Makalah perekonomian indonesia menuju swasembada pangan 2017
Makalah perekonomian indonesia
Transcript of Makalah perekonomian indonesia
MAKALAH
PEREKONOMIAN INDONESIA
Disusun Oleh :
RURI NURUL JANNAH
12140270
5P – AKUNTANSI
R 3.2.3
i
DAFTAR ISI
Daftar Isi ……………………………………………………………………………………………………… i
Referensi …………………………………………………………………………………..………………….. ii
Kata Pengantar ……………………………………………………………………………………………… iii
Gambaran Umum Perekonomian Indonesia …………………………………………………….………… 1
Sejarah Perekonomian Indonesia ………………………………….…………………………….………… 3
Sistem Ekonomi Indonesia ………………………………………………………………………………….. 5
Pertumbuhan Ekonomi ……………………………………………………………………………………... 7
Perubahan Struktur Ekonomi ……………………………………………………………………………… 10
Perekonomian Indonesia Kemiskinan dan Kesenjangan pendapatan ……..……………………………. 12
Pembangunan Ekonomi Daerah …………………………………………….……………………...……… 14
Peranan Sektor Pertanian Perekonomian Indonesia ………………………………………….…….……. 16
Industrialisasi dan Perkembangan Sektor Industri …………………….……………….……………...… 17
UKM (usaha Kecil Menengah) …………………………………………………………………………..… 21
Prospek UKM Dalam Era Perdagangan Bebas …………………………..…..…………………………… 22
Neraca Pembayaran ……………………………………………………….…..……………………………. 23
Modan Asing dan Utang Luar Negri ………………………...……………..……………………………… 26
i
REFERENSI
Deliarnov. (1995). Perkembangan Pemikiran Ekonomi. Jakarta: Raja Grafindo
Utama.
Hamid, Edy Suandi. (2005). Ekonomi Indonesia. Yogyakarta: UII Press.
Hamid, Edy Suandi. (2004). Sistem Ekonomi, Utang Luar Negeri, dan Politik-
Ekonomi. Yogyakarta: UII Press.Hudiyanto. (2004). Ke luar dari Ayun
Pendulum Kapitalisme-Sosialisme. Yogyakarta: UMY Press.
Hudiyanto. (2001). Ekonomi Indonesia: Sistem dan Kebijakan. Yogyakarta: PPE
UMY.
Mubyarto. (2000). Membangun Sistem Ekonomi. Yogyakarta: BPFE.
Mubyarto. (2000). Reformasi Sistem Ekonomi. Yogyakarta: Aditya Media.
Hamid, Edy Suandi. (2005). Ekonomi Indonesia. Yogyakarta: UII Press.
Hamid, Edy Suandi. (2004). Sistem Ekonomi, Utang Luar Negeri, dan Politik-
Ekonomi. Yogyakarta: UII Press.
Kuncoro, Mudrajad. (2003). Ekonomi Pembangunan: Teori, Masalah, dan
Kebijakan. Yogyakarta: UPP AMP-YKPN.
Mubyarto. (2000). Membangun Sistem Ekonomi. Yogyakarta: BPFE.
Setiawan, Bonnie. (2003). Globalisasi Pertanian. Jakarta: The Institute for Global
Justice.
Thee Kian Wie. Ed. (1992). Dialog Kemitraan dan Keterkaitan Usaha Besar dan
Kecil dalam Sektor Industri Pengolahan. Jakarta: Gramedia.
ii
Hamid, Edy Suandi. (2005). Ekonomi Indonesia. Yogyakarta: UII Press.
Hamid, Edy Suandi. (2004). "Perubahan Paradigma Kredit UKM Kutai Barat"
Draft Laporan Penelitian, Pemkab Kutai Barat dan Pusat Studi
Ekonomi Pancasila (PUSTEP). Yogyakarta: UGM.
Gema PKM Indonesia. (2004). Kemiskinan dan Keuangan Mikro. Jakarta: Gema
PKM.
Ismawan, Bambang, "Sektor Ekonomi Rakyat dan Peran Keuangan Mikro"
Makalah pada Forum Dialog Kebangsaan Program Aksi Meluruskan
Reformasi yang diadakan Universitas Gadja Mada 11-14 Maret 2004,
Yogyakarta.
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang karena anugerah dari Nya kami
dapat menyelesaikan makalah tentang "Perekonomian Indonesia" ini. Sholawat
dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, yaitu Nabi
Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa
ajaran agama Islam yang sempurna dan menjadi anugerah serta rahmat bagi
seluruh alam semesta.
Penulis sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang
menjadi tugas pendidikan agama dengan judul " Perekonomian Indonesia ".
Disamping itu, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu kami selama pembuatan makalah ini berlangsung sehingga
terealisasikanlah makalah ini.
Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga makalah ini bisa bermanfaat
dan jangan lupa ajukan kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya
bisa diperbaiki.
Serang, 29 Desember 2016
Penyusun
iii
GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA
Berdasarkan pendekatan Kronologis Histories subtansi PI digolongkan menjadi:
1. Masa Sebelum Terjajah (sebelum tahun 1600)
2. Masa Penjajahan (1600-1945)
3. Masa Sebelum 1966 (sejak merdeka )
4. Masa Sesudah 1966 (sejak orde baru )
5. Masa sesudah ORBA (masa Reformasi Ekonomi)
Dalam Sistem Moneter :
a ) Nasionalisasi Bank-bank Asing tahun 1953
b.) Tahun 1946 didirikan Bank Negara Indonesia (BNI)
c.) De Javache Bank (Belanda) diambil alih menjadi BI (Bank Sentral) tahun 1953.
Tugasnya :
- Menstabilkan nilai Rupiah
- Mengatur sirkulasi uang
- Mengawasi serta mengembangkan perbankan dan kredit
- Monopoli peredaran uang kartal cadangan minimum 20 % dalam bentuk emas dan valuta asing.
d.) Instrumen Kebijakan Moneter :
Dalam Negeri : Penetapan premi impor Persyaratan minimum modal sendiri bagi permohonan kredit
Luar Negeri : Pengawasan Devisa secara ketat untuk mencegah devaluasi dan defisit Neraca Pembayaran.
e.) Tahun 1965 Menteri Urusan Bank Sentral (Gubernur BI) menggabungkan semua bank Pemerintah ke
dalam suatu wadah disebut “Bank Berjuang” . Tujuannya agar otoritas moneter berada dalam satu
tangan dalam rangka melaksanakan Ekonomi Terpimpin dan sebagai pemasok dana proyek-proyek
pemerintah (Presiden) melalui pencetakan uang baru.
1
Tahun 1969 merupakan Masa Pembang Ekonomi. Pembangunan Jangka Panjang dimulai sejak 1 April 1969 REPELITA.
Pelita I : 1969 – 1974
Pelita II : 1974 – 1979
Pelita III : 1979 – 1984
Pelita IV : 1984 -1989
Pelita V : 1989 – 1994
Pelita VI: 1994 – 1999
Target-target untuk kurun waktu lima tahun REPELITA VI ditargetkan :
Pertumbuhan Ekonomi secara keseluruhan 6,2 % Sektor Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan 3,5 %
Sektor Industri 9 % Sektor Manufaktur di Luar Migas 10,0 % Sektor Jasa 6,5% Laju Inflasi 5,0 %
Eksport non Migas 16,5 % Eksport Manufaktur 17,5 % Debt Service Ratio 20,0 % GDP Rp. 2.150,0
triliun Nilai Investasi Rp.660,1 triliun.
2
SEJARAH PEREKONOMIAN INDONESIAIndonesia adalah negara yang memiliki letak geografis yang sangat strategis, karena berada di antara dua
benua (Asia dan Eropa) serta dua samudra (Pasifik dan Hindia), sebuah posisi yang strategis dalam jalur
pelayaran perdagangan antar benua. Perdagangan saat itu mengenal sebutan jalur sutra laut, yaitu jarur
dari Tiongkok dan Indonesia yang melalui Selat Malaka menuju ke India. Perdagangan laut antara India,
Tiongkok, dan Indonesia dimulai pada abad pertama sesudah masehi, demikian juga hubungan Indonesia
dengan daerah-daerah di Barat (Kekaisaran Romawi). Perdagangan di masa kerajaan-kerajaan
tradisional disebut oleh Van Leur mempunyai sifat kapitalisme politik, dimana pengaruh raja-raja dalam
perdagangan itu sangat besar. Misalnya di masa Sriwijaya, saat perdagangan internasional dari Asia
Timur ke Asia Barat dan Eropa, mencapai zaman keemasannya.
Masa Sebelum Kemerdekaan :
Dalam masa penjajahan Belanda selama 350 tahun Belanda melakukan berbagai perubahan kebijakan
dalam hal ekonomi, salah satunya dengan dibentuknya Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC).
Belanda memberikan wewenang untuk mengatur Hindia Belanda dengan tujuan menghindari persaingan
antar sesama pedagang Belanda, sekaligus untuk menyaingi perusahaan imperialis lain seperti EIC milik
Inggris untuk mempermudah aksinya di Hindia Belanda, VOC diberi hak Octrooi, yang antara lain
meliputi :
a. Hak mencetak uang
b. Hak mengangkat dan memberhentikan pegawai
c. Hak menyatakan perang dan damai
d. Hak untuk membuat angkatan bersenjata sendiri
e. Hak untuk membuat perjanjian dengan raja-raja
Namun pada tahun 1795, VOC dibubarkan karena dianggap gagal dalam mengeksplorasi kekayaan
Hindia Belanda. Kegagalan itu nampak pada defisitnya kas VOC, yang antara lain disebabkan oleh :
a.Peperangan yang terus-menerus dilakukan oleh VOC dan memakan biaya besar
b.Penggunaan tentara sewaan membutuhkan biaya besar
c.Korupsi yang dilakukan pegawai VOC sendiri
d.Pembagian dividen kepada para pemegang saham, walaupun kas defisit.
3
Masa Orde Lama :
Dalam menghadapi krisis ekonomi-keuangan, pemerintah menempuh berbagai kegiatan, diantaranya :
Pinjaman Nasional, menteri keuangan Ir. Soerachman dengan persetujuan Badan Pekerja Komite
Nasional Indonesia Pusat (BPKNIP) mengadakan pinjaman nasional yang akan dikembalikan dalam
jangka waktu 40 tahun. Hubungan dengan Amerika, Banking and Trade Coorporation (BTC) berhasil
mendatangkan Kapal Martin Behrman di pelabuhan Ciberon yang mengangkut kebutuhan rakyat,
namun semua muatan dirampas oleh angkatan laut Belanda. Konferensi Ekonomi, Konferensi yang
membahas mengenai peningkatan hasil produksi pangan, distribusi bahan makanan, sandang, serta
status dan administrasi perkebunan asing. Rencana Lima Tahunan (Kasimo Plan), memberikan anjuran
memperbanyak kebun bibit dan padi ungul, mencegah penyembelihan hewan-hewan yang membantu
dalam pertanian, menanami tanah terlantar di Sumatra, dan mengadakan transmigrasi. Keikutsertaan
Swasta dalam Pengembangan Ekonomi Nasional, mengaktifkan dan mengajak partisipasi swasta dalam
upaya menegakkan ekonomi pada awal kemerdekaan.bNasionalisasi de Javasche Bank menjadi Bank
Negara Indonesia, Sistem Ekonomi Gerakan Benteng (Benteng Group) Sistem Ekonomi Ali-Baba.
Masa Orde Baru :
Kebijakan ekonominya diarahkan pada pembangunan di segala bidang, tercermin dalam 8 jalur
pemerataan : kebutuhan pokok, pendidikan dan kesehatan, pembagian pendapatan, kesempatan kerja,
kesempatan berusaha, partisipasi wanita dan generasi muda, penyebaran pembangunan, dan peradilan.
Semua itu dilakukan dengan pelaksanaan pola umum pembangunan jangka panjang (25-30 tahun) secara
periodik lima tahunan yang disebut Pelita
Masa Orde Reformasi
Masuknya Sistem tersebut dapat kita lihat dari beberapa Indikator yaitu :
a. Dihapusnya berbagai subsidi untuk masyarakat secara bertahap, sehingga harga barang barang
strategis ditentukan sepenuhnya oleh mekanisme pasar.
b. Nilai Kurs rupiah tidak boleh dipatok dengan kurs tetap, sehingga besar kecilnya kurs rupiah akan
ditentukan oleh mekanisme pasar.
c. Perusahaan BUMN mulai beralih ke pihak swasta, sehingga peran pemerintah semakin berkurang.
d. Keikutsertaan bangsa Indonesai dalam kancah WTO dan perjanjian GATT yang semakin menunjukan
komitmen bangsa Indonesia dalam tata liberalisme dunia.
4
Periode Orde Baru, dibagi dalam :
• Periode 1945 – 1950
• Periode 1951 – 1955
• Periode 1956 – 1960
• Periode 1961 – 1966
Periode Setelah Orde Baru dibagi dalam :
• Periode 1966 s/d periode stabilisasi dan rehabilitasi
• Periode Repelita I : 1969/70 – 1973/74
• Periode Repelita II : 1974/75 – 1978/79
• Periode Repelita III : 1979/80 – 1983/84
• Periode Repelita IV : 1984/85 – 1988/89
• Periode Repelita V : 1989/90 – 1993/94
SISTEM EKONOMI INDONESIA SISTEM EKONOMI
Sistem ekonomi adalah suatu proses penerapan yang saling behubungan dan berinteraksi yang
dikembangkan oleh masyarakat dengan ciri dan identitas tersendiri. Ada 4 sistem dalam ekonomi,
berikut adalah macam-macam sistem ekonomi :
1. Sistem Ekonomi Tradisional Sistem ini memiliki tradisi aktivitas ekonomi yang dilakukan
secara turun-temurun. Dan masyarakatnya tetap menjaga nilai budaya setempat, sehingga
kegiatan perekonomiannya masih bergotong-royong dan kekeluargaan. Adapun ciri-ciri dari
sistem ekonomi tradisional antara lain adalah sebagai berikut :
Pembagian struktur kerja belum ada.
Masih menggunakan tukar-menukar barang/barter.
Sifat kekeluargaan tergolong tinggi.
Proses produksinya tergantung pada alam,misalnya bertani, berladang, berkebun dan sebagainya.
5
Alat untuk memproduksi sangat sederhana.
2. Sistem Ekonomi Sosialis/Terpusat
Sistem ekonomi terpusat yang disebut juga sistem ekonomi sosialis adalah suatu sistem ekonomi
yang seluruh sumber daya dan pengolahannya direncanakan dan dikendalikan oleh pemerintah.
Sistem ekonomi terpusat memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
Negara menguasai semua alat produksi.
Produksi dilakukan untuk kebutuhan masyarakat.
Kegiatan ekonomi direncanakan oleh negara dan diatur pemerintah secara terpusat.
Hak milik individu tidak diakui.
Pemerintah mengatur kegiatan produksi, distribusi, dan konsumsi.
Ciri-Ciri Sistem Politik :
Menurut Gabriel A. Almond sistem politik memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Semua sistem politik termasuk yang paling sederhana mempunyai kebudayaan politik. Dalam
pengertian bahwa masyarakat yang paling sederhanapun mempunyai sistem politik yang terdapat dalam
masyarakat yang apaling fleksibel sekalipun.
b. Semua sistem politik menjalankan fungsi-fungsi yang sama walaupun tingkatanya berbeda-beda yang
ditimbulkan karena perbedaan struktur.
c. Semua struktur politik baik pada masyarakat yang primitif maupun modern melaksanakan banyak
fungsi
d. Semua sistem politik adalah sistem campuran dalam pengertian kebudayaan. Secara rasional
tidak ada struktur dan kebudayaan yang semuanya modern atau primitif, melainkan dalam pengertian
kebudayaan, semuanya campuran antara unsur modern dan unsur tradisional.
SISTEM EKONOMI KAPITALISME DAN SOSIALISME :
Sistem Ekonomi Kapitalisme adalah sistem perekonomian yang memberikan kebebasan secara penuh
kepada setiap orang untuk melaksanakan kegiatan perekonomian seperti memproduksi baang, manjual
barang, menyalurkan barang dan lain sebagainya. Dalam sistem ini pemerintah bisa turut ambil bagian
6
untuk memastikan kelancaran dan keberlangsungan kegiatan perekonomian yang berjalan, tetapi bisa
juga pemerintah tidak ikut campur dalam ekonomi. Dalam perekonomian kapitalisme setiap warga dapat
mengatur nasibnya sendiri sesuai dengan kemampuannya. Semua orang bebas bersaing dalam bisnis
untuk memperoleh laba sebesar-besarnya. Semua orang bebas malakukan kompetisi untuk
memenangkan persaingan bebas dengan berbagai cara.
Ciri-ciri sistem ekonomi Kapitalisme :
Pengakuan yang luas atas hak-hak pribadi
Perekonomian diatur oleh mekanisme pasar
Manusia dipandang sebagai mahluk homo-economicus, yang selalu mengejar kepentingann
(keuntungan) sendiri
Paham individualisme didasarkan materialisme, warisan zaman Yunani Kuno (disebut
hedonisme)
PERTUMBUHAN EKONOMIPertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara
berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi
dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan
dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional.
Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi.konomi ==
Pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat diukur dengan cara membandingkan, misalnya untuk ukuran
nasional, Gross National Product (GNP), tahun yang sedang berjalan dengan tahun sebelumnya.
Menurut Werner Sombart pertumbuhan ekonomi suatu bangsa dapat dibagi menjadi tiga tingkatan:
A. Masa perekonomian tertutup
Pada masa ini, semua kegiatan manusia hanya semata-mata untuk memenuhi kebutuhannya
sendiri.Individu atau masyarakat bertindak sebagai produsen sekaligus konsumen sehingga tidak terjadi
pertukaran barang atau jasa. Masa pererokoniam ini memiliki ciri-ciri:
7
1. Kegiatan manusia untuk memenuhi kebutuhan sendiri
2. Setiap individu sebagai produsen sekaligus sebagai konsumen
3. Belum ada pertukaran barang dan jasa
Masa kerajinan dan pertukanganPada masa ini, kebutuhan manusia semakin meningkat, baik secara
kuantitatif maupun secara kualitatif akibat perkembangan peradaban. Masa kerajinan dan pertukangan
memiliki beberapa ciri-ciri sebagai berikut:
- Meningkatnya kebutuhan manusia
- Adanya pembagian tugas sesuai dengan keahlian
- Timbulnya pertukaran barang dan jasa
- Pertukaran belum didasari profit motive
• Masa Kapitalis
Dalam menjalankan usahanya kaum kapitalis memerlukan para pekerja (kaum buruh).Produksi yang
dilakukan oleh kaum kapitalis tidak lagi hanya sekedar memenuhi kebutuhanya, tetapi sudah bertujuan
mencari laba. Werner Sombart membagi masa kapitalis menjadi empat masa sebagai berikut:
Tingkat prakapitalis masa ini memiliki beberapa ciri, yaitu:
ü Kehidupan masyarakat masih statis
ü Bersifat kekeluargaan
ü Bertumpu pada sektor pertanian
ü Bekerja untuk memenuhi kebutuhan sendiri
ü Hidup secara berkelompok
Tingkat kapitalis masa ini memiliki beberapa ciri, yaitu:
ü Kehidupan masyarakat sudah dinamis
ü Bersifat individual
ü Adanya pembagian pekerjaan
ü Terjadi pertukaran untuk mencari keuntungan
Tingkat kapitalisme raya masa ini memiliki beberapa ciri, yaitu:
ü Usahanya semata-mata mencari keuntungan
ü Munculnya kaum kapitalis yang memiliki alat produksi
ü Produksi dilakukan secara masal dengan alat modern
ü Perdagangan mengarah kepada ke persaingan monopoli
ü Dalam masyarakat terdapat dua kelompok yaitu majikan dan buruh
8
Ø Tingkat kapitalisme akhir
Masa ini memiliki beberapa ciri, yaitu :
ü Munculnya aliran sosialisme
ü Adanya campur tangan pemerintah dalam ekonomi
ü Mengutamakan kepentingan bersama
• Teori Klasik dan Neo Klasik
· Teori Klasik
Ø Adam Smith
Teori Adam Smith beranggapan bahwa pertumbuhan ekonomi sebenarnya bertumpu pada
adanya pertambahan penduduk.
• Ø David Ricardo
Ricardo berpendapat bahwa faktor pertumbuhan penduduk yang semakin besar sampai menjadi
dua kali lipat pada suatu saat akan menyebabkan jumlah tenaga kerja melimpah. Kelebihan
tenaga kerja akan mengakibatkan upah menjadi turun.
• Teori Neoklasik
Ø Robert Solow
Robert Solow berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan rangkaian kegiatan yang
bersumber pada manusia, akumulasi modal, pemakaian teknologi modern dan hasil atau output.
• Ø Harrord Domar
Teori ini beranggapan bahwa modal harus dipakai secara efektif, karena pertumbuhan ekonomi
sangat dipengaruhi oleh peranan pembentukan modal tersebut.
Friedrich List (1789-1846)
Menurut Friendrich List, pertumbuhan ekonomi suatu bangsa dapat dibagi menjadi empat tahap sebagai
berikut:
1. Masa berburu dan pengembaraan
2. Masa beternak dan bertani
3. Masa bertani dan kerajinan
4. Masa kerajinan, industri, perdagangan
9
Karl Butcher (1847-1930)
Menurut Karl Bucher, pertumbuhan ekonomi suatu bangsa dapat dibedakan menjadi empat tingkatan
sebagai berikut:
1. Masa rumah tangga tertutup
2. Rumah tangga kota
3. Rumah tangga bangsa
4. Rumah tangga dunia
Perekonomian Indonesia pada kuartal IV-2013 sedikit membaik dengan mencatat laju pertumbuhan year-
on-year menjadi 5,72% meski lebih rendah jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya
yaitu 6,18%.Hal ini terutama disebabkan oleh tekanan pada transaksi berjalan dan pelemahan nilai tukar rupiah
yang dibarengi dengan kenaikan laju inflasi.
Pada sisi pengeluaran, penggerak pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV-2013 didominasi oleh kenaikan tingkat
ekspor neto, menggeser peranan pengeluaran domestik yang melambat. Kenaikan tingkat ekspor neto pada
kuartal IV-2013 disebabkan karena nilai ekspor tumbuh tinggi yang tercatat sebesar 7,40% (y-o-y) dan
pertumbuhan nilai impor yang menurun menjadi -0,60% (y-o-y). Hal ini didorong oleh meningkatnya ekspor
non-migas ke negara-negara mitra dagang terutama Cina, Amerika Serikat dan Jepang. Selanjutnya,
pertumbuhan konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah dan investasi menurun masing-masing menjadi
5,25% (y-o-y), 6,45% (y-o-y) dan 4,37 (y-o-y). Padahal pada kuartal sebelumnya, konsumsi rumah tangga,
konsumsi pemerintah dan investasi dapat tumbuh masing-masing sebesar 5,48% (y-o-y) 8,91% (y-o-y) dan
4,54% (y-o-y). Perlambatan investasi tersebut di antaranya terkait dengan kebijakan BI dalam meningkatkan
suku bunga acuan dari 7,25% pada Oktober 2013 menjadi 7,50% pada November 2013 dan ketidakpastian
politik terkait dengan Pemilu.
PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI
Kenaikan produksi sektor industri manufaktur dinyatakan sama besarnya dengan
jumlah dari 4 faktor berikut :
• Kenaikan permintaan domestik, yang memuat permintaan langsung untuk produk industri
manufaktur plus efek tidak langsung dari kenaikan permintaan domestik untuk produk sektor-
sektor lainnya terhadap sektor industri manufaktur.
• Perluasan ekspor (pertumbuhan dan diversivikasi) atau efek total dari kenaikan jumlah ekspor
tehadap produk industri manufaktur.
10
• Subsitusi impor atau efek total dari kenaikan proporsi permintaan disetiap sektor yang dipenuhi
lewat produksi domestik terhadap output industri manufaktur.
• Perubahan teknologi atau efek total dari perubahan koefisien input-output didalam perekonomian
akibat kenaikan upah dan tingkat pendapatan terhadap sektor industri manufaktur.
Perbedaan antarnegara dalam sejumlah faktor internal seperti berikut :
• Kondisi dan struktur awal ekonomi dalam negeri (basis ekonomi) Suatu negara yang pada awal
pembangunan ekonomi/industrialisasinya sudah memiliki industri-industri dasar yang relatif kuat
akan mengalami proses industrialisasi yang lebih cepat/pesat dibandingkan dengan negara yang
hanya memiliki industri-industri ringan.
• Besarnya pasar dalam negeri Besarnya pasar domestik ditentukan oleh kombinasi antara jumlah
populasi dan tingkatan pendapatan rill per-kapita. Pasar dalam negeri yang besar merupakan
salah satu faktor intensif bagi pertumbuhan kegiatan ekonomi, termasuk industri, karena
menjamin adanya skala ekonomis dan efisiensi dalam proses produksi (dengan asumsi bahwa
faktor-faktor penentu lainnya mendukung).
• Pola distribusi pendapatan Faktor ini sangat mendukung faktor pasar diatas. Walaupun tingkat
pendapatan rata-rata per-kapita naik pesat, tetapi kalau distribusinya pincang maka kenaikan
pendapatan tersebut tidak terlalu berarti bagi pertumbuhan industri-industri selain industri-
industri yang membuat barang-barang sederhana, seperti makanan, minuman, sepatu, dan
pakaian jadi (tekstil).
• Karakteristik dan industrialisasi Misalnya, cara pelaksanaan atau strategi pengembangan industri
yang diterapkan, jenis industri yang diunggulkan, pola pembangunan industri, dan insentif yang
diberikan. Aspek-aspek ini biasanya berbeda antarnegara yang menghasilkan pola industrialisasi
yang juga berbeda antarnegara.
• Keberadaan SDA Ada kecenderungan bahwa negara yang kaya akan SDA mengalami
pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah atau terlambat melakukan industrialisasi atau tidak
berhasil melakukan diversivikasi ekonomi (perubahan struktur) daripada negara yang miskin
SDA.
11
• Kebijakan perdagangan luar negeri Fakta menunjukan bahwa di negara yang menerapkan
kebijakan ekonomi tertutup (inward looking), pola dan hasil industrialisasinya berbeda
dibandingkan dengan negara yang menerapkan kebijakan ekonomi terbuka (outward looking).
Perekonomian Indonesia Kemiskinan
dan
Kesenjangan pendapatan
KEMISKINAN DAN KESENJANGAN PENDAPATAN KONSEP DAN
DEFINISI:
Besarnya kemiskinan dapat diukur dengan atau tanpa mengacu kepada garis kemiskinan. Konsep yang
mengacu kepada garis kemiskinan disebut kemiskinan relative, sedangkan konsep yang pengukurannya
tidak didasarkan pada garis kemiskinan disebut kemiskinan absolute. Kemiskian relatif adalah suatu
ukuran mengenai kesenjangan di dalam distribusi pendapatan, yang biasanya dapat didefinisikan di
dalam kaitannya dengan tingkat rata-rata dari distribusi yang dimaksud. Di Negara-negara maju,
kemiskinan relative diukur sebagai suatu proporsi dari tingakt pendapatan rata-rata per kapita. Sebagi
suatu ukuran relative, kemiskinan relative dapat berbeda menurut Negara atau periode di suatu Negara.
Kemiskinan absolute adalah derajat dari kemiskinan dibawah, dimana kebutuhan minimum untuk
bertahan hidup tidak terpenuhi.
Kemiskinan bisa dikelompokan dalam 3 kategori , yaitu :
* Kemiskinan Absolut Kemiskinan absolut adalah sejumlah penduduk yang tidak mampu mendapatkan
sumber daya yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar.
* Kemiskinan Relatif Seseorang yang tergolong miskin relatif sebenarnya telah hidup diatas garis
kemiskinan namun masih berada dibawah kemampuan masyarakat disekitarnya.
* Kemiskinan Kultural Kemiskinan kultural berkaitan erat dengan sikap seseorang atau sekelompok
masyarakat yang tidak mau berusaha memperbaiki tingkat kehidupannya sekalipun ada usaha dari
pihak lain yang membantunya.
12
Faktor-faktor yang menjadi penyebab kemiskinan antara lain :
a. Tingkat pendidikan masyarakat yang rata-rata rendah.
b. Cara berpikir yang masih tradisional dan konservatif.
c. Apatis dan anti hal-hal baru.
d. Mentalitas dan etos kerja yang kurang baik.
e. Keadaan alam yang kurang mendukung.
f. Keterisoliran secara geografis dari pusat.
g. Tiadanya potensi atau produk andalan.
h. Rendahnya kinerja dan budaya korup aparatur pemerintah daerah.
Kemisikinan boleh berlaku atas kekurangan individu dan juga atas masalah sosio-ekonomi dalam sebuah
masyarakat. Sehubungan dengan itu, sebab kemisikinan dapat dilihat dari dua dimensi yaitu :
1. Dimensi individu Kekurangan individu yang tertentu dapat mencetuskan kemiskinan. Kelemahan
individu ini biasanya kelemahan yang setara dan dapat menyebabkan seseorang itu miskin, walaupun dia
berada dalam suatu masyarakat yang penuh dengan peluang rezeki. Kelemahan individu ini adalah
seperti berikut:
a. Tabiat Berjudi , Tabiat berjudi adalah satu amalan yang menyebabkan seseorang itu miskin. Mereka
yang kecanduan untuk berjudi, akan banyak kehilangan harta dalam aktivitas berjudinya dan mereka
seringnya hilang tumpuan dalam pekerjaan kerana kalah dalam perjudian.
b. Sakit Badan
c. Masalah Personaliti Pada umumnya, personaliti bermasalah yang menyebabkan kemisikinan ialah
sikap malas. Sikap malas itu dicerminkan dalam tingkah laku seperti suka berkhayal, suka beromong
kosong, dan juga “elak kerja”. Orang yang malas adalah kekurangan produktivitasnya dan mereka akan
hilang banyak peluang untuk mencari rezeki.
2. Dimensi masyarakat
13
Dari dimensi ini, kemisikinan merupakan sesuatu yang terhasil dari masalah sosio-ekonomi. Wujudnya
didalam suatu masyarakat dan bukan sesuatu yang diakibatkan oleh kelemahan individu itu sendiri.
Sebab kemisikinan yang berhubung dengan masalah masyarakat adalah seperti berikut:
a. Konflik, seperti peperangan, kerusuhan dan sebagainya akan menyebabkan kegiatan ekonomi
terbunuh dan ia juga membinasakan infrastruktur yang penting untuk menjaga kekayaan. Semua ini
akan menyebabkan kemisikinan yang berlarut-larut.
b. Ketidakadilan Sosial, Menurut teori Marxisme, dalam masyarakat yang mengamalkan ekonomi
pasaran bebas, kemisikinan adalah :
Sesuatu yang tidak dapat dielakkan. Dalam masyarakat ini, harta cenderung untuk bertumpu kepada
golongan yang terkaya, manakala orang yang miskin cenderung menjadi lebih miskin. Ini adalah karena
dalam pasar bebas, komoditi itu dijualkan kepada mereka yang mampu menawarkan harga yang lebih tinggi.
Prinsip ini menyebabkan faktor pengeluargan seperti tanah, cenderung dimiliki oleh golongan terkaya,
kerana mereka mempunyai kekuasaan pembelian yang lebih tinggi. Pemilikikan faktor pengeluaran ini akan
menyebabkan orang terkaya ini menjadi lebih kaya, dan mereka akan membeli lebih banyak faktor
pengeluaran di pasa bebas. Proses ini akan berterusan, sehingga golongan terkaya ini memonopoli segala
faktor pengeluaran, dan menyebabkan orang lain dalam masyarakat miskin tidak memiliki faktor
pengeluaran.” Tetapi teori ekonomi marxisme sudah dibuktikan oleh salah seorang ahli ekonomi.Semua
negara yang telah mencoba mengikuti teori Karl Marx gagal mengurangi kemiskinan. Kini hampir semua
ahli ekonomi dan ahli sejarah ekonomi menggunakan teori ekonomi bebas untuk mengurangi kemiskinan.
PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAHPembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses saat pemerintah daerah dan masyarakat mengelola
sumber daya yang ada dan selanjutnya membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah
dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan
kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut. (Lincolin Arsyad, 1999).
Ada beberapa indikator untuk menganalisis derajat kesenjangan dalam pembangunan ekonomi antar
provinsi, yaitu :
14
produk domestik regional bruto (PDRB) per provinsi dalam pembentukan PDB nasional, PDRB atau
pengeluaran konsumsi rumah tangga rata-rata per kapita, indeks pembangunan manusia (IPM),
kontribusi sektoral terhadap pembentukan PDRB, dan tingkat kemiskinan.
Distribusi PDB Nasional Menurut Provinsi
Distribusi PDB Nasional menurut provinsi merupakan indikator utama di antara indikator lain yang
umum untuk mengukur derajat penyebaran dari hasil pembangunan ekonomi di suatu negara. Jika
PDRB relatif sama antar povinsi, maka PDB nasional relatif merata ntar provinsi, sehingga ketimpangan
pembangunan antar provinsi relatif kecil.
PDRB Rata-rata per Kapita antar Provinsi
Karena tujuan dari pembangunan ekonomi adalah miningkatkan kesejahteraan masyarakat dan ini
umum diukur dengan pendapatan rata-rata per kapita, maka distribusi PDB Nasional menurut provinsi
menjadi indikator yang tidak berarti dalam mengukur ketimpangan pembangunan ekonomi regional jika
tidak dikombinasikan dengan tingkat PDRB rata-rata per kapita.
Konsumsi rumah Tangga per Kapita antar Provinsi
Pengeluran Konsumsi C Rumah Tangga (RT) per kapita per provinsi merupakan salah satu indikator
alternatif yang dapat dijadikan ukuran untuk melihat perbedaan dalam tingkat kesejahteraan penduduk
atntar provinsi. Konsepnya adalah semakin tinggi pendapatan per kapita suatu daerah, maka akan
semakin tinggi juga pengeluaran konsumsi per kaita di daerah tersebut. Dalam hal ini juga terdapat 2
asumsi, yaitu sifat menabung dari masyarakat tidak berubah (S terhadap PDRB tidak berubah) dan
pangsa kredit di dalam RT juga konstan. Tinggi rendahnya pengeluara C RT tidak dapat selalu tinggi
rendahnya pendapatan per kapita di suatu daerah, tanpa kedua asumsi tersebut. Dengan memakai data
BPS mengenai pengeluaran riil C RT per kapita, ditemukan adanya polarisasi dalam distribusi C RT per
kapita antarprovinsi. Sebagian wilayah di Indonesia memiliki tingkat C RT per kapita yang rendah, lewat
hal ini dapat dikatakan menjadi refleksi dari kenyataan bahwa sebagian daerah di Indonesia masih belum
menikmati pembangunan ekonomi. Perbedaan dalam derajat pemerataan provinsi dapat diukur dengan
distribusi pendapatan C menurut kelompok populasi per provinsi. Tingkat ketimpangan dikatakan tinggi
jika 40% penduduk berpendapatan rendah (berpengeluaran rendah), hanya menikmati pendapatan
kurang dari 12% dai seluruh pendapatan. Jika 40% penduduk berpendapatan rendah dapat menikmati
kurang dari 12% sampai dengan 17% dari seluru pendapatan, maka hal ini berarti telah terjadi
ketimpangan sedang. Dan bila 40% penduduk berpendapatan rendah menikmati lebuh dari 17% dari
seluruh pendapatan penduduk, tingkat ketimpangan rendah.
15
Indeks Pembangunan Manusia
Ukuran pembangunan yang digunakan selama ini, yaitu PDB (untuk konteks nasional) dan PDRB (untuk
konteks regional), ternyata hanya dapat melihat pembangunan ekonomi saja. Oleh karena itu,
dibutuhkan suatu indikator yang lebih komprehensif, sehingga tidak hanya menangkap perkembangan
perekonomian tetapi juga perkembangan aspek sosial dan kesejahteraan manusia. Pembangunan
manusia memiliki banyak dimensi. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan ukuran agregat dari
dimensi dasar pembangunan manusia denganmelihat perkembangannya.
PERANAN SEKTOR PERTANIAN PEREKONOMIAN INDONESIA
Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki daratan yang sangat luas sehingga mata
pencaharian penduduk sebagian besar adalah pada sektor pertanian. Pertanian dapat dilihat sebagai
suatu yang sangat potensial dalam empat bentuk kontribusinya terhadap pertumbuhan dan
pembangunan ekonomi nasional yaitu sebagai berikut:
- ekspansi dari sektor-sektor ekonomi lainnya sangat tergantung pada pertumbuhan output di bidang
pertanian, baik dari sisi permintaan maupun penawaran sebagai sumber bahan baku bagi keperluan
produksi di sektor-sektor lain seperti industri manufaktur dan perdagangan.
- Pertanian berperan sebagai sumber penting bagi pertumbuhan permintaan domestik bagi produk-
produk dari sektor-sektor lainnya.
- Sebagai suatu sumber modal untuk investasi di sektor-sektor ekonomi lainnya.
- Sebagai sumber penting bagi surplus perdagangan (sumber devisa).
Kemampuan Indonesia meningkatkan produksi pertanian untuk swasembada dalam penyediaan
pangan sangat ditentukan oleh banyak faktor eksternal maupun internal. Satu-satunya faktor eksternal
yang tidak bisa dipengaruhi oleh manusia adalah iklim, walaupun dengan kemajuan teknologi saat ini
pengaruh negatif dari cuaca buruk terhadap produksi pertanian bisa diminimalisir. Dalam penelitian
empiris, factor iklim biasanya dilihat dalam bentuk banyaknya curah hujan (millimeter). Curah hujan
mempengaruhi pola produksi, pola panen, dan proses pertumbuhan tanaman. Sedangkan factor-faktor
internal, dalam arti bisa dipengaruhi oleh manusia, di antaranya yang penting adalah lusa lahan, bibit,
berbagai macam pupuk (seperti urea, TSP, dan KCL), pestisida, ketersediaan dan kualitas infrastruktur,
16
termasuk irigasi, jumlah dan kualitas tenaga kerja (SDM), K, dan T. kombinasi dari faktor-faktor
tersebut dalam tingkat keterkaitan yang optimal akan menentukan tingkat produktivitas lahan (jumlah
produksi per hektar) maupun manusia (jumlah produk per L/petani). Saat ini Indonesia, terutama pada
sektor pertanian (beras) belum mencukupi kebutuhan dalam negeri. Ini berarti Indonesia harus
meningkatkan daya saing dan kapasitas produksi untuk menigkatkan produktivitas pertanian.
INDUSTRIALISASI DAN PERKEMBANGAN SEKTOR
INDUSTRI
Konsep industrialisasi dalam sejarah pembangunan ekonomi berawal dari proses revolusi industri
dengan serangkaian penemuan-penemuan baru yang inovativ. Industrialisasi merupakan proses interaksi
antara pengembangan teknologi, inovasi, spesialisasi, dan perdaganan antarnegara yang pada gilirannya
sejalan dengan peningkatan pendapatan masyarakat yang mendorong perubahan struktur ekonomi.
Secara umum pertumbuhan ekonomi dan peningkatan pendapatan perkapita hanya dapat terjamin lewat
industrialisasi kecuali negara-negara yang sangat kaya akan SDA, seperti Kuwait dan Libya.
Riedel (1992) : Industrialisasi bukanlah tujuan tapi strategi untuk mendukung proses
pembangunan untuk mencapai peningkatan perdapatan perkapita.
Chenery (1992) : Industrialisasi merupakan tahapan logis dari perubahan struktur industri yang
diujudkan melalui kenaikan kontribusi sektor industri manufaktur dalam permintaan konsumen,
produksi, ekspor, dan kesempatan kerja.
Dalam kelompok Asean, share output industri terhadap PDB Indonesia masih relatif kecil meski
pertumbuhan output rata-ratanya tinggi. Ini menandakan bhw Indonesia belum memiliki tingkat
industrialisasi yang tinggi dibanding dengan misalnya Malaysia dan Thailand. Berdasarkan nilai tambah
sektor industri manufaktur (NTSIM) per kapita peringkat Indonesia pada tahun 1965 paling bawah
dibanding LDCs lain. Negara-negara yang lebih awal memulai industrialisasinya seperti Meksiko, Brasil
dan Turki memiliki NTSIM 15-30 kali NTSIM Indonesia. Pada dekade 1980-an dan 1990-an peringkat
Indonesia naik hingga berada diatas Cina dan India. Sedangkan perbandingan dengan negara-negara
Meksiko, Brasil, dan Turki tinggal menjadi 5-6 kali dibawahnya.
17
Pangsa ekspor manufaktur dari seluruh ekspor dipengaruhi oleh tingkat kemajuan industri yang
terdapat disuatu negara. Meski ditahun 1980-an tumbuh cepat, tahun 1995 nilai pangsa ekspor
manufaktur terhadap seluruh ekspor menjadi hanya sekitar 4% yang mana hampir sama dengan di
Turki, Brasil, dan Malaysia. Cina dan India memiliki angka 50% dan Korea 60%. Ukuran lain adalah
rasio NTSIM terhadap nilai tampah sektor pertanian yang menunjukkan kecendrungan untuk terus
meningkat. Tingkat pendalaman struktur industri juga dapat dilihat dari pendalaman dalam beragam
jenis atau kelompok barang menurut sifat dan penggunaannya, misal antara barang modal VS barang-
barang konsumsi; atau antara barang-barang konsumsi sederhana VS barang konsumsi yang
sophisticated atau durable; atau produk padat modal/teknologi/knowledge yang tinggi VS produk-produk
padat karya. Menurut orientasi pasarnya, bisa berupa barang-barang untuk pasar domestik (import
substituted goods) VS barang-barang berorientasi ekspor. Jadi industri manufaktur terkait pada tiga hal
yaitu, diversifikasi produk, intensitas pemakaian faktor-faktor produksi (termasuk SDA), dan orientasi
pasar.
Indonesia masih berada pada tahap awal industrialisasi tapi dengan kecepatan yang sangat pesat.
Sejak tahun 1983 hingga dekade 1990-an peran sektor-sektor primer cenderung menurun, sementara
sektor-sektor sekunder (industri manufaktur, listrik, gas, dan air, serta konstruksi) dan sektor-sektor
tersier (perdagangan, hotel dan restoran, transportasi dan komunikasi, bank dan keuangan, dan
kegiatan-kegiatan ekonomi lainnya) terus meningkat.
PERMASALAHAN DALAM INDUSTRI MANUFAKTUR :
Secara umum industri manufaktur di LDCs relatif masih terbelakang disebabkan faktor-faktor
keterbatasan teknologi, kualitas SDM, Dana pemerintah dan swasta, intensitas kerja sama antar instittusi,
dan lain-lain. Indikator keterbatasan teknologi salah satunya adalah tingkat produktifitas baik secara
parsial ataupun keseluruhan yang disebut Total Faktor Productivity (TFP). Misal dalam kurun waktu
1968-1988 TFP Indonesia turun dari 5% menjadi 1%. Pada saat yang sama TFP Korea Selatan naik dari
3,4% menjadi 5%. Pada periode 1982-1988 TFP Indonesia hanya seperempat TFP Korsel.
BASIS EKSPOR DAN PASAR YANG SEMPIT
Tergantung 4 produk: kayu lapis, pakaian jadi, tekstil, dan alas kaki dengan pangsa 50%. Sepuluh (10)
produk menguasai 80% total ekspor. Pasar terbatas kepada negara-negara yang menerapkan kuota (the
Multi-fibre Agreement, MFA) seperti USA, EC, Kanada, Norway, dan Turkey. Tiga negara menyerap
50% ekspor manufaktur, sementara 50% ekspor pakaian jadi dan tekstil diserap USA. Ekspor unggulan
padat karya menurun akibat persaingan Cina dan Asia lainnya. Demand produk ekspor Indonesia di
18
negara-negara maju inelastis. Faktor eksternal berpengaruh signifikan dalam penurunan daya saing
ekspor.
KETERGANTUNGAN PADA IMPOR SANGAT TINGGI
Karena terlalu besar bergantung pada PMA, industri-industri berteknologi tinggi seperti farmasi, kimia,
elektronik, barang-barang konsumsi, alat-alat listrik, dan otomotif, maka industri manufaktur indonesia
tidak sebenarnya tapi hanya merupakan penggabungan, pengepakan, dan assembling.
TIDAK ADANYA/KURANGNYA IMDUSTRI BERTEKNOLOGI MENENGAH
Kontribusi industri-industri berteknologi menengah seperti industri karet dan plastik, semen, logam
dasar, dan barang-barang sederhana dari logam terus menurun.. Kontribusi produk-produk padat modal
seperti material plastik, pupuk, bubuk kertas dan kertas, besi dan baja turun. Kecendrungan ini berbeda
dengan negara-negara lain dengan derajat industrialisasi yang relatif sama.
Kelemahan-kelemahan organisasi :
1. Industri Kecil dan Menengah masih Underdeveloped
2. Konsentrasi Pasar. Pangsa output (concentration ratio/CR4) oleh 4 perusahaan besar mencapai 75%
3. Lemahnya kapasitas untuk menyerap dan mengembangkan teknologi. Memusatkan lobi dibanding
teknologi/daya saing untuk membangun relasi dagang.
4. Lemahnya Sumber Daya Manusia
STRATEGI PEMBANGUAN SEKTOR INDUSTRI :
STRATEGI SUBSTITUSI IMPOR (SI) – INWARD LOOKING STRATEGY
STRATEGI PROMOSI EKSPOR – OUTWARD LOOKING STRATEGI
ARGUMEN BAGI STRATEGI SUBSTRITUSI IMPOR :
SUMER DAYA ALAM DAN FAKTOR LAIN
PERMINTAAN PASAR DALAM NEGERI
GROWTH POLE INDUSTRI DLM NEGERI
KESEMPATAN KERJA
19
MENGHEMAT DEVISA DAN KETERGANTUNGAN DARI LUAR NEGERI
PENERAPAN STRATEGI SUBTSTITUSI IMPOR DI INDONESIA :
BENTUK JOINT VENTURE
SKALA BESAR DAN PADAT MODAL
INFANT INDUSTRY ARGUMENT- PROTEKSI BERLEBIHAN DAN DALAM JANGKA
WAKTU LAMA
HIGH COST ECONOMY-INEFFICIENT
TIDAK PROFESIONAL, DAYA SAING RENDAH TERGANTUNG IMPORTED CONTENTS
NERACA PEMBAYARAN TERANCAM
PENYEBAB KEGAGALAN (menurut Hasibuan, 1993) :
Ketidak siapan bahan baku dan tenaga kerja
Kompetisi pasar kecil atau tidak ada
Ketergantungan pada impor tinggi
Pilihan teknologi produksi yang salah
Nilai tambah yang terus menurun
Proteksi yang tidak mendidik
UKM ( U saha Kecil Menengah)
20
UKM adalah sebuah istilah yang mengacu ke jenis usaha kecil yang memiliki kekayaan bersih paling
banyak Rp 200.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Dan usaha yang berdiri
sendiri. Menurut Keputusan Presiden RI no. 99 tahun 1998 pengertian Usaha Kecil adalah: “Kegiatan
ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha yang secara mayoritas merupakan kegiatan
usaha kecil dan perlu dilindungi untuk mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat”.
Kriteria Usaha Kecil Menengah (UKM) :
Kriteria usaha kecil menurut UU No. 9 tahun 1995 adalah sebagai berikut :
1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000,- (Dua Ratus Juta Rupiah) tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha
2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000,- (Satu Miliar Rupiah)
3. Milik Warga Negara Indonesia
4. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang tidak dimiliki,
dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Menengah atau Usaha
Besar
5.Berbentuk usaha orang perorangan , badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang
berbadan hukum, termasuk koperasi.
Peranan UKM dalam Masyarakat “Peran Usaha Kecil Menengah (UKM) di Indonesia sangat
besar dan telah terbukti menyelamatkan perekonomian bangsa pada saat dilanda krisis ekonomi tahun
1997. Kebijakan pemerintah dewasa ini telah cukup menunjukkan keberpihakan pada usaha kecil dan
menengah”
Di negara-negara majupun, baik di Amerika Serikat, Jepang, Jerman, Italia, UKM lah yang menjadi
pilar utama perekonomian negara. Keadaan itu hanya mungkin terjadi karena pemerintahan daripada
negara-negara tersebut mempunyai kebijakan yang mendukung terciptanya kondisi dimana usaha kecil
menengah mereka menjadi sangat sehat dan kuat.
Terbukti saat krisis global yang terjadi beberapa waktu lalu, UKM hadir sebagai suatu solusi dari
sistem perekonomian yang sehat. UKM merupakan salah satu sektor industri yang sedikit bahkan tidak
sama sekali terkena dampak krisis global yang melanda dunia. Dengan bukti ini, jelas bahwa UKM dapat
diperhitungkan dalam meningkatkan kekompetitifan pasar dan stabilisasi sistem ekonomi yang ada.
21
Dalam pembangunan ekonomi di Indonesia UKM selalu digambarkan sebagai sektor yang mempunyai
peranan penting, karena sebagian besar jumlah penduduknya berpendidikan rendah dan hidup dalam
kegiatan usaha kecil baik di sektor tradisional maupun modern.
Peranan usaha kecil tersebut menjadi bagian yang diutamakan dalam setiap perencanaan tahapan
pembangunan yang dikelola oleh dua departemen yaitu Departemen Perindustrian dan Perdagangan,
serta . Departemen Koperasi dan UKM. Namun, usaha pengembangan yang telah dilaksanakan masih
belum memuaskan hasilnya karena pada kenyataannya kemajuan UKM sangat kecil dibandingkan
dengan kemajuan yang sudah dicapai usaha Pelaksanaan kebijaksanaan UKM oleh pemerintah selama
Orde Baru, sedikit saja yang dilaksanakan, lebih banyak hanya merupakan semboyan saja sehingga
hasilnya sangat tidak memuaskan. Pemerintah lebih berpihak pada pengusaha besar hampir di semua
sektor, antara lain perdagangan, perbankan, kehutanan, pertanian dan industri.
Saat ini UKM memiliki peran yang sangat penting di ASEAN termasuk Indonesia. Selama ini UKM
terus menunjukkan kemampuannya untuk dapat bertahan dan tetap dinamis. Kita perlu melibatkan
UKM dan memastikan UKM memperoleh manfaat dari ASEAN Economic Forum (AEC) untuk
mewujudkan sasaran ASEAN yang inklusif, merata, berkesinambungan dan memiliki ketahanan tinggi.
Prospek UKM dalam era perdagangan bebaskrisis selama lebih dari enam tahun, keberadaannya telah dapat memberikan kontribusi terhadap PDB
sebesar hampir 60%, penyerapan tenaga kerja sebesar 88,7% dari seluruh angkatan kerja di Indonesia
dan kontribusi UKM terhadap ekspor tahun 1997 sebesar 7,5% (BPS tahun 2000).
Dalam menghadapi era perdagangan bebas dan otonomisasi daerah maka pengembangan UKM
diarahkan pada :
(1). Pengembangan lingkungan bisnis yang kondusif bagi UKM
(2). Pengembangan lembaga-lembaga financial yang dapat memberikan akses terhadap sumber modal
yang transparan dan lebih murah
(3). Memberikan jasa layanan pengembangan bisnis non finansial kepada UKM yang lebih efektif
(4). Pembentukan aliansi strategis antara UKM dan UKM lainnya atau dengan usaha besar di Indonesia
atau di luar negeri. Berkembang atau matinya usaha kecil menengah dalam era perdagangan bebas
22
tergantung dari kemampuan bersaing dan peningkatan efisiensi serta membentuk jaringan bisnis dengan
lembaga lainnya.
Usaha kecil dan menengah (UKM) memegang peranan penting dalam ekonomi Indonesia, baik
ditinjau dari segi jumlah usaha (establishment) maupun dari segi penciptaan lapangan kerja.
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh BPS dan Kantor Menteri Negara untuk Koperasi dan Usaha
Kecil dan Menengah (Menegkop &UKM), usaha-usaha kecil termasuk usaha-usaha rumah tangga atau
mikro (yaitu usaha dengan jumlah total penjualan (turn over) setahun yang kurang dari Rp. 1 milyar),
pada tahun 2000 meliputi 99,9 persen dari total usaha-usaha yang bergerak di Indonesia. Sedangkan
usaha-usaha menengah (yaitu usaha-usaha dengan total penjualan tahunan yang berkisar antara Rp. 1
Milyar dan Rp. 50 Milyar) meliputi hanya 0,14 persen dari jumlah total usaha. Dengan demikian, potensi
UKM sebagai keseluruhan meliputi 99,9 per sen dari jumlah total usaha yang bergerak di Indonesia.
Besarnya peran UKM ini mengindikasikan bahwa UKM merupakan sektor usaha dominan dalam
menyerap tenaga kerja. Berdasarkan survei yang dilakukan BPS (2000), pad a tahun 1999 usaha-usaha
kecil (termasuk usaha rumah tangga) mempekerjakan 88,7 persen dari seluruh angkatan kerja
Indonesia., sedangkan usaha menengah mempekerjakan sebanyak 10,7 persen. Ini berarti bahwa UKM
mempekerjakan sebanyak 99,4 persen dari seluruh angkatan kerja Indonesia. Disamping ini nilai
tambah bruto total yang dihasilkan usaha-usaha kecil secara keseluruhan meliputi 41,9 per sen dari
Produk Domestik Bruto (POB) Indonesia pad a tahun 1999, sedangkan usaha-usaha menengah secara
keseluruhan menghasilkan 17,5 persen dari POB (Iihat juga Thee Kian Wie, 2001). Dengan demikian,
nilai tambah bruto total yang dihasilkan UKM secara keseluruhan hampir sebesar 60 persen dari POB.
Neraca pembayaranNeraca pembayaran merupakan suatu ikhtisar yang meringkas transaksi-transaksi antara
penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain selama jangka waktu tertentu (biasanya satu
tahun). Neraca pembayaran mencakup pembelian dan penjualan barang dan jasa, hibah dari individu
dan pemerintah asing, dan transaksi finansial. Umumnya neraca pembayaran terbagi atas neraca
transaksi berjalan (yang terdiri dari neraca perdagangan, neraca jasa dan transfer payment) dan neraca
lalu lintas modal dan finansial, dan item-item finansial.
Transaksi dalam neraca pembayaran dapat dibedakan dalam dua macam
transaksi :
23
Transaksi debit, yaitu transaksi yang menyebabkan mengalirnya arus uang (devisa) dari dalam
negeri ke luar negeri. Transaksi ini disebut transaksi negatif (-), yaitu transaksi yang
menyebabkan berkurangnya posisi cadangan devisa.
Transaksi kredit adalah transaksi yang menyebabkan mengalirnya arus uang (devisa) dari luar
negeri ke dalam negeri. Transaksi ini disebut juga transaksi positif (+), yaitu transaksi yang
menyebabkan bertambahnya posisi cadangan devisa negara.
Berdasarkan Neraca pembayaran di atas, diketahui bahwa neraca tersebut dibagi ke dalam beberapa
transaksi ekonomi internasional. Secara garis besar transaksi ekonomi internasional (luar negeri) atau
pos-pos dasar suatu negara dapat dibedakan sebagai berikut:
1. Transaksi dagang (Trade account)
2. Transaksi Pendapatan modal (income on investment)
3. Transaksi-transaksi unilateral (Unilateral Transaction)
4. Transaksi Penanaman Modal Langsung ( Direct Investment)
5. Transaksi Utang-piutang jangka panjang (Long term Loan)
6. Transaksi Utang-piutang jangka pendek (Short term capital)
7. Transaksi Lalu Lintas Moneter (Monetary acomodating)
Transaksi Debit Transaksi Kredit
24
1. Neraca barang - Impor barang dari Negara lain2. Neraca jasa - Pembayaran jasa ke penduduk LN - Pembayaran biaya pariwisata ke LN3. Neraca Hasil Modal - Pembayaran bunga dan deviden4. Neraca Modal - Kredit yang diberikan ke LN dan Pembayaran cicilan utang5. Neraca Utang Piutang jangka panjang - Pembelian obligasi dari LN
1. Neraca barang - Ekspor barang ke Negara lain2. Neraca jasa - Penerimaan jasa dari penduduk LN - Peenerimaan pariwisata dari LN3. Neraca Hasil Modal - Penerimaan bunga dan deviden4. Neraca Modal - Kredit yang diproleh dari LN dan Penerimaan cicilan utang5. Neraca Utang Piutang jangka panjang - Penjualan obligasi ke LN
Defisit dan Surplus Neraca Pembayaran.
Dalam neraca pembayaran kemungkinan terjadi surplus dan kemungkinan terjadi defisit, yakni :
1. Defisit, apabila jumlah ekspor lebih kecil dari pada impor
2. Surplus, apabila jumlah ekspor lebih besar dari pada impor
Defisit atau surplus yang terjadi pada suatu negara yang mempunyai neraca pembayaran dikarenakan
oleh :
1. Stok Nasional, maksudnya Jika terjadi penurunan stok nasional berarti defisit, dan jika terjadi
kenaikan stok nasional berarti surplus.
25
2. Pinjaman akomodatif, maksudnya Pinjaman yang masuk karena berkaitan dengan adanya kelebihan
impor berarti merupakan bagian dan defisit. Sedangkan Pinjaman yang masuk atas kemauannya sendiri
(pinjaman otonam) tidak mempengaruhi defisit.
3. Defisit total adalah besarnya penurunan stok nasional ditambah pinjaman akomodatif
4. Surplus total adalah besarnya kenaikan stok nasional ditambah pinjaman akomodatif.
Sedangkan dampak neraca pembayaran terhadap kegiatan ekonomi suatu negara antara lain :
1. Perubahan terhadap Kurs Devisa.
2. Perubahan terhadap harga.
3. Perubahan terhadap tingkat pendapatan.
4. Perubahan terhadap tingkat bunga
MODAL ASING DAN
UTANG LUAR NEGERI
PENTINGNYA UTANG LUAR NEGERI :
Penutup defisit APBN
Penutup kesenjangan antara Saving dengan investasi dalam negeri
Akan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh variabel dalam negeri dan juga
variabel luar negeri (misal kurs)
Perolehan dan pembayaran utang luar negeri akan mempengaruhi posisi
neraca pembayaran internasional
26
JENIS UTANG LUAR NEGERI :
Utang luar negeri (foreign debt atau loans) sering dikacaukan di Indonesia
dengan bantuan luar negeri atau hibah (grants) Padahal hibah atau bantuan
luar negeri tidak perlu dikembalikan, sementara utang luar negeri harus
dikembalikan.
a. Berdasar bunga dan lamanya pengembalian - utang lunak (bunga ringan &
waktu pengembalian lama) - utang biasa/komersial (bunga tinggi & waktu
pengembalian cepat)
b. Berdasarkan syarat-syaratnya: - Utang yg bebas (untied loans) yaitu utang
luar negeri tanpa dikaitkan dengan syarat apapun dari si pemberi - Utang yg
dikaitkan dg syarat- syarat tertentu (tied loans), misal: harus memakai
tenaga ahli dari negara si pemberi utang LN.
c. Berdasarkan pemberinya: - Utang luar negeri dari konsorsium (kumpulan
negara atau lembaga) - Utang dari satu negara atau satu lembaga saja
KETENTUAN BATAS JUMLAHUTANG LUAR NEGERI YG AMAN :
Berapa batas jumlah utang luar negeri yang aman? Ada ukuran yg disebut sebagai Debt Service
Ratio (DSR) yaitu perbandingan antara cicilan utang dan bunga LN dibagi nilai ekspor atau:
Cicilan + bunga utang LN DSR = --------------------------------- Nilai Ekspor Batas aman DSR
menurut IMF batas aman DSR bagi suatu negara adalah maksimum 30% .
VARIABEL YG MEMPENGARUHI UTANG LUAR NEGERI :
1. Pengeluaran Pemerintah
2. Suku Bunga
3. Kurs
4. Produk domestik Bruto
27
5. Utang luar negeri sebelumnya
PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH : Pengeluaran pemerintah (G) dibiayai dari
penerimaan dalam negeri khususnya pajak. Jika penerimaan dalam negeri kurang maka
diperlukan sumber dana dari luar negeri salah satunya adalah utang luar negeri. Jadi makin
besar pengeluaran pemerintah maka akan makin besar utang luar negeri.
Alternatif penjelasan lain jika G naik dan dibiayai dari obligasi pemerintah maka akan
mendorong suku bunga dalam negeri naik. Naiknya suku bunga dalam negeri membuat
pengusaha lebih tertarik meminjam dari luar negeri.
PENGARUH SUKU BUNGA :
Jika suku bunga di dalam negeri naik maka pengusaha akan memilih meminjam dari luar
negeri. Jadi jika suku bunga dalam negeri naik maka utang luar ngeri akan naik pula.
Sebaliknya jika suku bunga luar negeri (misal LIBOR atau SIBOR) turun maka utang luar
negeri naik.
PENGARUH KURS :
Utang luar negeri dibayar dengan mata uang asing misalnya dolar AS. Jika terjadi depresiasi
rupiah thd dolar maka beban pembayaran utang luar negeri meningkat maka pengusaha akan
segan untuk mengambil utang luar negeri. Jadi ada hubungan negatif antara kurs dengan utang
luar negeri.
PENGARUH PDB :
Jika PDB naik maka mencerminkan kondisi ekonomi yang membaik. Kondisi ekonomi yang
membaik tidak membutuhkan utang luar negeri. Jadi makin tinggi PDB makin rendah utang
luar negeri.
PENGARUH UTANG LUARNEGERI PERIODE SEBELUMNYA :
Utang luar negeri periode sebelumnya harus dibayar cicilan dan utangnya. Maka defisit APBN
makin besar sehingga justru membutuhkan utang luar negeri baru. Ibaratnya bagai minum air
laut makin minum banyak makin haus.
28
HASIL PENELITIAN :
Periode 1990 – 2005 Yang signifikan hanya suku bunga luar negeri dengan pengeluaran
pemerintah.
MASALAH-MASALAH UTANG LUAR NEGERI INDONESIA :
1. Kebanyakan utang luar negeri Indonesia adalah utang yang terikat (tied loans). Utang jenis ini
ternyata hasil konspirasi antara lembaga atau negara si pemberi utang dengan pihak perusahaan
swasta di negara pemberi utang dalam rangka menjual tenaga ahli atau barang perusahaan
tersebut.
2. Banyak utang luar negeri yg penggunaannya tidak untuk kesejahteraan masyarakat tetapi
dikorupsi, untuk projek mercu suar, untuk hal-hal lain yg tdk punya manfaat langsung bagi
rakyat. Utang jenis ini disebut utang haram (Odius Debt).
3. Utang luar negeri juga banyak diberikan syarat sehingga Indonesia disetir oleh lembaga tsb,
misal kasus bantuan IMF.
4. Meskipun dulunya sebagai pelengkap dalam pembiayaan pembangunan ekonomi Indonesia
tetapi akhirnya menjadi sumber utama sehingga memberatkan APBN dan pengeluaran lain yang
lebih strategis seperti untuk pendidikan menjadi tidak kebagian alokasi. Dalam APBN 2006
cicilan utang Rp 76,6 trilyun atau 11,6 % dari total APBN. Pengeluaran untuk sektor pendidikan
hanya Rp 36,7 trilyun atau 5% dari total APBN padahal UU Sisdiknas mengharuskan 20%.
5. Banyak utang LN yg tidak dilindungi dengan Hedging (lindung nilai tukar) sehingga ketika
rupiah terdepresiasi nilai tukarnya terhadap dolar AS maka beban pembayaran utang Ln
menjadi lebih berat baik bagi perusahaan maupun bagi negara tanpa penambahan utang baru
seperti yang terjadi pada tahun 1997. kalau tahun 1997 disebabkan oleh janji kosong
pemerintah. Waktu yg lain karena tidak tahu dan “moral hazard”.
KEBIJAKAN UTANG LUAR NEGERI YG PERLU DITEMPUH :
1. Pengurangan utang luar negeri secara bertahap sehingga sebutan sebagai pelengkap benar-
benar terwujud.
29
2. Untuk meringankan beban APBN untuk pembayaran utang LN maka ada usulan untuk
meminta penghapusan utang haram (odius debt).
3. Sebisa mungkin dalam negosiasi utang LN, utang yang didapatkan adalah utang yang tak
terikat (untied loans).
30