Husin dari Lampung yang berhasil menyeberang melalui Tangga Buntung.

Rakyat atau penduduk sipil pun ikut serta memberi bantuan tenaga.keterbatasan

senjata tidak membuat pasukan kita menyerah. “Molotov” adalah bensin yang

dimasukkan yang dimasukkan ke dalam botol dicampur dengan karet untuk

kemudian diberi sumbu menjadi alat yang sangat efisien. Kapten Alamsjah

memerintahkan Sersan Mayor M. Amin Suhud untuk mencuri persediaan bensin

Belanda yang akan digunakan untuk membuat bom molotov. Sersan Mayor M.

Amin Suhud berhasil mendapatkan bensin d markas Kesulitan bahan makanan

dialami oleh Front Seberang Ilir Barat karena blokade yang dilakukan oleh

Belanda. Dalam kondisi demikian, bantuan bahan makanan dari dapur umum di

garis belakang yang dikirimkan oleh ibu-ibu dan remaja puteri sangat berarti.

Begitu pula peran anggota Palang Merah Indonesia (PMI) dan PPI (Pemuda Putri

Indonesia) yang mengurus korban pertempuran dan mengurus bahan makanan.

Pada hari ketiga, pertempuran tiga matra yang dilakukan oleh Belanda

semakin aktif, setelah dikeluarkan perintah oleh Kolonel Mollinger untuk

menghancurkan garis pertahanan RI di Emma Laan (Jalan Kartini) dan Sekolah

MULO Talang Semut. Pasukan TRI dibawah pimpinan Letda Ali Usman berhasil

menghancurkan sekitar 3 regu Pasukan Belanda yaitu Pasukan Gajah Merah

18

Page 19: Makalah sejarah daerah sumsel

(Perwiranegara, 1987 : 75). Belanda tidak tinggal diam, segera membalas

serangan di Emma Laan. Sehingga pada pertempuran hari keempat, Satbtu tanggal

4 Januari 1947, Pasukan TRI/ Lasykar terdesak sehingga mundur ke arah Kebo

Gede, Talang dan Tangga Buntung.

Sebagai resiko perjuangan dari bangsa yang baru merdeka, maka setiap

gerakan pasukan musuh berakibat pada pemindahan dislokasi pasukan. Walaupun

situasi pertempuran selalu dilaporkan kepada komando pertempuran. Namun

laporan tersebut mengalami keterlambatan akibat sulitnya hubungan komunikasi.

Pada hari kelima pertempuran di Front Seberang Ilir Barat terus berlangsung,

walaupun Pasukan TRI/ Lasykar dan rakyat mulai menampakkan keletihan dan

pengiriman makanan dari dapur umum mulai tidak teratur lagi akibat blokade

Belanda. Sebenarnya blokade ini juga berdampak pada pihak Belanda juga karena

bahan makanan dari luar kota sulit masuk ke Kota Palembang.

2.5.3. Front Seberang Ulu

Front Seberang Ulu meliputi kawasan mulai dari 1 Ulu Kertapati sampai

Bagus Kuning, selanjutnya meliputi kawasan Plaju – Simpang Kayu Agung –

Sungai Gerong. Untuk tanggung jawab pertahanan dan keamanan di daerah

Palembang Ulu dibebankan kepada Batalyon 34 Resimen XV dengan Komandan

Batalyon Kapten Raden Mas yang bermarkas di sekolah Cina 7 Ulu (sekarang

SHD), yang melakukan perlawanan di Kertapati sampai Plaju. Pada awal

pertempuran taanggal 1 Januari 1947, tembakan mortir dari pasukan Belanda yang

berada di Bagus Kuning, Plaju dan Sungai Gerong terus ditujukan ke markas

batalyon yang dipimpin Kapten Raden Mas. Namun demikian, kapal perang

Belanda yang berada di Boom Plaju atau Sungai Gerong belum dapat bergerak

leluasa, karena dihambat oleh pasukan ALRI di Boom Baru. Lokasi di perairan

Sungai Musi sebelum pertempuran merupakan salah satu tempat berlangsungnya

aktivitas perekonomian. Namun ini berbeda pada hari pertama pertempuran.

Motorboat milik Belanda melaju dari arah Plaju menuju Boom Yetty yang diduga

membawa bahan persenjataan pasukan Belanda, Pasukan TRI berusaha

19

Page 20: Makalah sejarah daerah sumsel

menyerang namun tidak berhasil. Kompi I yang berkedudukan di Jalan Bakaran

Plaju, dipimpin Lettu Abdullah di Jalan kayu Agung dan Sungai Bakung diberi

tugas untuk menghadapi Belanda. Begitu juga Kompi II yang dipimpin Letda.

Sumaji bertugas menghadapi Belanda di Bagus Kuning dan Sriguna sedangkan

Kompi II dibawah pimpinan Letda Z. Anwar Lizano bertugas menghadapi

Belanda di pinggir Sungai Musi yang letaknya sejajar dengan Boom Yetty sampai

Pasar 16 Ilir. Pertempuran yang telah terjadi menimbulkan semangat patriotisme

di kalangan Pasukan TRI. Bantuan pasukan segera menuju Palembang. Letkol

Harun Sohar telah melepaskan pemberangkatan pasukannya menuju Kertapati dan

Lahat dengan menggunakan kereta api.

Kelelahan pasukan Belanda dimanfaatkan oleh Letnan Dua S. Sumaji yang

merencanakan serbuan dini hari, pada tanggal 2 Januari 1947. Pasukannya dibantu

dari Lasykar Pesindo, Napindo dan Hizbullah. Penyerbuan tersebut membuahkan

hasil. Pasukan TRI/ Lasykar dapat menguasai gudang-gudang persenjataan

musuh. Dalam pendudukan tersebut, TRI berhasil merampas persenjataan musuh

sedangkan pasukan Belanda mengundurkan diri ke kapal-kapal perang mereka.

Bendera Belanda si tiga warna yang terpancang di depan asrama telah diturunkan,

kemudian dirobek warna birunya dan dinaikkan kembali dalam keadaan si

Dwiwarna, Sang Saka Merah Putih. Namun kemenangan ini tidak berlangsung

lama pasukan Belanda kemudian melepaskan tembakan-tembakan mortir ke arah

kedudukan Pasukan TRI/ Lasykar. Setelah Komandan Mollinger mengeluarkan

perintah kepada seluruh unsur kekuatan darat, laut dan udara. Belanda untuk

meningkatkan gempuran dan berusaha menerobos setiap garis pertahanan TRI dan

badan-badan perjuangan rakyat. Pesawat-pesawat terbang dan kapal-kapal perang

Belanda semakin menggiatkan aksinya, terutama di daerah-daerah yang menjadi

tempat bertahan pasukan-Pasukan TRI yang berada di Seberang Ulu dan Ilir.

Kapal perang jenis korvet menembakkan mesin ke sepanjang Sungai Musi

terutama di pos-pos pertahanan RI, terutama yang berlokasi di sekitar 7 Ulu.

20

Page 21: Makalah sejarah daerah sumsel

Akibatnya Pasukan TRI dan Lasykar terpaksa membalas dengan

menggunakan senjata bekas persenjataan Jepang, yaitu meriam pantai milik

Kompi III Batalyon 34 di 7 Ulu di tepi Sungai Musi. Dengan menggunakan

senjata seperti itu, pasukan Hisbullah dibawah pimpinan Letkol (Lasykar) M. Ali

Thoyib berhasil menembak sebuah motorboat Belanda yang sedang mengangkat

amunisi milik Belanda dari Plaju menuju ke Benteng. Serangan terhadap

motorboat Belanda mengakibatkan kemarahan pasukan Belanda. Mereka

membalas dengan mengirim pesawat Mustang dan secara terus-menerus

menghujani basis pasukan di 7 Ulu dengan tembakan bertubi-tubi selama dua jam.

Hal ini menimbulkan korban yang besar di kalangan Pasukan TRI/ Lasykar dan

rakyat. Bantuan terhadap pasukan di Front Seberang Ulu datang dari Lahat dan

Baturaja dikirim ke Bagus Kuning.

Pada tanggal 4 Januari 1947 di Front Seberang Ulu pasukan Belanda

semakin memperhebat tekanannya terhadap pasukan RI sehingga pasukan TRI

yang berada di Bagus Kuning mengundurkan diri ke 16 Ulu. Kapal-kapal perang

Belanda melakukan patroli mulai dari perairan Sungai Gerong di bagian Hilir

sampai ke perairan Kertapati Keramasan di bagian Hulu. Pada hari kelima,

tanggal 5 Januari 1947, pasukan kita dalam keadaan lelah, sekalipun hal itu tidak

mengendorkan semangat perjuangan

2.6.Upaya Perundingan dan Pengakhiran Pertempuran

Sejak tanggal 4 Januari 1947 di Kota Palembang telah menerima

kedatangan Kapten A.M. Thalib, utusan Panglima Divisi II Bambang Utoyo, yang

mengabarkan tentang keinginan Mollinger untuk berunding. Ternyata Gubernur

Muda telah menerima berita dari Jakarta lewat telegram yang diterima oleh

pemancar darurat dibawah pimpinan Herry Salim, bahwa akan datang ke

Palembang secepatnya Dokter Adnan Kapau Gani sebagai utusan pemerintah

pusat untuk melakukan perundingan gencatan senjata dengan pihak Belanda.

21

Page 22: Makalah sejarah daerah sumsel

Perundingan yang dilakukan oleh pihak RI dikarenakan ada kepentingan

strategis dengan alasan, pertama, mencegah korban lebih banyak; kedua, kita

perlu mengadakan konsolidasi kekuatan kembali; ketiga, dari segi politis akan

membelikan gambaran kepada dunia internasional bahwa RI cinta perdamaian,

sekaligus menegaskan bahwa pemerintah pusatnya dipatuhi oleh daerah-daerah.

Perhitungan yang melandasi untuk berunding dari pihak RI adalah berdasarkan :

Pertama, perjuangan kemerdekaan akan memakan waktu cukup lama, mungkin

bertahun-tahun.

Kedua, hampir 60% pasukan RI di Sumatera Selatan berada di Kota Palembang,

bila sampai bertempur habis-habisan akan memperlemah kekuatan pada masa

selanjutnya.

Setelah itu, ditetapkan tiga orang delegasi yang akan melakukan penjajakan

perundingan. Mereka adalah dr. M. Isa, Gubernur Muda Sumatera Selatan yang

mewakili Pemerintahan Sipil; Mayor M. Rasyad Nawawi, Kepala Staf Divisi

Garuda II yang mewakili pasukan-pasukan dari Komando Pertempuran dan

Komisaris Besar Polisi Mursoda, yang mewakili Kepolisian (Parikesit, 1995 : 69).

Perundingan antara RI – Belanda dilaksanakan pada tanggal 5 Januari

1947 di Rumah Sakit Charitas. Formasi delegasi pun ditambah dengan Kolonel

Bambang Utoyo, Komandan Divisi Garuda II, yang ditunjuk sebagai Ketua dan

Mayor Laut A.R. Saroingsong. Pertemuan dengan pihak Belanda sebenarnya telah

mereka nanti-nantikan, sebab posisi Belanda benar-benar terjepit dan belum bisa

mengadakan link up. Mereka masih terkurung dalam kubu per kubu yang terpisah

satu sama lainnya.

Dalam perundingan tersebut pihak Belanda menuntut Kota palembang

dikosongkan dari seluruh Pasukan TRI. Namun hal itu ditolak oleh delegasi RI.

Pihak RI bersedia menarik TRI dan Lasykar dari kota, tapi ALRI, Kepolisian dan

Pemerintahan Sipil tetap berada di dalam kota. Dengan alasan bahwa ALRI tidak

mempunyai hubungan dengan Angkatan Darat. Adapun maksud tersembunyi

adalah pasukan ALRI yang tinggal di kota Palembang akan menjadi penghubung

22

Page 23: Makalah sejarah daerah sumsel

dan mata-mata, disamping polisi dan Pemerintahan Sipil, guna mengawasi

kegiatan Belanda. Akhirnya pertempuran Lima Hari Lima Malam diakhiri dengan

gencatan senjata (cease fire) antara kedua belah pihak, dimana TRI/ lasykar harus

keluar dari Kota Palembang sejauh 20 Kilometer kecuali Pemerintahan Sipil RI

dan ALRI masih tetap berada di dalam kota. Sedangkan pos-pos Belanda hanya

boleh sejauh 14 km dari pusat kota. Jalan raya di dalam kota dijaga pasukan

Belanda dengan rentang wilayah 3 km ke kiri dan kanan jalan. Hasil perundingan

ini selanjutnya segera disampaikan ke markas besar TRI di Yogyakarta.

23

Page 24: Makalah sejarah daerah sumsel

BAB III

PENUTUP

3.1.Kesimpulan

Setelah Proklamsi Kemerdekaan tahun 1945. Rakyat Palembang dan

sekitarnya menyambut Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dengan mengibarkan

bendera merah putih pada empat tiang di atas gedung Menara Air,yang sekarang

di kenal sebagai kantor Walikota Palembang. Upacara pengibaran bendera itu

diawali oleh para pemuda dan rakyat Palembang Konferensi TKR di Bukit Tinggi

pada tanggal 17 Mei 1946 memutuskan bahwa kekuatan militer di Sumatera

Selatan ( Sumsel ) adalah satu sub komandemen, yaitu Sub Komandemen

Sumatera Selatan ( Subkoss ) yang membawahkan 2 divisi. Kemudian Belanda

datang kembali untuk melakukan Agresi Militer Belanda I. Untuk melawan

Belanda Rakyat Palembang melakukan perlawanan dengan melakukan

Pertenpuran Lima Hari Lima Malam.

Pertempuran Lima Hari Lima Malam merupakan upaya yang dilakukan

oleh Pasukan TRI, lasykar dan rakyat untuk mempertahankan kemerdekaan di

Kota Palembang. Dalam pertempuran itu, pihak lawan menguasai udara dan

perairan (air and sea superioritary). Karena superioritas itulah mereka dapat

bertahan dan disinilah pula terletak kelemahan kita serta tidak mempunyai

perhubungan yang modern. Pertempuran Lima Hari Lima Malam di Palembang

merupakan pertempuran tiga matra dan perang terbesar dan terlengkap yang

pertama kali kita alami. Namun pihak kita hingga akhir pertempuran masih dapat

bertahan berkat semangat pengorbanan jiwa, jihad dan patriotisme yang besar dari

para pejuang dan rakyat.

24

Page 25: Makalah sejarah daerah sumsel

DAFTAR PUSTAKA

Hanafiah, Djohan,dkk. 2001.Sejarah Perjuangan Kemerdekaan di Kota

Palembang. Palembang

Team VII dan Cabang Angkatan di Kota Madya Palembang. 1982. Peristiwa

Pengibaran tanggal 6 September 1945 di Gedung Menara Air Palembang.

Palembang

Yusuf, Syafruddin,M.Pd. dkk. 2003.Sejarah dan Peranan SUBKOSS Dalam

Perjuangan Rakyat SUBAGSEL (1945 – 1950). Palembang : CV. Komring Jaya

Putra

2013.http://forum.detik.com/sejarah-beberapa-sudut-palembang-saat-perang-5-

hari-5-malam-t72949.html, di akses tanggal 27 Mei 2013 (Sumber dari Internet)

2013.http://www.geocities.ws/Pentagon/7226/ididko23.htm, di akses tanggal 27

Mei 2013 (Sumber dari Internet)

25