MAKALAH mutu kebidanan

39
MAKALAH UPAYA MENURUNKAN ANGKA KEJADIAN ISPA DENGAN MENGGUNAKAN SKLUS PDCA Oleh : 1. Helmiana Nona A. (11.14.1009) 2. Nur Elyana Sari (11.14.1033) 3. Reynaldis Jelita (11.14.1043)

description

makalah mutu

Transcript of MAKALAH mutu kebidanan

MAKALAHUPAYA MENURUNKAN ANGKA KEJADIAN ISPADENGAN MENGGUNAKAN SKLUS PDCA

Oleh :1. Helmiana Nona A. (11.14.1009)2. Nur Elyana Sari(11.14.1033)3. Reynaldis Jelita(11.14.1043)

AKADEMI KEBIDANAN GRIYA HUSADASURABAYA

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas hidayah dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah Mutu Pelayanan Kebidanan yang membahas tentang makalah menurunkan, yang disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah Mutu Pelayanan Kebidanan.Oleh sebab itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sampai terselesaikannya penyusunan makalah ini. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :1. Sugiarti, SKM,M.Kes, Selaku Direktur Akademi Kebidanan Griya Husada.2. Henny Juaria, SKM, M.Kes Selaku Dosen Pembimbing Mata Kuliah Mutu Pelayanan Kabidanan3. Teman-teman yang ikut serta dalam mengerjakan makalah ini

Harapan penulis semoga makalah ini berguna bagi mahasiswi AKBID GRIYA HUSADA pada umumnya, dan bagi penulis sendiri dalam membekali diri sebagai seorang bidan. Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini banyak kekurangan dan kekeliruan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak.

Surabaya, 5 Oktober 2013

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR DAFTAR ISIBAB 1 PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang1.2 Rumusan Masalah1.3 TujuanBAB 2 PEMBAHASAN2.1 Penilaian Mutu2.2 Siklus PDCABAB 3 Tinjauan Kasus3.1 Kasus Semu3.2 Siklus PDCABAB 4 Penutup4.1 Simpulan4.2 SaranDAFTAR PUSTAKA

BAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangDalam GBHN, dinyatakan bahwa pola dasar pembangunan Nasional pada hakekatnya adalah Pembangunan Manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia. Jadi jelas bahwa hubungan antara usaha peningkatan kesehatan masyarakat dengan pembangunan, karena tanpa modal kesehatan niscaya akan gagal pula pembangunan kita. Usaha peningkatan kesehatan masyarakat pada kenyataannya tidaklah mudah seperti membalikkan telapak tangan saja, karena masalah ini sangatlah kompleks, dimana penyakit yang terbanyak diderita oleh masyarakat terutama pada yang paling rawan yaitu ibu dan anak, ibu hamil dan ibu meneteki serta anak bawah lima tahun. Salah satu penyakit yang diderita oleh masyarakat terutama adalah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) yaitu meliputi infeksi akut saluran pernapasan bagian atas dan infeksi akut saluran pernapasan bagian bawah. ISPA adalah suatu penyakit yang terbanyak diderita oleh anak- anak, baik dinegara berkembang maupun dinegara maju dan sudah mampu. dan banyak dari mereka perlu masuk rumah sakit karena penyakitnya cukup gawat. Penyakit-penyakit saluran pernapasan pada masa bayi dan anak-anak dapat pula memberi kecacatan sampai pada,masa dewasa. dimana ditemukan adanya hubungan dengan terjadinya Chronic Obstructive Pulmonary Disease. ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya. 40 % -60 % dari kunjungan diPuskesmas adalah oleh penyakit ISPA. Dari seluruh kematian yang disebabkan oleh ISPA mencakup 20% -30%. Kematian yang terbesar umumnya adalah karena pneumonia dan pada bayi berumur kurang dari 2 bulan. Hingga saat ini angka mortalitas ISPA yang berat masih sangat tinggi. Kematian seringkali disebabkan karena penderita datang untuk berobat dalam keadaan berat dan sering disertai penyulit-penyulit dan kurang gizi. Data morbiditas penyakit pneumonia di Indonesia per tahun berkisar antara 10 -20 % dari populasi balita. Hal ini didukung oleh data penelitian dilapangan (Kecamatan Kediri, NTB adalah 17,8 % ; Kabupaten Indramayu adalah 9,8 %). Bila kita mengambil angka morbiditas 10 % pertahun, ini berarti setiap tahun jumlah penderita pneumonia di Indonesia berkisar 2,3 juta .Penderita yang dilaporkan baik dari rumah sakit maupun dari Puskesmas pada tahun 1991 hanya berjumlah 98.271. Diperkirakan bahwa separuh dari penderita pneumonia didapat pada kelompok umur 0-6 bulan. Program pemberantasan ISPA secara khusus telah dimulai sejak tahun 1984, dengan tujuan berupaya untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian khususnya pada bayi dan anak balita yang disebabkan oleh ISPA, namun kelihatannya angka kesakitan dan kematian tersebut masih tetap tinggi seperti yang telah dilaporkan berdasarkan penelitian yang telah disebutkan diatas.

1.2 Rumusan Masalah1. Bagaimana siklus PDCA.?2. Apa yang dimaksud dengan siklus PDCA.?3. Bagaimana tahap-tahap siklus PDCA.?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui bagaimana konsep siklus PDCA2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan PDCA3. Mengetahui bagimana tahap-tahap siklus PDCA

BAB 2TINJAUAN KASUS

2.1. Penilaian MutuMutu pelayananKesehatanadalah penampilan yang pantas dansesuai (yang berhubungandenganstandar-standar) dari suatu intervensi yang diketahui aman, yang dapatmemberikanhasil kepada masyarakat yang bersangkutan dan yang telah mempunyai kemampuan untuk menghasilkan dampak (Roemer dalam Amirudin, 2007). Mutu merupakan kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan (Saifudin, 2006). Dimensi mutu pelayanan kebidanan adalah : Kompetensi Teknis (Technical competence) Akses terhadap pelayanan (Access to service) Efektivitas (Effectiveness) Efisiensi (Efficiency) Kontinuitas (Continuity) Keamanan (Safety) Hubungan antar manusia (Interpersonal relations) Kenyamanan (AmenitiesMutu pelayanan kebidanan dapat diketahui apabila sebelumnya telah dilakukan penilaian. Dalam praktiknya melakukan penilaian tidaklah mudah, karena mutu dalam pelayanan kebidanan bersifat multidimensional. Artinya setiap orang dapat berbeda persepsi penilaiannya tergantung dari dimensi penilaian yang dipakai.Robert dan Prevost (dalam Saifudin, 2006) menyatakan perbedaan dimensi penilaian yaitu :a. Bagipetugas memenuhi kebutuhan klien, kelancaran komunikasi, keprihatinan dan keramahtamahan petugas terhadap klienb. Bagi penyelengara pelayanan, mutu terkait dengan dimensi kesesuaian pelayanan dengan perkembangan ilmu dan teknologi, serta otonomi profesi sesuai dengan kebutuhan klienc. Bagi penyandang dana, nutu terkait dengan dimensi efisiensi pemakaian dana, kewajaran pembiayaan dan kemampuan menekan beban biaya.Untuk mengatasi adanya perbedaan dimensi ini disepakati bahwa penilaian mutu berpedoman pada hakekat dasar untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan kesehatan (health needs and demannds) klien pengguna pelayanan yang apabila berhasil akan menghasilkan kepuasan (client satisfaction) terhadap pelayanan kebidanan yang diselenggarakan. Maka mutu pelayanan kebidanan menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan dalam menimbulkan rasa puas pada klien. Makin sempurna kepuasan, maka semakin sempurna pelayanan yang dilakukan.Berkaitan dengan kepuasan, terdapatmasalah pokok yang ditemukan yaitu kepuasan bersifat subjektif. Tiap orang memiliki tingkat kepuasan yang berbeda. Sekalipun pelayanan kebidanan telah memuasakan klien, tetapi masih banyak ditemukan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar profesi dan kode etik. Untuk mengatasi masalah ini dilakukan pembatasan, yaitu:a. Pembatasan pada derajat kepuasan pasienPengukuran kepuasan dilakukan tidak secara individual, tetapi yang dipakai adalah kepuasan rata-rata. Pelayanan kebidanan bermutu apabila dapat memuaskan rata-rata klienb. Pembatasan pada upayan yang dilakukanPelayanan kebidanan yang menimbulkan kepuasan harus memenuhi kode etik dan standar pelayanan kebidanan.Mutu pelayanan kebidanan merujuk pada tingkat kesempurnaan yang dapat memuaskan dengan tingkat rata-rata klien serta penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar profesi kebidanan.Menurut Amiruddun (2007) dalam pelakukan penilaian mutu ada tiga pendekatan penilaian mutu, yaitu : a. Struktur Struktur meliputi sarana fisik perlengkapan dan peralatan, organisasi dan manajemen, keuangan, sumber daya manusia lainnya di fasilitas kesehatan. Struktur = input Baik tidaknya struktur sebagai input dapat diukur dari : Jumlah, besarnya input Mutu struktur atau mutu input Besarnya anggaran atau biaya Kewajaran b. Proses Proses merupakan semua kegiatan yang dilaksanakan secara profesional oleh tenaga kesehatan (dokter, perawat dan tenaga profesi lain) dan interaksinya dengan klien Proses mencakup diagnosa, rencanapengobatan, indikasi tindakan, prosedur dan penanganan kasus. Baik tidaknya proses dapat diukur dari : Relevan tidaknya proses itu bagi klien Fleksibilitas dan efektifitas Mutu proses itu sendiri sesuai dengan standar pelayanan yang semestinya Kewajaran, tidak kurang dan tidak berlebihan

c. Outcomes Outcome adalah hasil akhir kegiatan dan tindakan tenaga kesehatan profesional terhadap klien Dapat berarti adanya perubahan derajat kesehatan dan kepuasan baik positif maupun negatif. Outcome jangka pendek adalah hasil dari segala suatu tindakan tertentu atau prosedur tertentu. Outcome jangka panjang adalah status kesehatan dan kemampuan fungsional klien2.2. Siklus PDCAKonsep siklus PDCA pertama kali diperkenalkan oleh Walter Shewhart pada tahun 1930 yang disebut dengan Shewhart cycle.PDCA, singkatan bahasa Inggris dari Plan, Do, Check, Act (Rencanakan, Kerjakan, Cek, Tindak lanjuti), adalah suatu proses pemecahan masalah empat langkah interatif yang umum digunakan dalam pengendalian kualitas. Selanjutnya konsep ini dikembangkan oleh Dr. Walter Edwards Deming yang kemudian dikenal dengan The Deming Wheel(Tjitro, 2009)Metode ini dipopulerkan oleh W. Edwards Deming, yang sering dianggap sebagai bapak pengendalian kualitas modern sehingga sering juga disebut dengan siklus Deming. Deming sendiri selalu merujuk metode ini sebagai siklus Shewhart, dari nama Walter A. Shewhart, yang sering dianggap sebagai bapak pengendalian kualitas statistis. Siklus PDCA berguna sebagai pola kerja dalam perbaikan suatu proses atau system sehaingga mutu pelayanan kesehatan.PDCA merupakan rangkaian kegiatan yang terdiri dari perencanaan kerja, pelaksanaan kerja,pengawan kerja dan perbaikan kerja yang dilakukan terus menerus dan berkesinambungan mutu pelayanan. Siklus PDCA digunakan dalam pelayanan kesehatan untuk penyelesaian masalah dalam rangka peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Secara sederhana siklus PDCA dapat digambarkan sebagai berikut :Siklus PDCA terdiri dari empat tahapan, yaitu:1. Perencanaan ( Plan )Tahapan pertama adalah membuat suatu perencanaan. Perencanaan merupakan suatu upaya menjabarkan cara penyelesaian masalah yang ditetapkan ke dalam unsur-unsur rencana yang lengkap serta saling terkait dan terpadu sehingga dapat dipakaisebagai pedoman dalam melaksanaan cara penyelesaian masalah. Hasil akhir yang dicapai dari perencanaan adalah tersusunnya rencana kerja penyelesaian masalah mutu yang akan diselenggarakan. Rencana kerja penyelesaian masalah mutu yang baik mengandung setidak-tidaknya tujuh unsur rencana yaitu:a. Judul rencana kerja (topic)b. Pernyataantentangmacam dan besarnya masalah mutu yang dihadapi (problem statement)c. Rumusan tujuan umum dan tujuan khusus, lengkap dengan target yang ingin dicapai (goal, objective, and target)d. Kegiatan yang akan dilakukan (activities)e. Organisasi dan susunan personalia pelaksana (organization and personnels) f. Biaya yang diperlukan (budget)g. Tolak ukur keberhasilan yang dipergunakan (milestone)2. Pelaksanaan ( Do )Tahapan kedua yang dilakukan ialah melaksanakan rencana yang telah disusun. Jika pelaksanaan rencana tersebut membutuhkan keterlibatan staf lain di luar anggota tim, perlu terlebih dahulu diselenggarakan orientasi, sehingga staf pelaksana tersebut dapat memahami dengan lengkap rencana yang akan dilaksanakan.Pada tahap ini diperlukan suatu kerjasama dari para anggota dan pimpinan manajerial. Untuk dapat mencapai kerjasama yang baik, diperlukan keterampilan pokok manajerial yaitu:a. Keterampilan komunikasi (communication) untuk menimbulkan pengertian staf terhadap cara pentelesaian mutu yang akan dilaksanakanb. Keterampilan motivasi (motivation) untuk mendorong staf bersedia menyelesaikancara penyelesaian masalah mutu yang telah direncanakanc. Keterampilan kepemimpinan (leadershif) untuk mengkordinasikan kegiatan cara penyelesaian masalah mutu yang dilaksanakand. Keterampilan pengarahan (directing) untuk mengarahkan kegiatan yang dilaksanakan.3. Pemeriksaan ( Check )Tahapan ketiga yang dilakukan ialah secara berkala memeriksa kemajuan dan hasil yang dicapai dan pelaksanaan rencana yang telah ditetapkan. Tujuan dari pemeriksaan untuk mengetahui :a. Sampai seberapa jauh pelaksanaan cara penyelesaian masalahnya telah sesuai dengan rencana yang telah ditetapkanb. Bagian mana kegiatan yang berjalan baik dan bagaian mana yang belum berjalan dengan baikc. Apakah sumberdaya yang dibutuhkan masih cukup tersediad. Apakah cara penyelesaian masalah yang sedang dilakukan memerlukan perbaikan atauUntuk dapat memeriksa pelaksanaan cara penyelesaian masalah, ada dua alat bantu yang sering dipergunakan yakni a. Lembaran pemeriksaan (check list) Lembar pemeriksaan adalah suatu formulir yang digunakan untuk mencatat secara periodik setiap penyimpangan yang terjadi. Langkah pembuatan lembar pemeriksan adalah: Tetapkan jenis penyimpangan yang diamati Tetapkan jangka waktu pengamatan Lakukan perhitungan penyimpanganb. Peta kontrol (control diagram)Petakontrol adalahsuatu peta / grafik yang mengambarkan besarnya penyimpangan yang terjadi dalam kurun waktu tertentu. Peta kontrol dibuat berdasarkan lembar pemeriksaan. Langkah-langkah yang dilakukan dalam pembuatan peta kontrol adalah : Tetapkan garis penyimpangan minimum dan maksimum Tentukan prosentase penyimpangan Buat grafik penyimpangan Nilai grafik4. Perbaikan (Action)Tahapan keempat yang dilakukan adalah melaksanaan perbaikan rencana kerja. Lakukanlah penyempurnaan rencana kerja atau bila perlu mempertimbangkan pemilihan dengan cara penyelesaian masalah lain. Untuk selanjutnya rencana kerja yang telah diperbaiki tersebut dilaksanakan kembali. Jangan lupa untuk memantau kemajuan serta hasil yang dicapai. Untuk kemudian tergantung dari kemajuan serta hasil tersebut, laksanakan tindakan yang sesuai

BAB 3TINJAUAN KASUS

3.3 Kasus SemuDi Rumah Sakit Bejo Angka Kejadian ISPA pada tahun 2007 sekitar 30% dan pada akhir tahun ini yaitu pada tahun 2009 angka kejadian ISPA meningkat menjadi 33%, hal ini berkaitan dengan pengaruh lingkungan seperti pengaruh polusi udara.

3.4 Siklus PDCA1. Perencanaan ( Plan )Rencana kerja penyelesaian masalah pencegahan infeksi :1. Judul rencana kerja (topic)Menurunkan angka kejadian ispa2. Pernyataan tentang macam dan besarnya masalah yang dihadapi (problem statement),3. Rumusan tujuan umum dan tujuan khusus, lengkap dengan target yang ingindicapai (goal, objective, and target)Tujuan umum :Untuk menurunkan angka kejadian ispa Tujuan Khusus : Untuk mencegah penyebaran penyakit ISPA yang ditularkan melalui udara dilingkungan rumah sakit atau lingkungan sekitar. Untuk meminimalkan kejadian ISPApada klien dan dan masyarakat lainnya.Target :Dapat mengurangi angka kejadian ISPA terutama pada balita.

4. Kegiatan yang akan dilakukan (activities) Melakukan pendekatan dengan tokoh masyarakat Melakukan pengumpulan data mengenai penyakit ISPA Membantu dalam mempersiapkan alat-alat untuk penyuluhan (lembar balik,dll) Memberikan pendidikan dan penyuluhan tentang pentingnya pencegahan penyakit ISPA Melengkapi sarana dan prasarana di tempat pelayanan kesehatan. Melakukan pelayanan kesehatan yang efektif dan efisiensi.

5. Metode dan Kriteria Penilaian Proses perbaikan dari pelayanan kesehatan yang menyeluruh terhadap angka kejadian ISPA.

6. Waktu PelaksanaTerlampir

7. PelaksanaPetugas Kesehatan (perawat, bidan, dan tenaga kesehatan yang lainnya)

8. Biaya yang diperlukan (budget)Biayanya untuk sarana serta alat dan bahan yang diperlukan pada tempat pelayanan kesehatan seperti : perlengkapan pelindung (sarung tangan, masker). Tempat pembuangan sampah dengan penutup. Keperluan saat KIE

2. Pelaksanaan ( Do )Pada tahap ini melakukan rencana yang telah disusun: Melakukan pendekatan dengan tokoh masyarakat Melakukan pengumpulan data mengenai penyakit ISPA Membantu dalam mempersiapkan alat-alat untuk penyuluhan (lembar balik,dll) Memberikan pendidikan dan penyuluhan tentang pentingnya pencegahan penyakit ISPA Melengkapi sarana dan prasarana di tempat pelayanan kesehatan. Melakukan pelayanan kesehatan yang efektif dan efisiensi.

3. Pemeriksaan ( Check )Pada tahap ini secara berkala memeriksa kemajuan dan hasil yang dicapai dan pelaksanaan rencana yang telah ditetapkan. Pemeriksaan dilakukan 1 bulan setelah perencanaan, pada tanggal 10 Januari 2013 10 Februari 2013. Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan, semua berjalan dengan perencanaan yang telah ditetapkan.Faktor pendukung terlaksananya perencanaan adalah : Dari segi manusianya ( pasien, keluarga pasien, tenaga kesehatan), biaya, serta fasilitas untuk memenuhi terlaksananya penurunan angka kejadian ISPA. Semua tindakan yang dilakukan oleh pihak pelayanan kesehatan didukung oleh masyarakat yang ada di pelayanan kesehatan ( pasien, keluarga pasien, tenaga kesehatan, dan karyawan ) Pelayanan yang direncanakan berjalan efektif dan efisien.

4. Tindak Lanjut ( Action ) Dari perencanaan yang telah disusun dan penatalaksanaan terhadap kejadian ISPA terdapat faktor-faktor yang mendukung tercapainya suatu tujuan yang telah direncanakan untuk menurunkan kejadian ISPA. Namun, hal ini selalu ada perbaikan yang dilakukan untuk tetap menjaga mutu di Rumah Sakit Bejo. Hal ini berarti terus memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas. Pemberi layanan kesehatan seharusnya terus berupaya memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu kepada seluruh masyarakat khususnya menurunkan angka kejadian ISPABAB 4PEMBAHASAN

4.1 KesimpulanPDCA merupakan rangkaian kegiatan yang terdiri dari perencanaan kerja, pelaksanaan kerja,pengawan kerja dan perbaikan kerja yang dilakukan terus menerus dan berkesinambunganmutu pelayanan. Siklus PDCA digunakan dalam pelayanan kesehatanuntuk penyelesaian masalah dalam rangka peningkatan mutu pelayanan kesehatan.PDCA terdiri dari:1. Planing Yang berisikan hal-hal berikut:a. Judul rencana kerja (topic),b.Pernyataan tentang macam dan besarnya masalah mutu yang dihadapi (problem statement),c.Rumusan tujuan umum dan tujuan khusus, lengkap dengan target yang ingin dicapai (goal, objective, and target),d.Kegiatan yang akan dilakukan (activities),e.Organisasi dan susunan personalia pelaksana (organization and personnels)f.Biaya yang diperlukan (budget),g.Tolak ukur keberhasilan yang dipergunakan (milestone).2. Do (pelaksanaan)3. Check (penilaian)4. Action (perbaikan)

4.2 SaranBagi Petugas Kesehatan1. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang diberikan.2. Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan dengan menjujung tinggi mutu pelayanan sesuai standart.

DAFTAR PUSTAKA

http://kumpulanaskep.com/blog/penilaian-mutu-pelayanan-kebidanan-menggunakan-siklus-pdca/http://hesvaseptoraleza.blogspot.com/2010_04_01_archive.htmlhttp://endryjuliyanto.blogspot.com/2012/02/infeksi-saluran-pernafasan-akut-ispa.htmlhttp://sunuykayai.blogspot.com/2012/06/pengertian-ispa.html

Pelayanan ImmunisasiImunisasi adalah upaya pencegahan penyakit infeksi dengan menyuntikkan vaksin kepada anak sebelum anak terinfeksi. Anak yang diberi imunisasi akan terlindung dari infeksi penyakit-penyakit: sebagai berikut: TBC, Difteri, Tetanus, Pertusis (batuk rejan), Polio, Campak dan Hepatitis B. Dengan imunisasi, anak akan terhindar dari penyakit-penyakit, terhindar dari cacat, misalnya lumpuh karena Polio, bahkan dapat terhindar dari kematian. Imunisasi bermanfaat untuk memberikan kekebalan pada bayi dan anak sehingga tidak mudah tertular penyakit:TBC, tetanus, difteri, pertusis (batuk rejan), polio, campak dan hepatitis. Imunisasi dapat diperoleh di Posyandu, Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling, Praktek dokter atau bidan, dan di Rumah sakit.

Pelayanan imunisasi pada balita dapat disesuaikan dengan jadwal pemberiannya yaitu

6. Konseling pada keluarga balitaKonseling yang dapat diberikan adalah : Pemberian makanan bergizi pada bayi dan balita Pemberian makanan bayi Mengatur makanan anak usia 1-5 tahun. Pemeriksaan rutin/berkala terhadap bayi dan balita peningkatan kesehatan pola tidur, bermain, peningkatan pendidikan seksual dimulai sejak balita (sejak anak mengenal idenitasnya sebagai laki-laki atau perempuan

Penilaian MutuMutu Pelayanan Kesehatan adalah penampilan yang pantas dan sesuai (yang berhubungan dengan standar-standar) dari suatu intervensi yang diketahui aman, yang dapat memberikan hasil kepada masyarakat yang bersangkutan dan yang telah mempunyai kemampuan untuk menghasilkan dampak (Roemer dalam Amirudin, 2007). Mutu merupakan kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan (Saifudin, 2006). Dimensi mutu pelayanan kebidanan adalah : Kompetensi Teknis (Technical competence) Akses terhadap pelayanan(Access to service) Efektivitas (Effectiveness) Efisiensi (Efficiency) Kontinuitas (Continuity) Keamanan (Safety) Hubungan antar manusia (Interpersonal relations) Kenyamanan (AmenitiesMutu pelayanan kebidanan dapat diketahui apabila sebelumnya telah dilakukan penilaian. Dalam praktiknya melakukan penilaian tidaklah mudah, karena mutu dalam pelayanan kebidanan bersifat multidimensional. Artinya setiap orang dapat berbeda persepsi penilaiannya tergantung dari dimensi penilaian yang dipakai.

Robert dan Prevost (dalam Saifudin, 2006) menyatakan perbedaan dimensi penilaian yaitu :a. Bagi pemakai jasa pelayanan, mutu terkait dengan dimensi ketanggapan petugas memenuhi kebutuhan klien, kelancaran komunikasi, keprihatinan dan keramahtamahan petugas terhadap klienb. Bagi penyelengara pelayanan, mutu terkait dengan dimensi kesesuaian pelayanan dengan perkembangan ilmu dan teknologi, serta otonomi profesi sesuai dengan kebutuhan klienc. Bagi penyandang dana, nutu terkait dengan dimensi efisiensi pemakaian dana, kewajaran pembiayaan dan kemampuan menekan beban biaya.Untuk mengatasi adanya perbedaan dimensi ini disepakati bahwa penilaian mutu berpedoman pada hakekat dasar untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan kesehatan (health needs and demannds) klien pengguna pelayanan yang apabila berhasil akan menghasilkan kepuasan (client satisfaction) terhadap pelayanan kebidanan yang diselenggarakan. Maka mutu pelayanan kebidanan menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan dalam menimbulkan rasa puas pada klien. Makin sempurna kepuasan, maka semakin sempurna pelayanan yang dilakukan.Berkaitan dengan kepuasan, terdapat masalah pokok yang ditemukan yaitu kepuasan bersifat subjektif. Tiap orang memiliki tingkat kepuasan yang berbeda. Sekalipun pelayanan kebidanan telah memuasakan klien, tetapi masih banyak ditemukan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar profesi dan kode etik. Untuk mengatasi masalah ini dilakukan pembatasan, yaitu:a. Pembatasan pada derajat kepuasan pasienPengukuran kepuasan dilakukan tidak secara individual, tetapi yang dipakai adalah kepuasan rata-rata. Pelayanan kebidanan bermutu apabila dapat memuaskan rata-rata klienb. Pembatasan pada upayan yang dilakukanPelayanan kebidanan yang menimbulkan kepuasan harus memenuhi kode etik dan standar pelayanan kebidanan.Mutu pelayanan kebidanan merujuk pada tingkat kesempurnaan yang dapat memuaskan dengan tingkat rata-rata klien serta penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar profesi kebidanan.Menurut Amiruddun (2007) dalam pelakukan penilaian mutu ada tiga pendekatan penilaian mutu, yaitu :1. Struktur Struktur meliputi sarana fisik perlengkapan dan peralatan, organisasi dan manajemen, keuangan, sumber daya manusia lainnya di fasilitas kesehatan. Struktur = input Baik tidaknya struktur sebagai input dapat diukur dari : o Jumlah, besarnya input o Mutu struktur atau mutu input o Besarnya anggaran atau biaya o Kewajaran 2. Proses Proses merupakan semua kegiatan yang dilaksanakan secara profesional oleh tenaga kesehatan (dokter, perawat dan tenaga profesi lain) dan interaksinya dengan klien Proses mencakup diagnosa, rencana pengobatan, indikasi tindakan, prosedur dan penanganan kasus. Baik tidaknya proses dapat diukur dari : o Relevan tidaknya proses itu bagi klien o Fleksibilitas dan efektifitas o Mutu proses itu sendiri sesuai dengan standar pelayananyang semestinya o Kewajaran, tidak kurang dan tidak berlebihan o 3. Outcomes Outcome adalah hasil akhir kegiatan dan tindakan tenaga kesehatan profesional terhadap klien Dapat berarti adanya perubahan derajat kesehatan dan kepuasan baik positif maupun negatif. Outcome jangka pendek adalah hasil dari segala suatu tindakan tertentu atau prosedur tertentu. Outcome jangka panjang adalah status kesehatan dan kemampuan fungsional klien2. Siklus PDCAKonsep siklus PDCA pertama kali diperkenalkan oleh Walter Shewhart pada tahun 1930 yang disebut dengan Shewhart cycle.PDCA, singkatan bahasa Inggris dari 'Plan, Do, Check, Act' ('Rencanakan, Kerjakan, Cek, Tindak lanjuti'), adalah suatu proses pemecahan masalah empat langkah interatif yang umum digunakan dalam pengendalian kualitas. Selanjutnya konsep ini dikembangkan oleh Dr. Walter Edwards Deming yang kemudian dikenal dengan The Deming Wheel(Tjitro, 2009)Metode ini dipopulerkan oleh W. Edwards Deming, yang sering dianggap sebagai bapak pengendalian kualitas modern sehingga sering juga disebut dengan siklus Deming. Deming sendiri selalu merujuk metode ini sebagai siklus Shewhart, dari nama Walter A. Shewhart, yang sering dianggap sebagai bapak pengendalian kualitas statistis. Siklus PDCA berguna sebagai pola kerja dalam perbaikan suatu proses atau system sehaingga mutu pelayanan kesehatan.PDCA merupakan rangkaian kegiatan yang terdiri dari perencanaan kerja, pelaksanaan kerja,pengawan kerja dan perbaikan kerja yang dilakukan terus menerus dan berkesinambungan mutu pelayanan. Siklus PDCA digunakan dalam pelayanan kesehatan untuk penyelesaian masalah dalam rangka peningkatan mutu pelayanan kesehatan.

Siklus PDCA terdiri dari empat tahapan, yaitu:1) Perencanaan ( Plan )Tahapan pertama adalah membuat suatu perencanaan. Perencanaan merupakan suatu upaya menjabarkan cara penyelesaian masalah yang ditetapkan ke dalam unsur-unsur rencana yang lengkap serta saling terkait dan terpadu sehingga dapat dipakaisebagai pedoman dalam melaksanaan cara penyelesaian masalah. Hasil akhir yang dicapai dari perencanaan adalah tersusunnya rencana kerja penyelesaian masalah mutu yang akan diselenggarakan. Rencana kerja penyelesaian masalah mutu yang baik mengandung setidak-tidaknya tujuh unsur rencana yaitu:a) Judul rencana kerja (topic),b) Pernyataan tentang macam dan besarnya masalah mutu yang dihadapi (problem statement), c) Rumusan tujuan umum dan tujuan khusus, lengkap dengan target yang ingin dicapai (goal, objective, and target), d) Kegiatan yang akan dilakukan (activities),e) Organisasi dan susunan personalia pelaksana (organization and personnels) f) Biaya yang diperlukan (budget), g) Tolak ukur keberhasilan yang dipergunakan (milestone).2) Pelaksanaan ( Do )Tahapan kedua yang dilakukan ialah melaksanakan rencana yang telah disusun. Jika pelaksanaan rencana tersebut membutuhkan keterlibatan staf lain di luar anggota tim, perlu terlebih dahulu diselenggarakan orientasi, sehingga staf pelaksana tersebut dapat memahami dengan lengkap rencana yang akan dilaksanakan.Pada tahap ini diperlukan suatu kerjasama dari para anggota dan pimpinan manajerial. Untuk dapat mencapai kerjasama yang baik, diperlukan keterampilan pokok manajerial, yaitu :a) Keterampilan komunikasi (communication) untuk menimbulkan pengertian staf terhadap cara pentelesaian mutu yang akan dilaksanakanb) Keterampilan motivasi (motivation) untuk mendorong staf bersedia menyelesaikan cara penyelesaian masalah mutu yang telah direncanakanc) Keterampilan kepemimpinan (leadershif) untuk mengkordinasikan kegiatan cara penyelesaian masalah mutu yang dilaksanakand) Keterampilan pengarahan (directing) untuk mengarahkan kegiatan yang dilaksanakan.3) Pemeriksaan ( Check )Tahapan ketiga yang dilakukan ialah secara berkala memeriksa kemajuan dan hasil yang dicapai dan pelaksanaan rencana yang telah ditetapkan. Tujuan dari pemeriksaan untuk mengetahui :a) Sampai seberapa jauh pelaksanaan cara penyelesaian masalahnya telah sesuai dengan rencana yang telah ditetapkanb) Bagian mana kegiatan yang berjalan baik dan bagaian mana yang belum berjalan dengan baikc) Apakah sumberdaya yang dibutuhkan masih cukup tersediad) Apakah cara penyelesaian masalah yang sedang dilakukan memerlukan perbaikan atauUntuk dapat memeriksa pelaksanaan cara penyelesaian masalah, ada dua alat bantu yang sering dipergunakan yakni a) Lembaran pemeriksaan (check list) Lembar pemeriksaan adalah suatu formulir yang digunakan untuk mencatat secara periodik setiap penyimpangan yang terjadi. Langkah pembuatan lembar pemeriksan adalah: Tetapkan jenis penyimpangan yang diamati Tetapkan jangka waktu pengamatan Lakukan perhitungan penyimpanganb) Peta kontrol (control diagram)Peta kontrol adalahsuatu peta / grafik yang mengambarkan besarnya penyimpangan yang terjadi dalam kurun waktu tertentu. Peta kontrok dibuat bedasarkan lembar pemeriksaan. Langkah-langkah yang dilakukan dalam pembuatan peta kontrol adalah : Tetapkan garis penyimpangan minimum dan maksimum Tentukan prosentase penyimpangan Buat grafik penyimpangan Nilai grafik4) Perbaikan (Action)Tahapan keempat yang dilakukan adalah melaksanaan perbaikan rencana kerja. Lakukanlah penyempurnaan rencana kerja atau bila perlu mempertimbangkan pemilihan dengan cara penyelesaian masalah lain. Untuk selanjutnya rencana kerja yang telah diperbaiki tersebut dilaksanakan kembali. Jangan lupa untuk memantau kemajuan serta hasil yang dicapai. Untuk kemudian tergantung dari kemajuan serta hasil tersebut, laksanakan tindakan yang sesuai.

A. PENGERTIAN DIAREMenurut WHO (1999) secara klinis diare didefinisikan sebagai bertambahnya defekasi (buang air besar) lebih dari biasanya/lebih dari tiga kali sehari, disertai dengan perubahan konsisten tinja (menjadi cair) dengan atau tanpa darah.Secara klinik dibedakan tiga macam sindroma diare yaitu diare cair akut, disentri, dan diare persisten.Sedangkan menurut menurut Depkes RI (2005), diare adalah suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari .Menurut Simadibrata (2006) diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam.Diare akut diberi batasan sebagai meningkatnya kekerapan, bertambah cairan, atau bertambah banyaknya tinja yang dikeluarkan, akan tetapi hal itu sangat ocialc terhadap kebiasaan yang ada pada penderita dan berlangsung tidak lebih dari satu minggu. Apabila diare berlangsung antara satu sampai dua minggu maka dikatakan diare yang berkepanjangan (Soegijanto, 2002).

B. KLASIFIKASI DIAREDepartemen Kesehatan RI (2000), mengklasifikasikan jenis diare menjadi empat kelompok yaitu: 1. Diare akut: yaitu diare yang berlangsung kurang dari empat belas hari (umumnya kurang dari tujuh hari).2. Disentri; yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya.3. Diare persisten; yaitu diare yang berlangsung lebih dari empat belas hari secara terus menerus.4. Diare dengan masalah lain: anak yang menderita diare (diare akut dan persisten) mungkin juga disertai penyakit lain seperti demam, gangguan gizi atau penyakit lainnya.Menurut Suraatmaja, (2007)di bagi menjadi 2 yaitu:1. Berdasarkan lamanya diare:a. Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari.b. Diare kronik, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan kehilanganberat badan atau berat badan tidak bertambah (failure to thrive) selama masa diare tersebut. 2. Berdasarkan mekanisme patofisiologi.a. Diare sekresi (secretory diarrhea)b. Diare osmotic (osmotic diarrhea)

Diare akut dapat mengakibatkan:1. kehilangan air dan elektrolit serta gangguan asam basa yang menyebabkan dehidrasi, asidosis ocialc dan hypokalemia.2. Gangguan sirkulasi darah, dapat berupa renjatan hipovolemik sebagai akibat diare dengan atau tanpa disertai muntah, 3. Gangguan gizi yang terjadi akibat keluarnya cairan berlebihan karena diare dan muntah (Soegijanto, 2002).

PERMASALAHAN IMUNISASI PADA ANAKLebih baik mencegah daripada mengobati. Kalimat ini cocok benar untuk menggambarkan fungsi imunisasi. Tetapi, mengapa orangtua masih kerap abai dengan tindakan penting ini? Dalam tren dunia kesehaan modern bukan lagi soal pengobatan, tapi pencegahan. Kalau ditunggu anak sakit dulu, biayanya jadi tinggi sekali. Belum nanti antibiotikanya enggak mempan, harus pakai antibiotik yang makin canggih, sehingga tentunya makin mahal. Permasalahan itu ditambah harus dirawat di rumah sakit, bahkan sampai orangtuanya tidak bisa kerja. Kalau semua itu dihitung-hitung, jauh lebih mahal dari biaya vaksin,Banyak orangtua yang menyesali kelalaiannya ketika anak sakit. Beberapa waktu yang lalu, misalnya, orangtua panik karena banyak anak di Indonesia terkena Polio. Sampai-sampai pemerintah perlu mencanangkan Indonesia Bebas Polio. Peristiwa itu seakan membangunkan kita akan pentingnya imunisasi, terutama bagi balita.Imunisasi sangat diperlukan untuk memberikan perlindungan, pencegahan, sekaligus membangun kekebalan tubuh terhdap berbagai penyakit menular maupun penyakit berbahaya yang dapat menimbulkan kecacatan tubuh bahkan kematian.Efektifitas ImunisasiApakah setelah di imunisasi 100% bebas dari penyakit ? Ternya tidak, karena daya perlindungan imunisasi hanya mencapai 96%, jadi tidak mencekal penyakit sampai 100 %, sehingga jangan terburu-buru menyalahkan imunisasinya bila anak sakit, padahal sudah diimunisasi. Apalagi setelah diimunisasi, kekebalan sebenarnya sudah ada dan daya tahan tubuh jadi lebih tinggi, sehingga sakit yang dideritanya tak bakal separah seperti bila tidak diimunisasi.Sangat kecil kemungkinan imunisasi akan mengalami kegagalan. Apalagi, kegagalan imunisasi pada dasarnya dapat dicegah bila semua prosedur dijalankan dengan baik. Imunisasi telah terbukti sangat aman dengan melakukannya sesuai prosedur, seperti pemberian imunisasi sesuai jadwal, vaksinnya disimpan di tempat yang baik, dan tidak kadaluwarsaAmankah Imunisasi ?Masih sering dijumpai orang tua yang menunda bahkan menolak imunisasi. Umumnya lantaran masih ragu terhadap keamanan imunisasi. Hal ini bisa dimengerti karena informasi yang tersebar mengenai dugaan efek samping imunisasi. Salah satu yang paling santer adalah berita anak sakit atau bahkan meninggal setelah mendapatkan vaksin polio. Belum lagi kecurigaan imunisasi menyebabkan autisma.Memang, imunisasi menyebabkan KIPI atau Keadian Ikutan Pasca imunisasi, yakni semua kejadian sakit dan kematian yang terjadi dalam kurun waktu 1 bulan setelah imunisasi. Pada keadaan tertentu, lama pengamatan dapat mencapai 42 hari atau bahkan 6 bulan. Namun sebagian besar KIPI hanya ringan dan akan mereda sendiri. Bahwa reaksi lain yang berat dan tak terduga juga ada, akan tetapi amat jarang terjadi.Yang pasti, vaksin secara umum sudah terbukti aman. Tingkat perlindungan yang diberikan jauh lebih besar ketimbang efek samping yangmungkin timbul. Efek samping imunisasi juga lebih ringan ketimbang efekbila anak tak diimunisasi. Begitupun tuduhan sebagai penyebab autisma, juga tak terbukti. Jadi,tak ada alasan untuk menolak pemberian vaksin selama si kecil dalam kondisi sehat, pertumbuhannya baik, dan tidak memiliki riwayat alergi imunisasi.Imunisasi yang diwajibkanSesuai dengan program organisasi kesehatan dunia WHO (Badan Kesehatan Dunia), pemerintah mewajibkan lima jenis imunisasi bagi anak-anak, yang disebut Program Pengembangan Imunisasi (PPI). Sedangkan tujuh jenis lainnya dianjurkan untuk menambah daya tahan tubuh terhadap beberapa jenis penyakit. Wajib itu artinya semua anak yang tinggal di Indonesia wajib diberikan lima jenis imunisasi untuk mencegah tujuh jenis penyakitMeski penting, namun pemerintah tak mewajibkan semua jenis imunisasi. Hanya ada 5 jenis imunisasi yang wajib diberikan kepada anak yaitu imunisasi BCG (Bacillus Calmette-Guerin), hepatitis B, DTP (Difteri Tetanus Pertusis), Polio, dan campak. Sedangkan imunisasi yang lain sifatnya hanya dianjurkan. Bukan benyakit yang hendap dicekalnya tergolong tak berbahaya, melainkan karena harganya yang relatif mahal dan tak terjangkau oleh banyak keluarga di Indonesia.Imunisasi yang diwajibkan tersebut rinciannya adalah :BCGVaksin BCG diberikan pada bayi sejak lahir, untuk mencegah penyakit TBC. Jika bayi sudah berumur lebih dari tiga bulan, harus dilakukan uji tuberkulin terlebih dulu. BCG dapat diberikan apabila hasil uji tuberkulin negatif.Hepatitis BHepatitis B diberikan tiga kali. Yang pertama dalam waktu 12 jam setelah lahir. Imunisasi ini dilanjutkan saat bayi berumur 1 bulan, kemudian diberikan lagi saat 3-6 bulan.PolioImunisasi yang satu ini belakangan sering didengung-dengungkan pemerintah karena telah memakan korban cukup banyak. Target pemerintah membebaskan anak-anak Indonesia dari penyakit polio. Polio-0 diberikan saat kunjungan pertama setelah lahir. Selanjutnya vaksin ini diberikan 3 kali, saat bayi berumur 2, 4, dan 6 bulan. Pemberian vaksin ini dulang pada usia 18 bulan dan 5 tahun.DTPDTP diberikan untuk mencegah tiga macam penyakit sekaligus, yaitu Difteri, Tetanus, dan Pertusis. Vaksin ini diberikan pertama kali saat bayi berumur lebih dari enam minggu. Lalu saat bayi berumur 4 dan 6 bulan. Ulangan DTP diberikan umur 18 bulan dan 5 tahun. Pada anak umur 12 tahun, imunisasi ini diberikan lagi dalam program BIAS SD kelas VI.CampakCampak pertama kali diberikan saat anak umur 9 bulan. Campak-2 diberikan pada program BIAS SD kelas 1, umur 6 tahun.Baik imunisasi yang diwajibkan maupun yang dianjurkan, ada beberapa yang perlu diulang (booster) agar responnya sesuai harapan. Kalau pengulangan imunisasi tak dilakukan, daya tahan tubuh jadi tak terlalu baik sehingga imunisasipun kurang berhasil.Imunisasi yang tidak diwajibkanSelain tujuh penyakit yang wajib dicegah, ada penyakit-penyakit lain yang bisa dicegah dan ada imunisasinya. Yang ini sifatnya dianjurkan, tergantung orangtuanya. Kalau yang wajib, pemerintah memberikan secara cuma-cuma, jika datang ke instansi kesehatan yang ada di pemerintah, misalnya rumah sakit pemerintah, posyandu, dan puskesmas, kecuali ke dokter swasta, ya, harus bayar. Tapi kalau yang dianjurkan, tidak diberikan secara cuma-cuma, ujar Sri. Vaksin-vaksin tersebut adalah Hib, Pneumokokus (PCV), Influenza, MMR, Tifoid, Hepatitis A, dan Varisela.Hib dan Pneumokokus (PCV) mencegah penyakit paru-paru dan radang otak. Vaksin diberikan mulai umur 2 bulan dengan interval dua bulan, sebanyak 3 kali. Imunisasi Hib kemudian diulang saat anak berumur 15-18 bulan, sedangkan PCV diulang saat anak berusia 12-15 bulan.Vaksin Influenza dapat diberikan setahun sekali sejak umur 6 bulan. Vaksin ini dapat terus diberikan hingga dewasa. MMR merupakan pengulangan vaksin campak, ditambah dengan Gondongan dan Rubela (Campak Jerman). Diberikan saat anak usia 15 bulan dan diulang saat anak berusia 6 tahun.Vaksin lain yang dianjurkan adalah Tifoid untuk mencegah Typus, Hepatitis A, dan Varisela untuk mencegah penyakit cacar air. Tifoid dan Hepatitis A diberikan pada anak usia di atas 2 tahun. Tifoid dapat diulang setiap 3 tahun, sedangkan Hepatitis A hanya diberikan dua kali dengan interval 6-12 bulan. Varisela mulai diberikan saat anak berusia di atas 10 tahun. Kelebihan ImunisasiDalam beberapa kasus seperti buku kesehatan hilang, ganti dokter atau hal yang lain seorang anak mendapatkan imunisasi yang berlebihan. Yang seharusnya sekali tetapi diberikan 2 kali. Berbahayakah hal ini ? Jangan khawatir anak kelebihan imunisasi, tidak ada istilah overdosis dalam imunisasi sebagaimana kalau kelebihan obat. Sejauh ini belum pernah dilaporkan akibat yang ditimbulkan karena imunisasi yang berlebihan. Justru daya tahan anak akan terpacu lagi dan meningkat. Jadi kalau ayah ibu lupa apakah bayinya sudah diimunisasi atau belum, ya diimunisasi saja lagi. Toh, tak ada bahayanya, malah jadi lebih safe.Kondisi Saat ImunisasiAnak yang akan mendapat imunisasi harus dalam kondisi sehat. Karena, imunisasi diberikan dengan memasukkan virus yang dilemahkan atau bagian dari bakteri ke dalam tubuh. Untuk membentuk kekebalan yang tinggi, anak harus dalam kondisi fit. Anak yang sedang sakit, misalnya diare atau demam berdarah, badannya sedang memerangi penyakit. Jika dimasukkan kuman atau virus lain dalam imunisasi, maka tubuhnya akan bekerja sangat berat, sehingga kekebalan yang terbentuk tidak tinggi. Dalam kondisi penyakit ringan seperti diare, batuk-pilek biasa, bukan merupakan indikasi kontra atau diperbolehkan untuk imunisasi. Tapi batuk-pilek atau penyakit dengan demam tinggi, sebaiknya jangan diberikan imunisasi. Harus diwaspadai pada anak yang memiliki kekebalan tubuh yang rendah. Misalnya anak tewrinfeksi TBC, AIDS, atau penyakit berat lain seperti kanker. Berbahaya juga jika anak tengah meminum obat-obat khusus yang menurunkan daya tahan. Jika ada anak yang mengalami kondisi-kondisi seperti itu, harus menunggu hingga ia sembuh, minimal hingga kondisinya sedang bagus. Jika sedang minum obat, ditunggu hingga obatnya selesai.Imunisasi HalalBanyak sekali perdebatan mengenai hukum dari imunisasi terutama mengenai imunisasi polio. Telah kita ketahui bersama bahwa dalam imunisasi polio menggunakan vaksin yang dalam proses pembuatannya menggunakan enzim yang mengandung porcine (babi). Memang semua hal yang mengandung sesuatu yang najis itu adalah haram. Sebelumnya yang menjadi bahan rujukan dari sumber resmi yang berwenang dalam hal pemberian imunisasi yaitu Departemen kesehatan dan Majelis Ulama Indonesia. Ada dua hal penting yang digunakan sebagai landasan atau dasar pemberian imunisasi polio:Vaksinasi polio ini sangat penting agar anak-anak kita tidak tertular virus polio. Virus ini cukup berbahaya. Jika anak terkena sulit untuk diobati. Anak bangsa, khususnya Balita, perlu diupayakan agar terhindar dari penyakit Polio, antara lain melalui pemberian vaksin imunisasi.Vaksin khusus tersebut (IPV) dalam proses pembuatannya menggunakan enzim yang berasal dari porcine (babi), namun dalam hasil akhir tidak terdeteksi unsur babi, dan belum ditemukan IPV jenis lain yang dapat menggantikan vaksin tersebut.Sehingga Departemen Kesehatan perlu mendapatkan fatwa dari MUI untuk menentukan apakah imunisasi polio tersebut halal atau haram. Dan sudah sangat jelas MUI telah mengeluarkan fatwa bahwa imunisasi polio tersebut adalah halal. Itu adalah fatwa menurut MUI, sehingga apabila beberapa orang ada yang berpandangan lain tentu sah-sah saja, namun sebaiknya tidak memprovokasi. Kebebasan memilih tentu merupakan hak setiap orang tua apakah anaknya akan diimunisasi atau tidak.Jika anda merasa yakin anak anda sehat tentu imunisasi polio hanya sebuah pilihan dan bukan merupakan kewajiban. Tapi jika anda awam tentang pengetahuan mengenai kesehatan buah hati anda, maka imunisasi adalah suatu kewajiban. Bukankah dianjurkan untuk menyerahkan sesuatu hal pada ahlinya. Muhammad SAW berkata, Jangan serahkan suatu pekerjaan pada yang bukan ahlinya. Bila dikerjakan oleh yang bukan ahlinya, maka tunggu kehancurannya. Pada kasus ini tidak salah bila kita bersandar pada Depkes dan MUI.Dr Widodo Judarwanto SpA