Makalah Pribadi PBL 1 Blok 5 Sken 3
-
Upload
ajeng-aryuningtyas -
Category
Documents
-
view
43 -
download
3
description
Transcript of Makalah Pribadi PBL 1 Blok 5 Sken 3
Gangguan pada Sistem Gerak
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6
Jakarta Barat
I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Salah satu ciri dari makhluk hidup adalah bergerak. Secara umum gerak dapat
diartikan berpindah tempat atau perubahan posisi sebagian atau seluruh bagian dari
tubuh makhluk hidup. Makhluk hidup akan bergerak bila impuls atau rangsangan
dapat mengenai sebagian atau seluruh bagian tubuhnya. Pada hewan dan manusia
dapat mewakili pengertian gerak secara umum dan dapat dilihat dengan kasat mata
atau secara nyata. Gerak pada manusia dan hewan menggunakan alat gerak yang
tersusun dalam sistem gerak, sedangkan untuk tumbuhan, gerak yang dilakukan tidak
akan terlihat oleh kasat mata karena terjadi di dalam suatu organ atau sel tumbuhan.
Alat-alat gerak yang digunakan pada manusia dan hewan ada 2 macam yaitu alat
gerak pasif berupa tulang dan alat gerak aktif berupa otot. Kedua alat gerak ini akan
bekerja sama dalam melakukan pergerakan sehingga membentuk suatu sistem yang
disebut sistem gerak. Tulang disebut alat gerak pasif karena tulang tidak dapat
melakukan pergerakkannya sendiri. Tanpa adanya alat gerak aktif yang menempel
pada tulang, maka tulang-tulang pada manusia dan hewan akan diam dan tidak dapat
membentuk alat pergerakan yang sesungguhnya. Walaupun merupakan alat gerak
pasif tetapi tulang mempunyai peranan yang besar dalam sistem gerak manusia dan
hewan. Otot disebut alat gerak aktif karena otot memiliki senyawa kimia yaitu protein
aktin dan myosin yang bergabung menjadi satu membentuk aktomiosin. Dengan
aktomiosin inilah otot dapat bergerak. Sehingga pada saat otot menempel pada tulang
dan bergerak secara otomatis tulang juga akan bergerak. Dengan memiliki aktomiosin
1
ini maka otot mempunyai sifat yang lentur/fleksibel dan mempunyai kemampuan
untuk memendekkan serabut ototnya (pada saat kontraksi) dan memanjangkan
serabut ototnya (pada saat relaksasi/kembali pada posisi semula). Pada makalah ini,
juga akan dibahas tentang gangguan yang terjadi pada system gerak khususnya di
daerah bahu. Sistem gerak dapat mengalami gangguan atau kelainan. Kelainan pada
sistem gerak dapat terjadi karena beberapa hal, seperti kelainan sejak lahir,
kekurangan vitamin, dan kecelakaan. Otot memiliki daya kontraksi menggerakkan
tulang atau kulit dengan cara kerja tertentu sehingga dapat bergerak.
B. Rumusan Masalah
Kesulitan mengangkat tangan dan gangguan gerak pada sendi bahu kanannya.
C. Tujuan
- Mengetahui struktur anatomi mulai dari tulang, otot, dan sendi
- Mengetahui bagian-bagian tulang, khususnya yang membentuk tulang pada
daerah bahu atau lengan atas
- Mengetahui sendi yang bekerja pada bahu
- Mengetahui bagaimana jalan dari mekanisme kontraksi pada otot
D. Manfaat
Memudahkan pembaca untuk lebih memahami mengenai mekanisme kerja kontraksi
pada otot serta mengetahui lebih jelas tentang struktur anatomi yang menyusun
anggota gerak atau system gerak pada manusia yaitu tulang, otot, dan sendi.
II. Pembahasan
Skenario no. 3 :
Seorang pekerja datang ke puskesmas dengan keluhan kesulitan mengangkat tangan dan
gangguan gerak pada sendi bahu kanannya sejak 2 hari yang lalu akibat kejatuhan benda
yang mengenai daerah bahu kanannya.
2
Berdasarkan scenario di atas, yang akan dibahas lebih dalam pada makalah ini adalah
gangguan pada system gerak dan kita akan melihatnya dari struktur anatominya terlebih
dahulu. Struktur anatomi tersusun dari tulang, otot, dan sendi.
Tulang
Tulang atau kerangka adalah penopang tubuh Vertebrata. Tanpa tulang, pasti tubuh kita
tidak bisa tegak berdiri. Tulang mulai terbentuk sejak bayi dalam kandungan,
berlangsung terus sampai dekade kedua dalam susunan yang teratur. Tulang adalah salah
satu jaringan terkeras dalam tubuh dan hanya di bawah tulang rawan dalam
kemampuannya menahan stress. Tulang adalah stuktur dinamis yang secara terus
menerus diperbarui, mengalami remodelling, atau keduanya sebagai respon atas kebutuhan
mineral tubuh, stres mekanik, penipisan tulang akibat penyakit atau penuaan, atau
penyembuhan fraktur. Tulang terdiri dari bahan inter sel yang mengalami klasifikasi,
matriks tulang dan berbagai jenis sel antara lain osteosit, osteoblas, dan osteoklas. Tulang
merupakan reservoir terbesar dari kalsium dan phosphate. 99% kalsium terdapat di tulang
(1000 gram) dari jumlah kalsium tubuh, sedangkan phosphate dalam tulang mencapai
90% dari phosphate dalam tubuh. Tulang-tulang yang menyusun rangka tubuh manusia
dapat dikelompokkan menjadi 3 bagian, yaitu tulang tengkorak, tulang badan, dan tulang
anggota gerak. Tapi yang akan kita bahas pada makalah ini adalah tulang pada anggota
gerak khususnya tulang pada gelang bahu. Tulang pada gelang bahu terdiri dari 2 tulang
belikat dan 2 tulang selangka. Tulang belikat melekat pada tulang rusuk. Tulang belikat
membentuk segitiga pipih dan memiliki tonjolan yang disebut paruh gagak. Sedangkan
tulang selangka melekat pada tulang dada. Tulang pada bahu tersusun dari 3 tulang
utama, yaitu scapula, clavicula, dan humerus.1 Scapula atau tulang belikat membentuk
bagian belakang dari gelang bahu dan terletak di sebelah belakang torax lebih dekat
permukaan daripada iga. Bentuknya segitiga pipih dan memperlihatkan 2 permukaan, 3
sudut, dan 3 sisi. Permukaan anterior atau kostal disebut fossa subskapularis dan terletak
paling dekat dengan iga. Permukaan posterior atau dorsal terbagi oleh sebuah belebas
yang disebut spina dari scapula dan yang berjalan menyebrangi permukaan itu sampai
ujungnya dan berakhir menjadi prosesus akromion. Prosesus akromion ini menutupi
gelang bahu.2 Clavicula adalah tulang pertama yang mengalami osifikasi pada fetus (6
3
minggu). Berkembang dalam membrane bukan kartilago. Terletak subkutan dan
memindahkan tenaga dari lengan menuju skelet aksial. 2/3 bagian medialnya memilili
potongan sirkular dan melengkung ke depan. 1/3 lateralnya datar dan melengkung ke
belakang. Di medial clavicula berartikulasi dengan sternum dan cartilage costae ke 1
pada artikulatio stermoklavikularis. Selain itu di medial clavicula juga melekat ke costae
ke 1 melalui ligamentum kostoklavikulare dan ke sternum melalui ligamentum
stermoklavikulare. Di lateral clavicula berartikulasi dengan prosesus akromion scapula.
Clavicula adalah tulang pada tubuh yang paling sering patah. Titik terlemah tulang ini
terletak pada titik antara sepertiga tengah dan sepertiga luar. Humerus caputnya
berbentuk sepertiga sferis. Kaput yang bulat berartikulasi dengan glenoid yang dangkal.
Susunan demikian memungkinkan pergerakan bahu yang luas. Kolum anatomikum
memisahkan kaput dari tuberkulum majus dan minus. Kolum chirurgikum terletak di
bawah kolum anatomikum antara ujung atas dan korpus humeri. Nervus aksilaris dan
pembuluh sirkumfleksa membelok di sekitar kolum chirurgikum humerus. Struktur ini
memiliki resiko trauma saat terjadi dislokasi bahu dan fraktur leher humerus.3
Otot
Otot merupakan alat gerak aktif dalam tubuh, sedangkan tulang merupakan alat gerak
pasif. Otot merupakan spesialiskontraksi pada tubuh. Otot rangka melekat ke tulang.
Kontraksi otot rangka menyebabkan tulang tempat otot tersebut bergerak yang
memungkinkan tubuh melakukan berbagai aktivitas motorik. Otot merupakan jaringan
terbesar dalam tubuh dan membentuk sekitar separuh berat tubuh. Otot di golongkan
menjadi 3, yaitu otot rangka, otot polos, otot jantung. Otot skeletal secara volunter
dikendalikan oleh sistem saraf pusat dan perifer. Penghubung antara saraf motorik perifer
dan sel-sel otot dikenal sebagai motor end-plate. Otot dibagi dalam tiga kelompok,
dengan fungsi utama untuk kontraksi dan menghasilkan pergerakan sebagian atau seluruh
tubuh. Yang akan kita bahas pada makalah ini adalah otot rangka atau otot lurik.
Otot rangka atau otot lurik diliputi oleh kapsul jaringan ikat. Lapisang jaringan ikat
( serat-serat kolagen) yang membungkus otos disebut fasia otot atau episium. Otot ini
terdiri dari berkas-berkas sel otot kecil (fansikulus) yang dibungkus lapisan jaringan ikat
yang disebut perimisium. Sel otot dilapisi jaringan ikat yang disebut endomisium. Otot
4
rangka merupakan otot yang mempunyai variasi ukuran dan bentuk dari panjang, tipis,
sampai lebar dan datar. Sel-sel otot lurik berbentuk silindris atau seperti tabung. Sel otot
lurik memiliki inti yang banyak dan terletak di tepi. Myofibril pada sel otot lurik tidak
homogen sehingga tampak adanya serat-serat melintang. Pada saat otot lurik
berkontraksi, sel otot lurik akan memendek. Sel otot lurik bekerja menurut kemauan
karena berdasarkan perintah otak. Reaksi kerja otot lurik terhadap rangsang cepat, tetapi
tidak tahan kelelahan. Berdasaran letaknya, maka otot lurik dibedakan menjadi 3 macam,
yaitu otot rangka, otot kulit, dan otot lingkar. Otot rangka terdapat melekat pada rangka
sehingga berfungsi menggerakkan tulang. Otot kulit dapat ditemukan melekat pada
tulang dan kulit, tetapi ada juga yang sepenuhnya melekat pada kulit. Otot lingkar ialah
otot lurik yang berbentuk lingkaran seperti otot lurik yang mengelilingi mata dan yang
mengelilingi mulut.4 Setiap otot mempunyai tempat perlekatan di satu tulang atau lebih
dan posisi perlekatan itu menentukan fungsi otot tersebut dalam pergerakan. Ligamentum
adalah jaringan ikat yang antara lain mengikat suatu otot agar tetap pada tempatnya pada
saat berkontraksi. Namun otot sendiri disesuaikan dengan fungsi atau letaknya. Otot yang
namanya mengandung kata flexor menunjukkan otot itu merupakan suatu otot untuk
mengetulkan suatu sendi. Kata brevis menunjukkan suatu otot yang pendek dan longus
untuk otot yang panjang. Pengetahuan tentang perlekatan otot penting untuk menetapkan
fungsi otot itu. Di samping itu, pada kasus patah tulang bagian tubuh yang harus di fixasi
dengan gips harus melampaui titik perlekatan otot-otot yang bisa menggerakkan tulang
itu.5
Kerja otot ada 3, antara lain :
- Agonis = yang bertanggungjawab terhadap suatu gerak (sebagian besar).
- Antagonis = mengembalikan gerakan atau melakukan gerakan keterbalikan.
- Sinergis = membantu gerakan agonis dan antagonis utama.
Kemampuan kerja otot memiliki 4 karakteristik, yaitu :
1. Eksitabilitas (peka rangsang dan dapat memberikan respon)
2. Kontraksibilitas (memendek)
3. Extensibilitas (meregang jika ditarik)
4. Elastisitas (kembali seperti semula setelah mengalami kontraksi dan extensi)
5
Otot-otot yang terdapat pada gelang bahu, antara lain :
1. Thoracoscapulares, terdiri dari ;
a. M. Osmohyoideus
b. M. Levator Scapulae
c. M. Trapezius
d. M. Rhomboideus Major et Minor
e. M. Serratus Anterior
f. M. Pectoralis Minor
2. Thoracoclaviculares, terdiri dari :
a. M. Sternocleidomastoideus
b. M. Subclavius
3. Thoracohumerales, terdiri dari :
a. M. Lattisimus Dorsi
b. M. Pectoralis Major
4. Scapulohumerales, terdiri dari :
a. M. Deltoideus
b. M. Supraspinatus
c. M. Infraspinatus
d. M. Teres Minor
e. M. Teres Major
f. M. Subscapularis
Istilah pengatur keseimbangan gelang bahu digunakan di sini untuk menunjukkan otot-
otot yang memfiksasikan scapula ke batang tubuh (terutama serratus anterior,
rhomboideus, dan trapezius) dan otot yang membuat lengan menjadi stabil dalam
6
hubungannya dengan batang tubuh (terutama pectoralis dan lattisimus dorsi). Otot-otot
ini membuat bahu menjadi stabil dan rata, suatu fungsi yang penting ketika penderita
menyokong dirinya dengan tongkat ketiak.6
Mekanisme Kerja Otot
Otot yang mendapat rangsangan akan bekerja dengan cara berkontraksi. Kontraksi otot
ditandai dengan memendeknya otot serta menegang dan menggembungnya otot di bagian
tengah. Apabila otot tidak bekerja maka otot akan kembali mengendur dan beristirahat
(relaksasi). Rangsangan yang diberikan pada otot secara terus menerus menyebabkan
kontraksi terjadi secara mendatar. Otot dapat berkontraksi karena adanya pemecahan
molekul ATP. Untuk aktifitas berat selama 5 menit sel otot membutuhkan 85 gram ATP.
Pemecahan ikatan kimia ATP ini menghasilkan produk sampingan yaitu ADP.
Keterbatasan simpanan arealine phosphate dalam sel secara cepat mengubah ADP
kembali menjadi ATP. Energy yang dilepaskan oleh molekul ATP meningkatkan
filament-filamen protein mendorong otot untuk memendek (berkontraksi). Mekanisme
kerja otot tersebut juga melibatkan kalsium.7
Kelainan dan Gangguan pada Sistem Gerak Manusia
Kelainan dan gangguan pada system gerak manusia seperti pada tulang, otot, dan sendi
dapat mengganggu proses gerak yang normal. Kelainan dan gangguan ini dapat
disebabkan oleh kuman penyakit, kecelakaan, kekurangan gizi, atau kebiasaan duduk
yang salah dan kebiasaan mengangkat beban yang terlalu berat. Contoh-contoh kelainan
dan gangguan pada system gerak :8
1. Gangguan pada tulang
Sebagian besar gangguan pada tulang adalah berupa retak atau patah tulang
(fraktura). Berikut ini beberapa macam gangguan pada tulang karena fraktura:
Ø Fraktura sederhana
Fraktura sederhana merupkakan patah tulang yang tidak menyebabkan rusaknya
jaringan sekelilingnya (otot dan kulit).
7
Ø Fraktura kompleks
Fraktura kompleks atau fraktura majemuk merupakan patah tulang yang mampu
merobek otot atau kulit. Pada fraktura kompleks, ujung patahan tulang dapat
menembus kulit dan muncul ke permukaan luar. Oleh karena itu, fraktura
kompleks sering di sebut juga fraktura terbuka.
Ø Fraktura sebagian
Fraktura sebagian atau greenstick merupakan patah tulang yang tidak terlalu
serius, hanya berupa retak pada tulang.
Ø Fraktura berganda
Fraktura berganda atau comminuted merupakan patah tulang pada beberapa
tempat yang terjadi pada satu tulang.
2. Gangguan pada persendian
Gangguan pada persendian dapat menyebabkan tulang tidak dapat bergerak secara
optimal dan sering kali menimbulkan rasa nyeri. Berikut ini beberapa gangguan yang
terjadi pada persendian:
Ø Dislokasi
Dislokasi merupakan gangguan persendian yang menyebabkan sendi bergeser dari
kedudukan semula. Dislokasi terjadi karena ligamen atau jaringan penggantung
rusak/sobek.
Ø Keseleo
Keseleo atau terkilir merupakan gangguan persendian yang terjadi akibat gerakan
mendadak yang tidak biasa di lakukan. Gerakan ini dapat menyebabkan ligament
tertarik, tetapi tidak menyebabkan bergesernya posisi persendian. Rasa sakit
cukup hebat yang di sertai pembengkakan terjadi pada daerah yang terkilir.
Ø Ankilosis
Ankilosis merupakan gangguan persendian yang mengakibatkan tulang tidak
dapat di gerakkan lagi.
Ø Arthritis
8
Arthritis merupakan gangguan persendian berupa peradangan pada beberapa sendi
yang di sertai rasa nyeri dan sakit.
3. Kelainan pada system otot
Otot merupakan komponen utama dalam sistem gerak. Sebagian besar gerak berasal
dari aksi otot. Dengan demikian, adanya kelainan atau penyakit pada sistem otot akan
berakibat pada mekanisme gerak. Berikut ini beberapa macam kelainan pada otot:
Ø Atrofi
Atrofi merupakan penurunan fungsi otot dalam berkontraksi sehingga ukuran otot
menjadi menyusut (kecil). Atrofi dapat di sebabkan oleh penyakit poliomyelitis.
Penyakit ini dapat mengakibatkan kerusakan pada saraf yang mengkoordinir kerja
otot. Gangguan atrofi dapat di perkecil antara lain dengan terapi kejutan listrik
dan teknik pijatan.
Ø Hipertropi
Hipertropi merupakan kebalikan dari atrofi, hipertrofi menyebabkan otot
berkembang menjadi lebih besar dan kuat di bandingkan dengan sebelumnya.
Hipertrofi di sebabkan oleh aktivitas otot yang berlebihan. Misalnya, akibat
latihan olahraga dan bekerja berat.
Ø Hernia abdominal
Hernia abdominal merupakan gangguan otot yang di sebabkan oleh sobeknya
dinding otot perut. Akibatnya sebagian usus bergerak ke arah rongga perut dan
masuk ke dalam bekas sobekan tersebut.
Ø Kram
Kram atau kejang otot merupakan suatu keadaan yang menyebabkan otot tidak
mampu lagi berkontraksi dan dapat menimbulkan rasa sakit bila di paksa
berkontraksi. Kram tejadi akibat kontraksi yang berlangsung secara terus
menerus.
9
Ø Distrofi
Distrifi merupakan penyakit otot yang bersifat kronis dan di perkirakan termasuk
semacam penyakit bawaan.
Ø Tetanus
Tetanus merupakan penyakit kejang pada otot yang di sebabkan oleh infeksi
bakteri (Clostridium Tetani) yang masuk ke dalam luka.
Ø Kaku leher
Kaku leher atau stiff merupakan peradangan pada otot trapesius leher yang
berakibat leher menjadi sakit dan terasa kaku jika di gerakkan. Penyebabnya
karena hentakkan kesalahan gerak.
Ø Miastenia gravis
Miastenia gravis merupakan penyakit yang menyebabkan otot melemah dan
cenderung lumpuh. Penyakit ini bisa menyerang otot-otot di sekitar kelopak mata,
muka, leher, dan anggota gerak.
Sendi
Pergerakan tidak mungkin terjadi jika kelenturan dalam rangka tulang tidak ada.
Kelenturan dimungkinkan oleh adanya persendian. Sendi adalah suatu ruangan, tempat
satu atau dua tulang berada saling berdekatan. Fungsi utama sendi adalah memberi
pergerakan dan fleksibilitas dalam tubuh. Bentuk persendian ditetapkan berdasarkan
10
jumlah dan tipe pergerakannya, sedangkan klasifikasi sendi berdasarkan pada jumlah
pergerakan yang dilakukan. Menurut klasifikasinya, sendi dibedakan menjadi :9
1. Sendi sinartrosis (sendi tidak bergerak sama sekali). Contohnya sutura lambdoidea,
sutura coronalis, sutura squamosa.
2. Sendi amfiartrosis (Sendi bergerak terbatas. Contohnya sifisis dan tibia.
3. Sendi diartrosis/sinovial (sendi bergerak bebas). Contohnya articulatio humeri,
articulatio radioulnaris proximalis.
Sendi sinovial dapat membuat berbagai macam gerakan, yaitu :
1. Abduksi yaitu gerakan menjauhi garis tengah pada:
Ektremitas superior dan inferior : menjauhi tuncus (batang badan)
Jari-jari : menjauhi jari ketiga.
2. Adduksi yaitu gerakan mendekati garis tengah.
3. Latero fleksi yaitu istilah untuk kepala dan batang tubuh, fleksi ke lateral menjauhi
garis tengah.
4. Hiperabduksi yaitu gerakan pada sendi bahu (lengan atas) bila gerakan melebihi garis
vertikal.
5. Hiperadduksi yaitu gerakan pada sendi bahu, bila gerakan melebihi garis vertikal,
harus disertai sedikit fleksi.
6. Reduksi hiperabduksi yaitu gerakan kembali dari posisi hiperabduksi.
7. Reduksi hiperadduksi yaitu gerakan kembali dari posisi hiperadduksi.
8. Rotasi ke kanan dan ke kiri yaitu rotasi kepala atau leher, sehingga wajah menghadap
ke kanan atau kekiri.
9. Endorotasi yaitu rootasi pada sendi bahu (lengan atas) dan sendi panggul (paha),
sehingga tampak anterior menjadi menghadap ke medial.
10. Exorotasi yaitu rotasi pada sendi bahu (lengan atas) dan sendi panggul (paha),
sehingga tampak anterior menjadi menghadap ke lateral.
11. Supinasi yaitu exorotasi pada sendi siku (lengan bawah).
12. Pronasi yaitu endorotasi pada sendi siku (lengan bawah).
Berdasarkan strukturnya, sendi dibedakan atas :
11
1. Fibrosa. Sendi ini tidak memiliki lapisan tulang rawan dan tulang yang satu dengan
yang lainnya dihubungkan oleh jaringan penyambung fibrosa. Contohnya, sutura
pada tulang tengkorak.
2. Kartilago, yaitu sendi yang ujung-ujung tulangnya terbungkus oleh tulang rawan
hialin, disokong oleh ligamen dan hanya dapat sedikit bergerak. Sendi ini terbagi
menjadi 2, yaitu:
a. Sikondrosis yaitu sendi-sendi yang seluruh persendiannya diliputi oleh tulang
rawan hialin. Contohnya sendi-sendi kostokondral.
b. Simfisis yaitu sendi yang tulang-tulangnya memiliki suatu hubungan
fibrokartilagi dan selapis tipis tulang rawan hialin yang menyelimuti permukaan
sendi. Contohnya simfisis pubis dan sendi tulang punggung.
3. Sendi sinovial yaitu sendi tubuh yang dapat digerakkan, serta memiliki rongga sendi
dan permukaan sendi yang dilapisi tulang rawan hialin. Sendi ini adalah jenis sendi
yang paling umum dalam tubuh dan berasal dari kata sinovium yang merupakan
membran yang menyekresi cairan sinovial untuk lumbrikasi dan absorbsi shock.
III. Hipotesis
Gangguan gerak bahu yang disebabkan oleh kerusakan pada bgian tulang/otot/sendi.
IV. Sasaran Pembelajaran
Mengetahui struktur anatomi mulai dari tulang, otot, dan sendi
12
Mengetahui bagian-bagian tulang, khususnya yang membentuk tulang pada
daerah bahu atau lengan atas
Mengetahui sendi yang bekerja pada bahu
Mengetahui bagaimana jalan dari mekanisme kontraksi pada otot
V. Kesimpulan
Sendi memberikan fleksibilitas terhadap tulang-tulang untuk bergerak. Jika sendi
mengalami suatu gangguan, maka secara otomatis gerakan-gerakan tubuh juga akan
terganggu. Sehingga dapat dikatakan bahwa sendi merupakan salah satu faktor utama
penyebab suatu gerakan terganggu. Akan tetapi selain sendi, otot dan tulang juga
merupakan faktor utama penyebab gangguan pada gerak. Karena otot merupakan alat
penggerak dan tulang menjadi alat yang akan digerakan. Otot serta tulang pun tidak akan
dapat bergerak dengan baik jika tidak ada yang memberikan fleksibilitas. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa otot, tulang, dan sendi merupakan satu kesatuan dari alat pergerakan
yang dimana jika salah satunya mengalami suatu gangguan, maka pergerakan juga akan
terganggu.
Daftar Pustaka
1. id.wikipedia.org/wiki/Tulang
2. Pearce EC. Anatomi dan fisiologi untuk paramedic. Jakarta: PT Gramedia.
3. Faiz O, Moffat D. At a glance anatomi. Jakarta: Erlangga; 2004.
4. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC; 2004.
13
5. Wibowo DS. Anatomi tubuh manusia. Jakarta: Grasindo; 2008.
6. Krol J. Poliomielitis dan dasar-dasar pembedahan rehabilitasi. Jakarta: EGC; 1996.
7. Setiowati T, Furqonita D. Biologi interaktif. Jakarta: Azka Press; 2007.
8. Suratum, Heryati, Manurung G, Raenah E. Klien gangguan system musculoskeletal.
Jakarta: EGC; 2008.
9. Guyton AC. Fisiologi kedokteran. Jakarta: EGC; 2002.
14