Makalah PPKN-KORUPSI

20
KORUPSI : PENYALAHGUNAAN WEWENANG DAN PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA (HAM) DISUSUN OLEH : CLARA AGNES T. DBC 113 023 FELIKS ELIASER P. DBC 113 040 PAULINA WAHYUNI DBC 113 045 ESTU PAMBUDI DBC 113 061 LILIS FRIENNAWATI DBC 113 063 LOURE FLORENTINA DBC 113 067 PITA RIA DBC 113 079 SENA HARTANI DBC 113 123 JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA

description

penyalahgunaan wewenang dan pelanggaran HAM-Demokrasi

Transcript of Makalah PPKN-KORUPSI

KORUPSI : PENYALAHGUNAAN WEWENANG DAN PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA (HAM)

DISUSUN OLEH :

CLARA AGNES T. DBC 113 023FELIKS ELIASER P.DBC 113 040PAULINA WAHYUNIDBC 113 045ESTU PAMBUDIDBC 113 061LILIS FRIENNAWATIDBC 113 063LOURE FLORENTINADBC 113 067PITA RIADBC 113 079SENA HARTANIDBC 113 123

JURUSAN TEKNIK INFORMATIKAFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS PALANGKA RAYA2015KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Korupsi : Penyalahgunaan Demokrasi dan Pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM). Kami juga mengucapkan terima kasih bagi seluruh pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah dan berbagai sumber yang telah kami pakai sebagai data dan fakta pada makalah ini.Kami sadar penuh dengan kekurangan dan keterbatasan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat konstruktif akan menjadi acuan bagi kami selaku penulis. Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya, baik di dalam kehidupan dan dalam pengembangan mata kuliah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.

Palangka Raya, April 2015 Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR iDAFTAR ISI iiBAB I PENDAHULUAN 11.1. Latar Belakang Masalah 11.2. Pembatasan Masalah 11.3. Perumusan Masalah 11.4. Tujuan Penulisan 21.5. Metode Penulisan 21.6. Manfaat 2BAB II PEMBAHASAN2.1. Pengertian Korupsi, Demokrasi dan Hak Asasi Manusia (HAM)2.1.1. Pengertian Korupsi2.1.2. Pengertian Demokrasi2.1.3. Pengertian Hak Asasi Manusia (HAM)2.2. Pengaruh Perkembangan Demokrasi Terhadap Korupsi2.3. Korupsi sebagai Pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM)BAB III PENUTUP3.1. Kesimpulan3.2. SaranDAFTAR PUSTAKALAMPIRAN

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang MasalahSetelah reformasi, Indonesia menganut sistem Pemerintahan Demokrasi yang di dalamnya rakyat memiliki kekuasaan tertinggi pada pemerintahan dan didukung dengan adanya kebebasan Hak Asasi Manusia (HAM) untuk berserikat, berkumpul, menyatakan pendapat dan sikap tanpa rasa takut. Di sisi lain, sistem pemerintahan demokrasi yang tidak efektif dapat menyebabkan kemajuan ekonomi berjalan lebih lambat, tingkat kemiskinan meningkat, lapangan kerja sulit dan kesenjangan ekonomi tidak dapat dipungkiri.Dewasa ini, marak terjadi tindak pidana korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan yang paling klasik sebagai dampak perkembangan demokrasi. Pada dasarnya setiap rakyat memiliki derajat yang sama di mata hukum tetapi dalam kenyataannya golongan-golongan dengan jabatan tertentu seringkali lepas dari jerat hukum bahkan hampir tidak tersentuh oleh hukum itu sendiri.Kejadian ini turut memberikan kesempatan bagi beberapa oknum untuk melakukan tindak pidana atau menyalahgunakan wewenang yang dimandatkan padanya.

1.2. Pembatasan MasalahDalam makalah ini kami akan membahas mengenai studi kasus yang kami ambil, yakni mengenai kasus korupsi DPR Papua Barat beserta kaitannya dengan perkembangan demokrasi serta pelanggaran terhadap Hak Asasi Manusia (HAM).

1.3. Perumusan Masalaha. Apa pengertian dari korupsi, demokrasi dan Hak Asasi Manusia (HAM)?b. Apa kaitan antara perkembangan demokrasi dengan kasus korupsi?c. Bagaimana pengaruh perkembangan demokrasi dengan maraknya kasus korupsi di Indonesia, khususnya di Papua Barat saat ini?d. Mengapa korupsi dapat dikategorikan sebagai pelanggaran terhadap Hak Asasi Manusia (HAM)?e. Bagaimana penanggulangan terhadap kasus korupsi yang terjadi di Indonesia, khususnya di Papua Barat saat ini?f. Apa saja langkah yang dapat dilakukan agar sistem pemerintahan demokrasi dapat dijalankan secara sehat di Indonesia?

1.4. Tujuan Penulisana. Mengetahui pengertian dari korupsi, demokrasi dan Hak Asasi Manusia (HAM).b. Mengetahui pengaruh perkembangan demokrasi terhadap maraknya kasus korupsi di Indonesia, khususnya di Papua Barat.c. Mengetahui alasan mengapa korupsi dapat dikategorikan sebagai pelanggaran terhadap Hak Asasi Manusia (HAM).d. Mengetahui langkah apa saja yang dapat dilakukan agar sistem pemeritahan demokrasi dapat dijalankan dengan baik, sehingga kasus korupsi dapat ditanggulangi.

1.5. Metode PenulisanDalam penulisan makalah ini, kami selaku penulis melakukan diskusi mengenai studi kasus yang kami bahas serta melakukan pencarian data dari berbagai referensi, diantaranya melalui koran, buku, artikel, materi kuliah dan lain sebagainya.

1.6. ManfaatPenulisan makalah ini diharapkan dapat menjadi bacaan, acuan atau referensi yang dapat menambah wawasan dan pengetahuan, baik bagi penulis maupun pembaca mengenai korupsi dan kaitannya dengan perkembangan demokrasi dan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM).

BAB IIPEMBAHASAN

2.1. Pengertian Korupsi, Demokrasi dan Hak Asasi Manusia (HAM)2.1.1. Pengertian KorupsiKata korupsi secara etimologi berasal dari bahasa Latin koruptio artinya penyuapan, atau corrumpere artinya merusak. Hal ini terjadi dimana para pejabat negara menyalah gunakan jabatan mereka sehingga memungkinkan terjadinya penyuapan, pemalsuan, serta berbagai ketidakberesan lainnya.Dalam Kamus Istilah Hukum Fockema Andreae kata corruptie terutama dipakai bagi pegawai negara yang mendapat uang sogok yaitu menerima pemberian dan sebagainya sedangkan mereka tahu bahwa pemberian itu dimaksudkan untuk melakukan hal yang bertentangan dengan kewajiban jabatannya. Kata korupsi digunakan pertama kali oleh Poerwadarminta dalam Kamus Bahsa Indonesia, merupakan terjemahan dari kata bahasa Belanda corruptive. Kemudian Korupsi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai penyelewengan atau penggelapan (uang negara atau perusahaan untuk keuntungan pribadi atau orang lain.

2.1.2. Pengertian DemokrasiPengertian demokrasi yang mendasar adalah kebebasan perbedaan pendapat. Pengertian demokrasi dapat juga sebagai unjuk kekuasaan dalam mayoritas terhadap minoritas, kekuasaan di tangan mayoritas dan banyak lagi lainnya yang membuat orang pada umumnya terutama yang berada dalam tahta kekuasaan memberikan pengertian salah terhadap demokrasi.

2.1.3. Pengertian Hak Asasi Manusia (HAM)Secara harfiah hak asasi adalah hak pokok atau mendasar. Dengan kata lain, hak asasi manusia adalah hak-hak yang melekat pada setiap manusia , yang tanpanya manusia mustahil dapat hidup sebagai manusia. Di Indonesia dalam Piagam HAM yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Ketetapan MPR RI Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia , dirumuskan bahwa HAM adalah: hak-hak dasar yang melekat pada diri manusia secara kodrati, universal dan abadi sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa, meliputi hak untuk hidup, hak berkeluarga, hak mengembangkan diri, hak keadilan, hak kemerdekaan, hak berkomunikasi, hak keamanan dan kesejahteraan, yang oleh karena itu tidak boleh diabaikan atau dirampas oleh siapapun.Dalam Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, pada Bab I Pasal 1 Angka 1, merumuskan bahwa Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dari keberadaan manusia sebagai mahkluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerahNya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh Negara, Hukum dan Pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. Dan hak-hak yang diatur dalam Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999, adalah : 1)hak untuk hidup; 2) hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan, 3) hak untuk mengembangkan diri, 4) hak untuk memperoleh keadilan, 5) hak atas kebebasan pribadi, 6) hak atas rasa aman, 7) hak atas kesejahteraan, 8) hak turut serta dalam pemerintahan, 9) hak perempuan, 10) hak anak.Betapa pentingnya Hak Asasi Manusia (HAM) bagi Bangsa dan Negara Indonesia, sehingga HAM dimuat dalam Konstitusi Negara Indonesia Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, diatur dalam Pasal 28A sampai dengan pasal 28J. Pengaturan ini menandakan bahwa pemerintah dan seluruh lapisan Masyarakat Indonesia sangat menjunjung tinggi HAM.

2.2. Pengaruh Perkembangan Demokrasi Terhadap KorupsiIda (2009) berpendapat mengenai hubungan demokrasi dengan korupsi sebagai berikut :Demokrasi ternyata membuka ruang lebar bagi pada koruptor untuk mengeksploitasi sumber-sumber yang tersedia dalam brankas negara yang selalu terkait dengan praktik politik biaya tinggi. Peran politisi yang demikian dominan tidak hanya bermain di arena pengambilan kebijakan, melainkan juga di jajaran eksekutif, tampaknya menjadi problem krusial dalam upaya pemberantasan korupsi di negara ini. Seperti dalam kasus korupsi yang terjadi pada beberapa anggota DPR Papua Barat, dimana mereka yang telah ditetapkan sebagai terdakwa justru tetap dapat melenggang bebas, dalam artian tidak dilakukan penahanan. Bahkan saat itu mereka dapat maju kembali dalam pemilu anggota legislatif. Jadi, hubungan antara demokrasi dengan korupsi tidak bisa dipisahkan karena pada akhirnya demokrasi mennyebabkan adanya tindakan korupsi. Misalnya, pada pemilihan anggota pemerintahan yang berkeinginan untuk balik modal. Namun hal tersebut tentu saja tidak bisa disamaratakan karena tergantung pada sifat pribadi masing-masing.

2.3. Korupsi sebagai Pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM)Dalam berbagai survey yang dilakukan oleh lembaga-lembaga yang kredibel, lembaga peradilan ditempatkan sebagai salah satu lembaga yang tingkat korupsinyta tinggi. Penelitian yang dilakukan oleh LSM Kemitraan pada tahun 2010 menemukan bahwa Lembaga Legislatif sebagai lembaga terkorupsi nomor satau dengan prosentasai 78%, sedangkan Lembaga Yudikatif dengan prosentase 70%, dan Lembaga Eksekutif dengan prosentase 32%. Demikian pula dengan [enelitian yang dilakukan oleh Soegeng Suryadi Syndicate (SSS) pada Mei 2012. Hasi survey SSS menempatkan DPR (dari puasat samapai daerah) sebagai lembaga terkorup yakni 47% dari 2192 responden. Di bawah DPR lembaga terkorup berikutnya adalah Kantor Pelayanan Pajak (21,4%), Kepolisian (11.3%), Partai politik (3,9%), Kejaksaan (3.6%), Layanan Birokrasi (3,1%), Lambaga Kehakiman (2,6%), Bank Insdonesia (1,2%) dan Mahkamah Konstitusi (1%). Hasil survey tersebut ternyata berbanding lurus dengan ketidak puasan masyarakat atas kasus-kasus yang ditangani oleh lembaga peradilan.Melihat pada hasil survey di atas, dapat dikatakan bahwa kejahatan korupsi sungguh-sungguh sangat berbahaya dan karenanya harus ditangani dengan tepat, dan dengan perangkat hukum yang memadai pula, Romli Atmasasmita memberikan penegasan serta penguatan bahwa korupsi di Indonesia sudah merupakan kejahatan yang sangat luar biasa (extra ordinary crimes) sehingga tuntutan ketersediaan perangkat hukum yang sangat luar biasa dan canggih serta kelembagaan yang kuat untuk menangani korupsi tidak dapat dielakkan lagi. Selanjutnya dijelaskan bahwa kejahatan korupsi telah berakar dalam keseluruhan sendi kehidupan masyarakat Indonesia, sehingga sudah melebihi dampak dan bahaya pelanggaran hak asasi manusia sehingga kejahatan korupsi dapat disetarakan dengan jenis pelanggaran hak asasi manusia yang berat (gross violation of human rights).Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme mengatur bahwa praktek korupsi, kolusi dan nepotisme tidak hanya dilakukan antara penyelenggaran negara, melainkan juga antara penyelenggara negara dengan pihak lain yang dapat merusak sendi-sendi kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara, serta membahayakan eksistensi Negara.Pembicaraan Korupsi dan Pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) pada kesempatan ini adalah pelanggaran terhadap pemenuhan Pemenuhan Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya. Kelompok hak-hak ini berbeda dengan Hak-hak Sipil dan Politik. Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya secara langsung bersentuhan dengan kebutuhan masyarakat pada umumnya. Seperti: fasilitas penyediaan pangan, pendidikan, kesehatan, perumahan dan pekerjaan yang memungkinkan bagi setiap individu anggota masyarakat di suatu wilayah baik tingkat pusat maupun daerah dapat hidup dengan layak. Tanggung jawab pemenuhan atas hak-hak ini tentunya diikuti dengan mekanisme akuntabilitas negara terhadap pelaksanaan pemenuhan dan perlindungan hak-hak yang terkandung dalam hak ekonomi, sosial dan budaya.Pemenuhan atas hak-hak ekonomi, sosial dan budaya, semestinya dilakukan dengan rasa tanggung jawab oleh negara. Namun, jika uang yang semestinya digunakan untuk membuat rakyat lebih baik dan sejahtera sudah dikorupsi menyebabkan terjadi banyak penderitaan dikalangan masyarakkat kecil. Sehingga dapat kita lihat dampaknya adalah begitu banyak kejahatan yang terjadi, seperti perampokan, penculikan, penodongan, bahkan pembunuhan, semuanya ini dapat dikatakan sebagai asal dari kebutuhan akan hidup. Selain itu terjadi juga kemiskinan, kekurangan gizi, anak-anak putus sekolah, lapangan kerja semakin kurang, dan lain-lain. Hal ini dikarenakan uang yang disediakan oleh APBN dan APBD telah dikorupsi oleh para pelaksana/penguasa yang bekerja sama dengan para pengusaha.Tidak terpenuhinya hak-hak ekonomi, sosial dan budaya, mengakibatkan terjadi pelanggaran atas isi Kovenan Hak-hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya, sekaligus merupakan pelanggaran Hak Asasi Manusia. Secara umum yang disebut pelanggaran dalam kovenan ini, menurut Allan McChesnay :1. Gagal mengambil tindakan untuk melindungi hak yang sudah ada;2. Tidak mengambil tindakan cepat untuk mencegah gagalnya terpenuhi hak;3. Gagal memnuhi suatu kewajiban yang diharuskan oleh kovenan;4. Tidak berhasil mencapai pemenuhan hak dalam tingkat yang minimum, padahal dibutuhkan oleh sebagaian besar masyarakat;5. Membatasi pemenuhan suatu hak yang diakui dalam kovenen dengan cara yang tidak dibolehkan oleh kovenan;6. Dengan sengaja menghentikan atau memperlambat perkembangan bertahap dalam pemenuhan suatu hak;7. Membatalkan atau mengurangi program yang telah membantu terpenuhinya kovenan;8. Gagal memberikan laporan kepada berkala PBB.

Fakta membuktikan bahwa korelasi antara tindakan korupsi dengan pemenuhan Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya, khususnya Hak Atas Pekerjaan, Hak Atas Rasa Aman bagi masyarakat, Hak untuk mendapatkan standard kehidupan yang layak, Hak Atas Kesehatan, Hak Pendidikan, Hak Atas Perumahan dan Hak Atas Lingkungan Bersih dan Sehat, Hak untuk mengembangkan budaya yang dimiliki. Secara siknifikan sangat berpengaruh,, karena ketika tindakan korupsi dilakukan pasti akan menyebabkan terhambatnya pemenuhan hak-hak tersebut di atas.

BAB IIIPENUTUP

3.1. Kesimpulan

3.2. Saran

DAFTAR PUSTAKA

UPT-MKU. 2014. Materi Kuliah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia. Palangka Raya : Universitas Palangka Raya.

UPT-MKU. 2014. Materi Kuliah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Demokrasi Indonesia. Palangka Raya : Universitas Palangka Raya.

Lawalatta, Oktavianus. 2015. Korupsi dan Pelanggaran Hak Asasi Manusia. [Online]. Tersedia : http://fhukum.unpatti.ac.id/artikel/korupsi/254-korupsi-dan-pelanggaran-hak-asasi-manusia. [28 Maret 2015].

Pangestuningtyas, Dini. 2010. Hubungan Demokrasi dan Korupsi. [Online]. Tersedia : https://dinipangestuningtyas.wordpress.com/2010/01/04/hubungan-demokrasi-dan-korupsi/. [28 Maret 2015].

Ida, L. 2009. Demokrasi dan Korupsi. Jawa Pos, 9 Desember 2009, 6.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Cetakan keempat). Jakarta : Balai Pustaka.

McChesney, Allan. 2003. Memajukan dan Membela Hak-hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya. (Cetakan Pertama). Yogyakarta : Insist Press.

LAMPIRAN