Makalah Mkspt Manajemen Investasi

download Makalah Mkspt Manajemen Investasi

of 31

Transcript of Makalah Mkspt Manajemen Investasi

  • 8/17/2019 Makalah Mkspt Manajemen Investasi

    1/31

    RANGKUMAN MATA KULIAH

    MANAJEMEN KEUANGAN SEKTOR PUBLIK TERAPAN

    M N JEMEN INVEST SI PEMERINT H

    OLEH:

    AMINATUS SHOLIHAH

    DEDYE PRIYO WIBOWO

    KELAS A - STAR BPKP BATCH 5

    MAGISTER AKUNTANSI

    FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    2016

  • 8/17/2019 Makalah Mkspt Manajemen Investasi

    2/31

    2

    MANAJEMEN INVESTASI PEMERINTAH 

     A.  Pendahuluan

    Investasi infrastruktur merupakan salah satu prasyarat utama tercapainya pertumbuhanekonomi yang tinggi dan berkelanjutan. Ketersediaan infrastruktur mencerminkan adanya

    investasi dan investasi yang merata mencerminkan adanya pembangunan infrastruktur yang

    memadai dan mampu melayani pergerakan ekonomi. Dalam konteks ini, Pemerintah dinilai

     banyak pihak, salah satunya KADIN, belum cukup serius dalam membangun infrastruktur

    apabila dilihat dari indikator alokasi anggaran infrastruktur dari total PDB-nya.

    Investasi infrastruktur di Indonesia berkisar antara 5,0 hingga 7,0% dari total PDB pada

     paruh pertama tahun 1990-an, namun prosentase ini berkurang secara tajam setelah krisis

    moneter Asia sejak 1997, menjadi 2 hingga 3% saja dalam tahun-tahun belakangan ini.

    Pertumbuhan ekonomi Indonesia akan menjadi sangat menjanjikan (diatas 6,0%) apabila

    investasi infrastruktur dapat dinaikkan hingga sekurang-kurangnya5,0% dari PDB, seperti halnya

    negara-negara Asia lainnya seperti Filipina (3,6%), Vietnam (9,9%),bahkan India dan China

     berada di atas 10%, yang membuat keduanya sebagai kontributor utama pertumbuhan Asia yang

    mengesankan.

    Investasi infrastruktur yang rendah juga menjadi penyebab merosotnya daya saing dan

    daya tarik investasi Indonesia dibandingkan negara tetangga dan negara lainnya secara global.

    Dalam hal daya saing global tersebut, maka World Competitiveness Yearbook 2007

    menempatkan Indonesia pada ranking 54 dari 55 negara berkembang dan maju yang disurvai.

    Dengan demikian, tantangan pembangunan infrastruktur ke depan adalah bagaimana untuk terus

    meningkatkan investasi dalam pembangunan infrastruktur yang berkualitas dan kinerjanya

    semakin dapat diandalkan agar daya tarik dan daya saing Indonesia dalam konteks global dapat

    membaik.

    Wujud langkah konkrit dalam investasi infrastruktur sebagai fokus pembangunan sesuai

    amanat APBN, maka Pemerintah telah menerbitkan PP No. 1/2008 tentang Investasi Pemerintah,

    menggantikan PP No. 8/2007. PP No. 1/2008 memberikan perluasan cakupan investasi, tidak

    hanya dalam bentuk Public Private Partnership (PPP), melainkan investasi dalam bentuk surat

     berharga maupun investasi langsung. Investasi Pemerintah yang dimaksudkan PP No.1/2008

  • 8/17/2019 Makalah Mkspt Manajemen Investasi

    3/31

    3

    adalah penempatan sejumlah dana dan/atau barang dalam jangka panjang untuk investasi

     pembelian surat berharga dan Investasi Langsung untuk memperoleh manfaat ekonomi, sosial,

    dan/atau manfaat lainnya yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dalam

    rangka memajukan kesejahteraan umum.

    B.  Latar Belakang 

    Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara pasal 41 telah

    mengamanatkan Pemerintah untuk melakukan investasi jangka panjang dengan tujuan

    memperoleh manfaat ekonomi, sosial, dan/atau manfaat lainnya. Amanat Undang-Undang

    tersebut kemudian ditindak lanjuti dengan penerbitan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 8 Tahun

    2007 tentang Investasi Pemerintah. Namun, sesuai dengan perkembangan keadaan, dirasakan perlu dilakukan revisi PP tersebut untuk memberikan peluang kerjasama yang lebih luas dalam

     berinvestasi dengan menambah bentuk investasi pemerintah. Selanjutnya, sebagai hasil revisi

    tersebut telah terbit Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 1 Tahun 2008 tentang Investasi

    Pemerintah pada tanggal 4 Februari 2008 dan dirubah dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor

    49 Tahun 2011 pada tanggal 2 Desember 2011.

    Sebagai aturan pelaksanaan telah diterbitkan beberapa Peraturan Menteri

    Keuangan(PMK), antara lain:

    a. 

    PMK Nomor 179/PMK/2008 tentang Tata Cara Penyediaan, Pencairan, dan Pengelolaan

    Dana dalam Rekening Induk Dana Investasi

     b.  PMK Nomor 180/PMK/2008 tentang Tata Cara Penyusunan Perencanaan Investasi

    Pemerintah

    c.  PMK Nomor 181/PMK/2008 tentang Pelaksanaan Investasi Pemerintah

    d.  PMK Nomor 182/PMK/2008 tentang Pelaporan atas Pelaksanaan Investasi

    e. 

    PMK Nomor 183/PMK/2008 tentang Persyaratan dan Tata Cara Divestasi Terhadap

    Investasi Pemerintah

  • 8/17/2019 Makalah Mkspt Manajemen Investasi

    4/31

    4

    C. Definisi, Manfaat, dan Tujuan Investasi Pemerintah

    Investasi Pemerintah sesuai Pasal 1 PP Nomor 8/2008 adalah penempatan sejumlah dana

    dan/atau barang dalam jangka panjang untuk investasi pembelian surat berharga dan Investasi

    Langsung untuk memperoleh manfaat ekonomi, sosial, dan/atau manfaat lainnya.

    Pelaksanaan Investasi surat berharga dimaksudkan untuk mendapatkan manfaat ekonomi.

    Pelaksanaan Investasi Pemerintah dalam bentuk Investasi Langsung dimaksudkan untuk

    memperoleh manfaat ekonomi, sosial, dan/atau manfaat lainnya, yang berupa: (a) Keuntungan

     berupa dividen, bunga, capital gain, dan pertumbuhan nilai perusahaan dalam jumlah tertentu

    dan jangka waktu tertentu; (b) Peningkatan berupa jasa dan keuntungan bagi hasil investasi

    dalam jumlah dan jangka waktu tertentu; (c) Peningkatan pemasukan pajak bagi negara sebagai

    akibat langsung dari investasi bersangkutan; (d) Peningkatan penyerapan tenaga kerja dalam

     jumlah dan waktu tertentu sebagai akibat langsung dari investasi bersangkutan. Adapun Investasi

    Pemerintah bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dalam rangka memajukan

    kesejahteraan umum.

    D.  Asas Pelaksanaan Investasi Pemerintah

    Pengelolaan investasi Pemerintah harus dilaksanakan dengan mengacu pada asas-asas berikut :

    a.  Asas fungsional. Pengambilan keputusan dan pemecahan masalah di bidang investasi

    dilaksanakan sesuai dengan fungsi, wewenang, dan tanggung jawab yang dimiliki.

     b.  Asas kepastian hukum. Investasi pemerintah harus dilaksanakan berdasarkan hukum dan

     peraturan perundang-undangan yang berlaku.

    c.  Asas efisiensi. Investasi pemerintah diarahkan agar sesuai dengan batasan standar

    kebutuhan dalam rangka menunjang penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi

     pemerintahan secara optimal.

    d.  Asas akuntabilitas. Setiap kegiatan investasi pemerintah harus dipertanggungjawabkan

    kepada rakyat dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.e.  Asas kepastian nilai. Investasi pemerintah harus didukung oleh adanya ketepatan jumlah

    dan nilai investasi dalam rangka optimalisasi pemanfaatan dana dan divestasi.

  • 8/17/2019 Makalah Mkspt Manajemen Investasi

    5/31

    5

    E.  Lingkup dan Bidang Investasi Pemerintah

    Pada prinsipnya sesuai dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004, Menteri

    Keuangan selaku Bendahara Umum Negara berwenang menempatkan uang negara dan

    mengelola/menatausahakan investasi. Sebagai konsekuensi dari prinsip tersebut, maka

    kewenangan pengelolaan investasi pemerintah pusat dilaksanakan oleh Menteri Keuangan selaku

    Bendahara Umum Negara. Kewenangan investasi pemerintah meliputi kewenangan regulasi,

    supervisi, dan operasional. Berdasarkan Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 1 tahun 2008

    tentang Investasi Pemerintah, Investasi Pemerintah dapat dilakukan dalam 2 (dua) bentuk yaitu:

    a.  Investasi Surat Berharga dapat dilaksanakan dalam 2 (dua) cara, yaitu investasi dengan cara

     pembelian saham dan/atau investasi dengan cara pembelian surat utang. Pelaksanaan

    Investasi Pemerintah dalam bentuk surat berharga dimaksudkan untuk memperoleh manfaat

    ekonomi, yaitu memperoleh keuntungan berupa dividen, bunga, dan pertumbuhan nilai

     perusahaan dalam jumlah tertentu dan jangka waktu tertentu.

     b.  Investasi Langsung dapat dilaksanakan dengan 2 (dua) cara, yaitu penyertaan modal

    dan/atau pemberian pinjaman. Investasi langsung berupa pemberian pinjaman dilaksanakan

     pada bidang infrastruktur atau bidang lain sesuai persetujuan Menteri Keuangan.

    Investasi Langsung berupa Penyertaan Modal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3)

    huruf a PP Nomor 49/2011 dapat dilakukan dengan cara: a. kerjasama investasi antara

    Badan Investasi Pemerintah dengan Badan Usaha dan/atau BLU dengan pola kerjasama

     pemerintah dan swasta (Public Private Partnership); dan/atau b. kerjasama investasi antara

    Badan Investasi Pemerintah dengan Badan Usaha, BLU, Pemerintah

    Provinsi/Kabupaten/Kota, BLUD, dan/atau badan hukum asing, dengan selain pola

    kerjasama pemerintah dan swasta (Non Public Private Partnership).

  • 8/17/2019 Makalah Mkspt Manajemen Investasi

    6/31

    6

    Gambar 1

    Lingkup dan Bidang Investasi Pemerintah oleh Pusat Investasi Pemerintah

    F.  Sumber Dana Investasi

    Sumber dana Investasi Pemerintah dapat berasal dari: (a) Anggaran Pendapatan dan Belanja

     Negara; (b) Keuntungan investasi terdahulu; (c) Dana/barang amanat pihak lain yang dikelola

    Badan Investasi Pemerintah; (d) Sumber-sumber lainnya yang sah. Sumber dana Investasi

    Pemerintah ditempatkan pada Rekening Induk Dana Investasi yang ditentukan oleh Menteri

    Keuangan. Sumber dana Investasi Pemerintah ditempatkan pada Badan Investasi Pemerintah dan

    dikelola secara tersendiri oleh Badan Investasi Pemerintah.

    G. Kewenangan Pengelolaan Investasi Pemerintah

    Pada prinsipnya sesuai dengan Pasal 7 ayat (2) huruf h Undang-Undang Nomor 1 Tahun

    2004 tentang Perbendaharaan Negara bahwa Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum

     Negara berwenang menempatkan uang negara dan mengelola/menatausahakan investasi. Atas

    dasar prinsip tersebut, maka kewenangan pengelolaan Investasi Pemerintah dilaksanakan oleh

    Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara.

  • 8/17/2019 Makalah Mkspt Manajemen Investasi

    7/31

    7

    Dalam pelaksanaan pengelolaan Investasi Pemerintah diperlukan juga Badan Investasi

    Pemerintah yang menjalankan kewenangan sebagai operator. Untuk pengawasan internal dalam

    Badan Investasi Pemerintah yang berbentuk satuan kerja, Menteri Keuangan dapat membentuk

    Dewan Pengawas apabila diperlukan sesuai dengan kebutuhan rentang pengendalian internal

    dalam pelaksanaan Investasi Pemerintah. Kelembagaan yang terkait dengan penanganan

     pengelolaan Investasi Pemerintah ini mempunyai pemisahan fungsi yang jelas antara fungsi

    regulasi, supervisi, dan operasional.

    Kewenangan pengelolaan Investasi Pemerintah meliputi kewenangan regulasi, supervisi, dan

    operasional.

    1.  Kewenangan regulasi

    Dalam rangka pelaksanaan kewenangan regulasi, Menteri Keuangan selaku pengelola Investasi

    Pemerintah berwenang dan bertanggung jawab:

    a.  merumuskan kebijakan, mengatur, dan menetapkan pedoman pengelolaan Investasi

    Pemerintah;

     b.  menetapkan kriteria pemenuhan perjanjian dalam pelaksanaan Investasi Pemerintah;

    c.  menetapkan tata cara pembayaran kewajiban yang timbul dari proyek penyediaan

    Investasi Pemerintah dalam hal terdapat penggantian atas hak kekayaan intelektual,

     pembayaran subsidi, dan kegagalan pemenuhan Perjanjian Investasi.

    2.  Kewenangan Supervisi

    Dalam rangka pelaksanaan kewenangan supervisi, Menteri Keuangan selaku pengelola

    Investasi Pemerintah berwenang dan bertanggung jawab:

    a.  melakukan kajian kelayakan dan memberikan rekomendasi atas pelaksanaan Investasi

    Pemerintah;

     b.  memonitor pelaksanaan Investasi Pemerintah yang terkait dengan dukungan pemerintah;

    c. 

    mengevaluasi secara berkesinambungan mengenai pembiayaan dan keuntungan atas pelaksanaan Investasi Pemerintah dalam jangka waktu tertentu;

    d.  melakukan koordinasi dengan instansi terkait khususnya sehubungan dengan Investasi

    Langsung dalam penyediaan infrastruktur dan bidang lainnya, termasuk apabila terjadi

    kegagalan pemenuhan kerjasama.

  • 8/17/2019 Makalah Mkspt Manajemen Investasi

    8/31

    8

    Untuk menyelenggarakan kewenangan supervisi, Menteri Keuangan membentuk Komite

    Investasi Pemerintah yang bersifat ad hoc. Komite Investasi Pemerintah adalah pihak yang

    memberikan kajian, penetapan kriteria, dan evaluasi atas pelaksanaan investasi oleh Badan

    Investasi Pemerintah.

    3.  Kewenangan Operasional

    Dalam rangka pelaksanaan kewenangan operasional, Menteri Keuangan selaku pengelola

    Investasi Pemerintah berwenang dan bertanggung jawab:

    a.  mengelola Rekening Induk Dana Investasi;

     b.  meneliti dan menyetujui atau menolak usulan permintaan dana Investasi Pemerintah dari

    Badan Usaha, BLU, Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota, BLUD, dan/atau badan

    hukum asing;

    c.  mengusulkan rencana kebutuhan dana Investasi Pemerintah yang berasal dari Anggaran

    Pendapatan dan Belanja Negara;

    d.  menempatkan dana atau barang dalam rangka Investasi Pemerintah;

    e.  melakukan Perjanjian Investasi dengan Badan Usaha terkait dengan penempatan dana

    Investasi Pemerintah;

    f.  melakukan pengendalian atas pengelolaan risiko terhadap pelaksanaan Investasi

    Pemerintah;

    g.  mengusulkan rekomendasi atas pelaksanaan Investasi Pemerintah;

    h.  mewakili dan melaksanakan kewajiban serta menerima hak pemerintah yang diatur dalam

    Perjanjian Investasi;

    i.  menyusun dan menandatangani Perjanjian Investasi;

     j.  mengusulkan perubahan Perjanjian Investasi;

    k.  melakukan tindakan untuk dan atas nama pemerintah apabila terjadi sengketa atau

     perselisihan dalam pelaksanaan Perjanjian Investasi;

    l. 

    melaksanakan Investasi Pemerintah dan Divestasinya;

    m.  apabila diperlukan, dapat mengangkat dan memberhentikan Penasihat Investasi.

    Untuk menyelenggarakan kewenangan operasional Menteri Keuangan membentuk Badan

    Investasi Pemerintah yang dapat berupa satu atau lebih satuan kerja atau badan hukum. Badan

    Investasi Pemerintah adalah unit pelaksana investasi sebagai satuan kerja yang mempunyai tugas

  • 8/17/2019 Makalah Mkspt Manajemen Investasi

    9/31

    9

    dan tanggung jawab pelaksanaan Investasi Pemerintah atau badan hukum yang lingkup

    kegiatannya di bidang pelaksanaan Investasi Pemerintah, berdasarkan kebijakan yang ditetapkan

    oleh Menteri Keuangan.

    Kewenangan operasional dilaksanakan oleh suatu Badan Investasi Pemerintah berbentuk

    Badan Layanan Umum (BLU), yaitu Pusat Investasi Pemerintah. Dalam rangka melaksanakan

    kewenangan operasional, diterbitkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 52/PMK.01/2007

    tentang Organisasi dan Tata Kerja Pusat Investasi Pemerintah.

    H.  Manajemen Investasi Pemerintah

    Manajemen atas Investasi Pemerintah dilaksanakan dengan mengadopsi best practices

    yang telah ada. Dalam pelaksanaannya, proses manajemen atas Investasi Pemerintah meliputi perencanaan, pelaksanaan investasi penatausahaan, dan pertanggungjawaban investasi,

     pengawasan, dan divestasi.

    1. Perencanaan Investasi

    Perencanaan Investasi Pemerintah memerlukan suatu koordinasi kelembagaan pada

     pengelolaan Investasi Pemerintah, termasuk dalam perencanaan kebutuhan dan sumber dana

    yang diperlukan dalam pelaksanaan Investasi Pemerintah. Perencanaan Investasi Pemerintah

    diusulkan oleh setiap Badan Investasi Pemerintah. Perencanaan Investasi Pemerintah dituangkandalam Rencana Kegiatan Investasi (RKI) Badan Investasi Pemerintah.

    RKI memuat rencana investasi pembelian Surat Berharga dan rencana Investasi

    Langsung. Rencana investasi pembelian Surat Berharga meliputi :rencana investasi pembelian

    saham dan rencana investasi pembelian Surat utang. Rencana Investasi Langsung meliputi

    rencana Investasi Langsung dalam Penyertaan Modal dan rencana Investasi Langsung dalam

    Pemberian Pinjaman.

    Perencanaan kebutuhan Investasi Pemerintah disusun setiap tahun anggaran dan

    ditetapkan oleh Menteri Keuangan. Ketentuan lebih lanjut mengenai Tata Cara Penyusunan

    Perencanaan Investasi Pemerintah diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor

    180/PMK.05/2008 tentang Tata Cara Penyusunan Perencanaan Investasi

    Pemerintah.Perencanaan investasi merupakan proses awal yang harus dilakukan oleh Pusat

    Investasi Pemerintah dengan menganut prinsip kehati-hatian sehingga tujuan investasi dapat

  • 8/17/2019 Makalah Mkspt Manajemen Investasi

    10/31

    10

    tercapai secara efektif dan efisien. Perencanaan Investasi Pemerintah memerlukan suatu

    koordinasi kelembagaan pada pengelolaan Investasi Pemerintah, termasuk dalam perencanaan

    kebutuhan dan sumber dana yang diperlukan dalam pelaksanaan Investasi Pemerintah. Hal ini

    telah diatur secara teknis dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 80/PMK.05/2008 tentang

    Tata Cara Penyusunan Perencanaan Investasi Pemerintah.

    2. Pelaksanaan Investasi

    Pelaksanaan Investasi Pemerintah dilakukan oleh Pusat Investasi Pemerintah berdasarkan

     persetujuan Menteri Keuangan c.q Komite Investasi Pemerintah Pusat. Pada pelaksanaan

    investasi surat berharga, inisiatif pelaksanaan investasi dapat berasal dari Pusat Investasi

    Pemerintah. Sedangkan pada investasi langsung, dilakukan dengan prinsip menitik beratkan pada

    sumber dana komersial/swasta serta meminimalkan sumber dana pemerintah. Hal ini sesuai

    dengan konsekuensi logis bahwa peran pemerintah sebenarnya sebatas memberikan dukungan

    sebagai fasilitator dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi dalam pelaksanaan

     pembangunan nasional. Proses pelaksanaan Investasi Pemerintah telah diatur dalam Peraturan

    Menteri Keuangan Nomor 181/PMK.05/2008 tentang Pelaksanaan Investasi Pemerintah.

    Mekanisme pelaksanaan investasi pemerintah dapat dijelaskan di Gambar 2 di bawah ini.

    Gambar 2

    Proses / Mekanisme Pelaksanaan Investasi Pemerintah

  • 8/17/2019 Makalah Mkspt Manajemen Investasi

    11/31

    11

    Keterangan Bagan :

    1.  Pusat Investasi Pemerintah (PIP) menyampaikan Rencana Kegiatan Investasi (RKI)

    kepada DJPBN cq Dit. Sistem Manajemen Investasi (SMI) sebagai bahan penyusunan

    DIPA;

    2.  Dit. SMI membuat Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) kepada DJA untuk diterbitkan

    Satuan Anggaran Per-Satuan Kerja (SAPSK) dan selanjutnya keDirjen Perbendaharaan

    untuk dilakukan pengesahan DIPA

    3.  PIP mengajukan permohonan pencairan kegiatan investasi melalui Dit. SMI selaku KPA;

    4.  Dit. SMI menerbitkan SPM untuk diajukan ke KPPN Jakarta II (Keputusan

    DirjenPerbendaharaan No.KEP-239/PB/2009);

    5.  KPPN Jakarta II selanjutnya menerbitkan SP2D Investasi Pemerintah dan melaksanakan

     pembayaran ke PIP (Rekening Induk Dana Investasi/RIDI);

    Langkah 1 s.d. 5 dilaksanakan apabila PIP komitmennya sudah disetujui Komite Investasi

    Pemrintah Pusat (KIPP)

    6.  BUMN/BUMD/BLU/Pemda/BLUD/Swasta/Asing menyerahkan proposal investasi

    kepada PIP;

    7.  PIP selanjutnya melakukan analisa kelayakan dan risiko investasi sesuai amanat

    PP1/2008 dan PMK 181/2008;

    a)  Apabila diterima, proposal investasi dapat diteruskan oleh PIP ke rapat KIPP untuk

    diperoleh rekomendasi keputusan final diterima/ditolaknya proposal investasi;

     b)  Apabila ditolak, proposal investasi dikembalikan kepada

    BUMN/BUMD/BLU/BLUD/Swasta/Asing.

    8.  Dalam rapat KIPP, dibahas proposal investasi yang diajukan, selanjutnya dikeluarkan

    rekomendasi diterima/ditolak;

    a)  Apabila diterima, proposal investasi dapat direkomendasikan untuk diteruskan ke

     proses berikutnya;

     b) 

    Apabila ditolak, maka proposal investasi dikembalikan kepada

    BUMN/BUMD/BLU/Pemda/BLUD/Swasta/Asing.

    9.  Berdasarkan rekomendasi KIPP tersebut, maka PIP melakukan kerjasama investasi

    dengan BUMN/BUMD/BLU/BLUD/Swasta/Asing;

  • 8/17/2019 Makalah Mkspt Manajemen Investasi

    12/31

    12

    10. Setelah semua transaksi dan kegiatan investasi dilaksanakan, PIP menyampaikanlaporan

     pelaksanaan kegiatan investasi kepada Dit. SMI.

    Saat ini pemerintah sedang menyusun RUU tentang Lembaga Pembiayaan Pembangunan

    Indonesia yang merupakan peleburan dari PT Sarana Multi Infrastruktur (PT. SMI) dan Pusat

    Investasi Pemerintah (PIP). LPPI merupakan lembaga baru yang tengah disiapkan pemerintah

    untuk mengakomodasi kebutuhan pembiayaan pembangunan di Indonesia. Menteri Keuangan

    menyatakan bahwa PT SMI akan menjadi cikal bakal bank infrastruktur Indonesia, dan

     pengalihan aset dari PIP menjadi salah satu tahapan dalam proses transformasi PT SMI menjadi

    Lembaga Pembiayaan Pembangunan Indonesia (LPPI). Dengan beralihnya aset PIP ke PT SMI,

    maka PT SMI akan melanjutkan tugas-tugas yang telah dilaksanakan sebelumnya oleh PIP, di

    antaranya memberikan pembiayaan infrastruktur lebih luas ke pemerintah daerah maupun pihak

    swasta, termasuk untuk pembiayaan pembangunan infrastruktur sosial seperti rumah sakit dan

    lain-lain. Selain itu, PT SMI juga dapat melanjutkan pembiayaan proyek-proyek infrastruktur

     pembangkit listrik geothermal. Menteri Keuangan menargetkan pengalihan aset PIP akan

    rampung pada Agustus 2015, hingga pada September 2015 PT SMI sudah dapat berjalan dengan

    fungsi barunya.

    3. Penatausahaan dan Pertanggungjawaban Investasi

    Untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas dalam pelaksanaan Investasi

    Pemerintah, Pusat Investasi Pemerintah selaku operator investasi harus menyelenggarakan

    akuntansi atas pelaksanaan Investasi Pemerintah. Akuntansi atas pelaksanaan Investasi

    Pemerintah mengacu kepada Standar Akuntansi Keuangan (untuk Badan Investasi Pemerintah

     berbentuk Badan Hukum) dan Standar Akuntansi Pemerintahan (untuk Badan Investasi

    Pemerintah berbentuk Satuan Kerja). Badan Investasi Pemerintah wajib menatausahakan dan

    memelihara dokumen pengelolaan Investasi Pemerintah sesuai dengan ketentuan Peraturan

    Perundang-undangan.

    Dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan Investasi Pemerintah, Pusat

    Investasi Pemerintah wajib menyusun laporan keuangan dan kinerja yang disampaikan kepada

    Menteri Keuangan. Laporan keuangan dan kinerja tersebut disusun dan disajikan oleh: (a) satuan

    kerja, sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan dan kinerja Kementerian

  • 8/17/2019 Makalah Mkspt Manajemen Investasi

    13/31

    13

    Keuangan; (b) badan hukum, sebagai bagian yang terpisahkan dari laporan keuangan dan kinerja

    Kementerian Keuangan. Laporan disampaikan kepada Menteri Keuangan.

    Badan Investasi Pemerintah wajib menyusun Laporan Pelaksanaan Kegiatan Investasi

    (LPKI). LPKI terdiri atas: (a) Laporan Posisi Portofolio Investasi; (b) Laporan Hasil Investasi.

    Kepala/Direktur Badan Investasi Pemerintah menyampaikan LPKI paling lambat 1 (satu) bulan

    setelah transaksi perubahan kepada Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Perbendaharaan.

    Menteri Keuangan C.q. Direktur Jenderal Perbendaharaan memberikan sanksi berupa teguran

    secara tertulis, dalam hal penyampaian LPKI tidak sesuai dengan jangka waktu.

    Tujuan LPKI adalah memberikan informasi yang berkaitan dengan POSISI portofolio

    Investasi Pemerintah, kinerja Investasi Pemerintah, dan kesesuaian pelaksanaan Investasi

    Pemerintah dengan ketentuan perundangan mengenai Investasi Pemerintah. LPKI harus

    memberikan informasi yang memadai mengenai pengelolaan Investasi Pemerintah. Adapun

    tanggung jawab penyusunan dan penyajian LPKI berada pada Kepala/Direktur Badan Investasi

    Pemerintah. Penyusunan LPKI harus memenuhi Karakteristik Kualitatif pelaporan, antara lain:

    a.  Dapat Dipahami. Informasi penting yang disajikan dalam LPKI dapat dipahami oleh

     pengguna dan dinyatakan dalam bentuk dan istilah yang disesuaikan dengan batas

     pemahaman pengguna yang memiliki pengetahuan yang memadai atas pelaksanaan

    kegiatan Investasi Pemerintah.

     b.  Relevan. LPKI yang disajikan harus relevan dengan tujuan yang ingin dicapai agar

    laporan dimaksud bermanfaat bagi pengguna. LPKI memiliki kualitas relevan apabila

    memiliki manfaat umpan balik, tepat waktu, memiliki manfaat prediktif lengkap, dan

    dapat mempengaruhi keputusan pengguna.

    c.  Keandalan. LPKI harus dapat diandalkan. Informasi yang disajikan dalam LPKI harus

    mencerminkan fakta yang sebenarnya dan tidak menimbulkan multi penafsiran serta

    dapat dipertanggungjawabkan.d.  Komparasi. LPKI harus disusun sedemikian rupa sehingga pengguna dapat

    membandingkan antarlaporan untuk mengevaluasi posisi dan kinerja investasi secara

    relatif.

  • 8/17/2019 Makalah Mkspt Manajemen Investasi

    14/31

    14

    e.  Konsistensi. Pengukuran dan penyajian dalam LPKI harus dilakukan secara konsisten

    agar dapat dilakukan evaluasi atas posisi dan kinerja investasi dari satu periode ke

     periode yang lain.

    Standar Penyusunan LPKI

    Standar Penyusunan LPKI merupakan pedoman yang harus digunakan Badan Investasi

    Pemerintah dalam menyusun laporan. Standar ini mengatur pokok materi minimum yang harus

    dimuat dalam LPKI, yaitu :

    1. Laporan Posisi Portofolio Investasi

    a.  Portofolio Investasi Badan Investasi Pemerintah adalah seluruh investasi yang dilakukan

    oleh Badan Investasi Pemerintah dalam rangka investasi jangka panjang dalam bentuk

    investasi pembelian Surat Berharga dan Investasi Langsung.

     b.  Penilaian investasi dilakukan dengan nilai wajar sebagai berikut:

    1)  Investasi Surat Berharga

    a) Saham dinilai berdasarkan: (1) nilai perolehan (termasuk upah broker, pajak, dan

     biaya yang dikeluarkan dalam perolehan saham); (2) nilai pasar untuk saham yang

    tercatat di bursa efek.

     b) Surat Utang dinilai berdasarkan: (1) nilai perolehan (termasuk upah broker,

     pajak, dan biaya yang dikeluarkan dalam perolehan surat utang) setelah amortisasi

     premi atau diskonto untuk surat utang yang dimiliki hingga jatuh tempo; (2) nilai

    wajar untuk surat utang yang tersedia untuk dijual; (3) nilai tunai untuk surat

    utang yang jatuh temponya kurang dari 1 (satu) tahun.

    2) Investasi Langsung

    a) Penyertaaan Modal dinilai berdasarkan nilai penyertaan modal pada Badan Usaha.

     b) Pemberian Pinjaman dinilai berdasarkan nilai pinjaman yang diberikan kepada

    Badan Usaha, Badan Layanan Umum (BLU), Pemerintah

    Provinsi/Kabupaten/Kota, Badan Layanan Umum (BLUD), dan/ atau badan

    hukum asing.

    c) Laporan Posisi Portofolio Investasi disajikan per tanggal transaksi perubahan dan

    dilengkapi dengan lampiran sesuai Form 1.

  • 8/17/2019 Makalah Mkspt Manajemen Investasi

    15/31

    15

    d) Pengelompokan jenis investasi harus dilakukan secara konsisten.

    e) Pengungkapan:

    (1) Rincian investasi pada saham selama periode laporan, yang sekurang-

    kurangnya mencakup nama pihak, tanggal pembelian, nilai penempatan,

     persentase kepemilikan, tanggal divestasi, nilai divestasi, dan dasar penilaian

    yang digunakan;

    (2) Rincian investasi surat utang selama periode laporan, yang sekurang-

    kurangnya mencakup nama penerbit/ emiten, nilai nominal, tanggal

     pembelian, jangka waktu, tanggal jatuh tempo, tingkat bunga, jumlah dan

     jenis jaminan, tanggal divestasi, dan nilai divestasi;

    (3) Rincian penggunaan jasa manajer investasi dan/atau bank umum dalam

     pengelolaan investasi selama periode laporan, yang sekurang-kurangnya

    mencakup nama pihak ketiga, nomor, tanggal, dan masa perjanjian, jenis

    investasi dan jumlah dana yang dikelola oleh setiap pihak ketiga per akhir

     periode laporan, dan tingkat hasil investasi bersih untuk periode laporan dari

    tiap-tiap pihak ketiga;

    (4) Rincian penggunaan jasa kustodian selama periode laporan, yang sekurang-

    kurangnya mencakup nama kustodian, jenis dan jumlah investasi yang

    dititipkan, nomor, tanggal, dan masa berlaku kontrak perjanjian;

    (5) Rincian penanaman investasi langsung dalam penyertaan modal selama

     periode laporan, yang sekurang-kurangnya mencakup nama perjanjian

    investasi, jumlah nominal penyertaan, persentase penyertaan, pihak yang

    terlibat dalam perjanjian, tanggal penempatan, nilai perolehan, tanggal

    divestasi, dan nilai divestasi;

    (6) Rincian penanaman investasi langsung dalam pemberian pinjaman selama

     periode laporan, yang sekurang-kurangnya mencakup nama perjanjian

    investasi, jumlah nominal pinjaman yang diberikan, persentase pinjaman

    terhadap modal peminjam, pihak yang terlibat dalam perjanjian, tanggal

  • 8/17/2019 Makalah Mkspt Manajemen Investasi

    16/31

    16

     penempatan, tanggal divestasi, nilai divestasi, aset yang dijaminkan, dan

    apabila ada pinjaman yang tidak dapat tertagih harus diungkapkan.

    2. Laporan Hasil Investasi

    Laporan hasil investasi sekurang-kurangnya harus memuat :

    a.  Nilai hasil investasi dan tingkat hasil investasi (Return on Investment atau ROI) untuk

     periode laporan harus disajikan per jenis investasi dan per total investasi;

     b.  Tingkat hasil investasi terhadap aktiva bersih (Return on Assets atau ROA) untuk periode

    laporan harus disajikan per total investasi;

    c.  Nilai hasil investasi harus memperhitungkan pendapatan investasi yang sudah terealisasi

    (secara basis akrual) dan yang belum terealisasi;

    d.  Nilai hasil investasi harus dihitung setelah dikurangi beban/biaya investasi;

    e.  Beban/biaya investasi yang tidak melekat pada jenis investasi tertentu dialokasikan secara

     proporsional ke dalam setiap jenis investasi yang berkaitan dengan beban/biaya dimaksud;

    f.  Tingkat hasil investasi (ROI) baik untuk per jenis investasi maupun untuk total investasi

    harus diukur berdasarkan nilai rata-rata investasi;

    g.  Untuk menghitung tingkat hasil investasi (ROI), nilai rata-rata investasi untuk periode

    laporan harus dihitung berdasarkan nilai rata-rata awal dan nilai akhir investasi periode

     pelaporan;

    h.  Tingkat hasil investasi terhadap aktiva bersih (ROA) harus diukur berdasarkan nilai rata-

    rata aktiva bersih;

    i.  Untuk menghitung tingkat hasil investasi terhadap aktiva bersih (ROA), nilai rata-rata

    aktiva bersih adalah rata-rata nilai awal dan nilai akhir aktiva bersih periode pelaporan;

     j.  Periode Laporan Hasil Investasi dimulai dari tanggal Laporan Hasil Investasi sebelumnya

    sampai dengan tanggal Laporan Hasil Investasi periode berjalan dan dilengkapi dengan

    lampiran sesuai ketentuan

  • 8/17/2019 Makalah Mkspt Manajemen Investasi

    17/31

    17

    Proses penatausahaan dan pertanggungjawaban tersebut diatur dalam Peraturan Menteri

    Keuangan Nomor 182/PMK.05/2008 tentang Pelaporan atas Pelaksanaan Kegiatan Investasi.

    d. Pengawasan atas Pelaksanaan Investasi

    Sebagai pelaksanaan mekanisme check and balance atas pengelolaan Investasi

    Pemerintah, perlu pelaksanaan fungsi pengawasan dan evaluasi. Fungsi ini diharapkan dapat

    membantu menciptakan pelaksanaan prinsip tata kelola yang baik (Good Corporate Governance)

     pada pengelolaan Investasi Pemerintah. Hal ini untuk mencegah agar jangan sampai terjadi

     penyimpangan sehingga dengan pengawasan tersebut, diharapkan agar pelaksanaan investasi

    sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.Proses supervisi investasi dilaksanakan oleh

    Komite Investasi Pemerintah Pusat sesuai amanat Peraturan Pemerintah Nomor 1 tahun 2008.

    Menteri Teknis/Pimpinan Lembaga melakukan pengawasan atas pelaksanaan Perjanjian

    Kerjasama. Kepala/direktur Badan Investasi Pemerintah melakukan pengawasan atas

     pelaksanaan Perjanjian Investasi. Pengawasan meliputi pemantauan/monitoring, evaluasi dan

     pengendalian

    e. Divestasi

    Dalam pengelolaan Investasi Pemerintah, peran Pusat Investasi Pemerintah sebagai

     pelaku investasi mempunyai maksud untuk memfasilitasi terciptanya pertumbuhan ekonomi

    dalam rangka pembangunan nasional. Pada prinsipnya, investasi yang telah dilaksanakan secara

     baik akan berakhir melalui divestasi yang juga baik. Proses divestasi yang dilakukan atas

    investasi surat berharga dapat memperoleh manfaat ekonomi, sedangkan divestasi atas investasi

    langsung dimaksudkan dapat diinvestasikan kembali dalam rangka meningkatkan fasilitas

    infrastruktur dan bidang lainnya guna memacu roda perekonomian masyarakat.

    Divestasi adalah penjualan Surat berharga dan/ atau kepemilikan pemerintah baik

    sebagian atau keseluruhan kepada pihak lain. Divestasi yang dilakukan oleh Badan Investasi

    Pemerintah mencakup:

    1)  Penjualan Surat Berharga, mencakup penjualan saham dan/atau penjualan Surat utang

    2)  Penjualan kepemilikan Investasi Langsung, meliputi penjualan kepemilikan atas

    Penyertaan Modal (baik yang dilakukan dengan pola Public Private Partnership dan

     pola Non-Public Private Partnership) dan Pemberian Pinjaman ( berupa kepemilikan

    atas piutang atau hak tagih).

  • 8/17/2019 Makalah Mkspt Manajemen Investasi

    18/31

    18

    Penjualan saham dapat dilakukan dalam hal: (a) harga saham naik secara signifikan

    dan/atau menguntungkan untuk dilakukan divestasi; (b) terdapat investasi lain yang

    diproyeksikan lebih menguntungkan; (c) terjadi penurunan harga secara signifikan. Adapun

     penjualan saham dilaksanakan setelah dilakukan analisis penilaian saham dan analisis portofolio.

    Penjualan saham wajib mempertimbangkan nilai divestasi dan nilai tambah yang diperoleh dari

    investasi tersebut lebih besar atau sama dengan nilai riil harga perolehan investasi saham pada

    saat dilakukannya divestasi.

    Penjualan Surat utang dapat dilakukan dalam hal imbal hasil (yield) diperkirakan turun;

    terdapat investasi lain yang diproyeksikan lebih menguntungkan; dan terdapat kemungkinan

    gagal bayar. Penjualan surat utang sdilaksanakan setelah dilakukan analisis penilaian surat utang,

    analisis portofolio, dan/atau analisis risiko.

    Penjualan kepemilikan atas Penyertaan Modal dapat dilaksanakan setelah dilakukan

    analisis kelayakan, dalam hal: (a) pelaksanaan investasi tersebut tidak sesuai dengan Perjanjian

    Investasi; (b) kegiatan perusahaan tidak menguntungkan; (c) tidak sesuai dengan strategi

    investasi Badan Investasi Pemerintah; (d) terdapat kondisi tertentu setelah mendapat

    rekomendasi dari Komite Investasi Pemerintah. Dalam hal Badan Investasi Pemerintah

    memerlukan likuiditas, penjualan kepemilikan atas Pemberian Pinjaman dapat dilaksanakan

    setelah dilakukan analisis kelayakan.

    Kepala/direktur Badan Investasi Pemerintah melakukan Divestasi surat berharga sesuai

    dengan masa waktu yang telah ditentukan tidak memerlukan persetujuan Menteri Keuangan.

    Dalam keadaan tertentu, kepala/direktur Badan Investasi Pemerintah dapat melakukan Divestasi

    terhadap surat berharga sebelum masa waktu yang telah ditentukan. Kepala/direktur Badan

    Investasi Pemerintah dapat melakukan Divestasi terhadap kepemilikan Investasi Langsung

    dengan terlebih dahulu mendapat persetujuan Menteri Keuangan. Secara lebih rinci, Peraturan

    Menteri Keuangan Nomor 183/PMK.05/2008 tentang Persyaratan dan Tata Cara Divestasi

    terhadap Investasi Pemerintah.

    f. Manajemen Risiko Investasi Pemerintah

    Dalam rangka mengurangi risiko pelaksanaan Investasi Pemerintah, disamping menargetkan

    tingkat pendapatan yang diharapkan, hal penting yang harus selaludi perhatikan adalah

    timbulnya potensi kerugian yang akan berpengaruh, baik terhadap pendapatan maupun modal

    Pusat Investasi Pemerintah. Oleh karena itu, penerapan manajemen risiko sebagai langkah-

  • 8/17/2019 Makalah Mkspt Manajemen Investasi

    19/31

    19

    langkah antisipasi dan mitigasi munculnya variabel risiko Investasi Pemerintah sangat penting

    untuk diperhatikan dalam perencanaan maupun pelaksanaan investasi.

    I. 

    Dana Investasi Pemerintah dalam APBN 2010-2016

    Dalam periode 2010 — 2014, Pemerintah secara reguler mengalokasikan dana investasi

    Pemerintah untuk mendukung kebijakan Pemerintah dalam berbagai sektor, seperti dukungan

    terhadap pembangunan infrastruktur, pemberdayaan KUMKM, serta dukungan kepemilikan

    rumah murah bagi MBR. Pada tahun 2015, selain dukungan atas kebijakan Pemerintah di atas,

    Pemerintah melalui alokasi PMN kepada BUMN menetapkan kebijakan untuk mendukung

     pencapaian program prioritas nasional (Nawacita). Namun demikian, komponen dan rincian dana

    investasi Pemerintah berubah-ubah setiap tahunnya, menyesuaikan dengan dukungan ataskebijakan Pemerintah pada periode tersebut.

    Dana Investasi Pemerintah dalam periode 2010 — 2015 terdiri atas, (1) Investasi

    Pemerintah, (2) Penerimaan Kembali Investasi, (3) Penyertaan Modal Negara (PMN), (4) dana

     bergulir,(5) Pembiayaan Investasi dalam rangka pengambilalihan PT Inalum, dan (6)

    Pembiayaan Investasi dalam rangka pembentukan BLU Manajamen Aset. Perkembangan dana

    investasi Pemerintah selama periode 2010 — 2015 disajikan dalam Tabel I.

    Tabel IPERKEMBANGAN DANA INVESTASI PEMERINTAH, 2010-2015

    (miliar rupiah)

  • 8/17/2019 Makalah Mkspt Manajemen Investasi

    20/31

    20

    Alokasi dana investasi Pemerintah dalam APBN tahun 2016 direncanakan sebesar negatif

    Rp57.611,2 miliar, menurun 2,1 persen apabila dibandingkan alokasinya dalam APBNP tahun

    2015 sebesar negatif Rp58.844,1 miliar. Alokasi dana investasi Pemerintah dalam tahun

    2015 — 

    2016 sebagaimana disajikan dalam Tabel II di bawah ini.

    Tabel II

    DANA INVESTASI PEMERINTAH, 2015-2016

    (miliar rupiah)

    1. Investasi Pemerintah

    Investasi Pemerintah dialokasikan untuk mendukung kebijakan Pemerintah untuk

    mempercepat pembangunan infrastruktur. Alokasi investasi Pemerintah dalam periode 2010-

    2015, terdiri atas alokasi untuk Pusat Investasi Pemerintah (PIP) yang bersifat reguler, dana

    Kredit Investasi Pemerintah (KIP), dan penugasan Pemerintah kepada PIP untuk melakukan

     pengambilalihan PT Inalum. Alokasi dana KIP dan penugasan Pemerintah kepada PIP hanya

     berlangsung untuk satu tahun anggaran, sehingga pada tahun-tahun berikutnya tidak

    dialokasikan. Pada tahun 2015 seluruh dana investasi PIP akan dialihkan menjadi PMN kepada

    PT Sarana Multi Infrastruktur (PT SMI) dalam rangka pembentukan Lembaga Pembiayaan

    Pembangunan Indonesia (LPPI). Perkembangan realisasi investasi Pemerintah periode 2010 — 

    2015 disajikan dalam Gambar 3 berikut.

  • 8/17/2019 Makalah Mkspt Manajemen Investasi

    21/31

    21

    2.  Penerimaan Kembali Investasi

    Penerimaan kembali investasi pada dasarnya merupakan penerimaan Pemerintah yang

     berasal dari pengeluaran pembiayaan yang pernah dilakukan pada masa yang lalu. Penerimaan

    kembali investasi yang dialokasikan dalam tahun 2015, terdiri atas (1) penerimaan kembali

    investasi yang berasal dari IMF, yang merupakan selisih lebih antara jumlah penyertaan modal

    Pemerintah di IMF dengan kewajiban Pemerintah atas  promissory notes kepada IMF dan dana

    talangan BI atas pembayaran PMN kepada IMF, ADB, IBRD, dan IDA. Hal tersebut terkait

    dengan rencana Pemerintah untuk mengalihkan pencatatan dan pengelolaan kuota atau iuran

    modal Indonesia pada IMF yang sebelumnya berada di Pemerintah c.q. Kementerian Keuangan

    kepada BI, dan (2) penerimaan kembali investasi yang berasal dari PIP, yang berasal dari seluruh

    dana investasi Pemerintah yang dialokasikan kepada PIP dalam kurun waktu 2006 s.d.2013 yang

    akan dialihkan menjadi PMN kepada PT SMI.

    3.  Penyertaan Modal Negara (PMN)

    Dalam kurun waktu 2010 — 2015, PMN tidak hanya dialokasikan untuk BUMN, namun juga

    dialokasikan kepada Organisasi/Lembaga Keuangan Internasional (LKI) dan badan usaha lain

    dalam rangka memenuhi kewajiban dan komitmen Pemerintah pada Organisasi/LKI dan badan

    usaha lain. Perkembangan PMN dalam periode 2010 — 2015 disajikan dalam Gambar 4 berikut:

    Gambar 3

  • 8/17/2019 Makalah Mkspt Manajemen Investasi

    22/31

    22

    Alokasi PMN dalam APBN tahun 2016 adalah sebesar negatif Rp48.383,3 miliar,

    menurun 31,3 persen apabila dibandingkan alokasinya dalam APBNP tahun 2015 sebesar negatif

    Rp70.372,8 miliar. Dalam APBN tahun 2016, Pemerintah mengalokasikan dana untuk PMN

    yang terdiri atas (1) PMN kepada BUMN, (2) PMN kepada organisasi/lembaga keuangan

    internasional (LKI), dan (3) PMN Lainnya. Namun, berdasarkan putusan Rapat Paripurna DPR,

    PMN kepada BUMN dan PMN Lainnya dikembalikan lagi pada komisi-komisi terkait untuk

    dibahas dalam RAPBNP tahun 2016. Alokasi PMN kepada BUMN dan PMN Lainnya pada UU

    APBN tahun 2016 tetap ada, namun hanya dapat dicairkan setelah dilakukan pembahasan dan

    mendapat persetujuan di komisi terkait pada saat APBNP tahun 2016 nanti.

    Berdasarkan putusan rapat paripurna tersebut, Pemerintah akan mendorong

    BUMN/Lembaga untuk dapat mencari sumber-sumber pendanaan lain untuk pelaksanaan

     proyek-proyek yang diusulkan. Selain itu, Pemerintah juga akan melakukan penyempurnaan dan

     perbaikan kajian sebagai tindak lanjut masukan dari DPR.

    Arah kebijakan PMN tahun 2016 adalah sebagai berikut (1) BUMN yang melaksanakankebijakan/program Pemerintah dalam rangka menyelenggarakan kemanfaatan umum bagi

     pemenuhan hajat hidup orang banyak, (2) peningkatan kapasitas usaha BUMN, antara lain dalam

    rangka peningkatan kualitas infrastruktur, kedaulatan pangan, dan energi, dengan memperhatikan

    kemampuan keuangan negara, (3) mempertahankan porsi kepemilikan, sehingga Pemerintah

    masih dapat mengendalikan BUMN yang bersangkutan, (4) mempertimbangkan efek pengganda

    Gambar 4

  • 8/17/2019 Makalah Mkspt Manajemen Investasi

    23/31

    23

     bagi pertumbuhan ekonomi, dan (5) organisasi/LKI dan badan usaha lain, bertujuan untuk

    memenuhi kewajiban Indonesia sebagai anggota serta mempertahankan proporsi kepemilikan

    saham ( shares) dan hak suara (voting rights), serta memperoleh manfaat yang maksimal bagi

    kepentingan nasional, didasarkan pada peraturan perundangan yang berlaku dan memperhatikan

    efisiensi penggunaan anggaran dan kemampuan keuangan negara.

    a.  PMN kepada BUMN

    Dalam APBN tahun 2016, Pemerintah mengalokasikan dana untuk PMN kepada BUMN seperti

    disajikan dalam Tabel III. Namun, berdasarkan putusan Rapat Paripurna DPR, PMN kepada

    BUMN dikembalikan lagi pada komisi-komisi terkait yang akan dibahas dalam RAPBNP tahun

    2016.

    Tabel III

  • 8/17/2019 Makalah Mkspt Manajemen Investasi

    24/31

    24

    Alokasi PMN kepada BUMN digunakan untuk mendukung agenda prioritas nasional melalui

     beberapa program prioritas, yaitu:

    1)  program kedaulatan pangan dialokasikan kepada Perum Bulog, PT Perikanan Nusantara

    (Persero), PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero), PT Perusahaan Perdagangan

    Indonesia (Persero), dan PT Pertani (Persero),

    2)  program pembangunan infrastruktur dan maritim dialokasikan kepada PT Sarana Multi

    Infrastruktur (Persero), PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero), PT Sarana

    Multigriya Finansial (Persero), PT Jasa Marga (Persero) Tbk, PT Hutama Karya

    (Persero), PT Wijaya Karya (Persero) Tbk, PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk,

    PT Angkasa Pura II (Persero), Perum Perumnas, PT Amarta Karya (Persero), PT

    Pelayaran Nasional Indonesia (Persero), dan PT Pelindo III (Persero),

    3)  program kedaulatan energi dialokasikan kepada PT Perusahaan Listrik Negara

    (Persero),

    4) 

     program pengembangan industri strategis dialokasikan kepada PT Krakatau Steel(Persero) Tbk, PT Industri Kereta Api (Persero), dan PT Barata Indonesia (Persero), dan

    5)  program kemandirian ekonomi nasional dialokasikan kepada PT Askrindo (Persero),

    Perum Jamkrindo, dan PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (Persero).

  • 8/17/2019 Makalah Mkspt Manajemen Investasi

    25/31

    25

    PMN kepada BUMN dalam APBN tahun 2016 menurut program prioritas seperti disajikan

    dalam Gambar 5 berikut.

    1) PMN untuk Mendukung Program Kedaulatan Pangan

    PMN kepada BUMN untuk mendukung program kedaulatan pangan, ditujukan antara lain untuk

     penguatan infrastruktur pengolahan dan penyimpanan pangan petani dalam negeri, stabilisasi

    harga pangan pokok, meningkatkan penyaluran beras bersubsidi, hilirisasi industri perikanan,

    dan stabilisasi harga komoditas gula. Rincian PMN untuk mendukung program kedaulatan

     pangan disajikan pada Gambar 6 berikut.

    Gambar 5

    Gambar 6

  • 8/17/2019 Makalah Mkspt Manajemen Investasi

    26/31

    26

    2) 

    PMN untuk Mendukung Program Pembangunan Infrastruktur dan Maritim

    PMN kepada BUMN untuk mendukung program pembangunan infrastruktur dan maritim,

    ditujukan antara lain untuk pembangunan ruas jalan tol di Sumatera, pengembangan bandara,

     pembangunan perumahan sederhana, pengadaan kapal laut, dan pembiayaan infrastruktur

    lainnya. Rincian PMN untuk mendukung program pembangunan infrastruktur dan maritim

    disajikan pada Gambar 7 berikut.

    3) PMN untuk Mendukung Program Kedaulatan Energi

    PMN kepada BUMN untuk mendukung program kedaulatan energi dialokasikan kepada PT

    Perusahaan Listrik Negara (Persero).

    4) PMN untuk Mendukung Program Pengembangan Industri Strategis

    PMN kepada BUMN untuk mendukung program pengembangan industri strategis, ditujukan

    antara lain untuk pengembangan peralatan dan mesin untuk agro industri, pengembangan industri

    manufaktur kereta api, dan pengembangan industri baja. Rincian PMN untuk mendukung

     program pengembangan industri strategis disajikan pada Gambar 8 berikut.

    Gambar 7

  • 8/17/2019 Makalah Mkspt Manajemen Investasi

    27/31

    27

    5) 

    PMN untuk Mendukung Program Kemandirian Ekonomi NasionalPMN kepada BUMN untuk mendukung program kemandirian ekonomi nasional ditujukan

    terutama untuk pembiayaan modal KUMKM. Rincian PMN untuk mendukung program

    kemandirian ekonomi nasional disajikan pada Gambar 9 berikut.

    6)  

    PMN kepada Organisasi/L embaga Keuangan I nternasional (LKI )

    Selain kepada beberapa BUMN, Pemerintah juga mengalokasikan PMN kepada beberapa

    organisasi/LKI seperti disajikan dalam Tabel IV.

    Gambar 8

    Gambar 9

  • 8/17/2019 Makalah Mkspt Manajemen Investasi

    28/31

    28

    PMN kepada IDB dalam APBN tahun 2016 dialokasikan sebagai (1) angsuran dari kenaikan

    modal Indonesia di IDB sebesar Islamic Dinar (ID) 79,9 juta yang akan dicicil sebesar ID4,0 juta

    setiap tahunnya selama 20 tahun dari tahun 2016 s.d. 2035, dan (2) memenuhi kekurangan bayar

    PMN kepada IDB yang dibayarkan tahun 2012 sebesar ID57,4 ribu.

    Manfaat yang telah dirasakan Indonesia dari keanggotaan IDB semenjak Indonesia menjadi

    anggota sampai dengan semester I tahun 2015 adalah IDB telah memberikan pinjaman kepada

    Pemerintah Indonesia sebesar ekuivalen US$2.616 juta dan hibah sebesar ekuivalen US$2,1 juta.

    PMN kepada IFC dalam APBN tahun 2016 dialokasikan untuk membayar  shares tambahan

    yang diambil dari sisa alokasi  shares yang tidak diambil oleh negara yang diberikan alokasi

    sebelumnya, yaitu sebesar 13 lembar saham senilai US$13.000. Sampai saat ini jumlah  shares

    Indonesia di IFC adalah sebanyak 3.063  shares senilai US$3,1 juta dan sudah dibayar

    seluruhnya.

    IFC menyalurkan pinjaman kepada beberapa pihak di Indonesia, antara lain (1) Asahan One

    yang merupakan proyek PLTA 180 MW di Sumatera Utara, (2) bekerjasama dengan HSBC

    menyediakan dana pinjaman untuk memperluas PT Jakarta International Container Terminal (PTPelabuhan Indonesia II), dan (3) bekerjasama dengan beberapa bank swasta menyediakandana

     pinjaman kepada PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero). Hingga semester I tahun 2015, IFC

    telah melakukan beberapa investasi di Indonesia dalam bentuk pinjaman sebesar US$690 juta,

    equity sebesar US$89,5 juta, quasi equity sebesar US$32,3 juta, risk management support

    sebesar US$5 juta, dan sindikasi pembiayaan sebesar US$510 juta.

    Tabel IV

  • 8/17/2019 Makalah Mkspt Manajemen Investasi

    29/31

    29

    PMN kepada IFAD dalam APBN tahun 2016 dialokasikan untuk membayar angsuran ke-1

    replenishment X. PMN kepada IFAD tersebut didasarkan pada komitmen Pemerintah RI pada

     pertemuan IFAD tahun 2014 di Roma. Pada pertemuan tersebut, Pemerintah RI telah menyetujui

    komitmen baru untuk menambah kontribusi di IFAD sebesar US$10,0 juta yang akan diangsur

    selama 3 tahun mulai tahun 2016 sampai dengan tahun 2018, masing-masing sebesar US$3,0

     juta pada tahun 2016 dan 2017, serta US$4,0 juta pada tahun 2018.

    Semenjak menjadi anggota tahun 1980 sampai dengan semester I tahun 2015, IFAD telah

    memberikan pinjaman kepada Pemerintah Indonesia untuk 15 proyek senilai US$409,9 juta,

    dimana 11 proyek telah selesai dan 4 proyek on-going , dan hibah sebesar ekuivalen US$4,0 juta .

    PMN kepada IDA dalam APBN tahun 2016 merupakan PMN yang bersifat nontunai yang

    dialokasikan untuk meningkatkan kontribusi Indonesia sebagai negara donor di IDA. Skenario

    untuk meningkatkan kontribusi tersebut adalah melalui percepatan pembayaran cicilan pinjaman

    IDA yang jatuh tempo setelah tahun 2025.

    Semenjak menjadi anggota sampai dengan semester I tahun 2015, manfaat yang diperoleh dari

    keanggotaan Indonesia di IDA diantaranya adalah IDA telah memberikan pinjaman kepada

    Pemerintah Indonesia sebesar ekuivalen US$2.744,5 juta dan hibah sebesar ekuivalen US$412,5

     juta.

    PMN kepada AIIB  dalam APBN tahun 2016 dialokasikan untuk modal awal AIIB yang

    merupakan kewajiban Pemerintah Indonesia. Latar belakang pembentukan AIIB adalah

    tingginya kebutuhan pembiayaan infrastruktur di kawasan Asia dan adanya financing gap dalam

     pembiayaan infrastruktur.

    Keterlibatan Indonesia pada AIIB dapat menjadi sumber alternatif pembiayaan infrastruktur di

    Indonesia, mengingat Pemerintah telah memiliki sektor-sektor prioritas untuk dilaksanakan pada

     periode 2015 — 

    2019 yakni sektor jalan raya (19 persen dari jumlah kebutuhan pembiayaan),ketenagalistrikan (17 persen dari jumlah kebutuhan pembiayaan), dan sektor sumber daya air (17

     persen dari jumlah kebutuhan pembiayaan).

    7)  PMN Lainnya

    PMN Lainnya adalah PMN yang tidak dapat diklasifikasikan ke dalam PMN kepada BUMN dan

    PMN kepada organisasi/LKI. Namun, berdasarkan putusan Rapat Paripurna DPR, PMN Lainnya

    Tabel V

  • 8/17/2019 Makalah Mkspt Manajemen Investasi

    30/31

    30

    dikembalikan lagi pada komisi-komisi terkait untuk dibahas dalam RAPBNP tahun 2016.

    Rincian PMN Lainnya sebagaimana disajikan dalam Tabel V. 

    Simpulan

    Peraturan Pemerintah Nomor 1/2008 dan Perubahannya yaitu Peraturan Pemerintah

     Nomor 49/2011 tentang Investasi Pemerintah diterbitkan untuk memenuhi perkembangan

    kebutuhan dan praktik serta mendorong investasi di bidang infrastuktur. Dalam rangka

    mendorong investasi di bidang penyediaan infrastruktur, melalui PP ini pemerintah memberikan

    dasar pengaturan yang lebih luas untuk menerapkan kebijakan secara lebih fleksibel dalam

     pelaksanaan investasi pemerintah. Selain itu, pemerintah juga menyediakan berbagai opsi

    sebagai alternatif dalam rangka investasi pemerintah, baik di bidang penyediaan infrastruktur

    atau bidang lainnya yang diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan

    kesejahteraan masyarakat.

  • 8/17/2019 Makalah Mkspt Manajemen Investasi

    31/31

    Daftar Peraturan Terkait

    Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2008 Tentang Investasi Pemerintah.

    Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah

     Nomor 1 Tahun 2008 Tentang Investasi Pemerintah.

    Peraturan Menteri Keuangan Nomor 179/PMK.05/2008 Tentang Tata Cara Penyediaan,

    Pencairan dan Pengelolaan Dana dalam Rekening Induk Investasi.

    Peraturan Menteri Keuangan Nomor 180/PMK.05/2008 Tentang Tata Cara Penyusunan

    Perencanaan Investasi Pemerintah.

    Peraturan Menteri Keuangan Nomor 181/PMK.05/2008 Tentang Pelaksanaan Investasi

    Pemerintah.

    PMK Nomor 44/PMK.05/2011 tentang Perubahan atas PMK Nomor 181/PMK.05/2008 tentang

    Pelaksanaan Investasi Pemerintah

    Peraturan Menteri Keuangan Nomor 182/PMK.05/2008 Tentang Pelaporan atas Pelaksanaan

    Investasi.

    Peraturan Menteri Keuangan Nomor 183/PMK.05/2008 Tentang Persyaratan dan Tata Cara

    Divestasi.