MAKALAH MPPH
-
Upload
prastowo-faiz-nur -
Category
Documents
-
view
664 -
download
35
Transcript of MAKALAH MPPH
![Page 1: MAKALAH MPPH](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022080919/55cf9d93550346d033ae3af7/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penelitian sosial tentang hukum atau yang disebut sebagai socio-legal
research sering kali disalahartikan sebagai penelitian hukum. Hal itu disebabkan
baik penelitian yang bersifat sosio-legal maupun penelitian hukum mempunyai
objek yang sama, yaitu hukum. Akan tetapi, penelitian yang bersifat sosio-legal
hanya menempatkan hukum sebagai gejala sosial. Dalam hal demikian, hukum
hanya dipandang dari segi luarnya saja. Oleh karena itulah di dalam penelitian
sosio-legal hukum selalu dikaitkan dengan masalah sosial. Penelitian-penelitian
yang demikian menitikberatkan perilaku individu atau masyarakat dalam
kaitannya dengan hukum. Berdasarkan hal tersebut, tidak dapat disangkal bahwa
yang sering menjadi topik di dalam penelitian sosio-legal adalah masalah
efektivitas aturan hukum, kepatuhan terhadap aturan hukum, peranan lembaga
atau institusi hukum dalam penegakan hukum, implementasi aturan hukum,
pengaruh aturan hukum terhadap masalah sosial tertentu atau sebaliknya. Dalam
penelitian semacam itu, hukum ditempatkan sebagai variabel terikat dan faktor-
faktor non hukum yang mempengaruhi hukum dipandang sebagai variabel bebas.
Hasil yang hendak dicapai oleh penelitian semacam ini adalah menjawab
pertanyan-pertanyaan:
- Apakah ketentuan tertentu efektif di suatu daerah tertentu?
- Apakah ketentuan tertentu efektif untuk seluruh Indonesia?
- Faktor-faktor non hukum apakah yang mempengaruhi terbentuknya
ketentuan-ketentuan suatu undang-undang?
- Apakah peranan lembaga tertentu efektif dalam penegakan hukum?
Penelitian dengan masalah-masalah seperti itu dimulai dengan hipotesis
dengan contoh-contoh sebagai berikut:
![Page 2: MAKALAH MPPH](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022080919/55cf9d93550346d033ae3af7/html5/thumbnails/2.jpg)
- UU tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah
efektif dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah di Kabpaten
Lamongan;
- UU Yayasan tidak mengubah eksistensi Yayasan-yayasan pengelola
Perguruan Tinggi di Indonesia;
- Faktor kekurangsiapan pembentuk undang-undang menyebabkan
banyaknya undang-undang dimintakan pengujian ke Mahkamah
Konstitusi;
- Komisi Pemberantasan Korupsi efektif dalam memberantas korupsi di
Indonesia
Untuk menguji hipotesis-hipotesis itulah diperlukan data yang diperoleh
secara sampling dengan random atau purposiveatau mungkin stratified random
sampling atau mungkin tanpa sampel bergantung pada sifat populasi yang diteliti.
Mengeni teknik pengumpulan data mungkin dengan cara wawancara, observasi,
kuesioner, atau cara lainnya yang disediakan oleh metode penelitian sosial.
Analisis data yang terkumpul dengan mengunakan metode statistik yang lazimnya
disebut penelitian kuantitatif. Data dapat juga dianalisis secara kualitatif tanpa
perlu statistik. Hasil yang diperoleh adalah menerima atau menolak hipotesis yang
diajukan. Itulah prosedur penelitian sosio-legal yang tidak kurang sebenarnya
merupakan penelitian sosial dan bukan penelitian hukum.
Prosedur semcam itu tidak dikenal dalam penelitian hukum. Berbeda
denga penelitian yang bersifat sosio-legal yang memandang hukum dari luar
sebagai gejala sosial semata-mata dan mengaitkannya dengan masalah-masalah
sosial, di dalam penelitian hukum, yang diteliti adalah kondisi hukum secara
instrinsik, yaitu hukum sebagai sistem nilai dan norma sosial. Hasil yang hendak
dicapai oleh penelitian hukum tidak dikenal istilah hipotesis, variabel bebas dan
terikat, data, sampel, atau analisis kuantiatif maupun kualitatif.
Penelitian hukum dilakukan untuk memecahkan isu hukum yang diajukan.
Hasil yang hendak dicapai adalah memberikan preskripsi apa yang seyogyanya.
![Page 3: MAKALAH MPPH](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022080919/55cf9d93550346d033ae3af7/html5/thumbnails/3.jpg)
Apabila contoh-contoh permasalahan dalam penelitian sosio-legal di atas hendak
dijadikan penelitian hukum, esensi permasalahannya harus diubah.
1.2. Permasalahan
Berdasarkan uraian latar belakang penulisan di atas, maka dapat merumuskan
beberapa permasalahan sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan penelitian social legal ?
2. Mengapa diperlukan penelitian social legal ?
3. Bagaimanakah penelitian social legal itu ?
1.3. Tujuan
Dari rumusan permasalahan di atas, telah mencerminkan fokus dari
penulisan ini. Untuk itu, secara lebih operasional dan terinci yang menjadi
tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui pengertian penelitian social legal.
2. Mendiskripsikan penelitian social legal.
3. Menganalisis mengenai penelitian social legal.
![Page 4: MAKALAH MPPH](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022080919/55cf9d93550346d033ae3af7/html5/thumbnails/4.jpg)
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Penelitian Socio-Legal Studies
Penelitian socio-legal studies sebenarnya bukanlah hal yang baru dalam
dunia ilmu hukum. Dalam perkembanganya, kajian tentang hukum dan
masyarakat (law and society), mengubah labelnya menjadi kajian sosial tentang
hukum atau socio-legal studies. Mengenai hal ini, Tamanaha (1997)
mengemukakan hasil pengamatannya dengan mengatakan bahwa label atau
julukan socio-legal studies juga ditujukan kepada law and society studies. Namun,
belakangan istilah yang lebih disukai adalah socio-legal studies.1 Dengan
demikian, istilah socio-legal studies sinonim dengan istilah law and society
studies. Studi yang bersifat interdisipliner ini merupakan ‘hibrida’ dari studi besar
tentang ilmu hukum dan ilmu-ilmu tentang hukum dari perspektif kemasyarakatan
yang lahir sebelumnya.2
Studi ini bagi sebagian orang mungkin diidentikkan dengan sosiologi
hukum, ilmu yang sudah banyak dikenal di Indonesia sejak lama. Namun pada
kenyataanya, keduanya sangat berbeda. Dapat diketahui bersama bahwa sosiologi
hukum tidak khusus mempelajari hukum sebagai perangkat norma atau sejumlah
kaedah khusus yang berlaku.3 Sedangkan socio-legal studies menaruh minatnya
dalam mempelajari hukum berada pada perspektif ilmu hukum atau ilmu sosial,
maupun kombinasi di antara keduanya.4
Socio-legal studies dasar pemikirannya berasal dari sosiologi arus utama,
dan bertujuan untuk mengkonstruksi pemahaman teoritik dari sistem hukum. hal
itu dilakukan oleh para sosiolog hukum, dengan cara menempatkan hukum dalam
1 Brian Z. Tamanaha, Realistic Socio-Legal Theory Pragmatism and a Social Theory of Law, New York : Oxford University Press, 1997, hlm. 1.
2 Sulistyowati Irianto, dkk, Kajian Socio-Legal Edisi-1, Denpasar : Pustaka Larasan, Jakarta : Universitas Indonesia, Universitas Leiden, Universitas Groningen, 2012, hlm. 16.
3 Faisal, Menerobos Positivisme Hukum, Yogyakarta : Rangkang-Education, 2010, hlm. 11. 4 Ibid, hlm. 10.
![Page 5: MAKALAH MPPH](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022080919/55cf9d93550346d033ae3af7/html5/thumbnails/5.jpg)
kerangka sturktur sosial yang luas.5 Mengutip pendapat Wheeler Thomas, bahwa
studi socio-legal adalah suatu pendekatan alternatif untuk menguji studi doktrinal
terhadap hukum. lebih jauh ia mengatakan, sebagai berikut :
Kata “socio” dalam socio-legal studies merepresentasi keterkaitan antar
konteks dimana hukum berada (an interface with a context within which
law exists). Itulah sbsbnya mengapa ketika seorang peneliti studi socio-
legal menggunakan teori sosial untuk tujuan analisis, mereka tidak sedang
bertjuan untuk member perhatian pada sosiologi atau ilmu sosial yang lain,
melainkan hukum dan studi hukum.6
Awalnya, socio-legal studies banyak dipengaruhi oleh aliran pemikiran kiri.7
Socio-legal studies melihat hukum sebagai salah satu faktor dalam sistem sosial
yang dapat menentukan dan ditentukan.
5 Sulistyowati Irianto dalam Faisal, Meretas Jalan Keadilan Bagi Kaum Terpinggirkan dan Perempuan (Suatu Tinjauan Socio-Legal), Pidato Pengukuhan Guru Besar Tetap dalam Ilmu Antropologi Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 22 April 2009, hlm. 33.6 Ibid. 7 Pada mulanya, istilah ‘Kiri’ merupkan domein akademik, namun dalam perkembangannya lekat dengan konotasi ideologis. Paul John Diggins, mendefenisikan Kiri sebagai kelompok sosial politik yang memiliki sejumlah karasteristik: Pertama, selalu dinisbahkan dengan kelompok yang menginginkan perubahan sosial politik. Ini kebalikan dari kelompok Kanan yang justru berkeinginan mempertahankan tatanan sosial yang sedang hidup Kedua, berkonotasi dengan cita-cita politik Eropa seperti kebebasan, keadilan dan persamaan. Ketiga, diasosiasikan dengan pembelaan terhadap hak-hak demokrasi ekonomi. Kiri dianggap mulai muncul di zaman revolusi Prancis. Ahmad Suhelmi, Pemikiran Politik Barat, hlm. 371-372.
![Page 6: MAKALAH MPPH](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022080919/55cf9d93550346d033ae3af7/html5/thumbnails/6.jpg)
2.2. Perlunya Penelitian Socio-Legal Studies
Ilmu hukum yang berkiblat pada paradigma positivisme dianggap
memberikan sumbangsih pada kemerosotan pemikiran hukum. Tidak berdayanya
rezim hukum positif untuk menyelesaikan masalah-masalah sosial kala itu
ditengarai disebabkan oleh 2 faktor, yakni: Pertama, bangunan sistem hukum
beserta doktrin-doktrin yang menopangnya memang tidak memungkinkan hukum
melakukan perubahan sosial atau menghadirkan keadilan substantif. Kondisi ini
disebabkan oleh faktor Kedua yakni tercemarnya institusi-institusi hukum karena
bekerja sebagai alat kekuasaan sehingga menyebabkan sulitnya menghadirkan
tertib hukum seperti yang dijanjikan oleh penganjur positivisme hukum. Situasi-
situasi tersebut dianggap tidak terlepas dari watak dogmatika hukum (legal
dogmatics) yang menjauhkan diri dari sentuhan aspek-aspek sosial.8
Penelitian hukum dilakukan untuk memecahkan isu hukum yang diajukan.
Persoalan-persoalan hukum yang muncul di masyarakat akan lebih mudah dicari
solusinya, ketika digunakan penelitian yang sistematis. Banyak persoalan
kemasyarakatan yang sangat rumit dan tidak bisa dijawab secara tekstual dan
monodisiplin, dan dalam situasi seperti ini penjelasan yang lebih mendasar dan
mencerahkan bisa didapatkan secara interdisipliner. Oleh karenanya dibutuhkan
suatu pendekatan hukum yang bisa menjelaskan hubungan antara hukum dan
masyarakat.9 Socio-legal studies hadir sebagai suatu sistem penelitian untuk
menjawab permasalahan-permasalahan yang ada di dalam masyarakat.
Kebutuhan untuk menjelaskan persoalan hukum secara lebih bermakna
secara teoretikal menyuburkan studi ini. Studi socio-legal merupakan kajian
terhadap hukum dengan menggunakan pendekatan ilmu hukum maupun ilmu-
ilmu sosial. Hukum dapat dipelajari baik dari perspektif ilmu hukum atau ilmu
sosial, maupun kombinasi diantara keduanya.
8 http://huma.or.id/wp-content/uploads/2006/12/Rikardo-Simarmata.-SOCIO-LEGAL-STUDIES-DAN-GERAKAN-PEMBAHARUAN-HUKUM.pdf, diakses tanggal 27 Mei 2013, pukul 16.05.
9 Sulistyowati Irianto, Loc.cit.
![Page 7: MAKALAH MPPH](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022080919/55cf9d93550346d033ae3af7/html5/thumbnails/7.jpg)
Sementara itu secara praktikal, studi ini juga dibutuhkan untuk
menjelaskan bekerjanya hukum dalam hidup keseharian warga masyarakat.10
Penelitian socio-legal demikian merupakan penelitian yang menitik beratkan
perilaku individu atau masyarakat dalam kaitannya dengan hukum.
2.3. Tinjauan mengenai penelitian social legal
Hukum memiliki banyak wajah, oleh karenanya di kalangan ilmuawan
(hukum) tidak ada kesepakatan yang tunggal tentang pengertiannya. Pada
umumnya hukum diartikan sebagai seperangkat rules of conduct yang mengatur
dan memaksa masyarakat, juga mengatur tentang penyelesaian sengketa (Otto
2007: 14-15). Dalam pengertian terbatas, hukum selalu dikaitkan dengan hukum
selalu dikatkan dengan hukum negara (legal centralism). Namun para antropolog
hukum menangkap hukum dengan perspektif yang lebih luas, meliputi tidak
hanya hukum negara, tetapi juga sistem norma di luar negara, ditambah pula
dengan segala proses dan aktor di dalamnya Prof. F. & K. Benda-Beckmann
mengatakan :
The notion of law should not be limited to state, international and
transnational law, but should be used to refer to all those objectified
cognitive and normative conceptions for which validity for a certain social
formation is authoritatively asserted. Law becomes manifest in many
forms, and is comprised of a variety of social phenomena (2006: ix)
Hal yang penting dari definisi di atas, hukum tidak hanya berisi konsepsi
normatif: hal-hal yang dilarang dan dibolehkan tetapi juga berisi konsepsi
kognitif. Dalam aras normatif, ‘mencuri’, ‘membunuh’, ‘korupsi’ dilarang baik
oleh hukum negara, agama maupun adat dan kebiasaan. Namun kognitif bisa
berbeda-beda dalam konteks politik dan budaya. Orang Madura atau orang Bugis
yang merasa harga dirinya terlanggar, yang melakukan carok atau siri yang dalam
kognisi mereka tidak sama dengan “pembunuhan”. Demikian pula halnya dengan
korupsi, hukum yang manapun melaran perbuatan korupsi karena daya rusaknya
10 Ibid.
![Page 8: MAKALAH MPPH](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022080919/55cf9d93550346d033ae3af7/html5/thumbnails/8.jpg)
yang luar biasa bagi kesejahteraan umat manusia. Namun kognisi tentang korupsi,
dalam masyarakat bisa berbeda-beda, apakah “korupsi berjamaah” dengan korupsi
dalam kognisi dalam kognisi undang-undang?
Hukum dapat dipelajari baik dari perspektif ilmu hukum atau ilmu sosial,
maupun kombinasi diantara keduanya. Studi sosio-legal merupakan kajian
terhadap hukum dengan menggunakan pendekatan ilmu hukum maupun ilmu-
ilmu sosial.
BAB III
PENUTUP
![Page 9: MAKALAH MPPH](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022080919/55cf9d93550346d033ae3af7/html5/thumbnails/9.jpg)
3.1. Kesimpulan
Penelitian socio-legal studies sebenarnya bukanlah hal yang baru dalam
dunia ilmu hukum. Dalam perkembanganya, kajian tentang hukum dan
masyarakat (law and society), mengubah labelnya menjadi kajian sosial
tentang hukum atau socio-legal studies. Mengenai hal ini, Tamanaha (1997)
mengemukakan hasil pengamatannya dengan mengatakan bahwa label atau
julukan socio-legal studies juga ditujukan kepada law and society studies.
Namun, belakangan istilah yang lebih disukai adalah socio-legal studies.11
Dengan demikian, istilah socio-legal studies sinonim dengan istilah law and
society studies. Studi yang bersifat interdisipliner ini merupakan ‘hibrida’ dari
studi besar tentang ilmu hukum dan ilmu-ilmu tentang hukum dari perspektif
kemasyarakatan yang lahir sebelumnya.12
Penelitian hukum dilakukan untuk memecahkan isu hukum yang diajukan.
Persoalan-persoalan hukum yang muncul di masyarakat akan lebih mudah
dicari solusinya, ketika digunakan penelitian yang sistematis. Banyak
persoalan kemasyarakatan yang sangat rumit dan tidak bisa dijawab secara
tekstual dan monodisiplin, dan dalam situasi seperti ini penjelasan yang lebih
mendasar dan mencerahkan bisa didapatkan secara interdisipliner. Oleh
karenanya dibutuhkan suatu pendekatan hukum yang bisa menjelaskan
hubungan antara hukum dan masyarakat.13 Socio-legal studies hadir sebagai
suatu sistem penelitian untuk menjawab permasalahan-permasalahan yang
ada di dalam masyarakat.
Hukum memiliki banyak wajah, oleh karenanya di kalangan ilmuawan
(hukum) tidak ada kesepakatan yang tunggal tentang pengertiannya. Pada
umumnya hukum diartikan sebagai seperangkat rules of conduct yang
mengatur dan memaksa masyarakat, juga mengatur tentang penyelesaian
sengketa (Otto 2007: 14-15).11
12
13
![Page 10: MAKALAH MPPH](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022080919/55cf9d93550346d033ae3af7/html5/thumbnails/10.jpg)
3.2. Saran
Dalam penelitian hukum, sudah banyak dilakukan penelitian hukum
normatif. Model penelitian seperti ini dinilai kaku, karena hanya terpusat
pada studi terhadap teks perundang-undangan. Kurangnya penelitian
dengan metode socio-legal studies, menjadikan pekerjaan rumah bagi
pakar-pakar penelitian hukum di Indonesia untuk lebih mengembangkan
metode penelitian ini. Dikarenakan penelitian ini sempat tenggelam
beberapa tahun silam, maka sekaranglah waktu yang dirasa tepat untuk
mengembangkan socio legal studies, mengingat semakin kompleksnya
permasalahan hukum di masyarakat.