MAKALAH MPPH

15
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian sosial tentang hukum atau yang disebut sebagai socio-legal research sering kali disalahartikan sebagai penelitian hukum. Hal itu disebabkan baik penelitian yang bersifat sosio-legal maupun penelitian hukum mempunyai objek yang sama, yaitu hukum. Akan tetapi, penelitian yang bersifat sosio-legal hanya menempatkan hukum sebagai gejala sosial. Dalam hal demikian, hukum hanya dipandang dari segi luarnya saja. Oleh karena itulah di dalam penelitian sosio-legal hukum selalu dikaitkan dengan masalah sosial. Penelitian-penelitian yang demikian menitikberatkan perilaku individu atau masyarakat dalam kaitannya dengan hukum. Berdasarkan hal tersebut, tidak dapat disangkal bahwa yang sering menjadi topik di dalam penelitian sosio-legal adalah masalah efektivitas aturan hukum, kepatuhan terhadap aturan hukum, peranan lembaga atau institusi hukum dalam penegakan hukum, implementasi aturan hukum, pengaruh aturan hukum terhadap masalah sosial tertentu atau sebaliknya. Dalam penelitian semacam itu, hukum ditempatkan sebagai variabel terikat dan faktor-faktor non hukum yang mempengaruhi hukum dipandang sebagai variabel bebas.

Transcript of MAKALAH MPPH

Page 1: MAKALAH MPPH

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penelitian sosial tentang hukum atau yang disebut sebagai socio-legal

research sering kali disalahartikan sebagai penelitian hukum. Hal itu disebabkan

baik penelitian yang bersifat sosio-legal maupun penelitian hukum mempunyai

objek yang sama, yaitu hukum. Akan tetapi, penelitian yang bersifat sosio-legal

hanya menempatkan hukum sebagai gejala sosial. Dalam hal demikian, hukum

hanya dipandang dari segi luarnya saja. Oleh karena itulah di dalam penelitian

sosio-legal hukum selalu dikaitkan dengan masalah sosial. Penelitian-penelitian

yang demikian menitikberatkan perilaku individu atau masyarakat dalam

kaitannya dengan hukum. Berdasarkan hal tersebut, tidak dapat disangkal bahwa

yang sering menjadi topik di dalam penelitian sosio-legal adalah masalah

efektivitas aturan hukum, kepatuhan terhadap aturan hukum, peranan lembaga

atau institusi hukum dalam penegakan hukum, implementasi aturan hukum,

pengaruh aturan hukum terhadap masalah sosial tertentu atau sebaliknya. Dalam

penelitian semacam itu, hukum ditempatkan sebagai variabel terikat dan faktor-

faktor non hukum yang mempengaruhi hukum dipandang sebagai variabel bebas.

Hasil yang hendak dicapai oleh penelitian semacam ini adalah menjawab

pertanyan-pertanyaan:

- Apakah ketentuan tertentu efektif di suatu daerah tertentu?

- Apakah ketentuan tertentu efektif untuk seluruh Indonesia?

- Faktor-faktor non hukum apakah yang mempengaruhi terbentuknya

ketentuan-ketentuan suatu undang-undang?

- Apakah peranan lembaga tertentu efektif dalam penegakan hukum?

Penelitian dengan masalah-masalah seperti itu dimulai dengan hipotesis

dengan contoh-contoh sebagai berikut:

Page 2: MAKALAH MPPH

- UU tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah

efektif dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah di Kabpaten

Lamongan;

- UU Yayasan tidak mengubah eksistensi Yayasan-yayasan pengelola

Perguruan Tinggi di Indonesia;

- Faktor kekurangsiapan pembentuk undang-undang menyebabkan

banyaknya undang-undang dimintakan pengujian ke Mahkamah

Konstitusi;

- Komisi Pemberantasan Korupsi efektif dalam memberantas korupsi di

Indonesia

Untuk menguji hipotesis-hipotesis itulah diperlukan data yang diperoleh

secara sampling dengan random atau purposiveatau mungkin stratified random

sampling atau mungkin tanpa sampel bergantung pada sifat populasi yang diteliti.

Mengeni teknik pengumpulan data mungkin dengan cara wawancara, observasi,

kuesioner, atau cara lainnya yang disediakan oleh metode penelitian sosial.

Analisis data yang terkumpul dengan mengunakan metode statistik yang lazimnya

disebut penelitian kuantitatif. Data dapat juga dianalisis secara kualitatif tanpa

perlu statistik. Hasil yang diperoleh adalah menerima atau menolak hipotesis yang

diajukan. Itulah prosedur penelitian sosio-legal yang tidak kurang sebenarnya

merupakan penelitian sosial dan bukan penelitian hukum.

Prosedur semcam itu tidak dikenal dalam penelitian hukum. Berbeda

denga penelitian yang bersifat sosio-legal yang memandang hukum dari luar

sebagai gejala sosial semata-mata dan mengaitkannya dengan masalah-masalah

sosial, di dalam penelitian hukum, yang diteliti adalah kondisi hukum secara

instrinsik, yaitu hukum sebagai sistem nilai dan norma sosial. Hasil yang hendak

dicapai oleh penelitian hukum tidak dikenal istilah hipotesis, variabel bebas dan

terikat, data, sampel, atau analisis kuantiatif maupun kualitatif.

Penelitian hukum dilakukan untuk memecahkan isu hukum yang diajukan.

Hasil yang hendak dicapai adalah memberikan preskripsi apa yang seyogyanya.

Page 3: MAKALAH MPPH

Apabila contoh-contoh permasalahan dalam penelitian sosio-legal di atas hendak

dijadikan penelitian hukum, esensi permasalahannya harus diubah.

1.2. Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang penulisan di atas, maka dapat merumuskan

beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan penelitian social legal ?

2. Mengapa diperlukan penelitian social legal ?

3. Bagaimanakah penelitian social legal itu ?

1.3. Tujuan

Dari rumusan permasalahan di atas, telah mencerminkan fokus dari

penulisan ini. Untuk itu, secara lebih operasional dan terinci yang menjadi

tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui pengertian penelitian social legal.

2. Mendiskripsikan penelitian social legal.

3. Menganalisis mengenai penelitian social legal.

Page 4: MAKALAH MPPH

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Penelitian Socio-Legal Studies

Penelitian socio-legal studies sebenarnya bukanlah hal yang baru dalam

dunia ilmu hukum. Dalam perkembanganya, kajian tentang hukum dan

masyarakat (law and society), mengubah labelnya menjadi kajian sosial tentang

hukum atau socio-legal studies. Mengenai hal ini, Tamanaha (1997)

mengemukakan hasil pengamatannya dengan mengatakan bahwa label atau

julukan socio-legal studies juga ditujukan kepada law and society studies. Namun,

belakangan istilah yang lebih disukai adalah socio-legal studies.1 Dengan

demikian, istilah socio-legal studies sinonim dengan istilah law and society

studies. Studi yang bersifat interdisipliner ini merupakan ‘hibrida’ dari studi besar

tentang ilmu hukum dan ilmu-ilmu tentang hukum dari perspektif kemasyarakatan

yang lahir sebelumnya.2

Studi ini bagi sebagian orang mungkin diidentikkan dengan sosiologi

hukum, ilmu yang sudah banyak dikenal di Indonesia sejak lama. Namun pada

kenyataanya, keduanya sangat berbeda. Dapat diketahui bersama bahwa sosiologi

hukum tidak khusus mempelajari hukum sebagai perangkat norma atau sejumlah

kaedah khusus yang berlaku.3 Sedangkan socio-legal studies menaruh minatnya

dalam mempelajari hukum berada pada perspektif ilmu hukum atau ilmu sosial,

maupun kombinasi di antara keduanya.4

Socio-legal studies dasar pemikirannya berasal dari sosiologi arus utama,

dan bertujuan untuk mengkonstruksi pemahaman teoritik dari sistem hukum. hal

itu dilakukan oleh para sosiolog hukum, dengan cara menempatkan hukum dalam

1 Brian Z. Tamanaha, Realistic Socio-Legal Theory Pragmatism and a Social Theory of Law, New York : Oxford University Press, 1997, hlm. 1.

2 Sulistyowati Irianto, dkk, Kajian Socio-Legal Edisi-1, Denpasar : Pustaka Larasan, Jakarta : Universitas Indonesia, Universitas Leiden, Universitas Groningen, 2012, hlm. 16.

3 Faisal, Menerobos Positivisme Hukum, Yogyakarta : Rangkang-Education, 2010, hlm. 11. 4 Ibid, hlm. 10.

Page 5: MAKALAH MPPH

kerangka sturktur sosial yang luas.5 Mengutip pendapat Wheeler Thomas, bahwa

studi socio-legal adalah suatu pendekatan alternatif untuk menguji studi doktrinal

terhadap hukum. lebih jauh ia mengatakan, sebagai berikut :

Kata “socio” dalam socio-legal studies merepresentasi keterkaitan antar

konteks dimana hukum berada (an interface with a context within which

law exists). Itulah sbsbnya mengapa ketika seorang peneliti studi socio-

legal menggunakan teori sosial untuk tujuan analisis, mereka tidak sedang

bertjuan untuk member perhatian pada sosiologi atau ilmu sosial yang lain,

melainkan hukum dan studi hukum.6

Awalnya, socio-legal studies banyak dipengaruhi oleh aliran pemikiran kiri.7

Socio-legal studies melihat hukum sebagai salah satu faktor dalam sistem sosial

yang dapat menentukan dan ditentukan.

5 Sulistyowati Irianto dalam Faisal, Meretas Jalan Keadilan Bagi Kaum Terpinggirkan dan Perempuan (Suatu Tinjauan Socio-Legal), Pidato Pengukuhan Guru Besar Tetap dalam Ilmu Antropologi Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 22 April 2009, hlm. 33.6 Ibid. 7 Pada mulanya, istilah ‘Kiri’ merupkan domein akademik, namun dalam perkembangannya lekat dengan konotasi ideologis. Paul John Diggins, mendefenisikan Kiri sebagai kelompok sosial politik yang memiliki sejumlah karasteristik: Pertama, selalu dinisbahkan dengan kelompok yang menginginkan perubahan sosial politik. Ini kebalikan dari kelompok Kanan yang justru berkeinginan mempertahankan tatanan sosial yang sedang hidup Kedua, berkonotasi dengan cita-cita politik Eropa seperti kebebasan, keadilan dan persamaan. Ketiga, diasosiasikan dengan pembelaan terhadap hak-hak demokrasi ekonomi. Kiri dianggap mulai muncul di zaman revolusi Prancis. Ahmad Suhelmi, Pemikiran Politik Barat, hlm. 371-372.

Page 6: MAKALAH MPPH

2.2. Perlunya Penelitian Socio-Legal Studies

Ilmu hukum yang berkiblat pada paradigma positivisme dianggap

memberikan sumbangsih pada kemerosotan pemikiran hukum. Tidak berdayanya

rezim hukum positif untuk menyelesaikan masalah-masalah sosial kala itu

ditengarai disebabkan oleh 2 faktor, yakni: Pertama, bangunan sistem hukum

beserta doktrin-doktrin yang menopangnya memang tidak memungkinkan hukum

melakukan perubahan sosial atau menghadirkan keadilan substantif. Kondisi ini

disebabkan oleh faktor Kedua yakni tercemarnya institusi-institusi hukum karena

bekerja sebagai alat kekuasaan sehingga menyebabkan sulitnya menghadirkan

tertib hukum seperti yang dijanjikan oleh penganjur positivisme hukum. Situasi-

situasi tersebut dianggap tidak terlepas dari watak dogmatika hukum (legal

dogmatics) yang menjauhkan diri dari sentuhan aspek-aspek sosial.8

Penelitian hukum dilakukan untuk memecahkan isu hukum yang diajukan.

Persoalan-persoalan hukum yang muncul di masyarakat akan lebih mudah dicari

solusinya, ketika digunakan penelitian yang sistematis. Banyak persoalan

kemasyarakatan yang sangat rumit dan tidak bisa dijawab secara tekstual dan

monodisiplin, dan dalam situasi seperti ini penjelasan yang lebih mendasar dan

mencerahkan bisa didapatkan secara interdisipliner. Oleh karenanya dibutuhkan

suatu pendekatan hukum yang bisa menjelaskan hubungan antara hukum dan

masyarakat.9 Socio-legal studies hadir sebagai suatu sistem penelitian untuk

menjawab permasalahan-permasalahan yang ada di dalam masyarakat.

Kebutuhan untuk menjelaskan persoalan hukum secara lebih bermakna

secara teoretikal menyuburkan studi ini. Studi socio-legal merupakan kajian

terhadap hukum dengan menggunakan pendekatan ilmu hukum maupun ilmu-

ilmu sosial. Hukum dapat dipelajari baik dari perspektif ilmu hukum atau ilmu

sosial, maupun kombinasi diantara keduanya.

8 http://huma.or.id/wp-content/uploads/2006/12/Rikardo-Simarmata.-SOCIO-LEGAL-STUDIES-DAN-GERAKAN-PEMBAHARUAN-HUKUM.pdf, diakses tanggal 27 Mei 2013, pukul 16.05.

9 Sulistyowati Irianto, Loc.cit.

Page 7: MAKALAH MPPH

Sementara itu secara praktikal, studi ini juga dibutuhkan untuk

menjelaskan bekerjanya hukum dalam hidup keseharian warga masyarakat.10

Penelitian socio-legal demikian merupakan penelitian yang menitik beratkan

perilaku individu atau masyarakat dalam kaitannya dengan hukum.

2.3. Tinjauan mengenai penelitian social legal

Hukum memiliki banyak wajah, oleh karenanya di kalangan ilmuawan

(hukum) tidak ada kesepakatan yang tunggal tentang pengertiannya. Pada

umumnya hukum diartikan sebagai seperangkat rules of conduct yang mengatur

dan memaksa masyarakat, juga mengatur tentang penyelesaian sengketa (Otto

2007: 14-15). Dalam pengertian terbatas, hukum selalu dikaitkan dengan hukum

selalu dikatkan dengan hukum negara (legal centralism). Namun para antropolog

hukum menangkap hukum dengan perspektif yang lebih luas, meliputi tidak

hanya hukum negara, tetapi juga sistem norma di luar negara, ditambah pula

dengan segala proses dan aktor di dalamnya Prof. F. & K. Benda-Beckmann

mengatakan :

The notion of law should not be limited to state, international and

transnational law, but should be used to refer to all those objectified

cognitive and normative conceptions for which validity for a certain social

formation is authoritatively asserted. Law becomes manifest in many

forms, and is comprised of a variety of social phenomena (2006: ix)

Hal yang penting dari definisi di atas, hukum tidak hanya berisi konsepsi

normatif: hal-hal yang dilarang dan dibolehkan tetapi juga berisi konsepsi

kognitif. Dalam aras normatif, ‘mencuri’, ‘membunuh’, ‘korupsi’ dilarang baik

oleh hukum negara, agama maupun adat dan kebiasaan. Namun kognitif bisa

berbeda-beda dalam konteks politik dan budaya. Orang Madura atau orang Bugis

yang merasa harga dirinya terlanggar, yang melakukan carok atau siri yang dalam

kognisi mereka tidak sama dengan “pembunuhan”. Demikian pula halnya dengan

korupsi, hukum yang manapun melaran perbuatan korupsi karena daya rusaknya

10 Ibid.

Page 8: MAKALAH MPPH

yang luar biasa bagi kesejahteraan umat manusia. Namun kognisi tentang korupsi,

dalam masyarakat bisa berbeda-beda, apakah “korupsi berjamaah” dengan korupsi

dalam kognisi dalam kognisi undang-undang?

Hukum dapat dipelajari baik dari perspektif ilmu hukum atau ilmu sosial,

maupun kombinasi diantara keduanya. Studi sosio-legal merupakan kajian

terhadap hukum dengan menggunakan pendekatan ilmu hukum maupun ilmu-

ilmu sosial.

BAB III

PENUTUP

Page 9: MAKALAH MPPH

3.1. Kesimpulan

Penelitian socio-legal studies sebenarnya bukanlah hal yang baru dalam

dunia ilmu hukum. Dalam perkembanganya, kajian tentang hukum dan

masyarakat (law and society), mengubah labelnya menjadi kajian sosial

tentang hukum atau socio-legal studies. Mengenai hal ini, Tamanaha (1997)

mengemukakan hasil pengamatannya dengan mengatakan bahwa label atau

julukan socio-legal studies juga ditujukan kepada law and society studies.

Namun, belakangan istilah yang lebih disukai adalah socio-legal studies.11

Dengan demikian, istilah socio-legal studies sinonim dengan istilah law and

society studies. Studi yang bersifat interdisipliner ini merupakan ‘hibrida’ dari

studi besar tentang ilmu hukum dan ilmu-ilmu tentang hukum dari perspektif

kemasyarakatan yang lahir sebelumnya.12

Penelitian hukum dilakukan untuk memecahkan isu hukum yang diajukan.

Persoalan-persoalan hukum yang muncul di masyarakat akan lebih mudah

dicari solusinya, ketika digunakan penelitian yang sistematis. Banyak

persoalan kemasyarakatan yang sangat rumit dan tidak bisa dijawab secara

tekstual dan monodisiplin, dan dalam situasi seperti ini penjelasan yang lebih

mendasar dan mencerahkan bisa didapatkan secara interdisipliner. Oleh

karenanya dibutuhkan suatu pendekatan hukum yang bisa menjelaskan

hubungan antara hukum dan masyarakat.13 Socio-legal studies hadir sebagai

suatu sistem penelitian untuk menjawab permasalahan-permasalahan yang

ada di dalam masyarakat.

Hukum memiliki banyak wajah, oleh karenanya di kalangan ilmuawan

(hukum) tidak ada kesepakatan yang tunggal tentang pengertiannya. Pada

umumnya hukum diartikan sebagai seperangkat rules of conduct yang

mengatur dan memaksa masyarakat, juga mengatur tentang penyelesaian

sengketa (Otto 2007: 14-15).11

12

13

Page 10: MAKALAH MPPH

3.2. Saran

Dalam penelitian hukum, sudah banyak dilakukan penelitian hukum

normatif. Model penelitian seperti ini dinilai kaku, karena hanya terpusat

pada studi terhadap teks perundang-undangan. Kurangnya penelitian

dengan metode socio-legal studies, menjadikan pekerjaan rumah bagi

pakar-pakar penelitian hukum di Indonesia untuk lebih mengembangkan

metode penelitian ini. Dikarenakan penelitian ini sempat tenggelam

beberapa tahun silam, maka sekaranglah waktu yang dirasa tepat untuk

mengembangkan socio legal studies, mengingat semakin kompleksnya

permasalahan hukum di masyarakat.