MAKALAH PELAYANAN KEBIDANAN ISLAM.docx

download MAKALAH PELAYANAN KEBIDANAN ISLAM.docx

of 15

description

Akbid Siti Khodijah Sepanjang

Transcript of MAKALAH PELAYANAN KEBIDANAN ISLAM.docx

MAKALAH PELAYANAN KEBIDANAN ISLAMKEMATIAN

DOSEN PEMBIMBING :MIFTAHUR ROHMAH M.Ag

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1:1. AGLETA ALODIA G.2. AZIZAH WULANDARI.3. CHARLY GIDA ISTIGHOSAH.4. DIAN PERMATA SARI.5. LULUUR ROHMAH.6. LUTFIAH ULUL ILMI.7. NUR FIRDAUSIL JANNAH.8. NURUL HIDAYAH.9. PUPUT WAHYU ASTUTI.10. SULISWATIN.

AKADEMI KEBIDANAN SITI KHODIJAH MUHAMMADIYAHSEPANJANG-SIDOARJOTAHUN AKADEMIK 2013-2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt atas rahmat nikmat dan karunia-Nya serta petunjuk-Nya kepada kami sehingga oleh rasa kewajiban yang mendalam untuk menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.Penyusunan makalah ini dengan judulKEMATIAN disajikan untuk memenuhi pemebelajaran pada mata kuliah PELAYANAN KEBIDADAN ISLAM di AKBID SITI KHODIJAH MUHAMMADIYAH SEPANJANG SIDOARJO.Dalam penyusunan makalah ini kami banyak memperoleh bimbingan dari bebagai pihak pada kesempatan ini penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada:1. Bu Miftahul rohmah M.Ag. selaku dosen mata kuliah PELAYANAN KEBIDANAN ISLAM.Segala daya dan upaya telah kami lakukan dengan baik untuk itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah yang akan datang.Semoga atas penyusunan makalah ini dapat bermanfaat bagi Mahasiswa AKBID SITI KHODIJAH MUHAMMADIYAH SEPANJANG agar dapat memperluas wawasan tentang PELAYANAN KEBIDANAN ISLAM.

Sidoarjo,11 Januari 2014

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangKematian terutama dalam jumlah banyak berkaitan dengan masalah social. Maka dari itu mahasiswa diharapkan mampu membantu klien dalam menghadapi kematian.Kematian sendiri adalah akhir dari kehidupan, yang penyebabnya baik secara alami, terkena penyakit, atau karena kecelakaan. Sedangkan setelah kematian tubuh, makhluk hidup mengalami pembusukan dan selanjutnya kembali menjadi tanah.

1.2 TujuanAgar mahasiswa dapat memahami tentang makna sesungguhnya dalam kematian. Dan agar mahasiswa mendapat gambaran secara nyata tentang kematian.

1.3 ManfaatMahasiswa mampu mengerti tahap tahap kematian dan dapat berupaya menangani kematian di lapangan.

BAB IIPEMBAHASAN2.1 Pengertian Kematian

1. Kematian adalah berhentinya suatu kehidupan, berakhirnya semua aktifitas kehidupan, penghentian kesadaran indrawi, hasrat dan semua jenis gerak, perpisahan jiwa dari tubuh. Jiwa kembali ke alam rohani dan tubuh atau raga berangsur-angsur hancur menjadi tanah.2. Kematian adalah akhir dari kehidupan, ketiadaan nyawa pada organisme biologis. Semua makhluk hidup pada akhirnya akan mati secara permanen, baik penyebabnya secara alami,terkena penyakit, atau karena kecelakaan. Setelah kematian tubuh, makhluk hidup mengalami pembusukan dan selanjutnya kembali menjadi tanah.3. Kematian secara fisik adalah kematian yang sudah benar-benar berakhir karena semua organ tubuh tidak berfungsi untuk bertahan hidup.4. Kematian secara rohani adalah kematian yang sudah diambang ajal, dimana jiwa dan raga sudah tidak bernyawa. Hidup sudah berakhir di bumi ini dan nyawa kembali ke alamselanjutnya (alam barzah). Alquran menjelaskan bahwa Allah lah yang mematikan manusia. Demikian kitab suci ini menyatakan:

Artinya:Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda- tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir. (Qs az-Zumar/39:42).DanArtinya:Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat itu. Dan kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.(QS.Ali Imran/3 : 145)2.2 Tahap Kematian Menurut IslamSeluruh manusia pasti akan diperjalankan tahap demi tahap perjalanan, menuju puncak dan akhir dari perjalanan panjangny. Tahap demi tahap perjalanan manusia itu, adalah menjalani 2 kematian dan 2 kehidupan, dengan rute perjalanan: Mati, Hidup, Mati dan akhirnya Hidup kembali.

a) Tahap Mati Yang Pertama( )1. Tahapan yang pertama (Mati yang pertama) ini adalah tahapan dimana manusia belum bisa disebut (di dzikirkan) 2. Belum Bisa disebut, karena memang manusia belum diciptakan, oleh karena itu tahap Mati Pertama ini juga disebut kematian yang nisbi / relatif ( ).b) Tahap Hidup Yang Pertama( )1. Berlanjut pada tahap perjalanan yang kedua adalah tahap manusia hidup (dihidupkan oleh Allah untuk yang pertama kali), tahap ini disebut Tahap hidup yang pertama (QS 76/2)2. Di tahap ini, manusia setidaknya singgah dalam dua alam; Alam Rahim dan Alam Dunia (23/12-14)

Alam Rahim( )1. Alam rahim atau disebut juga alam kandungan, adalah kehidupan pertama manusia , dimana manusia hidup dalam rahim (kandungan) seorang ibu, rata-rata selama 9 bulan 10 hari.2. Terjadi proses penciptaan manusia yang alami; Alam pertama yang akan disinggahi manusia adalah kehidupan di alam rahim: 40 hari berupa nutfah, 40 hari berupa alaqah (gumpalan darah), dan 40 hari berupa mudghah (gumpalan daging), kemudian ditiupkan ruh dan jadilah janin yang sempurna. Setelah kurang lebih sembilan bulan, maka lahirlah manusia ke dunia (23/12-14).3. Terjadi proses transaksi perjanjian manusia dengan Allah Taala (7/172), yaitu manusia berjanji untuk BERTAUHID kepada Allah. Proses ini terjadi saat Allah meniupkan Ruh kedalam rahim seorang ibu (15/29).4. Seluruh manusia terikat dengan perjanjian Ilahiyyah ini, sehingga kelak setelah manusia dilahirkan ke alam dunia maka ia wajib memenuhi perjanjian Ilahiyyah ini dengan menghadapkan wajjahnya kepada Dien Islam dengan lurs / bertauhid (30/30). Alam Dunia( )1. Alam Dunia adalah alam yang disinggahi manusia setelah manusia keluar dari alam rahim hingga menemui kematian.2. Secara umum manusia akan mengalami masa Dhofin /lemah (masa kecil), kemudian masa Quwwatin / Kuat (dewasa) kemudian masa Dhofin / lemah (tua) (30/54). Tetapi ada Kematian yang akan membayang disetiap masa kehidupan, sehingga tidak semua manusia mengalami masa-masa tersebut (22/5)3. Manusia lahir ke alam dunia dalam keadaan TIDAK TAHU APA-APA (16/78), tetapi manusia lahir dalam kondisi FITRAH, sabda Rasulullah SAW:( )Tidak ada manusia yang lahir kecuali dilahirkan dalam keadaan FITRAH. Maka orangtuanyalah yang akan membuat dia menjadi Yahudi, nashrani atau majusi (HSR Bukhari)4. Kewajiban manusia di alam dunia ini, adalah menjaga agar tetap berada dalam FITRAH-nya, jangan menyimpang. Dan untuk agar tetap dalam posisi FITRAH, ia harus menghadapkan Wajjahnya kepada Dinul Islam dengan lurus / bertauhid.5. Kelak manusia akan mengalami kematian sebagai akhir dari kehidupan di dunia. Tidak ada seorang manusiapun yang tahu kapan dan dimana ia akan mati, tetapi manusia diberi pilihan oleh Allah mau dalam kondisi apa kamu mati. Dan Ar-rahiem mewasiatkan kita agar mati dalam kondisi MUSLIMUN (3/102) dan jangan mati dalam keadaan Dzalimi Anfusahum .

c) Tahap Mati Yang Kedua( )1. Kematian yang kedua adalah kematian setelah sebelumnya manusia dihidupkan di alam dunia.2. Pada tahap ini, manusia akan singgah di alam barzakh ( ) yaitu alam penantian menunggu qiyamat dimana seluruh manusia di alam barzakh ini akan dibangkitkan (80/21-22).3. Di alam barzakh ini akan ditampakan setiap pagi dan sore hari kapling / tempat yang akan manusia tempati kelak di HARI AKHIR.Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dalam sabdanya: Apabila seseorang telah mati, akan diperlihatkan kepadanya tempat tinggalnya pada waktu pagi dan sore. Jika ia termasuk penghuni surga, maka diperlihatkan tempatnya di surga. Dan jika ia dari penghuni neraka maka diperlihatkan tempatnya di neraka. Kemudian dikatakan kepadanya, Inilah tempatmu yang akan engkau tempati pada hari Kiamat. [HR Muslim no. 5110, Ahmad no. 5656, Mlik no. 502]Sebagaimana Allah tampakan neraka kepada Firaun di alam barzakh setiap pagi dan petang (40/46).d) Tahap Hidup Yang Kedua( )1. Kehidupan yang kedua, adalah kehidupan abadi setelah terjadi Hari Qiyamat dan seluruh manusia di alam barzakh dibangkitkan. Disinilah manusia singgah dalam persinggahan terakhir yaitu di alam akhirat ( )2. Beberapa peristiwa menjelang dan hingga manusia menetap di alam akhirat:1. Qiyamat (39/68), yang diawali dengan tiupan sangkakala pertama hingga seluruh makhluq mengalami kebinasaan / mati dan tiupan sangkakala kedua adalah dimana manusia yang sudah mati dan singgah di alam barzakh dibangkitkan dihidupkan kembali (22/1-2, 81/1-4)2. Baats / kebangkitan, yaitu kebangkitan manusia dari alam barzakh (39/68, 22/7, 3/98)3. Mahsyar, yaitu pengumpulan seluruh manusia dalam satu tempat setelah manusia dibangkitkan (14/21, 6/22, 17/71, 4/41, 20/124)4. Hisab, yaitu manusia akan dihitung amalnya selama di dunia (58/6-7, 17/13-14, 2/143) dihadirkan dalam persidangan akhirat ini saksi saksi; saksi sosial kerisalahan (24/24, 17/71) dan saksi diri (6/94)5. Mizan, yaitu penimbangan amal (21/47, 23/102-103)6. Shirat, yaitu manusia diperjalankan pada sebuah titian; barang siapa yang tidak bisa memelihara FITRAH-nya selama didunia akan jatuh keneraka dan barangsiapa yang mampu memelihara FITRAH-nya akan sukses melaju hingga ke Surga (19/71-72)7. Khulud, yaitu masa keabadian: ada yang abadi di NERAKA (2/80-81, 39/71-72), ada yang abadi di suRGA (2/82, 7/49, 16/31, 39/73-74)Inilah perjalanan panjang manusia, semoga kelak di persinggahan terakhir dalam hidup yang abadi di akhirat kelak kita berada dalam SURGA.

2.3 Upaya Penanganan Kematian1. Merawat KematianAda beberapa tuntunan dan dan kewajiban menangani orang yang telah meninggal, yaitu:Melakukan istirja, yaitu mengucapkan lafal Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun. Tindakan ini didasarkan perintah Allah sebagai berikut.Artinya: (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan inna lilla>hi wa inna ilaihi ra>jiu>n (Q.S. al-Baqarah/2 : 156).Selanjutnya Rasulullah menambah ajaran agar berdoa manakala tertimpa musibah kematian dari keluarganya atau saudaranya seiman, yaitu doa sebagai berikut: .Artinya: Ya Allah anugerahilah pahala atas musibahku ini, dan gantilah untuk ku yang lebih baik daripadanya.Setelah nyata seseorang meninggal, maka segera dilakukan hal-hal sebagai berikut:a. Memejamkan matanya kalau masih terbuka. Keterbukaan mata itu terjadi karena mata mengikuti keluarnya ruh. Ketika Abu Salamah mengalami sakaratul maut, Rasulullah memasuki bilik di mana Abu Salamah berbaring. Ia sudah meninggal, dan matanya masih terbuka, kemudian Rasulullah memejamkan matanya dan bersabda: , , : . : . , : . , ( ).Artinya: sesungguhnya apabila ruh itu dicabut mata mengikutinya. Maka orang-orang dari keluarganya berteriak, beliau bersabda: janganlah kamu berdoa untuk dirimu sendiri kecuali demi kebaikan karena Malaikat mengamini terhadap yang kamu ucapkan. Kemudian beliau berdoa: Ya Allah ampunilah dosa-dosa Abu Salamah, angkatlah derajatnya beserta orang-orang yag mendapat petunjuk, lapangkanlah dia dalam kuburnya, sinarilah ia dalam kubur, dan gantilah ia pada putranya (HR. Muslim dari Ummu Salamah).b. Tangan disedekapkan di atas dada dan kaki diluruskan.c. Mulut dikatupkan dengan diikat kain yang menyangkut bagian dagu, pelipis, dan kepala bagian ubun-ubun.d. Ditelantangkan membujur dengan kepala sebelah kanan kiblat. Untuk di Jawa membujur ke utara.e. Muka dan seluruh tubuhnya ditutup, sambil mempersiapkan perawatan selanjutnya, khususnya memandikannya).f. Mengabarkan berita lelayu ini kepada keluarganya yang menungguinya di rumah sakit. Selanjutnya supaya keluarga berkoordinasi mengabarkan peristiwa ini kepada para tetangga, relasi, dan kerabatnya.2. Memandikan mayyitSebelum memandikan mayit persiapkan terlebih dulu: (1) air suci yang menyucikan, dengan dicampuri bau-bau wewangian, (2) serbuk larutan kapur barus, untuk meredam bau, (3) sarung tangan dan handuk tangan untuk membersihkan kotoran maupun najis lain, (4) Lidi atau sebangsanya untuk membersihkan kuku, dan (5) handuk untuk mengelap tubuh mayit setelah dimandikan.Setelah persiapan selesai segera memandikannya, (1) Membujurkan jenazah menghadap kiblat dengan kepala di sebelah kanan, di tempat tertutup, pada tempat yang telah disediakan. Di rumah sakit, dalam memandikan mayyit perawat bisa bekerja sama dengan bagian kerohanian atau malah ini bagian kerohania sepenuhnya sehingga perawat hanya mengoperkan ke bagian ini. (2) Melepas seluruh pakaian yang menempel padanya, termasuk pengikat dagu, (3) Menutup bagian aurat, (4) Melepas cincin atau gigi palsu kalau ada, (5) Membersihkan kotoran dengan meremas bagian perut agar kotoran keluar, pada saat ini bagian kepala agak ditinggikan sehingga memperlancar keluarnya kotoran, (6) Membersihkan kuku-kukunya, rongga mulutnya, atau lubang-lubang yang lain. Disunahkan menyiram air mulai bagian kanan diawali dari kepala, lalu menurun hingga kaki, setelah itu dimulai bagian kiri dengan peragaan seperti bagian kanan. Cara ini diulangi beberapa kali sambil digosok-gosok dan bilas sehingga bersih. Diusahakan ganjil, tiga, lima dst, Untuk mengakhiri ini disiran larutan kapur barus atau air yang wangi.3. Mengafani MayitPerlengkapan kafan meliputi: (1) Selembar kain lingkaran badan dan yang lebih panjang dari seluruh tubuh, (2) Tujuh utas tali dari sobekan kain kafan, (3) Kain segi tiga tutup kepala/rambut, (4) Sehelai tutup aurat, untuk wanita ditambah kain basahan, mukena untuk rambut, dan baju untuk penutup bagian dada, (5) Kapas untuk menutup semua lobang (mata, mulut, telinga, hidung, dan mulut).Untuk jenazah laki-laki disunahkan kain tiga lapis, demikian hadis tersebut menunjukkannya: ( ).Artinya: Rsulullah saw. Dikafani dengan tiga lapis (baju) kain putih Yaman yang dipintal dengan halusterbuat dari kapas (katun) tidak memakai gamis dan surbal (HR. Muttafaq alaih dar Aisyah).Dalam naskah-naskah kitab kuning fikih menyebutkan disunnahkan, kalau ada, ditambah baju kurung dan surban. Untuk jenazah wanita disunahkan lima lapis kain kafan ditambah sarung, baju, dan kerudung.Untuk mengafani mayit, urutan persiapannya adalah sebagai berikut: (1) Meletakkan tujuh utas tali pada posisi: ujung kepala, leher, pinggang/pada lengan tangan, perut, lutut, pergelangan tangan, dan ujung kaki,(2) Menggelar kain memanjang dan melebar di atas tujuh utas tali ke seluruh tubuh, selanjutnya ditaburi serbuk kapur barus, (3) Meletakkan dan mengatur kain (segi tiga) penutup rambut/kepala, (4) Membentangkan kain penutup dada, dengan masih terhampar di ke atas, (5) Meletakkan kain sehelai tutup aurat (semacam celana dalam) memanjang dan melebar ke bawah dan merupakan kain lipatan, (6) Bagi jenazah wanita diatur mukena, baju, dan kain basahan sesuai dengan posisi tubuh masing-masing.4. Menyalati MayyitSyarat menyalati jenazah: (1) Bergama Islam, (2) Berakal sehat, (3) Baligh, (4) Menutup aurat, (5) suci dari najis maupun hadas baik besar maupun kecil, (6) Mayat sudah dimandikan maupun sudah dikafan, (7) Posisi jenazah di sebelah kiblat orang yang menyalatinya. Si Imam salat berada di saf terdepan sendirian berada di samping jenazah bagian kepala kalau jenazahnya laki-laki, dan di bagian kaki bawah lutut kalau jenazahnya perempuan. Para makmum berada di belakang Imam dan selalu membentuk saf ganjil.Jika salat jenazah bersifat ghaib, mayat tidak perlu ada di depan para mushalli alaih. Salat Ghaib dilakukan biasanya terhadap para pemimpin agama yang wafat. Umat Islam dari tempat-tempat yang jauh dihimbau oleh para tokoh agama atau ustaz untuk ikut menyalatinya secara ghaib.Peragaan salat jenazah meliputi:(1) Niat dalam hati, (2) Takbiratul ihram atau takbir pertama, melafalkan Alla>hu Akbar (Allah Maha Besar).(3) Membaca surat al-Fatihah,(4) Takbir yang kedua, Alla>hu Akbar.(5) Membaca shalawat Nabi, sebaiknya secara lengkap: , . . )Ya Allah, limpahkan shalawat dan salam kepada Muhammad dan keluarganya sebagaimana Engkau telah melimpahkannya kepada Ibrahin dan keluarganya. Berkatilah Muhammad dan Keluarganya sebagaimana Engkau telah memberkati Ibrahim dan keluarganya. Di Alam semesta ini, Engkau sesungguhnya senantiasa terpuji dan diagungkan).(6) Takbir yang ketiga, Alla>hu Akbar(7) Berdoa, antara lain: . . Ya Allah, ampunilah dia, kasihanilah dia, sehatkanlah dia, ampunilah dia, mulyakan di tempat penurunannya, luaskanlah tempat masuknya, mandikanlah ia dengan air, air embun, dan air sejuk, sucikanlah ia sebagaimana kain putih dibersihkan dari kotoran, gantilah rumahnya dengan rumah yang lebih baik dari rumahnya (di dunia), gantilah keluarganya yang lebih baik dari pada keluarganya ketika di dunia, gantilah istrinya yag lebih baik dari pada istrinya ketika di dunia, jagalah dia dari siksa kubur dan siksa neraka).(8) Takbir ke empat, Alla>hu Akbar(9) Berdoa, antara lain: , . .Ya Allah jika ia termasuk orang yang berbuat baik, maka lipat gandakanlah kebaikannya. Jika ia termasuk orang yang berbuat jelek, maka lewatkanlah kejelekennya. Ya Allah, jangan Engkau haramkan pahalanya. Janganlah menyesatkan kepada kami sepeninggalnya).Jika si mayyit masih memiliki orang tua yang hidup, doa yang dibaca sesudah takbir ke empat antara lain demikian: Artinya:Wahai Tuhanku, jadikanlah dia pendahulu yang mendahului orang tuanya untuk menyiapkan kebaikan bagin orang tuanya, jadikanlah dia kebajikan yang didahulukan untuk ibu bapaknya, jadikanlah dia pertaruhan (persediaan) bagi keduanya, beratkanlah dia di timbangan dua orang tuanya, curahkanlah kesabaran atas jiwa kedua orang tuanya, janganlah Engkau memberi cobaan-cobaan kepada kedua orang tua sesudahnya, dan janganlah Engkau tidak memberikan pahalanya kepada orang tuanya.10).Salam mengakhiri salat: Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh (Semoga keselamatan untk kamu semua,demikian juga berkah Allah-Nya), sambil menoleh ke kanan), kemudian melakukan hal yang sama sambil menoleh ke kiri.5. Mengubur MayyitHal-hal yang perlu disiapkan dalam penguburan mayit adalah sebagai:(1). Tempat penguburan jenazah muslim mestinya khusus kuburan muslim, tidak dicampur dengan kuburan non muslim. Kalau karena darurat adalah persoalan lain. Di kota-kota besar, secara umum kuburan itu bercampur-baur antara jenazah yang semasa hidupnya beragama Katolik, Kristen, atau Islam. Kenyataan ini hanyalah karena persoalan praktis, yaitu tanah pekuburan sangat terbatas sehingga kalau kubur keluarga seseorang tidak dipajaki lagi setiap tahunnya, tentu akan digusur dan diisikan jenazah lain yang dikubur belakangan, dengan membayar pada aparat. Umumnya, di kota-kota sangat padat penduduk sehingga mau mengubur jenazah saja harus mengeluarkan biaya banyak kalau ingin tidak digusur..(2). Struktur tanah kuburan harus kuat tidak mudah longsor. Mengubur jenazah harus berbentuk liang lahat, artinya ada rongga di dalamnya. Jadi tubuh jenazah tidak langsung tertindih tanah..(3). Ukuran dalam lubang pemakaman dikira-kirakan tidak bisa dibongkar binatang buas pemakan daging atau bangkai seperti harimau, anjing, dan serigala, dan tidak membocorkan bau busuk. Secara umum dan ideal adalah setinggi manusia dewasa berdiri, kira-kira 160 cm, atau dalam tradisi Jawa sak dedeg sak pengawe (setinggi orang berdiri sambil mengacungkan tangannya lurus-lurus ke atas)..(4) Keranda jenazah harus dapat menutup rapat jenazah dan dari bahan yang sesederhana mungkin sehingga tidak termasuk mubazir. Setelah liang lahat siap untuk menguburkan, jenazah segera diberangkatkan ke tanah untuk dikubur. Rasulullah memang menganjurkan agar menyegerakan mengubur Jenazah. Demikian sabda beliau: , , , { }Artinya:Segerakanlah penguburan jenazah. Jika ia baik, maka baiklah yang kamu ajukan. Jika selain itu, maka kejahatan yang kamu turunkan dari bahumu (Muttafaqun alaih dari Abi Hurairah).Di dalam mengubur jenazah sangat dianjurkan untuk berdoa sebagai ditunjukkan hadis berikut: : , .Artinya: adalah Rasulullah, apabila mayat dimasukkan ke kuburnya, beliau berdoa: bismillah wa ala millati Rasulillah (dengan menyebut asma Allah dan atas nama agama utusan Allah) HR. al-khamsah dari Ibnu Umar Ra).Kiranya perlu disadari bahwa tidak ada riwayat autentik dari Nabi mengazani dan mengikomati mayit di dalam kubur. Melakukan kedua hal ini bisa dikatakan bidah jika itu suatu keharusan atau keutaman. Sepanjang riwayat yang ada, adzan hanya untuk memanggil salat fard}u atau shalat tahajjud, utamanya, 1/3 malam terakhir. Tidak ada riwayat pula riwayat dari Rasulullah melakukan azan untuk mengendalikan angin lesus (putting beliung).Tidak ada riwayat autentik dari Rasul menalkin mayat dalam keadaan sudah terkubur. Justru malah ada riwayat shahih Nabi menyalati jenazah setelah di kubur dan salatnya di area pekuburan pula karena jenazah tersebut lupa belum disalati di rumah duka. Hadis berikut menunjukkan akan hal ini: Artinya: (Pada suatu hari) Rasulullah sampai ke kubur yang masih basah, maka beliau shalat baginya dan bershaf-shaflah para sahabat baginya dan bershaf-shaflah para sahabat di belakang beliau (HR. Bukhari dan Muslim). Wallaahu alamu bishawaab.CatatanSetelah rombongan jenazah sampai di kuburan, urutannya sebagai berikut:(1) Keranda diletakkan di sebelah liang kubur(2) Tutup keranda di buka,(3) Dua atau tiga orang pengiring jenazah masuk dulu ke liang lahat untuk menerima jenazah,(4) Jenazah diangkat dan dimasukkan dari arah kaki, didahulukan dari pada bagian kepala(5) Yang telah di dalam menerima jenazah dengan hati-hati,(6) Jenazah dimiringkan dengan lambung kanan sehingga wajah dapat menghadap kiblat,(7) Tali-temali dilepas, tetapi masih tetap melingkar pada posisinya,(8) Menutup cekungan liang lahat dengan kayu yang kuat,(9) Menimbuni tanah secara rapat dan padat.Dalam mengebumikan mayat perlu diperhatikan ha-hal sebagai berikut:(1) Tidak ada tuntunan talkin untuk orang yang sudah mati. Seluruh hubungan antara orang yang sudah mati dengan orang yang masih hidup di dunia terputus kecuali tiga perkara, yaitu sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat dalam arti masih dimanfaatkan oleh yang hidup, dan anak salih yang mendoakan kepada orang tuanya (yang sudah meninggal). (2) Oleh karena itu kalau diadakan upacara di kuburan setelah selesai menimbuni tanah cukup didoakan yang isinya supaya si mayit jauh dari fitnah kubur, jauh dari siksanya dan siksa neraka, diberi ampunan atas kesalahannya, supaya lapang, terang, dan nyaman di alam kubur baik doa itu dilakukan secara individual atau jamaah. Tidak perlu pula membaca Alquran, surat Yasin atau yang lain yang pahalanya dikirimkan kepada yang baru saja dikebumikan atau orang-orang lain yang telah meninggal.(3) Tidak dianjurkan para wanita ikut menghantar jenazah ke kuburan karena dikhawatirkan kehilangan kontrol sehingga berbuat yang tidak-tidak seperti menangis atau sambat-sambat. Laki-laki pun juga tidak boleh kalau seperti permpuan itu.5. Ziarah KuburDitambahkan di sini mengenai syariat ziarah ke kubur. Amal perbuatan ini memang boleh asal:a. Mendoakan yang diziarahi,b. Ingat bahwa dirinya akan mati sehingga diharapkan ia banyak bertaubat dan beramal salih sebagai bekal menuju kematian,c. Tidak boleh meminta atau doa sesuatu kepada yang diziarahi, kepada Rasulullah sekalipun,d. Tidak mengirim pahala bacaan kalimah-kalimah thayyibah maupun Alquran). Keempat hal ini tercermin dari tuntunan doa Rasulullah bagi para peziarah kubur sebagai berikut: . Artinya: Semoga keselamatan untuk kamu hai penduduk para muslim dan mukmin, aku insyaAllah menyusulmu. Ya Allah semoga bagi kami dan kamu semua memperoleh kesehatan. (Basharuddin, 2007 : 164).e. Kalau ingin ngalap berkah (memperoleh barakah) dalam berziarah kubur terbatas meneladani kesalihan, seperti: ibadahnya, perjuangannya terhadap Islam, keramah-tamahannya terhadapsesama muslim, kealimannya, ke-zuhud-annya, dan yang kebaikan-kebaikan lainnya yang diziarahi ketika ia masih hidup di dunia.f. Di Kuburan tidak boleh duduk, utamanya di atas pemakaman. Larangan Nabi demikian artinaya: Janganlah kalian salat menghadap kuburan dan duduk di atasnya (H.R.Muslim). Jadi di kuburan cukup berdiri, dengan demikian tidak perlu berlama-lama di sana.

BAB IIIPENUTUP

3.1 KesimpulanMakna sesungguhnya dalam kematian tercermin dalam sikap yang ditunjukan seseorang sebelum akhirnya individu mati. Dalam Islam Semakin seseorang menjalani kehidupan sebaik-baiknya untuk digunakan beramal dan beribadah kepada Allah, maka semakin tinggi ia memaknai kematian dengan baik. Begitu pun sebaliknya, jika seseorang semakin jauh dari sikap dan rasa terikat dengan Allah maka semakin rendah Ia memaknai kematian dan ketakutan akan mati akan semakin besar dalam dirinya.

DAFTAR PUSTAKA http://danusiri.dosen.unimus.ac.id/2012/01/13/merawat-kematian/ http://ceramah-islam.com/ceramah-ust-mansur-tata-cara-merawat-jenazah/ http://hudawadinilhaq.wordpress.com/2012/10/23/perjalanan-manusia-%D8%B1%D8%AD%D9%84%D8%A9-%D8%A7%D9%84%D8%A7%D9%86%D8%B3%D8%A7%D9%86-waiman-cakrabuana/