MAKALAH PSIKOFARMAKA

download MAKALAH PSIKOFARMAKA

of 28

description

makalah kimia farmasi

Transcript of MAKALAH PSIKOFARMAKA

PSIKOFARMAKA

Disusun Oleh :1. Siti Arfiana Wati(4301412030)2. Khusnul khotimah (4301412031)

PENDIDIKAN KIMIAFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS NEGERI SEMARANG2014

16

KATA PENGANTARPuji syukur kita panjatkan kehadirat Allah yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini meskipun jauh dari kesempurnaan.Pembuatan makalah ini diharapkan dapat menjadi salah satu wadah pembelajaran dalam menimbah ilmu utamanya dalam matakuliah Kimia Farmasi terkhusus pada pembahasan psikofarmaka. Pada kesempatan ini kami membuka diri untuk menerima kritik dan saran yang berguna untuk perbaikan dalam makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat serta memberikan pengetahuan dalam proses pembelajaran terkhusus pada pembahasan psikofarmaka.

Semarang, 20 September 2014

Tim penyusun

DAFTAR ISIKata PengantariDaftar Isi..iiBAB I PENDAHULUAN .1A. Latar Belakang.1B. Rumusan Masalah2C. Tujuan...2BAB II PEMBAHASAN...3D. Pengertian Psikofarmaka.3A. Klasifikasi Psikofarmaka.4BAB III PENUTUP..26A. Kesimpulan.26DAFTAR PUSTAKA..27

BAB I PENDAHULUANA. LATAR BELAKANGKesehatan jiwa merupakan kemampuan individu untuk menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain, masyarakat, dan lingkungan, sebagai perwujudan keharmonisan fungsi mental dan kesanggupannya menghadapi masalah yang biasa terjadi, sehingga individu tersebut merasa puas dan mampu .Kesehatan jiwa seseorang selalu dinamis dan berubah setiap saat serta dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: kondisi fisik (somatogenik), kondisi perkembangan mental-emosional (psikogenik) dan kondisi dilingkungan social (sosiogenik). Ketidakseimbangan pada salah satu dari ketiga faktor tersebut dapat mengakibatkan gangguan jiwa.Gangguan jiwa menurut Depkes RI (2000) adalah suatu perubahan pada fungsi jiwa yang menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa, yang menimbulkan penderitaan pada individu dan atau hambatan dalam melaksanakan peran sosial. WHO memperkirakan saat ini di seluruh dunia terdapat 450 juta orang mengalami gangguan jiwa, di Indonesia sendiri pada tahun 2006 diperkirakan26 juta penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa dengan ratio populasi 1 berbanding 4 penduduk. Departemen Kesehatan RI mengakui sekitar 2,5 juta orang di negeri ini telah menjadi pasien rumah sakit jiwa (Setiawan, 2009.http//www. Gizi.net, diperolehtanggal 26 September 2014).Gangguan jiwa tidak dapat disembuhkan secara maksimal sebagaimana keadaan sebelum sakit, beberapa pasein meninggalkan gejala sisa seperti adanya ketidakmampuan berkomunikasi dan mengenali realitas, serta perilaku kekanak-kanakan yang berdampak pada penurunan produktivitas hidup. Hal ini ditunjang dengan data Bank Dunia pada tahun2 001 di beberapa Negara yang menunjukkan bahwa hari-hari produktif yang hilang Atau Dissabiliiy AdjustedLife Years (DALY's) sebesar 8,1 % dari Global Burden of Disease, disebabkan oleh masalah kesehatan jiwa (Setiawan, 2009. http//www. Gizi.net, diperolehtanggal 26 September 2014).

Sebagai salah satu upaya untuk mengurangi penurunan produktifitas maka pada pasien yang dirawat inap dilakukan upaya rehabilitasi sebelum klien dipulangkan dari Rumah Sakit. Tujuannya untuk mencapai perbaikan fisik dan mental sebesar-besarnya, penyaluran dalam pekerjaan dengan kapasitas maksimal dan penyesuaian diri dalam hubungan perseorangan dan socials ehingga bisaberfungsi sebagai anggota masyarakat yang mandiri dan berguna .

B. RUMUSAN MASALAH1. Apa yang dimaksud dengan Psikofarmaka?2. Bagaimana klasifikasi obat-obatan Psikofarmaka?3. Bagaimana peran ilmu kimia dalam pemberian obat-obatan khususnya obat psikofarmaka?

C. TUJUAN 1. Untuk mengetahui pengertian Psikofarmaka2. Untuk mengetahui klasifikasi obat-obatan Psikofarmaka3. Untuk mengetahui peran ilmu kimia dalam pemberian obat-obatan khususnya obat farmaka

BAB II PEMBAHASANA. PENGERTIANPsikofarmaka adalah obat- obatan yang digunakan untuk klien dengan gangguan mental. Psikofarmaka termasuk obat-obatan psikotropik yang bersifat Neuroleptik (bekerja pada sistim saraf ).Pengobatan pada gangguan mental bersifat komprehensif, yang meliputi :1. Teori biologis (somatik),mencakup pemberian obat psikotik dan Elektro Convulsi Therapi (ECT).2. Psikoterapeutik.3. Terapi Modalitas.Psikofarmakologi adalah komponen kedua dari management psikoterapi. Perawat perlu mamahami konsep umum psikofarmaka. Beberapa hal yang termasuk Neurotransmiter adalah Dopamin,Neuroeprineprin, Serotonin dan GABA (Gama Amino Buteric Acid),dll. Meningkatnya dan menurunnya kadar / konsentrasi neurotransmiter akan menimbulkan kekacauan atau gangguan mental. Obat obatan psikofarmaka efektif untuk mengatur keseimbangan Neurotransmiter.Psikofarmaka atau obat psikotropik adalah obat yang bekerja secara selektif pada Sistem Saraf Pusat (SSP) dan mempunyai efek utama terhadap aktivitas mental dan perilaku, digunakan untuk terapi gangguan psikiatrik yang berpengaruh terhadap taraf kualitas hidup pasien.Obat psikotropik dibagi menjadi beberapa golongan, diantaranya : antipsikosis, antidepresi, anti-mania, anti-ansietas, anti insomnia, anti panik, dan anti kompulsif. Pembagian lainnya dari obat Psiktropik antara lain : transquilizer, neuroleptic, antidepressants dan psikomimetika.

B. KLASIFIKASIPsikofarmaka dalam arti sempit, yang utama digunakan untuk penanganan gangguan jiwa, dapat digolongkan dalam dua kelompok besar, yakni :a. Antipsikotika (dahulu disebut neuroleptika atau major tranquilizer) yang bekerja sebagai antipsikosis dan sedatif. Obat ini digunakan khusus untuk berbagai jenis antipsikosis misal schizofernia dan mania. b. Antidepresiva, yang berdaya memperbaiki suasana murung dan putus asa terutama digunakan pada keadaan depresi, panik dan fobia.

NeurotransmitterDiotak terdapat 30 neurotransmitter yang bertanggungjawab atas penerusan impuls listrik antara sel-sel saraf secara kimiawi. Dari neurit diujung suatu neuron, neurohormon melintasi sinaps ke dendrit dibagian depan neurit berikutnya. Ada sejumlah sistem neurotransmitter, antara lain sistem adrenergis dan sistem kolinergis dengan zat-zatnya tersendiri.a. Sistem adrenergis. Neurohormon terpenting diotak adalah zat-zat monoamin noradrenaline (NA), serotonin , dan dopamin(DA), yang menentukan kegiatan otak dengan antar keseimbangannya. Zat-zai ini khusus terdapat dalam gelembung-gelembung kecil diujung axon, yang letaknya dekat sinaps. Setelah impuls listrik mencapai axon, gelembung depot melepaskan neurohormonnya. Sebagian besar neurohormon segera diserap kembali secara aktif oleh gelembung tersebut , sisanya melintsi sinaps dan mencapai reseptor-reseptor diujung dendrit diseberangnya. Setibanya disitu neurohormon menstimulasi reseptor untuk melepaskan suatu impuls kedua, yang mengakibatkan melompatnya impuls asli melalui sinaps. Enzim monoaminoksidase), yang juga terdapat diujung-ujung neuron, berfungsi menguraikan monoamin sesudah aktifitasnya selsesai. Obat-obat yang mengurangi kadar dopamin disel-sel saraf otak memiliki daya kerja antipsikosis, sedangkan obat-obat yang meningkatkan dopamin digunakan pada parkinson. Obat-obat yang memperbesar kadar serotonin dan noradrenaline dicelah sinaptis dengan jalan menghambat re-uptakenya memilki daya kerja antidepresi.

b. Sistem kolinergis Neurohormon asetilkolin (Ach) dari sitem kolinergis tidak diresorpsi kembali, melainkan langsung diuraikan oleh kolinesterase. Obat-obat anti kolineterase yang memperbesar kadar Ach diotak, antara lain tacrin, digunakan untuk demensia Alzheimer.

AntipsikotikaAntipsikotika (major transquilizer) adalah oabat-obat yang dapat menekan fungsi-fungsi psikis tertentu tanpa mempengaruhi fungsi umum seperti berpikir dan berkelakuan normal. Obat ini dapat meredakan emosi dan agresi dan apat pula menghilangkan atau mengurangi gangguan jiwa seperti impian dan pikiran khayali (halusinasi) serta menormalkan perilaku yang tidak normal. Oleh karena itu anipsikotika trutam digunakan psikosis, penyakit jiwa hebat tanpa keinsafan sakit oleh pasien, misalnya penyakit schizofrenia dan psikosi mania depresif.*mania transquilizer adalah antipsikotika yang digunakan pada gangguan kecemasan dan ada gangguan tidur. Sperti hipnotika.

Gambar 1. Proses transmisi impuls saraf secara kimiawi melalui snaps diotak

Gangguan jiwa Kalsifikasi. Ada ratusan penyakit jiwa dan gangguan perilaku, yang tidak mudah di diagnosa. Untuk memudahkan dan menstandarisasi diagnisa, lazimnya digunakan klasifikasi dari APA dalam buku pedoman DSM IV-TR. dibawah ini diberikan ringkasan singkat dari sejumlah gangguan jiwa terpenting yang berkaitan dengan psikosis. a. Psikosis didefinisikan sebagai gangguan jiwa yang sangat merusak akal budi dan pengertian (insight), timbulnya pandangan yang tidak realistis, mempengaruhi kepribadian dan mengurangi berfungsinya si penderita. Gejala psikotis mencakup halusinasi dan gangguan berpikir formil (tidak dapt berpikir riil), yang seringkali disebabkan oleh shizofrenia. Psikosis dapat diobati dengan antipsikotika. b. Neurosis termasuk gangguan konstitusi jiwa tanpa kerusakan organik dan tanpa gejala psikotis. Kepribadian pasien relatif kurang terganggu dan kontak dengan realitas juga tidak terganggu. Gangguan jiwa ini (termasuk histeria dan neurastenia) dapat dianggap sebagai bentuk berlebihan dari reaksi normal terhadap situasi dan kejadian dengan penuh stress. Gejalanya dapat berupa kegelisahan, cemas, murung, mudah tersinggung dan berbagai perasaan tidak enak ditubuh. Pasien neurosis dapat ditanggulangi dengan transquilizer.Sindroma borderlin yang gejalanya terletak diperbatasan antara neurosis, psikosis dan depresi. Sejak tahun 1987 sindrom ini diakui sebagai penyakit jiwa dan dalam buku petunjuk DSM 1996 dimuat kriterianya untuk diagnosanya. Gejalnya banyak sekali, yang utama adalah impulsivitas (penyalahgunaan minuman keras/narkotika, menggunakan mobil secara membahyakan, hasrat kuat untuk membeli), instablitas emosional dengan perubahan suasana secara mendadak dan percobaan bunuh diri, kesulitan membuat kontak karena menganggap segala sesuatu sebagai hitam putih. Ciri-ciri lainnya adalah ketakutan ditinggalkan dan sukar hidup sendiri, kecurigaan kuat dengan hilangnya hubungan antara daya berpikir dan perasaan (disosiasi), masa-masa psikosis singkat, dan masa-masa depresi. Akibat gejala-gejala ini penderita sindrom ini akan mengalami banyak kesulitan dalam pergaulan dan cendrung menarik diri dari kehidupan sosial. Pengobatan dilakukan poliklinis dengan kombinsi dari bentuk psikoterapi khusus dan Psikofarmaka (antipsikotika, antidepresiva, atau obat-obat yang meregulasi suasana, seperti litium).c. Mania didefinisikan sebagai kecenderungan patologis untuk suatu aktivitas tertentu yang tidak dapat dikendalikan, misalnya mengutil (kleptomania), suasana jiwa pasien riang tetapi seolah-olah ada paksaan untuk bertindak, melakukan aktivitas berlebihan, kegelisahan dan perilaku tak terkendali jauh diluar bats kenormalan. Bila masa-masa mania diselingi masa-masa depresi, gangguan ini disebut depresi mania. Penanganan mania dilakukan dengan antipsikotika, khususnya klorpomazin, haloperidol dan pimozida.

SchizofreniaSchizofrenia merupakan gangguan jiwa yang dalam kebanyakan kasus bersifat sangat serius, berkelanjutan dan dapat mengakibatkan kendala sosial, emsional dan kognitif (pengenalan, pengetahuan, daya membedakan). Akan tetapi banyak varian lain yang kurang serius. Schizofrenia adalah penyebab terpenting gangguan psikotis, diamana periode psikotis diselingi periode normal saat pasien dapat berfungsi baik. mulainya penyakit seringkali secara menyelinap, adakalanya juga dengan mendadak. Pada pria biasanya timbul anatara usia 15-25 tahun jarang diatas 30 tahun. Sedagkan pada wanita antara usia 25-35 tahun.Penyebabnya masih belum diketahui, mungkin berkaitan dengan terganggunya keseimbangan sistem kimiawi rumit di otak. Dewasa ini hanya ditetapkan adanya faktor keturunan dengan faktor lingkungan sebagai pemeran penting. Menurut suatu teori infeksi virus selama perkembangan janin pada kehamilan telah menghambat pertumbuhan antara lain neuron dopaminerg ke bagian-bagian tertentu dari otak.Teor dopamin mengatakan bahwa schizofrenia disebabkan oleh hiperaktivitassistem dopamin dibagian limbis otak. Hal ini yang menimbulkan gejala negatif. Sejumlah obatpun dapat mengakibatkan psikosis, seperti drugs (LSD,XTC, dan mescalin), juga metronidazol, fenitoin, karbamazepin, dan glikosida digitalis.

*dopamin Gejalanya berupa simtom-simtom positif dan simtom-simtom negatif, yag selalu terdapat bersamaan, tetapi dengan aksen berlainan pada berbagai pasien.a. Simtom positif berupa waham-waham (seolah-olah mendengarkan suara orang yang memerintahkannya berbuat sesuatu), halusinasi, pikiran janggal, dan daya asosias terganggu, tidak dapat berpikir jelas). Prognosa dari pasien dengan gejala-gejala ini yang dominan dianggap agak baik. b. Simtom negatif berupa kemiskinan psikomotoris (berkurangnya bicara dan pergerakan, pemerataan emosional). Pasien mengelak hubungan sosial, menjadi apatis dan kehilangan enersi serta inisiatif. simtom-simtom ini menunjukkan bahwa pasien berfungsi sosial buruk, prognosanya kurang baik.Diagnosanya diterapkan berdasarkan gejala dan petunjuk sejumlah kriteria yang berlaku universal. Jalannya penyakit. Fase akut (psikosis) simtom positif bertahan minimal satu bulan dan adakalanya diwalai oleh fase prodromal., yaitu menurunnya fungsi pasien dibidang sosial dan komunikasi. Kemudian fase ini disusul oleh fase dengan terutam simtom negatif, yang mirip fase prodromal. Dengan pengobatan layak di rumah sakitjiwa, fase akut ini setelah 1-2 bulan umumnya disusul oleh masa remisi (gejala penyakit lenyap atau sangat berkurang).Sekitar 25% dari pasien tidak mengalami residif lagi dan dianggap sembuh. Kira-kira 50% pasien hanya sembuh sebagian (besar) dan terkadang kambuhnya masa psikosis, yang dapat diselingi periode panjang di mana pasien dapat berfungsi lebih kurang normal dengan kualitas hidup baik. sisa 25%nya membutuhkan pengobatan jangka panjang, karena penyakit cenderung sering kambuh lagi. Sekitar 10% dari kelompok terakhir meninggal karena bunuh diri.

Antipsikotika Antipsikotika biasnya dibagi dalam dua kelompok besar, yakni obat typis atau klasik dan obat atypis. A. Antipsikotika klasik, terutama efektif mengatasi simtom positif. pada umunya dibagi lagi dalam sejumlah kelompok kimiawi sebagai berikut :a. Derivat-fenotiazin: klopromazin, levomepromazin dan triflupromazin, thiorizidin, dan periciazin, perfenazin dan flufenazin, perazin, trifluoperazin, proklorperazin, dan thietilperazin.b. Derivat-thioxanthen : klorprotixen, dan zuklopentixol.c. Derivat-butirofenon : haloperidol, bromperidol, pimpaperon dan droperidol. d. Derivat-butilpiperidin : pimozida, fluspirilen, penfluridol. B. Antipsikotika atypis (sulpirida, klozapin, respiridon, olanzapin, dan quetiapin) bekerja efektif melawan simtom negatif, yang praktis kebal terhadap obat klasik. Lagi pula efek sampingnya lebih ringan, khususnya gangguan extrapiramidal dan dyskinesia tarda. Sertindol setela dipasarkan hanya satu tahun lebih, akhir 1998 ditarik dari peredaran di eropa, karena dari beberapa kali dilaporkan terjadinya aritmia dan kematian mendadak. Obat atypis lainnya yang sudah tersedia dinegara lain yag sudah tersedia dinegara lain sejak 1988 adalah zotepin dan ziprasidon. Khasiat dan penggunaan Antipsikotika memilki sejumlah kegiatan fisiologi yakni :a. Antipsikosis, obat-obat ini digunakan untuk gangguan jiwa dengan gejala psikotis, schizofrenia, mania dan depresi psikkotis. Disamping itu, antipsikotika digunakan untuk menangani gangguan perilaku serius pada pasien dengan handikap rohani dan pasien demensia, juga untuk keadaan gelisah akut dan penyakit lata. b. Anxiolitis, yaitu mampu meniadakan rasa bimbang, takut, kegelisahan dan agresi yang hebat. Oleh karena itu adakalanya obat ini digunakan dalam dosis rendah sebagai minor transquilizer pada kasus-kasus serius, dimana benzodiazepin kurang efektif, misalnya pimozida dan thioridiazin. Berhubung efek sampingnya penggunaan antipsikotika dalam dosis rendah sebagai anxiolitika tidak dianjurkan. c. Antiemetis berdasarkan perintangan neuro-transmisi dati CTZ (Chemo Trigger Zone) ke pusat muntah dengan jalan blokade reseptor dopamin. Karena sifat inilah obat ini sering digunakan untuk melawan mual dan muntah yang hebat seperti pada terapi sitostatika, sedangkan pada mabuk jalan tidak efektif. Obat dengan daya antiemetis kuat adalah prokolperazin dan thi-etilperazin. Obat lain dengan daya anti mual yang baik dalam dosis rendah adalah klorpromazin, perfenazin, triflupromazin, flufenazin, haloperiodol dan metaklopramida. d. Analgetis. Beberapa antipsikotika memilki khasiat analgetis kuat, antara lain levomepromazin, haloperiodol. Tetapi obat ini jarang digunakan sebagai obat anti nyeri, kecuali droperidol. Obat lainnya dapat memperkuat efek abalgetika dengan jalan meningkatkan ambang nyeri misalnya klrpromazin. Klorpromazin dan haloperiodol adakalanya juga digunakan pada gangguan keseimbangan jika obat lainya tidak ampuh.Mekanisme kerja Semua psikofarmaka bersifat lipofil dan mudah masuk kedalam cairan cerebrospinal dan obat-obat ini melakukan kegiatnnya secara langsung terhadap saraf otak. Mekanisme kerjanya pada taraf biokimiawi belum diketahui dengan pasti tetapi ada petunjuk kuat bahwa mekanisme ini berhubungan erat dengan kadar neurotransmitter di otak atau anatar keseimbangannya. Antipsikotika menghambat agak kuat reseptor dopamin disistem limbis otak dan disamping itu juga menghambat reseptor, serotonin, muskarin dan histamin. Tetapi pada pasien yang kebal bagi obat-obat klasik telah ditemukan pula blokade tuntas dari reseptor D2 tersebut. Riset baru mengenai otak telah menunjukkan bahwa blokade D2 tidak selalu cukup untuk menanggulangi schizofrenia secara efektif. Untuk ini neurohormon lainnya seperti serotonin, glutamat, GABA (gamma-butyric acid) perlu dipengaruhi. Mulai kerjanya blokade D2 cepat, begitupula efeknya pada keadaan gelisah. Sebaliknya kerjanya terhadap gejala psikosis lain, seperti waham, halusinasi, dan gangguan pikiran baru nyata setelah beberapa minggu. Mungkin efek lambat ini disebabkan sistem reseptor dopamin menjadi kurang peka.

*antipsikotika atypis memiliki afinitas lebih besar untuk reseptor D1 dan D2 sehingga lebih efektif dari pada obat-obat klasik untuk melawan simtom negatif. Lagi pula obat ini lebih jarang menimbulkan GEP dan dyskinesia tarda.a. sulpirida terutama menghambat resptor D2 dan praktis tanpa afinitas bagi reseptor lain. Pada dosis rendah (dibawah 600 mg/hari) terutama bekerja antagonistis terhadap reseptor presinaptis, dan pada dosis lebih lebih tingi (diatas 800 mg/hari) juga terhadap reseptor D2 postsinaptis, seperti obat-obat klasik. Efek antipsikotis terutama dicapai pada dosis lebih tingi dan dosis rendah berguna pada psikosis dengan tertutama simtom negatif.

Gambar sulpirida

b. Klozapin ikatannya pada resptor D2 agak ringa ( 20%) dibandingkan obat-obat klasik (60-75%). Namun efek antipsikotisnya kuat, yang bisa dianggap paradoksal. Juga afinitasnya pada reseptor lain dengan efek antihistamin, antiserotonin, antikolinergis dan antiadrenergis adalah relatif tinggi. Menurut perkiraan efek baiknya dapat dijelaskan oleh blokade kuat dari resptor D2, D4 dan -5HT. blokade reseptor muskarin dan D4 disuga mengurangi GEP, sedangkan blokade 5HT2 meningkatkan sintesa dan pelepasan dopamin diotak. Hal ini meniadakan sebagian blokade D2, tetapi mengurangi risiko GEP. Gambar klozapin

c. Risperidon juga terutama menghambat reseptor D2 dan -5HT, dengan perbandingan afinitas 1:10, juga dari reseptor 1, 12, H1. Blokade 1 dan 12 dapat menimbukan masing-masing hipotensi dan depresi sedangkan blokade H1, berkaitan degan sedasi.

Gambar Risperidon

d. Olanzapin menhambat semua reseptor dopamin (D1 s/d D5) dan reseptor H1, -5HT2, adrenergis dan kolinergis, dengan afinitas lebih itnggi untuk reseptor -5HT2 dibandingkan D2.

Gambar Olanzapin

e. Reboxetin (Edronax) yang secara selektif menghambat reuptake noradrenalin.

Gambar Reboxetin

Efek SampingSejumlah efek samping serius dapat membatasi penggunaan antipsikotika dan yang paling sering terjadi adalah:a) Gejala ekstrapiramidal (GEP) GEP dapat berbentuk banyak macam, yaitu sebagai : Parkinsonisme (gejala penyakit Parkinson), yakni hipokinesia (daya gerak berkurang,berjalan langkah demi langkah ) dan kekakuan anggota tubuh, kadang-kadang tremor tangan dan keluar liur berlebihan. Gejala lainnya rabbit-syndrome (mulut membuat gerakan mengunyah, mirip kelinci), yang dapat muncul setelah beberapa munggu atau bulan. Terutama pada dosis tinggi dan lebih jarang pada obat dengan kerja antikolinergis. Insidensinya 2-10%. Dystonia akut, yakni kontraksi otot-otot muka dan tengkuk, kepala miring, gangguan menelan, sukak bicara dan kejang rahang. Guna menghindarkannya dosis harus dinaikkan dengan perlahan, atau diberikan antikolinergika sebagai profilaksis. Akathisia, yakni selalu ingin bergerak, tidak mampu duduk diam tanpa menggerakkan kaki, tangan atau tubuh (Yun, kathisis: duduk, a: tidak, tanpa).Ketiga GEP tersebut dapat dikurangi dengan menurunkan dosis dan dapat diobati dengan antikolinergika. Akathisia juga dapat diatasi dengan propranolol atau benzosiazepin. Dyskinesia tarda, yakni gerakan abnormal tak-sengaja, khususnya otot-otot muka dan mulut (menjulurkan lidah), yang dapat menjadi permanen. Gejala ini sering muncul setelah 0,5-3 tahun dan berkaitan antara lain dengan dosis kumulatif(total) yang telah diberikan. Risiko efek samping ini meningkat pada penggunaan lama dan tidak tergantung dari dosis, juga lebih sering terjadi pada lansia, insidensinya tinggi (10-15%). Gejala ini lenyap dengan menaikkan dosis , tetapi kemudian timbul kembali secara lebih hebat. Antikolinergika juga dapat memperhebat gejala tersebut. Pemberian vitamin E dapat mengurangi efek samping ini. Sindroma neuroleptika maligne berupa demam, kekakuan otot dan GEP lain, kesadaran menurun dan kelainan-kelainan SSO (tachycardia, berkeringat, fluktuasi tekanan darah, inkontinensi). Gejala ini tak bergantug pada dosis, terutama terjadi pada pria muda dalam waktu 2 minggu dengan insidensi 1 %. Diagnosanya sukar , tetapi bila tidak ditangani bisa berakhir fatal.

b) Galaktorrea (banyak keluar air susu), juga akibat blokade dopamin, yang identik dengan PIF( Prolacting Inhibiting Factor). Sekresi prolaktin tidak dirintangi lagi, kadarnya meningkat dan produksi air susu bertambah banyak.c) Sedasi yang bertalian dengan khasiat antihistamin, khususnya klorpromazin, thioridazin., dan klozapin. Efek sampingnya ringan pada zat-zat difenilbutilamin.d) Hipotensi ortostatis akibat blokade reseptor , adrenergis, misalnya klorpromazin , thioridazin, dan klozapin.e) Efek antikolinergis akibat blokade reseptor muskarin, yang bercirikan antara lain mulut kering, penglihatan guram, obstipasi, retensi kemih dan tachycardia, terutama pada lansia. Efeknya khusus kuat pada klorpromazin,thioridazin dan klozapin.f) Efek antiseerotonin akibat blokade reseptot-5HT, yang berupa stimulasi nafsu makan dengan akibat naiknya berat badan dan hiperglikemia.g) Gejala penarikan dapat timbul, meskipun obat-obat ini tidak berdaya adiktif. Bila penggunaannya dihentikan mendadak dapat terjadi sakit kepala, sukar tidur, mual, muntah, anorexia dan rasa takut. Efek ini terutama pada obat-obat dengan kerja antikolinergis. Oleh karena itu penghentianya selalu perlu berangsur.h) Efek lainnya. Akhirnya masih ada beberapa efek samping yang karakteristik bagi obat-obat tertentu, yakni: Fenotiazin: sering kali reaksi imunologis, seperti fotosensibilisasi, hepatitis, kelainan darah dan dermatitis alergis, jarang pada zat-zat thioxanten. Efek lainnya berupa kelainan mata dengan endapan pigmen di lensa dan kornea, serta retinopati pada thioridazin(dosis diatas 800 mg/hari). Klozapin: dapat menimbulkan agranulositosis (1-2%),juga bradycardia, hipotensi ortostatis dan berhentinya jantung. Olanzapin dan risperidon pada lansia yang menderita Alzheimer dapat mengakibatkan kerusakan cerebrovaskuler, yang meningkatkan mortalitasnya dengan lebih dari dua kali, tidak tergantung dari lama dan dosisnya penggunaan.

Kehamilan dan lakstasiPenggunaan obat-obat ini selama kehamilan dan laktasi sedapat mungkun harus dihindari berhubung toksisitasnya bagi janin dan bayi. Karena psikosis yang tidak ditangani dengan tepat dapat sangat merusak kesehatan ibu dan janin, maka risiko penggunaan antipsikotika perlu dipertimbangkan per pasien secara individual. Bila sangat perlu hendaknya diberikan dalam dosis serendah mungkin selama masa yang singkat. Pekan-pekan kehamilan dengan risiko tinggi adalah minggu ke-4 sampai ke-10 dan 2-4 minggu terakhir. Selama periode tersebut, hendaknya jangan diberikan medikasi. Obat pilihan pertama untuk keadaan darurat adalah haloperidol. Interaksi Beta-blockers dan antidepresive trisiklis dapat saling memperkuat efek antipsikotika dengan jalan menghambat masing-masing metabolisme. Levodopa dan bromokriptin dapat dikurangi kerja dopaminergnya. Barbital menurunkan kadar darah antipsikotika berdasarkan induksi enzim.Klorpromazin dan garam-garam litium saling menurunkan kadar darahnya masing-masing.Obat-obat tambahanBila penggunaan antipsikotika kurang menghasilkan efek yang diinginkan adakalanya ditambahkan adjuvansia misalnya suatu benzodiazepin, garam litium, antidepresive atau karbamazepin. Benzodiazepin dengan kerja agak panjang seperti diazepam, dapat untuk sementara ditambahkan pada antipsikotika dengan efek sedatif ringan guna menanggulangi rasa takut dan gelisah. Penggunaannya tidak boleh dihentikan dengan mendadak, melainkan harus secara berangsur untuk menghindarkan psikosis dan konvulsi reaktif (reboun).

Gambar diazepam

Litium berguna sebagai obat tambahan bila terdapat komponen mania. Efeknya yang baik berupa berkurangnya gejala psikosis, kegelisahan dan perbaikan kontak sosial, dapat tercapai setelah 2-4 minggu. Dosis antipsikotikum biasanya dapat dikurangi. Antidepresiva trisiklis, misalnya amitriptilin, adakalanya dapat ditambahkan pada depresi yang timbul sesudah psikosis. Berhubung kombinasi saling memperkuat daya kerja dan toksisitas kedua obat, harus diwaspadai meningkatnya efek antikolinergis seperti ileus paralytis dan delirium.

Gambar amitriptilin

Karbamazepin adakalanya berguna sebagai adjuvans bila terdapat kegelisahan dan gangguan kelakuan hebat. Obat epilepsi ini menurunkan kadar darah antipsikotika.

Penanganan SchizofreniaKesulitan utama pada penanganan semua gangguan jiwa adalah tidak adanya keinsafan sakit pada kebanyakan pasien. Mereka menganggap halusinasi dan pikiran khayalnya sebagai sesuatu yang sejati/riil dan selalu berpikir dirinya tidak sakit, sehingga sering kali menolak minum obat. Lagi pula undang-undang yang ketat di banyak negara tidak memungkinkan pengobatan/opname dipaksaka bagi seseorang tanpa persetujuannya. Pemaksaan hanya diizinkan jika pasien membahayakan dirinya sendiri atau orang lain. Dengan demikian tak jarang penderita psikotis hebat tidak bisa ditolong. Penderita umumnya tidak bisa memelihara kebutuhan dasar dirinya dan berakhir sebagai gelandangan di jalan-jalan kota.Jelaslah bahwa setelah masa psikosis lewat, juga kesetiaan terapinya (drug compliance) kurang besar, yang tak jarang mengakibatkan gagalnya pengobatan.Schizofrenia tidak dapat disembuhkan, penanganannya bersifat simtomatis, yakni menghalau gejalanya dan kemudian mencegah kambuhnya lagi. Di samping itu rehabilitasi psikososialnya sangat penting untuk reintegrasi pasien dalam masyarakat.PsikoterapiDewasa ini para ilmiawan sepaham bahwa penanganan schizofrenia paling efektif terdiri atas kombinasi dari farmakoterapi bersama psikoterapi, termasuk terapi kelakuan kognitif, yang juga disebut terapi wicara. Dokter/psikiater berusaha membangun hubungan baik dengan pasiennya dan memperoleh kepercayaan mereka, juga mencoba membantu mengatasi problema psikis mereka, serta memberikan petunjuk bagaimana menghadapi masalah. Disamping itu penting sekali untuk menunjang pula secara moril keluarganya yang lazimnya sangat berfrustasi mengenai pergaulannya yang sering kali sangat sulit dengan pasien.

Obat- obat klasik. Umumnya dimulai dengan suatu obat klasik, terutama klorpromazin bila diperlukan efek sedatif, trifluoperazin bila sedasi tidak dikehendaki atau pimozida jika pasien justru perlu diaktifkan. Efek antipsikotika baru menjadi nyata setelah terai 2-3 minggu. Bila sesudah masa latensi, obat tersebut kurang efektif, perlu dicoba obat lain dari kelompok kimiawi lain. Flufenazin dekanoat digunakan sebagai profilaksis untuk mencegah kambuhnya penyakit. Thioridazin berguna pada lansia untuk mengurangi GEP dan gejala antikolinergis. Obat klasik terutama efektif untuk meniadakan simtom positif dan efeknya baru nampak setelah beberapa bulan. Pengobatan perlu dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan lebih rendah untuk mencegah residif, selama minimal 2 tahun dan tak jarang seumur hidup. Obat-obat atypis . Obat atypin lebih ampuh untuk simtom negatif kronis, mungkin karena pengikatannya pada reseptor D1 dan D2 lebih kuat. Sulpirida , risperidon, dan olanzapin dianjurkan bila obat klasik tidak efektif (lagi) atau bila terjadi terlalu banyak efek samping. Karena klozapin dapat menimbulkan agranulocytosis hebat (1-2% dari kasus) selama terapi perlu dilakukan penghitungan lekosit setiap minggu. Obat-obat tambahan, yakni antikolinergika (triheksifenidil,orfenadrin) dan beta-blockers (propranolol). Obat ini sering ditambahkan untuk menanggulangi efek samping antipsikotika, terutama gejala ekstrapiramidal (GEP). Benzodiazepin diberikan guna mengatasi kegelisahan dan kecemasan.Penanganan alternatifSejumlah psikiater telah berhasil baik dengan mengkombinasi vitamin dan mineral tertentu dalam megadose. Penganan ortomolekuler ini berdasarkan penemuan bahwa pasien schizofrenia mengalami defisiensi nutrien-nutrien bersangkutan. Cara ini terdiri dari pemberian nutrien tepat dengan antar-perbandingan yang tepat ke sel tubuh ( Yun. Orthos=lurus,tepat,sehat). vitamin yang diberikan adalah vitamin C (3 x 1 g), niasinamida (3 x 3-2 g), piridoksin (2-3 x 250 mg) dan vitamin E (1 x 400 mg). Pilihan ini didasarkan pada sering ditemukannya kekurangan vitamin-vitamin tersebut di otak penderita schizofrenia.Mekanisme kerja. Menurut perkiraan hal ini desebabkan oleh terhambatnya pengubahan sam amino triptofan menjadi niasinamida dalam otak, sehingga terjadi kekurangan vitamin B3 dan kelebihan triptofan bebas. Dasar-dasar diet sehat: asam amino, triptofan dan vitamin. Triptofan berlebihan dapat mendorong pembentukan zat-zat halusinogen tertentu (yang menimbulkan khayalan) dan dapat menimbulkan kelainan pada suasana jiwa dan pengamatan. Halusinogen ini dapat dirombak oleh enzim MAO (monoamaminooksidase) yang justru memerlukan niasinamida (dan vitamin C) untuk kerjanya. Lagi pula pada schizofrenia terdapat kekurangan co-enzim NAD (nicotinamide-adenine-dinucleotide) di otak yang dibentuk di bawah pengaruh nisinamida dan berperan penting pada reaksi oksidasi dan reduksi didalam sel. Vitamin B, ini dan piridoksin mutlak diperlukan untuk reaksi pengubahan triptofan karena merupakan ko-enzim bagi hidroksilase. Zat-zat tambahan. Di samping vitamin itu diberikan pula sejumlah elemen tertentu, yaitu magnesium (250 mg), zinc (50 mg), selenium (220 mcg), dan mangan (25 mg) sehari. Dianjurkan pula diet tanpa bahan makanan yang mengandung asam amino, yang dapat meningkatkan kadar atau aktivitas dopamin di otak, yakni kacang-kacangan (dari genus Flava), gluten (suatu protein dalam gandum) ,dan kacang tanah (mengandung banyak glisin dan serin).Dengan kombinasi ini gejala penyakit ternyata dapat sangat dikurangi, sehingga banyak pasien dapat berfungsi sosial lebih baik, bahkan dapat bekerja secara lebih kurang normal.

ZAT-ZAT TERSENDIRI1. Klorpromazin: Largactil Antipsikotikum tertua ini (1951) diturunkan dari prometazin dan memiliki rantai sisi alifatis. Khasiat anti-psikosinya lemah, sedangkan daya antihistamin dan alfa-adrenergnya lebih kuat. Obat ini memperkuat efek analgetika, sehingga membuat pasien lebih tak acuh pada rasa nyeri. Selain pada keadaan psikosis dan sebagai obat tambahan pada analgetika, klorpromazin juga digunakan untuk mengobati sedu yang tak henti-henti (singultus,hiccup).Resorpsinya di usus baik, tetapi BA-nya hanya kurang lebih 30 % akibat FPE besar. PP-nya tinggi , sekitar 95 %, t1/2-nya 16-37 jam. Zat ini mudah melintasi barrier darah-CCS, kadarnya dalam cairan otak lebih tinggi daripada dalam darah. Ekskresinya lewat kemih sebagai metabolitnya.Efek sampingnya yang terpenting adalah terhadap hati dan darah, mungkin akibat suatu reaksi alergi. Zat ini dapat menyumbat saluran empedu sesudah 2-4 minggu dan keruskan ini tidak selalu reversibel. Kelainan darah (agranulositosis, 1:300 ) agak sering dilaporkan. Efek samping umum lainnya adalah efek sedatifnya yang kuat dan GEP yang sering kali terjadi. Dosis pada psikosis oral, i.m. atau i.v. 3 dd 25 mg garam-HCl selama 3-4 hari, bila perlu dinaikkan sampai 1 g sehari. Pada sedu: 3-4 dd 25-50 mg, sebagai adjuvans pada nyeri sedang/hebat 2-4 dd 25 mg.

Levomepromazin (Nozinan) adalah derivat yang atom klornya digantikan dengan OCH3 . khasiat antipsikosisnya sama dengan klorpromazin. Daya analgetisnya lebih kuat kurang lebih 60 % dari morfin, sehingga berguna untuk nyeri hebat, antara lain pada kanker dan sinannaga (herpes zoster ). Plasma-t1/2nya lebih panjang, sampai 78 jam. Efek samping penting lainnya adalah hipotensi dan rasa kantuk.Dosis: pada nyeri hebat i.m. 12,5-25 mg, oral 4-6 dd 12,5-50 mg( garam-garam hidrogenmaleat).

Gambar Levomepromazin

2. Thioridazin: MellerilSalah satu fenothiazin pertama ini dengan rantai sisi piperidin (1958) memiliki khasiat antipsikosis dan sedatif yang baik, sehingga sering digunakan pada pasien yang sukar tidur. Obat ini digunakan pula pada neurosis hebat dengan depresi, rasa takut dan ketegangan, serta depresi dengan kegelisahan.Kerja anti-adrenergisnya lebih kuat, juga efek antihistamin, antikolinergis dan antiserotoninnya.Resorpsinya diusus baik dan lengkap, tetapi BA-nya hanya 65 % akibat FPE besar. PP-nya diatas 95 %, t1/2-nya 10-24 jam. Ekskresinya berupa metabolit lewat tinja (50%) dan kemih (30%).Efek saming yang terpenting adalah gejala antikolinergis kuat dan hipotensi ortostatis, GEP dan hepatitis yang jarang terjadi.Dosis : oral 2-4 dd 25-75 mg (garam-HCl) maksimal 800 mg sehari, sebagai tranquilizer 2-3 dd 15-30 mg.Periciazin (Neuleptil) adalah derivat piperidin pula dengan efek antipsikosis agak ringan dan efek anti-adrenergis dan anti-serotonin kuat. Dosis: oral 2-3 dd 10-20 mg (garam-tartrat) maksimal 90 mg/hari, pada manula dimulai dengan 5 mg/hari, yang berangsur dinaikkan sampai 20-30 mg/hari.3. Perfenazin : Trilafon, Mutabon-D/MDerivat-fenotiazin dengan rantai sisi piperazin ini (1957) berdaya antipsikosis kuat dengan daya anti-adrenergis dan antiserotonin relatif lemah. Kerja antikolinergisnya ringan sekali. Obat ini juga berkhasiat anti-emetis kuat. GEP sering timbul.Resorpsinya diusus baik, BA-nya hanya kurag lebih 35 % karena FPE tinggi. PP-nya diatas 90 %, t1/2nya kurang lebih 9 jam. Dalam hati zat ini dirombak menjadi metabolit yang kurang aktif. Perfenazin mengalami siklus enterohepatis.Dosis: oral 2-3 dd 2-4 mg, maksimal 24 mg sehari, i.m. 100 mg (dekanoat/enanthat, preparat depot) setiap 2-4 minggu.Gambar Perfenazin

Trifluoperazin (Stelazin,Terfluzin) adalah derivat yang atom Cl digantikan CF3 dengan efek yang lebih kurang sama dengan perfenazin (1958).Dosis : oral permulaan 5 mg sehari, dinaikkan setiap 2-3 hari dengan 5 mg sampai maksimal 90 mg. Sebagai obat antimual dan tranquilizer 2 dd 1-3 mg.Fluenazin (Modecate, Moditen) adalah turunan CH2OH dari trifluoperazin (1959) dengan sifat hampir sama. Daya antimual dan sedatifnya ringan. Flufenazin terutama digunakan sebagai injeksi kerja-panjang guna menjamin pengobatan. Plasma t1/2 dari senyawa HCl,-enantat dan dekanoatnya masing-masing rata-rata 8 jam, 3,6 hari dan 8 hari. GEP sering terjadi, efek anti-kolinergis dan sedatifnya ringan. Esternya dapat mengakibatkan depresi serius.Dosis : pada psikosis akut i. M. 1,25 mg (HCl) lalu setiap 4-8 jam 2-5 mg sampai gejala terkendali, pemeliharaan 25 mg enantat setiap 2 minggu, atau 25 mg dekanoat setiap 3-4 minggu.

4. Haloperidol: Haldol, Serenace.Senyawa butirofenon ini memiliki khasiat antipsikotis dan anti-emetis kuat (1959) dan hingga kini digunakan sebagai obat referensi untuk antipsikotika baru. Kerjanya terhadap reseptor lain relatif lemah. Obat ini digunakan pada schizofrenia dan pada berbagai macam gerakan spontan pada otot kecil (tic) yang diperkirakan akibat hiperaktivitas sistem dopamin di otak. Lansia khususnya peka sekali terhadap obat ini, sehingga pentakarannya harus hati-hati. Dystonsia dan akathisia sering terjadi dan pada dosis tinggi menimbulkan kejang-kejang. Efek antikolinergisnya jarang dilaporkan. Bila perlu obat ini dapat diberikan pada wanita hamil dengan persyaratan-persyaratan tertentu.Resorpsinya diusus baik, BA-nya kurang lebih 60% akibat FPE besar. PP-nya 92 %, plasma t1/2nya kurang lebih 20 jam. Ekskresinya berupa metabolit dan secara utuh melalui kandung kemih (40%) dan tinja (15%).Dosis: psikosis oral 2-4 dd 1,5-5 mg, manula (pemeliharaan)2-4 mg sehari. Pada sedu 5-10 mg sehari, untuk muntah-muntah 2 dd 0,5-1 mg, sebagai adjuvans pada nyeri sedang-hebat 2-4 dd 0,5 mg.

Gambar Haloperidol

Bromperidol (Impromen) adalah turunanbrom sebagai pengganti klor (1981) dengan khasiat khusus terhadap halusinasi dan pikiran khayal. Bromperidol kurang efektif terhadap kegelisahan dan mania. Plasma t1/2nya panjang, kira-kira 24 jam. Dosis : oral, i.m.,i.v. 1dd 1,5 mg, bila perlu berangsur dinaikkan sampai maksimal 15 mg sehari, pemeliharaan 5-10 mg/hari. Diatas 8 mg sehari selalu timbul GEP.Droperidol (dehidrobenzperidol, Thalamonal) adalah derivat dengan khasiat analgetis kuat (1963). Digunakan sebagai antipsikotikum pada keadaan gelisah akut, sebagai premedikasi pada induksi anestesia dan sebagai adjuvans pada nyeri infark jantung (bersama zat narkotik fentanyl). Dosis:kegelisahan akut i.m./i.v. 5-10 mg pada infark i.v. perlahan 2,5 mg (bersama fentanyl 0,05 mg).

5. Pimozida: OrapDerivat-difenilbutilpiperidin ini diturunkan dari droperidol (1969) dan memiliki khasiat antipsikosis kuat dan panjang. Efek terapi baru nyata sesudah beberapa waktu, tetapi bertahan agak lama (1-2 hari). Obat ini tidak layak diberikan pada keadaan eksitasi dan kegelisahan akut, yang memerlukan sedasi langsung. Lagi pula efek sedasinya lebih ringan dibandingkan obat lain. Pimozida khusus digunakan pada psikosis kronis jangka panjang.Resorpsinya diusus lambat dan variabel. Plasma t1/2nya panjang:55-150 jam, pada pasien schizofrenia rata-rata 55 jam. Sifatnya sangat lipofil dan hanya sedikit dirombak dalam hati. Ekskresinya sangat lambat kerena selalu diresorpsi kembali oleh tubuli. Akhirnya kurang lebih 40 % dikeluarkan lewat kemih terutama berupa metabolit dan 15 % dengan tinja secara utuh.Efek sampingnya berupa umum, GEP sering terjadi, adakalanya nampak perubahan jantung (ECG) dan aritmia.Dosis: oral 1 dd 1-2 mg dinaikkan secara berangsur setiap 2 minggu sampai maksimal 6 mg sehari.Penfluridol (Semap) adalah derivat piperidin pila (1971) dengan kerja sangat panjang (kurang lebih 7 hari) dan terutama berkhasiat antidopaminerg kuat. Efeknya dimulai relatif cepat, sesudah 1-2 hari. GEP sering terjadi. Dosisnya: 1x seminggu 10-20 mg, berangsur dinaikkan sampai maksimal 60 mg seminggu.Fluspirilen (Imap) adalah derivat-piperidin long-acting pula, yang harus diberikan parenteral i.m. 1 x seminggu 1-10 mg.6. Sulpirida : DogmatilDerivat-sulfamoyl ini dianggap sebagai obat typis pertama (1968) dan khusus memiliki daya antidopamin. Resorpsinya secara oral dalam waktu 5 jam, BA-nya 25-35 %, PP-nya kurang dari 40 % . Dalam hati hampir tidak dirombak, ekskresinya secara utuh untuk 92% melalui urin. Plasma t1/2nya 7 jam. Efek sampingnya adakalanya dilaporkan galaktorrea, amenorrea dan perintangan ovulasi, lebih jarang menyebabkan GEP dan sedasi.Dosis: pada psikosis oral permulaan 1 dd 200 mg, sesudah 3 hari berangsur dinaikkan sampai 3-4 dd 200 mg, pemeliharaan 100-200 mg sehari. Pada pusing-pusing (vertigo) 150-300 mg sehari. i.m. 200-300 mg sehari selama 10 hari.Gambar Sulpirida

7. Klozapin: Leponex, ClozarilSenyawa dibenzodiazepin ini (1969) juga termasuk kelompok obat atypis. Khasiat antipsikotisnya lemah dan bekerja noradrenolitis, antikolinergis dan antihistaminnya kuat. Efek sedatif cepat dimulainya, efek antipsikosisnya setelah 1-6 bulan. Plasma t1/2-nya 6-14 jam. Efektivitasnya terhadap simtom positif dan negatif dari psikosis akut lebih baik daripada obat lain. Lagipula tidak menimbulkan GEP dan dyskinesia, jarang sekali akathisia dan dystonia. Tetapi penggunaannya dibatasi oleh risiko agranulositosis berbahaya (1-2%). Oleh karena itu gambaran darah harus di monitor selama 5-6 bulan pertama dari terapi.Dosis: oral i.m. 25-50 mg sehari, berangsur dinaikkan sampai maksimal 600 mg sehari. Pemeliharaan 1 dd 200 mg malam hari.Olanzapin (Zyprexa) adalah derivat log-acting terbaru(1995) dengan daya menghambat reseptor D1 s/d D5 dan reseptor neurotransmitter lainnya. Plasma t1/2nya kurang lebih 30 jam. Olanzapin terutama digunakan pada schizofrenia, sama ampuhnya dengan haloperidol tetapi kurang GEP. Efek samping tersering (>10%) adalah rasa kantuk dan naiknya berat badan. Belum ada data mengenai timbulnya Agranulositosis. Dosis : permulaan 1 dd 10 mg, pemeliharaan 7,5-17,5 mg sehari.

8. Risperidon:RisperdalDerivat benzisoxazol ini (1993) berkhasiat antipsikosis dan antiserotonin (5-HT2) kuat, daya blokade-1-nya cukup baik. Dalam hati zat atypis ini diubah menjadi antara lain metabolit aktif hidroksi-risperidon dengan plasma t1/2-nya kurang lebih 24 jam(t1/2 zat induk 3 jam). Pada dosis rendah (4-8 mg/hari), GEP lebih jarang terjadi, sedangkan pada dosis lebih tinggi sama frekuensinya dengan obat klasik. Dianjurkan untuk psikosis schizofrenia yang kronis guna menangani simtom negatif, khususnya bila obat lain kurang efektif. Suatu studi telah mengungkapkan bahwa dibandingkan dengan haloperidol, risperidon menghasilkan kurang lebih 2 kali lebih sedikit residif dalam masa 1 tahun.Efek sampingnya bersifat umum dan yang paling sering terjadi adalah sukar tidur, gelisah, rasa takut dan nyeri kepala. Dosis : oral 2 dd 1 mg, maka 2 dd 5 mg sehari.

9. Quetiapin :SeroquelDerivat-thiazepin ini(1997) bekerja antidopaminerg terhadap reseptor D1 dan D2, yang dapat disamakan dengan khasiat klozapin. Juga memiliki kerja antiserotonin dan antihistamin, tidak bekerja antikolinerg. Efektif terhadap gejala positif dan negati. Risiko akan efek samping ekstrapiramidal tampaknya lebih ringan daripada obat-obat klasik. Resorpsinya dari usus baik, PP-nya kurang lebih 83 %, dalam hati didegradasi dengan banyak metabolit inaktif, yang terutama diekskresi melalui urin dan tinja. Masa-paruh eliminasinya kurang lebih 7 jam. Efek samping utamanya berupa rasa kantuk (selama 2 minggu pertama), rasa penat,pusing, hipotensi ortostatis dan peningkatan berat badan.Dosis:hari pertama 2 dd 25 mg, hari kedua 2 dd 150 mg, lalu bila perlu dinaikkan lagi sampai dosis pemeliharaan maksimal 450 mg seharinya.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan 1. Psikofarmaka adalah obat- obatan yang digunakan untuk klien dengan gangguan mental.2. Psikofarmaka dapat digolongkan dalam beberapa golongan yaitu : dapat digolongkan dalam dua kelompok besar, yakni :a. Antipsikotika (dahulu disebut neuroleptika atau major tranquilizer) yang bekerja sebagai antipsikosis dan sedatif. Obat ini digunakan khusus untuk berbagai jenis antipsikosis misal schizofernia dan mania. b. Antidepresiva, yang berdaya memperbaiki suasana murung dan putus asa terutama digunakan pada keadaan depresi, panik dan fobia

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2014. http://en.wikipedia.org/wiki.html Diaskes pada 28 Oktober 2014Hoan Tjay, Tan dan Rahardja Kirana. 2013. Obat-Obat Penting. Jakarta : Gramedia. Setiawan.2009.Gangguan Jiwa.http//www. Gizi.net.Diakses tanggal 20 September 2014