MAKALAH PERFORMANCE TES_FIX.doc

34
MAKALAH EVALUASI BELAJAR PTK PENGUKURAN HASIL BELAJAR TEORI DAN PRAKTEK (PERFORMANCE TEST) Mata Kuliah : Teori dan Strategi Pembelajaran PTK Kode : PTK202 Dosen : Prof. Dr. Herminarto Sofyan Oleh : Ertyn Tyas Prabandari 12702251008 Sulasmi 12702251039

Transcript of MAKALAH PERFORMANCE TES_FIX.doc

Page 1: MAKALAH PERFORMANCE TES_FIX.doc

MAKALAH

EVALUASI BELAJAR PTK

PENGUKURAN HASIL BELAJAR TEORI DAN PRAKTEK

(PERFORMANCE TEST)

Mata Kuliah : Teori dan Strategi Pembelajaran PTK

Kode : PTK202

Dosen : Prof. Dr. Herminarto Sofyan

Oleh :

Ertyn Tyas Prabandari 12702251008

Sulasmi 12702251039

PROGRAM PASCA SARJANA

PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2013

Page 2: MAKALAH PERFORMANCE TES_FIX.doc

A. Pendahuluan

Secara bahasa, evaluasi adalah terjemahan dari kata evaluation (B. Inggris).

Kata Evaluation berasal dari value yang berarti nilai. Kata evaluation, dengan demikian,

diterjemahkan juga dengan penilaian. Sehingga antara “penilaian” dan “evaluasi” dapat

dipandang sebagai semakna. Dalam bahasa Arab penilaian diartikan al-taqdir.

Secara istilah, evaluasi diartikan sebagai suatu tindakan atau proses untuk

menentukan nilai dari suatu obyek. Istilah (term) ini pada awalnya dikaitkan dengan

prestasi belajar siswa, akan tetapi seiring dengan perkembangan waktu, term ini telah

memasuki setiap aspek kehidupan manusia. Tokoh yang mempopulerkan term ini

pertama kali adalah Ralph Tyler, dengan memaknai evaluasi sebagai proses

pengumpulan data guna menentukan sejauh mana, dalam hal apa dan bagian mana dari

tujuan pendidikan sudah dicapai.

Evaluasi terhadap pencapai belajar siswa adalah kegiatan wajib bagi setiap guru

atau pengajar. Dikatakan wajib karena pengajar dapat menginformasikan kepada lembaga

atau siswa itu sendiri. Informasi tersebut berisi tentang bagaimana dan sampai dimana

penguasaan dan kemampuan yang telah dicapai siswa tentang materi dan keterampilan-

keterampilan mengenai mata ajaran yang diberikan.

Evaluasi kegiatan belajar mengajar yang menjadi tanggung jawab guru di

sekolah merupakan bagian integral dari keseluruhan proses pendidikan. Dalam Undang-

Undang N0. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bab XII pasal 43

dinyatakan: “Terhadap kegiatan dan kemajuan belajar peserta didik dilakukan penilaian”.

Melalui kegiatan penilaian di kelas, dapat diperoleh informasi mengenai efektivitas

pembelajaran, tingkat pencapaian/keberhasilan belajar siswa, dan daya serap materi

pengajaran yang telah diberikan.

Dalam setiap pelaksanaan penilaian kegiatan belajar siswa, guru harus

memperhatikan secara seksama alat ukur maupun kondisi obyektif yang akan diukur,

sehingga hasil pengukuran/penilaian benar-benar dapat memberikan gambaran obyektif

dan akurat tentang performa siswa yang diukurnya.

Guru sebagai ujung tombak pelaksana pendidikan di sekolah memegang peranan

penting untuk keberhasilan belajar anak didiknya. Oleh karena itu sebaiknya guru

memiliki kemampuan dan kecakapan menjalankan tugas dan tanggung jawab berkaitan

1

Page 3: MAKALAH PERFORMANCE TES_FIX.doc

dengan profesinya, salah satu perannya sebagai ‘evaluator’, baik terhadap proses (saat

dan selama kegiatan pembelajaran berlangsung) maupun hasil belajar siswa.

B. Pengertian Pengukuran, Penilaian, dan Evaluasi

a. Pengertian pengukuran menurut para ahli

a. Alwasilah et al.(1996), measurement (pengukuran) merupakan proses yang

mendeskripsikan performa siswa dengan menggunakan suatu skala kuantitatif

(sistem angka) sedemikian rupa sehingga sifat kualitatif dari performa siswa

tersebut dinyatakan dengan angka-angka.

b. Arikunto dan Jabar (2004) menyatakan pengertian pengukuran (measurement)

sebagai kegiatan membandingkan suatu hal dengan satuan ukuran tertentu

sehingga sifatnya menjadi kuantitatif.

c. Cangelosi, James S. (1995), pengukuran adalah proses pengumpulan data secara

empiris yang digunakan untuk mengumpulkan informasi yang relevan dengan

tujuan yang telah ditentukan.

d. Sridadi (2007), pengukuran adalah suatu prose yang dilakukan secara sistematis

untuk memperoleh besaran kuantitatif dari suatu obyek tertentu dengan

menggunakan alat ukur yang baku.

e. Kerlinger (1993), pengukuran adalah proses pemberian bilangan atau angka

pada objek-objek atau sesuatu kejadian menurut aturan tertentu, pengukuran

terdiri dari aturan-aturan tertentu untuk memberikan angka atau bilangan kepada

objek dengan cara tertentu pula sehingga angka itu dapat mempresentasikan

dalam bentuk kuantitatif sifat-sifat dari objek tersebut.

Jadi, inti dari pengukuran adalah memberi bentuk kuantitatif pada objek atau

kejadian dengan memperhatikan aturan-aturan tertentu sehingga bentuk kuantitatif

tersebut betul-betul menunjukkan keadaaan yang sebenarnya dari objek yang diukur.

Dalam hal ini, objek yang diukur adalah pengetahuan, sikap, dan keterampilan

sebagai satu kesatuan yang utuh yang menunjukkan kualitas perilaku hasil belajar

dari peserta didik.

b. Pengertian penilaian menurut para ahli

a. Mardapi, Djemari (2003), penilaian adalah kegiatan menafsirkan atau

mendeskripsikan hasil pengukuran.

2

Page 4: MAKALAH PERFORMANCE TES_FIX.doc

b. Zainul, Asmawi dan Noehi Nasution (2001), mengartikan penilaian adalah suatu

proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang

diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan tes maupun

nontes.

c. Popham (1985), penilaian merupakan suatu kegiatan untuk menentukan tingkat

atau derajat sesuatu objek atau kejadian yang didasarkan atas hasil pengukuran

objek tersebut. Dalam dunia pendidikan, penilaian merupakan usaha formal

untuk menetapkan tingkat atau derajat peserta didik berdasarkan ubahan

pendidik-an yang diinginkan.

d. Hill (1997), penilaian adalah kegiatan mengolah informasi yang diperoleh

melalui pengukuran untuk menganalisis dan mempertimbangkan unjuk kerja

peserta didik pada tugas-tugas yang relevan. Kegiatan ini juga digunakan untuk

menilai materi, program, atau kebijakan-kebijakan dengan maksud untuk

menetapkan nilai kelayakan peserta didik.

Jadi, penilaian pada dasarnya merupakan suatu kegiatan formal untuk

menentukan tingkat atau status, penafsiran dan deksripsi hasil pengukuran hasil

belajar peserta didik dibandingkan dengan aturan tertentu.

c. Pengertian evaluasi menurut para ahli

1) Sudiono, Anas (2005) mengemukakan bahwa secara harfiah kata evaluasi

berasal dari bahasa Inggris evaluation, dalam bahasa Indonesia berarti penilaian.

Akar katanya adalah value yang artinya nilai. Jadi istilah evaluasi menunjuk

pada suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu.

2) Frey, Barbara A., and Susan W. Alman. (2003): Evaluation The systematic

process of collecting, analyzing, and interpreting information to determine the

extent to which pupils are achieving instructional objectives. (Artinya: Evaluasi

adalah proses sistematis pengumpulan, analisis, dan interpretasi informasi untuk

menentukan sejauh mana siswa yang mencapai tujuan instruksional).

Evaluasi dilakukan terhadap informasi hasil pengukuran dan penilaian. Hasil

pengukuran berbentuk skor (angka) yang kemudian skor ini dinilai dan ditafsirkan

berdasarkan aturan untuk ditentukan tingkat kemampuan seseorang. Dari hasil

proses penilaian ini kemudian dilakukan evaluasi untuk menentukan tingkat

keberhasilan seseorang atau suatu program. Dalam dunia pendidikan, menilai sering

3

Page 5: MAKALAH PERFORMANCE TES_FIX.doc

diartikan sama dengan melakukan evaluasi. Kegiatan menilai dan mengevaluasi

umumnya dilakukan oleh guru yang bersangkutan. Perbedaan antara kedua kata

tersebut terletak pada pemanfaatan informasi.

C. Fungsi Evaluasi

Fungsi evaluasi di dalam pendidikan tidak dapat dilepaskan dan tujuan evaluasi itu

sendiri. Tujuan evaluasi pendidikan ialah untuk mendapat data pembuktian yang akan

menunjukkan sampai di mana tingkat kemampuan dan keberhasilan siswa dalam

pencapaian tujuan-tujuan kurikuler. Di samping itu, juga dapat digunakan oleh guru-guru

dan para pengawas pendidikan untuk mengukur atau menilai sampai di mana keefektifan

pengalaman-pengalaman mengajar, kegiatan-kegiatan belajar, dan metode-metode

mengajar yang digunakan. Dengan demikian, dapat dikatakan betapa penting peranan

dan fungsi evaluasi itu dalam proses belajar-mengajar.

Menurut Ngalim Purwanto (1991), fungsi evaluasi dalam pendidikan dan

pengajaran dapat dikelompokkan menjadi empat fungsi, yaitu:

1. Untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan serta keberhasilan siswa setelah

mengalami atau melakukan kegiatan belajar selama jangka waktu tertentu. Hasil

evaluasi yang diperoleh itu selanjutnya dapat digunakan unuk memperbaiki cara

belajar siswa (fungsi formatif) dan atau untuk mengsi rapor atau Surat Tanda Tamat

Belajar, yang berarti pula untuk menentukan kenaikan kelas atau lulus-tidaknya

seorang siswa dan suatu lembaga pendidikan tertentu (fungsi sumatif).

2. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan program pengajaran. Pengajaran sebagai

suatu sistem terdiri atas beberapa komponen yang saling berkaitan satu sama lain.

Komponen komponen dimaksud antara lain adalah tujuan, materi atau bahan

pengajaran, metode dan kegiatan belajar-mengajar, alat dan sumber pelajaran, dan

prosedur serta alat evaluasi.

3. Untuk keperluan Bimbingan dan Konseling (BK). Hasil-hasil evaluasi yang telah

dilaksanakan oleh guru terhadap siswanya dapat dijadikan sumber informasi atau

data bagi pelayanan BK oleh para konselor sekolah atau guru pembimbing lainnya

seperti antara lain:

a. Untuk membuat diagnosis mengenai kelemahan-kelemahan dan kekurangan

atau kemampuan siswa.

4

Page 6: MAKALAH PERFORMANCE TES_FIX.doc

b. Untuk mengetahui dalam hal-hal apa seseorang atau sekelompok siswa

mememerlukan pelayana remedial.

c. Sebagai dasar dalam menangafli kasus-kasus tertentu di antara siswa.

d. Sehagai acuan dalam melayani kebutuhan-kebutuhan siswa dalam rangka

bimbingan karier.

4. Untuk keperluan pengembangan dan perbaikan kurikulum sekolah yang

bersangkutan. Seperti telah dikemukakan di muka, hampir setiap saat guru

melaksanaka kegiatan evaluasi dalam rangka menilai keberhasilan bealajar siswa

dan menilai program pengajaran, yang berarti pula menilai isi atau materi pelajaran

yang terdapat di dalam kurikulum. Seorang guru yang dinamis tidak akan begitu saja

mengikuti apa yang tertera di dalam kurikulum, ia akan selalu berusaha untuk

menentukan dan memilih materi materi mana yang sesuai dengan kondisi siswa dan

situasi lingkungan serta perkembangan masyarakat pada masa itu. Materi kurikulum

yang dianggap tidak sesuai lagi dengan perkembangan dan kebutuhan masyarakat

akan ditinggalkannya dan diganti dengan materi yang diangap sesuai. Benar apa

yang dikatakan oleh para pakar kurikulum bahwa pada hakikatnya kurikulum

sekolah ditentukan oleh guru.

Meskipun pada umumnya di Indonesia kurikulum sekolah disusun seacra nasional

dan berlaku untuk semua sekolah yang sejenis dan setingkat, guru-guru dapat ikut serta

menyusun kurikulum, atau duduk dalam panitia penyusun kurikulum, atau setidak-

tidaknya memberikan saran dan pendapatnya. Sebaliknya, panitia penyusun kurikulum

biasanya mencari rnasukan-masukan dari para pelaksana kurikulum di lapangan,

termasuk para pengawas-penilik, kepala sekolah, dan guru-guru. Demikianlah betapa

penting peranan dan fungsi evaluasi bagi pengembangan dan perbaikan k irikulum.

D. Jenis Evaluasi

1. Jenis evaluasi berdasarkan tujuan, dibedakan atas tujuh jenis evaluasi:

a. Pre-test dan Post-test

Kegiatan pre-test dilakukan guru secara rutin pada setiap akan memulai

penyajian baru. Tujuannya ialah untuk mengidentifikasi taraf pengetahuan siswa

mengenai bahan yang akan disajikan

5

Page 7: MAKALAH PERFORMANCE TES_FIX.doc

Sedangkan post-test adalah kebalikan dari pre-test, yakni kegiatan evaluasi yang

dilakukan guru pada setiap akhir penyajian materi.Tujuannya adalah untuk

mengetahui taraf pengetahuan siswa atas materi yang telah diajarkan.

b. Evaluasi Diagnostic

Evaluasi ini dilakukan setelah selesai penyajian sebuah satuan pelajaran. Evaluasi

ini bertujuan untuk mengidentifikasi atau menelaah  kelemahan-kelemahan siswa

beserta faktor-faktor penyebabnya.

c. Evaluasi selektif

Evaluasi selektif adalah evaluasi yang digunakan untuk memilih siswa yang

paling tepat atau sesuai dengan kriteria program kegiatan tertentu.

d. Evaluasi penempatan

Evaluasi penempatan adalah evaluasi yang digunakan untuk menempatkan siswa

dalam program pendidikan tertentu yang sesuai dengan karakteristik siswa.

e. Evaluasi formatif

Evaluasi jenis ini dapat dipandang sebagai “ulangan” yang dilakukan pada setiap

akhir penyajian satuan pelajaran atau modul. Evaluasi ini bertujuan untuk

memperbaiki dan meningkatan proses belajar dan mengajar.

f. Evaluasi sumatif

Ragam penilaian sumatif dapat dianggap sebagai “ulangan umum” yang

dilakukan untuk mengukur kinerja akademik atau prestasi belajar siswa pada

akhir periode pelaksanaan program pengajaran, atau disebut juga dengan evaluasi

yang dilakukan untuk menentukan hasil dan kemajuan belajar siswa.Evaluasi ini

lazim dilakukan pada setiap akhir semester atau akhir tahun ajaran.Hasilnya

dijadikan bahan laporan resmi mengenai kinerja akademik siswa dan bahan

penentu naik atau tidaknya siswa ke kelas yang lebih tinggi.

g. Ujian Nasional (UN)

Ujian Nasional (UN) pada prinsipnya sama dengan evaluasi sumatif, yaitu

sebagai alat penentu kenaikan status siswa.

2. Jenis evaluasi berdasarkan sasaran :

a. Evaluasi konteks

6

Page 8: MAKALAH PERFORMANCE TES_FIX.doc

Evaluasi yang ditujukan untuk mengukur konteks program baik mengenai

rasional tujuan, latar belakang program, maupun kebutuhan-kebutuhan yang

muncul dalam perencanaan

b. Evaluasi input

Evaluasi yang diarahkan untuk mengetahui input baik sumber daya maupun

strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan.

c. Evaluasi proses

Evaluasi yang di tujukan untuk melihat proses pelaksanaan, baik

mengenai kalancaran proses, kesesuaian dengan rencana, faktor pendukung

dan faktor hambatan yang muncul dalam proses pelaksanaan, dan sejenisnya.

d. Evaluasi hasil atau produk

Evaluasi yang diarahkan untuk melihat hasil program yang dicapai sebagai

dasar untuk menentukan keputusan akhir, diperbaiki, dimodifikasi, ditingkatkan

atau dihentikan.

e. Evaluasi outcom atau lulusan

Evaluasi yang diarahkan untuk melihat hasil belajar siswa lebih lanjut,

yankni evaluasi lulusan setelah terjun ke masyarakat.

3. Jenis evalusi berdasarkan lingkup kegiatan pembelajaran:

a. Evaluasi program pembelajaran

Evaluasi yang mencakup terhadap tujuan pembelajaran, isi program

pembelajaran, strategi belajar mengajar, aspe-aspek program pembelajaran yang

lain.

b. Evaluasi proses pembelajaran

Evaluasi yang mencakup kesesuaian antara peoses pembelajaran dengan garis-

garis besar program pembelajaran yang di tetapkan, kemampuan guru

dalam melaksanakan proses pembelajaran, kemampuan siswa dalam mengikuti

proses pembelajaran.

c. Evaluasi hasil pembelajaran

Evaluasi hasil belajar mencakup tingkat penguasaan siswa terhadap tujuan

pembelajaran yang ditetapkan, baik umum maupun khusus, ditinjau dalam aspek

kognitif, afektif, psikomotorik.

4. Jenis evaluasi berdasarkan objek evaluasi:

a. Evaluasi input

7

Page 9: MAKALAH PERFORMANCE TES_FIX.doc

Evaluasi terhadap siswa mencakup kemampuan kepribadian, sikap, keyakinan.

b. Evaluasi transformasi

Evaluasi terhadap unsur-unsur transformasi proses pembelajaran anatara

lain materi, media, metode dan lain-lain.

c. Evaluasi output

Evaluasi terhadap lulusan yang mengacu pada ketercapaian hasil pembelajaran.

5. Jenis evaluasi berdasarkan subjek evaluasi:

a. Evaluasi internal

Evaluasi yang dilakukan oleh orang dalam sekolah sebagai evaluator, misalnya

guru.

b. Evaluasi eksternal

Evaluasi yang dilakukan oleh orang luar sekolah sebagai evaluator, misalnya

orangtua, masyarakat.

E. Syarat Evaluasi

Langkah pertama yang perlu ditempuh guru dalam menilai prestasi belajar siswa

adalah menyusun alat evaluasi (test instrument) yang sesuai dengan kebutuhan, dalam

artian tidak menyimpang dari indicator dan jenis prestasi yang diharapkan.

Persyaratan pokok penyusunan alat evaluasi yang baik dalam perspektif psikologi

belajar (The Psychology of learning) meliputi dua macam, yakni: 1). Reliabilitas; 2).

Validitas (Cross, 1974; Barlow, 1985; Butler, 1990).

1. Reliabilitas

Secara sederhana, reliabilitas (reliability) berarti hal tahan uji atau dapat

dipercaya.Sebuah alat evaluasi dipandang reliable atau tahan uji apabila memiliki

konsistensi atau keajegan hasil.

2. Validitas

Validitas berarti keabsahan atau kebenaran. Sebuah alat evaluasi dipandang valid

atau abash apabila dapat mengukur apa yang seharusnya diukur.

Syarat-syarat umum yang harus dipenuhi dalam mengadakan kegiatan evaluasi

dalam proses pendidikan menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:194-198) terurai sebagai

berikut : 

1. Kesahihan

8

Page 10: MAKALAH PERFORMANCE TES_FIX.doc

Kesahihan menggantikan kata validitas (validity) yang dapat diartikan sebagai

ketepatan evaluasi mengevaluasi apa yang seharusnya di evaluasi. Untuk

memperoleh hasil evaluasi yang sahih, dibutuhkan insturmen yang

memiliki/memenuhi syarat-syarat kesahihan suatu instrumental evaluasi. Kesahihan

instrument evaluasi diperoleh melalui hasil pemikiran dan hasil pengalaman.

2. Keterandalan

Keterandalan evaluasi berhubungan dengan masalah kepercayaan, yakni tingkat

kepercayaan bahwa suatu instrument evaluasi mampu memberikan hasil yang tepat.

Gronlund dalam Dimyati dan Mudjiono (2006:196) mengemukakan bahwa,

“keterandalan menunjukkan kepada konsistensi (keajegan) pengukuran yakni

bagaimana keajegan skor tes atau hasil evaluasi lain yang berasal dari pengukuran

yang satu ke pengukuran yang lain”. Dengan kata lain, keterandalan dapat kita

artikan sebagai tingakat kepercayaan keajegan hasil evaluasi yang diperoleh dari

suatu instrument evaluasi.

3. Kepraktisan

Kepraktisan evaluasi dapat diartikan sebagai kemudahan-kemudahan yang ada pada

instrument evaluasi baik dalam mempersiapkan, menggunakan, menginterpretasi/

memperoleh hasil, maupun kemudahan dalam menyimpanya.

Sementara menurut Arikunto dan Jabar (2010:8-9) evaluasi memiliki ciri-ciri dan

persyaratan sebagai berikut : 

1. Proses kegiatan penelitian tidak menyimpang dari kaidah-kaidah yang berlaku bagi

penelitian pada umumnya.

2. Dalam melaksanakan evaluasi, peneliti harus berpikir secara sistematis yaitu

memandang program yang diteliti sebagai sebuah kesatuan yang terdiri dari

beberapa komponen atau unsur yang saling berkaitan satu sama lain dalam

menunjang kinerja dari objek yang dievaluasi.

3. Agar dapat mengetahui secar rinci kondisi dari objek yang dievaluasi, perlu adanya

identifikasi komponen yang berkedudukan sebagai faktor penentu bagi keberhasilan

program.

4. Menggunakan standar, Kiteria, atau tolak ukur sebagai perbandingan dalam

menentukan kondisi nyata dari data yang diperoleh dan untuk mengambil

kesimpulan.

9

Page 11: MAKALAH PERFORMANCE TES_FIX.doc

5. Kesimpulan atau hasil penelitian digunakan sebagai masukan atau rekomendasi bagi

sebuah kebijakan atau rencana program yang telah ditentukan.

6. Agar informasi yang diperoleh dapat menggambarkan kondisi nyata secara rinci

untuk mengetahui bagian mana dari program yang belum terlaksana, maka perlu ada

identifikasi komponen yang dilanjutkan dengan identifikasi subkomponen, sampai

pada indikator dari program evaluasi.

7. Standar, kriteria, atau tolak ukur diterapkan pada indicator, yaitu bagian yang paling

kecil dari program agar dapat dengan cermat diketahui letak kelemahan.

8. Dari hasil penelitian harus dapat disusun sebuah rekomendasi secara rinci dan akurat

sehingga dapat ditentukan tindak lanjut secara tepat.

F. Ragam Alat Evaluasi

Secara garis besar, ragam alat evaluasi terdiri atas dua macam bentuk, yaitu: 1). Bentuk

objektif; dan 2). Bentuk subjektif. Bentuk objektif biasanya diwujudkan dalam bentuk-

bentuk alternatif jawaban, pengisian titik-titik, dan pencocokan satu pernyataan dengan

pernyataan lainnya.

1. Bentuk objektif

Bentuk ini lazim juga disebut tes objektif, yakni tes yang jawabannya dapat diberi

score nilai secara lugas (seadanya) menurut pedoman yang ditentukan sebelumnya.

2. Bentuk subjektif

Alat evaluasi yang berbentuk tes subjektif adalah alat pengukur prestasi belajar yang

jawabannya tidak ternilai dengan score atau angka pasti, seperti yang digunakan

untuk evaluasi objektif. Hal ini disebabkan banyaknya ragam gaya jawaban yang

diberikan oleh para siswa. Instrument evaluasi mengambil bentuk Essay

examination, yakni soal ujian mengharuskan siswa menjawab setiap pertanyaan

dengan cara menguraikan atau dalam bentuk karangan bebas.

G. Tes

Salah satu jenis instrumen yang banyak digunakan guru dalam evaluasi KBM di

sekolah adalah tes. Menurut Cronbach (1970), Tes ialah Prosedur yang sistematis untuk

mendeskripsikan dan mengobservasi atau mengukur tingkah laku seseorang dengan

bantuan skala numerik atau sistem kategori. Tes ini tidak mengukur secara langsung,

10

Page 12: MAKALAH PERFORMANCE TES_FIX.doc

hanya pada sifat/karakteristik yang ada pada jawaban testee terhadap item tes. Secara

umum tes terbagi atas:

1. Maximum Performance tes, mengukur seluruh kemampuan siswa dan seberapa baik dapat

melakukannya. Dalam hal ini pertanyaan (tugas) yang diberikan harus jelas struktur dan

tujuannya, serta arah jawaban yang dikehendakinya. Di sini ada jawaban betul dan salah,

misalnya: tes kemampuan/bakat, dan tes hasil belajar.

2. Typical Performance tes, mengukur kecenderungan reaksi atau perilaku individu dalam

situasi tertentu. Dalam hal ini tidak ada jawaban benar – salah, misalnya: tes kepribadian,

sikap, minat. (Joesmani, 1988)

H. Tes Hasil Belajar Buatan Guru

Berdasarkan penyusunannya, tes dapat dibedakan atas: (1) tes standard (memiliki

validitas dan reliabilitas tinggi), dan (2) tes buatan guru. Tes hasi belajar. Ditinjau dari

pelaksanaannya tes buatan guru dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis:

1. Lisan (oral test), dilaksanakan dengan cara mengajukan pertanyaan kepada siswa,

dan jawabannya secara lisan dalam komunikasi langsung.

2. Tertulis (written test), dilaksanakan dengan jalan mengajukan lembaran

pertanyaan/soal tes kepada siswa, dan jawabannya dilakukan secara tertulis.

3. Perbuatan/keterampilan (skill test atau performance test).

I. Prinsip Dasar Tes Hasil Belajar

Tes hasil belajar berisi butir pertanyaan atau tugas untuk mengukur apakah

pengetahuan atau keterampilan yang telah dipelajari/dimiliki siswa dapat ditampilkan dan

dikuasai siswa secara baik. Adapun prinsip-prinsipnya sebagai berikut:

1. Mengukur hasil belajar yang telah dibatasi secara jelas sesuai dengan tujuan

instruksional.

2. Mengukur suatu sampel yang representatif dari hasil belajar dan dari materi yang

dicakup oleh tujuan instruksional.

3. Harus berisi item-item/tugas dengan tipe yang paling cocok untuk mengukur hasil

belajar yang diinginkan.

4. Dirancang agar sesuai dengan tujuan penggunaan hasilnya. (Gronlund, 1977).

J. Konsep Dasar Tes Performa (Perbuatan)

11

Page 13: MAKALAH PERFORMANCE TES_FIX.doc

Menurut Dewa Ketut Sukardi (1987), tes performa ialah tes yang menuntut testee

untuk menggerakkan atau menggunakan objek-objek, atau menyusun bagian-baigan yang

dikerjakan dengan tepat, dan menurut Smith & Adams (1972), ‘Performance tes’, adalah

suatu tes yang berhubungan dengan berbagai bentuk aktifitas fisik, seperti, memasang

pola dengan balok-balok kayu.

Dapat ditarik pengertian bahwa, tes performa merupakan bentuk tes yang menuntut

jawaban siswa dalam bentuk perilaku, tindakan/perbuatan, unjuk kerja atau keterampilan

melakukan tugas-tugas tertentu. Siswa bertindak atau mempraktekkan dan

mendemonstrasikan sesuai dengan apa yang diperintahkan atau ditanyakan. Misal, coba

praktekkan cara menggosok gigi yang benar sesuai aturan, cara lompat/loncat (tinggi,

indah, jauh) yang benar, cara berenang sesuai dengan gaya dan teknik tertentu.

Tes performa sebagai suatu metode tidak hanya digunakan dalam mata pelajaran

pendidikan jasmani/olahraga, tetapi dapat digunakan dalam menilai hasil belajar pelajaran

tertentu (Ilmu Sosial, IPA, Bahasa, Matematika, ekonomi, dsj). Sebaliknya tidak semua

hasil pelajaran mata pelajaran pendidikan jasmani dapat dievaluasi dengan menggunakan

tes perbuatan (misal, pengetahuan, sikap). Pelaksanaan tes dapat dilakukan baik secara

kelompok (seorang guru menghadapi sekelompok testee) maupun individual (seorang

guru menghadapi seorang testee).

K. Sistem Penilaian dalam Tes Performa

‘Performance test’ lebih mengacu kepada pendekatan penilaian ‘Criterion

Referenced Tes’ atau acuan patokan, yaitu pengukuran keberhasilan belajar yang

didasarkan atas penafsiran dari tingkah laku (performance) siswa berdasarkan

kriteria/standar penguasaan mutlak (relatif tetap dan berlaku untuk semua testee). Derajat

penguasaan siswa didasarkan pada tingkat tertentu yang harus dicapai, ada rentangan

suatu garis dari titik ‘tidak menguasai sama sekali’ sampai pada suatu penguasaan

terakhir (mutlak). Hasil belajar siswa terletak pada suatu titik penguasaan seperti ditandai

oleh perbuatan (performance) yang diperlihatkan testee. Pengertian tingkat pencapaian

sebagai kriteria ini tidak mutlak 100%, tetapi dapat bervariasi sesuai ketentuan yang telah

ditetapkan guru sebelumnya. Yang penting ialah tingkah laku (performance) khusus yang

tersirat dalam penguasaan tersebut dapat dipergunakan untuk menerangkan tugas khusus

yang dilakukan siswa sebelum ia mencapai tahap kecakapan yang dimaksud. Sehingga

12

Page 14: MAKALAH PERFORMANCE TES_FIX.doc

nyata dan jelas mana kecakapan yang sudah dikuasai dan mana yang belum dikuasai

siswa.

L. Aspek-aspek Penilaian dalam Tes Performa

Tes performa umumnya digunakan untuk mengukur taraf kompetensi yang bersifat

keterampilan (psikomotor). Aspek yang dinilai pada tes performa dapat menekankan pada

proses, hasil, dan atau kombinasi dari keduanya.

Penilaian pada proses (bagaimana cara yang ditempuh siswa dalam

memperoleh/melakukan ‘sesuatu’ secara baik, benar, dan efektif). Contoh mengajarkan

keterampilan motorik (berenang), siswa tidak secara langsung dimasukkan ke dalam

kolam renang, namun diajarkan dahulu bagaimana posisi kaki dan tangan yang benar,

cara mengambil napas, kerjasama kaki – tangan – pernapasan, dsb. Penilaiannya

dilakukan pada gerakan yang menghasilkan tingkah laku menurut rangkaian yang tepat.

Penilaian pada hasil, misal pada pelajaran menggambar/melukis, keterampilan, kerajinan

tangan, menjahit, dll. Guru bisa saja tidak menilai prosesya, tetapi menilai pada hasil

akhir/karya siswa.

Sebagaimana telah diuraikan bahwa tes performa memfokuskan kepada tujuan

belajar ‘keterampilan’ (skill) tertentu, yaitu keterampilan dalam proses/prosedur,

produk/hasil maupun kombinasi keduanya. Tes performa diperlukan untuk menilai

keterampilan aktual siswa. Misalnya dalam mata pelajaran: Ilmu Alam menekankan

secara khusus pada keterampilan ‘laboratories’, Matematika pada keterampilan

memecahkan masalah praktis, Bahasa Inggeris (Bahasa Asing) menekankan keterampilan

‘berkomunikasi’, Ilmu Sosial pada keterampilan mengkonstruksi peta dan grafik serta

pengoperasiannya secara efektif dalam kelas, Musik dan Seni (memainkan alat musik),

dan pendidikan fisik/jasmani (berenang, menari, melempar bola). Ekonomi, bisinis,

industri, pertanian, dsb.

M. Konstruksi Tes Performansi

Dalam kenyataan, tes performa sering diabaikan dalam pengukuran KBM di

sekolah, alasannya, mungkin karena tes performa lebih sulit digunakan daripada tes

13

Page 15: MAKALAH PERFORMANCE TES_FIX.doc

pengetahuan (kognitif), karena memerlukan lebih bayak waktu dalam mempersiapkan dan

melaksanakannya, penyekorannya lebih subyektif dan memberatkan, serta guru harus

membuat kriteria, yang memberikan gambaran secara khusus ‘Apa yang dapat dilakukan

dan yang tidak dapat dilakukan oleh setiap individu siswa’.

Tes performa dalam pelaksanaannya dapat dilakukan dalam beberapa alternatif,

tahapan/tingkatan realitas mulai dari yang terendah sampat tingkatan tinggi (simulasi)

dalam kehidupan nyata. Tentunya hal ini bergantung pada tujuan pengajaran, maupun

pertimbangan praktis (waktu, biaya, sarana, ketersediaan perlengkapan, dsb). Contoh,

aplikasi keterampilan arithmatik (berhitung) untuk masalah praktis (uang-barang) dengan

berbelanja di toko. Hal ini dapat dilakukan mula-mula dengan mengajukan masalah,

mensimulasikan, kemudian pada situasi nyata. Tes performa dapat mengambil bentuk-

bentuk sebagai berikut:

Test tertulis (Paper and pencil Performance), ini merupakan tahapan intermediasi

suatu performa menuju tingkatan kenyataan yang lebih tinggi (menggunakan peralatan

yang sesungguhnya). Bentuk ini menekankan kepada aplikasi pengetahuan dan

keterampilan dalam latar simulasi. Contoh dalam mata pelajaran ‘Konstruksi Tes’ :

buatlah seperangkat kisi-kisi tes dari suatu unit pengajaran atau buatlah daftar cek untuk

mengevaluasi suatu tes prestasi, dll.

Tes Identifikasi, mencakup kedalaman variasi dari situasi tes yang

mereprsentasikan derajat kenyataan lapangan yang beragam. Umumnya ini dilakukan

dalam lapangan ‘pendidikan/lembaga industri’. Misalnya idetifikasi mengenai bagian

performa tugas (misal: menemukan ‘konsleting’ pada suatu jaringan listrik) ia akan

mengidentifikasi: alat-alat, perlengkapan dan prosedur yang diperlukan untuk menangani

tugas tersebut. Contoh lain mengidentifikasi berbagai kemungkinan faktor penyebab

ketidakberfungsian suatu mesin (miisal: mobil, motor, dsb). Dalam Biologi,

mengidentifikasi perlengkapan dan prosedur yang diperlukan untuk

membimbing/melakukan suatu eksperimen, koreksi pengucapan, koreksi prosedur

pemecahan masalah, identifikasi berbagai aturan kepemimpinan yang akan dipraktekkan

dalam kelas, dsb. Secara umum tes identifikasi digunakan sebagai suatu alat/strategi

pengajaran untuk mempersiapkan performa aktual para siswa dalam situasi simulasi

maupun yang sebenarnya.

Simulasi, lebih menekankan kepada prosedur, yaitu bagimana siswa dapat

menampilkan tingkah laku (suatu tugas) yang sama dalam situasi nyata sebagaimana

14

Page 16: MAKALAH PERFORMANCE TES_FIX.doc

ditampilkan dalam simulasi. Misalnya: mendemonstrasikan ‘berenang’ dengan gaya dan

teknik tertentu, shadow boxing, mensimulasikan wawancara antara instruktur

(perusahaan) dengan pelamar kerja suatu pekerjaan. Ini digunakan dalam pengajaran

untuk mengevaluasi tujuan. Dalam beberapa situasi, simulasi performa siswa digunakan

sebagai penilaian akhir dari suatu keterampilan tertentu (misal: performa laboratorium

kimia, latihan menyetir).

Sampel kerja (work sample), ini merupakan tingkatan ‘realisasi’ tertinggi. Di sini

mengharuskan siswa untuk menampilkan tugas secara aktual yang merepresentasikan

performa keseluruhan yang hendak diukur. Meliputi elemen yang krusial dan penampilan

yag terkontrol dengan standard tertentu. Setiap performa siswa pada suatu standard

kemudian digunakan sebagai bukti dari abilitas individual (mengenai suatu tugas) dalam

suatu kondisi khusus/tertentu. Contoh dalam bidang bisnis/ekonomi, siswa diharuskan

untuk menuliskan catatan dengan cara singkat dari suatu diktat, atau tulisan bisnis, atau

siswa mengoperasikan suatu ‘kunci’ pemrosesan data bisnis tertentu. Dalam bidang

industri, misalya, siswa diharuskan untuk melengkapi suatu proyek dari pekerjaan tukang

logam (metalwoorking) atau pekerjaan tukang kayu (woodworking) yang melibatkan

semua tahapan-tahapan sebagaimana dalam situasi pekerjaan sebenarnya (menentukan,

memilih/mengurutkan material, dan mengkonstruksi).

N. Prosedur Pengembangan (Konstruksi) Tes Performa

Pada dasarnya sama dengan konstruksi tes prestasi lainnya, hanya memang cukup

rumit, memerlukan lebih banyak waktu untuk mempersiapkan dan

pengadministrasiannya.

1. Spesifikasikan hasil perporma (keterampilan) yang hendak diukur.

Untuk menentukan objek performa umumnya menggunakan kata kerja tindakan

seperti: identifikasi (mengenal), konstruksi, dan demonstrasi.

Contoh:

Kata Kerja Tindakan Ilustrasi Tujuan Instruksioal

1. Identifikasi

Memilih objek yang benar, bagian

suatu objek, prosedur, properti

(mengenal, menemukan, memilih,

Memilih alat, mengenal bagian-bagian

mesin tik, memilih perlengkapan

laboratories yang benar, memilih

prosedur statistik yang paling relevan,

15

Page 17: MAKALAH PERFORMANCE TES_FIX.doc

menggambarkan). mengidentifikasi perlengkapan

eksperimen yang diperlukan, mengenal

suatu bagian (spesimen) melalui

mikroskup.

2. Konstruksi:.

Membuat suatu produk dengan

seperangkat spesifikasi (menyusun,

merakit, membangun, membuat,

mempersiapkan).

Membuat diagram untuk suatu jaringan

listrik, mendesain pola untuk baju,

menyusun grafik lingkaran, menyusun

peta cuaca mempersiapkan desain

eksperimen.

3. Demonstrasi:

Performansi seperangkat pengerjaan

atau prosedur (mengerjaan,

mengoperasikan, memperbaiki,

menampilkan, set up)

Menyetir mobil, mengukur volume suatu

cairan, mengoperasikan OHP,

memperbaiki TV, yang rusak, men-set up

perlengkapan laboratorium,

mendemonstrasikan prosedur untuk

mentuning suatu mobil.

Untuk merepresentasikan performa secara keseluruhan, pilihlah aktivitas yang

merefleksikan materi yang sudah diajarkan dan obserable. Kegiatan ini meliputi

identifikasi suatu kegiatan (analisis tugas) suatu aktivitas tertentu, kemudian buat

standard performa untuk setiap jenis tugas tersebut (akurasi/ketepatan/kesesuaian,

kecepatan, dan prosedur yang digunakan/urutan dari tahapan pengerjaan).

2. Pilihlah suatu tingkatan ‘realitas’ (kenyataan) yang sesuai/cocok. Untuk situasi tes

tertentu ini bergantung kepada faktor-faktor: tujuan pengajaran, urutan pengajaran,

waktu, biaya, dan perlengkapan yang tersedia.

3. Mempersiapkan petunjuk pengerjaan secara jelas, khusus mengenai situasi tes,

meliputi: tujuan dari tes, material dan perlengkapan, prosedur ujian (kondisi

perlengkapan/alat, performa yang diinginkan, batas waktu, metode penyekoran).

4. Mempersiapkan bentuk/format observasi untuk digunakan dalam mengevaluasi

performa (misalnya: Skala hasil, checklist, rating scale). Pemilihan bentuknya

bergantung kepada tujuan dari performa yang akan dinilai. Skala hasil, merupakan

suatu rangkaian sample hasil dengan derajat kualitas yang berbeda. Digunakan untuk

menilai kualitas keseluruhan hasil suatu performa dengan berbagai dimensi

16

Page 18: MAKALAH PERFORMANCE TES_FIX.doc

(misalnya menilai: tulisan tangan, kerajinan tangan, lukisan, karya seni, berbagai

bentuk/jenis proyek kejuruan, dsb). Prosedurnya meliputi memilih sampel hasil

(misalnya, siswa) representasikan 5 – 7 tingkatan kualitas, susun dalam urutan yang

berarti, kemudian tentukan (skala) angka nilai (misalnya 1 – 7).

Checklist, merupakan suatu daftar dari berbagai aspek dari suatu performa yang

hendak diukur, dengan membubuhkan catatan penilaian secara sederhana (ya atau

tidak). Rating scale hampir sama dengan cheklist, namun mempunyai rentangan

angka (5 4 3 2 1) dengan deskripsinya. Ini dapat digunakan baik untuk mengevaluasi

proses maupun hasil.

O. Evaluasi Hasil Belajar SMK

Penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran di SMK pada dasarnya merupakan

upaya untuk membekali peserta didik agar setelah lulus dapat menangani pekerjaan-

pekerjaan sesuai dengan kriteria yang diharapkan oleh dunia industri dan dunia usaha.

Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan kejuruan, termasuk SMK, dapat dilihat dari

dua sisi, yaitu keberhasilan peserta didik di sekolah dan keberhasilan lulusan di dunia

kerja (Sukamto, 1988). Untuk dapat berhasil di dunia kerja sudah tentu harus didukung

dengan keberhasilan akademik di sekolah. Keberhasilan akademik inilah yang sering

disebut dengan istilah hasil belajar yang akan menumbuhkan perilaku tertentu bagi

peserta didik.

Berkaitan dengan perilaku di atas, Wardiman Djojonegoro (1998:30)

mengemukakan bahwa paling tidak ada delapan komponen perilaku utama yang harus

dimiliki oleh peserta didik dan atau lulusan SMK yang masing-masing adalah: (a)

memiliki keterampilan dasar yang kuat dan luas yang memungkinkan pengembangan dan

penyesuaian diri sesuai dengan perkembangan IPTEK; (b) mampu mengumpulkan,

menganalisis, dan menggunakan data dan informasi; (c) mampu mengkomunikasikan ide

dan informasi; (d) mampu merencanakan mengorganisasikan kegiatan; (e) mampu

bekerja sama dalam kelompok kerja; (f) mampu memecahkan masalah; (g) berfikir logis,

dan mampu menggunakan teknik-teknik matematika; (h) menguasai bahasa komunikasi

global (bahasa Inggris).

Evaluasi yang tepat akan memberikan dampak positif bagi program pengembangan

siswa dan pengambilan kebijakan-kebijakan. Hasil evaluasi pada dasarnya merupakan

17

Page 19: MAKALAH PERFORMANCE TES_FIX.doc

informasi yang berharga bagi individu untuk mengambil keputusan berkaitan dengan

pendidikan dan latihan (Grubb dan Ryan, 1999).

Proses pembelajaran di SMK memiliki perbedaan yang khas dibandingkan dengan

pembelajaran di Sekolah Menengah Umum (SMU). Salah satu ciri khasnya adalah

adanya proses pembelajaran keterampilan di laboratorium atau bengkel dan adanya

kegiatan Praktik Kerja Lapangan/Industri (PKL). Dengan demikian, hasil belajar peserta

didik merupakan gabungan hasil belajar teori di kelas dengan praktik di bengkel.

Berdasarkan buku Pedoman Evaluasi Hasil Belajar SMK ditetapkan bahwa evaluasi hasil

belajar adalah kegiatan pengukuran dan penilaian penguasaan peserta didik terhadap

tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan sebelum berlangsungnya kegiatan belajar

mengajar.

Sekolah Menengah Kejuruan secara terpadu menggunakan penilaian berbasis kelas

yang merupakan penilaian yang dilaksanakan di dalam proses kegiatan pembelajaran,

bertujuan untuk (1) memantau kegiatan dan kemajuan hasil belajar peserta didik sebagai

bahan masukan untuk perbaikan pembelajaran lebih lanjut, dan (2) menetapkan tingkat

keberhasilan peserta didik dalam menguasai kompetensi yang dipelajari. Sedang

penilaian berkala adalah pengukuran dan penilaian ketuntasan pencapaian hasil belajar

peserta didik setelah menyele saikan satu satuan kompetensi. Tujuannya untuk

menetapkan keberhasilan peserta didik dalam menguasai satuan kompetensi, level

kualifikasi tertentu yang berkaitan dengan proses pemberian sertifikat kompetensi, dan

pe-nyelesaian akhir pendidikan.

Bentuk yang dapat digunakan dalam penilaian berbasis kelas ini antara lain adalah:

tes tertulis, tes penampilan (performance), penugasan atau proyek, dan portofolio. Tes

tertulis dapat berbentuk tes pilihan ganda atau tes bentuk uraian (esai). Tes penampilan

adalah penilaian yang menuntut peserta didik melakukan tugas dalam bentuk perbuatan

yang dapat diamati oleh guru. Penugasan atau proyek merupakan tugas yang harus

dikerjakan yang memerlukan waktu yang relatif lama dalam pengerjaannya. Penugasan

ini dimaksudkan untuk menggali kemampuan peserta didik dalam mengintegrasikan

seluruh pengetahuan yang telah diperoleh dalam bentuk laporan atau karya tulis.

Portofolio dapat diartikan sebagai bentuk benda fisik dan suatu proses sosial pedagogis.

Sebagai bentuk fisik, portofolio merupakan bundel, yaitu kumpulan atau dokumentasi

hasil pekerjaan peserta didik yang disimpan dalam suatu bundel. Sebagai suatu proses

18

Page 20: MAKALAH PERFORMANCE TES_FIX.doc

pedagogis, portofolio merupakan kumpulan pengalaman belajar yang terdapat dalam

pikiran peserta didik berupa pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap peserta didik.

P. Contoh Penilaian Performance (Unjuk Kerja)

Nama siswa : Baron Aruna

NIS : 00706

Tanggal : 8 Juni 2006

NoKompetensi dasar dan Kriteria Unjuk Kerja

Indikator KeberhasilanPenilaian

YATIDAK

7 8 91 Menginstalasi

komponen PC1a Peralatan instalasi

(tools kit) dipersiapkanMenggunakan tools kit dengan tepat dan benar

1a Perangkat yang ingin diinstalasi diuji sesuai dengan manual tiap-tiap komponen

Menguji komponen antara lain, cacat fisik, kelengkapannya

1b Perangkat PC dirakit menggunakan prosedur, cara/metode dan peralatan yang sudah ditentukan

Merakit PC sesuai prosedur perakitan. Casing, motherboard, processor, ram dan peripheral lain terakit dengan benar

Catatan: Kolom penilaian diberi tanda cek pada angka yang sesuai dengan unjuk kerja yang

terlihat dengan menggunakan kriteria berikut.7 = cukup8 = baik9 = amat baik

Skor maksimum 27

Nilai maksimum = 27/3 = 9

19

Page 21: MAKALAH PERFORMANCE TES_FIX.doc

Contoh Penilaian sikap

Nilai Sikap dapat diperoleh dari gabungan hasil penilaian diri (B) dan hasil penilaian guru

(E). Berikut contoh penilaian sikap.

Nama peserta : Baron Aruna

NIS : 00706

Tanggal : 8 Juni 2006

No. Aspek Noninstruksional Sikap (Attitude)

Skor PerolehanBelieve (B)

(Penilaian Diri)Evaluation (E)

(Penilaian Guru)1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

1. Kerja sama √ √2. Kedisiplinan √ √3. Kejujuran √ √

4. Mengakses dan mengorganisasi informasi √ √

5. Tanggung jawab √ √6. Memecahkan masalah √ √7. Kemandirian √ √8 Ketekunan √ √

Jumlah Skor Perolehan 40 32Skor Maksimum 40 40

Catatan:Beri tanda cek pada kolom Skor Perolehan sesuai dengan keterangan penilaian berikut1 = kurang sekali2 = kurang3 = cukup4 = baik5 = baik sekali

Nilai tertinggi = 9 Sikap siswa dinyatakan baik dan positif apabila memperoleh nilai ≥7

Skor perolehan Konversi nilai = ----------------------- x 9

Skor tertinggi

20

Page 22: MAKALAH PERFORMANCE TES_FIX.doc

Skor Baron dari penilai B = 40, dari penilai E = 32. Total Skor= 72 Skor maksimum dari penilai B dan E ( 40 x 2) = 80

72 Nilai sikap Baron = ----------- x 9 = 8,10 > 7 ( sikap Baron baik dan positif)

80

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. 2010. Evaluasi Pembelajaran Prinsip,Teknik,Prosedur. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Arikunto, Suharsimi. 1989. Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi dan Jabar, Safruddin Abdul.2010. Evaluasi Progaram Pendidikan Pedoman Praktis Bagi Mahasiswa dan Praktisi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Grondlund. 1993. How to Make Achievement Test and Assessment 5th Ed. New York: Macmillan Co.

Iskandar. 2009. Psikologi Pendidikan Sebuah Orientasi Baru. Jakarta: Gaung Persada Press

Syah, Muhibbin. 2008. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru.Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada

Departemen Pendidikan Nasional. 2009. Model Penilaian Kelas. Badan penelitian dan pengembangan pendidikan nasional Pusat kurikulum

21