Makalah Journal Reading
-
Upload
cynthia-lina-octariana -
Category
Documents
-
view
111 -
download
0
Transcript of Makalah Journal Reading
Perkembangan Kognitif Pada Anak Dengan Malnutrisi
Kronik Energi Protein
Bhoomika R Kar*1, Shobini L Rao2 and B A Chandramouli3
ABSTRAK
Latar belakang
Latar Belakang: Malnutrisi diasosiasikan dengan patologi struktural
dan fungsional pada otak. Defisit kognitif yang luas telah dilaporkan pada
anak malnutrisi. Efek dari Malnutrisi Kurang Energi Protein Kronik
menyebabkan stunting dan wasting pada anak-anak, dapat juga mempengaruhi
perkembangan pada fungsi kognitif selama masa kanak-kanak ( usia lebih dari
5 tahun). Studi ini diperiksa dengan mengamati efek pertumbuhan yang
terhambat pada perkembangan fungsi kognitif menggunakan pengukuran
neurofisiologi.
Metode
Dua puluh anak diidentifikasikan sebagai malnutrisi dan dua puluh
anak mendapat nutrisi yang adekuat pada rentang usia 5-7 tahun dan 8-10
tahun yang diperiksa. NIMHANS Neurophysiological Battery for Children
Sensitive to the effects of Brain Dysnfunction dan berkaitan dngan usia dan
peningkatan. Serangkaian tesnya terdiri dari uji kecepatan motorik, pemusatan
perhatian, kemampuan visuospasial, fungsi eksekutif, comprehension dan
pembelajaran serta memori.
Hasil
Perkembangan fungsi kognitif dipengaruhi baik usia dan status nutrisi.
Anak-anak malnutrisi menunjukkan performa yang jelek pada uji pemusatan
perhatian, memori kerja, pembelajaraan dan memori serta kemampuan
visuospasial kecuali uji kecepatan motorik dan koordinasi. Usia memliki
keterkaitan yang mengalami peningkatan tidak diobservasi sebagai bagian tes
kelancaran berbahasa, working memory, konstruksi visual, pembelajaran dan
memori pada anak-anak malnutrisi, Bagainmanapun Keterkaitan antara usia
yang diamati yaitu pemusatan perhatian, persepsi visual dan verbal pada anak-
anak malnutrisi meskipun performa yang ditunjukkan dibandingkan performa
yang ditunjukkan pada anak dengan nutrisi yang adekuat.
Kesimpulan
Malnutrisi Kurang Energi Protein Kronik (stunting) mempengaruhi
perkembangan pada fungsi kognitif yang tinggi selama masa kanak-kanak
dibandingkan menunjukkan gangguan kognitif secara umum. Stunting dapat
menyebabkan perlambatan pada perkembangan yang berkaitan dengan usia
pada salah satu bidan dan tidak pada seluruh fungsi kognitif yang tinggi dan
dapat juga menyebabkan gangguan kognitif yang menetap seumur hidup.
Latar belakang
Malnutrisi adalah konsekuensi dari kombinasi asupan nutrisi tidak
adekuat dari protein, karbohidrat, mikronutrien dan infeksi yang sering.
Penduduk India secara luas mengalami malnutrisi. WHO melaporkan tahun
1990-1997 52% penduduk India yang berusia kurang dari 5 tahun mengalami
under nutrition yang sedang hingga berat. Sekitar 35% dari anak usia
prasekolah di subasahara afrika ditemukan berperawakan pendek (gagal
tumbuh). Malnutrisi berkaitan erat dengan kelainan patologis baik struktural
dan fungsional pada otak. Secara struktur malnutrisi mengakibatkan kerusakan
jaringan, retardasi pertumbuhan, (disorderly differentiaion), berkurangnya
jumlah synaps dan neurotransimter synaptic, terhambatnya myelinisasi dan
bekurangnya permkebangan secara keseluruhan dari dendritic arborization
pada perkembangan otak. Ada beberapa penurunan dari bagian temporal di
maturasi otak, yan dapat menggangu sususan sirkuit neuron. Secara jangka
panjang perubahan ini pada fungsi otak dilaporkan berhubungan dengan
gangguan kognitif seumur hidup dengan malnutrisi.
Defisit kognitif secara luas diobservasi pada anak yang malnutrisi di
India. Pada studi, anak-anak dengan malnutrisi berkaitan dengan jadwal
perkembangan Gessels antara 4 hinggan 52 minggu. Anak dengan malnutirisi
grade II dan III memliliki perkembangan yang buruk pada seluruh area
perilaku, motor, adaptif, bahasa dan sosial personal. Anak-anak di daerah yang
belajar di sekolah dasar antara usia 6-8 tahun diperiksa dengan maturasi sosial.
(Vinerland social maturity scale), koordinasi motor (Bender Gestalt test) dan
memori (mengingat kata, gambar dan objek). Malnutrisi berkaitan dengan
kompetensi sosial yang rendah, koordinasi visuomotor dan memori yang
jelek. Malnutiris memliki efek yang lebih besar pada memori jangka menegan
pada anak laki-laki dibandingkan dengan anak perempuan. Anak laki-laki
yang malnutrisi mengalami gangguan mengingat kata, gambar dan objek.
Anak perempuan yang mengalami malnutrisi mengalami gangguan dalam
mengingat kata-kata saja. Penulis yang sama mengukur kecerdasan oada anak-
anak yang mengalami malnutrisi menggunakan metode Malin dari adaptasi
India yang berasal dari skala kecerdasan Weschler. Skor IQ berkurang dengan
malnutrisi yang berat. Secara signifikan berkurang dari observasi pada
performa IQ, begitu juga dengan test sampingan pada informasi dan cakupan
digit pada test sampingan verbal. Pada studi di atas menunjukan bahwa
terdapat pengurangan skala IQ penuh pada performa tidak berpengaruh pada
seluruh test sampingan secara keseluruhan. Hal ini menunjukan malnutrisi
memliki efek berbeda pada fungsi neurofisologi tergantung derajatnya. Studi
ini dilakukan di Afrikan dan Amerika selatan berfokus pada efek gagal
tumbuh pada kemampuan kognitif khususnya test kecerdasan verbal
berdasarkan pemahaman. Seperti penilaian yang tidak menyediakan proses
kognitif yang komprehensif dan penilaian yang spesifik dari kecerdasan,
seperti perhatian, memori, fungsi eksekutif, fungsi visuospasial, komprehensi
secara konfuksi pada studi sekaran, informasi tentang fungsi status pada
kemampuan kognitif yang sepsifik berimplikasi pada perkembangan dan
rehabilitasi kognitif pada anak yang mengalami malnutrisi.
Penilaian neurofisiologi dapat menyebabkan gangguan fungsi ringan
pada otak dan perlikau yang berkaitan dengan malnutrisi. Defisit kognitif,
emosional dan perilaku berkaian erat dengan abnormalitas struktural pada
berbagai area di otak. Struktur otak dan dan sirkuit otak memiliki komponen
dari proses kognitif. Malnutrisi belum dibuktikan secara lengkap memliki efek
yang berlangsung secara jangka panjang pada kemampuan kognitif perilaku
dan dan eksekusi dari fungsi.
Perbedaan dari defisit kognitif yang berkaitan dengan malnutrisi
menunjukan malnutrisi mempengaruhi area yang berbeda pada otak
tergantung detrajatnya. Penilaian secara neurofisiologi dapat memaparkan
pola disfungsi otak. Malnutiris adalah masalah yang serius, karena 52% dari
anak mengalami malnutrisi. Efek dari malturisi kurang energi protein,
ditambah budaya sosial yang tidak menguntungkan, bahkan dengan kelas
sosial yang tidak menguntungkan , lingkungan rumah dan ekspektasi orangtua
berkitan dengan pendidikan anaknya sangat kuat dalam variasinya. Dengan
keanggotaan dapat memberikan keuntungan pada lingkungan rumah dan
ekspektasi orang tual. Anak yang stunting hingga normal memiliki hasil test
kognitif yang berbeda.
Pada studi dimana gagal tumbuh merupakan penyebab yang bervariasi
pada kelemahan kognitif tidak ditentukan. Lebih lanjut integritas fungsional
atau proses kognitif secara spesifik kurang jelas. Kurang energi protein yang
berlangsung kronis menyebabkan gagal tumbuh dan kurus , yang
menyebabkan terhambatnya perkembangan fungsi kognitif atau secara
permanen menyebabkan kerusakan fungsi kognitif. Pengukuran
neurofisiologi menunjukan terhambatnya perkembangan fungsi kognitif pada
defisit kognitif secara permanen.
Studi saat ini bertujuan untuk menginvestigasi efek dari perawakan
pendek (sebagai hasil dari malnutiris protein energi) pada asal gangguan
kognitif. Pengukuran neurofisilogi mengunkur fungsi kognitif pada anak
berusia 5-15 tahun yang dapat menginformasikan performa neurofisiologi.
Pembelajaran ini bertujuan untuk mengivestigasi malnutrisi sebagai hasil
gangguan dan secara umum melambatnya perkembangan di fungsi kognitif
pada efek ini yang dapat mempengaruhi fungsi kognitif. Tujuan ini juga
menunjukan fungsi kognitif lebih rentan pada malnutrisi dengan 2 jenis, yaitu
gangguan tanpa melibatkan kecepatan perkembangan dan melibatkan
kecepatan perkembangan dari fungsi kognitif itu sendiri.
Metode
Peserta
Anak berusia 5-10 tahun yang bersekolah di sekolah negeri di kota
Bangalore. Sekolah negeri di India adalah sekolah pemerintah dengan biaya
sekolah minimal yang memiliki siswa dari kelas sosial rendah hingga
menengah. Terdapat 20 siswa yang memiliki nutrisi yang adekuat , distrubusi
jenis kelamin seimbang. Anak pada grup yang sama berasal dari latar
belakang dan etnis yang sama. Bahasa ibu dari semua peserta adalah Kannada.
Inform konsen didapatkan dari orang tua. Seluruh peserta di saring dari buta
warna dengan tes buta warna. Anak-anak dengan penglihatan normal diambil
untuk studi. Tidak ada peserta yang memiliki buta warna. Semua anak yang
dimasukan untuk studi memiliki tangan kanan yang dominan sebagai kriteria
inklusi. Hal ini diukur dengan Edinburgh handedness inventory.
Grup Malnutrisi
Anak yang belajar di di sekolah negeri disaring dari malnutrisi. Siswa
dari sekolah ini berasal dari keluarga status ekonomi sosial yang rendah.
Status ekonomi sosial dinilai sebagai 1 dari penghasilan orang tua berdasarkan
catatan sekolah. Malnutrisi kronis diidentifikasi dengan pengukuran
antropometrik. Hal ini tinggi dari anak berdasarkan usia dan berat badan
berdasarkan tinggi badan yang direfrensikan sebagai data national centre of
health statistics. Yang berstandar dalam perkembangan dan pertumbuhan.
Berperawakan pendek , yang tubuh pendek dan kurus, diindikasi sebagai
malnutrisi sedang hingga berat. Tinggi badan berdasarkan usia dan berat bada
berdasarkan tinggi badan diukur pada setiap peserta dibandingkan dengan usia
dan penilaian yang mengacu pada NCHS standard of growth and
development. Tinggi badan untk usia atau berat badan berdasarkan tinggi bada
kurang dari standar deviasi 2 (-2SD) dari median dikategorikan sebagai
malnutirisi sedang sampai berat. Pada usia 5- 10 tahun, anak-anak yang naik
kelas 5 di saring . Setiap kelas sekitar 30 anak. Semua anak di kelas diukur
tinggi badan dan berat badanya. Sekitar 180 anak 14,4% ditemukan gagal
tumbuh atau kurus. Hanya beberapa anak ditemukan gagal tumbuh dan kurus
yang diinklusikan pada grup malnutrisi. Anak yang hanya kurus tidak
inklusikan pada studi yang hanya melibatkan kurang energi protein kronik.
Interview semi struktur digunakan sebagai pengukuran lingkungan
rumah, kerana alata standarisasi pada populasi india berdarsarkan populasi
dari india selatan tidak ada. Wawancara ini didesain untuk mengumpulkan
informasi tentan pendidikan orang tua, rekresasi di rumah, kasta. Ibu dari anak
dengan gizi buruk berpendidikan rendah dan ayah berpendidikan. Menonton
televisi dan bermain di rumah dengan teman hanya merupakan rekresasi di
rumah. Anak yang memiliki kesempatan bermain di halaman di sekolah.
Hirarki kasta tidak banyak berpengaruh pada anak-anak.
Grup yang Mendapat Nutrisi Adekuat
Anak-anak yang mendapat nutrisi adekuat diambil dari sekolah yang
sama untuk mengontrol perbedaan latar belakang sosioekonomi baik dari
lingkungan rumah maupun lingkungan sekolah. Penting untuk mengambil
kedua kelompok yang berasal dari sekolah yang sama untuk mengontrol
faktor-faktor seperti latar belakang keluarga, tingkat pendidikan orang tua, dan
anak-anak yang bersekolah di sekolah negeri, umumnya memiliki kesamaan
yang besifat lokal dan latar belakang keluarga. Sejauh ini , lingkungan
sekolah, pola pengajaran, juga memiliki kesamaan pada kedua grup.
Anak-anak dengan nutrisi yang adekuat, dicocokan dengan anak-annak
yang malnutrisi, sesuai dengan usia dan kelasnya. Pengukuran dengan
antropometrik, juga dilakukan pada anak dengan nutrisi yang adekuat. Anak-
anak dengan parameter tinggi untuk usia dan berat untuk tinggi yang lebih dari
persentil 50, sesuai standar NCHS yang termasuk dalam studi. Anak-anak
dalam grup ini juga datang dari keluarga menengah ke bawah maupun status
sosieknomi yang sama dengan grup malnutrisi. Status sosioeknomi ditentukan
dengan pedapatan orang tua yang berasal dari catatan sekolah. Tabel 1
memperlihat secara detail karakter demografik dari peserta.
Ekslusi dari Retardasi Mental
Setelah menentukan grup anak malnutrisi dan anak dengan nutrisi yang
adekuat yang ditandai dengan test progresif berwarna, untuk menentukan
retardasi mental. Anak yang keluar dari persentil 5 diekslusikan dari sampel,
sedangkan aak yang berada pada persentil 5 dianggap memiliki kecerdasan
yang terbatas (defective). Titik persentil dihitung dari skor yang kasar dengan
menggunakan aturan India. Mentaal retardasi tidak diekslusikan, juga
dilakukan test neurofisiologi yang secara seragam dibedakan dengan defisit
yang mungkin timbul. Tingkat kecerdasan tidak diperlakukan sebagai kovariat
pada studi. Grup tidak dibedakan secara signfikan pada CPM. CPM diambil
sebagai alat skrining untuk mengekslusikan gangguan kecerdasan pada kedua
grup.
Eksklusi dari Masalah Tingkah Laku dan Riwayat Gangguan
Neurologis
Kuesioner Perilaku anak Form B digunakan oleh guru kelas untuk
mengidentifikasi anak-anak. .Anak dengan skor dibawah 9 tidak dimasukan
dalam sampel. Form data personal diisi dengan konsultasi dengan orang tua
dan guru untuk menyingkirkan setiap riwayat gangguan neurollogis atau
psikiatri termasuk cedera kepala dan epilepsi dan satu anak dengan epilesi
dieksklusi. Hal ini mereupkan salah satu riteria eksklusi.
Rataan dari tahun pendidikan pada gup anak dengana nutrisi yang
adekuat adalah 2,5 tahun untuk anak yang lebih muda dan 4,6 tahun untuk
anak dengan rentang usia 8-10 tahun. Rataan tahun yang ditempuh dalam
pendidikan pada grup anak yang malnutrisi adalah 2,8 tahun untuk anak
dengan usia muda dan 5,2 tahun untuk 8-10 tahun. Test F tidak secara
signifikan menunjukkan perbedaan antara rataan usia dari grup malnutrisi dan
grup dengan nutrisi yang adekuat, hall ini mensugesti 2 grup yang dicocokan.
Rataan usia dari sekolah tidak secara signifikan berbeda. Kedua grup diambil
dari sekolah negeri di kota Bangalore. Sebagian besar anak dari grup
malnutrisi (92%) dan anak yang mendapat nutrisi adekuat (89%) berasal dari
keluarga dengan status sosioekonomi menengah ke bawah.
Instrumen
NIMHANS neuropsychological battery for children
NIMHANS neuropsychological battery for children dikembangkan
sebagai instrumen psychometrik untuk penilaian neurofisiologi pada anak usia
5-15 tahun. The Battery termasuk tes neurofisiologi untuk menilai kecepatan
motor , perhatian, fungsi eksekutif, hubungan visuo spasial, comprehension,
pembelajaran dan memori. Instruksi dalam bahasa inggris dan bahasa lokal
yaitu Kannada. Peserta yang diambil adalah anak yang berbahasa Kannada.
The Battery telah distandarisasi seabagi sampel normatif sebanyak 400
anak berusia 5-15 tahun. Norma ini dikembangkan dengan validasi empiris
dari perbedaan usia menggunakan pendekatan kurva pertumbuhan. Norma
yang digunakan battery yang dikembangkan setiap usia dari 7 persen sesuai
dengan persentil 5 yang diukur secara akurasi dan persentil 95 pada tiap waktu
pengukuran. Skor cutoff pada setiap tes dan setiap usia dikalkulasikan pada
basis dengan nilai prediksi yang diturunkan dari identifikasi kurva
pertumbuhan. Setiap tes retest dengan koefisien yang sesuai test yang sesuai
pada jangka 0,53 hinggan 0,82 yang mengindikasikan hasil test retest yang
baik yang sesuai dengan battery. Battery ini telah divalidasikan pada anak
dengan tumor kortikal, epilepsi intraktabel dan cedera kepala diffuse. Norma
daari battery yang tidak digunakan dalam studi ini dikelompokkan menjadi
tiga level usia setiap 2 grup pada studi ini (5-7 tahun dan 8-10 tahun).
Penialaian ini tidak dibandingkan dengan norma usia dari battery sesuai
sampel normatif yang tidak dibandingkan dengan grup malnutrisi dari faktor
seperti latar belakang keluarga, tingkat pendidikan orang tua, status
sosioeknomi, lingkungan sekolah, dan pola pengajaran.
Test yang dilakukan pada domain kognitif spesifik pada dasar
rasionalisasi dan faktor analisis. Faktor analisis yang dilakukan untuk battery
dan test fungsi kognitif, untuk fungsi eksekutif, fungsi visuospasial,
comprehension dan pembelajaran serta memori, dilakukan sebagai dasar
observasi pada faktor analisis dan dasar teori.
Neurofisiolig battery terdiri dari beberapa tes dibawah ini :
Kecapatan Motorik
1. Finger tapping tes : Metode ini mengukur kecapatan motorik. Tes ini
menunnjukkan pengaruh usia yang kuat dibandingkan pendidikan pada
anak, test ini telah distandarisasai di barat. Subyeknya adalah untuk
mengetuk kunci dengan instrumen jari pengetuk seceepaat mungkin dengan
menggunakan jari telunjuk pada tangan yang dominan. Hasilnya
dibandingkan dengan hasil tangan yang tidak dominan. Lima kali percobaan
masing-masing dilakukan masing-masing tangan, setiap uji coba dilakukan
10 detik. Rata-rata setiap tangan dihitung jumlah nilainya. test pengetukan
ini menunjukkan peningkataan performa pada anak dengan usia hingga 9
tahun.
Kemampuan berbicara Ekspresif
2. Tes kemampuan berbicara ekspresif dilakukan untuk menyingkirkan
kemampuan berbicara berhubungan kekurangan. Kemampuan berbicara
ekspresif menaksir digunakan tes untuk kemampuan berbicara mengulang,
kemampuan berbicara nominatif, dan kemampian berbicara naratif dalam
menjawab pertanyaan. Tujuan dari tes ini mengesampingkan kemampuan
berbicara terkait masalah yang ada di peserta. Tidak ada dari peserta pada
kedua grup yang menunjukkan kesulitan dalam berbicara.
Perhatian
3. Tes jalur warna adalah mengukur fokus perhatian dan pelacakan konsep.
Anak-anak berusia 5 sampai 6 tahun menunjukkan pertambahan usia yang
mantap pada tes ini. Ini sangat sensitif terhadap efek kerusakan lobus
frontal. Anak berusia 8 sampai 16 tahun menunjukkan pertambahan usia
yang stabil pada tes ini. Peserta diminta untuk menghubungkan secara
berurutan angka 1 sampai 25 yang digambarkan pada dua warna tanpa
tergantung dari warna pada jalur warna. Mereka diminta untuk
menghubungakan angka secara berurutan dari 1 sampai 25 bertukar tukar
antara merah muda dan kuning berputar dan tidak menghiraukan angka pada
lingkaran yang berubah warna pada jalur warna. Waktu yg dibutuhkan
untuk menyelesaikan setiap bagian adalah score.
4. Test membedakan warna adalah tindakan dari pemindaian visual atau
perhatian selektif. Terdiri dari 150 lingkaran merah, biru, kuning, hitam dan
abu-abu. Para peserta dimunta untuk membedakan hanya lingkaran
berwarna kuning dan merah secepat yang mereka bisa. Waktu yang
ditempuh dalam detik untuk menyelesaikan tes terdiri skor.
Fungsi eksekutif
5. Tes Fenomena FAS adalah ukuran kefasihan lisan. Tes ini mengevaluasi
produksi spontan kata-kata yang dimulai dengan huruf tertentu dalam waktu
yang terbatas. Kekurangan dalam kefasihan lisan telah ditemukan lebih
banyak karna kerusakan bagian frontal kiri (70%) dibandingkan dengan
kerusakan frontal kanan (38%). Peserta diminta untuk menyebutkan secara
lisan kata-kata sebanyak mungkin dimulai dengan huruf F, A, dan S. Satu
menit diberikan untuk setiap huruf. Kata-kata yang dihasilkan dicatat. Tes
pengulangan dapat dipercaya dari tes FAS pada usia anak 8 tahun yang telah
dilaporkan. Validitas bersamaan juga telah ditetapka menunjukkan validitas
yang lebih baik untuk kelancaran dari huruf untuk kategori kefasihan.
6. Tes kelancaran mendesain adalah ukuran dari kelancaran merencanakan,
fleksibilitas kognitif dan kemajuan imajinasi. Hal ini merupakan analog
visual dari tes kefasihan berbicara. Pasien dengan kerusakan lobus frontal
kanan atau kerusakan sentra akan mengalami kesulitan dalam tes ini. Para
peserta dibutuhkan untuk menghasilkan dan menggambarkan banyak desain
abstrak sebanyak mungkin dalam lima menit. Para peserta mendapatkan
nilai keluaran baru dan nilai perseverative. Anak-anak menunjukkan
perbaikan nilai tes kemahiran desain sampai usia 12 tahun.
7. Tes rentang Visuo Spatial Working Memory (VSWM). Tes ini mengukur
dari rentang visuo-spatial working memory (VSWM). Sebuah perbaikan
bertahap memori kerja dari masa anak-anak sampai remaja telah dilaporkan.
Study lain menunjukkan peningkatan linier yang stabil dalam kinerja antara
5-12 tahun dalam tes rentang VSWM. Sebuah perkembangan study pada
anak-anak 5-13 tahun menunjukkan kecendrungan perkembangan yang
stabil antara 5-8 tahun sebubungan dengan pemeliharaan dan manipulasi
komponen VSWM.
VSWM rentang tugas terdiri dari 4 kubus / blok disusun dalam satu baris.
Pemeriksa mengetuk 4 kubus ini dengan sebuah kubus kelima. Penyadapan
dilakukan dalam urutan yang berbeda seperti yang diberikan di bawah ini.
Subjek diperlukan untuk mengulang rangkaian ketukan ke empat disadap
oleh pemeriksa. Lima uji maju dan lima uji kebalikan urutan yang diberikan.
Angka dari sisa ketukan tetap sama untuk semua rangkaian terusan dan
munduran tapi setiap rangkaian berbeda dari yang lainnya. Angka dari
rangkaian yang benar ditepuk dengan persoalan dari kedua kondisi
kemajuan dan kemunduran bersama terdiri dari total score untuk tes ini.
Fungsi Visuospatial
8. Tes persepsi visual motorik bebas adalah ukuran dari kemampuan persepsi
visual, memiliki 36 jenis untuk membedakan visual, penutupan visual,
figure-ground, menyamakan persepsi dan memori visual. Sejak tes ini
awalnya dikembangkan untuk anak-anak usia 5-8 tahun, jenis dan tingkat
kesulitannya diubah oleh penulis untuk dapat digunakan untuk anak diatas 8
tahun. Jumlah yang dianggap benar adalah nilai.
9. Test menyelesaikan gambar adalah menilai kemampuan konsep penglihatan,
organisasi visual, dan pertimbangan konsep visual. Terdiri dari 20 kartu
dengan gambar dari objek yang berbeda dengan bagian yang hilang. Para
peserta membutuhkan nama atau nilai yang keluar untuk bagian yang hilang
jumlah jawaban yang benar adalah nilai.
10. Tes merancang adalah menilai kemampuan merancang visual. Terdiri dari
10 rancangan yang akan dibangun menggunakan 4-9 balok dalam waktu
yang ditentukan. Pelaksanaan dalam tes ini dinilai dengan memenuhi waktu
yang dibutuhkan untuk menyelesaikan setiap bagian.
Pemahaman, pembelajaran dan memori.
11. Tes token adalah menilai pemahaman verbal dari perintah meningkatkan
kompleksitas. Ini tes sensitif dari reseptif afasia dan juga perkembangan
afasia, kepekaanya telah dilaporkan dengan menunjukan masalah
pemahaman berbicara oleh pasien yang tidak menunjukan kesulitan dalam
memahami percakapan normal. Tokens terdiri dari 2 bentuk (lingkaran &
persegi), 2 ukuran (besar & kecil) dan 4 warna ( merah, biru, kuning, hijau,
dan putih). Tiga puluh enam instruksi akan dibacakan satu persatu oleh
penguji. Setelah diberikan, subyek (pelaku) harus melakukannya dengan
menggerakkan koin-koin sesuai dengan instruksinya. Satu poin diberikan
untuk setiap jawaban yang benar. Jawaban yang benar setelah instruksi
diulang akan diberi 0.5 poin. Dua pengulangan instruksi dianggap gagal.
12. Rey’d auditory verbal learning test (RAVLT) [32] adalah penilaian
kemampuan belajar dan mengigat secara verbal. Tes ini mengukur memori
langsung, penyerapan materi baru, ingatan, keunggulan, dan efek kebaruan,
kerentanan terhadap proactive interference* dan retroactive interference**.
Dampak umur secara acak dalam RAVLT telah ditemukan pada tes terhadap
anak-anak, dengan perkembangan dalam performa lebih tinggi saat
pertengahan masa kanak-kanak daripada masa awal keremajaan [33].
Kemajuan berdasarkan umur hingga umur 9 tahun telha ditemukan dalam
RAVLT [17]. Tes ini terdiri dari sebuah daftar berisi 15 kata-kata yang
disampaikan lima kali dengan mengingat langsung setelah tiap dari 5
percobaan. Setelah 30 menit test nonverbal yang lain, subyek diminta
mengingat kembali kata-kata tadi.
13. Memory for designs test [34] adalah penilaian kemampuan belajar dan
mengingat secara visual. Peranan lobus temporalis kanan dalam mengingat
pola visual didokumentasikan [35]. Tes ini terdiri dari 18 gambar abstrak,
masing-masing dicetak di kartu-kartu yang berbeda. Jumlah gambar yang
diberikan kepada anak dikategorikan berdasarkan umur. Lima pengujian
diberikan dengan pengingatan kembali setelah jeda satu jam yang diisi
dengan ujian verbal. Jumlah gambar yang benar dari masing-masing ujian
menjadi nilai kecepatan belajar. Jumlah gambar yang diingat dalam
pengingatan kembali menjadi nilai yang lainnya.
Prosedur
Semua tes neuropsikologikal diberikan secara individual kepada anak-anak
dalam keadaan yang terkendali dan dapat diuji. Dua waktu istirahat selama 5
menit diberikan untuk menghindari efek keletihan dalam pelaksanaan tes. Semua
tes menggunakan ketepatan sebagai pengukuran baik-buruknya performa kecuali
tes pembatalan warna dan tes uji warna dimana pengukuran baik-buruknya
performa menggunakan waktu dalam sekon. Tes jejak warna menunjukkan
performa yang jauh lebih buruk pada anak-anak yang menderita malnutrisi namun
hal ini tidak digunakan sebagai variabel dalam membandingkan perbedaan
berdasarkan umur antara kedua kelompok umur karena tes ini tidak diberikan bagi
kelompok usia 5-7 tahun. Batere dalam rata-rata membutuhkan waktu dua
setengah jam untuk dilaksanakan. Beberapa tes seperti kelancaran verbal dan
kelancaran desain hanya memakan waktu 3-4 menit. Beberapa anak malnutrisi
lambat dalam merespon maka dibutuhkan waktu sedikit lebih banyak. Jeda
istirahat yang sesuai diberikan secukupnya dalam pengujian. Penyegaran ringan
juga ditawarkan saat istirahat selain dua istirahat lima menit.
Hasil
Analisa statistikal
ANOVA dihitung untuk membandingkan performa dua kelompok anak-
anak terhadap kedua kelompok umur (tabel 2). Paket statistik untuk sains sosial
(SPSS 10) digunakan untuk analisa statistik. Perbandingan post-hoc untuk setiap
nilai tes diitung menggunakan tes post-hoc Turki.
Perbandingan antara performa anak-anak yang cukup gizi dan yang kurang
gizi
Tabel 2.0 menunjukkan bahwa anak-anak yang kurang gizi jauh berbeda
dari anak-anak yang cukup gizi dalam ujian kelancaran fonemik, kelancaran
desain, perhatian selektif, kerja ingatan visuospatial, fungsi visuospatial,
pemahaman verbal dan pembelajaran vebral dan ingatan menunjukkan performa
yang buruk. Kedua grup tidak berbeda dalam tes mengetuk jari. Karena berbicara
ekspresif adalah pengujian jenis pertanyaan-jawaban melihat ke pidato berulang,
pidato nominatif dan pidato cerita, yang merupakan pengujian awal untuk mencari
gejala aphasia. Karena tes tersebut tidak diberikan nilai kuantitatif, maka tidak
digunakan untuk analisa. As a descriptive account of espressive speech dapat
diamati bahwa anak yang kurang gizi tidak mengalami kesulitan dalam pidato
ekspresif.
Perbandingan perbedaan akibat umur dalam fungsi kognitif antara anak cukup
gizi dan kurang gizi.
Data itu lalu dianalisa post hoc untuk membandingkan kedua kelompok
terhadap kedua kelompok umur untuk mempelajari kemajuan seiring
bertambahnya usia (Tabel 2). Dalam kelompok umur 5-7 dan 8-10, anak-anak
cukup gizi melakukan tes lebih baik dari anak-anak kurang gizi. Figur 1,2,3,4,5,6
mengindikasikan perkembangan performa berhubungan dengan umur terhadap
fungsi kognitif berbeda pada anak cukup gizi dibandingkan terhadap anak kurang
gizi. Tidak ada pengaruh signifikan pada kecepatan motorik dan koordinasi pada
anak yang kurang gizi dibandingkan dengan anak cukup gizi (Figur 1). Ada laju
perkembangan berdasarkan umur yang tinggi dalam kedua grup pada beberapa tes
seperti perhatian selektif (Figur 2) dan kefasihan verbal (Figur 3) pada anak
kurang gizi. Namun, memori bekerja, kelancaran desain, fungsi visuospatial,
pemahaman, pembelajaran, dan ingatan menunjukkan kelambatan dalam kelajuan
berdasarkan umur pada anak-anak kurang gizi. Kebanyakan fungsi kognitif
seperti kelancaran desain (figur 3), ingatan kerja (figur 3), persepsi visual (figur
4), pemikiran visuokonseptual (figur 4), pembangunan visual (figur 4),
pemahaman verbal (figur 5), ingatan verbal dan visual (figur 6) menunjukkan
perkembangan yang lambat dalam perbedaan antara kedua kelompok umur.
Sebaliknya, fungsi seperti kefasihan verbal (figur 3), kecepatan motorik (figur 1),
dan perhatian selektif (figur 2) menunjukkan tinkat kemajuan yang sama pada
anak cukup gizi dan anak kurang gizi.
Perbandingan post-hoc dilakukan dengan test post-hoc Turki untuk
membandingkan rata-rata kelompok umur antara anak-anak kurang gizi dan anak-
anak cukup gizi untuk nilai tes yang menunjukan hasil yang signifikan. Maka, tes
post-hoc tidak dihitung untuk nilai tes mengetuk jari yang menilai kecepatan
motorik. Tabel 3 menyajikan hasil post-hoc dengan perbedaan tingkat antara
kelompok umur dan antara anak cukup gizi dan anak kurang gizi.
Hasil post-hoc dilakukan untuk mendukung teori tidak adanya
perkembangan berdasarkan umur pada beberapa fungsi kognitif dan sifat
gangguan kognifitf pada anak kurang gizi. Empat perbandingan ditafsirkan,
membandingkan performa antara kedua kelompok umur dari anak cukup gizi dan
anak kurang gizi. Perbandingan yang lain dilakukan antara anak cukup gizi dan
anak kurang gizi untuk kelompok umur 5-7 dan juga untuk kelompok umur 8-10.
Hasil menunjukkan perbedaan berdasarkan umur dalam tiap grup dan juga antara
tiap grup. Perbedaan berdasarkan umur yang signifikan ditemukan pada beberapa
nilai tes antara umur 5-7 dan 8-10 pada kelompok anak cukup gizi namun tidak
pada kebanyakan nilai skor pada kelompok anak kurang gizi yang
mengindikasikan adanya jeda pada perkembangan beberapa fungsi kognitif.
Perbedaan signifikan ditemukan antara kelompok anak cukup gizi dan anak
kurang gizi pada kelompok umur yang sama untuk sebagian besar nilai tes yan
gmengindikasikan adanya kekurangan pada satu fungsi kognitif. Pada beberapa
tes, performa tidak jauh berbeda antara kedua kelompok umur untuk kelompok
anak kurang gizi dan anak cukup gizi.
Hasil mengindikasikan kurangnya perkembangan berdasarkan umur pada
anak yang cukup gizi terhadap fungsi-fungsi kognitif perhatian, fleksibilitas
kognitif, kemampuan visuo-constructive dan pembelajaran verbal. Hasil post-hoc
juga mengindikasian gangguan pada perhatian, ingatan kerja, kemampuan visuo-
persepsi, pemahaman, dan memori visual, terbukti dari performa yang buruk dari
anak kurang gizi dibandingkan dengan anak cukup gizi dari kelompok umur yang
sama. Tidak adanya perkembangan berdasarkan umur pada anak kurang gizi tidak
diamati untuk fungsi seperti memori ingatan, kemampuan visuo-persepsi,
pemahaman, dan ingatan.
Untuk fungsi ini anak kurang gizi menunjukkan performa yang lebih
buruk dibandingkan dengan anak cukup gizi. Walaupun hasilnya memperlihatkan
perkembangan berdasarkan umur untuk fungsi yang sama. Ini diindikasikan oleh
perbedaan yang tidak signifikan di antara kedua kelompok umur untuk anak
cukup gizi juga anak tidak cukup gizi. Bagaimanapun, pelaksanaan lemah untuk
fungsi ini sebagai indikasi dari perbedaan yang jelas antara nutrisi baik dan nutrisi
kurang untuk setiap grup umur. Hasil ini membutuhkan verifikasi dengan sampel
yang besar tapi mereka menunjukkan tren menarik tentang kerentanan terhadap
fungsi kognitif menjadi tercemar dari malnutrisi.
Diskusi
Tujuan dari studi ini dapat didiskusikan dalam bentuk efek dari malnutrisi
kronik pada bentuk neuropsikologika dan dengan mempertimbangkan rerata
proses perkembangan kognitif.
Efek dari malnutrisi pada bentuk neuropsikologikal
Studi kami menunjukkan bahwa anak malnutrisi melaksanakan tes
neuropsikologi dengan buruk, kecuali kecepatan motorik yang dibandingkan
dengan anak dengan gizi cukup. Anak malnutrisi menunjukkan hasil yang buruk
pada tes fungsi kognitif luhur seperti kognitif yang fleksibel, perhatian, fungsi
daya ingat, persepsi visual, kemampuan verbal secara komprehensif, serta
memori. Penemuan ini didukung dengan studi lain pada anak Indian dengan
malnutrisi, dimana dilaporkan bahwa gangguan pada anak dengan gizi kurang dan
koordinasi gerak motorik halus yang terpatah-patah. Anak malnutrisi menunjukan
hasil yang buruk pada serangkaian tes "Novel", seperti pada tes fungsi eksekutif
seperti pada penggunaan memori pada tempat yang terpisah. Hasil yang buruk
pada tes kelancaran dan daya ingat yang berhubungan dengan peningkatan yang
sangat lambat antara keompok usia 5-7 tahun dan 8-10 tahun. Hasil yang buruk
dari kebanykan tes neuropsikologi mengindikasikan bahwà perburukan secara
acak termasuk perhatian, fungsi eksekutif,fungsi neurospatial, komprehensif dan
memori.
Efek dari malnutrisi pada pertumbuhan kognitif
Kedua kelompok di tes serangkaian tes neuropsikologi, dimana didapatkan
bahwa sensitivitas terhadap usia relatif berbeda di fungsi kognitif pada anak ( 5 -
15 tahun). Tren usia dilaporkan pada studi ini berdasarkan penilaian dari
NIMHANS ( serangkaian tes neuropsikologi) untuk anak. serangkaian tes ini telah
distandarisasi berdasarkan kurva pertumbuhan dengan peendekatan validasi
empiris berdasarkan usia - dihubungkan dengan perbedaan pada pelaksanaan tes
neuropsikologi. Serangkaian tes ini didapati sensitif pada usia yang relatif
berbeda.
Anak malnutrisi menunjukkan hasil yang buruk dengan mengacu pada
usia yang dibandingkan secara adekuat dengan ank gizi cukup. Hasil dari anak
malnutrisi pada kelompok usia 5-7 tahun adalah buruk dan jauh lebih rendah
dibandingkan anak cukup gizi dan tidak menunjukkan perbaikan yang terlalu
banyak pada usia 8-10 tahun. Rerata perkembangan kognitif ditemukan berbeda
untuk fungsi kognitif yang berbeda pula. Rerata perkembangan dipengaruhi oleh
beberapa fungsi kognitif meunjukkan usia minimal yang berhubungan dengan
peningkatan disekitar rentang usia 5-7 tahun dan 8-10 tahun seperti pada
kelancaran, daya ingat, membangun kontak mata, verbal yang komprehensif,
mempelajari dan mengingat dari materi visual dan verbal. Sebaliknya
penambahan usia yang berhubungan dengan penigkatan telah di observasi dan
dipercaya pada fungsi kognitif lainnya pada aak malnutrisi, dimana level
pelaksanaan rendah pada kedua kelompok usia, tetapi rerata dari penigkatan
antarakedua kelompok usia adalah sama dengan anak cukup gizi.
Kecepatan motorik (tangan kanan dan kiri) tidak ditemukan pada anak
malnutrisi dan rerta perkembangan juga ditemukan sama terhdap anakcukup gizi.
KEP kronik sepertinya tidak mempengaruhi kognitif proses seperti kecepatan
motorik dimana ini mempengaruhi pada kasus defisiensi nutrisi lainnya.
Fungsi eksekutif lainnya seperti kelancaran, perhatian yang selektif dan
penggunaan daya ingat ditemukan menurun pada anak malnutrisi juga
menunjukkan yang rendah pada kedua kelompok usia. Ketiga tes dari fungsi
eksekutif (kelancaran pennggunaan daya ingat, perhatian selektif termask stimulus
"Novel" dan pelaksanaannya memerlukan pada lokasi spatial kognitif yng
fleksibel secepat pemrosesan informasi ini dimana terpengaruhi pada anak
malnutrisi. Hasil ini juga mengindikasikan bahwa anak malnutrisi menunjukkan
peningkatan yang sangat rendah dari fungsi luhur. Pada suatu level pelaksanaan
tes yang sesuai dengan tes yang sesuai dengan tes fungsi eksekutif terjadi
peningkatan yang dipengaruhi sesuai dengan pertambahan usia. Bagaimanapun
juga, dalam kasus ini kelancaran verbal pada anak malutrisi adalah rendah tetapi
rerata peningkatan antara kedua kelompok umur lebih baik dibandingkan anak
cukup gizi.
Fungsi visuospatial seperti persepsi visual, membangun kontak mata dan
visuo-konseptual menunjukkan hasil yang buruk secara signifikan ketika
dibandingkan dengan anak cukup gizi, tetapi seiring dengan bertambahnya umur
terjadi peningkatan kemampuan. Kemampuan dari fungsi, seperti pada persepsi
visual (diskriminasi visual, pencocokan persepsi, pengakhiran pandangan, dan
hubjngan visuospatial) serta pembangunan kontak mata sepenuhnya terpengaruh
pada anak malnutrisi dan juga ditunjukkan rerata yang rendah pada pertambahan
usia.
Komprehensi verbal, pembelajaran dan memori dari materi verbal dan
visual ditemukan rendah apabila dibandingkan dengan anak cukup gizi, tetapi
rerata peningkatan antara kelompok usia 5-7 tahun dan 8-10 tahun dengan anak
cukup gizi adalah sama. Hasil ini menyarankan bahwa perkembangan yang
komprehensif terhadap usia mungkin tidak berpengaruh pada anak cukup gizi.
Bagaimanapun juga, hasil yang buruk pada tes pembelajaran verbal AVLT, anak
malnutrisi juga menunjukkan peningkatan yang minimal antara kedua kelompok
usia jika dibandingkan dengan anak cukup gizi adalah sangat jauh berbeda.
Memori visual tidak jauh terpengaruh pada anak malnutrisi dalam artian hasil
yang rendah pada keterlambatan pemanggilan pada desain tes pembelajaran
seperti perbedaan antara kedua kelompok usia
Malnutrisi mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan otak dam lebih
jauh mengenai perilaku. Anak usia sekolah yang menderita malnutrisi ditemukan
secara umum memiliki IQ, fungsi kognitif, prestasi sekolah yang rendah dan
gangguan perilaku yang diluar kebiasaan sesuai dengan kontrol dan kurang lebih
sama seperti saudara kandungnya. Setidaknya kerugian tersebut hingga pada masa
remaja. Tidak ada bukti yang konsisten dari kekurangan fungsi kognitif. Kejelasan
fungsi dari proses kognitif yang spesifik tidak dijelaskan.
Perawakan pendek pada awal masa kanak-kanak yang biasanya terjadi di
negara berkembang yang dihubungkan dengan kognitif yang rendah dan prestasi
di sekolah setelah masa kanak-kanak. Kurangnya nilai anak-anak telah dilaporkan
memiliki nilai yang lebih kecil pada usia 11 tahun dibandingkan usia 8 tahun pada
studi longitudinal pada anak berperawakan pendek dengan malnutrisi yang
disarankan tidak memiliki efek lebih lanjut. Juga pada studi ini seluruh anak pada
grup malnutrisi juga berperawakan pendek dan dari penilaian cross-sectional yang
berhubungan dengan peningkatan usia menunjukkan rerata yang sama diantara
kelompok usia 5-7 tahun hingga 8-10 tahun yang diobservasi pada anak cukup
gizi pada kemampuan dasar memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan
anak dengan malnutrisi.hasil ini menunjukan bahwa malnutrisi memiliki efek
yang merugikan (sebagian memiliki efek perawakan pendek) sesuai dengan usia
pada sebagian fungsi kognitif tetapi rerata perkembangan kognitif dari sebagian
besar proses kognitif juga sebagian proses kognitif yang lebih tinggi termasuk
proses eksekutif dan persepsi visuospatial dapat berakibat lebih buruk pada masa
kanak-kanak. telah dilaporkan Penurunan lanjutan dari efek malnutrisi terdapat
perbedaan dari tingkat pendidikan, sosioekonomi dan psikososial. Oleh karena itu,
malnutrisi (sebagian stunting) memiliki efek perkembangan proses kognitif yang
terlambat semasa anak-anak dibandingkan gangguan kognitif umum yang
menetap.
Interpretasi neuropsikologi dari proses kognitif memiliki efek yang lebih
berat pada anak dengan malnutrisi yang mendapatkan kortikal yang acak. Ini
seperti yang terdapat pada defisit yang berhubungan dengan fungsi yang
dimediasi oleh dorsolateral prefrontal cortex (hasil yang rendah pada tes
perhatian, kelancaran dan fungsi memori), parietal kanan (hasil yang rendah pada
tes fungsi visuospatial), dan bilateral cortex temporal ( hasil yang rendah pada tes
komperhensif, belajar berbahasa, memori untuk materi verbal dan visual).
Sebagian dari cortex prefrontal rentan terhadap malnutrisi. Efek lanjut dari
malnutrisi (PEM-stunting) pada perkembangan kognitif dapat dihubungkan
dengan beberapa fungsi pematangan struktural dan fungsional seperti
keterlambatan myelinisasi dan pengurangan secara keseluruhan perkembangan
dari karbonisasi dendritik pada perkembangan otak.
Terdapat dua hasil dari studi ini yaitu perawakan pendek yang disebabkan
oleh malnutrisi juga dapat menimbulkan efek pada fungsi kognitif. Di satu sisi
pengaruh umur juga disepakati meningkatkan kemampuan kognitif dan di sisi
lainya dapat menyebabkan perbaikan kognitif secara terus menerus.
Bagaimanapun juga efek tersebut tidak secara spesifik dan acak pada sebagian
daerah kognitif. Hasil dari studi ini juga mengindikasikan bahwa, sebagian fungsi
kognitif juga rentan terhadap efek malnutrisi dalam artian menunjukkan perbaikan
tetapi rata-rata perkembangan dari fungsi ini mungkin tidak memiliki pengaruh.
Di sisi lain, rerata dari perkembangan sebagian fungsi kognitif mungkin
berpengaruh dan juga menunjukkan perbaikan ketika dibandingkan dengan anak
yang memiliki gizi cukup.
Kesimpulan
Kekurangan energi protein kronik (perawakan pendek) menyebabkan
penurunan kognitif secara perlahan dari rata-rata proses perkembangan kognitif.
Nilai perkembangan fungsi kognitif kemungkinan mengikuti perubahan pada anak
dengan kelainan malnutrisi. KEP menyebabkan perbedaan proses perkembangan
kognitif selama masa kanak-kanak dibandingkan yang ditunjukan disfungsi
kognitif secara keseluruhan seperti yang dibandingkan anak cukup gizi.
Perawakan yang pendek dapat merupakan bentuk dari perkembangan kognitif
yang terlambat seperti pada kelainan kognitif yang permanen hanya mengalami
peningkatan kognitif yang minimal seiring dengan bertambahnya umur. Pengaruh
KEP lebih berat pada usia anak-anak mengenai perhatian, melakukan fungsi
kognitif yang fleksibel, fungsi memori, fungsi visuospatial seperti melakukan
kontak mata, periode ini ditandai dengan perkembangan fungsi kognitif yang
cepat.
Kepentingan penulis
Penulis menyatakan bahwa tidak ada kepentingan lain dalam penelitian ini.
Kontribusi penulis
BRK membuat kontribusi secara substansial pada konsep, desain,
pengumpulan dan analisis data pada studi ini. SLR dan BAC berkonstribusi pada
konsep, desain, dan draft dari naskah ini. Seluruh penulis telah membaca dan
menyetujui naskah akhir.
Pengakuan
Para penulis telah mengakui bantuan dan petunjuk dari Prof. Tara
Gopaldas (konsultan nutrisi dan kesehatan) dari layanan konsultasi Tara,
Bangalore. Dr. Rajiv Kurpad dan Dr. Sumitra dari divisi nutrisi dan kesehatan,
Rumah sakit dan Fakultas kedokteran St. Johns, Bangalore.
Daftar Pustaka
1. Udani PM: brain and various facets of child development. Indian J Petdiatr 1992, 59:165-186.
2. Upadhayaya SK, Saran A, Agarwal DK, Singh MP, Agarwal KN: Growth and behaviour development in rural infants in relation to malnutrition and environment. Indian Pediatr 1992, 29:595-606.
3. Leenstra T, Petersen LT, Kariuki SK, Oloo AJ, Kager PA, ter Kuille FO: Prevalence and severity of malnutrition and age at menarche; cross-sectional studies in adolescent school girls in western Kenya. Eur J Clin Nutr 2005, 59:41-48.
4. Levitsky Da, Strupp BJ: Malnutrition anf the brain: ndernutrition and behavioural development in children. J Nutr 1995,125:22125-22205.
5. LipdhyayaSK, Agarwal KN, Agarwal DK: Influence of malnutrition on social maturity, visual motor coordination and memory in rural school children. Indian J Med Res 1989. 90:320-327.
6. Upadhyay SK, Agarwal DK, Agarwal KN: Influence of malnutrition on intellectual development. Indian J Mer Res 1989. 90:430-441.
7. Mendez MA, Adair LS: severity and timing of stunting in the first two years of life affect performance on cognitive tests in late childhood. J Nutr 1999. 129:1555-1562.
8. Posner MI, Petersen SE, Fox PT, Raichle ME: Localization of cognitive functions in the human brain. Science 1988, 240:1627-1631.
9. Scrupp BJ, Levirsky DA: Enduring cognitive effects on early malnutritio : A Theoritical Appraisal. J Nutr 1995, 125:22215-22325.
10. Das JP, Pivato E: Malnutrition and cognitive functioning. International review of research in mental retardation 1976:8.
11. Measuring changes in Nutritional Status WHO, Geneva; 1983.12. Raven J, Raven JC, Court JH: Colored progressive matrices. Oxford:
Oxford Psychologists Press; 1998.13. Kar BR, Rao SL, Chandramouli BA, Thennarasu K: NIMHANS
neuropsychological battery for children-manual. Bangalore: NIMHANS publication division; 2004.
14. Rutter MA: Children's behaviour questionnaire for completion by teachers: preliminary findings. J Child Psychol Psyc 1967, 8:1-11.
15. Reitan RM: Sensorimotor functions, intelligence and cognition, and emotional status in subjects with cerebral lesions.
16. Bornstein RA: Normative data on selected neuropsychological measures from a nonclinical sample. J Clin Psychol 1985, 41:651-659.
17. Korkman M, Kemp SL, Kirk U: Effects of age on neurocognitive18. measures of children ages 5–12 years: A cross-sectional study on 800
children from the United States. Dev Neuropsychol 2001, 20:325-330.
19. Williams J, Rickert V, Hogan J, Zolten AJ, Satz P, D'Elia LF, Asarnow RF, Zaucha K, Light R: Children's colour trails. Arch Clin Neuropsych 1995, 10:211-223.
20. Spreen O, Strauss E: A compendium of neuropsychological tests. 2nd edition. New York: Oxford University Press; 1998.
21. Kapur M: Measurement of organic brain dysfunction. Ph.D thesis submitted to Bangalore University 1974.
22. Benton AL: Right-left discrimination. Pediatr Clin North Am 1968, 15(3):747-58.
23. Lezak MD: Neuropsychological assessment. New York: Oxford University Press; 1995.
24. Jones-Gotman M, Milner B: Design fluency: the invention of nonsense drawings after focal cortical lesions. Neuropsychologia 1977, 15:653-674.
25. Jones-Gotman M: Localization of lesions by neuropsychological testing. Epilepsia 1991, 32:S41-S52.
26. Kown H, Reiss AL, Menon V: Neural basis of protracted developmental changes in visuospatial working memory. P Natl Acad Sci USA 2002, 99:13336-13341.
27. Kar BR: Standardization of a neuropsychological battery for children. In Ph.D thesis National Institute of Mental Health and Neurosciences, Department of Clinical Psychology; 2003.
28. Khetrapal N, Kar BR, Srinivasan N: Development of visuospatial working memory: Role of load and task difficulty. Psychological Studies 2008, 53:170-174.
29. Collarrusso RP, Hammill DD: Motor-free visual perception test Finland: Academic Therapy Publications; 1972.
30. Malin AJ: Malin's intelligence scale for Indian children (MISIC). Indian Journal of Mental Retardation 1969, 4:15-25.
31. De Renzi E, Vignolo L: The token test: A sensitive test to detect receptive disturbances in aphasics. Brain 1962, 85:665-678.
32. Maj M, D' Elia L, Satz P, Janssen R: Evaluation of two new neuropsychological tests designed to minimize cultural bias in the assessment of HIV-1 seropositive persons: A WHO study. Arch Clin Neuropsych 1993, 8:123-135.
33. Vakil E, Blachstein H, Sheinman M, Rey AVLT: Development of norms for children and sensitivity of different measures to age. Child Neuropsychol 1998, 4:161-177.
34. Jones-Gotman M: Memory for designs: the hippocampal contribution. Neuropsychologia 1986, 24:193-203.
35. Scoville WB, Milner B: Loss of recent memory after bilateral hippocampal lesions. J Neurol Neurosur Ps 1954, 20:11-21.
36. Agarwal KN, Agarwal DK, Upadhyay SK: Impact of chronic undernutrition on higher mental functions in Indian boys aged 10–12 years. Acta Paediatr 1995, 84:1357-61.
37. Gorman KS: Malnutrition and cognitive development: evidence from experimental/quasi experimental studies among the mild-moderately malnourished. J Nutr 1995, 125(Suppl):2239S-2244S.
38. Grantham-McGregor S: A review of studies of the effect of severe malnutrition on mental development. J Nutr 1995, 125(8 Suppl):2333S-2238S.
39. Chang SM, Walker SP, Grantham-McGregor S, Powell CA: Early childhood stunting and later behaviour and school achievement. J Child Psychol Psyc 2002, 43:775-783.