Makalah Pbl Blok 14 - Osteoartritis

20
Osteoartritis pada Perempuan Usia Lanjut Roykedona Lisa Triksi Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta Pendahuluan Osteoartritis atau yang umumnya disebut ‘pengapuran sendi’, merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak dijumpai di masyarakat belakangan ini. Hal ini dapat diakibatkan oleh adanya perubahan pola hidup dan peningkatan usia harapan hidup penduduk Indonesia. Seiring dengan perkembangan jaman, pola hidup masyarakat juga ikut mengalami perubahan. Perubahan gaya hidup yang ingin semua serba cepat, baik dalam hal transportasi maupun pola makan, juga menjadi salah satu faktor pemicu timbulnya osteoartritis. Aktivitas fisik yang kurang disertai kelebihan berat badan berpotensi menimbulkan pembebanan sendi yang semakin besar, terutama pada sendi-sendi penyangga tubuh, khususnya sendi lutut. Keadaan ini akan semakin buruk bila terjadi pada usia lanjut akibat terjadinya perubahan hormonal yang memicu semakin cepatnya proses degenerasi struktur persendian. Osteoartritis merupakan salah satu penyakit degeneratif dan bersifat progresif. Penyakit ini sangat sering dijumpai pada pasien dengan usia di atas 50 tahun. Gambaran radiologis osteoartritis di Indonesia cukup tinggi, mencapai 15,5% pada pria dan 12,7% pada wanita. Gangguan fungsional akan sangat memberatkan penderita osteoartritis, dimana penderita 1

description

Makalah Pbl Blok 14 FK UKRIDA - Osteoartritis

Transcript of Makalah Pbl Blok 14 - Osteoartritis

Page 1: Makalah Pbl Blok 14 - Osteoartritis

Osteoartritis pada Perempuan Usia Lanjut

Roykedona Lisa Triksi

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta

Pendahuluan

Osteoartritis atau yang umumnya disebut ‘pengapuran sendi’, merupakan salah satu

masalah kesehatan yang banyak dijumpai di masyarakat belakangan ini. Hal ini dapat

diakibatkan oleh adanya perubahan pola hidup dan peningkatan usia harapan hidup penduduk

Indonesia. Seiring dengan perkembangan jaman, pola hidup masyarakat juga ikut mengalami

perubahan. Perubahan gaya hidup yang ingin semua serba cepat, baik dalam hal transportasi

maupun pola makan, juga menjadi salah satu faktor pemicu timbulnya osteoartritis. Aktivitas

fisik yang kurang disertai kelebihan berat badan berpotensi menimbulkan pembebanan sendi

yang semakin besar, terutama pada sendi-sendi penyangga tubuh, khususnya sendi lutut.

Keadaan ini akan semakin buruk bila terjadi pada usia lanjut akibat terjadinya perubahan

hormonal yang memicu semakin cepatnya proses degenerasi struktur persendian.

Osteoartritis merupakan salah satu penyakit degeneratif dan bersifat progresif.

Penyakit ini sangat sering dijumpai pada pasien dengan usia di atas 50 tahun. Gambaran

radiologis osteoartritis di Indonesia cukup tinggi, mencapai 15,5% pada pria dan 12,7% pada

wanita. Gangguan fungsional akan sangat memberatkan penderita osteoartritis, dimana

penderita mengalami kesulitan pada saat bangkit dari duduk, jongkok, berdiri, ataupun

berjalan, naik-turun tangga, dan berbagai aktivitas yang membebani lutut. Sesuai dengan

skenario, seorang seorang perempuan 60 berobat dengan keluhan nyeri pada kedua lutut sejak

2 tahun yang lalu. Perempuan tersebut diduga mengalami osteoartritis. Maka dari itu, untuk

mengetahui secara lengkap dan jelas, penulis akan membahas tentang osteoartritis mulai dari

anamnesis, pemeriksaan fisik, diagnosis dan lain sebagainya.

Alamat korespondensi: Roykedona Lisa Triksi (102011207)Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Terusan Arjuna No.6 Jakarta Barat 11510 Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731 Email : [email protected]

1

Page 2: Makalah Pbl Blok 14 - Osteoartritis

Anamnesis

Menanyakan riwayat penyakit disebut ‘Anamnesa’. Anamnesa berarti ‘tahu lagi’,

‘kenangan’. Jadi anamnesa merupakan suatu percakapan antara penderita dan dokter, peminta

bantuan dan pemberi bantuan. Tujuan anamnesa pertama-tama mengumpulkan keterangan

yang berkaitan dengan penyakitnya dan yang dapat menjadi dasar penentuan diagnosis.

Mencatat (merekam) riwayat penyakit, sejak gejala pertama dan kemudian perkembangan

gejala serta keluhan, sangatlah penting. Perjalanan penyakit hampir selalu khas untuk

penyakit bersangkutan.1 Selain itu tujuan melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik adalah

mengembangkan pemahaman mengenai masalah medis pasien dan membuat diagnosis

banding. Selain itu, proses ini juga memungkinkan dokter untuk mengenal pasiennya, juga

sebaliknya, serta memahami masalah medis dalam konteks kepribadian dan latar belakang

sosial pasien.

Anamnesis yang baik akan terdiri dari identitas (mencakup nama, alamat, pekerjaan,

keadaan sosial ekonomi, budaya, kebiasaan, obat-obatan), keluhan utama, riwayat penyakit

sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit dalam keluarga, kondisi lingkungan

tempat tinggalnya, apakah bersih atau kotor, dirumahnya terdapat berapa orang yang tinggal

bersamanya, yang memungkinkan dokter untuk mengetahui apakah penyakitnya tersebut

merupakan penyakit bawaan atau ia tertular penyakit tersebut.

Anamnesis yang dapat dilakukan pada pasien di skenario adalah sebagai berikut:

1. Anamnesa Umum

Nama, umur, alamat, pekerjaan, status perkawinan. Umur dan pekerjaan disini

merupakan hal penting yang harus ditanyakan pada pasien.

2. Keluhan Utama

Nyeri pada lutut kanan dan kiri sejak 2 tahun yang lalu

Pelengkap: Nyeri pada lutut terutama bertambah saat berjalan, menekuk kaki,

bangun dari duduk yang lama dan saat sholat. Pasien mengatakan saat bangun

tidur lututnya sering terasa kaku juga sekitar 30 menit dan pada lututnya sering

berbunyi “kretek-kretek”

3. Riwayat Penyakit Sekarang

Apakah sedang mengalami suatu penyakit tertentu atau tidak

4. Riwayat Penyakit Dahulu

Sebaiknya, ditanyakan apakah dulu pernah mengalami hal yang sama seperti

sekarang

2

Page 3: Makalah Pbl Blok 14 - Osteoartritis

5. Pola Makan

Sehari-hari makan apa saja

6. Riwayat Penyakit Keluarga

Apakah di keluarganya pernah ada yang mengalami hal yang sama

7. Riwayat Pengobatan

Sudah mengkonsumsi obat apa saja, atau sudah mendapat pengobatan apa

Pemeriksaan

Diagnosis suatu penyakit dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinik yang ditemukan

pada pemeriksaan fisik, terutama sekali bagi penyakit yang memiliki gejala klinik spesifik.

Pemeriksaan yang dilakukan dapat berupa pemeriksaan fisik namun, bagi penyakit yang tidak

memiliki gejala klinik khas, untuk menegakkan diagnosisnya kadang-kadang diperlukan

pemeriksaan laboratorium (diagnosis laboratorium).

1. Pemeriksaan Fisik

Dari pemeriksaan umum dan fisik sering didapat keterangan – keterangan yang

menuju ke arah tertentu dalam usaha membuat diagnosis. Pemeriksaan fisik

dilakukan dengan berbagai cara diantaranya adalah pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan penunjang.

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang

ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit.

Biasanya, pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari bagian kepala

dan berakhir pada anggota gerak yaitu kaki. Pada skenario ini, pemeriksaan fisik

dilakukan dengan pemeriksaan fisik otot dan sendi terutama pada bagian lutut.

Pemeriksaan fisik otot dan sendi ini berupa:

Inspeksi

- Posisi lutut saat berdiri dan berbaring

- Warna kulit, vaskularisasi, pembengkakan, massa di bagian anterior

/posterior, lateral/medial

- Ada tidaknya luka, fistel atau ulkus

Palpasi

- Massa/pembengkakan, nyeri ada/tidak

3

Page 4: Makalah Pbl Blok 14 - Osteoartritis

- Vaskularisasi dan pulsasi pembuluh darah lutut

- Posisi patella (ada dislokasi atau tidak)

Pergerakan

- Fleksi ekstensi dengan ROM: 0-120

- Ada krepitasi atau tidak saat bergerak/digerakan

Selain itu, pemeriksaan fisik juga dilakukan dalam bentuk pemeriksaan tanda-tanda

vital pasien.

Hasil pemeriksaan didapat sebagai berikut:

Suhu : 36,4oC

Nadi : 88x/menit

RR : 20x/menit

Tekanan darah : 130/80 mm Hg

Kesadaran : compos mentis

BB/TB : 80kg / 165cm

Krepitasi : +

Status lokalisasi :

Udem Kalor Nyeri tekan Nyeri gerak Deformitas

Genu sinistra - - - + -

Genu dekstra - - - + -

Beberapa tanda yang dapat ditemukan pada penderita osteoartritis adalah

perubahan gaya berjalan dan postur tubuh, kenaikan suhu sekitar sendi, bengkak

sendi, nyeri raba, krepitus, penurunan kekuatan otot, nodul, dan gangguan fungsi.

Pada perabaan dengan menggunakan punggung tangan akan dirasakan adanya

kenaikan suhu disekitar sendi yang mengalami inflamasi. Bengkak sendi dapat

disebabkan oleh cairan, jaringan lunak atau tulang. Cairan sendi yang terbentuk

biasanya akan menumpuk di sekitar daerah kapsul sendi yang resistensinya paling

lemah dan mengakibatkan bentuk yang khas.2

Krepitus merupakan bunyi berderak yang dapat diraba sepanjang gerakan

struktur yang terserang. Krepitus halus merupakan krepitus yang dapat didengar

dengan menggunakan stetoskop dan tidak dihantarkan ke tulang di sekitarnya.

Keadaan ini ditemukan pada radang sarung tendon, bursa atau sinovia. Pada krepitus

4

Page 5: Makalah Pbl Blok 14 - Osteoartritis

kasar, suaranya dapat terdengar dari jauh tanpa stetoskop dan dapat diraba sepanjang

tulang. Keadaan ini disebabkan kerusakan rawan sendi atau tulang. Pada waktu

palpasi lutut, dapat teraba krepitus pada waktu lutut difleksikan atau diekstensikan.

Hal ini menunjukkan rawan sendi misalnya pada osteoartritis.2,3

2. Pemeriksaan Penunjang

Kegunaan dari pemeriksaan penunjang adalah untuk keakuratan diagnosis

suatu penyakit.

i. Artrosentesis dan Analisis Sendi Lutut

Artrosentesis (aspirasi cairan sendi) dan analisis cairan sendi

merupakan pemeriksaan yang sangat penting di bidang reumatologi, baik

untuk diagnosis maupun tatalaksana penyakit reumatik. Analisis cairan sendi

terdiri dari pemeriksaan makroskopik, mikroskopik, dan beberapa pemeriksaan

khusus sehingga dapat dikelompokkan menjadi tipe non-inflamasi, inflamasi,

purulen, dan haemoragik.

Pemeriksaan makroskopis berupa warna, kejernihan, viskositas, potensi

terbentuknya bekuan, dan volume. Cairan sendi pada penyakit sendi inflamasi

bisa membeku dan kecepatan terbentuknya bekuan berkorelasi dengan derajat

inflamasinya. Cairan sendi normal sangat kental kerena tingginya konsentrasi

polimer hyaluronat. Pada penyakit sendi inflamasi, asam hyaluronat rusak dan

menurunkan viskositas cairan sendi. Penilaian cairan sendi dapat dilakukan

dengan string test atau menggunakan viscometer. Cairan sendi normal tidak

berwarna seperti air atau putih telor. Pada sendi inflamasi, jumlah leukosit dan

eritrosit meningkat. Semakin tinggi jumlah leukosit, cairan sendi akan

berwarna putih atau krem. Pemeriksaan mikroskopis yang dilakukan berupa

hitung jumlah leukosit, hitung jenis leukosit, dan pemeriksaan kristal.

ii. CT Scan

Pemeriksaan CT Scan bertujuan untuk melakukan penilaian pada tumor

tulang sebelum dilakukan tindakan pembedahan, evaluasi fraktur, dan

pemeriksaan kolumna spinalis. Walaupun tidak dapat memberikan hasil

pemeriksaan yang lebih baik dibandingkan MRI, namun CT Scan merupakan

alternatif yang baik dan bermanfaat pada situasi jika diperlukan keterangan

lebih lanjut tentang osteofit dan dapat memperlihatkan kelainan jaringan lunak

5

Page 6: Makalah Pbl Blok 14 - Osteoartritis

lebih baik daripada Foto Polos. Dosis radiasi CT Scan relatif lebih tinggi

dibandingkan dengan satu foto polos pada daerah sama. Berhubung sejumlah

penyakit reumatik berkaitan dengan kelainan paru-paru, cukup beralasan

bahwa pemeriksaan CT Scan dengan resolusi tinggi pada paru-paru dapat

memperlihatkan detil penyakit ang tidak dapat dilihat dengan CT Scan irisan

tebal.2,4

Diagnosis

Proses diagnosa medis merupakan langkah pertama yang dilakukan untuk menangani

suatu penyakit. Proses diagnosa adalah proses yang dilakukan seorang ahli kesehatan untuk

menentukan jenis penyakit yang diderita oleh pasien, kemudian menentukan diagnosis

penyakit pasien tersebut sehingga dapat memberi pengobatan yang tepat dengan jenis

penyakit (etiologik) maupun gejalanya (simptomatik).5

Diagnosa dilakukan berdasarkan prinsip bahwa suatu penyakit dapat dikenali dengan

memperhatikan ciri gejala klinis pada tubuh pasien yang ditimbulkan penyakit tersebut.

Keadaan penyakit yang diderita dapat juga di ukur dengan memperhatikan gejala klinis.

Semua gejala yang teramati kemudian dibandingkan dengan pengetahuan menenai penyakit

dan ciri-cirinya yang dimiliki ahli tersebut, bila terdapat kecocokan maka ahli tersebut dapat

menentukan jenis penyakitnya.5

I. Differential Diagnosis

Differential diagnosis atau diagnosis pembanding merupakan diagnosis yang

dilakukan dengan membanding-bandingkan tanda klinis suatu penyakit dengan tanda

klinis penyakit lain. Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik dan gejala yang dialami

pasien, pasien bias dicurigai menderita beberapa penyakit seperti:

a. Reumatoid Artritis (RA)2,6

Suatu penyakit autoimun dimana persendian secara simetris

mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan

seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi. Reaksi

autoimun dalam jaringan sinovial yang melakukan proses fagositosis yang

menghasilkan enzim–enzim dalam sendi untuk memecah kolagen sehingga

terjadi edema proliferasi membran sinovial dan akhirnya membentuk

pannus. Pannus tersebut akan menghancurkan tulang rawan dan

menimbulkan erosi tulang sehingga akan berakibat menghilangnya

permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi.

6

Page 7: Makalah Pbl Blok 14 - Osteoartritis

Reumatoid artritis kira-kira 2½ kali lebih sering menyerang

perempuan dari pada laki-laki. Insidens meningkat dengan bertambahnya

usia, terutama pada perempuan, insidens puncak adalah antara usia 40

hingga 60 tahun.

Gejala yang ditimbulkan :

1. Kekakuan pagi hari (lamanya paling tidak 1 jam)

2. Arthritis pada tiga atau lebih sendi

3. Arthritis sendi-sendi jari-jari tangan

4. Arthritis yang simetris

5. Nodul reumatoid

6. Faktor reumatoid dalam serum

7. Perubahan-perubahan radiologic (erosi atau dekalsifikasi tulang)

8. Pada RA juga bisa disertai dengan demam, lemah, dan nafsu makan

berkurang

b. Artritis Pirai (Gout)2,6

Secara klinis, gout ditandai dengan timbulnya artritis, tofi, dan batu

ginjal yang disebabkan karena terbentuk dan mengendapnya kristal

monosodium urat. Tofi seringkali terbentuk pada daerah telinga, siku, lutut,

dorsum pedis, dekat tendo Achilles pada metatasofalangeal digiti I, dan

sebagainya. Serangan seringkali terjadi pada malam hari. Daerah khas yang

paling sering mendapat serangan adalah pangkal ibu jari kaki sebelah

dalam, disebut podagra. Bagian ini tampak membengkak, kemerahan, dan

nyeri sekali bila disentuh. Rasa nyeri berlangsung beberapa hari sampai

satu minggu namun kemudian menghilang. Sendi lutut sendiri juga

merupakan predileksi kedua untuk serangan ini.

Manifestasi klinik selanjutnya adalah tofi, tofi merupakan

penimbunan asam urat yang dikelilingi reaksi radang pada sinovia, tulang

rawan, bursa, dan jaringan lunak. Tofi itu sendiri tidak sakit tapi dapat

merusak tulang. Sering timbul di tulang rawan telinga sebagai benjolan

keras. Tofi ini merupakan manifestasi lanjut dari gout yang timbul 5-10

tahun setelah serangan arthritis pertama. Tofi sering pecah dan agak sulit

disembuhkan dengan obat sehingga dapat menyebabkan infeksi sekunder.

7

Page 8: Makalah Pbl Blok 14 - Osteoartritis

Penetapan diagnosis gout berdasarkan Subkomite The American

Rheumatism Association:

A. Adanya kristal urat yang khas dalam cairan sendi.

B. Tofi terbukti mengandung kristal urat berdasarkan pemeriksaan

kimiawi dan mikroskopik dengan sinar terpolarisasi.

C. Diagnosis lain, seperti :

a. Lebih dari sekali mengalami serangan arthritis akut

b. Terjadi peradangan secara maksimal dalam satu hari

c. Oligoarthritis (jumlah sendi meradang kurang dari 4)

d. Kemerahan di sekitar sendi yang meradang

e. Sendi metatarsophalangeal pertama (ibu jari kaki) terasa sakit atau

membengkak

f. Serangan unilateral pada sendi tarsal (jari kaki)

g. Tophus (deposit besar dan tidak teratur dari natrium urat) di

kartilago artikular (tulang rawan sendi) dan kapsula sendi

h. Hiperurisemia

i. Pembengkakan sendi secara asimetris (satu sisi tubuh saja)

II. Work Diagnosis

Work Diagnosis atau diagnosis kerja merupakan suatu kesimpulan berupa

hipotesis tentang kemungkinan penyakit yang ada pada pasien. Setiap diagnosis kerja

haruslah diiringi dengan diagnosis banding.7

Berdasarkan gejala-gejala yang timbul dapat disimpulkan kalau pasien

perempuan tersebut menderita osteoartritis. Gangguan ini sedikit lebih banyak pada

wanita daripada pria dan terutama ditemukan pada orang-orang yang berusia lebih dari

45 tahun. Sendi yang paling sering terserang adalah sendi-sendi yang harus memikul beban

tubuh, antara lain lutut, panggul, vertebra lumbal dan servikal.

Etiologi

Osteoartritis adalah gangguan pada sendi yang bergerak. Penyakit ini bersifat kronik,

berjalan progresif lambat, tidak meradang, dan ditandai oleh adanya deteriorasi dan abrasi

rawan sendi dan adanya pembentukan tulang baru pada permukaan persendiaan. Etiologi

Osteoartritis masih belum dapat diketahui secara jelas. Beberapa faktor yang dianggap

sebagai pemicu timbulnya osteoartritis diantaranya faktor umur, jenis kelamin, suku bangsa,

8

Page 9: Makalah Pbl Blok 14 - Osteoartritis

genetik, kegemukan, dan penyakit metabolik, cedera sendi, dan jenis pekerjaan. Gangguan

penyakit ini lebih banyak ditemukan pada wanita dibandingkan pria, terutama wanita berusia

lebih dari 45 tahun. Penyakit ini pernah dianggap sebagai suatu proses penuaan normal, sebab

insidens bertambah dengan meningkatnya usia. Sendi yang paling sering terserang adalah

sendi-sendi yang harus memikul beban tubuh, antara lain lutut, panggul, vertebra lumbal dan

servikal, dan sendi-sendi pada jari.2,6

Epidemiologi

Osteoartritis adalah bentuk penyakit sendi tersering di dunia. Mengenai sekitar 7%

populasi Amerika Serikat; 60% sampai 70% orang berusia lebih dari 65 tahun. Osteoartritis

merupakan salah satu dari penyakit sendi yang paling sering dijumpai di Indonesia, lebih dari

85% pasien osteoarthritis tersebut terganggu aktivitasnya terutama untuk kegiatan jongkok,

naik tangga dan berjalan. Arti dari gangguan jongkok dan menekuk lutut sangat penting bagi

pasien osteoarthritis di Indonesia. Oleh karena banyaknya kegiatan sehari-hari yang

tergantung kegiatan ini khususnya sholat dan buang air besar.

. Terdapat peningkatan risiko seiring dengan pertambahan usia; prevalensi meningkat

dengan cepat pada populasi lansia. Pola penurunan autosomal dominan telah teridentifikasi

pada kelompok osteoartritis tertentu. Faktor resiko osteoartritis primer meliputi peningkatan

usia, obesitas, penggunaan sendi yang berlebihan berulang kali, imobilisasi, dan peningkatan

densitas tulang. Prevalensi keseluruhan 12-15% pada paling sedikit satu sendi, lebih banyak

pada kelompok usia > 65 tahun. Terdapat peningkatan yang seiring dengan bertambahnya

usia, contohnya adalah lebih dari 80% pasien berusia > 75 tahun memiliki bukti radiologis

adanya osteoartritis. Kecenderungan wanita sedikit lebih tinggi secara keseluruhan.8

Patofisiologi

Osteoartritis berdasarkan patogenesisnya dapat dibagi menjadi dua: primer dan

sekunder. Osteoarthritis primer disebut OA idiopatik yaitu OA yang kausanya tidak diketahui

dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik maupun proses perubahan lokal pada

sendi. OA sekunder adalah OA yang didasari oleh adanya kelainan endokrin, inflamasi,

metabolik, pertumbuhan, herediter, jejas mikro dan makro serta imobilisasi yang terlalu lama.

Gambaran patologisnya adalah kerusakan progresif pada kartilago dengan

terbentuknya fisura-fisura dan kemudian bisa sampai denudasi tulang. Hipertrofi tulang

reaktif yang terjadi setelah hilangnya kartilago akan menimbulkan pembentukan osteofit yang

9

Page 10: Makalah Pbl Blok 14 - Osteoartritis

khas. Tulang subkondral di bawahnya mengalami remodelisasi dan mungkin menyebabkan

pembentukan kista dan sklerosis. Tonjolan-tonjolan tulang pada osteofitosis, sklerosis

subkondral, dan kista tampak jelas pada foto rontgen polos dan mnjadi temuan radiologis

utama OA.8

Komponen kartilago mengalami disorganisasi dan degradasi pada OA. Faktor mekanis

yang menyebabkan pelepasan enzim (kolagenase dan stromelysin) menyebabkan pemecahan

proteoglikan dan gangguan kolagen tipe II. Terdapat kehilangan matriks kartilago, terutama

pada permukaan medial kartilago. Sitokin inflamasi (interleukin-1), prostaglandin E2, factor

nekrosis tumor α, interleukin-6 meningkatkan inflamasi sendi dan degradasi kartilago.

Kartilago artikular menjadi overhidrasi dan membengkak. Degradasi matriks dan overhidrasi

mengakibatkan kehilangan kekakuan dan elastisias kompresif pada transmisi yang

memberikan tekanan mekanis besar ke tulang subkondral. Nyeri OA dipercaya diakibatkan

oleh tiga penyebab mayor: nyeri akibat gerakan dari factor mekanis, nyeri saat istirahat akibat

inflamasi synovial, dan nyeri malam hari akibat hipertensi intraoseus.9

Mungkin pengaruh yang terpenting adalah efek penuaan dan efek mekanis. Meskipun

osteoartritis bukan suatu proses wear-and-tear, tidak diragukan lagi bahwa stress mekanis

pada sendi berperan penting dalam pembentukannya. Bukti yang mendukung antara lain

meningkatnya frekuensi osteoarthritis seiring dengan pertambahan usia; timbulnya di sendi

penahan beban; dan meningkatnya frekuensi penyakit pada kondisi yang menimbulkan stress

mekanis abnormal, seperti obesitas dan riwayat deformitas sendi.

Manifestasi Klinik

Gejala utama ialah adanya nyeri pada sendi yang terkena, terutama waktu bergerak.

Umumnya timbul secara perlahan-lahan, mula-mula rasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri

yang berkurang dengan istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi,

krepitasi, pembesaran sendi, dan perubahan gaya berjalan. Lebih lanjut lagi terdapat

pembesaran sendi dan krepitasi tulang. Tempat predileksi osteoartritis adalah sendi

karpometakarpal I, metatarsophalangeal I, apofiseal tulang belakang, lutut dan paha. Pada

phalang distal timbul nodus Heberden dan pada sendi interphalang proksimal timbul nodus

Bouchard. Tanda-tanda peradangan pada sendi tersebut tidak menonjol dan timbul

belakangan, mungkin dijumpai karena adanya sinovitis, terdiri dari nyeri tekan, gangguan

gerak, rasa hangat yang merata, dan warna kemerahan.

10

Page 11: Makalah Pbl Blok 14 - Osteoartritis

Komplikasi

Komplikasi dapat terjadi apabila osteoartritis tidak ditangani dengan serius. Terdapat

dua macam komplikasi yaitu:

1) Komplikasi Kronis

Komplikasi kronis berupa malfungsi tulang yang signifikan, yang terparah ialah terjadi

kelumpuhan

2) Komplikasi Akut

- Micrystaline arthrophy

- Osteonekrosis

- Bursitis

Penatalaksanaan

Pengobatan dibagi atas atas medica mentosa (menggunakan obat–obat yang di minum)

dan juga non-medica mentosa (tidak mengonsumsi obat).

a) Medica mentosa10

Analgesik Oral Non Opiat

Obat-obat ini hanya meringankan gejala nyeri dan inflamasi secara simtomatik.

Golongan obat analgesik ini antara lain salisilat (aspirin/asetosal), para amino

fenol (asetaminofen dan fenasetin), dan pirazolon.

Analgesik Topikal

Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS)

Apabila dengan analgesik oral non opiat dan anagesik topikal tidak berhasil,

dokter akan memberikan OAINS karena obat golongan ini mempunyai sifat

analgesik juga mempunyai efek anti inflamasi. Semua AINS merupakan iritan

mukosa lambung walaupun ada perbedaan gradasi antar nobat. Golongan AINS

yang dapat diberikan antara lain asam mefenamat, diklofenak, ibuprofen,

ketoprofen, naproksen, indometasin, piroksikam, meloksikam, namubuton, dan

nimesulide.

Steroid Intra-Artikuler

Inflamasi kadang dijumpai pada pasien OA. Oleh karena itu, kortikosteroid intra

artikuler dapat mengurangi rasa sakit walaupun hanya dalam waktu singkat.

Steroid dapat menyebabkan kerusakan rawan sendi secara langsung.

11

Page 12: Makalah Pbl Blok 14 - Osteoartritis

b) Non-medica mentosa

Terapi Non-medica mentosa untuk OA meliputi; diet dan olahraga, terapi fisik,

dan pembedahan. Pengaturan diet dan olahraga diperlukan untuk mencegah kelebihan

berat badan yang seringkali menjadi penyebab memburuknya nyeri sendi, terutama

pada sendi-sendi yang harus menopang berat badan. Terapi fisik biasa dilakukan

dengan berendam pada air hangat, atau alat penghangat lain untuk mengurangi nyeri

dan kaku pada sendi. Pembedahan dilakukan Apabila sendi sudah benar-benar rusak

dan rasa sakit sudah terlalu kuat, akan dilakukan pembedahan. Dengan pembedahan,

dapat memperbaiki bagian dari tulang.

Prognosis

Osteoartritis biasanya berjalan lambat, problem utama yang sering dijumpai adalah

nyeri apabila sendi tersebut dipakai dan meningkatnya ketidakstbilan bila harus menanggung

beban, terutama pada lutut. Masalah ini berarti bahwa orang tersebut harus membiasakan diri

dengan cara hidup yang baru. 6

Kesimpulan

Berdasarkan gejala-gejala yang timbul pada pasien, dan setelah dilakukan

pemeriksaan lebih lanjut, maka dapat disimpulkan bahwa pasien menderita osteoartritis.

Penyakit ini bersifat kronik, berjalan progresif lambat, tidak meradang, dan ditandai oleh

adanya abrasi rawan sendi dan adanya pembentukan tulang baru pada permukaan persendian.

Osteoartritis akan sangat mengganggu aktivitas pasien, terutama bila menyerang sendi lutut.

Namun, dengan penanganan yang baik dan teratur, penyakit ini dapat segera diatasi.

12

Page 13: Makalah Pbl Blok 14 - Osteoartritis

DAFTAR PUSTAKA

1. Jong WD. Kanker, apakah itu? Jakarta: Arcan; 2005.h.104.

2. Persatuan Ahli Penyakit Dalam Indonesia. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke-

4 Jilid 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2007.h.1195-291.

3. Bickley LS. Bates Buku Ajar Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan. Edisi ke-8.

Jakarta: EGC; 2009.h.365-9.

4. Patel PR. Lecture Notes Radiologi. Edisi ke-2. Jakarta: Erlangga; 2007.h.168-70.

5. Juanda HA. Solusi tepat bagi penderita TORCH. Solo: PT Wangsa Jatra Lesatari;

2007.h.19.

6. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi ke-6

Volume 2. Jakarta: EGC; 2012.h.1380-9.

7. Gleadle J. At a glance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Penerbit Erlangga;

2005.h.33.

8. Davey P. At a glance medicine. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2005.h.374.

9. Brashers VL. Aplikasi klinis patofisiologi: pemeriksaan dan manajemen. Edisi ke-2.

Jakarta: EGC; 2008.h.351-4.

10. Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI. Farmakologi dan Terapi. Edisi ke-5.

Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2008.h.535-7.

13