Campak blok 12

23
Penyakit Campak Pada Anak Septin Permata Sari (102014274) Kelompok B2 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Arjuna Utara No. 6, Kebon Jeruk-Jakarta Barat 11510 No. Telp (021) 5694-2061 Abstrak Campak merupakan penyakit infeksi yang disebebkan oleh paramixovirus. Ditandai dengan gejala demam tinggi, terjadi peradangan pada mata (mata merah), serta timbul bercak kemerahan pada kulit. Penyakit ini menular melalui percikan ludah dari mulut, hidung, maupun dari tenggorokan penderita . Imunisasi campak sangat penting karena anak-anak dan bayi yang belum mendapat imunisasi campak merupakan golongan yang rentan untuk terkena penyakit campak . Kata kunci : Campak, Imunisasi , Paramixovirus Abstract Measles is an infectious disease caused by a paramyxovirus. Characterized by symptoms of high fever, inflammation of the eye (red eye), as well as raised red spots on the skin. The disease is transmitted through saliva splashes from the mouth, nose, and throat patients. Immunization against measles is very important because children and infants who have not received immunization against measles is a group that is susceptible to measles. Keywords : Measles, Immunization, paramyxovirus 1

Transcript of Campak blok 12

Page 1: Campak blok 12

Penyakit Campak Pada Anak

Septin Permata Sari

(102014274)

Kelompok B2

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara No. 6, Kebon Jeruk-Jakarta Barat 11510

No. Telp (021) 5694-2061

Abstrak

Campak merupakan penyakit infeksi yang disebebkan oleh paramixovirus. Ditandai dengan

gejala demam tinggi, terjadi peradangan pada mata (mata merah), serta timbul bercak

kemerahan pada kulit. Penyakit ini menular melalui percikan ludah dari mulut, hidung,

maupun dari tenggorokan penderita . Imunisasi campak sangat penting karena anak-anak dan

bayi yang belum mendapat imunisasi campak merupakan golongan yang rentan untuk terkena

penyakit campak .

Kata kunci : Campak, Imunisasi , Paramixovirus

Abstract

Measles is an infectious disease caused by a paramyxovirus. Characterized by symptoms of

high fever, inflammation of the eye (red eye), as well as raised red spots on the skin. The

disease is transmitted through saliva splashes from the mouth, nose, and throat patients.

Immunization against measles is very important because children and infants who have not

received immunization against measles is a group that is susceptible to measles.

Keywords : Measles, Immunization, paramyxovirus

1

Page 2: Campak blok 12

Pendahuluan

1. Latar Belakang

Campak merupakan salah satu penyakit infeksi yang sangat menular yang disebabkan

oleh paramixovirus yang menyerang anak-anak bahkan juga orang dewasa. Seseorang

yang terkena penyakit ini ditandai dengan demam tinggi, terjadi peradangan pada mata

(mata merah), serta timbul bercak kemerahan pada kulit. Penyakit ini dapat menular

melalui percikan ludah dari mulut, hidung, maupun dari tenggorokan penderita.

Kelompok yang paling rentan untuk terkena penyakit ini adalah bayi dan anak-anak yang

belum pernah mendapatkan imunisasi Campak. Penyakit ini juga merupakan salah satu

penyebab utama tingginya angka kesakitan dan angka kematian pada bayi dan anak-

anak.

2. Identifikasi Istilah

Tidak ada

3. Rumusan Masalah

Seorang anak perempuanya usia 2 tahun demam sejak 3 hari yang lalu.

Pembahasan

Skenario 2

Analisis Masalah

Seorang ibu membawa anak perempuanya yang berusia 2 tahun ke IGD Rumah Sakit karena

demam sejak 3 hari yang lalu.

Anamnesis

Keluhan Utama : seorang anak perempuan berusia 2 tahun demam sejak 3 hari yang lalu

Keluhan penyerta : Bintik merah di dahi, leher dan wajah, tidak terdapat cairan pada

bintik merah, batuk, pilek

Pemeriksaan Fisik

Tanda-tanda Vital ( TTV) :

Suhu : 390C

Denyut nadi : 110 kali per menit

2

Page 3: Campak blok 12

Pernapasan : 24 kali per menit

Nilai Normal TTV :

Suhu Tubuh : Normal = 36,5o – 37,2o C

Subnormal = 35o – 36,5o C

Subfebris = 37o – 38o C

Febris = Lebih dari 38o C

Hiperpireksia = Lebih dari 41o C untuk waktu yang cukup lama

Hipotermia = Kurang dari 35o C

Pernapasan / Respirasi : Bayi = 30 – 40 kali per menit

Anak = 20 – 30 kali per menit

Dewasa = 16 – 20 kali per menit

Lansia = 14 – 16 kali per menit

Nadi : Bayi = 120 – 130 kali per menit

Anak = 80 – 90 kali per menit

Dewasa = 70 – 80 kali per menit

Lansia = 60 – 70 kali per menit

Keadaan umum :

Keadaan sakit : Sakit sedang

Kesadaran : compos mentis

Tingkat Kesadaran :1

Compos mentis

Kesadaran baik. Pasien sadar sepenuhnya. Orientasi terhadap waktu, ruang atau

tempat, dan orang, serta situasi baik, selama dikehendakinya.

3

Page 4: Campak blok 12

Somnolen

Penurunan kesadaran ringan, seperti orang mengantuk namun mudah dibangunkan

atau disadarkan kembali. Misalnya pada penderita anemia, penyakit Addison,

hipotiroidisme.

Sopor

Penurunan kesadaran lebih rendah dari somnolen, hingga pasien tampak seperti

sedang tidur lelap tetapi masih dapat dibangunkan dengan rangsang yang lebih kuat.

Soporokoma atau koma ringan

Tingkat kesadaran lebih rendah dari sopor, pasien tidak dapat dibangunkan walaupun

dengan rangsang kuat tetapi masih ada refleks-refleks yang dapat dibangkitkan dan

masih bereaksi terhadap rangsangan nyeri.

Koma ( berat atau dalam )

Tingkat kesadaran terendah, pasien bagaikan mayat tetapi masih bernapas dan jantung

masih berdenyut. Tidak ada atau hampir tidak ada refleks yang dapat dibangkitkan

lagi.

Delirium

Penurunan kesadaran yang sifatnya akut ( mendadak ) disertai dengan kegelisahan dan

gangguan koordinasi gerak motorik, halusinasi dan delusi. Misalnya pada demam

tifoid, keracunan ( alkohol, dan lain-lain ), histeria.

Apatis

Tanda dari mulai terjadinya penurunan kesadaran, pasien tidak lagi memperhatikan

keadaan dan orang disekelilingnya.

Pemeriksaan Organ :

Mata : Konjungtivitis ODS tanpa sekret

Kepala : Bintik merah ( makula eritematosus & papula )

Leher : Pembesaran Kelenjar Getah Bening ( KGB ) (-)

4

Page 5: Campak blok 12

Mulut : Bintik putih pada mulut ( Koplik spots ) (-)

Bagian Thoraks dan Abdomen : Normal

Bagian akral ekstremitas superior dan inferior : Dingin ( RT 3 detik )

Diagnosis Kerja :

Campak ( Measles )

Campak ( Measles )

Definisi dan Epidemiologi

Campak ( Measles ) , adalah penyakit infeksi virus akut ditandai dengan gejala umum

ringan, ruam kulit menyerupai campak ringan atau demam skarlatina, pembesaran dan

nyeri pada kelenjar getah beningoksipital belakang, belakang telinga dan leher belakang.2

Penyakit ini sangat infeksius dengan transmisi utama melalui droplet. Angka kasus

campak di Indonesia sejak tahun 1990 sampai 2002 masih tinggi , sekitar 3000-4000 per

tahun. Pemyakit ini paling banyak ditemui pada balita usia < 1 bulan , lalu kelompok usia

1-4 tahun, dan usia 5-14 tahun.3

Etiologi

Etiologi campak adalah virus RNA dari family Paramixoviridae, genus Morbilivirus. Port

d’entree virus ialah saluran pernapasan atas, kemudian ke kelenjar getah bening regional,

hingga penyebaran hematogen.

Patogenesis dan Patologi

Sekali di dapatkan jalan masuk ke epitel saluran nafas, replikasi virus mulai terjadi.

Proses ini merusak atau menghancurkan sel yang rentan dan menyebabkan menyatunya sel

( fusi ) membentuk sinsisia, kacaunya kerangka sel , disorganisasi kromosom, dan

munculnya badan inklusi dalam inti sel dan sitoplasma. Replikasi awal diikuti oleh

penyebaran viremia ( dan mungkin penyebaran limfatik ) ke tempat lain termasuk jaringan

limfoid, sumsum tulang , hati dan organ dalam lain, mata serta kulit.Viremia dapat

dideteksi selama fase prodromal, dan virus menetap selama 4 hari setelah munculnya

ruam. Juga terjadi replikasi virus dalam korpuskulum Hassal pada timus, endotel kapiler

dan endotel hati. Selama terjadi viremia, campak dapat menginfeksi limfosit T dan B,

makrofag dan leukosit polimorfonuklear. Kejadian ini tidak menyebabkan sitolisis yang

bermakna tetapi dapat mengganggu fungsi pertahanan tubuh umum yang penting seperti

5

Page 6: Campak blok 12

sintesis imunoglobulin dan pembentukan radikal oksigen oleh leukosit polimorfonuklear

dan makrofag. Pada tahap awal infeksi , sel pembunuh alami (natural killer) , sel T

sitotoksik memainkan peranan dalam membatasi replikasi virus. Sel-sel ini dan sitokinase

yang terjadi akibat aktivasi imun, juga berperan dalam memerantarai respons peradangan

yang dapat diamati pada fase akut dini. Pada saat mulai munculnya ruam , dapat dideteksi

adanya antibodi spesifik dan limfosit efektor ditemukan di daerah replikasi virus pada

kulit dan lesi mukosa. Kejadian ini biasanya menandai mulainya pembersihan virus dari

tubuh dan kesembuhan klinis, serta perkembangan alergi; terdapat penekanan reaksi

hipersensitivitas terhadap antigen untuk uji kulit seperti tuberkulin dan pengurangan

proliferasi limfosit in vitro serta produksi sitokin sebagai respons terhadap rangsang

mitogenik.3 Alergi dapat menetap selama beberapa minggu dan juga terlihat pada

penerima vaksin virus campak hidup yang sudah dilemahkan.

Lesi pada selaput lendir ( bercak koplik ) terdiri atas pembentukan vesikel dan

nekrosis epitel. Histologi bercak koplik menunjukkan inklusi sitoplasma dan intranuklear,

sel raksasa dan edema interseluler. Sel raksasa epitel berinti banyak dan besar yang

menunjukkan badan inklusi dalam inti dan sitoplasma dapat ditemukan selama fase

prodromal dan akut penyakit pada mukosa pipi, faring, trakeobronkial dan kadar pada

urin. Di samping itu, sel raksasa retikoendotelial ( sel Warthin-Finkeldey ) ditemukan pada

jaringan limfoid hiperplastik, termasuk nodus limfatikus , tonsil, limpa dan timus. Epitel

jalan nafas dapat menjadi nekrotik dan terkelupas menyebabkan infeksi bakteri sekunder;

dapat diamati adanya pneumonia interstisial dengan infiltrasi sel raksasa. Perubahan

dalam otak pasien dengan ensefalomielitis menyerupai perubahan yang terlihat pada pasca

ensefalitis virus dan terdiri atas perdarahan setempat , kongesti dan demielinasi perivena.

Kadar CD8 yang dapat larut meningkat dalam cairan serebrospinal selama fase akut

ensefalomielitis pasca campak, tetapi virus tidak dapat ditemukan. Patogenesisnya

mungkin berkaitan dengan infiltrasi CD8 dan sel T sitotoksik dalam otak yang bereaksi

dengan sel sasaran, baik sel pembentuk mielin maupun sel yang terinfeksi virus.

Tanda dan Gejala ( Manifestasi Klinik )4

o Masa inkubasi :

Sekitar 10-12 hari, jika gejala-gejala prodormal pertama dipilih sebagai waktu mulai,

atau sekitar 14 hari jika munculnya ruam yang dipilih; jarang masa inkubasi dapat

6

Page 7: Campak blok 12

sependek 6-10 hari. Kenaikan ringan pada suhu dapat terjadi 9-10 hari dari hari infeksi

dan kemudian menurun selama 24 jam.

o Stadium Prodromal ( 2-4 hari ) :

Demam tinggi terus menerus ( > 38,50C ), yang disertai batuk pilek , faring hiperemis,

dan nyeri menelan, stomatitis seta mata merah ( konjungtivitis ) dan fotofobia. Tanda

patognomonik ialah enantema mukosa pipi di depan molar tiga, yang disebut sebagai

bercak koplik. Kadang-kadang stadium ini juga disertai dengan diare.

o Stadium Erupsi :

Pada demam hari ke 4 atau 5 , muncul ruam makulopapular, didahului oleh peningkatan

suhu sebelumnya. Ruam secara bertahap muncul dari batas rambut di belakang telinga,

lalu menyebar ke wajah, dan akhirnya ke ekstremitas. Ruam tersebut bertahan selama

5-6 hari.

o Stadium Penyembuhan :

Setelah 3 hari , ruam berangsur-angsur menghilang sesuai urutan timbulnya. Ruam

akan menjadi kehitaman (hiperpigmentasi) dan mengelupas, serta baru akan

menghilang setelah 1-2 minggu . Penderita campak sangat infeksius sejak 1-2 hari

sebelum stadium prodromal , hingga 4 hari setelah ruam menghilang.

Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium hematologi rutin : jumlah leukosit normal atau sedikit meningkat ( apabila

disertai dengan infeksi sekunder ) dan pemeriksaan untuk komplikasi :

ensefalopati/ensefalitis ( pemeriksaan cairan serebrospinal , analisis gas darah dan

elektrolit) ; enteritis ( analisis feses lengkap ); atau bronkopneumonia ( rontgen toraks dan

analisis gas darah ).

Diagnosis

Gejala klinis yang khas, yaitu melalui 3 fase trias dapat ditegakkan secara klinis ( demam,

ruam, batuk, dan konjungtivitis atau ditemukan bercak koplik ) dikonfirmasi dengan : (1)

identifikasi sel-sel besar multinukleus apusan mukosa nasal. Selama stadium prodromal

sel raksasa multinukleardapat diperagakan pada pulasan mukosa hidung (2) isolasi virus

7

Page 8: Campak blok 12

untuk kultur. Virus dapat diisolasi pada biakan jaringan (3) deteksi antobodi serum ( pada

fase akut dan penyembuhan ).5 Diagnostik naik pada titer antibodi dapat dideteksi antara

serum serum akut dan konvalesen. Angka sel darah putih cenderung rendah dengan

limfositosis relatif. Pungsi lumbal pada penderita dengan ensefalitis campak biasanya

menunjukkan kenaikan protein dan sedikit kenaikan limfosit. Kadar glukosa normal.

Diagnosis Diferensial

Penyakit lainnya dengan karakteristik demam yang disertai ruam makulopapular :

Toksoplasmosis, sindrom Kawasaki.6 Selain itu sebagai diagnosis diferensial lainnya :

Malaria, DBD, Tifoid, Varicella Zooster Virus, CMV infection, dan Mumps.

Toksoplasmosis

Toksoplasmosis didapat pada anak dengan kondisi imun yang normal mungkin tidak

memperlihatkan manifestasi adanya penyakit. Bila manifestasinya nyata, maka gejalanya

ialah demam, kuduk kaku , nyeri otot dan sendi, ruam makulopapel , limfadenopati

setempat atau umum, pembesaran hati, hepatitis, limfositosis reaktif, meningitis, abses

otak, ensefalitis, konfusi, maleis, pneumonia, polimiositis, perikarditis, efusi perikard,

miokarditis, dam korioretinitis.

Sindrom Kawasaki

Penyakit Kawasaki adalah penyakit yang dapat menyebabkan inflamasi pada dinding

pembuluh darah di seluruh tubuh. Kondisi ini termasuk penyakit langka yang mayoritas

menyerang anak-anak di bawah usia lima tahun. Umumnya balita yang berusia antara

sembilan bulan hingga satu tahun. Gejala penyakit Kawasaki akan muncul dalam tiga

tahap. Tahap-tahap ini umumnya akan berlangsung selama 1,5 bulan.7

Tahap Pertama ( Minggu ke 1-2 ) :

Pada tahap ini, gejala utama yang muncul adalah demam selama lebih dari lima hari yang

disertai:

Ruam kemerahan yang pertama muncul di area organ intim dan menyebar ke tubuh

bagian atas, tangan, kaki, serta wajah. Ruam ini biasanya akan hilang dalam waktu satu

minggu.

8

Page 9: Campak blok 12

Mata merah, tapi tidak keluar cairan.

Perubahan kondisi mulut, seperti lidah atau tenggorokan merah serta bibir yang kering

dan pecah-pecah.

Jari-jari tangan atau kaki yang bengkak dan memerah. Tangan dan kaki juga akan

terasa sakit.

Pembengkakan kelenjar getah bening pada leher.

Tahap Kedua ( Pada minggu 2-4 ) :

Demam biasanya sudah turun, tapi anak akan mengalami gejala-gejala lain yang meliputi

kulit pada ujung jari tangan dan kaki mengelupas, gangguan pencernaan (seperti diare,

muntah, dan sakit perut), serta rasa nyeri dan pembengkakan pada sendi. Dalam tahap inilah,

risiko komplikasi seperti aneurisma dapat muncul. Aneurisma adalah pembengkakan pada

pembuluh koroner akibat melemahnya dinding pembuluh koroner akibat inflamasi.

Tahap ketiga ( Pada minggu 4-6 ini ) :

Gejala-gejala penyakit Kawasaki perlahan-lahan akan berkurang, tapi kondisi anak umumnya

masih lemas sehingga mudah lelah. Penyakit Kawasaki memang tidak bisa dicegah, tapi

diagnosis dan penanganan secepat mungkin dapat menurunkan risiko komplikasi. Dengan

penanganan dini, sebagian besar anak yang mengidap penyakit ini dapat sembuh total dalam

waktu enam minggu hingga dua bulan.

Malaria

Adalah penyakit menular akibat infeksi parasit plasmodium yang ditularkan melalui gigitan

nyamuk malaria yang bernama Anopheles. Nyamuk Anopheles penyebab penyakit malaria

ini banyak terdapat pada daerah dengan iklim sedang khususnya di benua Afrika dan India.

Termasuk juga di Indonesia.

Gejala Penyakit Malaria :

Gejala malaria mirip dengan gejala flu biasa. Penderita mengalami demam, menggigil, nyeri

otot persendian dan sakit kepala. Penderita mengalami mual, muntah, batuk dan diare. Gejala

khas malaria adalah adanya siklus menggigil, demam dan berkeringat yang terjadi berulang

9

Page 10: Campak blok 12

ulang. Pengulangan bisa berlangsung tiap hari, dua hari sekali atau tiga hari sekali

terggantung jenis malaria yang menginfeksi. Gejala lain warna kuning pada kulit akibat

rusaknya sel darah merah dan sel hati.Infeksi awal malaria umumnya memiliki tanda dan

gejala sebagai berikut :

Menggigil

Demam tinggi

Berkeringat secara berlebihan seiring menurunnya suhu tubuh

Mengalami ketidaknyamanan dan kegelisahan (malaise)

Tanda dan gejala lain antara lain:

Sakit kepala

Mual

Muntah

Diare

Dalam beberapa kasus, parasit penyebab malaria bisa bertahan dalam tubuh manusia selama

beberapa bulan. Sementara itu, infeksi akibat parasit P. falciparum biasanya lebih serius dan

lebih mengancam nyawa. Sehingga ketika merasakan gejala tersebut, penangan dokter lebih

awal sangat disarankan.

Demam Berdarag Dengue (DBD)

DBD memiliki tanda dan gejala yang khas, yaitu : Nyeri kepala, nyeri retroorbita, mialgia,

artralgia/nyeri tulang, ruam (rash), manifestasi perdarahan, tidak ada bukti kebocoran plasma.

DBD memiliki 4 grade. Berikut adalah tanda dan gejala dari masing-masing grade :

Demam berdarah dengue grade I :

Deman dan manifestasi perdarahan ( uji tourniket positif ) dan adanya bukti kebocoran

plasma.

Demam berdarah dengue grade II :

Sama seperti grade I ditambah adanya perdarahan spontan

10

Page 11: Campak blok 12

Demam berdarah dengue grade III :

Sama seperti grade I dan II, ditambah tanda kegagalan sirkulasi : nadi lemah, tekanan nadi

< 20 mmHg. Hipotensi, tampak lemas.

Demam berdarah dengue grade IV :

Sama seperti grade III, ditambah bukti nyata adanya syok dengan tekanan darah tidak

terukur dan nadi tidak teraba.

Tifoid

Tifoid memiliki tanda dan gejala :

Masa Inkubasi (10-14 hari ): asimtomatis;

Fase invasi. Demam ringan, naik secara bertahap, terkadang suhu malam lebih tinggi

dibandingkan pagi hari. Gejala lainnya ialah nyeri kepala, rasa tidak nyaman pada saluran

cerna, mual, muntah, sakit perut, batuk, lemas. Konstipasi.

Di akhir minggu pertama, demam telah mencapai suhu tertinggi dan akan konstan tinggi

selama minggu kedua. Tanda lainnya ialah bradikardia relatif, pulsasi dikrotik,

hepatomegali, splenomegali. Lidah tifoid ( di bagian tengah kotor, di tepi hiperemis ),

serta diare dan konstipasi.

Stadium evolusi. Demam mulai turun perlahan, tetapi dalam waktu yang cukup lama.

Dapat terjadi komplikasi perforasi usus. Pada sebagian kasus, bakteri masih ada dalam

jumlah minimal ( menjadi karier kronis )

Varicella Zooster Virus

Varicella Zooster Virus memiliki tanda dan gejala :

Gejala prodormal seperti demam, malaise, dan nyeri kepala

Lesi kulit : papul eritematosa yang berubah menjadi vesikel berbentuk menyerupai tetesan

embun ( tear drops ). Vesikel ini menjalar secara sentrifugal dari badan kemudian ke

wajah, ekstremitas, selaput lendir mata, mulut, dan saluran napas atas. Vesikel dapat

berkembang menjadi pustul , kemudian pecah , mengering membentuk krusta.

Gejala lain : gatal pada lesi kulit dan pembesaran kelenjar getah bening.

11

Page 12: Campak blok 12

CMV infection

Infeksi Cytomegalovirus (CMV) adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan infeksi

oleh cytomegalovirus, suatu virus yang tergolong keluarga virus herpes yang dapat menyebar

dengan mudah melalui cairan tubuh, seperti darah, air liur, urin, mani, dan air susu ibu.

Tanda dan gejala CMV Infection :

Hampir semua orang akan terinfeksi oleh virus ini tetapi kondisi ini jarang menimbulkan

gejala karena sistem kekebalan tubuh mampu melawan virus ini. Namun, pada orang-orang

yang sistem kekebalan tubuh yang melemah, seperti orang yang telah melakukan

transplantasi organ atau sedang dalam pengobatan kemoterapi, mereka dapat mengalami

gejala, seperti demam, diare, gangguan penglihatan dan bahkan kejang.8

Mumps

Tanda dan Gejala Penyakit Gondongan :

Masa tunas (masa inkubasi) penyakit Gondong sekitar 12-24 hari dengan rata-rata 17-18 hari.

Adapun tanda dan gejala yang timbul setelah terinfeksi dan berkembangnya masa tunas dapat

digambarkan sdebagai berikut :

1. Pada tahap awal (1-2 hari) penderita Gondong mengalami gejala: demam (suhu badan 38.5

– 40 derajat celcius), sakit kepala, nyeri otot, kehilangan nafsu makan, nyeri rahang bagian

belakang saat mengunyah dan adakalanya disertai kaku rahang (sulit membuka mulut).

2. Selanjutnya terjadi pembengkakan kelenjar di bawah telinga (parotis) yang diawali dengan

pembengkakan salah satu sisi kelenjar kemudian kedua kelenjar mengalami

pembengkakan.

3. Pembengkakan biasanya berlangsung sekitar 3 hari kemudian berangsur mengempis.

4. Kadang terjadi pembengkakan pada kelenjar di bawah rahang (submandibula) dan kelenjar

di bawah lidah (sublingual). Pada pria akil balik adalanya terjadi pembengkakan buah

zakar (testis) karena penyebaran melalui aliran darah. 

Tata laksana

Tidak ada obat yang spesifik untuk campak, yang diberikan adalah bersifat suportif seperti

tirah baring, hindari cahaya, serta pemberian cairan dan nutrisi yang adekuat. Indikasi

12

Page 13: Campak blok 12

rawat inap : hiperpireksia, dehidrasi, kejang, asupan oral sulit, atau disertai komplikasi.

Pemberian obat simptomatik seperti asetaminofen atau ibuprofen. Pemberian vitamin A

untuk usia < 6 bulan sebanyak 50.000 IU, usia 6 bulan – 1 tahun sebanyak 100.000 IU,

anak > 1 tahun sebanyak 200.000 IU, apabila disertai gejala pada masa akibat kekurangan

vitamin A atau gizi buruk, diberikan 3 kali; 1 hari 2 , dan 2-4 minggu setelah dosis kedua. 9

Pemberian antibiotik apabila terdapat infeksi sekunder. Pemberian vaksin campak sebagai

profilaksis pasca pajanan dapat diberikan pada individuimunokompromais atau dengan

penyakit kronis, dalam 72 jam pasca pajanan.Alternatif lainnya ialah imunoglobulindalam

6 hari pasca papapran. Pada kasus dengan komplikasi seperti ensefalopati dan

bronkopneumonia. Pada ensefalopati : gunakan kloramfenikol 75 mg/KgBB/hari dibagi 4

dosis selama -10 hari. Selain itu gunakan deksametason dengan dosis awal 1

mg/KgBB/hari, dilanjutkan 0,5 g/KgBB/hari dibagi dalam tiga dosis sampai kesadaran

membaik. Pemberian yang melebihi 5 hari , lakukan tapering-off saat menghentikan

terapi. Sedangkan pada bronkopneumonia : oksigen 2 liter/menit, kloramfenikol 75

mg/Kg/hari dibagi 4 dosis dan ampisilin 100 mg/KgBB/hari dibagi 4 dosis selama 7-10

hari.

Komplikasi

Komplikasi utama campak adalah otitis media, pneumonia dan ensefalitis. Noma pipi

dapat terjadi pada keadaan yang jarang . Gangren muncul di mana-mana tampak

merupakan akibat purpurafulminan atau koagulasi intravaskuer tersebar.

Pneumonia dapat disebebkan oleh virus campak sendiri; lesi adalah interstisial. Pneumonia

campak pada penderita dengan infeksi HIV sering mematikan dan tidak selalu disertai

oleh ruam. Namun bronkopneumonia lebih sering; bronkopneumoni karena invasi bakteri

sekunder, terutama pneumokokus, streptokokus, stafilokokus, dan Haemophilus influenza.

Laringitis, trakeitis dan breonkitis lazim ada dan mungkin karena virus saja. Salah satu

dari kemungkinan bahaya campak adalah eksaserbasi proses tuberkulosis yang ada

sebelumnya. Mungkin juga ada kehilangan hipersensitivitas sementara terhadap

tuberkulin. Miokarditis adalah komplikasi serius yang jarang; perubahan

elektrokardiografi semntara dikatakan relatif jarang.

Komplikasi neurologis lebih sering pada campak dari pada eksantem lain apapun. Insiden

ensefalomielitis diperkirakan 1-2/1000 kasus campak yang dilaporkan. Tidak ada korelasi

antara keparahan campak dan keparahan keterlibatan neurologis atau antara keparahan

proses ensefalitis inisial dan prognosis. Jarang, ensefalitis dilaporkan bersama campak

13

Page 14: Campak blok 12

yang dimodifikasi oleh gama globulin, keterlibatan ensefalitis nampak sebelum masa

eruptif, tetapi lebih sering mulai terjadi 2-5 hari sesudah munculnya ruam. Penyebab

ensefalitis campak tetap tetap kontroversial. Ia dikesankan bahwa bila ensefalitis terjadi

pada awal perjalanan penyakit, invasi virus memainkan peran besar , walaupun virus

campak jarang diisolasi dari jaringan otak; ensefalitis yang terjadi kemudian terutama

demielinisasi dan dapat menggambarkan rekasi imunologis. Pada tipe demielinisasi ini

gejala-gejala dan perjalannya tidak berbeda dari gejala-gejala dan perjalanan ensefalitis

parainfeksi lain. Ensefalitis yang mematikan terjadi pada anak yang sedang mendapat

pengobatan imunosupresif untuk keganasan. Komplikasi sistemsaraf sentral lain, seperti

sindrom GuillainBaree, hemiplegia, tromboflebitis serebral, dan neuritis retrobulber,

jarang ada.

Prognosis

Anak dengan campak mempunyai prognosis yang baik, dan pasca infeksi menimbulkan

kekebalan yang bersifat permanen, walaupun dapat terjadi reinfeksi. Bayi dengan sindrom

campak yang lengkap mempunyai prognosis buruk, sedangkan bayi dengan infeksi yang

terjadi pada umur kehamilan > 16 minggu mempunyai prognosis lebih baik. Insiden

reinfeksi pada anak yang pernah mendapat campak adalah 3-10% dan yang mendapat

imunisasi adalah 14-18%.

Kesimpulan

Campak  ialah penyakit infeksi virus akut, menular, secara epidemiologi merupakan

penyebab utama kematian terbesar pada anak. Menurut etiologinya campak disebabkan oleh

virus RNA dari family paramixoviridae, genus Morbilivirus , yang ditularkan secara droplet.

Gejala klinis campak terdiri dari 3 stadium, yaitu stadium prodromal, stadium erupsi dan

stadium penyembuhan. Campak dapat dicegah dengan melakukan imunisasi secara aktif,

pasif dan isolasi penderita. Reduksi campak di Indonesia berada pada tahap reduksi dengan

pencegahan Kejadian Luar Biasa (KLB). Pada tahap ini terjadi penurunan kasus dan

kematian yang tajam, dan interval terjadinya KLB relative lebih panjang.

14

Page 15: Campak blok 12

Daftar Pustaka

1. Hendarto. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik Penyakit Dalam. Jakarta : Binarupa

Aksara. 2012.

2. Widagdo. Masalah dan Tata Laksana Penyakit Infeksi pada Anak. Jakarta : Sagung

Seto. 2011.

3. Isselbacher, Braunwald, Wilson, dkk. Harrison Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam.

13th ed. Jakarta : Buku Kdokteran EGC. 2012.

4. Chris T, Frans L, Sonia H, Eka AP. Kapita Selekta Kedokteran.4 th ed. Jakarta : Media

Aesculapius. 2014.

5. Maldonado Y. Measles. Dalam: Kliegman RM, Stanton BM, Geme J. Schor N,

Behrman RE, penyunting. Nelson’s textbook of pediatrics. 19th ed. Philadelphia:

Elsevier Saunders;2012.

6. Sumarmo SPS, Herry G, Sri RSH, Hindra IS. Penyunting. Buku Ajar Infeksi dan

Pediatri Tropis. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2012.

7. Newburger J et al. Diagnosis, Treatment, and Long-Term Management of Kawasaki

Disease : A Statement for Health Professionals From the Committee on Rheumatic,

Fever, Endocarditisn and Kawasaki Disease, Council on Cardiovascular Disease in

Yong, America Heart Association. Pediatrics 2004; 114; 1708-1733.

8. Plotkin SA. Vaccination against cytomegalovirus, the changeling demon. Pediatr

Infect Dis J. Apr 2002;18(4):313-25; quiz 326.

9. Sumarmo S. Poorwo Soedarmo, dkk. (ed.) Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Infeksi &

Penyakit Tropis. Edisi I. Jakarta. Balai Penerbit FKUI. Hal. 113 Cherry J.D. 2004.

15