Makalah Sejarah
-
Upload
bidadari-tak-bersayap -
Category
Documents
-
view
314 -
download
7
Transcript of Makalah Sejarah
SITI FATHURROHMAH (X3-29)
UTAMI APRILIANTIKA (X3-30)
SEJARAH PENDIDIKAN INDONESIA
PADA ZAMAN KOLONIAL BELANDA
Pengesahan
DISAHKAN
Siti Fathurrohmah Bu Wind
Utami Apriliantika
HALAMAN ABSTRAK
KATA PENGANTAR
Pertama dan yang pertama puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan
Yang Maha Esa, karena tanpa pertolongan-Nya, makalah yang berjudul ’Sistem
Pendidikan Sekolah Belanda pada Zaman Kolonial Belanda’ ini tidak dapat kami
selesaikan dengan tepat pada waktunya.
Tak lupa pula ucapan terimakasih yang tulus juga kami haturkan kepada
orang tua kami, karena mereka sangat berperan dalam pembuatan makalah ini,
yaitu sebagai fasilitator kami. Tanpa mereka mungkin pembuatan makalah ini
akan mendapatkan banyak sekali hambatan terutama dalam hal ketepatan waktu
dalam mengumpulkan makalah ini.
Kami juga sangat berterimakasih kepada guru pembimbing kami yang
senantiasa memberikan kami masukan, nasehat, dan saran-saran yang sangat
kami butuhkan dalam pembuatan karya ini. Tanpa masukan dan saran-saran
dari guru pembimbing kami, mungkin kami akan mendapatkan sedikit kendala
dalam proses pembuatan.
Tak ketinggalah ucapan terimakasih kami, kami persembahkan untuk
sahabat-sahabat kami atas dukungan yang telah mereka berikan, juga untuk
seluruh pihak yang telah membantu proses pembuatan makalah ini yang tidak
bisa kami sebutkan satu per satu.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan adalah merupakan hal yang vital bagi setiap negara di
dunia, termasuk Indonesia. Lebih dari 3 abad bangsa Indonesia di jajah
oleh bangsa kolonial Belanda. Penjajahan tersebut tentu memberikan
pengaruh yang besar bagi kehidupan bangsa Indonesia baik di bidang
politik, ekonomi, sosial, budaya, dan pendidikan tentunya. Seperti yang
sudah dikatakan sebelumnya bahwa pendidikan merupakan hal yang vital
bagi setiap negara. Karena pendidikan merupakan modal utama bagi
suatu negara untuk meninggalkan statusnya sebagai negara terbelakang
menjadi negara berkembang, dan negara berkembang menjadi negara
adidaya layaknya Amerika dan Rusia. Oleh karena itu, kami memilih tema
tentang pendidikan dalam makalah ini.
Kita sebagai bangsa Indonesia hendaknya mengetahui tentang
sejarah pendidikan yang ada di Indonesia. Sangat mengherankan jika kita
pemilik bangsa Indonesia tetapi tidak mengetahui sejarah-sejarah yang
ada di Indonesia, termasuk sejarah pendidikan di Indonesia. Karena
sejarah merupakan salah satu kekayaan yang dimiliki oleh suatu negara,
dan setiap kisah-kisah sejarah tentunya memiliki daya tarik tersendiri yang
tidak dimiliki oleh kisah-kisah lain.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana keadaan bangsa Indonesia ketika didirikannya sekolah-
sekolah Belanda di Tanah Air?
2. Apa saja sekolah yang didirikan oleh Belanda?
3. Mengapa Belanda mendirikan sekolah di Indonesia?
C. TUJUAN DAN MANFAAT
Penulisan karya ilmiah ini dilakukan untuk memenuhi tujuan-tujuan
yang diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah wawasan dan
pengetahuan mengenai Sejarah Pendidikan Indonesia pada Zaman
Kolonial Belanda.
Tujuan dari penulisan karya tulis ilmiah ini ialah:
1. Mengetahui sejarah pendidikan Indonesia pada zaman
kolonial belanda
2. Dapat mengambil sisi positif dari kegigihan bangsa
Indonesia untuk mendapatkan pendidikan yang setara
seperti murid-murid Belanda yang ada di Indonesia.
3. Dapat mengetahui pengaruh yang diberikan Belanda
terhadap pendidikan di Indonesia pada zaman sekarang.
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah:
1. Dapat mengetahui bagaimana sistem pendidikan Belanda
yang diterapkan di Indonesia.
2. Mengetahui dampak-dampak yang diberikan oleh
penjajah Belanda terhadap pendidikan sekarang
3. Menambah wawasan mengenai sejarah pendidikan
Indonesia
D. BATASAN MASALAH
Makalah ini mengacu pada pendidikan pada zaman Belanda
dengan menjelaskan lebih lanjut mengenai sekolah yang didirikan pada
zaman kolonial seperti penjelasan tentang kurikulum, peraturan-peraturan,
dan lain sebagainya.
E. HIPOTESIS
Keadaan bangsa Indonesia ketika didirikannya sekolah-sekolah
Belanda cukup memprihatinkan. Karena walaupun sekolah tersebut
didirikan di negara sendiri, tapi murid-murid Belanda lebih memihak dan
akibatnya hanya orang-orang tertentu saja yang boleh sekolah di sekolah
tersebut.
Sekolah yang didirikan Belanda seperti Budi Utomo namun
sistimnya berbeda.
Belanda mendirikan sekolah di Indonesia karena Belanda ingin
bangsa Indonesia mempunyai kemampuan dan keterampilan untuk
membantu bangsa Belanda dalam menggali SDA yang ada di Bumi
Pertiwi.
BAB II
DASAR TEORI
Sejarah: asal-usul, silsilah, kisah, riwayat, peristiwa pada masa
lampau (Kamus Lengkap Bahasa Indonesia)
Pendidikan: usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
(id.wikipedia.org)
Indonesia: nama negara kepulauan di Asia Tenggara yang terletak
antara Benua Asia dan Benua Australia; bangsa; budaya; bahasa yang
ada di negara Indonesia. (Kamus Lengkap Bahasa Indonesia)
Zaman: masa (Kamus Lengkap Bahasa Indonesia)
Penjajahan: bentuk paham yg ingin menguasai atau menjajah sesuatu
objek untuk tujuan tertentu.misalnya tujuan ekonomi,politik,menguasai
daerah tertentu. (id.wikipedia.org)
Kolonial: pengembangan kekuasaan sebuah negara atas wilayah dan
manusia di luar batas negaranya, seringkali untuk mencari dominasi
ekonomi dari sumber daya, tenaga kerja, dan pasar wilayah tersebut.
(id.wikipedia.org)
Belanda: negara kerajaan di Eropa Barat yang berbatasan dengan
Belgia dan Jerman Barat. (Kamus Lengkap Bahasa Indonesia)
BAB III
METHODOLOGI PENELITIAN
BAB IV
PEMBAHASAN DAN ANALISIS
A. PENDIDIKAN DI INDONESIA PADA ZAMAN VOC
Kegiatan pendidikan yang dibuat olah VOC dipusatkan di bagian
Indonesia Timur dimana agama Katolik telah berakar di Batavia yang
merupakan pusat administrasi kolonial.
Tahun 1607 didirikan sekolah pertama di Ambon bagi anak-anak
Indonesia. Tujuan VOC mendirikan sekolah tersebut adalah untuk
menghancurkan agama Katolik yang dibawa oleh Portugis di Ambon dengan
menyebarkan agama Protestan, Calvinisme. Pada tahun 1632 jumlah
sekolah di Ambon ada 16 sekolah. Lalu pada tahun 1645 jumlah sekolah
tersebut bertambah menjadi 33 sekolah. Namun pada abad 18
perkembangan pendidikan menurun.
Sekolah pertama di Jakarta yang didirikan oleh VOC pada tahun 1630.
Tujuan dari pendirian sekolah tersebut adalah untuk mendidik anak Jawa
supaya menjadi pekerja yang kompeten di VOC. Sekolah tersebut dibuka
untuk umum tanpa membeda-bedakan bangsa.
Menurut peraturan sekolah pada zaman VOC, tugas dari seorang guru
pada masa itu adalah memupuk rasa takut terhadap Tuhan, mengajarkan
dasar agama Kristen, mengajar anak berdoa, bernyanyi, pergi ke gereja,
mematuhi penguasa, orang tua, dan guru. Dengan kata lain, VOC mendirikan
sekolah untuk menyebarkan agama Kristen di tanah Bumiputra (sebutan
bangsa Belanda untuk Indonesia)
Sekolah pada zaman VOC tidak mempunyai kurikulum. Namun sekolah
VOC biasanya mengajarkan tentang katekismus, agama, membaca,
menulis, dan bernyanyi. Pembagian tingkatan kelas dilakukan pertama kali
pada tahun 1778. Ada 3 tingkat kelas. Kelas paling rendah adalah kelas 3
danpaling tinggi kelas 1. Pada kelas 3 mereka belajar abjad, di kelas 2
mereka di ajarkan menulis, menulis, dan bernyanyi. Sementara itu di kelas
tertinggi yaitu kelas 1, mereka belajar menulis, membaca, bernyanyi,
katekismus, dan berhitung.
Cara mengajar dengan sistem pengajaran individual. Jadi, setiap satu per
satu siswa datang sendiri ke meja guru dan menerima pengajaran. Pada saat
itu belum ada sistem kenaikan kelas yang biasanya ada setiap tahunnya.
Masalah yang rumit dalam pengajaran pada saat itu adalah soal bahasa
pengantar. Guru pertama di Ambon mengajarkan siswa-siswi dengan
menggunakan bahasa pengantar berupa Bahasa Belanda. Tujuannya adalah
untuk mempopulerkan Bahasa Belanda di Indonesia. Namun hal tersebut
gagal. Mereka lebih familier dengan Bahasa Melayu dan Bahasa Portugis.
Akhirnya guru kedua yang mengajar di Ambon menggunakan bahasa Melayu
dan Portugis sebagai bahasa pengantar. Akhirnya sejak saat itu khotbah-
khotbah yang ada di gereja selalu menggunakan Bahasa Melayu. Itu
merupakan hal yang langka seorang guru dari Belanda bisa berbahasa
Portugis dan Melayu. Akhirnya Belanda memutuskan untuk tidak lagi
mengirimkan guru dari Belanda.
A. CIRI-CIRI UMUM PENDIDIKAN DI INDONESIA PADA MASA BELANDA
Gradualisme. Sistem gradualisme menjamin kedudukan bagi orang
Belanda. Membatasi kesempatan belajar untuk orang Indonesia.
Tujuannya adalah untuk membuat anak-anak Belanda bisa lebih
maju. Pendidikan Belanda, khususnya pendidikan menengah bagi
bangsa Indonesia harus dikurangi. Bangsa Belanda khawatir jika
orang Indonesia menguasai Bahasa Belanda akan merasa dirinya
sama dengan Bangsa Belanda dan menentang superioritas bangsa
kulit putih.
Dualisme. Secara harfiah dualisme adalah suatu ajaran bahwa
dua sifat yang berlainan dapat berjalan bersama-sama dan sejalan.
Namun dalam sistem pendidikan pada zaman Belanda,maksud dari
dualisme tersebut adalah perbedaan perlakuan antara murid
Indonesia dengan murid Belanda, atau bisa dikatakan dengan
itsilah ’pilih kasih’. Walaupun sekolah-sekolah tersebut didirikan di
tanah Bumiputra, tapi siswa dengan kewarganegaraan Belanda
juga diizinkan sekolah di sekolahan tersebut. Anak Belanda yang
berasal dari golongan sosial tinggi dapat memasuki sekolah
Belanda kelas satu, sedangkan bagi anak Indonesia hanya boleh
memasuki sekolah kelas 2 atau Sekolahan Desa.
Kontrol Sentral yang kuat. Maksudnya adalah pemerintah Hindia
Belanda berada dibawah kontrol Gubernur Jendral yang
menjalankan pemerintahannya atas nama Raja Belanda.
B. SEKOLAH-SEKOLAH YANG DIDIRIKAN OLEH BELANDA
Berikut akan kami berikan beberapa contoh sekolah yang didirikan pada
zaman Belanda:
EUROPESE LAGERE SCHOOL (ELS)
Kurikulum ELS sebagian besar ditetapkan di Nederland tidak akan
mungkin relevan dengan kebutuhan anak Indonesia. Di ELS, murid-murid
Indonesia maupun Belanda sudah tidak lagi diajarkan bagaimana memupuk
rasa takut terhadap Tuhan, dasar agama Kristen, berdoa, bernyanyi, pergi ke
gereja, mematuhi penguasa, orang tua, dan guru namun tujuan dari ELS
sendiri adalah mendidik siswa-siswa untuk menjadi warga negara yang baik.
Kurikulumnya terdiri dari mata pelajaran membaca, menulis, berhitung,
bahasa Belanda, sejarah, ilmu bumi, bahasa Perancis, bahasa Inggris,
bahasa Jerman, pertanian, menjahit bagi siswa perempuan, dan lain-lain.
Dulu pelajaran agama merupakan alasan utama pendirian sekolah kini sudah
ditiadakan.
Apakah syarat yang harus dipenuhi siswa-siswa agar lulus dari ELS dan
meneruskan ke jenjang selanjutnya? Syarat agar mereka dapat lulus ada 2
macam ujian yang harus mereka tempuh, yakni Ujian Pegawai Rendah (Klein
Ambtenaars Examen) setelah kelas 6 dan ujian yang ke –dua adalah ujian
masuk HBS (Hogere Burgerschool). HBS setara dengan SMP atau SMA di
zaman sekarang. Karena dengan mempunyai ijazah Klein Ambtenaar
(pegawai rendah) belum bisa menjamin mendapat pekerjaan, maka ujian
Pegawai Rendah dihapuskan setelah didirikannya HCS (Hollands Chinese
School) dan HIS (Hollands Inlandse School).
Bagi anak Indonesia sekolah yang bercorak Barat tak mungkin menjadi
sekolah umum bagi seluruh rakyat karena hal tersebut akan menjauhkan
anak Indonesia dari kebudayaannya. Lagi pula mempelajari Bahasa Belanda
sangat sulit dan meguras banyak waktu. Kesadaran akan tidak menguasai
bahasa Belanda sangat mencekam orang Indonesia dengan rasa inferioritas
dalam menghadapi orang Belanda yang pada umumnya menuntut bahasa
Belanda yang murni.
Dalam hal penerimaan murid semua anak orang Eropa dan mereka yang
secara legal dipersamakan dengan orang Eropa berhak untuk memasuki
sekolah ini asal salah satu dari orang tuanya adalah orang Eropa. Walaupun
anak tersebut keturunan Afrika,namun tetap diizinkan memasuki sekolah ini
asalkan dia beragama Kristen. Kelompok lain yang mudah untuk masuk ke
sekolah iniadalah anak-anak serdadu dari Manado, Ambon, Ternate, dan
Tidore asal mereka beragama Kristen dan berada di luar daerahnya. Bahkan
anak serdadu dari golongan rendah dibebaskan dari uang sekolah. Europese
Lagere School (ELS) sedianya diperuntukan bagi orang Eropa dan mereka
yang disamakan statusnya sebagai orang Eropa juga membuka peluang bagi
anak-anak Indonesia untuk memasukinya. Anak-anak bukan Eropa tidak
ditolak. Selama jumlah anak bukan Belanda kecil, jadi tidak ada keberatan
menerima anak Indonesia. Akan tetapi penambahan anak Indonesia diluar
batas dirasakan sebagai ancaman dan ada banyak alasan yang dikemukakan
untuk membatasi penambahan selanjutnya.
Pada tahun 1894 Belanda menentukan peraturan bahwa:
1. batas usia bagi anak Indonesia agar diterima di ELS adalah maksimal
7 tahun (ini tidak berlaku bagi anak Belanda)
2. Anak Belanda harus lebih diutamakan dari pada anak bukan Belanda.
Penerimaan anak bukan Belanda jangan menjadi penyebab ditolaknya
anak Belanda karena kekurangan tempat.
3. Untuk anak Indonesia dikenai uang sekolah yang lebih mahal
4. Anak Indonesia tidak boleh tinggal di kelas yang sama lebih dari dua
tahun (tidak berlaku bagi anak Belanda)
Dari peraturan yang dibuat oleh pemerintah Belanda kita dapat berfikir
bahwa mana mungkin anak usia dibawah 7 tahun sudah bisa menguasai bahasa
Belanda, kecuali jika memang anak tersebut sejak usia dini sudah tinggal
bersama orang Belanda. Peraturan tersebut dibuat memang untuk mempersulit
bangsa Indonesia. Agar penambahan anak-anak Indonesia yang masuk di ELS
dapat ditekan.
HOLLANDS CHINESE SCHOOL (HCS)
HCS mempunyai dasar yang sama seperti ELS Bahsa Perancis yang
biasanya diajarkan pada sore hari seperti halnya bahasa Inggris, yang
sebenarnya tidak diberikan di ELS, namun diajarkan berhubung dengn
kepentingan bagi perdagangan. Kebanyakan HSC mempunyai kelas persiapan
untuk anak-anak berusia 5 tahun agar lebih mudah mengikuti pelajaran di kelas
satu. Fasilitas tersebut tidakpernah ada bagi anak-anak Indonesia.
Usaha untuk mengajarkan bahasa Melayu tidak berhasil karena bahasa
Melayu dianggap bahasa pasar dan digunakan terhadap pembantu. Lagi pula
orang Cina menginginkan kebudayaan Barat dan banyak diantara mereka yang
menggunakan bahasa Belanda dalam rumah tangga dan pergaulan sehari-hari
HCS dibuka ubtuk mereka yang menginginkan pendidikan Barat yang
kebanyakan dikunjungi oleh Cina-Indo yang lahir di Indonesia.
Syarat masuk bagi anak Cina lebih mudah dari pada untuk anak
Indonesia. Syarat usia maksimum (7 tahun) dan penguasaan bahasa Belanda
tidak diberlakukan dengan ketat. Kesempatan belajar bagi anak Cina lebih baik
dari pada untuk anak Indonesia. Kesempatan yang lebih baik ini memberikan
kemungkinan dominasi Cina. Dengan kata lain mereka lebih banyak memasuki
universitas dari pada orang Indonesia.
Pendirian HCS menunjukkan dengan jelas bagaimana sekolah digunakan
sebagai alat politik untuk mencegah orang Cina menjadi tak loyal terhadap
pemerintahan Belanda. Rasa takut akan kehilangan loyalitas Cina mendorong
Belanda untuk menawarkan kesempatan belajar yang paling baik yang ada.
Didirikannya HCS menimbilkan rasa tak puas di kalangna Indonesia yang
menuntuk sekolah yang sama derajatnya. Didirikannya HCS merupakan faktor
penting untuk mempercepat pembukaan HIS yang membuka jalan kepada anak
Indonesia ntuk melanjutkan ke perguruan tinggi.
HOLLANDS INLANDSE SCHOOL (HIS)
Alasan didirikannya HIS adalah keinginan yang sangat kuat dari kalangan
orang Indonesia untuk memperoleh pendidikan khususnya pendidikan Barat.
Ternyata dalam pendirian HIS ini ada pihak Belanda yang masih
keberatan. Mereka berfikir bahwa sekolah ini akan menimbulkan problem
pengangguran di kalangan kaum intelektualyang tidak terserap oleh pemerintah
dan perusahaan swasta. Ada juga yang merasa keberatan atas biaya besar yang
diperlukan untuk penyelenggaraan sekolah serupa inisehingga mengurangi biaya
untuk memberantas buta huruf. Ada pula yang berfikir kalau kelompok nasionalis
yang terdidik akan menyamai orang Belanda.
Kurikulum dalam HIS tidak meliputi sejarah, bernyanyi, dan pendidikan
jasmani. Sejarah dianggap sensitif dari segi politik dan untuk pendidikan
bernyanyi dan jasmani belum ada guru yang kompeten.
Membaca di kelas 1 bertujuan untuk menguasai keterampilan membaca.
Ilmu bumi diberikan sejak kelas 3. Pada umumnya diberikan dalam 3 bahasa,
yakni bahasa daerah, Melayu, dan Belanda.
Namun pelajarn terpenting tetaplah bahasa Belanda. Pelajaran ini meliputi
43.9% jdari seluruh mata pelajaran. Selain intu pelajaran lain juga digunakan
untuk menguasai bahasa ini. Jadi waktu seusungguhnya untuk belajar bahasa
Belanda adalah 66.4%.
Lulusan HIS relatif banyak lulus dalam ujian pegawai rendah (Klein
Ambtenaars examen), suatu bukti akan keberhasilan sekolah ini. Selanjutnya
lulusan diterima di STOVIA (School tot Opleiding van Indische Artsen, Sekolah
”Dokter Djawa”). Selain itu mereka dapat memasuki Sekolah Guru, Sekolah
Normal, Sekolah Teknik, Sekolah Tukang, Sekolah Pertanian, Sekolah Menteri
Ukur, dan lain-lain. Diantaranya tanpa ujian masuk.
Kurikulum HIS, seperti halnya ELS tidak banyak mengalami perubahan
selama eksistensinya. Kurikulum itu tidak disesuaikan dengan kebutuhan anak
Indonesia melainkan senantiasa berorientasi pada Nederland. Buku-buku ditulis
oleh pengarang Belanda yang memandang Indonesia dari segi pandangannya
sendiri. Jiwa kebelandaanya meresapi seluruh pendidikan di HIS.
BAB V
PENUTUP
Telah kita tinjau beberapa motif Belanda untuk memberikan pendidikan
bagi Indonesia.
Pada zaman VOC orang Belanda mendirikan sekolah untuk menyebarkan
agama mereka. Akan tetapi kegiatan misi ini hanya terbatas pada daerah-daerah
yang telah menerima agama Katholik atau usaha orang Portugis. Sebaliknya,
mereka enggan menyebarkan agama Kristen di kalangan umat Islam karena
takut kalau-kalau merugikan perdagangannya. Bangsa Belanda ingin
melenyapkan pengaruh-pengaruh Portugis yang telah melekat di tanah
Bumiputera ini. Pertimbangan motif ekonomi dan politik nampaknya lebih penting
dari pada motif penyebaran agama. Semangat menyebarkan agama langsung
padam setelah agama Katholik lenyap dari kepulauan Bumiputera ini dan
pendidikan mengalami kemerosotan total sewaktu VOC dibubarkan pada tahun
1799.
Pendidikan untuk tujuan sekuler baru timbul sekitar pertengahan abad ke-
19 dengan alasan dan tujuan praktis untuk mendukung kepentingan komersial.
Pendidikan yang diberikan oleh Belanda juga mempunyai akibat-akibat
yang tidak dimaksudkan oleh mereka. Pendidikan tidak selalu
menumpukloyalitas terhadap pemerintahan Belanda. Juga penyebar luasan
bahasa Belanda tidak menjamin tumbuhnya ikatan yang erat antara orang
Indonesia dengan dan Belanda. Sebaliknya perlawanan terhadap Belanda, yang
sering berbentuk organisasi Barat, sering dibawah pimpinan orang yang
berpendidikan Barat.
Akibat lain yang tak terduga sebelumnya ialah timbulnya kesadaran
bersekolah di kalangan Bangsa Bumiputera yang menjelma menjadi sekolah
partikelir, sekolah yang dicap oleh belanda sebagai wilde scolen, sekolah liar.
Diantaranya Taman Siswa didasarkan atas prinsip-prinsip nasional dan
Muhammadiyah berdasarkan Islam. Pemerintah Belanda tak berhasil untuk
mencegah pertumbuhan sekolah liar tersebut, yang semakin lama sekolah liar ini
jumlahnya melebihi sekolah pemerintah. Namun dengan tumbuhnya sekolah liar
ini, pemerintah Belanda tidak dapat lagi mengontrol produksi orang
berpendidikan Barat. Pemerintah Belanda bukan hanya satu-satunya badan
yang menentukan tujuan pendidikan.