Makalah Rtm III Fix

25
RANCANGAN TUGAS MAHASISWA III Disusun guna menyelesaikan tugas mata kuliah Keperawatan Transkultural dengan Dosen Pengampu: Ns.Hanny Rasni, M.Kep Oleh : Kelompok 4 Nur Winingsih NIM 132310101020 Aulia Bella Marinda NIM 132310101030 Nuzulul Kholifatul Fitriyah NIM 132310101048 Ratih Dwi Aristyaningtias NIM 132310101052 Bagus Arditya Husada NIM 132310101060

description

Transkultural nursing

Transcript of Makalah Rtm III Fix

RANCANGAN TUGAS MAHASISWA IIIDisusun guna menyelesaikan tugas mata kuliahKeperawatan Transkultural dengan Dosen Pengampu: Ns.Hanny Rasni, M.Kep

Oleh :Kelompok 4Nur WiningsihNIM 132310101020Aulia Bella MarindaNIM 132310101030Nuzulul Kholifatul FitriyahNIM 132310101048Ratih Dwi AristyaningtiasNIM 132310101052Bagus Arditya HusadaNIM 132310101060

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANUNIVERSITAS JEMBER2015BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangSeiring berkembangnya zaman di era globalisasi saat ini, terjadi peningkatan jumlah penduduk baik populasi maupun variasinya. Keadaan ini memungkinkan adanya multicultural atau variasi kultur pada setiap wilayah. Tuntutan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang berkualitas pun semakin tinggi. Hal ini menuntut setiap tenaga kesehatan professional termasuk perawat untuk mengetahui dan bertindak setepat mungkin dengan perspektif global dan medis bagaimana merawat pasien dengan berbagai macam latar belakang kultur atau budaya yang berbeda dari berbagai tempat di dunia dengan tujuan utama yaitu memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas. Penanganan pasien dengan latar belakang budaya disebut dengan Transkultural Nursing.Transkultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada proses belajar dan praktek keperawatan yang berfokus memnadang perbedaan dan kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia (Leininger, 2002). Proses keperawatan transkultural diaplikasikan untuk mengurangi konflik perbedaan budaya atau lintas budaya antara perawat profesional dan pasien. Transkulutural dipengaruhi oleh banyak factor termasuk budaya, status sosial ekonomi, dan factor personal. Bahkan agama lebih dari kebangsaan atau budaya, juga berdampak pilihan makanan.Dalam melaksanakan praktik keperawatan yang bersifat humanis, perawat perlu memahami landasan teori dan prkatik keperawatan yang berdasarka budaya. Budaya yang telah menjadi kebiasaan tersebut diterapkan dalam asuhan keperawatan transkultural, melaluui 3 strategi utama intervensi, yaitu mempertahankan, bernegosiasi dan merestrukis budaya..

1.2 Rumusan Masalah1.2.1 Apa yang dimaksud dengan keperawatan transkultural?1.2.2 Bagaimana bentuk model sun rise yang dibuat oleh Leininger?1.2.3 Apa fungsi perawat dalam keperawatan transkultural?1.2.4 Bagaimana kendala perawat yang dihadapi oleh seorang perawat dalam melaksanakan keperawatan transkultral?

1.3 Tujuan1.3.1 Menjelaskan konsep keperawatan transkultural.1.3.2 Mengetahui model sun rise yang dibuat oleh Leininger dan mengaplikasikannya pada keperawatan.1.3.3 Mengetahui fungsi perawat dalam keperawatan transkultural.1.3.4 Mengaplikasikan konsep keperawatan transkultural di sepanjang kehiduapn manusia.

BAB 2. TINJAUAN TEORI

Keperawatan transkultural merupakan suatu arah utama dalam keperawatan yang berfokus pada study komparatif dan analisis tentang budaya dan sub budaya yang berbeda di dunia yang menghargai perilakucaring,layanan keperawatan, niai-nilai, keyakinan tentang sehat sakit, serta pola-pola tingkah laku yang bertujuan mengembangkanbody of knowladgeyang ilmiah dan humanistik guna memberi tempat praktik keperawatan pada budaya tertentu dan budaya universal (Marriner-Tomey, 1994). Teori keperawatan transkultural ini menekankan pentingnya peran keperawatan dalam memahami budaya klien.Pemahaman yang benar pada diri perawat mengenai budaya klien, baik individu, keluarga, kelompok, maupun masyarakat, dapat mencegah terjadinyaculture shockmaupunculture imposition.Cultural shockterjadi saat pihak luar (perawat) mencoba mempelajari atau beradaptasi secara efektif dengan kelompok budaya tertentu (klien) sedangkanculture impositionadalah kecenderungan tenaga kesehatan (perawat), baik secara diam-diam mauoun terang-terangan memaksakan nilai-nilai budaya, keyakinan, dan kebiasaan/perilaku yang dimilikinya pda individu, keluarga, atau kelompok dari budaya lain karena mereka meyakini bahwa budayanya lebih tinggi dari pada budaya kelompok lain.Teory keperawatan transkultural matahari terbit atau sunrise melambangkan esensi keperawatan dalam transkultural yang menjelaskan bahwa sebelum memberikan asuhan keperawatan kepada klien (individu, keluarga, kelompok, komunitas, lembaga), perawat terlebih dahulu harus mempunyai pengetahuan mengenai pandangan dunia (worldview) tentang dimensi dan budaya serta struktur sosial yang, bersyarat dalam lingkungan yang sempit.Model konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan asuhan keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari terbit (Sunrise Model), antaralain.1. PengkajianPengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada Sunrise Model yaitu 1. Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors)2. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors)3. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)4. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)5. Faktor ekonomi (economical factors)6. Faktor pendidikan (educational factors)7. Faktor tekhnologi2. Diagnosa keperawatanTerdapat tiga diagnose keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan keperawatan transkultural yaitu :a. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kulturb. Gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural danc. Ketidak patuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini.3. Perencanaan keperawatanCultural care preservation/maintenancea. Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat tentangproses melahirkan dan perawatan bayib. Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi dengan klienc. Diskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawatCultural care accomodation/negotiation1. Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien2. Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan3. Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana kesepakatan berdasarkan pengetahuan biomedis, pandangan klien dan standar etik.Cultural care repartening/reconstruction1. Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang diberikan dan melaksanakannya.2. Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya kelompok3. Gunakan pihak ketiga bila perlu.4. Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa kesehatan yang dapat dipahami oleh klien dan keluarga.5. Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatan.

4. EvaluasiEvaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap keberhasilan klien tentang mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan, mengurangi budaya klien yang tidak sesuai dengan kesehatan atau beradaptasi dengan budaya baru yang mungkin sangat bertentangan dengan budaya yang dimiliki klien. Melalui evaluasi dapat diketahui asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya klien.

BAB 3 PEMBAHASAN

3.1 Keperawatan transkulturalTranscultural Nursingadalah suatu area atau wilayah keilmuwan budaya pada proses belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budayakepada manusia (Leininger, 2002).Keperawatan Transkultural merupakan suatu area utama dalam keperawatan yang berfokus pada studi komparatif dan analisis tentang budaya dan sub budaya yang berbeda didunia yang menghargai perilaku caring, layanan keperawatan, nilai-nilai, keyakinan tentang sehat-sakit, serta pola-pola tingkah laku yang bertujuan mengembangkan body of knowledge yang ilmiah dan humanistik guna memberi tempat praktik keperawatan pada budaya tertentu dan budaya universal ( Marriner-Tomey, 1994). Teori keperawatan transkultural ini menekankan pentingnya peran perawat dalam memahami budaya klien.

3.2 Fungsi perawat dalam keperawatan transkulturalPeran perawat pada transcultural nursing theory ini adalah menjembatani antara sistem perawatan yang dilakukan masyarakat awam dengan sistem perawatan profesional melalui asuhan keperawatan. Oleh karena itu perawat harus mampu membuat keputusan dan rencana tindakan keperawatan yang akan diberikan kepada masyarakat. Jika disesuaikan dengan proses keperawatan, hal tersebut merupakan tahap perencanaan tindakan keperawatan.Tindakan keperawatan yang diberikan kepada klien harus tetap memerhatikan tiga prinsip asuhan keperawatan, yaitu : 1) Culture care preservation/maintenanceYaitu prinsip membantu, memfasilitasi, atau memerhatikan fenomena budaya guna membantu individu menentukan tingkat kesehatan dan gaya hidup yang diinginkan.2) Culture care accommodation/negotiationYaitu proses membantu memfasilitasi, atau memperhatikan fenomena budaya ada, yang merefleksikan cara-cara untuk beradaptasi, bernegosiasi, atau mempertimbangkan kondisi kesehatan dan gaya hidup individu atau klien.3) Culture care repatterning/restructuringYaitu prinsip merekonstruksi atau mengubah desain untuk membantu memperbaiki kondisi kesehatan dan pola hidup klien kearah yang lebih baik.Hasil akhir yang diperoleh melalui pendekatan keperawatan transkultural pada asuhan keperawatan adalah tercapainya Cultural congruent nursing care health and well being, yaitu asuhan keperawatan yang kompeten berdasarkan budaya dan pengetahuan kesehatan yang sensitif, kreatif serta cara-cara yang bermakna guna mencapai tingkat kesehatan dan kesejahteraan bagi masyarakat.

3.3 Lima elemen budayaAcuan lima elemen budaya yang perlu diketahui dan mampu diimplemetasikan oleh seorang perawat dalam intervensi keperawatan, yaitu :1. menilai keanekaragaman budaya2. mempunyai kapasitas untuk meng-assessment budaya3. menyadari bahwa budaya bersifat dinamis dan inherent dalam ketika terjadi interaksi budaya4. mempunyai pengetahuan budaya yang sudah dilembagakan5. mempunyai adaptasi yang terus menerus dikembangkan dalam upaya merefleksikan dan memamahami keanekaragaman budaya.Kelima element tersebut hendaknya diwujudkan dalam pelayanan perawat kepada pasien baik di rumah sakit maupun di masyarakat. Dengan kata lain seorang perawat harus mampu mewujudkan peran dan fungsi seorang perawat mulai dari tingkat pelaksana, pengelola, pendidik sampai pada peneliti. Karena setiap perwujudan peran seorang perawat akan selalu berinteraksi dengan manusia pada umumnya dan pasien atau klien pada khususnya.

3.4 Konsep keperawatan yang dikritisi oleh Leininger1. BudayaAdalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari, dan dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan mengambil keputusan.

2. Nilai budayaAdalah keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan atau sesuatu tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan melandasi tindakan dan keputusan.3. Perbedaan budayaDalam asuhan keperawatan merupakan bentuk yang optimal dari pemberian asuhan keperawatan, mengacu pada kemungkinan variasi pendekatan keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhan budaya yang menghargai nilai budaya individu, kepercayaan dan tindakan termasuk kepekaan terhadap lingkungan dari individu yang datang dan individu yang mungkin kembali lagi (Leininger, 1985).4. EtnosentrisDiantara budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain adalah persepsi yang dimiliki oleh individu yang menganggap bahwa budayanya adalah yang terbaik.5. EtnisBerkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya yang digolongkan menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim.6. RasAdalah perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada mendiskreditkan asal muasal manusia.

7. EtnografiAdalah ilmu yang mempelajari budaya. Pendekatan metodologi pada penelitian etnografi memungkinkan perawat untuk mengembangkan kesadaran yang tinggi pada perbedaan budaya setiap individu, menjelaskan dasar observasi untuk mempelajari lingkungan dan orang-orang, dan saling memberikan timbal balik diantara keduanya.8. CareAdalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan perilaku pada individu, keluarga, kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuhi kebutuhan baik actual maupun potensial untuk meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan manusia.9. CaringAdalah tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing, mendukung dan mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada keadaan yang nyata atau antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan manusia.10. Cultural CareBerkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai,kepercayaan dan pola ekspresi yang digunakan untuk mebimbing, mendukung atau memberi kesempatan individu, keluarga atau kelompok untuk mempertahankan kesehatan, sehat, berkembang dan bertahan hidup, hidup dalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai.

11. Cultural impositionBerkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatan untuk memaksakan kepercayaan, praktik dan nilai diatas budaya orang lain karena percaya bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi daripada kelompok lain

3.5 Hambatan yang dialami seorang perawatHambatan yang mungkin dialami oleh seorang perawat adalah1. Hambatan fisikHambatan ini dapat berupa jarak komunkasi yang sering kali mengganggu proses komunkasi ataupun ketidakadaan fasilitas yang mampu meminimalisir hambatan jarak tersebut2. Hambatan sistematikHambatan yang berasal dari pengguna bahasa, karena : Perbedaan bahasa Perbedaan presepsi Penggunaan istilah yang berlebihan Ketidakmampuan memilih kata atau kalimat3. Hambatan psikologisSituasi dan kondisi psikis yang terdapat/dimiliki oleh komunikan dan komunikator. Misalnya cemas, malu, takut, dan sebagainya4. Hambatan statusSituasi dan kondisi psikis antara komunikator dengan khalayak sering kali menjadi hambatan yang dapat mengurangi pencapaian tujuan komunikasi. Misalnya ketika seorang perawat muda harus menyampaikan atau memberikan pendidikan kesehatan kepada warga yang sepuh/tua yang berbeda kepercayaan5. Hambatan budayaPerbedaan budaya (nilai, norma, kebiasaan, adat istiadat) merupakan faktor yang sering membuat tujuan komunikasi terhambat. Karena budaya yang dianut oleh sebuah masyarakat merupakan hasil internalisasi individu terhadap nilai, norma, kebiasaan dan adat dimana ia tinggal selama bertahun-tahun, maka untuk kita bisa melakukan penyuluhan atau merubah kebiasaan warga tersebut membutuhkan pendekatan dengan waktu yang tidak sebentar.6. Hambatan kerangka berfikirAntara orang satu dengan orang lain yang mungkin memiliki perbedaan tingkat pendidikan apalagi beda budaya untuk menyamakan kerangka berfikir antara komunikan dan komunikator terbilang sulit.7. Hambatan kebutuhan dan ketertarikanIni terkait dengan minat dan keinginan dari warga. Misalnya perawat ingin melakukan penyuuhan atau pendidikan tentang nutrisi yang baik pada bayi. Kebanyakan warga tidak tertari karena dia yakin bahwa kalau bayi mereka yang diberi makan pisang akan lebih sehat dan terlihat gemuk. Padahal hal tersebut tidak diperbolehkan untuk usia bayi, karena usus bayi masih belum siap untuk menerima asupan makanan yang kasar.8. Hambatan lingkungan

BAB 4 PENUTUP

4.1 KesimpulanTranskultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada proses belajar dan praktek keperawatan yang berfokus memnadang perbedaan dan kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia. . Transkulutural dipengaruhi oleh banyak factor termasuk budaya, status sosial ekonomi, dan factor personal. Bahkan agama lebih dari kebangsaan atau budaya, juga berdampak pilihan makanan.

4.2 SaranSebagai seorang perawat sebaiknya kita lebih memahami dan mengilhami betapa pentingnya kita untuk mempelajari Transkultural Nursing yang ada di dunia khususnya di Indonesia. Hal ini tidak luput dari seorang perawat dalam menjalankan tugasnya. Karena di indonesia sangat membutuhkan Transkultural Nursing. Inilah pentingnya kita sebagai seorang perawat mempelajari konsep dasar transcultural nursing dan konsep keperawatan transkultural untuk menunjang kita agar bisa menjadi perawat yang prfesional.

DAFTAR PUSTAKAAndrew, M.M. and Boyle, J.S. (1995). Transcultural Concepts in Nursing Care. 2nd Ed. Philadelphia: J.B. Lippincot Company, hal 1-131.St. Louis, MI: Elsevier Mosby. Hal. 118-136. Potter, P. A. & Perry, A. G. (2009).Fundamentals of Nursing. 7 th Ed. (Terj. dr. Adrina Ferderika). Jakarta: Salemba Medika.Pratiwi, Arum. (2011). Buku Ajar Keperawatan Transkultural. Yogyakarta: Penerbit Gosyen Publishing.Potter, P. A. & Perry, A. G. (2005). Fundamentals of Nursing: Concepts, Procces, and Practice. 6 th Ed.Leininger, M.M, and McFarland M.R. 2006.Culture Care Diversity and Universality: a worldwide nursing theory, 2nded, Jones and Bartlett Publishers, Massachusetts

http://pubs.sciepub.com/ajnr/1/1/3/ (diakses pada 28 Maret 2015)Asyarie, M.(2004). Pendidikan multikultural dan konflik bangsa. Diakses pada 28 maret 2015, dari http://www.kompas.co.id.https://www.academia.edu/Download diakses pada tanggal 28 Maret 2015 pukul 14.18 WIBhttp://www.slideshare.net/AdiAdriansyah1/makalah-transkultural-komplitAkhmadi. 2011. "Konsep Keperawatan Transkultural (Madeleine Leininger)". Lecture/Class. Gadjah Mada University. Unpublished.https://www.academia.edu/6206272/RINGKASAN_MATERI_Unit_2_KERAGAMAN_BUDAYA_DAN_PERSPEKTIF_TRANSKULTURAL_DALAM_KEPERAWATAN diakses pada tanggal 28 Maret 2015 pukul 15.51 WIBCultural Diversity in Nursing, (1997), Transcultural Nursing ; Basic Concepts and Case Studies, Ditelusuri tanggal 28Maret 2015 darihttp://www.google.com/rnc.org/transculturalnursing