Makalah Lupus
-
Upload
gita-aprilonia -
Category
Documents
-
view
217 -
download
1
description
Transcript of Makalah Lupus
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
DEPARTEMEN Kesehatan (Depkes) mengungkapkan rata-rata per tahun terdapat 401
bayi baru lahir di Indonesia meninggal dunia sebelum umurnya genap 1 tahun. Penyebab
kematian terbanyak pada periode ini, menurut Depkes, disebabkan oleh sepsis (infeksi
sistemik), kelainan bawaan, dan infeksi saluran pemapasan atas.
Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Badriul Hegar mengatakan
banyak faktor yang menyebabkan angka kematian bayi tinggi. Antara lain, faktor
kesehatan anak, lingkungan seperti keadaan geografis, dan faktor nutrisi.Bisa dicegah
Menurut Kirana, peran puskesmas dan posyandu sejatinya menjadi kunci untuk menekan
kejadian AKB.
Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia Badriul Hegar mengatakan,
penyebabkematian bayi berusia di bawah satu bulan, adalah sekitar 29 % disebabkan
berat badan rendah, 30 % gangguan pernapasan, dan sekitar 10 % masalah nutrisi. Usaha
promotif antara lain melalui promosi penggunaan air susu ibu, nutrisi adekuat, kebersihan
diri, dan lingkungan. Upaya preventif antara lain melalui imunisasi dasar. Selain itu,
perlu pula fasilitas pengobatan tingkat komunitas melalui fasilitas seperti puskesmas.
RDS (Respiratory Distress Syndrome) atau disebut juga Hyaline membrane disease
merupakan hasil dari ketidak maturan dari paru-paru dimana terjadi gangguan pertukaran
gas.Berdasarkan perkiraan 30 % dari kematian neonatus diakibatkan oleh RDS atau
komplikasi yang dihasilkannya (Behrman, 2004 didalam Leifer 2007).
1
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Dapat mengetahui asuhan keperawatan pada penderita lupus.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui apa itu Lupus
b. Untuk mengetahui Etiologi Lupus
c. Untuk mengetahui klasifikasi Lupus
d. Untuk mengetahui Patofisiologi Lupus
e. Untuk mengetahui Manifestasi Klinis Lupus
f. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik Lupus
g. Untuk mengetahui Penatalaksanaan Lupus
h. Untuk mengetahui Komplikasi Lupus
i. Untuk mengetahui ASKEP pada bayi dengan Lupus
j. Untuk mengetahui WOC Lupus
2
BAB II
PEMBAHASAN
Bukan Pegal Linu Biasa
Pak otoy 39 th. Mengeluh nyeri pada seluruh persendian dan tulang,nyeri ulu hati dan
mual sejak 1 minggu yang lalu.kemudian pasien periksa ke poli RS Yarsi Bukittinggi dan
disarankan untuk di opname.pada follow up hari-hari bewrikutnya pasien juga mengeluh kedua
mata kabur dan terasa gelap kalau ada cahaya terang,selain itu kaki semakin membengkak serta
nyeri persendian tetap ada.pada pemeriksaan fisik ditemukan konjungtiva anemis,dan TD
180/130 mmHg.riwayat DM (+),HT (-),penyakit ginjal (-0).pada pasien ini di periksa
laboraturium dari darah rutin,fungsi ginjal,fungsi hepar,GDS,urin rutin,morfologi darah tepid dan
ANA (anti nuclear antybody) test.
I. Istilah kata-kata sulit
a. Opname (rawat inap)
proses perawatan pasien oleh tenaga kesehatan profesional akibat penyakit
tertentu dimana pasien di inap kan di suatu ruangan di RS
b. Follow up
menghubungi tenaga kesehatan ketika mengalami kesulitan
c. Konjungtiva anemis
kekurangan darah pada membran tipis bening yang melapisi permukaan bagian
kelopak mata dan menutupi bagian depan sklera (bagian putuh mata) kecuali
kornea
d. HT
e. GDS(gula darah sewaktu)
f. Morfologi darah tepid
g. bentuk-bentuk darah
h. ANA ( anti nuclear antybody)
pemeriksaan untuk menentukan apakah auto – anty body terhadap inti sel sering
muncul dalam darah
i. DM(diabetes melitus)
3
II. Teoritis Penyakit
A. Definisi
Penyakit lupus termasuk penyakit autoimun, artinya tubuh menghasilkan antibodi
yang sebenarnya untuk melenyapkan kuman atau sel kanker yang ada di tubuh, tetapi
dalam keadaan autoimun, antibodi tersebut ternyata merusak organ tubuh sendiri. Organ
tubuh yang sering dirusak adalah ginjal, sendi, kulit, jantung, paru, otak, dan sistem
pembuluh darah. Semakin lama proses perusakan terjadi, semakin berat kerusakan tubuh.
Jika penyakit lupus melibatkan ginjal, dalam waktu lama fungsi ginjal akan menurun dan
pada keadaan tertentu memang diperlukan cuci darah. (Dr. Samsuridjal Djauzi, 2009)
Lupus adalah penyakit peradangan kronis yang dapat mengenai kulit, sendi, ginjal,
paru, susunan saraf dan alat tubuh lainnya. Gejala tersering adalah bercak kulit, artritis
(radang sendi) sering disertai lemah badan dan demam. Perjalanan penyakit Lupus
beragam dari ringan sampai berat berselang seling kambuh dan baik. Lupus terutama
diderita oleh wanita terutama pada masa subur (wanita 10 kali lebih sering daripada pria).
Awalnya, penderita penyakit ini mempunyai kelainan kulit, berupa kemerahan di
sekitar hidung dan pipi . Bercak-bercak merah di bagian wajah dan lengan, panas dan
rasa lelah berkepanjangan , rambutnya rontok, persendian kerap bengkak dan timbul
sariawan. Penyakit ini tidak hanya menyerang kulit, tetapi juga dapat menyerang hampir
seluruh organ yang ada di dalam tubuh.(Read more: http://doktersehat.com/lupus-apa-
itu-penyakit-lupus/#ixzz3IA8AEg6v)
B. Etiologi
Penyebab lupus eritematosus masih belum diketahui, namun terdapat banyak bukti bahwa
Sistemik lupus erythematosus (SLE) bersifat multifaktor, mencakup :
1. Faktor genetik :Keluarga dari penderita penyakit SLE mempunyai insidens yang
tinggi untuk penyakit pada jaringan ikat.
4
2. Faktor obat : terutama hydrallazine yang digunakan secara luas untuk terapi pada
hipertensi.1,3,4 Sindrom ini terjadi pada 6-7% penderita hipertensi,
setelah terapi selama 3 tahun dengan hydrallazine,dengan dosis 100
mg/hari (5,4%) dan 200 mg/hari (10,4%). Tetapi tidak terjadi pada
pemberian dengan dosis 50 mg/hari.
3. Jenis kelamin : lebih tinggi pada wanita (11,6%) dibanding pria (2,8%).
4. Radiasi sinar ultraviolet : dapat juga sebagai faktor pencetus pada onset SLE atau
penyebab kekambuhan pada perjalanan penyakit ini
dimana dapat ditemukan antibodi terhadap radiasi
ultraviolet
5. Faktor lain yang dapat sebagai pencetus adalah infeksi bakteri, dan stress baik
fisik maupun mental.4
C. Klasifikasi Lupus
1. Lupus Eritematosus Sistemik (LES/SLE)
Yaitu bagian sistemiknya. Dapat menimbulkan komplikasi seperti lupus otak,
lupus paru-paru,lupus jari- jari tangan atau kaki, lupus kulit, lupus ginjal,
lupus jantung, lupus otot, lupus retina, lupus sendi, dan lain-lain.
2. Lupus Diskoid
Yaitu bagian Kulit .Lupus kulit dengan manifestasi beberapa jenis kelainan kulit.
Termasuk paling banyak menyerang.
3. Lupus Obat
Timbul akibat efek samping obat dan akan sembuh sendiri dengan
memberhentikan obat terkait.umumnya terkait.Umumnya berkaitan dengan
pemakaian obat hydralazine (obat hipertensi) dan procainamide(untuk mengobati
detak jantung yang tidak teratur).(Hariadi&Hoediyanto, 2007: 433).
D. PATOFISIOLOGI
5
Penyakit sistemik lupus eritematosus ( SLE ) tampaknya terjadi akibat terganggunya
regulasi kekebalan yang menyebabkan peningkatan auto anti bodi yang berlebihan.
Gangguan imunoregulasi ini ditimbulkan oleh kombinasi antara faktor-faktor genetik,
hormonal ( sebagaimana terbukti oleh awitan penyakit yang biasanya terjadi selama usia
reproduktif ) dan lingkungan ( cahaya matahari, luka bakar termal ). Obat-obat tertentu
seperti hidralasin ( Apresoline , prokainamid ( Pronestyl ), isoniazid, klorpromazin dan
beberapa preparat antikonvulsan disamping makanan kecambah alfalfa turut terlibat dalam
penyakit SLE akibat senyawa kimia atau obat-obatan.
Pada sistemik lupus eritematosus, peningkatan produksi auto anti bodi diperkirakan terjadi
akibat fungsi sel T-Supresor yang abnormal sehingga timbul penumpukan kompleks imun
dan kerusakan jaringan. Inflamasi akan menstimulasi antigen yang selanjutnya merangsang
anti bodi tambahan, dan siklus tersebut berulang kembali.
Adanya satu atau beberapa faktor pemicu yang mempunyai prediposisi genetic akan
menghasilkan tenaga pendorong abnormal terhadap sel T CD4+, mengakibatkan hilangnya
toleransi sel T terhadap self-antigen. Sebagai akibatnya muncullah sel T autoreaktif yang
akan menyebabkan induksi serta ekspansi sel B, baik yang memproduksi auto antibody
maupun yang berupa sel memori. Ujud pemicu ini masih belum jelas. Sebagian dari yang
diduga termasuk didalamnya ialah hormon seks, sinar ultraviolet dan berbagai macam
infeksi.
Pada SLE, antibodi yang berbentuk ditunjukkan terhadap antigen yang terutama terletak
pada nukleoplasma. Antigen sasaran ini meliputi DNA, protein histon dan non-histon.
Kebanyakan di antaranya dalam keadaan alamiah terdapat dalam bentuk agregat protein dan
atau kompleks protein-RNA yang disebut partikel ribonukleoprotein (RNA). Cirri khas
autoantigen ini ialah bahwa mereka tidak tissue-spesific dan merupakan komponen integral
semua jenis sel.
Antibodi ini secara bersama-sama disebut ANA (anti-nuclear antibody). Dengan
antigennya yang spesifik, ANA membentuk komplek imun yang beredar dalam sirkulasi.
Kompleks imun ini akan mengendap pada berbagai macam organ dengan akibat terjadinya
fiksasi komplemen pada organ tersebut. Peristiwa ini menyebabkan aktivasi komplemen
yang menghasilkan subtansi penyebab timbulnya reaksi radang.
6
Bagian yang penting dalam patogenesis ini ialah terganggunya mekanisme regulasi yang
dalam keadaan normal mencegah automunitas patologis pada individu yang resisten.
Onset penyakit dapat spontan atau didahului oleh faktor presipitasi seperti kontak dengan
sinar matahari, infeksi virus/bakteri, obat misalnya golongan sulfa, penghentian kehamilan
dan trauma fisis/psikis. Setiap serangan biasanya disertai gejala umum yang jelas seperti
demam, malaise, kelemahan, nafsu makan berkurang, berat badan menurun dan iritabilitas.
Yang paling menonjol ialah demam, kadang-kadang disertai menggigil.Gejala yang paling
sering pada SLE pada system musculoskeletal, berupa arthritis atau artralgia (93%) dan
acapkali mendahului gejala-gejala lainnya. Yang paling sering terkena adalah sendi
interfalangeal proksimal diikuti oleh lutut, pergelangan tangan, metakarpofalangeal, siku dan
pergelangan kaki, sering terkena adalah kaput femoris.
E. Manifestasi Klinik
1. Arthritis (Sakit/nyeri/bengkak pada persendian selama lebih dari 3 bulan)
2. Jari tangan/jari kaki tampak pucat/tidak nyaman pada saat dingin
3. Sariawan > 2 minggu atau lebih (sampaimulut taraf parah)
4. Anemia (Kurang darah)
5. Butterfly rash (Adanya ruam kemerahanberbentuk kupu-kupu bersayap meliputi
kedua pipi)
6. Pleuritis / pericarditis (Nyeri di dada saat menarik nafas yang panjang selama
beberapa hari)
7. Merasa sangat lemah dan cepat lelah meskipun telah cukup istirahat
8. Photosensitivity (Kulit menjadi hipersensitif terhadap sinar matahari)
9. Sering sekali mengalami kejang
10. Discoid rash (Ruam rash pada wajah yang berbentuk bulat pada pipi)
11. Di bagian tubuh terdapat bercak-bercak merah berbentuk cakram dan terkadang
bersisik
12. Rasa mual, muntah > 2 minggu
13. Menurunnya nafsu makan
14. Diare secara terus-menerus > 2 minggu
7
15. Brain Irritation (Sering mengalami nyeri kepala sebelah yang menyerupai migren)
16. Mucus membrane ulcers (muncul Borokborok yang berlendir)
17. Alopesia (Kebotakan pada rambut yang sulit tumbuh)
18. Demam diatas 38 derajat celcius tanpa sebab yang jelas & terjadi secara berulang
19. Ruam kulit yang diperburuk oleh sinar matahari
20. Nyeri otot yang berulang
21. Penurunan Berat badan (berat badan turun drastis > 10 kg dalam 2 minggu)
22. Pembengkakan kelenjar (biasanya sering terjadi pada kaki, tangan menjadi
bengkak membesar)
23. Nyeri pada perut
24. Kaki sering mengalami mati rasa dan kesemutan
25. Hematuria (Air kemih mengandung darah)
26. Gangguan penglihatan (Tiba-tiba mata menjadi perih dan sakit waktu
melihat,penglihatan menjadi buram yang lamakelamaan dapat berakibat kebutaan
pada penderita)
27. Mimisan (terjadi secara berulang)
28. Gangguan menelan (tenggorokan terasa sakit dan perih pada saat kita menelan
makanan)
29. Batuk darah
(Hariadi&Hoediyanto, 2007: 433).
F. Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis dapat sulit ditegakkan dan dibutuhkan waktu beberapa bulan untuk
membuat diagnosis yang akurat berdasarkan gejala.
Ada beberapa pemeriksaan yang berguna untuk menegakkan diagnosis, meliputi adanya
autoantibody tertentu dalam darah. Antibody antinuclear (ANA) adalah autoantibody
yang paling sering ditemukan, dengan sebagian besar pasien SLE menunjukkan hasil
pemeriksaan positif terhadap ANA. Beberapa obat, infeksi, dan penyakit lain juga
menyebabkan hasil ANA positif. Oleh sebab itu, jenis antibody yang spesifik terhadap
SLE perlu diperiksa, yang meliputi:
8
Antibody anti – DNA
Antibody anti – SM
Antibody anti – RNP
Antibody anti – Ro
Antibody anti – La
Tidak semua individu yang mengalami SLE akan menunjukkan hasil pemeriksaan positif.
Pemeriksaan lain yang berguna dijelaskan dalam tabel di bawah ini.
Pemeriksaan Diagnostik Hasil
LED Meningkat sebagai respons fase akut dan adanya
inflamasi
Kadar komplemen Menurun pada penyakit aktif
Hitung darah lengkap Hitung hemoglobin dan trombosit rendah
Urinalisis Proteinuria dan hematuria
Biopsy kulit Perubahan histology yang sesuai dengan lupus
ANA Positif pada sebagian besar kasus
Autoantibody lain :
anti – DNA, anti – SM, anti
– RNP, anti – Ro, dan anti –
La
Hasil bervariasi pada individu
G. Penatalaksanaan
Pengobatan medis SLE bergantung pada gejala individual. SLE tidak dapat
disembuhkan sehingga penatalaksanaan berfokus pada penekanan aktivitas penyakit.
Analgesic NSAID berguna dalam mengendalikan gejala. Saat pasien mengalami gejala
penyakit yang parah, steroid, DMARD, dan obat sitotoksik diberikan dengan pemantauan
gejala dan respons yang saksama, yang dapat atau tidak memerlukan rawat inap. ml pada
tiap lesi.
Bercak kemerahan kecil biasanya berhasil diobati dengan krim kortikosteroid. Bercak
lebih besar resisten, kadang memerlukan pengobatan selama beberapa bulan dengan
9
kortikosteroid per-oral (ditelan) atau dengan obat imunosupresan seperti digunakan untuk
mengobati lupus eritematosus sistemik. Krim steroid yang kuat sebaliknya dioleskan
pada bercak kulit sebanyak 1-2 kali/hari. Sampai bercak menghilang jika bercak sudah
mulai kurang bisa digunakan krim steroid yang lebih ringan.
Salep cortison yang dioleskan pada lesi sering kali dapat memperbaiki keadaan dan
memperlambat perkembangan penyakit. Suntikan cortison yang dioleskan pada dalam
lesi juga bisa mengobati keadaan ini dan bisanya lebih efektif dari pada salep.
Lupus discoid tidak disebabkan oleh malaria, tetapi obat anti malaria ( cloroquine,
hydroxcloroquine ) memiliki daya anti peradangan yang ampuh bagi sebagian besar
kasus lupus discoid.
H. Komplikasi
Komplikasi lupus eritematosus sistemik
1. Serangan pada Ginjal
a) Kelainan ginjal ringan (infeksi ginjal)
b) Kelainan ginjal berat (gagal ginjal)
c) Kebocoran ginjal (protein terbuang secara berlebihan melalui urin).
2. Serangan pada Jantung dan Paru
a) Pleuritis
b) Pericarditis
c) Efusi pleura
d) Efusi pericard
e) Radang otot jantung atau Miocarditis
f) Gagal jantung
g) Perdarahan paru (batuk darah).
3. Serangan Sistem Saraf
a) Sistem saraf pusat
o Cognitive dysfunction
o Sakit kepala pada lupus
o Sindrom anti-phospholipid
o Sindrom otak
10
o Fibromyalgia.
b) Sistem saraf tepi
o Mati rasa atau kesemutan di lengan dan kaki
c) Sistem saraf otonom
o Gangguan suplai darah ke otak dapat menyebabkan
kerusakan jaringan otak, dapat menyebabkan kematian sel-
sel otak dan kerusakan otak yang sifatnya permanen
(stroke). Stroke dapat menimbulkan pengaruh sistem saraf
otonom.
4. Serangan pada Kulit
Lesi parut berbentuk koin pada daerah kulit yang terkena langsung cahaya
disebut lesi diskoid
Ciri-ciri lesi spesifik ditemukan oleh Sonthiemer dan Gilliam pada akhir
70-an :
a) Berparut, berwarna merah (erythematosus), berbentuk koin sangat
sensitif terhadap sengatan matahari. Jenis lesi ini berupa lupus kult
subakut/cutaneus lupus subacute. Kadang menyerupai luka psoriasis
atau lesi tidak berparut berbentuk koin.
b) Lesi dapat terjadi di wajah dengan pola kupu-kupu atau dapat
mencakup area yang luas di bagian tubuh
c) Lesi non spesifik
o Rambut rontok (alopecia)
o Vaskullitis : berupa garis kecil warna merah pada ujung
lipatan kuku dan ujung jari. Selain itu, bisa berupa
benjolan merah di kaki yang dapat menjadi borok.
o Fotosensitivitas : pipi menjadi kemerahan jika terkena
matahari dan kadang di sertai pusing.
5. Serangan pada Sendi dan Otot
a) Radang sendi pada lupus
b) Radang otot pada lupus
11
6. Serangan pada Mata
7. Serangan pada Darah
a) Anemia
b) Trombositopenia
c) Gangguan pembekuan
d) Limfositopenia
8. Serangan pada Hati
BAB III
PENUTUP
12
A. KESIMPULAN
Lupus eritematosus sistemik (LES) merupakan salah satu penyakit autoimun yang
disebabkan oleh disregulasi sistim imunitas. SLE dapat menyerang berbagai sistem organ
dan keparahannya berkisar dari sangat ringan sampai berat. Etiologi belum dipastikan,
secara garis besar dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu endokrin-metabolik, lingkungan dan
genetik. Pencetus fungsi imun abnormal mengakibatkan pembentukan antibodi yang
ditujukan terhadap berbagai komponen tubuh. Tidak ada suatu tes laboratorium tunggal
yang dapat memastikan diagnosis SLE. Masalah yang paling sering dirasakan pasien
adalah keletihan, gangguan integritas kulit, gangguan citra tubuh dan kurang pengetahuan
untuk mengambil keputusan mengenai penatalaksanaan mandiri.
B. SARAN
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunanya, besar harapan kami kepada para
pembaca untuk bisa memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun agar makalah
ini menjadi lebih sempurna.
13
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marlyne ( 2000 ) Rencana Asuhan Keperawatan EGC, Jakarta
Suzanne, Smeltzer ( 2001 ) Keperawatan Medikal Bedah edisi 2 Vol 8
WWW. Medicastore. Com. 2004
http://www.perkuliahan.com/makalah-kesehatan-sistemik-lupus-eritmatasus/#ixzz1salYMZxE
14