Makalah Quantum Reading

14
Oleh Susilo Adi Setyawan PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membaca adalah kegiatan atau suatu aktivitas yang rumit atau kompleks, karena bergantung pada keterampilan berbahasa pelajar, dan pada tingkat penalarannya (Sri Utari Subyakto Nababan, 1993: 164). Di sisi lain, Suyatmi berpendapat bahwa membaca merupakan sekedar kegiatan yang menyuarakan lambang-lambang tertulis saja tanpa mempersoalkan apakah kalimat atau kata-kata yang dilisankan itu dipahami atau tidak (2000: 4). Sejalan dengan dua pengertian di atas Yasir Burhan dalam Suyatmi membaca adalah arti sesungguhnya ialah perbuatan yang dilaksanakan berdasarkan kerjasama atas beberapa keterampilan, yaitu mengamati, memahami, dan memikirkan (Suyatmi, 2000: 5). Berpijak dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa membaca merupakan aktivitas untuk memahami ide atau gagasan yang tersurat maupun tersirat di dalam suatu bacaan yang melibatkan kerjasama beberapa komponen keterampilan berbahasa. Membaca cepat adalah keterampilan membaca sekilas dengan mengkondisikan otak bekerja lebih cepat sehingga konsentrasi akan lebih membaik secara otomatis (Hernowo (Ed.), 2003). Dalam hal ini kita dituntut untuk memusatkan konsentrasi kita dalam proses membaca guna mengefisiensikan waktu yang kita miliki dan juga energi yang kita keluarkan juga akan relatif lebih banyak. Sedangkan pernyataan yang kedua menyebutkan bahwa membaca cepat adalah perpaduan kemampuan motorik (gerakan mata) atau kemampuan visual dengan kemampuan kognitif seseorang dalam membaca. Membaca cepat merupakan perpaduan antara kecepatan membaca dengan pemahaman isi bacaan.

description

reading

Transcript of Makalah Quantum Reading

Page 1: Makalah Quantum Reading

Oleh Susilo Adi Setyawan

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Membaca adalah kegiatan atau suatu aktivitas yang rumit atau kompleks, karena bergantung pada keterampilan berbahasa pelajar, dan pada tingkat penalarannya (Sri Utari Subyakto Nababan, 1993: 164).

Di sisi lain, Suyatmi berpendapat bahwa membaca merupakan sekedar kegiatan yang menyuarakan lambang-lambang tertulis saja tanpa mempersoalkan apakah kalimat atau kata-kata yang dilisankan itu dipahami atau tidak (2000: 4).

Sejalan dengan dua pengertian di atas Yasir Burhan dalam Suyatmi membaca adalah arti sesungguhnya ialah perbuatan yang dilaksanakan berdasarkan kerjasama atas beberapa keterampilan, yaitu mengamati, memahami, dan memikirkan (Suyatmi, 2000: 5).

Berpijak dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa membaca merupakan aktivitas untuk memahami ide atau gagasan yang tersurat maupun tersirat di dalam suatu bacaan yang melibatkan kerjasama beberapa komponen keterampilan berbahasa.

Membaca cepat adalah keterampilan membaca sekilas dengan mengkondisikan otak bekerja lebih cepat sehingga konsentrasi akan lebih membaik secara otomatis (Hernowo (Ed.), 2003). Dalam hal ini kita dituntut untuk memusatkan konsentrasi kita dalam proses membaca guna mengefisiensikan waktu yang kita miliki dan juga energi yang kita keluarkan juga akan relatif lebih banyak. Sedangkan pernyataan yang kedua menyebutkan bahwa membaca cepat adalah perpaduan kemampuan motorik (gerakan mata) atau kemampuan visual dengan kemampuan kognitif seseorang dalam membaca. Membaca cepat merupakan perpaduan antara kecepatan membaca dengan pemahaman isi bacaan.

Kecepatan membaca seseorang harus seiring dengan kecepatan memahami bahan bacaan yang telah dibaca (Imron Rosidi, 2007). Dan pernyataan terakhir menyinggung keterampilan membaca cepat yang menyebutkan bahwa kemampuan membaca cepat merupakan keterampilan memilih isi bacaan yang harus dibaca sesuai dengan tujuan, yang ada relevansinya dengan pembaca tanpa membuang-buang waktu untuk menekuni bagian-bagian lain yang tidak diperlukan (Soedarso, 2001). Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam membaca cepat diperlukan konsentrasi yang lebih ketika membaca dam juga diperlukan perpaduan kemampuan motorik dengan kemampuan kognitif serta diperlukan waktu yang relatif singkat guna memperoleh informasi yang ada dalam bacaan baik yang tersirat maupun tersurat.

Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut (Suyitno dan Purwadi, 2000: 1).

Page 2: Makalah Quantum Reading

Seseorang tidak dapat dikatakan menulis apabila menuangkan atau melukiskan lambang yang tidak bisa dipahami oleh dirinya sendiri maupun orang lain, karena pada hakikatnya menulis merupakan kegiatan menuangkan gagasannya agar bisa dibaca dan dipahami oleh orang lain melalui penuangan lambang-lambang grafik (tulisan) tersebut.

Kedua jenis kerterampilan berbahasa di atas pada dasarnya memiliki hubungan erat. Hal ini dicerminkan dalam kegiatan meresensi buku Namun, dalam kenyataannya tidak banyak orang yang mampu memadukan kedua jenis keterampilan berbahasa tersebut secara maksimal.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disebutkan di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah hubungan kemampuan membaca cepat dan kritis terhadap kemampuan meresensi buku ?

2. Bagaimanakah teknik meresensi buku yang efektif ?

C. Tujuan Penulisan

Merujuk dari rumusan masalah di atas tujuan dari kegiatan penulisan ini adalah:

1. menjelaskanhubungan kemampuan membaca cepat terhadap kemampuan meresensi buku; dan

2. menjelaskan teknik meresensi buku yang efektif .

PEMBAHASAN

A. Hubungan Kemampuan Membaca Cepat dan Kritis terhadap Kemampuan Meresensi Buku

Pada saat-saat tertentu pembaca dituntut untuk bersifat fleksibel di dalam menghadapi dan menyiasati bacaannya. Kadang-kadang diperlukan waktu yang relatif lebih lama untuk memahami sesuatu, tetapi adakalanya pembaca memerlukan waktu yang relatif singkat. Dengan pandangan sekilas saja, pembaca sudah dapat menangkap isi sebuah bacaan.

Memiliki kemampuan membaca cepat berarti mampu menguasai isi bacaan dengan waktu yang relatif singkat dan mampu mengungguli kekuatan fisik yang dimiliki oleh manusia. Hampir semua jenis keterampilan membaca dapat diperbaiki dan diletih dengan jalan latihan. Jika faktor – faktor yang mempengaruhi keterampilan membaca tersebut dikuasai dengan sebaik – baiknya, maka kemampuan membaca pun pasti membaik. Dengan demikian, waktu yang digunakan untuk membaca akan bertambah singkat.

Membaca cepat dilakukan dengan tujuan untuk memahami intisari dari bacaan, bukan bagian – bagian rinciannya yang detail yang mana hal ini merupakan komponen

Page 3: Makalah Quantum Reading

penting dalam meresensi buku sehingga menuntut kecepatan yang paling tinggi yang bisa dilakukan seseorang.. Sehingga menuntut kecepatan yang paling tinggi yang bisa dilakukan seseorang. Dalam membaca cepat terdapat 30% – 40% bagian yang kita lompati. Pembaca yang berpengalaman selalu membaca dengan melompati bagian – bagian yang tidak informatif atau bagian – bagian yang dianggap tidak perlu, mereka hanya membaca kata – kata yang dianggap sebagai kata kunci saja.

Pada kegiatan meresensi buku, bahan hampir sepenuhnya berada dalam buku yang akan diresensi. Selain kemampuan membaca cepat yang baik, diperlukan pula pengetahuan dan kejelian penulis untuk memberikan kritik serta perspektif yang tepat dalam menilai dan memposisikan isi buku tersebut.. Secara teknis, resensi berisi ringkasan buku yang diikuti dengan cara pandang peresensi terhadap buku atau gagasan yang terkandung dalam buku itu, termasuk pula kritik dan perbandingan. Menulis resensi buku dilakukan untuk menginformasikan garis besar isi buku kepada orang lain, untuk kemudian dilakukan penilaian dan upaya kontekstualisasi isi buku dengan kondisi kekinian. Unsur penilaian dalam resensi dapat mencakup wilayah yang cukup luas: dari kondisi buku yang bersifat fisik (ukuran buku, desain dan lay-out) atau kandungan buku (editing, aktualitas tema, cara pemaparan masalah, struktur argumentasi, dsb). Menilai juga bisa mengkritik dan membandingkan sebuah buku dengan buku yang lain.. Ini bisa dengan memanfaatkan beberapa momen peristiwa konkret yang berkaitan erat dengan isi buku, dengan berusaha dieksplorasi, sehingga sejak awal sudah tercermin nilai aktulitas dan nilai lebih buku. Bisa juga dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kritis, atau dengan menyinggung profil penulis buku (bila mungkin).

B. Teknik Meresensi Buku yang Efektif

Faiz Manshur ( http://faizmanshur.wordpress.com/2006/06/04/efektif-menulis-resensi- buku/ ) menyatakan bahwa menulis resensi pada dasarnya sama dengan menulis karya ilmiah seperti artikel, opini, feature. Berbagai macam bentuk penulisan bisa diterapkan. Yang sering kita lihat di media massa biasanya berbentuk artikel yang panjangnya kira-kira antara 5000 sampai 8000 karakter. Ada yang juga yang berbentuk ulasan naratif feature karakternya lebih panjang dari ukuran dari 8000 karakter.

Minimal ada tiga jenis resensi, yaitu:

1. Informatif, maksudnya isi dari resensi hanya secara singkat dan umum dalam menyampaikan keseluruhan isi buku,

2. Deskriptif, maksudnya ulasan bersifat detail pada tiap bagian/bab, dan

3. Kritis, maksudnya resensi berbentuk ulasan detail dengan metodologi ilmu pengetahuan tertentu. Isi dari resensi biasanya kritis dan objektif dalam menilai isi buku.

Tentu saja ketiga jenis resensi di atas tidak baku. Bisa jadi resensi jenis informatif namun memuat analisa deskripsi dan kritis. Alhasil, ketiganya bisa diterapkan bersamaan.

Page 4: Makalah Quantum Reading

Beragam jenis buku tentu menjadi persoalan tersendiri. Karya ilmiah semacam tesis, skripsi, disertai akan berbeda dengan buku novel. Begitu juga metode penulisan tidak akan sama saat kita praktekkan.Di bawah ini, ada beberapa kiat yang bisa membantu kita untuk mempermudah penulisan resensi.

1. Baca isi buku dengan pemahaman keilmuan yang kita miliki. Seorang yang tidak menguasai teori sastra sama sekali, jelas akan kesulitan menganalisa buku sastra. Apakah peresensi harus seorang ahli/ilmuwan? Tentu tidak. Tapi, minimal menguasai dasar-dasar suatu ilmu pengetahuan yang ada dalam isi buku tersebut.

2. Peresensi yang baik seyogianya membaca isi buku secara lengkap, jika perlu berulang-ulang dan membandingkan dengan beberapa buku serupa. Tapi ini akan merepotkan dan menghabiskan energi. Peresensi yang demikian biasanya untuk penulisan jenis resensi kritik. Untuk jenis resensi informatif atau deskriptif, kita hanya mencari bagian-bagian point of view dari tema buku, termasuk kata pengantar dan epilog. Namun demikian,  hanya bisa diterapkan untuk mengulas buku ilmiah yang mana bab per babnya disusun secara baku dan teratur. Untuk buku jenis novel jelas tidak bisa diterapkan.

3. Pilih tema pokok yang ingin anda jelaskan dalam resensi. Point of view, atau angle tidak boleh lebih dari satu. Hal ini untuk menghindari melebarnya pembahasan dari tema pokok.

4. Kutip beberapa materi dari isi buku sebagai data ulasan.

5. Berikan penjelasan pada lead tulisan secara singkat dan deskriptif isi buku.

6. Materi isi buku dijabarkan pada bagian struktur/badan penulisan.

7. Akhiri penulisan dengan komentar singkat. Peresensi yang baik akan menyanjung dan mengkritik secara objektif dan proporsional. Ingat, posisi peresensi dalam hal ini adalah sama dengan seorang ilmuwan. Tak boleh subjektif dan distortif dalam menyampaikan ulasan.

Berikut adalah contoh resensi buku yang dikutip dari JAWA POS, MINGGU, 24 Juni 2007 ( http://faizmanshur.wordpress.com/2006/06/04/efektif-menulis-resensi-buku/ ).

Judul Buku : Pongkinangolngolan Sinambela gelar Tuanku Rao. Teror Agama Islam Mazhab Hambali Di Tanah Batak.

Penulis : Mangaradja Onggang Parlindungan

Editor : Ahmad Fikri A.F.

Penerbit : LKIS, Jogjakarta Cetakan I, Juni 2007

Isi buku : iv + 691 halaman-Hardcover

Harga : Rp 135.000

Page 5: Makalah Quantum Reading

“Tak ada fakta, yang ada hanyalah tafsir,” begitu kata Nietzsche berkenaan dengan masalah kebenaran dan pengetahuan. Katakata itu tampaknya berlaku juga untuk sejarah, sebab sejarah erat kaitannya dengan serpihan-serpihan kebenaran dan pengetahuan, yang supaya bermakna perlu ditata dan ditafsir kembali. Karena itu, sejarah juga merupakan tafsir, dan sebuah tafsir bukanlah segumpal kebenaran mutlak. Ia baru merupakan upaya untuk mendekati kebenaran.

Buku Tuanku Rao karya M.O. Parlindungan ini merupakan salah satu upaya menggali dan menafsirkan kembali serpihan-serpihan pengalaman masa lalu itu, terutama yang terkait dengan Perang Paderi. Melalui buku ini, penulis mengajak kita mengunjungi kembali ke masa lalu Tanah Batak secara gamblang dengan berupaya memahami proses-proses yang terjadi di balik teror kekerasan penyebaran agama Islam Mazhab Hambali di Tanah Batak pada 1816-1833.

Berbeda dengan sejarawan lain, penulis memilih untuk menuliskan sejarah Batak dengan gaya bertutur (story telling style), yang semula memang ditujukan kepada anak-anaknya. Di sinilah sesungguhnya letak daya tarik buku ini. Ia muncul orisinal karena fokusnya lebih diletakkan pada praktik penciptaan sejarah Batak itu sendiri ketimbang menjajarkan peristiwa-peristiwa kesejarahan naratif seperti praktik sejarawan konvensional selama ini.

Menurut penulis, setidaknya ada dua alasan mengapa penyerbuan ke Tanah Batak tersebut dilakukan dengan kekerasan. Selain menyebarkan Islam Mazhab Hambali di Tanah Batak, penyerbuan itu juga dipicu oleh dendam keturunan marga Siregar terhadap Raja Oloan Sorba Dibanua, dinasti Singamangaraja, yang pernah mengusirnya dari Tanah Batak. Togar Natigor Siregar, pemimpin marga Siregar, pun sampai mengucapkan sumpah yang diikuti seluruh marga Siregar, akan kembali ke Batak untuk membunuh Raja Oloan Sorba Dibanua dan seluruh keturunannya.

Agama Islam Mazhab Hambali yang masuk ke Mandailing dinamakan penduduk setempat sebagai Silom Bonjol (Islam Bonjol) karena para penyerbunya datang dari Bonjol, meski dipimpin orang-orang Batak sendiri, seperti Pongkinangolngolan Sinambela (Tuanku Rao), Idris Nasution (Tuanku Nelo), dan Jatengger Siregar (Tuanku Ali Sakti). Dalam silsilah yang terlampir di buku ini, disebutkan bahwa Pongkinangolngolan adalah anak hasil hubungan gelap antara Gana Sinambela (putri Singamangaraja IX) dengan pamannya, Pangeran Gindoporang Sinambela (adik Singamangaraja IX). Gindoporang dan Singamangaraja IX adalah putra Singamangaraja VIII, sedangkan Gana Sinambela adalah kakak Singamangaraja X. Walaupun terlahir sebagai anak di luar nikah, Singamangaraja X sangat mengasihi dan memanjakan keponakannya (hlm. 355).

Namun kelahiran di luar nikah ini diketahui oleh tiga orang Datu (tokoh spiritual) yang dipimpin Datu Amantagor Manurung. Sesuai hukum adat, Singamangaraja X terpaksa menjatuhkan hukuman mati kepada keponakan yang disayanginya dengan menenggelamkandi Danau Toba. Tapi, bukannya mati tenggelam, Pongkinangolngolan terselamatkan arus hingga mencapai Sungai Asahan dan ditolong seorang nelayan bernama Lintong Marpaung. Setelah bertahun-tahun berada di daerah Angkola dan Sipirok, Pongkinangolngolan memutuskan pergi ke Minangkabau karena takut dikenali sebagai orang yang telah dijatuhi hukuman mati oleh Raja Batak.

Page 6: Makalah Quantum Reading

Di Minangkabau, pada 1804, Pongkinangolngolan diislamkan oleh Tuanku Nan Renceh, lalu dikirim ke Makkah dan Syria serta sempat mengikuti pendidikan kemiliteran pada pasukan kavaleri Janitsar Turki. Sekembalinya, pada 1815, Pongkinangolngolan diangkat menjadi perwira tentara Paderi dan mendapat gelar Tuanku Rao.

Ternyata Tuanku Nan Renceh menjalankan politik divide et impera seperti Belanda, yaitu menggunakan orang Batak untuk menyerang Tanah Batak. Penyerbuan ke Tanah Batak dimulai pada 1 Ramadan 1231 H (1816 M) terhadap benteng Muarasipongi yang dipertahankan Marga Lubis. Muarasipongi berhasil diluluhlantakkan dan seluruh penduduknya dibantai tanpa menyisakan seorang pun. Kekejaman ini sengaja dilakukan dan disebarluaskan untuk menebarkan teror dan rasa takut agar memudahkan penaklukan guna penyebaran agama Islam Mazhab Hambali.

Setelah itu, penyerbuan terhadap Singamangaraja X di Benteng Bakkara dilaksanakan 1819. Orang-orang Siregar Salak dari Sipirok dipimpin Jatengger Siregar ikut dalam pasukan penyerang untuk memenuhi sumpah Togar Natigor Siregar dan membalas dendam kepada keturunan Raja Oloan Sorba Dibanua, yaitu Singamangaraja X. Jatengger Siregar menantang Singamangaraja untuk melakukan perang tanding satu lawan satu. Singamangaraja kalah dan kepalanya dipenggal pedang Jatengger Siregar. Terpenuhi sudah dendam yang tersimpan selama 26 generasi.

Penyerbuan pasukan Paderi terhenti pada 1820, karena berjangkitnya penyakit kolera dan epidemi penyakit pes. Dari 150.000 orang tentara Paderi yang memasuki Tanah Batak pada 1818, hanya tersisa sekitar 30.000orang. Sebagian terbesar bukan tewas di medan pertempuran, melainkan mati karena berbagai penyakit. Untuk menyelamatkan sisa pasukannya, pada 1820 Tuanku Rao bermaksud menarik mundur seluruh pasukannya dari Tanah Batak Utara, sehingga rencana pengislaman seluruh Tanah Batak tak dapat diteruskan. Sementara itu, Tuanku Imam Bonjol memerintahkan agar Tuanku Rao bersama pasukannya tetap di Tanah Batak untuk menghadang masuknya tentara Belanda. Akhirnya, Tuanku Rao tewas dalam pertempuran di Air Bangis pada 5 September 1821, sedangkan Tuanku Lelo tewas dipenggal kepalanya, sedangkan tubuhnya dicincang oleh Halimah Rangkuti, salah satu tawanan yang dijadikan selirnya.

Akhirnya, buku yang terbagi dalam tiga bagian besar dan berisi 34 lampiran ini jelas memiliki tempat khusus di dalam penulisan sejarah berdasarkan fakta dan representasi historiografi sebagai interpretasi yang tidak mutlak.

Penulis telah menunjukkan adanya kekuatan pada naskah tertulis dalam merekonstruksi visi sejarah Batak bagi perkembangan politik, sosial, dan budaya. Tak dapat disangkal, kontribusi utama buku ini terletak pada temuannya atas faktor lain di luar domain historiografi konvensional. Hal itu jelas akan berdampak luas dalam perdebatan mengenai historiografi Indonesia. (*)

PENUTUP

A. Simpulan

Page 7: Makalah Quantum Reading

Membaca cepat dilakukan dengan tujuan untuk memahami intisari dari bacaan, bukan bagian – bagian rinciannya yang detail yang mana hal ini merupakan komponen penting dalam meresensi buku sehingga menuntut kecepatan yang paling tinggi yang bisa dilakukan seseorang. Pada kegiatan meresensi buku, bahan hampir sepenuhnya berada dalam buku yang akan diresensi . Selain kemampuan membaca cepat yang baik, diperlukan pula pengetahuan dan kejelian penulis untuk memberikan kritik serta perspektif yang tepat dalam menilai dan memposisikan isi buku tersebut. Secara teknis, resensi berisi ringkasan buku yang diikuti dengan cara pandang peresensi terhadap buku atau gagasan yang terkandung dalam buku itu, termasuk pula kritik dan perbandingan.

Di bawah ini, ada beberapa kiat yang bisa membantu kita untuk mempermudah penulisan resensi.

1. Baca isi buku dengan pemahaman keilmuan yang kita miliki.

2. Peresensi yang baik seyogyanya membaca isi buku secara lengkap, jika perlu berulang-ulang dan membandingkan dengan beberapa buku serupa. Tapi ini akan merepotkan dan menghabiskan energi.

3. Pilih tema pokok yang ingin anda jelaskan dalam resensi. Point of view, atau angle tidak boleh lebih dari satu. Hal ini untuk menghindari melebarnya pembahasan dari tema pokok.

4. Kutip beberapa materi dari isi buku sebagai data ulasan.

5. Berikan penjelasan pada lead tulisan secara singkat dan deskriptif isi buku.

6. Materi isi buku dijabarkan pada bagian struktur/badan penulisan.

7. Akhiri penulisan dengan komentar singkat.

B. Saran

Dasar meresensi adalah kemampuan membaca, menulis dan menganalisis bukuberdasarkan pengetahuan peresensi. Maka, erlu adanya latihan dalam meningkatkan kemampuan membaca cepat dan kritis sebelum seseorang melakukan kegiatan meresensi buku untuk mencapai hasil yang maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

Faiz Manshur. Efektifitas Menulis Resensi Buku. 2006. Diakses dari http://faizmanshur.wordpress.com/2006/06/04/efektif-menulis-resensi-buku/ 02-03-2009 jam 09.45 WIB.

Hernowo (Ed). 2003. Quantum Reading. Bandung: MLC

Imron Rosidi. 2007. Berlatih Membaca Cepat. Makalah disajikan dalam Pelatihan Membaca Cepat di Pondok Sidogiri, Pasuruan. 16 Maret 2007

Page 10: Makalah Quantum Reading

Realisir Vs Realisasi Mengakhiri Teror ‘Bom’ Gas Elpiji Kapan Ledakan Elpiji Akan Berakhir? PLURALITAS BUKAN PLURALISME Lebih Serius dalam Ibadah Ramadhan Pemimpin Agar Tidak Salah Pilih Pemimpin Rahasia Syari’ah Sepuluh Sahabat Yang Dijamin Masuk Surga Kekuatan Finansial (Quwwatul Maal), Kayalah Lalu Masuk Surga! Masyarakat Yang Dicintai Allah Khadijah Mengajarkan Cinta Kepada Kita Muhammad Sebagai Seorang Suami