Makalah Pbl Blok 4 - Penyakit Campak
Click here to load reader
-
Upload
roykedona-lisa-trixie -
Category
Documents
-
view
100 -
download
3
description
Transcript of Makalah Pbl Blok 4 - Penyakit Campak
Dampak Penyakit Campak dan Obatnya Pada Kehamilan
Roykedona Lisa Triksi
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta
Pendahuluan
Manusia pada dasarnya terbentuk melalui berbagai macam proses.Mulai dari proses
fertilisasi kemudian terjadi beberapa kali pembelahan.Setelah pembelahan terjadi maka
dilanjutkan oleh proses organogenesis yang begitu rumit.Setelah semua organ dan bagian
tubuh selesai terbentuk,maka janin pun siap dilahirkan ke dunia.Namun dalam proses-proses
tersebut bila terjadi gangguan maka dapat mengakibatkan cacat mental maupun fisik dan bisa
terjadi abortus spontan.
Faktor-faktor yang dapat mengakibatkan cacat mental,fisik ataupun abortus spontan
adalah seperti pemakaian obat-obatan,minum minuman keras,kecelakaan fisik yang dialami
ibu,penyakit yang diderita ibu,stress psikologis dan gangguan lainnya.Faktor lainnya adalah
usia janin saat terjadi gangguan-gangguan di atas.Maka dari itu penulis akan membahas
tentang perkembangan janin dan dampak dari penyakit campak serta obatnya.Pembahasan ini
berdasarkan skenario yang telah diberikan.
Otot
Haid atau yang sering disebut menstruasi merupakan suatu proses yang akan dialami
perempuan mulai saat pubertas hingga perempuan tersebut memasuki masa menopause.
Menstruasi merupakan siklus yang kompleks karena melibatkan berbagai unsure dalam tubuh
perempuan, di antaranya panca indra, korteks serebri, hipotalamus, aksis hipofisis-ovarium,
dan organ tujuan (uterus, endometrium, serta organ seks sekunder).1 Menstruasi pertama pada
perempuan yang berumur 10-11 tahun disebut menarke.
Alamat korespondensi: Roykedona Lisa Triksi (102011207)Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Terusan Arjuna No.6 Jakarta Barat 11510 Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731 Email : [email protected]
1
Menstruasi adalah pelepasan dinding rahim yang disertai pendarahan dan terjadi setiap
bulannya kecuali saat perempuan itu hamil. Siklus menstruasi pada setiap perempuan pasti
berbeda dengan perempuan lainnya. Ada yang memiliki siklus 25-35 hari. Setiap menstruasi
hanya satu sel telur yang dikeluarkan.
Peristiwa menstruasi mengalami empat fase yaitu:2
1. Fase Menstruasi
Bila sel telur tidak dibuahi maka setelah berusia tertentu korpus luteum yang
merupakan penghasil hormone estrogen dan progesteron menghentikan aktivitasnya.
Akibatnya kadar hormone tersebut di dalam darah mengalami reduksi mendadak. Peristiwa
ini terjadi pada lima hari awal menstruasi. Turunnya kadar estrogen dan progesteron secara
mendadak berakibat lepasnya ovum dan robeknya endometrium yang menebal.
2. Fase Praovulasi
Turunnya progesteron memungkinkan hipofisis menyekresikan FSH merangsang
folikel dalam ovarium untuk memproduksi hormon estrogen. Estrogen ini akan menghambat
hipofisis memproduksi FSH, tetapi memacu hipofisis memproduksi LH. Di samping itu,
estrogen juga merangsang penebalan endometrium rahim.
3. Fase Ovulasi
Terhentinya produksi FSH oleh hipofisis akibat pengaruh tingginya kadar estrogen,
memungkinkan hipofisis memproduksi hormon LH. Hormon LH merangsang pematangan
ovum dan meninggalkan folikel. Folikel yang ditinggalkan telur akan mengerut dan berubah
menjadi corpus luteum (badan berwarna kuning). Badan ini berfungsi memproduksi
progesteron. Fase ini terjadi pada sekitar hari ke-14 dari waktu menstruasi yang berkisar 24-
35 hari (28 hari).
4. Fase Pascaovulasi
Fase ini merupakan waktu antara ovulasi dengan menstruasi berikutnya. Jadi,
berlangsung dari hari ke-15 hingga hari ke-28. Hormon yang berperan pada fase ini adalah
progesteron dan estrogen yang dihasilkan corpus luteum. Bila tidak terjadi pembuahan,
korpus luteum akan berubah menjadi corpus albicans (badan berwarna putih) yang
kemampuannya memproduksi estrogen dan progesteron amat rendah. Akibatnya, kadar kedua
hormon ini di dalam darah menurun. Keadaan ini menyebabkan hipofisis aktif memproduksi
FSH dan selanjutnya LH. Fase pascaovulasi akan bersambung dengan fase berikutnya,
sehingga terjadilah siklus menstruasi.
2
Fertilisasi
Fertilisasi terjadi ketika spermatozoa menembus ovum, biasanya terjadi di tuba
fallopi.3 Jadi, fertilisasi merupakan peleburan antara spermatozoa dan ovum. Pada manusia,
ovum diovulasikan dalam bentuk oosit II, pada saat sperma penetrasi maka terbentuk ootid
dan dilepaskan polar body II. Fertilisasi terjadi saat laki-laki dan perempuan melakukan
koitus. Dari pihak laki-laki harus mampu ereksi, kemudian melakukan penetrasi dan ejakulasi
sehingga sperma dilepaskan di dalam vagina. Pihak perempuan pun harus dalam masa subur
atau saat terjadi ovulasi yang kira-kira terjadi kurang lebih 14 hari sebelum menstruasi yang
akan datang, dan juga sekret serviks pada saat ovulasi mudah ditembus sperma.
Dalam keadaan normal, pembuahan terjadi di daerah sepertiga distal tuba fallopi
(daerah ampula/infnudibulum). Spermatozoa bergerak cepat dari vagina ke dalam rahim,
masuk ke tuba. Kemudian, spermatozoa akan mengalami peristiwa berikut, yaitu reaksi
akrosom. Setelah dekat dengan oosit, sel sperma akan terpengaruh oleh zat-zat dari korona
radiata ovum sehingga isi akrosom dari daerah kepala sperma akan terlepas dan berkontak
dengan lapisan korona radiata. Ketika itu dilepaskan hialuronidase yang dapat melarutkan
korona radiata, trypsine-like agent dan lysine-zone yang dapat melarutkan dan membantu
sperma melewati zona pelusida untuk mencapai ovum.4 Begitu spermatozoa menyentuh zona
pelusida terjadi reaksi khusus di zona pelusida yang bertujuan mencegah terjadinya
penembusan lagi oleh sperma yang lain.
3
Implantasi
Ovum yang sudah dibuahi kemudian berkembang menjadi blastokista. Setelah 3-4 hari
blastokista yang mengapung bebas akan mencapai uterus. Pada hari ke 5-7, zigot akan
mencapai kavum uteri. Pada saat itu uterus sedang berada dalam fase sekresi lendir dibawah
pengaruh progesteron dari korpus luteum yang masih aktif. Sehingga lapisan endometrium
dinding rahim menjadi kaya pembuluh darah dan banyak muara kelenjar selaput lendir rahim
yang terbuka dan aktif. Kontak antara zigot stadium blastokista dengan dinding rahim pada
keadaan tersebut akan mencetuskan berbagai reaksi seluler, sehingga sel –sel trofoblas zigot
tersebut akan menempel dan mengadakan infiltrasi pada lapisan epitel endometrium uterus
( terjadi implantasi).4 Sebelum implantasi terjadi, zigot mendapat makanan dari sel granulosa
di dekatnya dan cairan tuba. Implantasi pada endometrium terjadi 5-6 hari kemudian. Tempat
implantasi yang paling sering adalah fundus anterior dan posterior.3
Organogenesis
4
Organogenesis adalah proses pembentukan organ atau alat tubuh. Bila terjadi
gangguan pada saat fertilisasi atau implantasi akan langsung terjadi abortus spontan. Namun,
pada minggu ke 3-8 terdapat sebagian organ dan sistemnya yang akan terbentuk. Organ dan
sistemnya sangatlah penting untuk perkembangan normal. Namun, pembentukan organ-organ
tersebut sangat peka pada gangguan-gangguan yang terjadi. Entah secara genetic ataupun dari
lingkungan. Maka dari itu, jika terjadi gangguan-gangguan pada janin dalam masa ini, akan
mengakibatkan terjadinya cacat structural. Organ yang dibentuk ini berasal dari masing-
masing lapisan dinding tubuh embrio pada fase gastrula.
1. Ektoderm
Ektoderm merupakan lapisan yang paling luar darilempeng mudigah. Derivat
ektoderm kemudian akan berkembang menjadi epidermis kulit dan turunannya,
kelenjar hipofisis, kelenjar mamae, kelenjar gigi, email gigi, dan rambut.5 Ektoderm
juga membentuk bakal untuk semua yang kelak berhubungan dengan proses informasi
(otak, sistem saraf pusat (SSP), sistem saraf tepi (SST), dan organ sensorik)
2. Mesoderm
Mesoderm merupakan lapisan yang berada di bagian tengah lempeng mudigah.
Lapisan mesoderm ini kemudian dibagi lagi menjadi tiga bagian, yaitu:
a) Mesoderm paraaksial akan membentuk jaringan otot (miotom), tulang dan tulang
rawan (sklerotom) serta subkutan (dermotom).6 Juga membentuk sistem peredaran
darah seperti jantung, pembuluh darah dan lain-lain. Selain itu juga membentuk sistem
urogenital kecuali vesica urinaria.
b) Mesoderm intermediate akan membentuk jaringan yang sementara akan
menghubungkan mesoderm paraaksial dengan lempeng lateral. Kemudian akan
berkembang menjadi unit-unit ekskresi system kemih.
c) Mesoderm parietal dan viseral. Mesoderm parietal yang mengelilingi rongga
intrembrional akan membentuk membrane tipis yaitu mesoderm serosa untuk melapisi
rongga peritoneum, pleura, pericardium, serta mensekresikan cairan serosa.
3. Endoderm
Endoderm adalah epitelium yang melapisi saluran pencernaan kecuali mulut
dan rektum. Epitelium yang melapisi kavitas timpani, tuba auditifa, sistem respirasi,
hati, pankreas, tiroid, paratiroid, timus, lapisan uretra, kantung kemih, dan sistem
reproduksi.7
Dampak Campak dan Obatnya
5
Campak adalah suatu penyakit akut menular yang disebabkan oleh virus RNA dari
family Paramixoviridae, genus morbilivirus. Virus ditemukan dalam sekresi nasofaring, darah
dan urin.8 Dalam skenario, diceritakan bahwa ibu yang hamil 3 minggu terkena campak dan
minum obat. Infeksi pada kehamilan yang sangat awal dapat menyebabkan abortus spontan.
Infeksi selama usia kehamilan trimester I dapat menyebabkan kelainan yang berat pada bayi,
karena saat itu sedang berlangsung proses organogenesis.9 Jika kandungan ibu sudah
mencapai triwulan II, kemungkinan cacat bawaan sekitar 6,8%. Sedangkan dalam triwulan III,
kemungkinan itu makin kecil, yaitu 5,3% saja.
Pada kasus penyakit campak, ibu hamil tidak mengalami keguguran atau bayinya
meninggal saat lahir, tetapi yang sering terjadi adalah bayi yang lahir mengalami glaucoma,
atau kebutaan, kerusakan pada otak, bibir sumbing, tunarungu dan sulit bicara.9
Teratogen adalah suatu agens yang bekerja selama masa perkembangan mudigah atau
janin untuk menimbulkan perubahan permanen bentuk atau fungsi. Hanya sekitar 10%
malformasi yang teridentifikasi saat lahir disebabkan oleh teratogen.10 Sedangkan teratogenik
adalah perubahan formasi dari sel, jaringan, dan organ yang dihasilkan dari perubahan
fisiologi dan biokimia. Senyawa teratogen akan berefek teratogenik pada suatu organisme,
bila diberikan pada saat organogenesis.
Akibat teratogenik terjadi melihat usia kandungan janin. Bila terjadi pada masa
implantasi atau umur kurang dari 3 minggu maka akan terjadi abortus spontan atau tidak
terkena dampak sama sekali. Jika terjadi pada masa organogenesis (3-8 minggu) maka bisa
terjadi letal atau kematian pada janin ataupun subletal, janin akan terjadi malformasi struktur.
Pada trimester kedua dan ketiga kehamilan di mana pada fase ini terjadi maturasi dan
pertumbuhan lebih lanjut dari janin. Pengaruh buruk senyawa asing terhadap janin pada fase
ini tidak berupa malformasi anatomik lagi. Tetapi masing mungkin masih dapat terjadi
gangguan pertumbuhan baik terhadap fungsi-fungsi fisiologik atau biokemik organ-organ.
Kata teratogenik sendiri berasal dari bahasa yunani yang berarti monster, gangguan
fungsional atau metabolik yang permanen yang baru nampak kemudian, tidak langsung
nampak atau timbul pada saat kelahiran.10
Kesimpulan
6
Penyakit campak jika terkena pada janin yang berusia 3 minggu dapat menyebabkan
glaucoma, atau kebutaan, kerusakan pada otak, bibir sumbing, tunarungu dan sulit bicara.
Sedangkan efek obat campak pada janin berusia 3 minggu atau dalam masa organogenesis
bisa menyebabkan malformasi struktur. Jadi, semua yang terjadi pada janin dalam masa
organogenesis jika tidak meninggalkan akan menyebakan cacat atau malformasi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Manuaba IBG, Manuaba IAC, Manuaga IBGF. Pengantar kuliah obstetric. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2007.
2. Rohen JW, Drecoll EL. Embriologi fungsional. 2th ed. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2008.
3. Benton RC, Pernoll ML. Buku saku obstetri dan ginekologi. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2009.
4. Yulaikhah L. Kehamilan: seri asuhan kebidanan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2008.
5. Bloom, Fawcett. Buku ajar histologi. 12th ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2002.
6. Pearce EC. Anatomi dan fisologi untuk paramedic. Jakarta: PT. Gramedia; 2008.
7. Campbell NA, Reece JB, Mitchell LG. Biologi. 5th ed. Jakarta: Erlangga; 2004.
8. Behrman, Kliegman, Arvin. Ilmu kesehatan anak. 15th ed. Jakarta: EGC, 2002.
9. Juanda HA. TORCH (Toxo,Rubella,CMV, dan Herpes): akibat dan solusinya. Solo:
PT. Wangsa Jatra Lestari; 2006.
10. Leveno KJ, Cunningham CG, Gant NF, Alexander JM, Bloom SL. Obstetri Williams.
21st ed. Jakarta: EGC; 2009.
7