Makalah PsikoPend

17
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu jiwa adalah ilmu yang mempelajari atau menyelidiki pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan jiwa seseorang. Ilmu jiwa anak dan ilmu jiwa masa muda, kedua-duanya disebut sebagai ilmu jiwa genetis atau ilmu jiwa perkembangan, kedua-duanya merupakan bagian dari psikologi. Ilmu jiwa perkembangan bertugas untuk menyelidiki kehidupan kejiwaan anak dan berusaha menemukan hal ihwal yang beraturan, serta aspek-aspek yang khusus dalam diri anak atau seseorang yang tengah berkembang. Lalu adakah kita mempelajari perkembangan anak sejak masa lahir sampai dengan masa remaja? Jawabannnya ialah sebagai berikut: untuk mendapatkan pengertian dan wawasan mengenai diri manusia, seyogyanya kita mulai dari pemahaman tentang awal permulaan eksistensinya. Untuk itu sangat diperlukan pemahan mengenai dunia anak-anak. Ilmu jiwa anak juga penting bagi pemahaman diri sendiri, dan pemahaman terhadap orang lain di luar diri kita. Sebab impresi dari masa kanak-kanak itu sangat berpengaruh pada pembentukan sikap hidup (attitude) dan pandangan hidup kita baik yang diproyeksikan pada saat sekarang, maupun pada masa yang akan datang. Lalu bagaimana cara untuk kita bisa mempelajari ilmu perkembangan tersebut? Jawabannya ialah kita bisa mempelajari dan menyelidikinya dengan berbagai metode yang ada. Metode-metode itulah yang akan coba dibahas dalam makalah ini. B. Rumusan Masalah 1. Pendekatan-pendekatan apa yang bisa dipelajari untuk kemudian diterapkan ketika melakukan penelitian terhadap ilmu jiwa perkembangan? 2. Apa yang harApa saja metode-metode yang digunakan dalam menyelidiki jiwa perkembangan? 3. Apa saja faedah atau manfaat mepelajari ilmu jiwa perkembangan?

description

Makalah ini membahas tentang metode kajian dalam psikologi

Transcript of Makalah PsikoPend

Page 1: Makalah PsikoPend

BAB IPENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Ilmu jiwa adalah ilmu yang mempelajari atau menyelidiki pernyataan-pernyataan yang

berkaitan dengan jiwa seseorang. Ilmu jiwa anak dan ilmu jiwa masa muda, kedua-duanya

disebut sebagai ilmu jiwa genetis atau ilmu jiwa perkembangan, kedua-duanya merupakan

bagian dari psikologi.  Ilmu jiwa perkembangan bertugas untuk menyelidiki kehidupan kejiwaan

anak dan berusaha menemukan hal ihwal yang beraturan, serta aspek-aspek yang khusus dalam

diri anak atau seseorang yang tengah berkembang.

Lalu adakah kita mempelajari perkembangan anak sejak masa lahir sampai dengan masa

remaja? Jawabannnya ialah sebagai berikut: untuk mendapatkan pengertian dan wawasan

mengenai diri manusia, seyogyanya kita mulai dari pemahaman tentang awal permulaan

eksistensinya. Untuk itu sangat diperlukan pemahan mengenai dunia anak-anak. Ilmu jiwa anak

juga penting bagi pemahaman diri sendiri, dan pemahaman terhadap orang lain di luar diri kita.

Sebab impresi dari masa kanak-kanak itu sangat berpengaruh pada pembentukan sikap hidup

(attitude) dan pandangan hidup kita baik yang diproyeksikan pada saat sekarang, maupun pada

masa yang akan datang.

 Lalu bagaimana cara untuk  kita bisa mempelajari ilmu perkembangan tersebut?

Jawabannya ialah kita bisa mempelajari dan menyelidikinya dengan berbagai metode yang ada.

Metode-metode itulah yang akan coba dibahas dalam makalah ini.

B.     Rumusan Masalah

1.      Pendekatan-pendekatan apa yang bisa dipelajari untuk kemudian diterapkan  ketika melakukan

penelitian terhadap ilmu jiwa perkembangan?

2.       Apa yang harApa saja metode-metode yang digunakan dalam menyelidiki jiwa perkembangan?

3.      Apa saja faedah atau manfaat mepelajari ilmu jiwa perkembangan?

C.     Tujuan

1.      Untuk mengetahui pendekatan-pendekatan ilmu psikologi yang bisa dipelajari untuk kemudian

diterapkan  ketika melakukan penelitian terhadap ilmu jiwa perkembangan

2.      Untuk mengetahui metode-metode yang digunakan dalam menyelidiki jiwa perkembangan

3.      Untuk mengetahui faedah atau manfaat mepelajari ilmu jiwa perkembangan

Page 2: Makalah PsikoPend

BAB IIPEMBAHASAN

                                                                               

A.    Pendekatan Psikologi Perkembangan

Untuk mengetahui suatu perkembangan atau pertumbuhan, harus dilakukan pendekatan-

pendekatan dan metode-metode tertentu, dimaksudkan untuk memberikan pengertian tentang

bagaimana para psikolog perkembangan melakukan tugas mereka dalam mendapatkan lebih

banyak pengertian akan gejala perkembangan serta bagaimana cara mengatasi hambatan dalam

proses perkembangan.

Ada beberapa pendekatan dalam psikologi perkembangan yang bersifat pendekatan

umum,[1] yaitu:

1)   Pendekatan Cross-sectional

Pendekatan Cross-sectional adalah suatu pendekatan yang dipergunakan untuk

melakukan penelitian terhadap beberapa kelompok anak dalam jangka waktu yang relative

singkat. Dalam pendekatan ini penelitian dilakukan terhadap orang-orang atu kelompok orang

dari tingkat umur yang berbeda-beda. Suatu studi kros-sektional yang umum dapat mencakup

Page 3: Makalah PsikoPend

sekelompok anak berusia 5 tahun, 8 tahun, dan 11 tahun; kelompok lain dapat mencakup

kelompok anak remaja dan orang dewasa, berusia 15 tahun, 25 tahun dan 45 tahun. Kelompok-

kelompok yang berbeda tersebut dapat dibandingkan dalam halkeberagaman variable terikat,

sepeti IQ, memori, relasi teman sebaya, kedekatan dengan orang tua, perubahan hormone, dan

lain-lain. Semua ini dapat dilakukan dalam waktu yang relative singkat. Dengan mengambil

kelompok orang dari tingkat umur yang berbeda ini akhirnyaakan dapat ditemukan gambaran

mengenai proses perkembangan satu atau beberapa aspek kepribadian seseorang. Melalui

pendekatan kros-sektionalini dapat diperoleh pengertian yang lebih baik akan factor yang khas

atau yang kurang khas bagi kelompok-kelompok yang diperbandingkan.

Keuntungan utama dalam pendekatan kros-sektional ini adalah bahwa para peneliti tidak

membutuhkan waktu yang terlalu lama untuk menunggu individu bertumbuh. Adapun

kelemahan pendekan ini adalah bahwa pendekatan ini tidak member informasi tentang

bagaimana individu berubah atau tentang stabilitas karakteristiknya. Naik turunya perkembangan

dapat menjadi tidak jelas.

2)   Pendekatan Longitudinal

Pendekatan longitudinal adalah pendekatan dalam penelitian yang dilakukan dengan cara

menyelidiki anak dalam jangka waktu yang lama, misalnya mengikuti perkembangan sesorang

dalam jangka waktu tertentu, seperti selama masa kanak-kanak atau selama masa remaja.

Dengan pendekatan ini diteliti beberapa aspek tingkah laku pada satu atau dua orang yang sama

dalam waktu beberapa tahun. Dengan begitu akan diperoleh gambaran aspek perkembangan

secara menyeluruh.

Pendekatan ini pun mempunyai kelebihan dan kelemahan.

Kelebihan pendekatan ini adalah :

         Sampel lebih sedikit, sehingga memungkinkan untuk melakukan analisa terhadap pertumbuhan

dan perkembangan setiap individu.

         Memungkinkan mengetahui gangguan-gangguan dalam perkembangan, baik secara pribadi

maupu dalam kelompok.

         Memungkinkan melakukan analisa terhadap hubungan antara proses pertumbuhan, baik aspek

kematangan maupun pengalaman, karena data yang diperoleh berasal dari anak yang sama.

         Memberikan kesempatan untuk menganalisa efek lingkungan terhadap perubahan tingkah laku

dan kepribadian.

Kelemahan dari pendekatan ini adalah :

         Membutuhkan waktu yang yang lama dan biaya yang besar

         Memerlukan banyak peneliti yang kemungkinan memiliki pengalaman yang berbeda-beda.

         Kemungkinan terjadinya gangguan dalam selang waktu penelitian yang sedang dilakukan,

misalnya bila orang pindah tempat atau meninggal.

3)   Pendekatan Sekuensial

Page 4: Makalah PsikoPend

Untuk mempelajari perkembangan rentang hidup, sejumlah pakar psikologi

perkembangan juga menggunakan kombinasi dari pendekatan kros-sektional dan pendekatan

longitudinal. Kombinasi pendekatan kros-sektional dan pendekatan longitudinal inilah yang

dinamakan pendekatan sekuensial. Dalam banyak hal, pendekatan ini mulai dengan studi kros-

sektional yang mencakup individu dari usia yang berbeda. Berbulan-bulan atau bertahun-tahun

setelah pengukuran awal, individu yang sama diuji lagi (ini merupakan aspek longitudinal dari

rancangan) Pada waktu selanjutnya,, sekelompok subjek baru diukur pada masing-masing tingkat

usia. Kelompok baru pada masing-masing tingkat ditambahkan pada waktu berikutnya untuk

mengontrol perubahan yang (gugur) dari studi, atau pengujian ulang mungkin telah

meningkatkan kinerja mereka.

Meskipun pendekatan ini kompleks, mahal, dan lama, namun benar-benar memberikan

informasi yang tidak mungkin diperoleh dari pendekatan kros-sektional dan pendekatan

longitudinal. Pendekatan sekuensial sangat berguna, terutama dalam menguji pengaruh kohor

(generasi) pada perkembangan rentang hidup.

4)   Pendekatan Cross-cultural

Pendekatan cross-cultural adalah suatu pendekatan dalam penelitian yang

mempertimbangkan faktor-faktor lingkungan atau kebudayaan yang berpengaruh terhadap

perkembangan anak. Pendekatan ini banyak digunakan untuk mengetahui perbedan-perbedaan

atau persamaan-persamaan perkembangan anak pada latar belakang kebudayaan yang berbeda-

beda. Hal ini adalah karena dengan pendekatan ini akan diperoleh pengertian yang lebih

mendalam tentang proses perkembangan seseorang. Melalui pendekatan ini bisa dijelaskan

hipotesa-hipotesa yang ada melalui faktor-faktor yang diperoleh, misalnya tentang besar kecilnya

pengaruh dari faktor sosial, ekonomi, pola pengasuhan dan gaya hidup terhadap cirri-ciri

kepribadian dan perkembangan-perkembangan kogniotif.

Pendekatan ini dilakukan terhadap kelompok-kelompok yang berbeda latar belakang

kebudayaanya, baik melalui percobaan, maupun tes pengumpulan data melalui observasi,

wawancara dan pengumpulan data lainya untuk diolah dan dianalisa persamaan dan

perbedaanya. Dengan pendekatan ini suatu hipotesa mengenai tes, misalnya yang bebas-budaya

(cultural-free) atau norma-norma yang dianggap universal (misalnya kemampuan berbicara)

dapat dibuktikan kebenaranya. Demikian pula mengenai urutan-urutan dalam perkembangan

pentahapan dalam perkembangan, apakah merupakan norma yang universal atau berlaku pada

suatu kelompok keturunan tertentu, dapat diselidiki dengan pendekatan lintas budaya ini.

Dengan demikian pendekatan lintas-budaya (cross-cultural) mengenai urutan-urutan

dalam perkembangan, pentahapan dalam perkembangan, apakah merupakan norma yang

universal atau berlaku pada suatu kelompok keturunan tertentu, dapat diselidiki dengan latar

belakang kebudayaan yang sangat berbeda.

B.  Metode-metode Mempelajari Ilmu Jiwa Perkembangan

Page 5: Makalah PsikoPend

Suatu metode penyelidikan dalam suatu ilmu adalah suatu keharusan mutlak. Demikian

halnya dalam menyelidiki psikologi juga dipergunakan metode-metode sebagai berikut:

1. Metode yang bersifat filosofis, terdiri dari :  Metode intuitif adalah metode yang di peroleh dengan bergaul secara langsung dengan objek yang

akan diteliti, baik secara disengaja atau tidak disengaja.  Metode kontemplatif adalah metode yang dilakukan dengan jalan merenungkan objek yang akan

di ketahui dengan mempergunakan kemampuan berpikir kita.  Metode agamis / religius yaitu metode yang diperoleh dengan jalan / cara mempergunakan materi-

materi agama sebagai alat utama untuk meneliti pribadi manusia. Nilai-nilai yang terkandung

dalam agama merupakan kebenaran absolut dan pasti benar.

2.   Metode yang bersifat empiris, terdiri atas :

a.       Metode Pendekatan Observasi

Ada beberapa cara pendekatan guna mengadakan studi terhadap kehidupan anak-

anak.yang pertama dengan melakukan observasi secara teratur dan sistematis, dan mengukur

berat dan tinggi badannya, kemampuan-kemampuan jasmaniah dan tingkah laku tertentu; antara

lain kemampuan menggunakan jari jemari, kemahiran berjalan, kemajuan bahasa, prestasi

sekolah, test belajar dan lain-lain.

Kedua pendekatan secara subyektif, yaitu tidak meneliti setiap potensi yang ada dan yang

bisa dilihat atau bisa diukur, akan tetapi berusaha mencatat dan mempermasalahkan antara lain,

keinginan dan perasaan nya yang paling dala, dan laian-lain. Sebagai contoh kami kemukakan

peristiwa sebagai berikut: dinilai secara obyektif, anak yang berumur 4 tahun itu mempunyai

tinggi badan ± 95 cm dengan berat badan kira-kira 11-12 kg. Pertumbuhan  jasmaniah anak bisa

diketahui dengan mengukur berat badan, ukuran-ukuran lingkar kepala, lingkar pinggang atau

pinggul, dan lingkar dada si anak. Secara obyektif si anak tersebut bisa dikatakan ia lebih besar

atau lebih kecil daripada rata-rata anak umur 4 tahun.

Akan tetapi pendekatan subyektif berusaha menjelaskan perasaan dan fikiran si anak

menurut criteria anak sendiri. Umpamanya, anak merasa sebagai anak besar, anak yang

dilupakan, merasa sangat sengsara dalam hati, merasa jadi anak raja yang manja dan bisa berbuat

semau gue, merasa seperti anka tiri dan lain-lain.

Ringkasnya pendekatan anak subyektif itu mengharuskan kita untuk menilai anak dengan

criteria anak itu sendiri. Jadi menilai dengan memahaminya sesuai dengan perasaan dan fikiran

anak sesuai dengan daya persepsi dan motivasi-motivasinya. Aspek subyektif dari anak itu

mencakup “Akunya”, mengait pada kepunyaan, pengalaman, dan dunianya pada saat usi yang

masih muda yang terus berlanjut hingga akhir hayatnya.

Untuk memahami hakekat anak, kecuali pemahaman tentang dimensi-dimensi yang

obyektif (menyajikan informasi kuantitatif yang bisa diukur secara cermat), juga diperlukan

pemahamn dimensi-dimensi subyektif dari anak (yang memberikan data kuantitatif). Pendekatan

secara obyektif yang memberikan data obyektif itu sifatnya impresional.sedang pendekatan

Page 6: Makalah PsikoPend

secara subyektif, yang memberikan informasi subyektif seerta kualitatif yang sukar diukur

dengan cermat, sifatnya personal atau pribadi. Oleh karena itu, kedua sifat ini hendaknya

dikombinasikan, agar kita bisa mendapatkan wawasan yang lebih tepat-cermat mengenai pribadi

anak. Jelasnya, data impresional yang obyektif hendaknya selalu didukung oleh data personal

yang mereflesikan segenap pengalaman pribadi sang anak.

Memang perlu bagi pendidik dan orang tua untuk bisa mengamati tingkah laku anak

secara obyektif, dan mengukurnya dengan tepat. Akan tetapi yang lebih penting lagi ialah

kemampuan memahami dan mengimterpesikan kehidupan psikis anak, dilihat dari pribadi dan

kepentingan anak sendiri. Sehingga dengan begitu tidak akan terjadi salah faham, dan tidak

timbul masalah dengan anak. Sebab kesalahan paling banyak dan merupakan kesulitan paling

besar yang harus dihadapi orang dewasa pada umunya dalam usaha pendidikan ialah: melihat

semua segala yang tampak pada anak menurut pandangan dan pendirian orang dewasa sendiri.

Sehingga terjadi salah paham,salah interprestasi, salah mengerti, dan salah langkah pada orang

dewasa. Untuk mengatasi kesulitan tersebut, seyogyanya kita tidak hanya berlaku sebagai

seorang pengamat saja, akan tetapi juga berlaku sebagai partisipan yang bisa

mengidentifikasikan diri dengan pribadi anak. Seorang pengamat akan melakukan observasi

secara tepat dan menghitung denagn teliti semua aktivitas karakteristik dari anak dengan cara

yang impresional. Sebaliknya, seorang partisipan tidak hanya mengamati anak saja, akan tetapi

juga berusaha ikut merasakan dan terlibat dalam kehidupan perasaan serta kegiatan anak,

mencoba memahami arti personal dari setiap gerak dan tingkah laku anak.

Sebagai pengamat kita bisa mengukur IQ (Intellegientie Quotient) sekelompok anak-anak

secara obyektif dan impersonal dan mencatatnya dengan cermat dalam buku laporan pribadi.

Namun sebagai partisipan hendaknya kita juga mwminati suka duka anak-anak tersebut,

sehubungan dengan sukses dengan kegagalan usahanya, dikaitkan pula dengan tarap intelegensi

masing-masing.

Maka selagi kita mampu mengapresiasi gelak tawa atau duka seorang anak (dengan jalan

mengobservasi anak), seyogyanya sekaligus kita juga mampu mendengarkan gelak ria kita

sendiri atau memahami tetesan air mata hati kita sendiri. Untuk memahami kecemasan anak,

hendaknya kita bisa mengahyati arti dari kecemasan hati kita sendiri yang tengah diburu oleh

ketakuta-ketakutan yang irrasional. Dengan jalan mawas diri  dan ikut menhayati dari suatu

pengalaman kita bisa berfungsi sebagai seorang pengamat yang obyektif, sekaligus jugfa menjadi

partisipan yang peka dan memiliki wawasan yang mendalam mengenai subyek yang kita amati.

Untuk bisa lebih memahami orang lain, harus bisa mengembangkan kemampuan

memahami diri sendiri, yaitu memahami perasaan sendiri dalam kaitan penghayatan terhadap

kehidupan emosional orang lain yang tengah berkomunikasi dengan kita. Pengertian tentang diri

sendiri akan menentukan sikapkita terhadap orang lain untuk selanjutnya mengambil pelajaran

dari dari semua pengalaman. Selanjutnya, pengertian tentang diri dan orang lain akan

memberikas saham yang berguna untuk lebih memahami diri sendiri, da memperbaiki segala

Page 7: Makalah PsikoPend

kekeliruan dan kekurangan. Maka proses pemahaman diri  orang lain dan proses pemahaman

pribadi diri sendiri itu saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu sama lain.

Jelaslah bahwa pengertian tentang diri sendiri dan pemahan tentang hakekat anak itu

sangat esensial dalam studi ilmu jiwa anak. Hal ini bisa dibantu dengan mengenang kembali

masa dunia kanak-kanak yang masih ada dan melekat pada diri kita sendiri sampai saat

sekarang. Selanjutnya, pibadi yang sehat lahir bathinnya dan dewasa secara emosional itu pasti

mampu mengintegrasikan secara harmonis pengalamn masa lampau dengan penghayatan masa

sekarang tanpa banyak konflik, dan tanpa penyesalan diri. Sehingga orang bisa menerima

keadaan dirinya secara wajar. Dengan kewajaran ini, ia akan sanggup memahami keadaan serta

hakekat anaknya sendiri dan anak didik, di dalam kewajiban kondisi situasinya.

Isltilah–istilah dalam metode observasi : 

         Metode instrospeksi, yaitu metode pemeriksaan yang dilaksanakan dengan jalan meminta

kepada orang percobaan/anak dengan tujuan melahirkan segala peristiwa-peristiwa kejiwaannya

setelah ia selesai mengalami sesuatu.

         Metode instrospeksi eksperimental, metode introspeksi yang dilaksanakan dengan mengadakan

eksperimen (percobaan secra sengaja dan dalam suasana yang dibuat). Penyusun metode ini ialah

Oswald Kulpe.[2]

         Metode extrospeksi, ialah metode yang dilakukan dengan jalan mengamati dan mencatat sgala

tingkah laku dan gerak-gerik seseorang, setelah orang itu diberi suatu perangsang.

b.   Metode-metode dan Pendekatan-pendekatan Lainnya

Di samping metode observasi secara obyektif dan subyektif tadi, kita juga bisa

menggunakan pendekatan dengan cara lain. Antara lain dengan :

a)   Metode Eksperimen  

Dengan memberikan “tugas” atau kegiatan percobaan pada anak. Namun hendaknya

difahami bahwa percobaan dengan anak-anak kecil ini sangat sulit. Sebabnya, karena mereka itu

sangat sugestibel, mudah dipengaruhi, bertingkah semau sendiri dan sering sulit diberikan

pengertian.

Eksperimen pada bayi dan anak-anak kecil boleh dikatakan cuma terbatas pada reaksi

indriawi saja. Anak-anak usia sekolah, misalnya, bisa dicoba kemampuannya dengan

menggunakan test-test yang sistematis. Hal ini banyak dilakukan oleh  Alice Desceoudres dari

Institut J.J Rosseau di Genewa.

Dengan bantuan seri test-test dan eksperimen-eksperimen tersebut bisa diperoleh banyak

data informative tentang kemampuan anak-anak. Namun hendaknya difahami, bahwa

eksperimen-eksperimen dari test-test itu Cuma merupakan suplemen pelengkap untuk

mendapatkan informasi: dan tidak bisa menjadi alat pengganti bagi observasi intensif. Metode

eksperimen sendiri dibagi menjadi beberapa metode, yaitu :

Page 8: Makalah PsikoPend

         Metode Perangsang, ialah metode yang dilakukan dengan jalan member rangsang kepada orang

percobaan. Kemudian kepadanya ditanyakan apakah ia sudah menyadari adanya perangsang itu

atau belum:

         Metode Pernyataan, iala metode yang dilakukan dengan jalan member perangsang kepada orang

percobaan. Kemudian kepadanya diselidiki apakah tingkah laku yang terjadi pada orang

percobaan itu setelah menerima rangsang;

         Metode Reaksi, ialah metode yang dilakukan dengan jalan member rangsang kepada orang

percobaan kemudian diamati reaksi apakah yang diberikan oleh orang percobaan itu sebgai reksi

terhadap perangsang tersebut;

         Metode Testa, ialah metode yang dilakukan dengan jalan membersikan kepada orang percobaan

semacam ujian, atau perintah untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan atau ia harus mengerjakan

tugas yang diberikan.

b)   Metode Klinis  

Metode klinis ialah metode yang dilakukan dengan mengadakan Tanya jawab atau

interview dengan orang percobaan. Metode ini mula-mula diadakan di klinik-klinik antara dokter

dengan pasiennya, jadi bersifat medis.

Dalam klinik-klinik spesial, dengan situasi kondisi khusus orang berusaha mengamati

kemampuan orang peecobaan, untuk tujuan medis. Disamping observasi sistematis, orang

berusaha juga menanyakan macam-macam hal pada anak-anak, dan mengklasifikasikan hasilnya

dalam kategori penggolongan-penggolongan tertentu. Sehingga data dapat diperoleh dengan

cukup mengenai kemampuan berfikir dan bahasa anak. [3]

c)   Metode pengumpulan

Metode pengumpulan merupakan metode pendekatan yang tidak langsung (berkontrak).

Macam-macam metode pengumpulan :

         Metode Angket, ialah metode yang dilaksanakan dengan menggunakan deretan pertanyaan-

pertanyaan yang harus dijawab oleh orang banyak. Jika yang menjawab itu orang yang

berkepentingan sendiri maka angket itu disebut angket langsung. Dan jika yang menjawab orang

lain, maka angket itu disebut angket tidak langsung. Metode ini banyak dilakukan di Amerika

Serikat. Peneliti mengirimkan banyak kertas angket yang berisikan daftar pertanyaan-pertanyaan,

yang dijawab oleh orang tua. Dengan metode ini juga banyak dikumpulkan buku-buku harian

anak-anak puber, yang banyak menuliskan perasaan fikiran-kemaunnya dalam catan-catatan

harian. Namun studi mengenai buku harian ini sangat  sulit dilakukan., dan sukar ditafsirkan

karena anak-anak sering akli bersikap sangat subyektif dan sentimentil.

         Metode Riwayat Hidup, ialah metode yang dilaksanakan dengan mempelajari peri hidup

seseorang. Baik waktu ia masih hidup ataupun sudah meninggal.

         Metode Pengumpulan Bahan, ialah metode yang dilakukan dengan jalan mengumpulkan hasil

hasil orang percobaan. Dengan maksud dari hasil-hasil karyanya itu si penyelidik dpat

Page 9: Makalah PsikoPend

mengetahui sesuatau yang berhubungan dengan kehidupan jiwanya. Metode ini biasanya

dijalankan dlam jiwa anak-anak. Misalnya di dalam hal menggambar.

d)  Metode Pengamatan Terhadap Orang Lain

Kita telah mengetahui bahwa tidaklah patut bagi orang yang ingin meneliti ilmu jiwa,

hanya memusatkan perhatiannya pada pengamatan bathini saja, tapi harus pula meneliti keadaan

jiwa  yang lain. Pengenalan kita terhadap jiwa orang lain itu sebagiannya tergantung kepada

pengalaman yang lalu dan sebagian lainnya tidak. Perlu kita ketahui dan perhitungkan seberapa

jauh persamaan antara kita dan mereka, apabila persamaan itu kurang maka perlu dilakukan

sedikit kebijaksanaan untuk membayangkan keadaan jiwa mereka melalui kelakuannya yang

tampak.

C.     Faedah Mempelajari Ilmu Perkembangan Jiwa

Pada dasarnya mempelajari psikolog/ilmu jiwa adalah untuk menjadikan manusia supaya

baik hidupnya, bahagia dan sempurna. Jadi manfaat mempelajari ilmu jiwa diantaranya :

1)      Sebagai manusia individu seperti halnya kita mempelajari ilmu-ilmu yang lain. Yaitu tiap-tiap

pengetahuan itu mempunyai nilai-nilai:

a.       Praktis, artinya pengetahuan itu memberi kepada kita segi yang dapat kita praktekkan dalam

kehidupan sehari-hari.

b.      Formal, artinya dengan mempelajari ilmu itu. Kita sendiri dapat memetik buah pelajarannya

sehingga kita dapat memperbaaiki cara hidup yang kurang benar dan sebagainya sehingga kita

terbentuk.

c.       Material, artinya dengan pengetahuan itu kita bertambah pengetahuan. Yang sebelumnya itu kita

belum dapat sesudah kita mempelajari ilmu itu kita dapat.

2)      Sebagai manusia sosial, kita memerlukan juga pengetahuan ilmu jiwa itu. Sebab seseorang  baru

menjadi manusia bila ia hidup dengan manusia-manusia yang lain.

Jadi manusia di dalam bergaul dengan manusia yang lain memrlukan suatu alat yang

khusus untuk hal tersebut. Alat itu adalah adanya saling mengerti dan saling menghindarkan

sesuatu yang oleh orang lain tidak begitu disenangi sehingga dengan demikian terciptalah suatu

suasana yang menyenangkan dan darinya timbul rasa senasib dan sepenanggungan.

Sesungguhnya dari sinilah orang itu dapat menarik rasa perikemanusiaan, sebab dengan

demikian maka orang itu menyadari dirinya sendiri dan tahu bahwa ia tidak dapat bertindak

sewenang-wenang.

Yang perlu diketahui dalam pergaulan ialah bahwa tiap-tiap orang itu tidak sama sifat

bakatnya, sifat kegemarannya, sifat jenis kelaminnya, lingkungannya,  irama perkembangannya

dan sebagainya. Dan ini semualah yang menjadi syarat mutlak terciptanya saling mengerti antara

manusia.

3)      Untuk memberikan pelatihan kita kepada orang lain untuk selalu peka terhadap perasaan orang

lain

Page 10: Makalah PsikoPend

4)      Dapat memperkaya gaya kepemimpinan. Tentunya dengan banyak teori yang ada dapat kita

terapkan sebagai salah satu cara memimpin yang sesuai dengan situasi yang ada

5)      Pentinganya Ilmu Jiwa Bagi Seorang Guru

Dahulu orang berpendapat bahwa untuk menjadi guru yang baik, cukup dengan

menguasai materi-materi pelajaran yang akan disajikannya. Jika orang ingiun belajar berhitung,

sudah cukup baginya menguasai pokok-pokok ilmu berhitung. Padahal tugas mengajar itu

menyangkut dua kata J. Adams, ia menghendaki obyek apabila kita katakana misalnya: “saya

ajar Muhammad berhitung”, maka mengajar” obyeknya dua, yaitu Muhammad dan

Berhitung. [4]

Disini tampak bahwa keberhasilan guru mengajar Muhammad berhitung, terhitung dari

pengetahuannya tentang berhitung dan tentang Muhammad. Di sampiung itu Ia harus

memperhatikan metoded menyampaikan berhitung itu kepada Muhammad, artinya bahwa setiap

guru harus menguasai tiga hal, yaitu :

1.      Materi yang akan diajarkannya

2.      Jiwa dan kecerdasan murid

3.      Metode penyampaian materi itu kepada murid.

Adapun masalah yang pertama, yaitu yang menyangkut materi khusu yang akan

disampaikan, biasanya telah dipelajari oleh guru sebelum ia disiapkan secara teknis untuk

menjadi guru, sedangkan yang kedua yaitu menyangkut penelitian terhadap jiwa murid. Disini

tampak betapa pentingnya ilmu jiwa bagi guru. Selanjutnya yang ketiga masuk dalam seni

mendidik dan metode mengajarkan suatu ilmu kepada orang maka saya harus mengetahui jiwa,

kecerdasan, kemampuan dan bakat orang itu. Dan harus pula mengetahui cara yang ditempuh

otak untuk proses belajar.

Seorang guru yang ingin meperbaiki atau menumbuhkan kemampuan khusus pada murid,

ia harus mengetahui pikiran murid, mengerti susunan kecerdasannya, caranya menangkap

pengetahuan dan keterampilan. Dia juga mengetahui kemampuannya yang asli dan yang yang

dipelajari, dia perlu memahami apa yang menyebabkan lelah dan yang menimbulkan

kegembiraa, ada pula yang menambah kegiatan dan keberhasilannya, dan banyak lagi hal-hal

yang dapat memudahkan guru melaksanakn tugas dengan baik.

Ilmu jiwa dapat membekali guru dengan cirri-ciri pertumbuhan mental dalm semua

tingkat pertumbuhannya, mulai dari mental dalam semua tingkat pertumbuhannya, mulai dari

kanak-kanak sampai orang dewasa. Dia juga mengetahui keadaan sifat-sifat tersebut  dalam

suasana lingkungan yang meliputi anak, sehingga terciptalah keadaan yang dapat

memperkembang potensi dan bakatnya dengan cara yang bermanfaat ia pun berguna bagi

masyarakat.

Barangkali diantara manfaat penting yang didapat oleh guru dari ilmu jiwa ialah

mengetahui perbedaan individual antara seorang anak dan lainnya. Guru-guru pada zaman

dahulu menganggap bahwa murid-muridnya itu sama kecerdasannya, lau mengahrapkan hasilnya

Page 11: Makalah PsikoPend

juga sama. Ini adalah kesalahan besar, ilmu jiwa telah menjelaskan kepada kita bahwa tidak

pernah ada sekelompok orang yang dapat dikatakan betul-betul sama, tiap ornag berbeda dengan

yang lainnya secara jelas dan nyata. Oleh karena itu seorang guru di zaman modern ini jangan

lupa ketika ia melaksanakan tugasnya bahwa ada perbedaan antar seseorang dengan orang yang

lainnya dalam hal kecerdasan dan kelakuan. Dengan perkataan lain dia harus ingat bahwa murid-

muridnya itu berbeda kecerdasannya. Seorang guru harus pula mengetahui bahwa bakat mereka

terhadap bermacam-macam mata pelajaran berbeda.oleh karena itu, guru tidak boleh melupakan

perbedaan individual anak-anak dalam berbagai hal seperti watak, sifat, bakat dan sebagainya.

Ilmu jiwa tidak hanya menyikap perbedaan-perbedaan itu, akan tetapi sampai

menemukan akar-akar dan asal-usul nya. Ada diantara perbedaan itu yang disebabkan oleh

keturuna; sebagaimana orang mewarisi dari orang tuanya perbedaan tubuh seperti batang hidung,

tinggi badan, dan juga orang mewarisi perbedaan yang terdapat pada derajat kecerdasan, watak

dan tabiat.[5] Sebagian dari perbedaan itu terjadi karena perbedaan jenis kelamin, dimana sifat

mental anak perempuan berbeda daripada laki-laki. Ada pula perbedaan yang terjadi karena

perbedaan umur demikian seterusnya.  Dengan demikian guru bisa mengetahui batas yang dapat

dicapainya dalam mengubah sifat seseorang. Dan dia juga mengetahui tingkat pelajaran yang

dicapainya.

Ilmu jiwa dapat memecahkan persoalan anak-anak yang tidak wajar yaitu anak-anak yang

berbeda dari anak biasa pada umumya. Ilmu jiwa telah mendorong  kita untuk meneliti kelakuan

seseorang, baik itu menjadi sebagai seorang atau kelakuannya sebagai masyarakat.kepentingan

kedua pertimbangan itu menjadi jelas bagi guru, yang bertujua untuk mendidik orang secara

pribadi dan untuk memantapkan kepribadiannya agar ia menjadi lebih baik.

Dari uraian diatas dapat kita ketahui bahwa ilmu jiwa merupakan pembimbing yang

terbesar bagi guru dalam tugasnya, ilmu jiwa juga membantu guru dalam usaha mengatasi

kesukaran pengajaran dan lain-lain. Di samping itu, ilmu jiwa juga membantu orang-orang yang

bertugas dalam pengarahan kebijaksanaan umum pendidikan dan dalam mengatur jrnjang

pendidikan, serta menentukan umur mulai  pendidikan juga banyak masalah dan persoalan lain

yang bisa diatasi dengan ilmu jiwa ini.

BAB IIIPENUTUP

A.    KESIMPULAN

1.      Manfaat-manfaat yang bisa didapat setelah mempelaji ilmu jiwa perkembangan, diantaranya:

Page 12: Makalah PsikoPend

a.       Sebagai manusia individu seperti halnya kita mempelajari ilmu-ilmu yang lain. Yaitu tiap-tiap

pengetahuan itu mempunyai nilai-nilai praktis, formal dan material.

b.      Sebagai manusia sosial, kita memerlukan juga pengetahuan ilmu jiwa itu. Sebab seseorang  baru

menjadi manusia bila ia hidup dengan manusia-manusia yang lain.

c.       Untuk memberikan pelatihan kita kepada orang lain untuk selalu peka terhadap perasaan orang

lain

d.      Dapat memperkaya gaya kepemimpinan. Tentunya dengan banyak teori yang ada dapat kita

terapkan sebagai salah satu cara memimpin yang sesuai dengan situasi yang ada

e.       Sebagai sarana pembelajaran bagi seorang guru.

2.      Pendekatan Psikologi Perkembangan: Pendekatan Cross-sectional (suatu pendekatan yang

dipergunakan untuk melakukan penelitian terhadap beberapa kelompok anak dalam jangka

waktu yang relative singkat), Pendekatan Longitudinal (pendekatan dalam penelitian yang

dilakukandengan cara menyelidiki anak dalam jangka waktu yang lama, misalnyamengikuti

perkembangan sesorang dalam jangka waktu tertentu), Pendekatan Sekuensial Kombinasi

pendekatan kros-sektional dan pendekatan longitudinal dinamakan Pendekatan Sekuensial, dan

Pendekatan Cross-culturalPendekatan cross-cultural adalah suatu pendekatan dalam penelitian

yangmempertimbangkan faktor-faktor lingkungan atau kebudayaan yangberpengaruh terhadap

perkembangan anak.

3.      Metode-metode mempelajari ilmu jiwa perkembangan (psikologi) terbagi menajdi dua macam

yaitu metode yang bersifat Fillosofis dan ada yang bersifat Empiris.

B.   KRITIK DAN SARAN

Sebagai makhluk social manusia dipaksa untuk saling mengetahui, saling berinteraksi,

dan saling memahami serta peduli satu sama lain. Manusia harus mampu memahami perasaan

hati orang lain agar kedamaian tetap terjaga. Untuk menjadi manusia yang sosialis diperlukan

pengetahuan yang sangat luas, salah satu pengetahuan yang harus dikuasai adalah ilmu psikologi

yang telah dibahas dalam makalah ini.

   Dengan segala keterbatasan, penulis menyadari dalam makalah ini hanya berisi sedikit

sekali ulasan materi, tentunya sedikit saran pula kepada para pembaca untuk memperoleh

pengetahuan yang lebih lengkap dengan pemaparan yang lebih mendalam teruslah gali dan

pelajari buku/sumber-sumber lain yang lebih relevan.

Akhir kata, tetap semangat untuk hal-hal positif. Terus berkarya untuk Agama dan

Bangsa .

Page 13: Makalah PsikoPend

DAFTAR PUSTAKA

Sujanto, Agus. Psikologi Umum. Jakarta: Bumi aksara. 2006

El-Quussy, Abdul Aziz. Ilmu Jiwa, Prinsip-prinsip dan Implemetasinya dalam Islam. Jakarta: Bulan

Bintang. 1976

                                                                                                         Desmita. Psikologi Perkembangan. Bandung: Rosdakarya. 2010

Kartono, Kartini. Psikologi Anak. Bandung: Mandar Maju. 2007

[1] Baca Desmita (Psikologi Perkembangan) dan buku karya Prof. Dr. F.J Monks dkk (Psikologi Perkembangan).

[2]  Oswald Kulpe ialah murid Wilhelm Wundt, yang mendirikan mazab Wurzburg. Jerman.

[3] Kartono Kartini, Psikologi Anak, hlm. 14[4] J. Adams : Psychology in Education, The Encyclopedia And Dictionary Of Education

[5] Ini tidak berarti orang mewarisi sifat-sifat mental; orang tidak meawarisi sifat pemalu, berani,           tekun atau pecandu minuman keras seperti dikatakan oleh “pearson” (baca buku pokok-pokok kesehatan jiwa oleh pengarang)