Makalah PBL Blok 21 Hellen

23
Karsinoma pada Kelenjar Parotis Hellen Marsella 102013179 Fakultas kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Arjuna Utara No. 06, Tanjung Duren, Jakarta Barat 11510, E-mail : [email protected] Pendahuluan Kelenjar saliva memiliki fungsi utama dari kelenjar liur adalah produksi air liur. Produksi air liur setiap hari 500 sampai 1500 milliliter. Air liur penting untuk mempertahankan rongga mulut tetap basah dan melindungi dari trauma kimia, mekanik dan suhu. Kelenjar ludah dibagi menjadi kelenjar ludah major dan minor. Kelenjar ludah major meliputi kelenjar ludah parotis, submandibuler dan sublingual. Saraf fasialis merupakan bagian penting pada anatomi kelenjar parotis. Salah satu kelainan kelenjar parotis adalah adanya pembengkakan atau benjolan pada parotis. Tumor parotis sebagian besar jinak dan terletak di lobus superfisialis. Tumor parotis dapat ditemukan pada semua usia. Tumor jinak sering ditemukan pada dekade ke lima, sedangkan tumor ganas pada dekade ke enam dan tujuh. Diantara tumor jinak parotis yang paling sering adalah adenoma pleoformik. Tumor ganas parotis yang sering dijumpai adalah karsinoma mukoepidermoid. Adanya N.

description

pbl blok 21

Transcript of Makalah PBL Blok 21 Hellen

Page 1: Makalah PBL Blok 21 Hellen

Karsinoma pada Kelenjar Parotis

Hellen Marsella 102013179

Fakultas kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Arjuna Utara No. 06, Tanjung Duren, Jakarta Barat 11510, E-mail : [email protected]

Pendahuluan

Kelenjar saliva memiliki fungsi utama dari kelenjar liur adalah produksi air liur. Produksi

air liur setiap hari 500 sampai 1500 milliliter. Air liur penting untuk mempertahankan rongga

mulut tetap basah dan melindungi dari trauma kimia, mekanik dan suhu.

Kelenjar ludah dibagi menjadi kelenjar ludah major dan minor. Kelenjar ludah major

meliputi kelenjar ludah parotis, submandibuler dan sublingual. Saraf fasialis merupakan bagian

penting pada anatomi kelenjar parotis. Salah satu kelainan kelenjar parotis adalah adanya

pembengkakan atau benjolan pada parotis.

Tumor parotis sebagian besar jinak dan terletak di lobus superfisialis. Tumor parotis

dapat ditemukan pada semua usia. Tumor jinak sering ditemukan pada dekade ke lima,

sedangkan tumor ganas pada dekade ke enam dan tujuh. Diantara tumor jinak parotis yang paling

sering adalah adenoma pleoformik. Tumor ganas parotis yang sering dijumpai adalah karsinoma

mukoepidermoid. Adanya N. Fasialis yang berjalan (berada) di dalam kelenjar parotis

menyebabkan pembedahan tumor parotis tergolong sulit. Ini disebabkan karena selain

mengeluarkan seluruh tumornya, harus dilakukan upaya maksimal untuk mempertahankan

(preservasi) N. Fasialis. Diantara tumor kelenjar liur yang terbanyak adalah tumor parotis, sekitar

75% sampai 85 %. 1

Keganasan pada kelenjar liur sebagian besar asimtomatik, tumbuhnya lambat, dan

berbentuk massa soliter. Rasa sakit didapatkan hanya 10-29% pasien dengan keganasan pada

kelenjar parotisnya. Rasa nyeri yang bersifat episodik mengindikasikan adanya peradangan atau

obstruksi daripada akibat dari keganasan itu sendiri.

Page 2: Makalah PBL Blok 21 Hellen

Pembahasan

Anatomi dan Fisiologi

Kelenjar ludah adalah kelenjar tubuloasiner. Secara embriologis kelenjar berasal dari

lapisan germinal ektodermal dan lapisan germinal endodermal. Kelenjar ludah dapat dibagi

dalam dua golongan kelenjar ludah besar (major) yang terdiri dari tiga pasang kelenjar; kelenjar

ludah parotis, submandibuler dan sublingual. Dan, kelenjar ludah kecil (minor), kelenjar-kelenjar

ini jumlahnya banyak dan ukurannya kecil-kecil. Kelenjar ludah minor menempati mukosa pipi

(buccal) dan mukosa faring. Yang terpenting dalam llmu Bedah dari semua kelenjar ludah di atas

adalah kelenjar ludah parotis karena kelainan terbanyak ditemukan pada kelenjar ini.2

Kelenjar ludah adalah kelenjar majemuk bertandan, yang berarti terdiri atas gabungan

kelompok alveoli bentuk kantong dan yang membentuk lubang-lubang kecil. Saluran-saluran

dari setiap alveolus bersatu membentuk saluran yang lebih besar dan yang menghantar sekretnya

ke saluran utama dan melalui ini sekret dituangkan ke dalam mulut. Kelenjar ludah yang utama

ialah kelenjar parotis, submandibularis dan sublingualis.3

Kelenjar parotis ialah yang terbesar. Satu di sebelah kiri dan satu di sebelah kanan dan

terletak dekat di depan agak ke bawah telinga. Sekretnya dituangkan ke dalam mulut melalui

saluran parotis atau saluran Stenson, yang bermuara di pipi sebelah dalam, berhadapan dengan

geraham (molar) kedua atas. Ada dua struktur penting yang melintasi kelenjar parotis, yaitu

arteri karotis eksterna dan saraf kranial ketujuh (saraf fasialis).3

Kelenjar parotis menempati posisi disekitar liang telinga. Kelenjar ini terletak di bagian

luar otot masseter dengan batas atas pada zygomaticus, bagian bawah dibatasi otot digastrikus,

bagian belakang dibatasi liang telinga dan bagian depan otot sternocleidomastoideus. Kelenjar

parotis bermuara pada pipi melalui duktus Stenson yang keluar kira-kira di daerah molar ke dua

rahang atas. Kelenjar parotis ditembus oleh saraf fasialis dan membagi dua kelenjar ini menjadi

lobus superfisial dan profunda. Sebenarnya pembagian lobus ini sifatnya sebagai lobus imaginer

saja karena secara anatomis tidak ada batas yang tegas antara lobus profunda dan lobus

superfisial. Saraf fasialis setelah keluar dari foramen stylomastoideus (disebut trunkus saraf

fasialis) bercabang dua: temporo zygomaticus dan cervico-facial. Dari kedua cabang ini

Page 3: Makalah PBL Blok 21 Hellen

terbentuk lima cabang lain yaitu cabang-cabang: temporal, zygomaticus, buccal, mandibular dan

cervical.2

Pada operasi-operasi tumor jinak parotis penyelamatan saraf ini penting karena putusnya

salah satu cabang mengakibatkan kelumpuhan otot wajah yang bersangkutan. Pengenalan

cabang-cabang saraf fasialis pada operasi harus dilakukan.2

Kelenjar submandibularis nomor dua besarnya sesudah kelenjar parotis. Terletak di

bawah kedua sisi tulang rahang, dan berukuran kira-kira sebesar buah kenari. Sekretnya

dituangkan ke dalam mulut melalui saluran submandibularis atau saluran Wharton, yang

bermuara di dasar mulut, dekat frenulum linguae.1

Kelenjar sublingualis adalah yang terkecil. Letaknya di bawah lidah di kanan dan kiri

frenulum linguae dan menuangkan sekretnya ke dalam dasar mulut melalui beberapa muara

kecil..3

Fungsi kelenjar ludah ialah mengeluarkan saliva, yang merupakan cairan pertama yang

mencernakan makanan. Deras aliran saliva dirangsang oleh adanya makanan dalam mulut,

melihat, membaui, dan memikirkan makanan. Setiap kelenjar ludah dapat terkena infeksi. Tetapi

yang terdahulu terserang adalah kelenjar parotis karena letaknya yang dekat dengan mulut dan

juga karena dapat terjadinya sumbatan saluran parotis. Keadaan ini merupakan salah satu bentuk

parotitis atau parotiditis. Tetapi parotitis yang akut jarang terjadi. Penyakit beguk (gondong)

ialah wabah parotitis (epidemi parotitis).3

Saliva atau ludah adalah cairan yang bersifat alkali. Ludah mengandung musin, enzim

pencerna zat tepung, yaitu ptialin, dan sedikit zat padat. Fungsi ludah bekerja secara fisis dan

secara kimiawi. Kerja fisisnya ialah membasahi mulut, membersihkan lidah, dan memudahkan

orang berbicara. Ludah membasahi makanan agar mudah untuk ditelan. Dan dengan membasahi

makanan itu ludah melarutkan beberapa unsur, sehingga memudahkan kerja kimiawi

terhadapnya. Kerja kimiawi ludah disebabkan enzim ptialin (amilase ludah) yang di dalam

lingkungan alkali bekerja atas zat gula dan zat tepung yang telah dimasak. Ptialin hanya dapat

bekerja atas zat tepung bila pembungkus selulosa pada zat tepung telah pecah, misalnya sesudah

dimasak, dan kemudian tepung yang telah dimasak diubah menjadi sejenis gula yang mudah

Page 4: Makalah PBL Blok 21 Hellen

larut, yaitu maltosa. Kerja ini dimulai di dalam mulut, ludah ditelan bersama dengan makanan

dan kerja ptialin berjalan terus di dalam lambung selama kira-kira dua puluh menit atau sampai

makanan menjadi asam oleh kerja cairan lambung.3

Anamnesis

Anamnesis merupakan salah satu cara untuk mendiagnosis suatu penyakit. Secara umum

anamnesis adalah pengambilan data yang dilakukan oleh seorang dokter dengan cara melakukan

serangkaian wawancara yang dapat langsung dilakukan terhadap pasien (auto-anamnesis) atau

terhadap keluarganya atau pengantarnya (alo-anamnesis). Pada anamnesis perlu ditanyakan

beberapa hal seperti:

1. Identitas: Menanyakan identitas penting pada pasien seperti nama, umur atau usia, jenis

kelamin, alamat dan pekerjaan.

2. Keluhan utama: Menanyakan apa keluhan atau gejala yang menyebabkan pasien datang

berobat dan lamanya.

3. Riwayat penyakit sekarang (RPS): Cerita kronologis yang terperinci dan jelas tentang

keadaan pasien sebelum ada keluhan sampai dibawa berobat. Pengobatan sebelumnya

dan hasilnya dan perkembangan penyakit

4. Riwayat Penyakit Dahulu (RPD): Untuk mengetahui apakah pasien pernah mengalami

penyakit yang sama sebelumnya serta riwayat penyakit lain yang pernah diderita pasien.

5. Riwayat Keluarga: Untuk mengetahui bagaimana status kesehatan keluarga serta mencari

tahu apakah terdapat anggota keluarga yang memiliki penyakit yang sama.

6. Riwayat Psychosocial (sosial): Mengetahui bagaimana lingkungan kerja, sekolah atau

tempat tinggal serta faktor resiko gaya hidup.

Pada kasus diketahui Seorang laki-laki berusia 60 tahun datang kepoliklinik dengan

keluhan benjolan pada bawah telinga kanannya sejak 6 bulan yang lalu. Benjolan dirasa semakin

membesar hingga membuat telinga kanannya terangkat. Selain itu pasien juga mengeluh mata

kanannya tidak dapat menutup sempurna sejak 1 bulan yang lalu. Presentasi yang paling umum

adalah adanya massa di daerah pipi posterior tanpa rasa sakit dan tanpa gejala > 80% pasien.

Sekitar 30% dari pasien mengeluhkan rasa sakit yang terkait dengan massa, meskipun keganasan

Page 5: Makalah PBL Blok 21 Hellen

kelenjar parotis sebagian besar tidak sakit. Kemungkinan besar rasa sakit menunjukkan adanya

invasi perineural yang memungkinkan adanya keganasan pada pasien dengan massa parotis.

Aspek penting yang lain dari anamnesis meliputi lama waktu timbulnya massa, riwayat

lesi kulit sebelumnya atau eksisi lesi parotis. Pertumbuhan massa yang relatif lambat cenderung

jinak. Riwayat adanya karsinoma sel skuamosa, melanoma ganas, atau histiocytoma bersifat

ganas menunjukkan metastasis intraglandular atau metastasis ke kelenjar getah bening parotis.

Kemungkinan besar tumor parotis yang kambuh menunjukkan reseksi awal yang tidak memadai.

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik meliputi nilai keadaan umum pasien secara menyeluruh serta bagaimana

tingkat kesadarannya. Dengan inspeksi dalam keadaan istirahat dan pada pergerakan dapat

ditentukan apakah ada pembengkakan abnormal dan dimana, bagaimana keadaan kulit dan

selaput lendir diatasnya dan bagaimana keadaan fungsi nervus fasialis. Terkadang pada inspeksi

sudah jelas adanya fiksasi ke jaringan sekitar dan tampak adanya trismus. Inspeksi dapat

dilakukan sampai intraoral untuk melihat adakah desakan tonsil atau uvula. Penderita juga harus

diperiksa dari belakang untuk dapat melihat asimetrisitas yang mungkin lolos dari pengamatan.

Palpasi yang dilakukan dengan teliti dapat mengarah ke penilaian lokalisasi tumor

dengan tepat, ukuran (dalam cm), bentuknya, konsistensi, dan hubungan dengan sekelilingnya.

Jika mungkin palpasi harus dilakukan bimanual. Palpasi secara sistematis dari leher untuk

limfadenopati dan tumor Warthin yang jarang terjadi juga harus dilakukan.2

Auskultasi hanya digunakan untuk mengetahui apakah ada bruit atau tidak. Karna massa

atau benjolan umumnya harus mendapatkan suplai darah sehingga menyebabkan suplai darah

bertambah, kemudian menyebabkan terjadinya penyempitan yang fungsional pada dinding arteri

yang dapat menyebabkan terdengarnya suara bruit.4

Pada skenario 8, didapatkan pemeriksaan fisik yaitu teraba benjolan berdiameter kurang

lebih 7 cm, nyeri tekan (+), konsistensi keras, melekat pada jaringan sekitar. Pada palpasi daerah

leher dan supraclavicular teraba adanya pembesaran kelenjar getah bening.

Page 6: Makalah PBL Blok 21 Hellen

Pemeriksaan Penunjang

Biopsi Aspirasi Jarum Halus (BAJAH)

BAJAH merupakan cara yang aman dan cepat untuk mendiagnosis adenoma pleomorfik

parotis, sekalipun keakuratan hasilnya tergantung pada keterampilan dari ahli sitopatologi yang

memeriksa.5,6

Pemeriksaan Radiologi

Sialografi

Pemeriksaan sialografi telah digunakan untuk mendiagnosis tumor parotis sejak dulu,

namun saat ini sudah ditinggalkan dengan adanya CT Scan (Computerized tomografi scan) dan

MRI (Magneticresonance imaging). Dengan pemeriksaan ini massa tumor terlihat mendorong

jaringan parotis dan duktus-duktusnya.7,8

Tomografi Komputer (CT Scan) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI)

Dengan CT Scan, adenoma pleomorfik memberi gambaran berupa massa berbatas tegas,

dengan densitas yang homogen atau heterogen. Densitasnya lebih tinggi dari cairan serous

normal dan jaringan lemak parotis. Gambaran yang heterogen dengan daerah nekrosis, kistik

sering didapatkan karena pada adenoma pleomorfik sering terdapat cairan, lemak darah, dan

kalsifikasi.9,10

Pemeriksaan MRI akan membantu untuk melihat perluasan ke jaringan sekitar. Namun

MRI tidak terlalu penting dilakukan pada massa tumor yang secara histopatologi jinak dan

mudah dipalpasi. Sensitivitas dan spesifisitas CT Scan hampir sama dengan MRI dalam

menentukan lokasi tumor, batas tumor dan infiltrasi ke jaringan sekitar.11

Ultrasonografi (USG)

Dengan USG, adenoma pleomorfik memberikan gambaran massa lembut, hipoekoik dan

sering terlihat seperti massa berlobul. Tumor yang luas memberikan gambaran yang lebih

heterogen. Meskipun dengan USG dapat memperkirakan diagnosis adenoma pleomorfik, namun

CT dan MRI dibutuhkan untuk menilai tumor lebih lengkap.11

Biopsi Terbuka

Biopsi terbuka untuk mendiagnosis tumor parotis jarang dilakukan, bahkan merupakan

kontraindikasi pada benjolan kecil di parotis tanpa tandatanda kearah ganas, seperti pada

adenoma pleomorfik, tumor yang paling sering ditemukan pada daerah ini bersifat kambuh lokal.

Page 7: Makalah PBL Blok 21 Hellen

Diagnosis Kerja

Karsinoma parotis adalah neoplasma maligna yang berasal dari sel epithelial yang terjadi

di kelenjar liur yang terbesar yang terletak di anteroinferior dari telinga yang disebut parotis.

Neoplasma kelenjar liur merupakan kasus yang jarang. Angka kejadian berkisar antara 3-6% dari

semua neoplasma kepala dan leher. Kelenjar parotis yang paling sering terkena yaitu sekitar 805

lalu kelenjar submandibula yang lebih kurang 10-15% serta kelenjar sublingual dan kelenjar liur

minor yang kurang 5%. Angka kejadia neoplasma maligna kelenjar parotis lebih kurang 0,5%

dari seluruh neoplasma.11,12

Neoplasma kelenjar liur biasa terjadi pada orang-orang yang berada pada dekade ke 6.

Neoplasma benigna biasanya terjadi pada usia diatas 40 tahun dan lebih sering terjadi pada

wanita sedangkan neoplasma maloigna diatas 60 tahun dan tersebar merata pada wanita dan pria.

Neoplasma kelenjar liur lebih sering terjadi pada orang dengan ras Kaukasia. Kanker parotis

dimulai sebagai pembekakan di bawah sudut rahang yang jika bertambah besar, membuat daun

telinga terangkat. Pada akhir pertumbuhan kanker menyebabkan mimik di belahan wajah sebelah

berkurang dan hilang sama sekali, mata tidak lagi dapat menutup dengan baik, belahan wajah

yang terkena seakan-akan mati disebabkan oleh kelumpuhan otot wajah. Saraf yang memasok

otot wajah, saraf otak VII (N.Facialis) yang berjalan melintang lewat kelenjar parotis, sudah

digerogoti kanker 11,12

Tumor ganas kelenjar saliva:

1. Karsinoma mucoepidermoid

Merupakan tipe tersering pada anak dan dewasa. Sekitar 50% pada kelenjar parotis.

Tampilan klinis dapat berupa lesi jinak. Keluhan yang sering adalah adanya masa

asimptomatis. Gejala nyeri, fiksasi jaringan sekitar dan paralisis wajah adalah tidak sering

meningkatkan kecurigaan tumor grading tingi. Makroskopik terlihat batas tegas dan mungkin

parsial encapsulated. Terkadang infiltrative dan deferensiasi buruk. Pada cut serface mungkin

mengandung area solid, kistik atau keduanya. Mikroskopik ditandai oleh adanya 2 populasi

sel, yakni sel mucous dan sel epidermoid. Karsinoma mukoepidermoid ini metastasis

utamanya ke kelenjar getah bening, tulang dan paru-paru.

Page 8: Makalah PBL Blok 21 Hellen

2. Adenoid cyctic carcinoma (ACC)

Tumor ini umumnya berlokasi di parotis, submandibula, dan palatum. Tampilan klinis berupa

masa asimptomatis tapi disbanding tipe lain, ACC paling sering muncul dengan nyeri atau

parastesia. Tumor ini cenderung tumbuh disekitar saraf dan menyebar melalui perineural

sheat n.auriculotemporalis ke basis crania atau intracranial.

3. Malignant mixed tumor (carcinoma ex-pleomorphic adenoma)

Tampilan klinis umum berupa masa yang tidak nyeri tetapi terkadang pertumbuhannya cepat.

Nyeri, fiksasi ke kulit dan parese wajah mungkin terjadi dengan berbagai variasi.

Makroskopik terlihat poorly circumscribe, infiltrative, dan masa keras.

4. Adenocarcinoma

Insidenya jarang tapi merupakan tumor yang agresif, cenderung terjadi pada usia 40 tahun,

frekuensi pria dan wanita sama. Tampilan klinis berupa masa yang umunya sangat nyeri dan

tumbuh cepat namun terkadang tidak nyeri dan tumbuh lambat.

5. Acinic cell carcinoma

Umunya muncul pada decade 4-6 kehidupan. Tampilan klinis serupa dengan neoplasma

lainnya yakin masa asimptomatis. Tumor selalu tidak nyeri dan tumbuh perlahan. Acini cell

carcinoma merupakan tumor ganas parotis no.2 pada anak-anak, 80% berada pada daerah

parotis. Gambaran tipikal adalah tumor solid circumscribed atau parsial cystic dengan kapsul

incomplete.

6. Karsinoma sel skuamous

Umumnya sebagai tumor padat, yang tumbuh cepat sering terfiksir ke jaringan lunak dan

kulit disertai nyeri dan parese wajah. Karsinoma sel skuamous kelenjar liur ini agresif

tumbuh cepat dan segera metastasis ke kelenjar getah bening regional.

Tabel 1. Sistem Klasifikasi Tumor Ganas Kelenjar Saliva.13

KELAS T N M

I T1 N0 M0

II T2 N0 M0

III T3 N0 M0

T1-3 N1 M0

IV A T1-3 N2 M0

Page 9: Makalah PBL Blok 21 Hellen

T4a N0-2 M0

IV B T4b Setiap N M0

Setiap T N3 M0

IV C Setiap T Setiap N M1

Ket :

T (tumor)

TX : Tumor primer tidak dapat dinilai

T0 : Tidak ada bukti tumor primer

T1 : Tumor ≤ 2 cm tanpa ekstensi ekstraparenkim

T2 : Tumor > 2 cm, ≤ 4 cm tanpa ekstensi ekstraparenkim

T3 : Tumor > 4 cm atau adanya ekstensi ekstraparenkim

T4a : Tumor menyerang kulit, mandibula, saluran telinga, saraf facial atau beberapa

struktur yang lain

T4b : Tumor menyerang dasar tengkorak/tulang pterygoid atau merusak arteri karotis

N (nodul)

NX : Daerah kelenjar getah bening tidak dapat dinilai

N0 : Tidak ada nodul metastasis pada kelenjar limfa regional

N1 : Nodul < 3 cm pada kelenjar tunggal ipsilateral

N2a : Nodul > 3 cm dan ≤ 6 cm pada kelenjar tunggal ipsilateral

N2b : Metastasis di beberapa kelenjar getah bening ipsilateral, nodul ≤ 6 cm

N2c : Metastasis kelenjar getah bening kontralateral atau bilateral, nodul ≤ 6 c

N3 : Metastasis kelenjar getah bening tunggal atau multipel, nodul > 6 cm

M (metastasis)

MX : Tidak ditemukan metastasis jauh

M0 : Tidak ada metastasis jauh

M1 : Terdapat metastasis jauh

Diagnosis Banding

Parotitis epidemika adalah penyakit virus menyeluruh, akut, yang kelenjar ludahnya

membesar nyeri, terutama kelenjar parotis. Virus ini adalah anggota kelompok paramiksovirus,

yang jiga mencakup parainfluenza dan campak. 85% infeksi terjadi pada anak yang lebih muda

Page 10: Makalah PBL Blok 21 Hellen

dari umur 15 tahun sebelum penyebaran imunisasi, tetapi sekarang penyakit ini sering terjadi

pada orang dewasa muda.14

Virus diisolasi dari ludah, cairan serebrospinal, danrah, urin, otak danjaringan terinfeksi

lainnya. Virus diisolasi dari ludah selama 6 hari sebelum dan sampai 9 hari sesudah munculnya

pembengkakan kelenjar ludah. Penularan agaknya tidak terjadi lebih lama daripada 24 jam

sebelum munculnya pembengkakan atau lebih lambat dari 3 hari sesudah menyembuh. Virus

diisolasi dari urin dari hari pertama sampai ke 14 sesudah mulainya pembengkakan kelenjar

ludah.

Virus yang masuk akan mulai melakukan pembelahan dalam sel saluran pernafasan.

Virus akan dibawa darah ke banyak jaringan, diantaranya ke kelenjar ludah dan kelenjar lain

yang rentan. Masa inkubasi berkisar dari 14 sampai 24 hari, dengan puncak pada 17 sampai 18

hari.14

Adenoma Submandibular merupakan tumor jinak pada kelenjar parotis dan paling

sering terjadi. Bentuk dari tumor ini adalah adanya pembengkakan tanpa rasa nyeri yang

bertahan dalam waktu lama di daerah depan telinga atau daerah kaudal kelenjar parotis. Reseksi

bedah total merupakan satu-satunya terapi. Perawatan sebaiknya dilakukan untuk mencegah

cedera pada saraf fasialis. Adenoma pleomorfik juga merupakan tumor kelenjar submandibular

yang paling sering. Tumor ini paling sering pada palatum dekat garis tengah pada pertemuan

palatum mole dan palatum durum. Lokasi ini juga merupakan lokasi yang paling sering untuk

tumor ganas kelenjar liur.15

Etiologi

Penyebab pasti tumor kelenjar liur belum diketahui secara pasti, dicurigai adanya

keterlibatan faktor lingkungan dan faktor genetik. Paparan radiasi dikaitkan dengan tumor jinak

Warthin dan tumor ganas karsinoma mukoepidermoid. Epstein-Barr virus mungkin merupakan

salah satu faktor pemicu timbulnya tumor limfoepitelial kelenar liur. Kelainan genetik, misalnya

monosomi dan polisomi sedang diteliti sebagai faktor timbulnya tumor kelenjar liur.

Epidemiologi

Tumor pada kelenjar liur relatif jarang terjadi, persentasenya kurang dari 3% dari seluruh

keganasan pada kepala dan leher. Keganasan pada tumor kelenajar liur berkaitan dengan paparan

Page 11: Makalah PBL Blok 21 Hellen

radiasi, faktor genetik, dan karsinoma pada dada. Sebagian besar tumor pada kelenjar liur terjadi

pada kelenjar parotis, dimana 75% - 85% dari seluruh tumor berasal dari parotis dan 80% dari

tumor ini adalah adenoma pleomorphic jinak (benign pleomorphic adenomas).

Patofisiologi

Patofisiologi terjadinya tumor parotis didasarkan pada dua teori utama yaitu :

1. Teori multiseluler

Teori ini menyatakan bahwa tumor kelenjar liur berasal dari diferensiasi sel-sel matur dari

unit-unit kelenjar liur. Seperti tumor asinus berasal dari sel-sel asinar, onkotik tumor berasal

dari sel-sel duktus striated, mixed tumor berasal dari sel-sel duktus interkalated dan

mioepitelial, squamous dan mukoepidermoid karsinoma berasal dari sel-sel duktus

ekskretori. 12,13

2. Teori biseluler

Merupakan teori yang paling banyak digunakan.Teori ini menyatakan bahwa pertumbuhan

sel – sel tumor dipicu oleh pertumbuhan sel – sel cadangan (stem cell) yang berasal dari

sistem duktus kelenjar parotis. Tipe tumor bergantung pada tipe stemcell dan dari diferensiasi

stem cell pada tahap transformasi sel normal menjadi sel tumor. Stem cell dari duktus

intrkalaris akan berkembang menjadi karsinoma kistik adenoid dan karsinoma sel asinik.

Stem cell dari duktus ekskretoris akan berkembang menjadi karsinoma mukoepidermoid.

karsinoma sel skuamosa, dan karsinoma duktus salivaorius.12,13

Manisfestasi klinis

Tumor ganas parotis dimulai sebagai pembengkakan di bawah sudut rahang yang jika

bertambah besar, membuat daun telinga terangkat. Tidak ada nyeri atau keluhan lain. Sampai

akhirnya mimik di belahan wajah sebelah berkurang dan hilang sama sekali, mata tidak dapat

menutup dengan baik, sudut mulut turun dan gerakan di belahan yang terkena menghilang,

belahan wajah yang terkena seakan-akan mati, disebabkan oleh kelumpuhan otot wajah. Saraf

yang memasok otot wajah, saraf ke tujuh (saraf fasialis) yang berjalan melintang lewat kelenjar

parotis, sudah digerogoti oleh tumor ganas.13,16

Keluhan yang dirasakan pasien berupa benjolan yang soliter, tidak nyeri dipre/infra/retro

aurikuler, jika terdapat rasa nyeri sedang sampai berat biasanya terdapat pada keganasan.

Page 12: Makalah PBL Blok 21 Hellen

Terjadinya paralisis nervus facialis pada 2-3% kasus keganasan parotis. Terdapatnya disfagia,

sakit tenggorokan, serta gangguan pendengaran. Dan dapat pula terjadi pembesaran kelenjar

getah bening jika terjadi metastasis. Tanda pada tumor benigna benjolan bias digerakkan, soliter

dan keras. Namun, pada pemeriksaan tumor maligna diperoleh benjolan yang terfiksasi,

konsistensi keras dan cepat bertambah besar.

Penatalaksanaan

1. Operasi

Pilihan pengobatan untuk neoplasma kelenjar parotis adalah melalui pembedahan.

Sebagian besar tumor parotis jinak dan ganas dapat diatasi dengan parotidektomi superfisial

atau total sesuai dengan lokasi tumor dengan preservasi nervus fasilais. Parotidektomi

superfisial adalah tindakan pengangkatan massa tumor dengan kelenjar parotis lobus

superfisial. Parotidektomi total adalah pengangkatan massa tumor dengan seluruh bagian

kelenjar parotis. pada keadaan yang sudah lanjut dimana tumor sudah meluas ke jaringan

sekitar dilakukan parotidektomi radikal, yaitu pengangkatan massa tumor dengan

mandibulektomi, pemotongan kulit atau otot dan pemutusan nervus fasilais. Insisi awal

dibuat di preaurikularis. Insisi kemudian diperlebar kearah posterior, kemudian secara

bertahap ke inferior dan medial pada lekukan leher.13,16

Untuk tumor ganas kelenjar parotis, parotidektomi total atau extended parotidectomy

biasanya dianjurkan. Invasi langsung pada saraf menghalangi perlindungan bagian saraf

tersebut dari keganasan. Harus dilakukan potongan beku untuk menyingkirkan adanya invasi

saraf, dan invasi ini selalu terjadi pada bagian kranial. jika mungkin, dilakukan cangkok saraf

pada waktu reseksi bedah.

2. Radiasi

Meskipun terapi primer tumor ganas kelenjar liur adalah dengan pembedahan, terapi

radiasi juga dianjurkan karena memiliki efek menguntungkan jika digabungkan dengan

pembedahan yaitu meningkatkan hasil terapi. Selain itu berperan sebagai terapi primer untuk

tumor yang sudah tidak dapat direseksi. Ada tiga keadaan di mana terapi radiasi merupakan

indikasi:13,16

Untuk tumor-tumor yang sudah tidak dapat direseksi

Untuk tumor-tumor yang kambuh pasca bedah

Page 13: Makalah PBL Blok 21 Hellen

Tumor derajat tinggi yang dikhawatirkan kambuh pada tepi daerah operasi

Radioterapi sebaiknya dimulai 4-6 minggu setelah pembedahan untuk memberikan

penyembuhan luka operasi yang adekuat. Dapat diberikan 65-70 Gy selama 7-8 minggu.

Terapi radiasi juga merupakan indiksasi untuk keganasan derajat rendah tetapi tepi daerah

operasi masih menjadi tanda tanya atau kurang adekuat. Radiasi telah terbukti dapat

memberantas secara permanen tumor-tumor yang tidak dapat lagi dilakukan pembedahan dan

tumor yang kambuh setelah pembedahan.13,16

3. Kemoterapi

Secara umum, tumor kelenjar liur berespon buruk terhadap kemoterapi, dan kemoterapi

adjuvan saat ini diindikasikan hanya untuk paliatif. Doxorubicin dan agen berbasis platinum

yang paling sering digunakan untuk menginduksi apoptosis dibandingkan dengan obat

doxorubicin yang berbasis menangkap sel tumor. Agen berbasis platinum, dalam kombinasi

dengan mitoxantrone atau vinorelbine, juga efektif dalam mengendalikan keganasan kelenjar

liur yang berulang. Suatu bentuk baru dari fluoropyrimidine 5-fluorouracil disebut

meningkatkan aktivitas melawan sel-sel ganas dan memiliki lebih sedikit efek samping

gastrointestinal yang telah terbukti ampuh melawan kanker ganas kelenjar saliva, selain itu

mempotensiasi efek radioterapi dengan aktivitas apoptosis yang meningkat. 13,16

Prognosis

Prognosis tumor parotis ganas tergantung dari stadium dan ukuran tumor pada saat

ditemukan, ada atau tidak ada paralisis saraf facialis, dan menunjukkan adanya metastasis

servikal. Dan lagi, jenis spesifik dari tumor adalah penting dalam memastikan harapan hidup dan

diperlukan dalam prosedur operasi yang luas. Hal yang sangat menarik bahwa keluhan awal dari

nyeri telah diperlihatkan dalam beberapa penelitian sebagai tanda prognosis yang buruk.13

Simpulan

Kelenjar parotis merupakan kelenjar liur terbesar yang terletak di sisi kanan dan kiri di

daerah telinga bagian bawah. Kelenjar ini bisa mengalami gangguan dengan sebab yang bleum

diketahui pasti. Tumor adalah salah satu kelainan pada kelenjar ini. Jika hal ini terjadi, orang

yang menderita tumor akan mengalami beberapa kesulitan, salah satunya adalah kesulitan

menutup mata secara sempurna. Sebagai terapinya, yang bisa dilakukan adalah dengan

Page 14: Makalah PBL Blok 21 Hellen

pembedahan untuk mengangkat sel-sel tumor itu. Tapi dalam proses pembedahan ini, perlu juga

diperhatikan beberapa komplikasi yang dapat terjadi dan harus sebisa mungkin komplikasinya

itu dicegah.

Daftar Pustaka

1. Kentjono WA. Pembedahan pada tumor parotis dan kanker rongga mulut. Majalah

Kedokteran Tropis Indonesia 2006.

2. Pusponegoro AD, Kartono D, Hutagalung EU. Kumpulan kuliah ilmu bedah. Jakarta: FK

UI. 2000.h.384-88.

3. Pearce EC. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama. 2013. h.220-222.

4. Gleadle J. At a glance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Erlangga. 2005.h.90.

5. Shemen LJ. Salivary Glands: Benign and Malignant disease. 8th Ed.International Edition; 2003.

p. 535-66.

6. Helmus Ch,MD. Subtotal partotidectomy. The Laryngoscope;2000.p.1024-8.

7. Holsinger FC, Bui DT. Anatomy, Function, and Evaluation of Salivary Glands. In: Myers EN,

Ferris RL editors. Salivary Gland Disorders. Springer: Berlin; 2007. p. 1-14.

Page 15: Makalah PBL Blok 21 Hellen

8. Shemen LJ. Salivary Glands: Benign and Malignant diseases. In: Lee KJ. editor. Essential

Otolaryngology Head and Neck Surgery. 8th Ed.International Edition; 2003. p. 535-66.

9. Carroll WR, Morgan CE, DMD, MD. Diseases of the Salivary Glands. In: Balanger editor.

Otorhinolaryngology head and neck surgery. BL.Dekler, London; 2002. p.1441-54.

10. Moonis G. Et al. Imaging Characteristic of Recurrent Pleomorphic Adenoma of the Parotid

Gland. Am J Neuroradiol 2007; 105: 1532-36.

11. Desen, Wan. Tumor Kelenjar Liur. Dalam : Buku ajar onkologi Klinis Edisi 2. Jakarta:

Penerbit FKUI; 2007.h. 304-7.

12. Spiro Ronald, Lim, Dennis. Malignant tumor of salivary gland. In : Springer, surgical

oncology an algorithmic approach. Chicago; Departement og General Surgey Rich

Medical College. 2001.p. 62-7.

13. Concus, Adriane P. Malignant diseases of the salivary glands. In : Lalwani, Anil K. ed.

Current diagnosis & treatment in otolaryngology head & neck surgery. United States :

McGraw-Hill Companies; 2004.p.325-36.

14. Maldonado Y. Parotitis epidemika. Dalam: Behrman RE, Kliegman RM, Alvin AM, editor. Ilmu

kesehatan anak Nelson. Edisi ke-15. Jakarta: EGC; 2000.h.1074-7.

15. Wijaya C. Buku ajar penyakit THT. Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 1997.h.314-1516. Suyatni, Pasaribu ET. Bedah onkologi. Diagnostic dan terapi. Jakarta: Sagung Seto;

2009. h. 121-48.