Makalah Pbl Blok 3 RURI
-
Upload
nur-tasya-ruri-indrawati -
Category
Documents
-
view
229 -
download
7
description
Transcript of Makalah Pbl Blok 3 RURI
Peran dari Glukosamin Terhadap Nyeri pada Lutut
Nur Tasya Ruri
PBL 6
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta Barat 11510
Telp. 021-56942061, Fax. 021-5631731
Pendahuluan
Pada masa kini penyakit nyeri lutut adalah sebuah penyakit yang cukup sering dialami
manusia khususnya pada saat manusia usia senja atau tua. Selain karena karena faktor usia,
masih ada beberapa faktor lain yang turut berperan dalam menyebabkan nyeri lutut ini. Nyeri
lutut atau dikenal sebagai ostearitis adalah penyakit yang cukup menganggu manusia ketika
beraktifitas dikarenakan rasa sakit dan sulitnya untuk bergerak. Hal ini biasanya juga
dijumpai pada atlet-atlet angkat beban, pelari, orang yang memiliki berat badan berlebih serta
kebiasaan yang buruk yang membebani lutut secara berlebihan. Beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi nyeri sendiri ini ada perilaku, lingkungan, usia serta jenis kelamin.
Nyeri sendi juga bisa disebabkan oleh pengapuran pada sendi. Pengapuran sendi
merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh menipisnya tulang rawan sendi. Tulang
rawan berfungsi melapisi setiap ujung tulang pembentuk sendi, sehingga sendi dapat bergerak
bebas tanpa rasa sakit. Jika tulang rawan tersebut menipis, ujung tulang tidak dilapisi lagi
oleh tulang rawan dan akan saling bergesekan secara langsung sehingga mengakibatkan rasa
nyeri. Namun nyeri sendi pada lutut masih dapat diobati dengan pemberian glukosamin dan
kondroitin sulfat. Diharapkan dengan penulisan makalah ini, pembaca dapat memahami
mengenai nyeri sendi, glukosamin serta faktor-faktor yang dapat mempengaruhi nyeri sendi.
Ostheoarthritis
Ostheoarthritis adalah suatu gangguan persendian dimana terjadi perubahan berkurangnya
tulang rawan sendi dan terjadi hipertropi tulang hingga terbentuk tonjolan tulang pada
permukaan sendi (osteopit). Keluhan sakit sendi biasanya hilang-hilanh timbul dan
menyerang hanya beberapa persendian. Pada tahap awal, nyeri sendi timbul bila selesai
1
latihan fisik yang berat dan kemudian hilang setelah istirahat. Keluhan kemudian berlanjut
menjadi kekakuan sendi sewaktu bangun pagi yang hilang dalam waktu 15-30 menit dan
makin berkurang setelah digerakkan1. Klasifikasi Osteorthritis, antara lain ideopathic yang
terbagi menjadi lokal (mencakup tangan, kaki, lutut, pinggul) dan meyeluruh. Sedangkan
sekunder terbagi menjadi yang pertama yaitu trauma (akut dan khronis), kongetinal yang
mencakup lokal (misalnya penyakit Perhes, pergeseran sendi pangal paha yang kongenital,
kepala tulang paha tergelincir dari ronda sendi), faktor mekanik dan displasia tulang. Kedua
adalah metabollik, ketiga endokrin (akromegali, diabetes, dan obesitas) dan terakhir yaitu
penyakit dengan penyebab yang masih belum jelas (Kashin-Beck).2
Ostearthritis biasanya terjadi pada usia di atas 50 tahun. Di Amerika, dilaporkan bahwa
terdapat lebih dari 60.000.000 penderita osteoarthritis, sampai penyakit ini disebut sebagai
penyakit pasca pensiun. Sekitar 300.000 penderita menjalani operasi panggul, terutama
karena menderita osteoarthritis. Sebagian besar penderita osteoarthritis kelihatannya
menderita obesitas. Perempuan lebih banyak menderita osteoarthritis daripada lelaki dan
terutama pada usia lanjut. Sendi yang sering dikenai osteoarthritis antara lain, sendi lutu,
panggul beberapa sendi kecil di tangan.
Dampak dari osteoarthritis ini sendiri dapat berdampak dalam bidang finansial, yakni biaya
pengobatan serta imbalan yang kurang karena kemampuan bekerja sudah berkurang. Dampak
lainnya adalah depresi, kecemasan, perasaan tidak ada yang membantu, terbatasnya pekerjaan
yang bisa dilakukan.1
Lutut
Pada hakekatnya, sendi lutut bergerak sebagai sendi engsel dengan patela menggulir di
kondilus femoralis, kalau sendi lutut melakukan gerak fleksi dan ekstensi. Sendi lutut
merupakan sendi terbesar pada tubuh; kantong suprapatelaris, paling tidak membentang
sepanjang empat jari di atas puncak patela. Sendi tersebut dilengkapi dengan ligamen
kolateral medial dan ligamentum kolateral lateral dan ligamentum krusiatum, untuk
mempertahankan stabilitas.3 Sendi engsel merupakan sebuah tulang dengan kepala berbentuk
bulat yang masuk dengan pas ke dalam rongga berbentuk cangkir pada tulang lain. Sendi ini,
yang dikenal sebagai sendi uniaksial misalnya gerakan fleksi dan ekstensi.4 Sendi engsel
dapat dilihat pada gambar 1.
2
Gambar 1. Sendi Engsel4
Glukosamin
Glukosamin adalah salah satu dari kelompok biokimia yang dikenal sebagai gula amino.
Senyawa dengan rumus kimia C6H13NO5 ini diproduksi secara alami oleh tubuh untuk
membentuk glikosaminoglikan, protein pembentuk tulang rawan. Glukosamin juga
bermanfaat menjaga metabolisme tulang rawan dan membantu memperbaiki tulang rawan
yang rusak atau terkikis. Glukosamin tersedia dalam beberapa bentuk: glukosamin sulfat
(GS) yang distabilkan oleh natrium klorida atau kalium klorida, glukosamin hidroklorida
(GH) dan N-asetil glukosamin (NAG).5
Selain diproduksi tubuh, glukosamin hadir dalam jumlah sedikit pada makanan seperti
udang, lobster, dan kepiting. Glukosamin sintetis tersedia dalam bentuk pil, kapsul atau
suntik, yang mungkin dikombinasi dengan suplemen lain seperti kondroitin. Kondroitin juga
ditemukan dalam tulang rawan dan dilaporkan berfungsi mempertahankan viskositas sendi,
merangsang mekanisme perbaikan tulang rawan, dan menghambat enzim yang memecah
tulang rawan.5
Glukosamin terdapat pada sendi dan salah satu unsur yang penting dalam persendian di
tubuh kita. Glucosami-sulfat(GS) adalah zat alamiah yang terdapat di dalam tubuh dan
berbagai bahan makanan, khususnya daging hewan. Struktur kimianya terdiri dari glukosa
dan glutamin yang sangat penting bagi pemeliharaan keseimbangan dari susunan tulang
rawan. Di samping itu obat ini berdaya menghilangkan rasa nyeri dan memperbaiki fungsi
sendi yang sudah dihinggapi artrose. Glukosamin pada penggunaan lama (setelah 3 tahun)
juga mampu menghentikan proses pelisutan ulang rawan yang sudah cacat.6 Struktur kimia
dari glukosamin ada pada gambar 2.3
Gambar 2. Struktur Glukosamin7
Struktur dan fungsi
Proteoglikan selain ditemui di lutut juga ditemui di cairan vitreosa mata, dinding arteri, dan tulang serta tulang rawan. Proteoglikan adalah komponen utama matriks ekstrasel atau bahan dasar (ground substance) suatu bahan gelatinosa yang membentuk jala antara sel – sel. Proteoglikan berinteraksi dengan protein dalam matriks, misalnya kolagen dan elastin (yang memiliki peran structural) fibrinoktein yang berperan dalam adhesi dan migrasi sel, dan laminan.7
Proteoglikan adalah protein yang mengandung banyak rantai glikosaminoglikan. Glikosaminoglikan adalah polisakarida panjang tidak bercabang yang tersusun dari pengulangan unit – unit disakarida. Sakarida yang berulang – ulang tersebut biasanya mengandung asam uronat dan heksosamina dan sering sulfat. Akibatnya, mereka membawa muatan negative, terdehidrasi dan berfungsi sebagai peluma. Setelah terbentuk, proteoglikan disekresikan dari sel, dengan demikian proteoglikan berfungsi diluar sel. Karena rantai – rantai glikosaminoglikan dengan demikian proteoglikan berfungsi diluar sel. Proteoglikan menempati tempat yang sangat luas dan berfungsi sebagai ‘ saringan molekukar’. Menentukan subtansi mana yang akan mendekati dan meninggalkan sel. Sifat proteoglikan juga berperan menghaslkan kekenyalan pada subtansi seperti tulang rawan, sehingga subtansi tersebut dapat mengalami kompresi dan reekspansi.glikosaminoglikan terikat ke protein, biasanya melekat secara kovalen keresedu serin atau treonin.7
Faktor Penyebab
Pada nyeri lutut terdapat ada beberapa hal yang dapat menyebabkan nyeri lutut itu
sendiri, antara lain :
a. Usia
Pada usia di bawah 45 tahun, penyebab utama nyeri kedua sendi ini adalah peradangan
otot dan kapsul pembungkus sendi akibat peregangan yang berlebihan, seperti misalnya
karena olah raga atau terpeleset. Sementara di atas umur 45 tahun, penyebab utama nyeri
kedua sendi tersebut adalah pengapuran sendi (osteoartritis), bukan penyakit rematik
atau asam urat, seperti keyakinan banyak orang. Osteoarthritis diduga dipengaruhi proses
degeneratif atau ketuaan adalah osteoartritis atau pengapuran karena lebih banyak
menyerang usia di atas 50 tahun.
b. Perilaku
4
Gejala pengapuran sendi stadium dini biasanya berupa nyeri dan kekakuan sendi setelah
lama tidak bergerak, seperti setelah bangun tidur atau duduk dalam waktu yang lama.
Sendi lutut juga terasa sakit apabila digunakan beraktivitas, seperti berjalan dalam waktu
yang lama, naik-turun tangga, atau berjongkok. Sering terdengar bunyi “krek-krek” pada
saat sendi lutut digerakkan.
Pada stadium yang lebih berat, rasa sakit tidak hanya dirasakan ketika beraktivitas, tetapi
juga pada saat istirahat. Pada stadium yang lanjut, selain rasa sakit yang semakin hebat,
sendi lutut menjadi kaku dan bengkok seperti huruf O atau huruf X. Penderita
pengapuran sendi yang berat lazim berjalan pincang.
c. Lingkungan
Lingkungan cukup berpengaruh dalam terjadinya osteoarthritis karena lingkungan yang
menuntut kegiatan yaang cukup berat seperti rumah susun di lantai yang cukup tinggi
sehingga menyebabkan orang-orang harus naik turun tangga, ataupun kuli bangunan
yang kesehariannya kerja berat, lingkungan yang masih belum sadar akan pentingnya
gizi serta mencegah penyakit sebelum penyakit itu sendiri muncul.
d. Jenis Kelamin
Penyakit ostearthritis juga berkaitan dengan osteoporosis. Osteoporosis merupakan
penyakit yang menyerang tulang. Terjadinya osteoporosis akan dapat mengakibatkan
resiko patah tulang. Hilangnya mineral tulang akan mengakibatkan osteoporosis. Gejala
kliniknya meliputi meningkatnya kejadian fraktur kerangka (terutama pada spina,
pergelangan tangan dan paha), kyposis tulang spina akibat fraktur kompresi vertebra
spontan disertai nyeri punggung yang tiba-tiba. Kejadian ini menimpa 1 dari tiap 5
wanita berusia di atas 60 tahun, dan kejadian pada wanita adalah 4 kali lebih banyak dari
pada pria. Hal ini disebabkan karena puncak massa tulang yang dicapainya lebih rendah
dan kehilangan mineral tulang lebih cepat setelah menopause.3
Masa tulang setiap individu ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu: (1) faktor genetik
lebih cenderung oleh adanya osteoporosis dalam keluarga, (2) faktor lingkungan meliputi
kegiatan fisik, tata-gizi, pengaruh buruk, merokok, kafein dan alkohol. kurangnya
aktivitas jasmani dan ketiadaan gaya berat mengakibatkan cepat hilangnya massa tulang
dan keseimbangan kalsium yang negarif. Olahraga melalui latihan yang teratur dapat
meningkatkan massa tulang dan lebih sedikit kehilangan mineral tulang, (3) faktor
Hormonal, androgen meningkatkan massa tulang pada pria dan oestrogen dan juga
progesteron merupakan faktor penting bagi peningkatan massa tulang pada wanita.3-5 5
Pada kasus di skenario dapat diketahui bahwa penyebab dari nyeri lutut pada nenek ini
disebabkan karena berbagai faktor seperti lingkungan, jenis kelamin(perempuan), usia dan
perilaku dari sang nenek tersebut.
Menstruasi
Menstruasi, atau perdarahan periodik normal uterus, merupakan fungsi fisiologi yang
hanya terjadi pada primata betina. Pada dasarnya menstruasi merupakan proses katabolisme
dan terjadi di bawah pengaruh hormon hipofisis dan ovarium. Menstruasi pertama, disebut
menarke, biasanya terjadi pada usia 8-13 tahun. Berakhirnya menstruasi, menopause,
normalnya terjadi pada usia 49-50 tahun. Namun demikian, tindakan pembedahan atau
radiologis dapat menyebabkan menopause artifisial pada usia yang lebih dini.4
Interval antar periode menstruasi bervariasi sesuai usia, keadaan fisik dan emosi serta
lingkungan. Siklus menstruasi normal umumnya tetap setiap 28 hari, tetapi interval 24-32
hari masih dianggap normal kecuali siklusnya sangat tidak teratur. Pada awal dan akhir masa
reproduksi, siklus menstruasi mungkin tidak teratur dan tidak dapat diperkirakan, sebagai
akibat kegagalan ovulasi. Keadaan ini merupakan contoh alamiah perbedaan antara
menstruasi ovulatoir dan anovulatoir. Saat mencapai maturitas, kira-kira dua per tiga wanita
mempertahankan periodisitas yang kurang lebih teratur, kecuali saat hamil, stres atau sakit.
Duurasi rata perdarahan menstruasi adalah 3-7 hari tetapi dapat pula bervariasi.3
Pengobatan
Pengobatan pada nyeri lutut atau osteoartritis dapat dilakukan dengan cara pemberian
glucosamin dan chondroitin. Kombinasi ini kini banyak digunakan pada artrose kronis
dengan efek menghilangkan atau meringankan nyeri dan memperbaiki fungsi dari sendi itu
sendiri. Pembentukan tulang rawan baru distimulir sedangkan perombakannya dihindari,
cacat tulang rawan juga diperbaiki. Rasa nyeri penyakit ini juga dapat dikurangi dengan
berbagai cara lainnya seperti pengompresan atau penyuntikan cairan sinovial ke bagian sendi.
Pengobatanuntuk pengapuran sendi berbeda-beda, tergantung stadium atau tingkatannya,
yakni derajat ringan stadium 1 dan 2, dan derajat berat stadium 3 dan 4.2,6
Pemberian glukosamin pada nenek dapat meringankan sakit pada lututnya serta memperbaiki
fungsi pada sendinya itu sendiri sehingga nyeri dapat terobati.
Penutup
6
Osteoartritis adalah sebuah penyakit yang sering menyerang pada manusia khususnya
usia senja. Namun penyakit ini tidak hanya menyerang manusia pada usia senja karena
penyakit ini dapat menyerang berbagai usia karena berbagai faktor seperti aktifitas berat,
olahraga, lingkungan serta jenis kelamin. Perempuan lebih rentan terkena penyakit ini karena
faktor dari berbagai hormon. Selain itu terdapat juga pengobatan yang dapat dilakukan
terhadap nyeri lutut ini sesuai dengan stadium dari nyeri itu sendiri.
Daftar Pustaka
1. Delp M. Major diagnosis fisik. Edisi ke-9. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2004: 500-33.
2. Yatim F. Penyakit tulang dan persendian (arthritis atau athilagia). Edisi ke-1. Jakarta:
Pustaka Populer Obor; 2006: 26-9.
3. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2004: 113-6.
4. Tjay HT, Rahardja K. Obat-obat penting khasiat, penggunaan, dan efek-efek
sampingnya. Edisi ke-6. Jakarta: PT Elex Media Koputindo; 2007: 321-48.
5. Kartinah NT, Komariyah L, Giriwijoyo S. Sport Medicine. Jakarta: Fakultas
Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Indonesia; 2006: 16-27.
6. Benson RC, Pernoll MC. Buku saku obstetri dan ginekologi. Edisi ke-9. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009: 46-50.
7. Marks DB, Marks AD, Smith CM. Biokimia kedokteran dasar. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.;2008:450-2
7