MAKALAH MAFU
-
Upload
hadifah-run -
Category
Documents
-
view
116 -
download
3
Transcript of MAKALAH MAFU
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Seiring dengan makin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya hidup
sehat, tuntunan konsumen terhadap bahan pangan juga bergeser. Bahan pangan yang kini
banyak diminati konsumen bukan saja yang mempunyai komposisi gizi yang baik serta
penampakan dan cita rasanya menarik,tetapi juga harus memiliki fungsi fisiologis tertentu
bagi tubuh seperti dapat menurunkan tekanan darah,kadar kolesterol dan kadar gula
darah,serta meningkatkan penyerapan kalsium (Astawan,2003). Golberg (1994)
menyebutkan bahwa dasar pertimbangan konsumen di Negara-negara maju dalam memilih
bahan pangan bukan hanya bertumpu pada kandungan gizi serta kelezatannya tetapi juga
pengaruhnya terhadap kesehatan tubuh. Fenomena tersebut melahirkan konsep pangan
nasional.
Menurut Badan POM (2001),pangan fungsional adalah pangan yang secara alami
maupun telah melalui proses mengandung satu atau lebih senyawa yang berdasarkan kajian-
kajian ilmiah yang dianggap mempunyai fungsi-fungsi fisiologis tertentu yang bermanfaat
bagi kesehatan. Pangan fungsional dikonsumsi sebagaimana layaknya makanan atau
minuman mempunyai karakteristik sensori berupa penampakan,warna,tekstur dan cita rasa
yang dapat diterima oleh konsumen,serta tidak memberikan kontraindikasi dan efek samping
terhadap metabolisme zat gizi lainnya jika digunakan dalam jumlah yang dianjurkan.
Meskipun mengandung senyawa yang bermanfaat bagi kesehatan,pangan fungsional tidak
berbentuk kapsul,tablet,atau bubuk yang berasal dari senyawa alami.
Dengan hal tersebut maka tanaman rempah atau disebut juga tanaman temulawak
yang sekarang pemanfaatan hasil tanaman tersebut masih belum optimal,karena
perkembangan makanan dan minuman modern yang sudah merambah keseluruh pelosok
negeri,orang cenderung melupakan makanan dan minuman tradisional yang semakin lama
semakin langka dan seolah-olah tenggelam ditengah-tengah kemajuan peradaban manusia.
Padahal makanan emiliki keunggulan antara lain relative murah,aman dan juga memiliki
efek positif bagi kesehatan.
Pengembangan produk makanan dan minuman fungsional dari temulawak merupakan
upaya penting untuk mengurangi kecenderungan masyarakat mengkonsumsi minuman
softdrink,sekaligus memanfaatkan khasiat temulawak untuk menjaga dan memelihara
kesehatan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian TEMULAWAK (curcuma xanthorrhiza)?
2. Apa manfaat temulawak sebagai bahan pangan fungsional?
1.3 Tujuan Makalah
Tujuan dari pembuatan makalah ini bertujuan untuk mengkaji bahan pangan temulawak
(curcuma xanthorrhiza) sebagai bahan pangan fungsional dan fungsi dari temulawak.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian TEMULAWAK (curcuma xanthorrhiza)
KLASIFIKASI TANAMAN TEMULAWAK
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberales
Keluarga : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Spesies : Curcuma Xanthorrhiza ROXB
Temulawak (curcuma xanthorrhiza Roxb, suku Zingiberaceae) adalah tanaman yang
tumbuh berumpun. Curcuma berasal dari kata ARAB : Kurkum berarti Kuning, Xanthorrhiza
dari kata YUNANI : Xanthos berarti kuning dan Rhiza berarti umbi akar. Dalam bahasa
Indonesia disebut temulawak yang berarti akar kuning (Oie Bang Liang,et.al.1985)
Tanaman temulawak termasuk famili zingiberaceae,berbatang semu, dengan bagian yang
dimanfaatkan adalah rimpang. Tanaman ini tumbuh baik dan dapat beradaptasi di tempat terbuka
maupun dibawah tegakan pohon hingga tingkat naungan 40%. Penyebaran temulawak
berhubungan erat cengan pergerakan atu mobilitas penduduk terutam suku jawa (Prana,2008).
Wilyah pengembangan temulawak di Indonesia meliputi 13 propinsi,yaitu Sumatera Utara,
Riau, Jambi, DKI Jakarta, jawa barat ,jawa tengah, Yogyakarta, jawa timur, Bali, Kalimantan
barat, Kalimantan timur, Sulawesi utara, dan Sulawesi selatan.
Produksi rimpang dipengaruhi oleh tempat tumbuh, pada datran rendah produksi rimpang
segar lebih besar daripadadataran rendah(Sudiarto,1974).produksi rimpang tinggi dengan
ukuran lebih besar sebaiknya temulawak ditanam di tempat yang terlindung. Tanaman
temulawak masih dapat tumbuh dengan baik pada tempat yang terbuka.
Tanaman temulawak yang dimanfaatkan adalah rimpangnya, yang dalamdunia pengobatan
tradisional digunakan untuk obat sakit lever dan untuk menambah nafsu makan. Selaain itu dapat
pula dibuat berbagai jenis minuman dan yang telah lama dikenal yaitu minuman
temulawak(Raharja et al.,1983).
2.2 Manfaat TEMULAWAK (curcuma xanthorrhiza) sebagai bahan pangan fungsional
Temulawak mengandung fraksi kurkuminoid yang terdiri dari dua komponen yaitu
kurkumin dan desmetoksi kurkumin, mempunyai warna kuning atau kuning jingga.
Kurkuminoid adalah komponen yang memberikan warna kuning yang bersifat sebagai
antioksidan dan berkhasiat antara lain sebagai hipokolesteromik, kolagogum, koleretik,
bakteriostatik, spasmolitik, antihepatotoksik, dan anti inflamsi. Selain kurkumin, kandungan 1-
turmeron pada rimpang temulawak berkhasiat untuk mengobati berbagai penyakit.
Akhir-akhir ini temulawak banyak digunakan dalam berbagai minuman kesehatan
maupun sirup multivitamin terutama untuk anak-anak,karena khasiatnya sebagai penambah
nafsu makan. Secara umum bahan tambahan tersebut dikenal dengan nama curcuma.
Kadar zat antioksidan dalam rempah-rempah juga diketahui cukup tinggi. Berbagai
penelitian telah membuktikan khasiat kurkuminoid dalam pengobatan terutama sebagai
antihepatosik dan antikolesterol,serta obat tumor dan kanker. (Nagabhushan dan Bhide 1992;
Chan dan Fong dalam Craig 1999)
Kurkumin merupakan zat warna kuning yang terdapat dalam rimpang temulawak dan
merupakan senyawa yang berkhasiat dan mempunyai efek biologic sebagai anti inflamasi
(mengurangi peradangan), hipokolesterolemik (menurunkan kadar kolesterol darah), dan
bersifat hepatoprotector.
Kadar dan aktivitas kurkumin dan antioksidan lain yang terekstrasi oleh berbagai pelarut
berbagai polaritas, seperti air,etanol, aseton, dan diklorometan. Mungkin berbeda sehingga
penghambatan oksidasi LDL dan akumulasi kolesterol yang di hasilkan berbeda – beda pula.
Untuk melihat pengaruh aktivitas ekstrak temulawak terhadap penghambatan akumulasi
kolesterol pada makrofag maka berbagai ekstrak temulawak di sublementasikan pada LDL
karena secara in vivo di dalam tubuh, temulawak yang di konsumsi dapat di sublementasi di
dalam LDL. Selain pelarut konsentrasi antioksidan di duga juga berpengaruh terhadap aktivitas
antioksidan dari ekstrak temulawak tersebut. Esterbauer et.al. (1991) melaporkan bahwa
suplementasi α tokoferol sebesar 1000 nmol/ml plasma (BM 430,7) setara 430 µg / plasma
terbukti paling mampu menghambat terjadinya oksidasi di bandingkan dengan konsentrasi
125,250 maupun 500 nmol/ml plasma.
Low Density Lipoprotein (LDL) atau lipoprotein densitas rendah yang teroksidasi
merupakan factor paling penting dalam pembentukan aterosklerosis. Kurkumin dapat
menghambat oksidasi LDL atau lipoprotein densitas rendah (Ramirez Tortosa et al,1998),
sehingga di duga temulawak yang mengandung kurkumin dapat menghambat oksidasi LDL
sebagai tahap awal dari aterosklerosis.
Malonaldehid atau MDA merupakan salah satu produk hasil peroksidasi asam lemak
tidak jenuh. Perbedaan nilai MDA terkait dengan reaksi oksidasi yang terjadi. Kadar MDA
berbanding terbalik dengan aktivitas antioksidan. Kadar MDA yang tinggi menunjukkan
aktivitas antioksidan yang rendah begitu juga sebaliknya.
Pengamatan pembentukan MDA dari LDL peroksidasi (penghambatan oksidasi LDL)
oleh ekstrak temulawak sejalan dengan kadar total fenol ekstrak temulawak yang di
kandungnya. Hasil penelitian Septiana et.al, 2004 menunjukkan bahwa pada umumnya ekstrak
temulawak yang mempunyai aktivitas antioksidan tinggi mempunyai kadar total fenol yang
tinggi pula. Menurut Gordon (1990) senyawa fenolik berfungsi sebagai antioksiadan karena
kemampuannya dalam memberikan atom hydrogen secara tepat kepada radikal lipid, sedangkan
radikal bebas yang berasal dari antioksidan senyawa fenol ini lebih stabil daripada radikal
bebasnya.
Sublementasi ekstrak temulawak pada LDL mampu melindungi LDL dari proses oksidasi
dan cenderung menurunkan persen penghambatan akumulasi kolesterol ester pada
makrofag.Ekstrak temulawak kemungkinan dapat di jadikan sumber antioksidan alami
penghambat aterosklerosis.
Tidak hanya yang telah dijelaskan diatas temulawak dapat juga dijadikan produk
minuman fungsional temulawak yang mengandung sari temulawak yang terdapat komponen
baik yang menguap (minyak atsiri) maupun komponen yang tidak menguap (resin dan pigmen).
Temulawak mempunyai cita rasa pahit yang khas yang nampaknya justru memberikan nilai
kesukaan yang tinggi sehingga di kembangkan dengan pengembangan produk minuman instan
dari temulawak dengan teknik kokristalisasi. Yang mempunyai tujuan untuk mendapatkan
formula minuman fungsional dari rimpang temulawak yang dapat di terima oleh konsumen.
Kokristalisasi merupakan salah satu teknik dalam proses mikroenkapsulasi yakni
merupakn langkah atau aktivitas yang secara umum mirip dengan teknologi pengemasan
(packaging) yang dalam hal ini pengemasan suatu zat padat, cair atau gas ke dalam suatu bentuk
mikrokapsul yang sewaktu-waktu dapat melepaskan zat – zat tersebut dalam suat kondisi
tertentu (Todd,1970).
Bahan makanan yang telah berhasil dienkapsulasi diantaranya asam amino,flavor,
vitamin,mineral, pemanis dan sebagainya, sedangakan bahan yang dapat dijadikan dinding
kapsul (pembungkus) adalah golongan gum (gum agar, agar, karagenan), karbohidrat
(pati,dekstrin, sukrosa), lipida (tristearin, asam stearat, monogliserida, digliserida), protein
(gluten, kasein, gelatin,albumin).
Pada teknik kokristalisasi bahan dinding kapsul yang di gunakan adalah sukrosa.
Beberapa keistimewaan sukrosa sebagai dinding kapsul adalah dari segi harga relative lebih
murah, apat larut dengan cepat, relative lebih stabil terhadap panas, tidak higroskopis dan
memiliki masa simpan yang cukup lama pada suhu ruang (Chen,et.al.1998 ).
Dari hasil percobaan di Balai Besar Industri Hasil Pertanian (BBIHP), ternyata teknik
kokristalisasi dapat diterapkan dalam pembuatan minuman dalam bentuk bubuk yang dibuat dari
formulasi bahan pulp buah (jeruk siem pontianak) sebanyak 40 gr dari 100 gr gula sukrosa yang
dipakai serta ditambahkan asam sitrat sebanyak 6% w/w memberikan warna yang terbaik serta
aroma a dan rasa yang paling disukai panelis karena menghasilkan aroama dan rasa yang paling
dekat dengan buah aslinya(Antara,NT,1997).
Secara umum tahapan proses meliputi penyiapan larutan gula lewat jenuh dan
dipertahankan pada suhu tersebut untuk menghindrai pengkristalan, penambahan bahan yang
akan dienkapsulasi, pengadukan untuk mendapatkan campuran yang homogeny, pengkristalan,
pengeringan dan oenyeragaman ukuran.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Temulawak (curcuma xanthorrhiza Roxb, suku Zingiberaceae) adalah tanaman yang
tumbuh berumpun. Curcuma berasal dari kata ARAB : Kurkum berarti Kuning, Xanthorrhiza
dari kata YUNANI : Xanthos berarti kuning dan Rhiza berarti umbi akar. Dalam bahasa
Indonesia disebut temulawak yang berarti akar kuning (Oie Bang Liang,et.al.1985)
Temulawak mempunyai manfaat yaitu:
1. Sublementasi ekstrak temulawak pada LDL mampu melindungi LDL dari proses
oksidasi dan cenderung menurunkan persen penghambatan akumulasi kolesterol ester
pada makrofag.Ekstrak temulawak kemungkinan dapat di jadikan sumber antioksidan
alami penghambat aterosklerosis.
2. pengembangan produk minuman instan dari temulawak dengan teknik kokristalisasi.
Memiliki kandungan zat boaktif yaitu kurkumin yang diharapkan produk tersebut
memberikan efek positif terhadap kesehatan.
3.2 Saran
Makalah ini jauh dari kata sempurna,oleh karena kririk dan saran tetap kami harapkan untuk
menjadikan makalah ini menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Antara, NT.,1997. Aplikasi Teknik Kokristalisasi dalam Pengembangan Produk minuman sehat.
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pangan. PATPI : Denpasar-Bali
Kiswanto, Y. Tanpa Tahun. Jurnal “Pengembang Produk Minuman Instan dari Temulawak
dengan Teknik Kokristalisasi”. Fakulats Teknologi pertanian INTAN : Yogyakarta
Oie Bang Liang, Y. Asparton, T . Widjaja, dan S. Puspa. 1998. Beberapa aspek isolasi,
identifikasi dan penggunaan komponen-komponen curcuma Xanthorrhiza ROXB dan curcuma
domestica val.Prosiding Simposium Nasional Temulawak. Lembaga penelitian Universitas
Padjajaran : Bandung
Septiana, Aisyah Tri.dkk. 2006. Jurnal “Penghambatan Oksidasi LDL dan Akumulasi Kolesterol
pada Makrofag oleh Ekstrak Temulawak (Curcuma xanthorrhiza ROXB)”. Fakultas Teknologi
Pertanian IPB : Bogor
Winarti,Christina. Nurdjannah, Nanan. 2005. Peluang Tanaman Rempah Dan Obat Sebagai
Sumber Pangan Fungsional. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pasca Panen pertanian :
Bogor