Makalah Serajah Kebidanan

download Makalah Serajah Kebidanan

of 47

Transcript of Makalah Serajah Kebidanan

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangSejarah, dalam bahasa Indonesia dapat berarti riwayat kejadian masa lampau yang benar-benar terjadi atau riwayat asal usul keturunan (terutama untuk raja-raja yang memerintah).Umumnya sejarah atau ilmu sejarah diartikan sebagai informasi mengenai kejadian yang sudah lampau. Sebagai cabang ilmu pengetahuan, mempelajari sejarah berarti mempelajari dan menerjemahkan informasi dari catatan-catatan yang dibuat oleh orang perorang, keluarga, dan komunitas. Pengetahuan akan sejarah melingkupi: pengetahuan akan kejadian-kejadian yang sudah lampau serta pengetahuan akan cara berpikir secara historis.Pandangan yang lain lagi menyatakan bahwa kekuatan sejarah sangatlah besar sehingga tidak mungkin dapat diubah oleh usaha manusia. Atau, walaupun mungkin ada yang dapat mengubah jalannya sejarah, orang-orang yang berkuasa biasanya terlalu dipusingkan oleh masalahnya sendiri sehingga gagal melihat gambaran secara keseluruhan. Masih ada pandangan lain lagi yang menyatakan bahwa sejarah tidak pernah berulang, karena setiap kejadian sejarah adalah unik. Dalam hal ini, ada banyak faktor yang menyebabkan berlangsungnya suatu kejadian sejarah; tidak mungkin seluruh faktor ini muncul dan terulang lagi. Maka, pengetahuan yang telah dimiliki mengenai suatu kejadian di masa lampau tidak dapat secara sempurna diterapkan untuk kejadian di masa sekarang. Tetapi banyak yang menganggap bahwa pandangan ini tidak sepenuhnya benar, karena pelajaran sejarah tetap dapat dan harus diambil dari setiap kejadian sejarah. Apabila sebuah kesimpulan umum dapat dengan seksama diambil dari kejadian ini, maka kesimpulan ini dapat menjadi pelajaran yang penting.Sejarah menunjukkan bahwa bidan adalah salah satu profesi tertua di dunia sejak adanya peradaban umat manusia. Bidan muncul sebagai wanita terpercaya dalam mendampingi dan menolong ibu yang melahirkan. Peran dan posisi bidan dimasyarakat sangat dihargai dan dihormati karena tugasnya yang sangat mulia, memberi semangat, membesarkan hati, mendampingi, serta menolong ibu yang melahirkan sampai ibu dapat merawat bayinya dengan baik.Sejak zaman pra sejarah, dalam naskah kuno sudah tercatat bidan dari Mesir yang berani ambil resiko membela keselamatan bayi-bayi laki-laki bangsa Yahudi yang diperintahkan oleh Firaun untuk di bunuh. Mereka sudah menunjukkan sikap etika moral yang tinggi dan takwa kepada Tuhan dalam membela orang-orang yang berada dalam posisi yang lemah, yang pada zaman modern ini, kita sebut peran advokasi. Bidan sebagai pekerja profesional dalam menjalankan tugas dan prakteknya, bekerja berdasarkan pandangan filosofis yang dianut, keilmuan, metode kerja, standar praktik pelayanan serta kode etik yang dimilikinya.Dan kemudian secara adaptasi dan naluri budaya, ada wanita lain yang berhati luhur untuk menolong persalinan dengan kecakapan dan pengetahuan yang dipunyainya. Itulah sebabnya maka istilah bidan, yang dalam bahasa Inggris disebut Midwife yang diartikan with women, termasuk perannya membantu kelahiran, dalam arti kelahiran normal, dan bukan suatu tindakan intervensi seperti halnya dokter ahli kebidanan yang praktek (Obtetrician and Ginecolog).Pekerjaaan Kebidanan berlanjut tanpa banyak perubahan sepanjang Abad, bahkan demikian juga pada Zaman abad kegelapan (Jahiliah) dan Abad pertengahan. Dalam prakteknya para bidan menggunakan obat-obat alamiah dari herbal dan sejak berabad-abad, umumnya belajar menggunakan model magang artinya belajar sambil bekerja. Sebagai orang magang, yang didapat adalah keterampilan dan pengetahuan terbagi dan terkumpul dalam dirinya, dan ini berlangsung dari generasi ke generasi tanpa ada perkembangan pendidikan yang terformat atau tersusun, seperti sistem pendidikan pada universitas. Akhirnya kemudian di negara-negara kaya mengembangkan Program-Program terformat atau tersusun sebagai seperti pada sistem pendidikan di Perguruan Tinggi, meskipun sebagian model magang juga masih digunakan sebagian.Salah satu faktor yang menyebabkan terus berkembangnya pelayanan dan pendidikan kebidanan adalah masih tingginya mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin, khususnya dinegara berkembang dan di Negara miskin yaitu sekitar 25-50%.Mengingat hal diatas, maka penting bagi bidan untuk mengetahui sejarah perkembangan pealyanan dan pendidikan kebidanan karena bidan sebagai tenaga terdepan dan utama dalam pelayanan kesehatan ibu dan bayi diberbagai catatan melalui pealyanan wajib mengikuti perkembangan IPTEK dan menambah ilmu Pengetahuannya melalui pendidikan formal atau non formal dan bidan berhak atas kesempatan untuk meningkatkan diri baik melalui pendidikan maupun pelatihan serta meningkatkan jenjang karir dan jabatan yang sesuai.

B. TUJUAN1. Mempelajari dan memajami sejarah perkembangan pelayanan kebidanan yang terjadi dalam lingkup nasional dan internasional.2. Mempelajari dan memahami sejarah perkembangan pendidikan kebidanan yang terjadi dalam lingkup nasional dan internasional.1.

BAB IIPEMBAHASAN

A. Sejarah Pendidikan dan Pelayanan Kebidanan Dalam Negeri1. Sejarah Pendidikan Kebidanan di IndonesiaPerkembangan pendidikan bidan berhubungan dengan perkembangan pelayanan kebidanan. Keduanya berjalan seiring untuk menjawab kebutuhan/tuntutan masyarakat akan pelayanan kebidanan.Yang dimaksud dalam pendidikan ini adalah, pendidikan formal dan nonformal. Pendidikan bidan dimulai pada masa penjajahan Hindia Belanda. Pada tahun 1851 seorang dokter militer Belanda (Dr. W. Bosch) membuka pendidikan bidan bagi wanita pribumi di Batavia. Pendidikan ini tidak berlangsung lama karena kurangnya peserta didik yang disebabkan karena adanya larangan ataupun pembatasan bagi wanita untuk keluaran rumah. Pada tahunan 1902 pendidikan bidan dibuka kembali bagi wanita pribumi di rumah sakit militer di batavia dan pada tahun 1904 pendidikan bidan bagi wanita indo dibuka di Makasar.Lulusan dari pendidikan ini harus bersedia untuk ditempatkan dimana saja tenaganya dibutuhkan dan mau menolong masyarakat yang kurang mampu secara cuma-cuma. Lulusan ini mendapat tunjangan dari pemerintah kurang lebih 15-25 Gulden per bulan. Kemudian dinaikkan menjadi 40 Gulden per bulan (tahun 1922).Tahun 1911/1912 dimulai pendidikan tenaga keperawatan secara terencana di CBZ (RSUP) Semarang dan Batavia. Calon yang diterima dari HIS (SD 7 tahun) dengan pendidikan keperawatan 4 tahun dan pada awalnya hanya menerima peserta didik pria. Pada tahun 1914 telah diterima juga peserta didik wanita pertama dan bagi perawat wanita yang lulus dapat meneruskan kependidikan kebidanan selama dua tahun. Untuk perawat pria dapat meneruskan ke pendidikan keperawatan lanjutan selama dua tahun juga. Pada tahun 1935-1938 pemerintah Kolonial Belanda mulai mendidik bidan lulusan Mulo (Setingkat SLTP bagian B) dan hampir bersamaan dibuka sekolah bidan di beberapa kota besar antara lain Jakarta di RSB Budi Kemuliaan, RSB Palang Dua dan RSB Mardi Waluyo di Semarang. DI tahun yang sama dikeluarkan sebuah peraturan yang membedakan lulusan bidan berdasarkan latar belakang pendidikan.Bidan dengan dasar pendidikannya Mulo dan pendidikan Kebidanan selama tiga tahun tersebut Bidan Kelas Satu (Vreodrouweerste Klas) dan bidan dari lulusan perawat (mantri) di sebut Bidan Kelas Dua (Vreodrouw tweede klas). Perbedaan ini menyangkut ketentuan gaji pokok dan tunjangan bagi bidan. Pada zaman penjajahan Jepang, pemerintah mendirikan sekolah perawat atau sekolah bidan dengan nama dan dasar yang berbeda, namun memiliki persyaratan yang sama dengan zaman penjajahan Belanda. Peserta didik kurang berminat memasuki sekolah tersebut dan mereka mendaftar karena terpaksa, karena tidak ada pendidikan lain.Pada tahun 1950-1953 dibuka sekolah bidan dari lulusan SMP dengan batasan usia minimal 17 tahun dan lama pendidikan tiga tahun. Mengingat kebutuhan tenaga untuk menolong persalinan cukup banyak, maka dibuka pendidikan pembantu bidan yang disebut Penjenjang Kesehatan E atau Pembantu Bidan. Pendidikan ini dilanjutkan sampai tahun 1976 dan setelah itu ditutup. Peserta didik PK/E adalah lulusan SMP ditambah 2 tahun kebidanan dasar. Lulusan dari PK/E sebagian besar melanjutkan pendidikan bidan selama dua tahun.Tahun 1953 dibuka Kursus Tambahan Bidan (KTB) di Yogyakarta, lamanya kursus antara 7 sampai dengan 12 minggu. Pada tahun 1960 KTB dipindahkan ke Jakarta. Tujuan dari KTB ini adalah untuk memperkenalkan kepada lulusan bidan mengenai perkembangan program KIA dalam pelayanan kesehatan masyarakat, sebelum lulusan memulai tugasnya sebagai bidan terutama menjadi bidan di BKIA. Pada tahun 1967 KTB ditutup (discountinued).Tahun 1954 dibuka pendidikan guru bidan secara bersama-sama dengan guru perawat dan perawat kesehatan masyarakat di Bandung. Pada awalnya pendidikan ini berlangsung satu tahun, kemudian menjadi dua tahun dan terakhir berkembang menjadi tiga tahun. Pada awal tahun 1972 institusi pendidikan ini dilebur menjadi Sekolah Guru Perawat (SGP). Pendidikan ini menerima calon dari lulusan sekolah perawat dan sekolah bidan.Pada tahun 1970 dibuka program pendidikan bidan yang menerima lulusan dari Sekolah Pengatur Rawat (SPR) ditambah dua tahun pendidikan bidan yang disebut Sekolah Pendidikan Lanjutan Jurusan Kebidanan (SPLJK). Pendidikan ini tidak dilaksanakan secara merata di seluruh provinsi.Pada tahun 1974 mengingat jenis tenaga kesehatan menengah dan bawah sangat banyak (24 kategori), Departemen Kesehatan melakukan penyederhanaan pendidikan tenaga kesehatan non sarjana.Sekolah bidan ditutup dan dibuka Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) dengan tujuan adanya tenaga multi purpose di lapangan dimana salah satu tugasnya adalah menolong persalinan normal. Namun karena adanya perbedaan falsafah dan kurikulum terutama yang berkaitan dengan kemampuan seorang bidan, maka tujuan pemerintah agar SPK dapat menolong persalinan tidak tercapai atau terbukti tidak berhasil.Pada tahun 1975 sampai 1984 institusi pendidikan bidan ditutup, sehingga selama 10 tahun tidak menghasilkan bidan. Namun organisasi profesi bidan (IBI) tetap ada dan hidup secara wajar.Tahun 1981 untuk meningkatkan kemampuan perawat kesehatan (SPK) dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk kebidanan, dibuka pendidikan Diploma I Kesehatan Ibu dan Anak.Pendidikan ini hanya berlangsung satu tahun dan tidak dilakukan oleh semua institusi. Pada tahun 1985 dibuka lagi program pendidikan bidan yang disebut (PPB) yang menerima lulusan SPR dan SPK. Lama pendidikan satu tahun dan lulusannya dikembalikan kepada institusi yang mengirim.Tahun 1989 dibuka crash program pendidikan bidan secara nasional yang memperbolehkan lulusan SPK untuk langsung masuk program pendidikan bidan. Program ini dikenal sebagai Program Pendidikan Bidan A (PPB/A). Lama pendidikan satu tahun dan lulusannya ditempatkan di desa-desa. Untuk itu pemerintah menempatkan seorang bidan di tiap desa sebagai pegawai negeri sipil (PNS Golongan II). Mulai tahun 1996 status bidan di desa sebagai pegawai tidak tetap (Bidan PTT) dengan kontrak selama tiga tahun dengan pemerintah, yang kemudian dapat diperpanjang 2 x 3 tahun lagi.Penempatan BDD ini menyebabkan orientasi sebagai-baiknya tidak hanya kemampuan klinik, sebagai bidan tapi juga kemampuan untuk berkomunikasi, konseling dan kemampuan untuk menggerakkan masyarakat desa dalam meningkatkan taraf kesehatan ibu dan anak. Program Pendidikan Bidan (A) diselenggarakan dengan peserta didik cukup besar.Diharapkan pada tahun 1996 sebagian besar desa sudah memiliki minimal seorang bidan. Lulusan pendidikan ini kenyataannya juga tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan seperti yang diharapkan sebagai seorang bidan profesional, karena lama pendidikan yang terlalu singkat dan jumlah peserta didik terlalu besar dalam kurun waktu satu tahun akademik, sehingga kesempatan peserta didik untuk praktek klinik kebidanan sangat kurang, sehingga tingkat kemampuan yang dimiliki sebagai seorang bidan juga kurang.Pada tahun 1993 dibuka Program Pendidikan Bidan Program B yang peserta didiknya dari lulusan Akademi Perawat (Akper) dengan lama pendidikan satu tahun. Tujuan program ini adalah untuk mempersiapkan tenaga pengajar pada Program Pendidikan Bidan A. Berdasarkan hasil penelitian terhadap kemampuan klinik kebidanan dari lulusan ini tidak menunjukkan kompetensi yang diharapkan karena lama pendidikan yang terlalu singkat yaitu hanya setahun. Pendidikan ini hanya berlangsung selama dua angkatan (1995 dan 1996) kemudian ditutup.Pada tahun 1993 juga dibuka pendidikan bidan Program C (PPB C), yang menerima masukan dari lulusan SMP. Pendidikan ini dilakukan di 11 Propinsi yaitu : Aceh, Bengkulu, Lampung dan Riau (Wilayah Sumatera), Kalimantan Barat, Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan (Wilayah Kalimantan. Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, Maluku dan Irian Jaya. Pendidikan ini memerlukan kurikulum 3700 jam dan dapat diselesaikan dalam waktu enam semster.Selain program pendidikan bidan di atas, sejak tahun 1994-1995 pemerintah juga menyelenggarakan uji coba Pendidikan Bidan Jarak Jauh (Distance learning) di tiga propinsi yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kebijakan ini dilaksanakan untuk memperluas cakupan upaya peningkatan mutu tenaga kesehatan yang sangat diperlukan dalam pelaksanaan peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Pengaturan penyelenggaraan ini telah diatur dalam SK Menkes No. 1247/Menkes/SK/XII/1994 Diklat Jarak Jauh Bidan (DJJ) adalah DJJ Kesehatan yang ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan bidan agar mampu melaksanakan tugasnya dan diharapkan berdampak pada penurunan AKI dan AKI. DJJ Bidan dilaksanakan dengan menggunakan modul sebanyak 22 buah.Pendidikan ini dikoordinasikan oleh Pusdiklat Depkes dan dilaksanakan oleh Bapelkes di Propinsi. DJJ Tahap I (1995-1996) dilaksanakan di 15 Propinsi, pada tahap II (1996-1997) dilaksanakan di 16 propinsi dan pada tahap III (1997-1998) dilaksanakan di 26 provinsi.Secara kumulatif pada tahap I-III telah diikuti oleh 6.306 orang bidan dan sejumlah 3.439 (55%) dinyatakan lulus. Pada tahap IV (1998-1999) DJJ dilaksanakan di 26 propinsi dengan jumlah tiap propinsinya adalah 60 orang, kecuali Propinsi Maluku, Irian Jaya dan Sulawesi Tengah masing-masing hanya 40 orang dan Propinsi Jambi 50 orang.Dari 1490 peserta belum diketahui berapa jumlah yang lulus karena laporan belum masuk. Selain pelatihan DJJ tersebut pada tahun 1994 juga dilaksanakan pelatihan pelayanan kegawat daruratan maternal dan neonatal (LSS = Life Saving Skill) dengan materi pembelajaran berbentuk 10 modul. Sedang pelaksanaannya adalah Rumah sakit provinsi/kabupaten. Penyelenggara ini dinilai tidak efektif ditinjau dari prosesPada tahun 1996 keluar Keputusan Menteri Pendidikan dan kebudayaan RI No. 009/U/1996 tentang kurikulum baru yang berlaku secara Nasional Program D-III Kebidanan. Pada tahun 1996, IBI bekerja sama dengan Departemen Kesehatan dan American College of Nurse Midwive (ANCM) dan rumah sakit swasta mengadakan Training of Trainer kepada anggota IBI sebanyak 8 orang untuk LSS, yang kemudian menjadi tim pelatih LSS inti di PPIBI. Tim pelatih LSS ini mengadakan TOT dan pelatihan baik untuk bidan di desa maupun bidan praktek swasta.Pelatihan praktek dilaksanakan di 14 propinsi dan selanjutnya melatih bidan praktek swasta secara swadaya, begitu juga guru/dosen dari D3 Kebidanan. 1995-1998, IBI bekerja sama langsung dengan Mother Care melakukan pelatihan dan peer review bagi bidan rumah sakit, bidan Puskesmas dan bidan di desa di Propinsi Kalimantan Selatan.Tahun 2000 Keputusan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan tentang D-IV Kebidanan di FK UGM, FK UNPAD Tahun 2002 di FK USU.Selanjutnya IBI mengharapkan pendidikan Bidan lebih lanjut atau lebih signifikan bila pada jenjang strata I atau S-1 merupakan jerih payah bidan untuk mengangkat derajat pendidikan bidan.Pada tahun 2000 telah ada tim pelatih Asuhan Persalinan Normal (APN) yang dikoordinasikan oleh Maternal Neonatal health (MNH) yang sampai saat ini telah melatih APN di beberapa propinsi/kabupaten. Pelatihan LSS dan APN tidak hanya untuk pelatihan pelayanan tetapi juga guru, dosen-dosen dari Akademi Kebidanan. Selain melalui pendidikan formal dan pelatihan, utnuk meningkatkan kualitas pelayanan juga diadakan seminar dan Lokakarya organisasi. Lokakarya organisasi dengan materi pengembangan organisasi (Organization Development = OD) dilaksanakan setiap tahun sebanyak dau kali mulai tahun 1996 sampai 2000 dengan biaya dari UNICEP.Tahun 2005 Keputusan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan tentang S2 Kebidanan di FK UNPAD. Tahun 2011 keluar mandat dari Dirjen DIKTI tentang S2 Kebidanan di FK UNAND.

2. Sejarah Pelayanan Kebidanan di IndonesiaPelayanan kebidanan adalah seluruh tugas yang menjadi tanggung jawab profesi bidan dalam sistem pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan kaum perempuan khususnya ibu dan anak-anak.Pelayanan kebidanan yang tepat akan meningkatan keamanan dan kesejahteraan ibu dan bayinya. Layanan kebidanan oleh bidan dapat dibedakan meliputi: a. Layanan kebidanan primer yaitu layanan yang diberikan sepenuhnya atas tanggung jawab bidan.b. Layanan kolaborasi yaitu layanan yang dilakukan oleh bidan sebagai anggota tim secara bersama-sama dengan profesi lain dalam rangka pemberian pelayanan kesehatan.c. Layanan kebidanan rujukan yaitu merupakan pengalihan tanggung jwab layanan oleh bidan kepada sistem layanan yang lebih tinggi atau yang lebih kompeten ataupun pengambil alihan tanggung jawab layanan/menerima rujukan dari penolong persalinan lainnya seperti rujukan. Pada zaman pemerintahan Hindia Belanda, angka kematian ibu dan anak sangat tinggi.

Tenaga penolong persalinan adalah dukun. Pada tahun 1807 (zaman Gubernur Jenderal Hendrik William Deandels) para dukun dilatih dalam pertolongan persalinan, tetapi keadaan ini tidak tidak berlangsung lama karena tidak adanya pelatih kebidanan. Adapun pelayanan kebidanan hanya diperuntukkan bagi orang-orang Belanda yang ada di Indonesia.Tahun 1849 di buka pendidikan Dokter Jawa di Batavia (Di Rumah Sakit Militer Belanda sekarang RSPAD Gatot Subroto). Saat itu ilmu kebidanan belum merupakan pelajaran, baru tahun 1889 oleh Straat, Obstetrikus Austria dan Masland, Ilmu kebidanan diberikan sukarela. Seiring dengan dibukanya pendidikan dokter tersebut, pada tahun 1851, dibuka pendidikan bidan bagi wanita pribumi di Batavia oleh seorang dokter militer Belanda (dr. W. Bosch).Mulai saat itu pelayanan kesehatan ibu dan anak dilakukan oleh dukun dan bidan. Pada tahun 1952 mulai diadakan pelatihan bidan secara formal agar dapat meningkatkan kualitas pertolongan persalinan. Perubahan pengetahuan dan keterampilan tentang pelayanan kesehatan ibu dan anak secara menyeluruh di masyarakat dilakukan melalui kursus tambahan yang dikenal dengan istilah Kursus Tambahan Bidan (KTB) pada tahun 1953 di Yogyakarta yang akhirnya dilakukan pula dikota-kota besar lain di nusantara. Seiring dengan pelatihan tersebut didirikanlah Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA). Dari BKIA inilah yang akhirnya menjadi suatu pelayanan terintegrasi kepada masyarakat yang dinamakan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) pada tahun 1957. Puskesmas memberikan pelayanan berorientasi pada wilayah kerja.Bidan yang bertugas di Puskesmas berfungsi dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk pelayanan keluarga berencana. Mulai tahun 1990 pelayanan kebidanan diberikan secara merata dan dekat dengan masyarakat. Kebijakan ini melalui Instruksi Presiden secara lisan pada Sidang Kabinet Tahun 1992 tentang perlunya mendidik bidan untuk penempatan bidan di desa. Adapun tugas pokok bidan di desa adalah sebagai pelaksana kesehatan KIA, khususnya dalam pelayanan kesehatan ibu hamil, bersalin dan nifas serta pelayanan kesehatan bayi baru lahir, termasuk pembinaan dukun bayi.Dalam melaksanakan tugas pokoknya bidan di desa melaksanakan kunjungan rumah pada ibu dan anak yang memerlukannya, mengadakan pembinaan pada Posyandu di wilayah kerjanya serta mengembangkan Pondok Bersalin sesuai denga kebutuhan masyarakat setempat.Hal tersebut di atas adalah pelayanan yang diberikan oleh bidan di desa. Pelayanan yang diberikan berorientasi pada kesehatan masyarakat berbeda halnya dengan bidan yang bekerja di rumah sakit, dimana pelayanan yang diberikan berorientasi pada individu. Bidan di rumah sakit memberikan pelayanan poliklinik antenatal, gangguan kesehatan reproduksi di poliklinik keluarga berencana, senam hamil, pendidikan perinatal, kamar bersalin, kamar operasi kebidanan, ruang nifas dan ruang perinatal. Titik tolak dari Konferensi Kependudukan Dunia di Kairo pada tahun 1994 yang menekankan pada reproduktive health (kesehatan reproduksi), memperluas area garapan pelayanan bidan. Area tersebut meliputi:1. Safe Motherhood, termasuk bayi baru lahir dan perawatan abortus.2. Family Planning.3. Penyakit menular seksual termasuk infeksi saluran alat reproduksi.4. Kesehatan reproduksi pada remaja.5. Kesehatan reproduksi pada orang tua.

Bidan dalam melaksanakan peran, fungsi dan tugasnya didasarkan pada kemampuan dan kewenangan yang diberikan. Kewenangan tersebut diatur melalui Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes).1. Permenkes yang menyangkut wewenang bidan selalu mengalami perubahan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat. Permenkes tersebut dimulai dari: Permenkes No. 5380/IX/1963, wewenang bidan terbatas pada pertolongan persalinan normal secara mandiri, didampingi tugas lain.2. Permenkes No. 363/IX/1980, yang kemudian diubah menjadi Permenkes 623/1989 wewenang bidan dibagi menjadi dua yaitu wewenang umum dan khusus ditetapkan bila bidan meklaksanakan tindakan khusus dibawah pengawasan dokter. Pelaksanaan dari Permenkes ini, bidan dalam melaksanakan praktek perorangan di bawah pengawasan dokter.3. Permenkes No. 572/VI/1996, wewenang ini mengatur tentang registrasi dan praktek bidan.

Bidan dalam melaksanakan prakteknya diberi kewenangan yang mandiri. Kewenangan tersebut disertai dengan kemampuan dalam melaksanakan tindakan. Dalam wewenang tersebut mencakup :1. Pelayanan kebidanan yang meliputi pelayanan ibu dan anak.2. Pelayanan Keluarga Berencana.3. Pelayanan Kesehatan Masyarakat.4. Kepmenkes No. 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang registrasi dan praktek bidan revisi dari Permenkes No. 572/VI/1996.5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang izin dan penyelanggaraan praktek bidan

Dalam melaksanakan tugasnya, bidan melakukan kolaborasi, konsultasi dan merujuk sesuai dengan kondisi pasien, kewenangan dan kemampuannya. Dalam keadaan darurat bidan juga diberi wewenang pelayanan kebidanan yang ditujukan untuk penyelamatan jiwa.Pelayanan Kebidanan Perawatan zaman dahulu atau sekarang dilakukan oleh dukun pria atau dukun wanita, dukun menjalankan perawatanya biasanya dirumah penderita atau di rawat di rumah dukunnya sendiri.Cara-cara mengobati penderita itu sendiri antara lain:1. Dengan membaca mantra-mantra memohon pertolongan kepada Tuhan YME.2. Dengan cara mengusir setan-setan yang mengganggu dengan menyajikan kurban-kurban di tempat itu, macamnya kurban ditentukan oleh dukun.3. Melakukan massage/mengurut penderita.4. Penderita harus melakukan pantangan atau diet yang oleh dukun itu pula.5. Kadang-kadang dukun bertapa untuk mendapatkan ilham cara bagaimana menyembuhkan penderita itu.6. Memakai obat-obatan banyak dipakai dari tumbuh-tumbuhan yang segar dari daun mudanya, batang, kembang akarnya.

Perawatan Kebidanan1. KehamilanSemua wanita hamil diadakan pemeriksaan kehamilan yang dilakukan oleh dukun bayi, dan dukun memberikan nasehat-nasehat seperti melakukan pantangan: pantangan makanan tertentu, pantangan terhadap pakaian, pantangan terhadap jangan pergi malam, pantangan jangan duduk di muka pintu.2. KenduriKenduri pertama kali dilakukan pada waktu hamil 3 bulan sebagai tanda wanita itu hamil. Kenduri ke dua dilakukan pada waktu umur kehamilan 7 bulan.3. PersalinanBiasanya persalinan dilakukan dengan duduk di atas tikar, di lantai dukun yang menolong menunggu sampai persalinan selesai. Cara bekerja dengannya mengurut-ngurut perut ibu. Menekannya serta menarik anak apabila anak telah kelihatan. Selama menolong dukun banyak membaca mantra-mantra. Setelah anak lahir anak diciprati anak dengan air agar menangis. Tali pusat dipotong dengan hinis atau bamboo kemudian tali pusatnya diberi kunyit sebagai desinfektan.4. NifasSetelah bersalin ibu dimandikan oleh dukun selanjutnya ibu sudah harus bisa merawat dirinya sendiri lalu ibu di berikan juga jamu untuk peredaran darah dan untuk laktasi. Pelayanan Kebidanan di Indonesia.

Sejak dulu sampai sekarang tenaga yang memegang peranan dalam pelayanan kebidanan ialah Dukun bayi ia merupakan tenaga terpercaya dalam lingkungannya terutama dalam hal-hal yang berkaitan dengan reproduksi, kehamilan, persalinan, dan nifas. Pada zaman pemerintahan Hindia Belanda, angka kematian ibu dan anak sangat tinggi.Tenaga penolong persalinan adalah dukun. Pada tahun 1807 (zaman Gubernur jenderal Hendrik William Deandels) para dukun dilatih dalam pertolongan persalinan, tetapi keadaan ini tidak berlangsung lama karena tidak adanya pelatih kebidanan. Praktek kebidanan modern masuk di Indonesia oleh dokter-dokter Belanda. Pelayanan kesehatan termasuk pelayanan kebidanan hanya diperuntukkan bagi orang-orang Belanda yang ada di Indonesia. Kemudian pada tahun 1849 dibuka pendidikan Dokter Jawa di Batavia (Di RS Milliter Belanda, sekarang RSPAD Gatot Subroto).Seiring dengan dibukanya pendidikan dokter tersebut, pada tahun 1851 di buka pendidikan Bidan bagi wanita pribumi di Batavia oleh seorang Dokter milliter Belanda (Dr. W. Bosch). Lulusan ini kemudian bekerja di Rumah Sakit juga di masyarakat. Mulai saat itu pelayan kesehatan ibu dan anak dilakukan oleh dukun dan Bidan. Kursus bidan yang pertama ini ditutup tahun 1873.Tahun 1879, dimulai pendidikan bidan. Tahun 1950, setelah kemerdekaan, jumlah paramedis kurang lebih 4000 orang dan dokter umum kurang lebih 475 orang dan dokter dalam bidang obsgyn hanya 6 orang, pada tahun 1952, mulai diadakan pelatihan Bidan secara formal agar dapat meningkatkan kualitas pertolonga persalinan. Kursus untuk dukun masih berlangsung samapai dengan sekarang, yang memberikan kursus adalah Bidan.Perubahan pengetahuan dan keteramilan tentang pelayanan kesehatan ibu dan anak secara menyeluruh di masyarakat dilakukan melalui kursus tambahan yang dikenala dengan istilah Kursus tambahan Bidan (KTB) pada tahun 1953 di Jogjakarta yang akhirnya dilakukan pula di kota-kota besar lain di Nusantara ini. Seiring dengan pelatihan tersebut didirikan balai kesehatan ibu dan anak (BKIA) dimana bidan sebagi penanggung jawab pelayanana kepada masyarakat.Dari BKIA inilah akhirnya mnejadi suatu pelayanan terintregrasi kepada masyarakat yang dinamakan pusat Kesehatan Masyarakat atau Puskesmas pada tahun 1957.

Kegiatan BKIA yang dipimpin bidan adalah menyelenggarakan:1. Pemeriksaan Antenatal2. Pemeriksaan Post natal3. Pemeriksaan dan Pengawasan bayi dan anak balita4. Keluarga Berencana5. Penyuluhan Kesehatan

Di BKIA ini diadakan juga pelatihan-pelatihan para dukun bayi. Dengan meningkatnya pendidikan tenaga kesehatan maka, pada tahun 1979 jumlah dokter obsgyn 286 orang dan bidan 16.888 orang di seluruh Indonesia. Bidan yang bertugas di puskesmas berfungsi dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk pelayanan KB. Mulai tahun 1990 pelayan kebidanan diberikan secara merata sesuai dengan kebutuhan masyarakat.Kegiatan ini melalaui instruksi presiden secara lisan pada tahun 1992 tentang perlunya mendidik bidan untuk penempatan di desa. tugas pokoknya adalah pelaksanan pelayanan KIA khususnya pelayanan ibu hamil, bersalin, dan nifas serta pelayana BBL. Bidan di puskesmas orientasi kepada kesehatan masyarakat beda dengan bidan di RS yang berorientasi pada individu.

B. Sejarah Pendidikan dan Pelayanan Kebidanan Luar Negeri1. AmerikaDi Amerika, para bidan berperan seperti dokter, berpengalaman tanpa pendidikan yang spesifik, standart-standart, atau peraturan-peraturan sampai pada awal abad ke 20. Kebidanan, sementara itu dianggap menjadi tidak diakui dalam sebagian besar yuridiksi (hukum-hukum) dengan istilah nenek tua kebidanan akhirnya padam, profesi bidan hampir mati.Sekitar tahun 1700, para ahli sejarah memprediksikan bahwa angka kematian ibu di AS sebanyak 95%. Salah satu alasan kenapa dokter banyak terlibat dalam persalinan adalah untuk menghilangkan praktek sihir yang masih ada pada saat itu. Dokter memegang kendali dan banyak memberikan obat-obatan tetapi tidak mengindahkan aspek spiritual. Sehingga wnaita yang menjalani persalinan selalu dihinggapi perasaan takut terhadap kematian. Walaupun statistik terperinci tidak menunjukkan bahwa pasien-pasien bidan mungkin tidak sebanyak dari pada pasien dokter untuk kematian demam nifas atau infeksi puerperalis, sebagian besar penting karena kesakitan maternal dan kematian saat itu.Tahun 1765 pendidikan formal untuk bidan mulai dibuka pada akhir abad ke 18 banyak kalangan medis yang berpendapat bahwa secara emosi dan intelektual wanita tidak dapat belajar dan menerapkan metode obstetric. Pendapat ini digunakan untuk menjatuhkan profesi bidan, sehingga bidan tidak mempunyai pendukung, uang tidak terorganisir dan tidak dianggap profesional.Pada pertengahan abad antara tahun 1770 dan 1820, para wanita golongan atas di kota-kota di Amerika, mulai meminta bantuan para bidan pria atau para dokter. Sejak awal 1990 setengah persalinan di AS ditangani oleh dokter, bidan hanya menangani persalinan wanita yang tidak mampu membayar dokter. Dengan berubahnya kondisi kehidupan di kora, persepsi-persepsi bartu para wanita dan kemajuan dalam ilmu kedokteran, kelahiran menjadi semakin meningkat di pandang sebagai satu masalah medis sehingga di kelola oleh dokter.Tahun 1915 dokter Joseph de lee mengatakan bahwa kelahiran bayi adalah proses patologis dan bidan tidak mempunyai peran di dalamnya, dan diberlakukannya protap pertolongan persalinan di AS yaitu : memberikan sedatif pada awal inpartu, membiarkan serviks berdilatasi memberikan ether pada kala dua, melakukan episiotomi, melahirkan bayi dengan forcep elstraksi plasenta, memberikan uteronika serta menjahit episiotomi. Akibat protap tersebut kematian ibu mencapai angka 600-700 kematian per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1900-1930, dan sebanyak 30-50% wanita melahirkan di rumah sakit. Dokter Grantly Dicke meluncurkan buku tentang persalinan alamiah. Hal ini membuat para spesialis obstetric berusaha meningkatkan peran tenaga diluar medis, termasuk bidan. Pada waktu yang sama karena pelatihan para medis yang terbatas bagi para pria, para wanita kehilangan posisinya sebagai pembantu pada persalinan, dan suatu peristiwa yang dilaksanakan secara tradisional oleh suatu komunitas wanita menjadi sebuah pengalaman utama oleh seorang wanita dan dokternya.Tahun 1955 American College of NurseMidwives (ACNM) dibuka. Pada tahun 1971 seorang bidan di Tennesse mulai menolong persalinan secara mandiri di institusi kesehatan. Pada tahun 1979 badan pengawasan obat Amerika mengatakan bahwa ibu bersalin yang menerima anasthesi dalam dosisi tinggi telah melahirkan anak-anak melahirkan anak-anak yang mengalami kemunduran perkembangan psikomotor. Pernyataan ini membuat masyarakat tertarik pada proses persalinan alamiah, persalinan di rumah dan memacu peran bidan. Pada era 1980-an ACNM membuat pedoman alternatif lain dalam homebirth. Pada tahun yang sama dibuat legalisasi tentang opraktek profesional bidan, sehingga membuat bidan menjadi sebuah profesi dengan lahan praktek yang spesifik dan membutuhkan organisasi yang mengatur profesi tersebut.Pada tahun 1982 MANA (Midwive Alliance Of North America) di bentuk untuk meningkatkan komunikiasi antar bidan serta membuat peraturan sebagai dasar kompetensi untuk melindungi bidan. Dibeberapa negara seperti Arizona, bidan mempunyai tugas khusus yuaitu melahirkan bayi untuk perawatan selanjutnya seperti merawat bayi, memberi injeksi bukan lagi tugas bidan, dia hanya melakukan jika diperlukan namun jarang terjadi. Bidan menangani 1,1% persalinan di tahun 1980 : 5,5% di tahun 1994. Angka sectio caesaria menurun dari 25% (1988) menjadi 21% (1995). Penggunaan forcep menurun dari 5,5% (1989) menjadi 3,8% (1994). Dunia kebidanan berkembang saat ini sesuai peningkatan permintaan untuk itu profesi kebidanan tidak mempunyai latihan formal, sehingga ada beberapa tingkatan kemampuan, walaupun begitu mereka berusaha agar menjadi lebih dipercaya, banyak membaca dan pendekatan tradisional dan mengurangi teknik invasif untuk pertolongan seperti penyembuhan tradisional.Hambatan-hambatan yang dirasakan oleh bidan Amerika saat ini antara lain : Walaupun ada banyak undang-undang baru, direct entry midwives masih dianggap ilegal dibeberapa negara bagian. Lisensi praktek berbeda tiap negara bagian, tidak ada standart nasional sehingga tidak ada definisi yang jelas tentang bidan sebagai seseorang yang telah terdidik dan memiliki standart kompetensi yang sama. Sedikit sekali data yang akurat tentang direct entry midwives dan jumlah data persalinan yang mereka tangani. Kritik tajam dari profesi medis kepada diret entry midwives ditambah dengan isolasi dari system pelayanan kesehatan pokok telah mempersulit sebagian besar dari mereka untuk memperoleh dukungan medis yang adekuat bila terjadi keadaan gawat darurat.Pendidikan kebidanan biasanya berbentuk praktek lapangan, sampai saat ini mereka bisa menangani persalinan dengan pengalaman sebagai bidan. Bidan adalah seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan selam 4 tahun dan praktek lapangan selama 2 tahun, yang mana biaya yang sangat mahal. Kebidanan memiliki sebuah organisasi untuk membentuk standart, menyediakan sertifikat dan membuat ijin praktek. Saat ini AS merupakan negara yang menyediakan perawatan maternitas termahal di dunia, tetapi sekaligus merupakan negara industri yang paling buruk dalam hasil perawatan natal di negara-negara industri lainnya.

2. KanadaOntario adalah provinsi pertama di Kanada yang menerbitkan peraturan tentang kebidanan, setelah sejarah panjang tentang kebidanan yang ilegal dan berakibat meningkatnya praktek bidan yang tidak berijin.Seperti Selandia Baru, wanitalah yang menginginkan perubahan, mereka membuat pililhan asuhan dan keputusan yang sesuai dengan pengalaman untuk dijadikan model kebidanan terbaru. Model kebidanan yang dipakai di Ontario berdasarkan pada definisi ICM tentang bidan yaitu seorang tenaga yang mempunyai otonomi praktek terbatas pada persalinan normal. Sasaran dari praktek kebidanan adalah masyarakat. Bidan memiliki akses kepada rumah sakit maternitas dan wanita mempunyai pilihan atas persalinan di rumah atau rumah sakit. Ontario tidak menganut konsep partnership sebagai pusat praktek kebidanan walaupun terbagi atas dua model.Untuk contoh di Selandia Baru dan Ontorio Kanada sama-sama menerapkan model partnership dalam asuhan kebidanan. Beberapa aspek didalamnya antara lain hubungan antar wanita, asuhan berkesinambungan, kebebasan memilih dan menyetujui, otonomi praktek kebidanan terfokus pada kehamilan dan persalinan normal.Dalam membangun dunia profesi kebidanan yang baru di Selandia Baru dan Kanada membuat system baru dalam mempersiapkan bidan-bidan untuk registrasi. Keduanya memulai dengan suatu keputusan bahwa bidanlah yang dibutuhkan dalam pelayanan maternitas dan menetapkan ruang lingkup praktek kebidanan. Ruang lingkup praktek kebidanan di kedua negara tersebut tidak keluar jalur yang telah ditetapkan ICM yaitu bidan bekerja dengan otonomi penuh dalam lingkup persalinan normal atau pelayanan maternitas primer. Bidan bekerja dan berkonsultasi dengan ahli obstetric bila terjadi komplikasi dan ibu serta bayi memerlukan bantuan dan pelayanan maternitas sekunder. Bidan di kedua negara tersebut mempunyai akses fasilitas rumah sakit tampa harus bekerja di rumah sakit. Mereka bekerja di rumah atau di rumah sakit maternitas dan dapat mengakses fasilitas. Selandia Baru dan Kanada menerapkan program direct entry (pendidikan kebidanan selama 3 tahun tanpa melalui pendidikan keperawatan), sebelumnya di Selandia Baru ada perawat kebidanan dimana perawat dapat menambah pendidikannya utnuk menjadi seorang bidan sedangkan di Kanada tidak ada.Bagaimanapun kedua negara tersebut yakin bahwa untuk mempersiapkan bidan yang dapat bekerja secara otonom dan dapat memberi dukungan kepada wanita agar dapat menentukan sendiri persalinannya. Penting untuk mendidik wanita yang sebelumnya belum pernah berkecimpung dalam system kesehatan menempuh program pendidikan kebidanan, tetapi program direct entry lebih diutamakan. Perawat yang ingin menjadi bidan sepenuhnya harus melewati program pendidikan kebidanan terlebih dahulu, walaupun mereka harus memnuhi beberapa aspek program.Kedua negara tersebut menggunakan dua model pendidikan yaitu pembelajaran teoiri dan magang. Pembelajaran teori di kelas difokuskan pada teori dasar yang akan melahirkan bidan-bidan yang dapat mengartikulasikan filosofinya sendiri dalam praktek, memanfaatkan penelitian dalam praktek mereka dan berfikir kritis tentang praktek. Dilengkapi dengan belajar magang dimana mahasiswa bekerja dengan bimbingan dan pengawasan bidan yang berpraktek dalam waktu yang cukup lama. Tidak seperti model magang tradisional dimana mahasiswa bekerja dengan lebih dari seorang bidan dengan berbagai macam model praktek. Mahasiswa tidak hanya mempelajari hal yang positif tetapi juga harus mengetahui hal-hal yang negatif untuk itu dilakukan di masa mendatang. Satu mahasiswa akan bekerja dengan satu bidan sehingga mereka tidak dikacaukan dengan bermacam-macam model praktek dan ini dalam jangka waktu yang lama. Bidan tersebut memberikan role model yang penting untuk proses pembelajaran. Mahasiswa bidan juga akan mulai belajar tentang model partnership. Model ini terdiri dari hubungan antara wanita dengan mahasiswa bidan, mahasiswa bidan dengan bidan, mahasiswa bidan dengan guru bidan, guru bidan dengan bidan, hubungan antara program kebidanan dengan profesi kebidanan serta program kebidanan dengan wanita.Dari sini dapat kita lihat bahwa model pendidikan kebidanan yang digunakan oleh Selandia Baru dan Kanada saling terkait satu sama lain sebagai bagian dari pelayanan maternitas. Setiap bagian dari lingkaran tersebut mewakili bermacam-macam partnership yang saling berintegrasi. Partnership ini menjaga agar program pendidikan tetap pada tujuan utamanya, yaitu mencetak bidan-bidan yang dapat bekerja secara mandiri sebagai pemberi asuhan maternitas primer. Selandia Baru dan Kanada telah sukses dalam menghidupkan kembali status bidan dan status wanita. Kesesuaian antara pendidikan bidan dan ruang lingkup praktek kebidanan adalah bagian terpenting dari sukses tersebut.

3. AustraliaFlorence Nightingale adalah pelopor kebidanan dan keperawatan yang dimulai dengan tradisi dan latihan-latihan pada abad 19. Tahun 1824 kebidanan masih belum di kenal sebagai bagian dari pendidikan medis di Inggris dan Australia, kebidanan masih didominasi oleh profesi dokter.Pendidikan bidan pertama kali di Australia dimulai pada tahun 1862. Lulusan itu dibekali dengan pengetahuan teori dan praktek. Pendidikan Diploma Kebidanan dimulai tahun 1893, dan sejak tahun 1899 hanya bidan sekaligus perawat yang telah terlatih yang boleh bekerja di rumah sakit.Sebagian besar wanita yang melahirkan tidak di rawat dengan selayaknya oleh masyarakat. Ketidakseimbangan seksual dan moral di Australia telah membuat prostitusi berkembang dengan cepat. Hal ini menyebabkan banyak wanita hamil di luar nikah dan jarang mereka dapat memperoleh pelayanan dari bidan atau dokter karena pengaruh social mereka atau pada komunitas tyang terbatas, meskipun demikian di Australi bidan tidak bekerja sebagai perawat, mereka bekerja sebagaimana layaknya seorang bidan. Pendapat bahwa seseorang bidan haru reflek menjadi seorang perawat dan program pendidikan serta prakteknya banyak di buka di beberapa tempat dan umumnya di buka atau disediakan oleh Non Bidan.Pendidikan Kebidanan di Australia telah mengalami perkembangan yang mengalami pesat sejak 10 tahun terakhir. Dasar pendidikan telah berubah dari traditional hospital base programme menjadi tertiary course of studies menyesuaikan kebutuhan pel;ayanan dari masyarakat. Tidak semua institusi pendidikan kebidanan di Australi telah melaksanakan perubahan ini, beberapa masih menggunakan proram pendidikan yang berorientasi pada rumah sakit. Kurikulum pendidikan disusun oleh staf akademik berdasarkan pada keahlian dan pengalaman mereka di lapangan kebidanan.Kekurangan yang dapat dilihat dari pendidikan kebidanan di Australia hampir sama dengan pelaksanaan pendidikan bidan di Indonesia. Belum ada persamaan persepsi mengenai pengimplementasian kurikulum pada masing-masing institusi, sehingga lulusan bidan mempunyai kompetensi klinik yang berbeda tergantung pada institusi pendidikannya. Hal ini ditambah dengan kurangnya kebijaksanaan formal dan tidak adanya standar nasional menurut National Review of Nurse Education 1994, tidak ada direct entry.Pada tahun 1913 sebanayak 30% persalinan ditolong oleh Bidan. Meskipun ada peningkatan jumlah dokter yang menangani persalinan antara tahun 1900 sampai 1940, tidak ada penurunan yang berarti pada angka kematian ibu dan bidanlah yang selalu disalahkan akan hal itu. Kenyataannya wanita jelas menengah ke atas yang ditangani oleh dokter dalam persalinannya mempunyai resiko infeksi yang lebih besar daripada wanita miskin yang ditangani oleh Bidan.Masalah Profesional Tugas pertama yang sulit adalah meneliti kembali nama bidan itu sendiri, itu tidak sama dengan ketika latihan dalam praktek kebidanan. Bidan sangat penting di pelayanan kesehatan sejak Perang Dunia II dan proporsi yang besar di rumah sakit sebagai pusat pelayanan kesehatan utnuk daerah sekitar rumah sakit tersebut. Peningkatan rumah sakit dan persatuan perawat dan peningkatan ahli kebidanan yang lebih menekankan pada teknologi menyebabkan mundurnya kebidanan. Tapi situasi itu berakhir pada saat Amerika Utara menilai kepemimpinan perawat dan kepemimpinan bidan yang memutuskan bahwa bidan berhak mendapat penghargaan pertama dan penghargaan kedua diberikan kepada keperawatan. Penghargaan itu sanga penting untuk peningkatan profesi kebidanan.Kita tahu di beberapa negara mengkombinasikan keperawatan dan kebidanan dalam seorang tenaga kesehatan, hal itu terjadi di pulau kecil dan pelatihan klinik sekarang semakin baik menuju standar internasional sedikit lebih baik daripada masa yang lalu.Pengembangan Profesi Bidan. Pemerintah melihat adanya peningkatan kebidanan dengan pemberian asuhan yang bermanfaat. Shearman Report (NSWI, 1989) telah menemukan cara awal untuk mengatur strategi perawatan yang berkesinambungan. Having a baby in Victoria (Depkes Viktoria, 1990) melaporkan sebuah revie pelayanan kesehatan di Viktoria yang dibutuhkan pada orientasi pelayanan kesehatan pada wanita dan keluarga. Maksudnya pemeliharaan kesehatan yang lebih baiki. Perawatan efektif pada kelahiran CNH dan MRC, 1996 menyimpulkan bahwa perawatan yang berkesinambungan akan menjadi tujuan perawatan kesehatan ibu.Masalah Regional Negara tetangga Australia yaitu Papua Nugini, Pulau Solomon memiliki angka kematian yang sangat tinggi. Rosaline Lapar, seorang pemenang piagam Maria Gibran pada ICM di Oslo yang sekarang sedang berada di Universitas Teknologi Sidney menunjukkan sebuah video yang digunakan untuk melatih asisten bidan di desa dengan cara ibu berbaring setelah melahirkan kepala dan bahu, dan melahirkan plasenta dengan menarik tali pusat secara terkendali. Cara ini banyak diakui oleh negara bagian Barat yang mengatakan hal ini tidak hanya berbeda dari biasanya untuk pendidikan bidan di Australia. Mahasiswa kebidanan harus menjadi perawat dahulu sebelum mengikuti pendidikan bidan, Sebab di Australia, kebidanan masih menjadi sub spesialisasi dalam keperawatan (maternal and child helath). Didalamnya termasuk pendidikan tentang keluarga berencanam, kesehatan wanita, perawatan ginekologi, perawatan anak, kesehatan anak dan keluarga, serta kesehatan neonatus dan remaja. Adanya peraturan ini semakin mempersempit peran dan ruang kerja bidan. Literatur yang tersedia bagi mahasiswa kebidanan masih kurang. Kurikulum yang ada dirasakan hanya sesuai untuk mahasiswa pemula atau menengah saja, sehingga kadang-kadang mahasiswa yang telah terlatih di keperawatan kebidanan diberikan porsi yang sama seperti pemula atau sebaliknya. Mahasiswa yang sebelumnya telah mendapatkan pendidikan kebidanan di keperawatan akan membawa konsep sakit. Transisi dari filosofi sakit ke filosofi sehat dalam kebidanan sedikit banyak menyulitkan mahasiswa.Beberapa tahun setelah Australia mengadakan pelatihan kebidanan, datang para pendidik yang membuka universitas yang memiliki cara tersendiri untuk menghasilkan tenaga yang berkualitas. Pada waktu yang sama pemerintah mendukung bidan dalam memperluas peran mereka. Luasnya pengalaman klinik cukup diterima masyarakat dibeberapa tempat tetapi juga mengurangi resiko yang akan terjadi. Satu hal lagiyang perlu diketahui bahwa persalinan di desa tersebut ibu berbaring di daun pisang yang bersih atau sprei.Di negara Barat terdapat peraturan dimana wanita melahirkan tidak boleh ditemani oleh keluarganya, tetapi ada beberapa negara yang menganggap peraturan ini tidak efektif dan mengatakan bahwa ibu bersalin perlu ditemani oleh suami atau anggota keluarganya.Penerapan Penelitian Kedalam Praktek Akhir dari masalah bidan di kawasan ini adalah penerapan penelitian ke dalam praktek, misalnya pada video yang digunakan di Papua Nugini yang berisi anjuran kepada bidan untuk meninggalkan tradisi mereka dan memandang pada fakta-fakta yang ada. Keberadaan bidan di negara ini masih dipertanyakan karena adanya pengaruh medicalisasi. Perawat kebidanan tidak boleh meniolong persalinan. Pendidikan kebidanan di Australia setingkat Universitas, mahasiswanya berasal dari lulusan degree perawat dan 2 tahun bidan, sedangkan pada tingkat direct entry, masih sering dipertanyakan oleh perawat. Pada tahun 2000, di University Of Technology Of Sidney, telah terbentuk S2 Kebidanan (Doctor of Midwifery).4. New ZelandSelandia Baru telah mempunyai peraturan tentang cara kerja kebidanan sejak tahun 1904, tetapi lebih dari 100 tahun yang lalu, lingkup praktik bidan telah berubah secara berarti sebagai hasil dari meningkatnya sistem perumahsakitan dan pengobatan atau pertolongan dalam kelahiran. Karena danya otonomi bagi pekerja yang bergerak dalam porakteknya dengan lingkup praktek yang penuh di awal tahun 1900, secara perlahan bidan menjadi asisten dokter.Bidan bekerja di masyarakat di mulai dengan bekerja di rumah sakit dalam area tertentu, seperti klinik antenatal, ruang bersalin dan ruang nifas, kehamilan dan persalinan menjadi terpisah menjadi khusu dan tersendiri secara keseluruhan. Dalam proses ini, bidan kehilangan pandangan bahwa persalinan adalah suatu peristiwa yang normal dan dengan peran mereka sendiripun sebagai pendamping pada peristiwa normal tersebut.Di samping itu, bidan menjadi berpengalaman memberikan intervensi dan asuhan maternitas yang penuh dengan pengaruh medis, dimana seharusnya para dokter dan rumah sakit secara langsung yang lebih tepat untuk memberikannya.Model di atas ditujukan untuk memberikan pelayanan pada maternal dan untuk mengurangi angka kematian dan kesakitan ibu dan janin hal ini berlangsung pada tahun 1920 sampai dengan tahun 1980 dimana yang memberlakukan model tersebut adalah negara-negara barat seperti Selandia Baru, Australia, Inggris dan Amerika. Tetapi strategi seperti itu tidak mencapai kesuksesan.Di Selandia Baru, para wanitalah yang melawan model asuh persalinan tersebut dan menginginkan kembalinya bidan tradisional yaitu seseorang yang berpengalaman dari mulainya kehamilan sampai dengan enam minggu setelah persalinan. Mereka menginginkan bidan yang berkerja dipercaya kemampuannya untuk menolong persalinan tanpa intervensi dan memberikan dukungan bahwa persalinan adalah peristiwa yang normal.Wanita-wanita Selandia Baru menginginkan untuk mengambil alih kembali kontrol dalam persalinan mereka dan menempatkan diri emreka di tempat yang tepat sebagai pusat kontrol di dalam memilih apa yang berkenaan dengan diri mereka.Pada era 80-an, bidan bekerjasama dengan para wanita untuk menegaskan kembali otonomi bidan dan bersama-sama sebagai partner mereka telah membawa kebijakan politik yang diperkuat dengan legalisasi tentang prfoesionalisme praktek bidan. Sebagian besar bidan di Selandia Baru mulai memilih untuk bekerja secara mandiri dengan tanggungjawab penuh kepada klien dan asuhannya dalam lingkup yang normal. Lebih dari 10 tahun yang lalu, pelayanan mmaternitas telah berubah secara dramatis. Saat ini, 86% wanita mendapatkan pelayanan dari bidan selama kehamilan sampai nifas, dan asuhan berkelanjutan pada persalinan dapat dilakukan di rumah ibu. Sekarang, di samping dokter, 63% wanita memilih bidan sebagai satu-satunya perawat maternitas, dalam hal ini terus meningkat.Ada suatu keinginan dari para wanita agar dirinya menjadi pusat pelayanan maternitas. Di rumah sakit pun memberikan pelayanan bagi yang menginginkan tenaga kesehatan profesional yaitu pusat pelayanan maternitas.Model kebidanan yang digunakan di Selandia Baru adalah partnership antara bidan dan wanita. Bidan dengan pengetahuan, keterampilan dan pengalamannya, dan wanita dengan pengetahuan tentang kebutuhan diri dan keluarganya, serta harapan-harapan terhadap kehamilan dan persalinan.Pada awal kehamilan, anatara bidan dan wanita harus saling mengenal dan menumbuhkan rasa saling percaya di antara keduanya. Dasar dari model partnership adalah komunikasi dan negosiasi.Di Selandia Baru, bidan harus dapat membangun hubungan partnership dengan wanita yang menjadi kliennya, disamping bidan harus mempunyai kemampuan yang profesional.

5. BelandaPelayanan kebidanan di Belanda memiliki keunikan tersendiri, karena merupakan gabungan dari budaya dan sistem. Keunikan ini membuat bidan mampu melakukan pendekatan kepada ibu dengan tidak meninggalkan profesionalismenya. Selain itu, sistem ini mempertahankan bidan yang memiliki otonomi penuh dari penyimpangan-penyimpangan yang mungkin terjadi. Sistem ini juga mendukung terhadap peningkatan kualitas tenaga bidan di Belanda.Awal tahun 1970-an, angka persalinan di rumah berkisar 70%, dan pada masa ini pekerjaan tenaga bidan sangat berat dan pendapatannya rendah. Pada masa ini terdapat peraturan bahwa medis dan bidan harus mampu mengobservasi 15 persalinan selama pelatihan. Peraturan ini menimbulkan masalah, karena tidak mencukupinya jumlah persalinan yang ada di rumah sakit. Untuk mengatasinya, dibuatlah keputusan bagi bidan untuk mendapatkan akses ke rumah sakit dengan membawa ibu yang akan ditolong persalinannya. Situasi ini memberikan dampak yang menguntungkan bagi bidan, yaitu dapat meningkatkan statusnya serta pendapatannya. Akhir tahun 70-an, angka persalinan di rumah menurun drastis sampai dengan 35%.Saat upacara kelulusan pada calon bidan, Prof. Kloosterman berpidato mengenai 5 menit menuju tengah malam yang artinya bahwa bidan di Belanda harus mampu mempertahankan statusnya dengan cara :1. Mengikuti komunitas Internasional tentang kesehatan kelahiran dengan metode hospitalisasi untuk kelahiran.2. Memilih mempertahankan sistem kebidanan.3. Memperkuat sistem skrening dari prenatal yang menjamin kekuatan otonomi dari bidan mandiri.

Pidato Prof. Kloosterman memberikan dampak yang besar bagi seluruh bidan dan menjadi inspirasi bagi bidan untuk menurunkan kelahiran di rumah. Bidan-bidan menjadi sadar, bahwa persentase kelahiran di rumah akan mempengaruhi seluruh sistem. Skrening yang berkesinambungan dan seleksi ibu hamil, serta bekerja dalam kelompok wanita sehat untuk mempertahankan status kesehatannya. Hal ini menyebabkan angka kelahiran tetap baik, bukan hanya karena penurunan persentase kelahiran di rumah saja tetapi didukung oleh skrening masalah pada wanita dan angka kejadian persalinan induksi dan operatif rendah. Inilah yang menjadi kekuatan dari sistem kebidanan Belanda.Tahun1980-an merupakan masa kebangkitan bidan di Belanda. Bidan menjadi sangat militan, karena harus mempertahankan persalinan di rumah. Bidan-bidan banyak menghasilkan buku-buku dan video pengajaran yang dipublikasikan. Bidan-bidan ingin mengubah image pekerja keras, yang tidak mampu meningkatkan mutu ketrampilan dan pendapatan, serta tidak melakukan penelitian yang perlu. Bidan mulai merambah area politik untuk meningkatkan pendapatannya dan memperoleh pengakuan terhadap pelayanan yang diberikan. Masa ini, The Active Birth berpindah di United Kingdom (UK) dan Michel Odent membantu memberikan ide dan bekerjasama dengan bidan, sehingga bidan dapat menunjukkan aspirasinya. Salah satu aspirasi bidan adalah posisi menolong persalinan dari posisi tidur menjadi posisi duduk. Selain itu, diperlukan sebuah penelitian besar untuk mendukung praktek kebidanan. Selama ini, penelitian banyak dilakukan oleh dokter obstetri saja, karena 100% persalinan di rumah sakit. Umumnya penelitian yang dilakukan merujuk terhadap berbahayanya persalinan di rumah.Tahun 1990-an, merupakan masa pencerahan bagi profesi bidan dan membawa cara berfikir yang baru. Penelitian menunjukkan bahwa kelahiran di rumah sakit sangat rendah kualitasnya, oleh karena kelahiran di rumah sakit menunjukkan angka kematian perinatal yang sangat tinggi. Data-data nasional menunjukkan fakta yang merupakan pengumpulan data selama 15 tahun terakhir yang tidak dapat dipungkiri badan pengawasan berupa komite dokter obstetri dan komite bidan. Pada masa ini, kelahiran di rumah sakit mengalami penghentian.Tahun 1990-an, angka persalinan di rumah meningkat kembali, tetapi persalinan yang ditolong oleh bidan mengalami penurunan. Penurunan pertolongan kelahiran oleh bidan mendapatkan kompetisi dengan dokter umum (general practisionaire). Pertolongan persalinan di rumah yang ditolong oleh dokter umum sekitar 17-19%, sedangkan persalinan yang ditolong bidan pada awal 1990-an hanya sekitar 6%. Keuntungan bagi para bidan, saat ini pemerintah lebih mendukung pelayanan yang diberikan oleh bidan dibandingkan pelayanan yang diberikan dokter umum. Hal ini tampak pada pemberian pendapatan yang lebih tinggi pada bidan yang melakukan pelayanan dibandingkan kepada dokter umum, dan adanya kebijakan bila dr.umum melakukan pertolongan sendiri maka jasanya akan dibayar penuh oleh ibu ( tidak ditanggung oleh pemerintah). Dampak keputusan pemerintah ini menyebabkan peningkatan pertolongan persalinan di rumah oleh bidan. Tahun 1943, pengakuan dikeluarkan pemerintah untuk mendukung bidan dan peraturan yang ditetapkan sejak tahun ini menjamin masyarakat miskin untuk mendapatkan pelayanan yang terjamin baik.

a. Kelahiran di BelandaPopulasi Belanda adalah 15 juta, dan tiap tahun angka kelahiran sekitar 74.500. Total dari angka kelahiran, 46% ditolong oleh bidan, 8% oleh dokter umum dan 46% dibantu oleh dokter obstetri. Ada 1422 bidan yang telah terdaftar, 70% merupakan praktek mandiri, 15% bekerja sebagai bidan yang berpindah-pindah (for those on holiday or leave etc) dan 15% bekerja di kinik rumah sakit. Sebagian besar terlibat sebagai supervisi mahasiswa dalam pelatihan sebagai bidan atau dokter. Beberapa bidan memutuskan tidak mengambil spesialis dalam risiko tinggi pelayanan dan mereka bekerja secara tertutup dengan ahli obstetri.Rata-rata kelahiran di rumah mangalami turun naik. Pada tahun 1997 adalah 31% dari semua kelahiran di rumah dan tahun 1998 keadaan ini meningkat menjadi 32,4%. Di Amsterdam, rata-rata mengalami kenaikan dari 18% pada 1995, menjadi 26% pada 1998. di Rotterdam, rata-rata mengalami kenaikan dari 19% pada 1995, menjadi 25% pada 1998.Secara nasional rata-rata persalinan operatif mengalami kenaikan dari 8,5% pada 1993, menjadi 9,5% pada 1997. Forceps atau vacum rata-rata tetap sekitar 7,7% pada 1993, dan 78% pada 1997. Rata-rata kejadian epidural adalah 6% dengan keadaan nyeri hanya dengan pertolongan persalinan operatif. Kematian perinatal rata-rata pada 1997 adalah 8,1 per 1000 kelahiran hidup.

b. Perbedaan Budaya di BelandaDi Belanda bidan termasuk juga profesi kesehatan sejak 1972, bersama dengan dr.umum, dokter gigi, farmakolog dan dokter obtetri. Bidan melakukan pelatihan selalu memiliki standar yang tinggi, dengan kriteria sangat ketat untuk masuk universitas, termasuk akademi tinggi dan mencapai karakter dan perilaku yang baik. Kriteria ini ditimbulkan dari seorang ibu yang memiliki kekuatan dan intelegensi dan ini digambarkan pada bahasa Belanda untuk "midwife" yang artinya "wise woman". Tidak ada tradisi dari perjalanan kebidanan di Belanda dan ini berpengaruh besar pada ketetapan dan perkembangan dari pelayanan kebidanan. Adanya peraturan jika seorang klien tidak senang dengan pelayanan yang diberikan dari dokter dan bidan, dia dapat menyelesaikan pada komite khusus. Komite khusus ini terdiri dari bidan, ahli obstetri dan dokter umum yang melihat kembali kasus dan penelitian kesehatan.Kompensasi finansial tidak menjadi perhatian dan biasanya jika kesalahan dibuat yang diakui sebagai sesuatu yang biasanya terjadi maka bidan dan dokter akan menerima peringatan. Setelah tiga kali peringatan proses peradilan mungkin dimulai.Pendekatan ini mungkin dilakukan karena dukungan sistem sosial di Belanda, yang mendukung penuh orang tua yang memiliki anak cacat terus memperoleh sistem asuransi nasional dan fasilitas masyarakat. Tidak ada kebutuhan yang menuntut dokter atau bidan untuk memperoleh gaji dari pelayanan ini. Ini merupakan pendekatan etis untuk ketetapan dari pelayanan kebidanan dan membawa yang terbaik pada pelayanan profesional yang diberikan pada masyarakat secara keseluruhan.Kehidupan di Belanda berpusat di sekitar rumah. Rumah adalah istana dan keluarga adalah penting. Rata-rata ibu mempunyai anak pertama pada usia 29 tahun. Ibu mengurus karirnya akan berubah untuk menjadi ibu rumah tangga. Sebagian besar ibu mengambil paruh waktu untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Keadaan ini menunjukkan tingkat emansipasi di Belanda. Umumnya ibu lebih memilih mengusrus anaknya yang masih kecil dibandingkan dengan karirnya. Ibu akan kembali bekerja pada usia 40-an mempunyai keuntungan mendapatkan keterampilan dari keluarga dan masih ada waktu untuk mencapai posisi puncak di tempat kerjanya. Banyak anak mempunyai hadiah saat kelahiran dan ini membantu untuk menjalin keluarga bersama dan menurunkan ketakutan saat kelahiran.

c. Pusat Kelahiran AmsterdamPusat kelahiran didirikan tahun 1992. Ini terdiri dari dua grup dari empat bidan, mengerjakan bisnisnya dan membawa sekitar 800 ibu tiap tahun (pada 1998 bidan merawat 795 ibu : 495 primi dan 300 multi). Berdasarkan kehamilan sekitar 20% adalah menghubungi dokter dan lebih lanjut 15% menghubungi dokter selama kelahiran. Alasan utama untuk menghubungi dokter selama kehamilan adalah tekanan darah tinggi, postmatur (lebih dari 42 minggu), sungsang, kelahiran multi, kelahiran prematur, IUGR dan perdarahan. Selama persalinan alasan utama untuk menghubungi adalah tidak ada kemajuan pada kala dua, kemajuan yang lambat pada kala satu, cairan mekonium dan ruptur pada membran tanpa kontraksi.Di negara ini, penggantian bidan selama mengobservasi suatu persalinan merupakan hal yang ditentang. Kecuali bila harus ada penggantian selama masa observasi ini karena adanya alasan sosial atau alasan pribadi. Penggantian ini dapat dengan sesama bidan, dokter umum atau dokter obstetri. Oleh sebab itu, banyak dokter obstetri bekerjasama dengan bidan dan terkesan tunduk dengan nasehatnya bidan. Suasana di Perguruan Tinggi mendukung dialog seperti ini dan mempertajam praktek dari keduanya. Dokter dan bidan sangat kontras dan sering terlihat interaksi yang berlawanan di negara-negara lain.Salah satu hasil dari pendekatan ini adalah jika dokter yang tidak merawat wanita secara "woman friendly" akan dikesampingkan oleh bidan. Dokter-dokter yang bersikap tidak "woman friendly" akan dimasukkan dalam daftar hitam. Hal ini berdampak pada institusi rumah sakit yang harus mengeluarkan biaya lebih banyak untuk mengatasi klaim/keluhan pasien, klaim/keluhan dari bidan dan pelatihan yang ditujukan untuk perubahan prilaku tenaga medis.Salah satu pendekatan pelayanan yang berfokus kepada pemberian pelayanan yang berkualitas kepada klien/wanita, maka dibentuklah sistem ambulans. Sistem ini ditujukan untuk keamanan dari kelahiran di rumah (not bom out by the facts). Jika ada kelahiran, maka ambulans akan dihubungi dan tiba dalam hitungan beberapa menit, sehingga bidan tidak repot membawa banyak peralatan.Peran pemerintah yang lain adalah bidan tidak melakukan pelayanan pada ibu yang tidak termasuk wilayah kerjanya. Wilayah kerja bidan yang dimaksudkan adalah bahwa saat pelayanan di butuhkan oleh ibu di komunitas, bidan dapat segera datang dan tidak lebih dari 30 menit. Ini ditujukan agar pelayanan kebidanan dapat diberikan sesegera mungkin.

d. Woman Centre CarePersalinan yang aman adalah persalinan dengan intervensi yang seminimal mungkin baik bagi ibu dan bayinya, ini merupakan pesan yang senatiasa ditekankan oleh para bidan. Oleh karena itu tempat kelahiran baik di rumah ataupun di rumah sakit bukanlah menjadi fokus utama. Hal ini dimengerti oleh para ibu dan memberikan kebebasan bagi ibu untuk menentukan pilihannya dalam pelayanan yang diberikan kepadanya. Selama kehamilan, pemberian informasi secara mendetail mengenai kehamilan tidak dilakukan bidan, kecuali bila ibu ingin mengetahui jika bayi bertumbuh dengan baik, apakah ibu dalam keadaan sehat atau hal-hal lain yang perlu diperhatikan selama kehamilan.Pada usia kehamila 36 minggu, terdapat komunikasi mengenai isu pratikal tentang kelahiran, bagaimana persalinan akan didiskusikan. Bidan yang dihubungi akan segera melakukan penilaian situasi dan memonitor keadaan bayi, memberikan kenyamanan, dan jika bidan akan pergi, mengarahkan ibu dan kembali pada pembukaan 8 cm.Bidan melalui grup yang diseleksi oleh ibu berdasarkan pengetahuannya bahwa bidan ini memiliki kompetensi perawatan yang baik selama kehamilan. Tugas utama bidan selama persalinan adalah menjamin wanita menjalani persalinan sealami mungkin. Perlakuan individu adalah vital dan ibu membutuhkan bidan berada disampingnya selama persalinan berlangsung.Pesan lain yang penting adalah tentang nyeri selama persalinan. Bidan tahu jika ibu dapat mengatasi nyeri dan mereka menginginkan nyeri. Hal ini dapat mengukur dari kebenaran dan kepercayaan diri pada bidan jika nyeri tidak normal, petidin akan diberikan. Petidin bukan sebagai "pain relief" tetapi lebih sebagai "labour de-inhibitor" yang memungkinkan ibu tidur sebentar sehingga mereka dapat mengatasi nyeri lebih baik. Bidan tidak dapat memberikan petidin dan mengirim ke rumah sakit akan diperlukan jika hal itu dapat diberikan oleh dokter. Ini akan mengecilkan hati jika digunakan.Sikap terhadap nyeri ini sangat menentukan cara kelahiran diatasi di Belanda oleh bidan dan ahli obstetri. Lebih baik dimengerti jika obat diberikan untuk nyeri akan membahayakan bayi dan bidan mengatakan pada ibu dengan jelas. Ini berbeda cara berpikir, khususnya untuk ibu dari latar belakang budaya yan berbeda, digambarkan dalam cerita berikut ini :Banyak ibu Amerika datang ke Belanda untuk melahirkan, khususnya mereka yang mempunyai rekan di Belanda. Satu bidan (Astrid Limburg) yang mendampingi ibu Amerika, pada 36 minggu, datang untuk tinggal di hotel di Amsterdam untuk menuggu kelahiran bayinya. Ibu mengatakan "Saya ingin melahirkan dengan cara seperti di Belanda, jadi tolong aku Astrid, khususnya jika saya mengalami nyeri maka saya ingin diperlakukan seperti ibu disini". Astrid menjawab jika mereka akan "go Dutch" seperti dia harapkan.Persalinan dimulai dan dia menghubungi bidan untuk datang. Meskipun dia berteriak dengan keras (seluruh hotel akan terlibat) dia hanya 1 cm meluas. Dia berkata "Maaf, saya membuat kesalahan tentang semua di Belanda ini, saya ingin epidural!". Astrid memindahkannya ke air dan membuat beberapa saran tentang bagaimana menjadi lebih nyaman. Keluarga ibu juga mohon maaf untuk dirinya sendiri. Setelah itu, Astrid berkata "Saya akan pergi sekarang" dan ibu merasa terkejut, dia berteriak "Ini kejahatan bila meninggalkan saya!". Bagaimanapun, sebaliknya "Kita pergi ke Belanda sekarang dan saya selalu pergi pada saat demikian. Anda dapat melakukan dengan baik, segalanya adalah baik. Ini adalah jutaan dari ibu Belanda melakukannya dan anda juga begitu". Dia juga menyarankan jika suami seharusnya pergi untuk berjalan ke taman.Empat jam kemudian keluarga menghubungi bidan dan ketika Astrid datang dia menemukan ibu penuh keleluasaan. Dia mengalami kelahiran setengah jam kemudian dengan seorang bayi laki-laki yang cakep. Keesokan harinya selama kunjungan postnatal, ibu menjelaskan kelahiran merupakan pengalaman yang luar biasa, Astrid mengatakan jika setelah dia dan keluarga harus tinggal, dia tetap di air dan mengatakan sejak bidan pergi dia merasa baik. Ini memberinya percaya diri sangat besar, jadi dia melupakan bidan dan fokus pada persalinan. Dia merasa lengkap dengan kejutan ketika dia ingin meneran.

Cerita ini menggambarkan filosofi dasar bidan untuk nyeri dan peran bidan selama kelahiran. Ini sangat penting untuk memberi pesan kuat pada ibu dan tentu saja, sistem di Belanda secara total mendukung program ini. Cara lain dalam mempromosikan kelahiran di rumah ini adalah mengatakan jika persalinan di rumah ibu akan merasa lebih baik dan dan keputusan bila tinggal disana atau pergi ke rumah sakit persalinan akan menjadi berkembang. Dengan cara ini ibu menjadi lebih baik keduanya ibu dan bayi dan jika dikirim ke rumah sakit bila perlu kemudian ahli obstetri datang secara khusus (dia tidak selalu ada di rumah sakit) jadi ibu menerima perhatian khusus dari dokter. Dia memberikan perlakuan bila perlu karena keahliannya adalah sangat diperlukan.Bidan di Belanda juga bekerja dengan seorang asisten yang profesional, perawat pembantu kebidanan, yang bekerja sebagai seorang asisten untuk bidan selama persalinan dan tetap tinggal dengan keluarga dan kemudian merawat keluarga. Dia merencanakan observasi setiap hari pada ibu dan bayi, membantu ibu dengan cara menyusui dan membantu pekerjaa rumah tangga. Mereka dilatih selama 18 bulan, dan digaji oleh pemerintah. Bidan mengunjungi setiap dua hari sekali, sampai 5 atau 6 kali sesuai yang diperlukan., mengetahui jika ibu dan keluarga akan dirawat secara profesional selama minggu pertama oleh perawat pembantu bidan. Ini memberikan kombinasi yang baik dari pelayanan dan pelayanan kebidanan di Belanda.

e. Pendidikan Kebidanan Di BelandaKebidanan merupakan aplikasi dari ilmu medis. Bidan adalah tenaga profesional yang mengatur dan monitoring proses fisiologis, berbeda dengan profesi kesehatan lain yang berfokus pada patologi. Bidan memberi kontribusi dalam proses medis kedokteran (Crebas 1991: 25).Perkembangan pendidikan kebidanan di Belanda adalah sbb :1) Tahun 1779Didirikan sekolah kebidanan pertama di Maasticht.2) Tahun 1818Pemerintah mengeluarkan panduan untuk legislasi bidan.3) Tahun 1861Didirikan pendidikan kebidanan kedua di Amsterdam. Pada abad 18 ini masyarakat mengenal bidan sebagai praktisi mandiri Tugas dan tanggung jawab bidan sudah teridentifikasi dengan jelas dan didukung oleh undang-undang oleh pemerintah.4) Tahun 1865Pemerintah memberikan kewenangan kepada bidan sebagai praktisi medis untuk memberikan pendidikan kesehatan dan mendampingi ibu selama proses kelahiran normal.5) Tahun 1878Pemerintah belanda mengeluarkan keputusan untuk pemberian gelar kepada yang telah lulus misalnya dr, drg, farmasi, bidan dan asisten parmasi diberikan Dengan gelar ini seorang bidan diberi kewenangan izin praktek bila sudah melakukan ujian dan dianggap lulus.6) Tahun 1941Sistem pembayaran pelayanan kebidanan dengan asuransi medis yang masih tetap ada sampai dengan sekarang.a) Wanita dengan kehamilan dan persalinan yang fisiologis berada dibawah pengawasan bidan, sedang yang patologis dengan komplikasi berada dibawah pengawasan ahli obstetri.b) Bidan atau dokter yang memberikan pelayanan diluar wilayah kerjanya tidak akan mendapat klaim penggantian biaya asuransi.c) Siswa bidan diberikan kesempatan yang banyak dalam menolong persalinan dirumah dibawah bimbingan bidan seniornya.d) Pemerintah lebih menganjurkan persalinan dilakukan dirumah dan ada dukungan yang kuat dalam pendanaan bila melaukan persalinan dirumah. Hampir 1/3 bidan menolong persalinan dirumah , hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Hingstman Mayoritas (80%) bidan di netherlands praktik mandiri dan memberikan pelayanan persalinan di rumah atau di unit kebidanan dengan masa rawat yang singkat (1994), presentasi persalinan di rumah dilakukan lebih banyak ditolong oleh bidan (Baker et al 1996).7) Tahun 1991Peninjauan kembali kurikulum oleh suatu komite yang bekerjasama dengan departemen kesejahteraan, kesehatan dan kebudayaan di Netherland.

f. Melakukan revisi kurikulum kebidanan dengan mengidentifikasi kebutuhan kebidanan yang harus berdasarkan : 1. Perubahan area obstetrik2. Peningkatan penggunaan teknologi dalam persalinan dan kelahiran3. Identifikasi kebutuhan untuk menyediakan pelatihan dalam USG4. Pemikiran yang berarah pada pendidikan terutama yang berkenaan dengan penilaian mahasiswa5. Kebutuhan bidan dalam mengembangkan kebutuhan riset (Commitee for the revision of the curiculum of midwifery school in nehterlands 1991

Profil bidan yang di buat oleh Netherlands terfokus pada 3 komponen yaitu ; ANC, INC dan PNC, pada tahun 1991 ada penambahan lain yang termasuk pada kategorinya antara lain :1. Prosedur obstetric2. Pencegahan3. Management pada kehamilan / keterampilan berkomunikasi4. Melaksanakan praktek5. Meningkatkan dan memelihara keterampilan professionalMengacu pada Commitee for the revision of the curiculum of midwifery school in nehterlands 1991 menyatakan bahwa keahlian seorang bidan memiliki 5 komponen yaitu : 1. Keahlian formal yang didapat selama pelatihan dari salah satu institusi pendidikan bidan2. Memiliki sikap yang tepat untuk seorang bidan yang professional3. Keahlian yang profesional yang diperoleh harus selalu dipelihara secara teratur dengan mengikuti pelatihan.4. Mampu dalam memberikan pendidikan kesehatan5. Ahli dalam ultrasonic scanning

Pada tahun 1992 bidan komunitas mensupervisi dari 45 % semua persalinan di netherland, lebih dari setengahnya persalinan terjadi di rumah (netherland biro pusat statistik 1994).Sekolah kebidanan adalah universitas mandiri meskipun pelatihan atau training di pertimbangkan dapat menyeimbangkan pendidikan pada tingkat pendidikan vokasi yang lebih tinggi.Tahun 1993 kurikulum di kembangkan menjadi 4 tahun dengan maksud untuk memenuhi kebutuhan bidan dalam mendapatkan pengalaman, dan pemahaman mengenai riset dan untuk menyeimbangkan kualitas program yang dirasakan bahwa standart akademik dapat dicapai dengan memungkinkan setiap lulusan untuk melanjutkan studi doktor.a. Lama pendidikan bidan di belanda ditempuh dalam waktu 1.680 jam, di dalamnya termasuk waktu kontak program dan pembelajaran di rumah yang dibagi kedalam 40 minggu dan tiap minggu terdiri dari 40 jam. Penempatannya antara lain ; di klinik, ruang bersalin, ruang demo dan unit ginekologi yang nantinya diharapkan outcome seperti sebaik bidan praktek mandiri dapat belajar mengatur dan menjalani praktik dan persalinan di rumah.b. Adapun target yang harus dicapai oleh seorang calon bidan adalah lebih dari 40 persalinan seperti yang dibutuhkan oleh peraturan dari organisasi EEC. Dan setiap tahun mahasiswa ini harus mencapai objek pembelajaran yang spesifik. Program pembelajaran terselenggara melalui modul dengan tema utama menggabungkan teori dan keterampilan, serta pada tahun ketiga mereka diharuskan meningkatkan kemampuan keterampilannyac. Pemerintah menanggung semua biaya pendidikan dan mahasiswa akan menerima dana pada saat mereka berada pada tahun ke 4.MENGHUBUNGKAN PELAJARAN MASTER DAN KEBIDANAN DI BELANDAPendidikan untuk Master di dalam ilmu keperawatan dan kebidanan diorganisir oleh agen bekerjasama dengan Arteveldehogeschool, Hogeschool Gent dan Hogeschool Vlaanderen Barat. Master ini menawarkan suatu tingkatan atas untuk Sarjana Muda professional dalam ilmu perawatan dan ilmu kebidanan.Jenjang Pendidikan ini membentuk sumber daya manusia yang dapat disalurkan dalam berbagai pekerjaan, dan penelitian di dalam ilmu pengetahuan keperawatan dan ilmu pengetahuan kebidanan yang menjadi :1. Spesialis klinis2. Manajer kasus3. Kepala ahli perawatan/bidan4. Fungsionaris staf5. Koordinator perawatan6. Anggota kader menengah7. Direksi departemen ilmu perawatan dan kebidanan di dalam sector kesehatan.Kurikulum Susunan Global Ditengah-tengah pendidikan terdapat :1. Pengembangan ke arah evidenbased dan bekerja secara akademis2. Mengarah pada belajar tetap dan belajar di dalam praktek.3. Pendidikan diarahkan pada pemikiran terarah dan berwawasan luas , menggunakan metode dan mampu memecahkan masalah dengan baik.4. Fleksibilitas5. Keterbukaan bagi para mahasiswa yang bekerja.Tekanan disini terletak pada pola fikir yang kritis terhadap pengenalan ilmu pengetahuan, kemampuan dankreativitas menganalisis yang mendalam, didorong pengenalan teoritis dan ilmu pengetahuan.Pengenalan ilmu pengetahuan yang lebih luas dan lebih mendalam dari Master adalah menelaah situasi perawatan yang lebih kompleks, menganalisis strategi perawatan yang sesuai dengan kebutuhan untuk dikembangkan menjadi ilmu pengetahuan yang aktual.Setelah mengikuti pendidikan Master, diharapkan tingkat kemandirian lebih tinggi di dalam pengembangan, pemerolehan dan penerapan ilmu/pengenalan. Juga tingkat pengertian kritis dan kreativitas di dalam memutuskan, menginterpretasi dan menerapkan penelitian ilmiah yang berbeda sekali terhadap kemampuan akhir pendidikan sarjana muda professional.Tujuan Pendidikan Master di BelandaMaster di dalam ilmu keperawatan dan kebidanan adalah orang yang berpendidikan universitas dengan pola fikir berkembang dan melakukan penelitian ilmiah dibidang ilmu keperawatan dan kebidanan. Dengan adanya pendidikan ini antara lain mencoba untuk mewujudkan tujuan :1. Menyumbangkan ilmu untuk mengembangkan ilmu pengetahuan keperawatan dan ilmu pengetahuan kebidanan.2. Memberi bimbingan ilmu keperawatan dan ilmu kebidanan dengan membentuk lingkungan kerja dengan pola fikir akademis3. Mengembangkan keahlian untuk bukti yang didasarkan praktek untuk mewujudkan pemeliharaan kesehatan.4. Membentuk mereka yang berijazah universitas untuk mendidik para mahasiswa sarjana muda yang professional dalam ilmu keperawatan dan ilmu kebidanan di dalam pendidikan sekunder (menengah).5. Menyumbangkan fikiran terhadap pengembangan penelitian ilmiah.

Kejuruan Awal dan AkhirAdanya pengembangan yang terus dilakukan untuk kejuruan akhir dari pendidikan sarjana muda ilmu keperawatan dan kebidanan. Kejujuran/pendidikan akhir ini juga membentuk kejuruan awal dari pendidikan untuk mencapai Master di dalam keperawatan dan kebidanan.Seorang Master di dalam ilmu keperawatan dan kebidanan harus :1. Mampu membaca literatur ilmu pengetahuan keperawatan dan kebidanan secara kritis, dapat memutuskan permasalahan dan harapannya, mensintesis dan menyimpulkan implikasinya untuk praktek.2. Dapat mengkonsultasikan literatur medis yang relevan, melekasanakannya dan menyimpulkan implikasi ilmu keperawatan dan kebidanan.3. Mampu melihat kemungkinan dan memanfaatkannya untuk memperluas mutu perawatan.4. Mampu secara adekuat/memadai dan bertanggung jawab secara ilmiah menerima perubahan-perubahan di masyarakat dan evolusi yang kontinyu di dalam perawatan/pemeliharaan kesehatan.5. Cara-cara ilmiah untuk digunakan dengan cara yang benar di dalam fungsi-fungsi yang mereka pegang untuk menopang keputusan dan pertimbangan-pertimbangan secara empiris6. Dapat memenuhi fungsi spesialis klinis setelah pendalaman yang disesuaikan dibidangnya, dimana belajar sendiri mengambil tempat yang penting, tetapi bukan satu-satunya tempat;7. Mampu melakukan konsultasi dengan para pakar perawatan lainnya, para pakar kebidanan dan para pekerja kesehatan lainnya mengenai masalah perawatan.8. Mampu menganalisis pemeliharaan keperawatan/kebidanan sebagaimana dilaksanakan, menemukan kekurangan dan mengembangkan dengan menggunakan ilmu pengetahuan dan pengenalan pengalaman dengan cara kreatif.9. Mampu berperan serta di dalam pengembangan program perawatan, jalan-jalan klinis dan proyek-proyek mutu.10. Mampu menafsirkan implikasi pembaharuan medis untuk kebijakan ilmu keperawatan dan ilmu kebidanan mereka yang membutuhkan perawatan dan merumuskan jawaban yang tepat;11. Mampu membuat keputusan yang bertanggung jawab mengenai perkembangan-perkembangan yang ditawarkan dari luar negeri atau dalam negeri yang sangat berharga bagi ilmu keperawatan dan ilmu kebidanan;12. Dapat memotivasi para pakar keperawatan dan kebidanan untuk bertindak sesuai dengan pendapat-pendapat penelitian dan implementasi-implementasi yang diperlukan dapat menciptakan dan melanjutkan, yang dikendalikan dari kader teoritis13. Dapat mengevaluasi pengaruh perubahan di dalam ilmu keperawatan/kebidanan14. Mampu memimpin para pakar perawatan dan kebidanan dalam pemeliharaan langsung.15. Mampu memenuhi fungsi kepala keperawatan/kebidanan;16. Mampu memenuhi fungsi di dalam kader menengah dan direksi keperawatan rumah sakit-rumah sakit dan organisasi-organisasi lainnya di dalam pemeliharaan kesehatan;17. Mampu membuat dan melaksanakan rencana kebijakan untuk pemeliharaan keperawatan/kebidanan, sesuai tingkat pengenalan dibidang ilmu pengetahuan keperawatan;18. Ahli dalam Ilmu pengetahuan kebidanan/pakar kebidanan dan manajemen perawatan;19. Menyusun anggaran dan menguasainya, dengan dukungan orang yang bertanggung jawab secara ekonomis20. Dapat melaksanakan kebijakan personalia dengan bermusyawarah dan dengan dukungan orang yang bertanggung jawab secara personalia.21. Mampu mengajar para siswa keperawatan dan kebidanan baik di dalam praktek maupun dalam hubungan pelajaran;22. Dapat merencanakan dan melaksanakan penelitian ilmiah di bawah pengawasan untuk menjelaskan/menguraikan lebih lanjut masalah keperawatan, atau untuk meneliti efektivitas intervensi pakar perawatan dan kebinanan;23. Dapat mengevaluasi pemeliharaan kesehatan dan tindakan yang diambil dengan dibeda-bedakan dari perspektif ilmu pengetahuan/ilmiah dan secara etis.

2.1.1 Inggris

BAB IIIKESIMPULAN DAN SARAN

3.1 KESIMPULAN

1. Perkembangan pendidikan bidan berhubungan dengan perkembangan pelayanan kebidanan. Keduanya berjalan seiring untuk menjawab kebutuhan/tuntutan masyarakat akan pelayanan kebidanan.2. Pendidikan kebidanan di Indonesia dimulai pada tahun 1851 dengan membuka pendidikan bagi wanita pribumi di Batavia dan pendidikan kebidanan berkembang pesat sampai dibukanya pendidikan magister kebidanan di UNPAD pada tahun 2005 dan magister kebidanan di UNAND pada tahun 2011.3. Pelayanan kebidanan adalah seluruh tugas yang menjadi tanggung jawab profesi bidan dalam sistem pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan kaum perempuan khususnya ibu dan anak-anak.4. Tenaga penolong persalinan di Indonesia adalah dukun. Pada tahun 1807 diberikan pelatihan dukun untuk pertolongan persalinan dan pada tahun 1851 dibuka pendidikan bidan di Batavia dan pelayanan kebidanan ini berkembang pesat. Kewenangan pelayanan kebidanan diatur oleh pemerintah (PERMENKES) sejak tahun 1963 dan selalu mengalami revisi sampai pada tahun 2010 yaitu Permenkes no.1464/menkes/per/x/2010.5. Di Amerika, para bidan berperan seperti dokter, berpengalaman tanpa pendidikan yang spesifik, standart-standart, atau peraturan-peraturan sampai pada awal abad ke 20. Pada tahun 1765 pendidikan formal untuk bidan mulai dibuka dan pada tahun 1971 seorang bidan sudah mulai menolong persalinan mandiri. Pelayanan dan pendidikan kebidanan di Amerika terus meningkat dengan dibuatnya organisasi MANA untuk melindungi profesi bidan.6. Di Kanada Model kebidanan yang dipakai di Ontario berdasarkan pada definisi ICM tentang bidan yaitu seorang tenaga yang mempunyai otonomi praktek terbatas pada persalinan normal. Sasaran dari praktek kebidanan adalah masyarakat. Bidan memiliki akses kepada rumah sakit maternitas dan wanita mempunyai pilihan atas persalinan di rumah atau rumah sakit. Ontario tidak menganut konsep partnership sebagai pusat praktek kebidanan walaupun terbagi atas dua model7. Di Australia pendidikan kebidanan dimulai pada tahun 1862 dan pada tahun 1899 bidan yang terlatih dapat bekerja di Rumah Sakit. Pada tahun 2000, di University Of Technology Of Sidney, telah terbentuk S2 Kebidanan (Doctor of Midwifery).8. Di Selandia Baru, bidan harus dapat membangun hubungan partnership dengan wanita yang menjadi kliennya, disamping bidan harus mempunyai kemampuan yang profesional9. Pelayanan kebidanan di Belanda memiliki keunikan tersendiri, karena merupakan gabungan dari budaya dan sistem. Keunikan ini membuat bidan mampu melakukan pendekatan kepada ibu dengan tidak meninggalkan profesionalismenya. Selain itu, sistem ini mempertahankan bidan yang memiliki otonomi penuh dari penyimpangan-penyimpangan yang mungkin terjadi. Sistem ini juga mendukung terhadap peningkatan kualitas tenaga bidan di Belanda.

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Asri dkk . 2008 . Catatan Kuliah Konsep Kebidanan Plus Materi Bidan Delima . Yogyakarta : Mitra Cendikia Press

Soepardan, Suryani . 2007 . Konsep Kebidanan . Penerbit Buku Kedokteran EGC

Purwandari, Atik . 2008. Konsep Kebidanan: Sejarah & Profesionalisme

http://mamah-alvito.blogspot.com/2009/01/sejarah-kebidanan.html

http://bidanshop.blogspot.com/2009/12/kebidanan-di-belanda.html

KEBIDANAN DI BELANDAAdated from institute of science in society, http://www.i-sis.org.uk/midwife.phpKata midwife berasal dari bahasa Jerman. Mid berarti dengan. Sedangkan wife berarti istri. Secara harfiah, Midwife adalah wanita yang berada dengan istri saat melahirkan.Ketikas eorang wanita mempercayakan persalinannya kepada seorang bidan, wanita membiarkan dirinya berada kembali pada situasi normal yang dihadapi seorang wanita, kembali pada tradisi yang menghargai nilai-nilai kewanitaan dan besarnya arti dari proses kelahiran seorang bayi yang dialaminya. Wanita bertanggungjawab dan sekaligus ikut mengontrol sendiri terjadinya suatu proses penting dalam hidupnya yang juga merupakan bagian dari siklus pembaruan dan regenerasi masyarakat yang dia miliki.Sebaliknya, ketika perempuan berada dalam penanganan seorang dokter spesialis, sering kali ia hanya menjadi alat reproduksi yang pasif, menjadi sasaran berbagai jenis intervensi dan instrument medis dengan mengatas namakan efektifitas kerja. Seringkali ia tidak dapat mengontol dan berperan karena tiba-tiba saja dokter melakukan intervensi pelahiran bayinya dengan forceps atau sesar sehingga hilanglah pengalaman melahirkan secara normal yang tentunya sangat berarti bagi seorang wanita.Inilah pesan penting yang dapat diambil dari buku baru Naomi, yang ditulis berdasarkan pengalaman dan pemantauannya dari kondisi kebidanan di Amerika Serikat. Konsep yang menyebutkan bahwa proses persalinan adalah proses medis telah berkembang hampir diseluruh Negara-negara industri di Negara ketiga dan tentu saja hal ini keliru dan memberi dampak yang tidak baik.Satu negara di Eropa dimana profesi otonom bidan tetap bertahan adalah I Belanda, di mana sepertiga dari bayi dilahirkan di rumah. Bidan adalah bagian dari sistem kesehatan primer, memiliki kewenangan untuk memutuskan perempuan mana yang dapat memiliki melahirkan di rumah, perempuan mana yang akan melahirkan di poliklinik dengan dihadiri oleh bidan dan perempuan mana yang harus dirujuk ke dokter spesialis. Itulah kekuatan dari bidan bahwa spesialis yang memaksa seorang wanita ke rumah sakit untuk melahirkan tidak akan lagi menerima rujukannya. Para dokter kandungan yang tidak "ramah perempuan" akan dikucilkan oleh bidan, dan hanya kembali terhubung ke sistem mereka ketika dia bertanya apa yang dapat ia lakukan untuk memastikan bahwa dia menerima saran dari bidam Tingkat otoritas muncul melalui Undang-Undang 1865 tentang Praktek Kedokteran di mana profesi kebidanan didefinisikan dan dilindungi. Faktor lain adalah lingkungan sosial / budaya yang menganggap kehamilan dan melahirkan sebagai proses fisiologis normal, sistem perawatan rumah bersalin terorganisir yang memfasilitasi kontinuitas kelahiran di rumah, dan sistem penyaringan hati-hati untuk kehamilan berisiko tinggi. Bidan Belanda sedang didorong untuk menjadi lebih ilmiah dengan satu tahun pasca sarjana yang ditambahkan ke tiga tahun kursus pelatihan mereka.PENDIDIKAN KEBIDANAN DI BELANDABelanda memiliki tradisi panjang dalam pendidikan kebidanan. Sekolah-sekolah kebidanan pertama didirikan di Maastricht pada 1779 dan di Amsterdam pada tahun 1861. Bidan telah diakui oleh masyarakat sebagai praktisi otonom dengan hak mereka sendiri sejak abad ke-18. Literatur yang ada telah dengan jelas mengidentifikasi peran yang terpisah dan tanggung jawab bidan dan praktisi medis. Pada tahun 1865, Undang-Undang Pemerintahan Praktek Kedokteran menyebutkan bahwa bidan berwenang untuk memberikan saran dan membantu wanita saat melahirkan, meyakini dan membantu persalinan normal serta tidak ada persyaratan untuk penggunaan instrumen. Pada tahun 1878 Undang-Undang Pemerintahan memberikan otoritas kepada mereka yang telah lulus ujian kebidanan untuk berpraktek. Deskripsi tugas seorang bidan dalam Petunjuk untuk Bidan di Kerajaan Belanda, yang ditulis pada tahun 1818 menjabat sebagai pedoman bagi undang-undang ini.

Pada tahun 1941, Dana Asuransi Kesehatan Undang-Undang mengatur sistem pembayaran bersalin yang ada sampai hari ini. Wanita dengan kehamilan dan kelahiran tanpa komplikasi berada di bawah perawatan bidan wiraswasta dan dokter kandungan didanai untuk perawatan wanita dengan komplikasi. Tidak ada dokter keluarga yang bisa mengklaim penggantian untuk perawatan bersalin jika praktik bidan berada di wilayah geografis yang sama dan ada dukungan yang kuat dan pendanaan untuk penyediaan layanan kelahiran di rumah oleh bidan. Sekitar sepertiga dari semua bayi yang lahir di rumah di Belanda.Persalinan di rumah didorong dan didanai oleh pemerintah dan siswa memiliki kesempatan yang cukup untuk terlibat dalam kelahiran di rumah. Menariknya, penelitian untuk mengetahui pengaruh beban kerja pada 'kelelahan' dan kapasitas kerja para bidan Belanda menyimpulkan bahwa kemungkinan 'kelelahan' yang jauh lebih rendah bila sebagian besar waktu bidan melibatkan perempuan menghadiri yang melahirkan di rumah (Bakker et al 1996). Mayoritas (80%) dari bidan di Belanda dalam praktek independen mendatangi perempuan yang melahirkan di rumah atau dipoliklinik (Hingstman 1994). Pada tahun 1992, sebanyak 45% dari semua kelahiran di Belanda ditangani bidan dan lebih dari setengahnya bersalin di rumah (Belanda Biro Pusat Statistik 1994). Di Belanda, 'fisiologi' dan 'patologi' adalah "diakui sebagai dua spesialisasi otonom" dalam pengobatan (Komite untuk Revisi Kurikulum Sekolah Kebidanan di Belanda 1991: 24). Domain bidan adalah tegas dalam 'fisiologi' dan hal ini digaris bawahi secara jelas, juga menyangkut tentang sejauh mana peran bidan, semuanya tercermin dalam pengaturan pendanaan, telah menjadi kontributor utama kolegialitas antara bidan dan dokter kandungan:

"Kebidanan memiliki posisi khusus dalam pengobatan. Bidan adalah spesialis dalam pengelolaan dan pemantauan proses fisiologis. Dalam hal ini, kebidanan berbeda dari spesialisasi lain yang cenderung berfokus pada patologi, mereka berada dalam posisi yang baik untuk membuat kontribusi terhadap diskusi tentang efektivitas obat prosedur kedokteran dan medis '. (Crebas 1991: 25). Sekarang ada tiga sekolah kebidanan di Belanda - di Amsterdam, Rotterdam dan Kerkrade. Calon harus memiliki ijazah diploma dan harus memiliki diambil biologi tambahan dan kursus kimia dalam dua tahun terakhir sekolah tinggi. Kompetisinya sangat ketat disbanding untuk masuk profesi lainnya. Hanya tersedia 20 - 25 kursi dalam setahun di masing-masing dari tiga sekolah. Banyak calon menghabiskan tahun-ulang mencoba untuk mendapatkan tempat. Crebas (1991: 21) menggambarkan proses dimana 100 pelamar yang dipilih untuk wawancara dengan cara undian '. Calon diwawancarai setidaknya sekali untuk 'mengevaluasi bakat pemohon profesi serta / nya motivasinya "(Crebas 1991:21). Sekolah-sekolah kebidanan yang independen dari universitas 'meskipun pelatihan dianggap sama dengan pendidikan di sebuah lembaga Pendidikan Tinggi Kejuruan' (Komite untuk Revisi Kurikulum Sekolah Kebidanan di Belanda 1991: 20). Pada tahun 1993 kurikulum diperpanjang untuk program empat tahun dalam rangka mengatasi kebutuhan bidan untuk memiliki pengalaman dan pemahaman tentang penelitian dan untuk menjaga kualitas program. Hal ini dirasakan bahwa standar akademik yang dicapai oleh ini akan memungkinkan lulusan untuk melanjutkan studi doktor. Pendidikan terdiri dari 1.680 jam per tahun termasuk tatap muka dan belajar di rumah, terbagi atas 40 minggu 40 jam masing-masing. Penempatan praktek adalah di klinik, bangsal bersalin, teater dan departemen ginekologi agar siswa bisas berlatih mandiribagai calon bidan dalam rangka untuk belajar tentang pengaturan dan menjalankan praktek dan kelahiran di rumah. Siswa menolong kelahiran lebih banyak dari 40 persalinan sebagai standar yang ditetapkan oleh MEE regulasi dan setiap tahun mereka harus mencapai keterampilan tertentu. Program bergerak melalui modul dengan tema sentral menggabungkan teori dan akuisisi keahlian, dengan penekanan pada peningkatan magang pada tahun ketiga. Pemerintah memenuhi semua biaya pendidikan dan siswa menerima hibah seluruh mereka empat-tahun.

Pendidikan kebidanan diabadikan dalam undang-undang di bawah Sekolah Kebidanan Act 1988 dan UU Pemerintahan Peme