Makalah Lupus (LES).docx

57
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat dan hidayah-Nya sehingga atas perkenan-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah Keperawatan Medikal Bedah III yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Systemic Lupus Erythematosus”. Makalah ini disusun sebagai pemenuhan nilai tugas Keperawatan Medikal Bedah III. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, membimbing, dan memberikan pengarahan serta informasi yang sangat bermanfaat. Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna. Karena itu segala kritik dan saran yang sifatnya membangun penulis harapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri maupun para pembaca, khususnya para mahasiswa Keperawatan Poltekkes Kemenkes Jakarta III. Jakarta, Maret 2015 Penyusun

Transcript of Makalah Lupus (LES).docx

Page 1: Makalah Lupus (LES).docx

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi

rahmat dan hidayah-Nya sehingga atas perkenan-Nya penulis dapat menyelesaikan

makalah Keperawatan Medikal Bedah III yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada

Klien dengan Systemic Lupus Erythematosus”.

Makalah ini disusun sebagai pemenuhan nilai tugas Keperawatan Medikal

Bedah III. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada

semua pihak yang telah membantu, membimbing, dan memberikan pengarahan serta

informasi yang sangat bermanfaat.

Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna.

Karena itu segala kritik dan saran yang sifatnya membangun penulis harapkan.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri maupun para pembaca,

khususnya para mahasiswa Keperawatan Poltekkes Kemenkes Jakarta III.

Jakarta, Maret 2015

Penyusun

Page 2: Makalah Lupus (LES).docx

DAFTAR ISI

Kata Pengantar...............................................................................................................I

Daftar Isi........................................................................................................................Ii

Bab IPendahuluan..........................................................................................................1

A. Latar Belakang.........................................................................................1

B. Tujuan Penulisan.....................................................................................2

C. Sistematika Penulisan..............................................................................3

Bab II Konsep Dasar Penyakit Systemic Lupus Erythematosus................................4

A. Anatomi Fisiologi....................................................................................4

B. Pengertian................................................................................................4

C. Jenis-Jenis................................................................................................5

D. Etiologi....................................................................................................6

E. Patofisiologi.............................................................................................7

F. Manifestasi Klinis....................................................................................7

G. Pemeriksaan Diagnostik..........................................................................8

H. Komplikasi.............................................................................................10

I. Penatalaksanaan Medik.........................................................................11

Bab III Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Systemic Lupus Erythematosus.14

A. Pengkajian Data.....................................................................................14

B. Diagnosa Keperawatan..........................................................................15

C. Perencanaan...........................................................................................15

D. Evaluasi.................................................................................................18

Page 3: Makalah Lupus (LES).docx

Bab IVAsuhan Keperawatan Pada Kasus Systemic Lupus Erythematosus................19

A. Pengkajian.............................................................................................19

B. Diagnosa Keperawatan..........................................................................21

C. Intervensi Keperawatan.........................................................................22

D. Implementasi Keperawatan...................................................................26

E. Evaluasi Keperawatan...........................................................................29

Bab V Penutup..........................................................................................................31

A. Kesimpulan............................................................................................31

Daftar Pustaka..............................................................................................................33

Page 4: Makalah Lupus (LES).docx

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Systemic Lupus Erythematosus (SLE) atau yang biasa dikenal dengan

istilah Lupus adalah penyakit kronik atau menahun. SLE termasuk penyakit

collagen-vascular yaitu suatu kelompok penyakit yang melibatkan sistem

muskuloskeletal, kulit, dan pembuluh darah yang mempunyai banyak manifestasi

klinik sehingga diperlukan pengobatan yang kompleks. Etiologi dari beberapa

penyakit collagen-vascular sering tidak diketahui tetapi sistem imun terlibat

sebagai mediator terjadinya penyakit tersebut (Delafuente, 2002).

Sistem imun normal akan melindungi kita dari serangan penyakit yang

diakibatkan kuman, virus, dan lain-lain dari luar tubuh kita. Tetapi pada

penderita lupus, sistem imun menjadi berlebihan, sehingga justru menyerang

tubuh sendiri, oleh karena itu disebut penyakit autoimun. Penyakit ini akan

menyebabkan keradangan di berbagai organ tubuh kita, misalnya: kulit yang

akan berwarna kemerahan atau erythema, lalu juga sendi, paru, ginjal, otak,

darah, dan lain-lain. Oleh karena itu penyakit ini dinamakan “Sistemik,” karena

mengenai hampir seluruh bagian tubuh kita.

Kementerian Kesehatan menyatakan lebih dari 5 juta orang di seluruh

dunia terdiagnosis penyakit Lupus. Sebagian besar penderitanya ialah perempuan

di usia produktif yang ditemukan lebih dari 100.000 setiap tahun. Di Indonesia

jumlah penderita penyakit Lupus secara tepat belum diketahui tetapi diperkirakan

mencapai jumlah 1,5 juta orang (Kementerian Kesehatan, 2012).SLE dikenal

juga dengan penyakit 1000 wajah karena gejala awal penyakit ini tidak spesifik,

sehingga pada awalnya penyakit ini sangat sulit didiagnosa. Penyakit ini dibagi

menjadi tiga kategori yakni discoid lupus, systemic lupus, dan lupus obat.

Penderita SLE membutuhkan pengobatan dan perawatan yang tepat dan benar,

Page 5: Makalah Lupus (LES).docx

pengobatan yang diberikan haruslah rasional. Perawatan pada pasien SLE juga

harus diperhatikan, seperti mengurangi paparan sinar UV terhadap tubuh pasien.

Oleh karena itu, perlu adanya pemahaman mengenai penyakit Systemic

Lupus Erythematosusserta asuhan keperawatan bagi penderita lupus sehingga

penulis tertarik untuk membahas topik ini.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum:

Untuk dapat memahami gambaran umum tentang Systemic Lupus

Erythematosus dan asuhan keperawatan pada klien dengan Systemic Lupus

Erythematosus.

2. Tujuan Khusus:

a. Untuk mengetahui anatomi fisiologi Systemic Lupus Erythematosus.

b. Untuk mengetahui pengertian Systemic Lupus Erythematosus.

c. Untuk mengetahui tentang jenis-jenis Systemic Lupus Erythematosus.

d. Untuk mengetahui penyebab Systemic Lupus Erythematosus.

e. Untuk mengetahui patofisiologi Systemic Lupus Erythematosus.

f. Untuk mengetahui manifestasi klinikSystemic Lupus Erythematosus.

g. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik Systemic Lupus

Erythematosus.

h. Untuk mengetahui komplikasi Systemic Lupus Erythematosus.

i. Untuk mengetahui tentang penatalaksanaan medikSystemic Lupus

Erythematosus.

j. Untuk mengetahui tentang konsep asuhan keperawatan pada pasien

Systemic Lupus Erythematosus.

k. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada contoh kasusSystemic Lupus

Erythematosus.

Page 6: Makalah Lupus (LES).docx

C. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan makalah ini terdiri dari 5 BAB, yaitu BAB I

Pendahuluan yang berisi; latar belakang, tujuan penulisan, dan sistematika

penulisan. BAB II Konsep Dasar Penyakit Systemic Lupus Erythematosus. BAB

III Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Systemic Lupus Erythematosus.

BAB IV Asuhan Keperawatan Pada Kasus Systemic Lupus Erythematosus. BAB

V Penutup yang berisi kesimpulan. Dan yang terakhir adalah daftar pustaka.

Page 7: Makalah Lupus (LES).docx

BAB II

KONSEP DASAR PENYAKIT SYSTEMIC LUPUS ERYTHEMATOSUS

A. Anatomi Fisiologi

Sistem Imun (bahasa Inggris: immune system) adalah sistem pertahanan

manusia sebagai perlindungan terhadap infeksi dari makromolekul asing atau

serangan organisme, termasuk virus, bakteri, protozoa dan parasit.

Sistem imun terdiri dari ratusan mekanisme dan proses yang berbeda yang

semuanya siap bertindak begitu tubuh kita diserang oleh berbagai bibit penyakit

seperti virus, bakteri, mikroba, parasit dan polutan. Sebagai contoh adalah

cytokines yang mengarahkan sel-sel imun ke tempat infeksi, untuk melakukan

proses penyembuhan. Organ-organ dalam sistem imun (organ limfoid)

berdasarkan fungsinya :

1. Organ limfoid primer : organ yang terlibat dalam sintesis/ produksi sel imun,

yaitu kelenjar timus dan sumsum tulang.

2. Organ limfoid sekunder : organ yang berfungsi sebagai tempat

berlangsungnya proses-proses reaksi imun. Misalnya : nodus limfe, limpa, the

loose clusters of follicles, peyer patches, MALT (Mucosa Assosiated

Lymphoid Tissue), tonsil.

B. Pengertian

Lupus adalah penyakit yang disebabkan sistem imun menyerang sel-sel

jaringan organ tubuh yang sehat. Sistem imun yang terbentuk berlebihan.

Kelainan ini dikenal dengan autoimunitas.

Systemic Lupus Erythematosus adalah suatu penyakit autoimun kronik yang

ditandai oleh terbentuknya antibodi-antibodi terhadap beberapa antigen diri yang

berlainan. Antibodi-antibodi tersebut biasanya adalah IgG atau IgM dan dapat

bekerja terhadap asam nukleat pada DNA atau RNA, protein jenjang koagulasi,

kulit, sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit. Komplek antigen antibodi

Page 8: Makalah Lupus (LES).docx

dapat mengendap di jaringan kapiler sehingga terjadi reaksi hipersensitivitas III,

kemudian terjadi peradangan kronik (Elizabeth, 2009).

Jadi, SLE (Systemic Lupus Erythematosus) adalah penyakit radang

multisistem yang sebabnya belum diketahui, dengan perjalanan penyakit yang

mungkin akut dan fulminan atau kronik remisi dan eksaserbasi disertai oleh

terdapatnya berbagai macam autoimun dalam tubuh.

C. Jenis-Jenis

1. Discoid Lupus Erythematosus

a. Paling sering menyerang dan merupakan lupus kulit dengan manifestasi

beberapa jenis kelainan kulit.

b. Kelainan biasanya berlokalisasi simetrik di muka (terutama hidung, pipi,

telinga atau leher).

c. Ruam kulit berupa makula eritem, berbatas jelas dengan sumbatan keratin

pada folikel-folikel rambut (follicular plugs). Bila ruam atau lesi di atas

hidung dan pipi berkonfluensi dapat seperti kupu-kupu (Butterfly

Erythema).

d. Ruam biasanya tidak nyeri dan bukan penyakit gatal, tetapi bekasnya dapat

menyebabkan hilangnya rambut permanen. 5-10 % pasien dengan lupus

diskoid dapat berkembang menjadisystemic lupus erythematosus.

e. Ruam ini pulih dengan meninggalkan parut, diskoid lupus tidak serius dan

jarang sekali melibatkan organ-organ lain.

2. Sistemic Lupus Erythematosus

a. Kriteria A.R.A (The American Rheumatism Association) 1982 :

1) Eritema fasial (butterfly rash)

2) Lesi discoid

3) Fotosensitivitas

4) Ulserasi di mulut dan rinofaring

5) Arthritis (non erosif, mengenai dua atau lebih sendi perifer)

6) Serositis (pleuritis, perikarditis)

Page 9: Makalah Lupus (LES).docx

7) Kelainan ginjal :

(a) Proteinuri 0,5 g/dl atau > 3+

(b) Cellular cast : sel darah merah, Hb, granular, tubular atau mix

8) Kelainan neurologi : (kelelahan, psikosis)

9) Kelainan darah :

(a) Hemolitik anemia dengan retikulosit

(b) Leukopenia : mL

(c) Trombositopenia mL

10) Kelainan imunologi :

(a) Anti- DNA

(b) Anti-Sm

(c) Positif semu test serologik untuk sifilis

11) Anti-bodi antinuklear (8).

3. Lupus Obat

a. Timbul akibat efek samping obat akan sembuh sendiri dengan

memberhentikan obat terkait, biasanya pemakaian obat hydralazine (obat

hipertensi) dan procanamide (untuk mengobati detak jantung yang tidak

teratur)

b. Hanya 4 % dari orang yang mengkonsumsi obat-obat yang bakal

membentuk anti-bodi penyebab lupus.

D. Etiologi

Sampai saat ini penyebab SEL belum diketahui. Diduga faktor genetik,

infeksi dan lingkungan ikut berperan pada patofisiologi SEL. Kecenderungan

terjadinya SEL dapat berhubungan dengan perubahan gen MHC spesifik dan

bagaimana antigen sendiri ditunjukkan dan dikenali. Wanita lebih cenderung

mengalami SEL dibandigkan pria, karena peran hormon seks. SEL dapat

dicetuskan oleh stres, sering berkaitan dengan kehamilan atau menyususi.

Pada beberapa orang, pajanan radiasi ultraviolet yang berlebihan dapat

mencetuskan penyakit. Penyakit ini biasanya mengenai wanita muda selama

Page 10: Makalah Lupus (LES).docx

masa subur. Penyakit ini dapat bersifat ringan selama bertahun-tahun, atau dapat

berkembang dan menyebabkan kematian (Elizabeth, 2009).

E. Patofisiologi

Penyakit SLE terjadi akibat terganggunya regulasi kekebalan yang

menyebabkan peningkatan autoimun yang berlebihan. Gangguan imunoregulasi

ini ditimbulkan oleh kombinasi antara faktor-faktor genetik, hormonal

(sebagaimana terbukti oleh awitan penyakit yang biasanya terjadi selama usia

reproduktif) dan lingkungan (cahaya matahari, luka bakar termal). Obat-obat

tertentu seperti hidralazin, prokainamid, isoniazid, klorpromazin dan beberapa

preparat antikonvulsan di samping makanan seperti kecambah alfalfa turut

terlibat dalam penyakit SLE akibat senyawa kimia atau obat-obatan. Pada SLE,

peningkatan produksi autoimun diperkirakan terjadi akibat fungsi sel T-supresor

yang abnormal sehingga timbul penumpukan kompleks imun dan kerusakan

jaringan. Inflamasi akan menstimulasi antigen yang selanjutnya merangsang

antibodi tambahan dan siklus tersebut berulang kembali.

F. Manifestasi Klinis

Jumlah dan jenis antibodi pada lupus, lebih besar dibandingkan dengan pada

penyakit lain, dan antibodi ini (bersama dengan faktor lainnyayang tidak

diketahui) menentukan gejala mana yang akan berkembang. Karena itu, gejala

dan beratnya penyakit, bervariasi pada setiap penderita. Perjalanan penyakit ini

bervariasi, mulai dari penyakit yang ringan sampai penyakit yang berat.

Gejala pada setiap penderita berlainan, serta ditandai oleh masa bebas gejala

(remisi) dan masa kekambuhan (eksaserbasi). Pada awal penyakit, lupus hanya

menyerang satu organ, tetapi di kemudian hari akan melibatkan organ lainnya.

1. Sistem Muskuloskeletal

a. Artralgia

b. Artritis (sinovitis)

c. Pembengkakan sendi

Page 11: Makalah Lupus (LES).docx

d. Nyeri tekan dan rasa nyeri ketika bergerak, danrasa kaku pada pagi hari.

2. Sistem Integument (Kulit)

a. Lesi akut pada kulit yang terdiri atas ruam berbentuk kupu-kupu yang

melintang pangkal hidung serta pipi

b. Ulkus oral dapat mengenai mukosa pipi atau palatum durum.

3. Sistem kardiak

a. Perikarditis merupakan manifestasi kardiak.

4. Sistem pernafasan

a. Pleuritis atau efusi pleura.

5. Sistem vaskuler

a. Inflamasi pada arteriole terminalis yang menimbulkan lesi papuler,

b. Eritematous dan purpura di ujung jari kaki, tangan, siku serta permukaan

ekstensor lengan bawah atau sisi lateral tangan dan berlanjut nekrosis.

6. Sistem perkemihan

a. Glomerulus renal yang biasanya terkena.

7. Sistem saraf

a. Spektrum gangguan sistem saraf pusat sangat luas dan mencakup seluruh

bentukpenyakit neurologik, sering terjadi depresi dan psikosis.

G. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan untuk menentukan adanya penyakit ini bervariasi, diantaranya:

1. Pemeriksaan Laboratorium

a. Tes Anti ds-DNA

1) Batas normal : 70 – 200 IU/mL

2) Negatif          : < 70 IU/mL

3) Positif             :  > 200 IU/mL

Antibodi ini ditemukan pada 65% – 80% penderita dengan SLE aktif dan

jarang pada penderita dengan penyakit lain. Jumlah yang tinggi merupakan

spesifik untuk SLE sedangkan kadar rendah sampai sedang dapat ditemukan

pada penderita dengan penyakit reumatik yang lain, hepatitis kronik, infeksi

Page 12: Makalah Lupus (LES).docx

mononukleosis, dan sirosis bilier. Jumlah antibodi ini dapat turun dengan

pengobatan yang tepat  dan dapat meningkat pada penyebaran penyakit terutama

lupus glomerulonefritis. Jumlahnya mendekati negatif pada penyakit SLE yang

tenang (dorman).

Antibodi anti-DNA merupakan subtipe dari Antibodi antinukleus (ANA).

Ada dua tipe dari antibodi anti-DNA yaitu yang menyerang double-stranded

DNA (anti ds-DNA) dan yang menyerang single-stranded DNA (anti ss-

DNA).  Anti ss-DNA kurang sensitif dan spesifik untuk SLE tapi positif untuk

penyakit autoimun yang lain. Kompleks antibodi-antigen pada penyakit autoimun

tidak hanya untuk diagnosis saja tetapi merupakan konstributor yang besar dalam

perjalanan penyakit tersebut. Kompleks tersebut akan menginduksi sistem

komplemen yang dapat menyebabkan terjadinya inflamasi baik lokal maupun

sistemik (Pagana and Pagana, 2002).

2. Tes Antinuclear antibodies (ANA)

a. Harga normal : nol

ANA digunakan untuk diagnosa SLE dan penyakit autoimun yang lain.

ANA adalah sekelompok antibodi protein yang bereaksi menyerang inti

dari suatu sel. ANA cukup sensitif untuk mendeteksi adanya SLE,  hasil

yang positif terjadi pada 95% penderita SLE. Tetapi ANA tidak spesifik

untuk SLE saja karena ANA juga berkaitan dengan penyakit reumatik

yang lain. Jumlah ANA yang tinggi berkaitan dengan kemunculan

penyakit dan keaktifan penyakit tersebut. Setelah pemberian terapi maka

penyakit tidak lagi aktif sehingga jumlah ANA diperkirakan menurun.

Jika hasil tes negatif maka pasien belum tentu negatif terhadap SLE

karena harus dipertimbangkan juga data klinik dan tes laboratorium yang

lain, tetapi jika hasil tes  positif  maka  sebaiknya  dilakukan  tes serologi

yang lain untuk menunjang diagnosa bahwa pasien tersebut menderita

SLE. ANA dapat meliputi anti-Smith (anti-Sm), anti-RNP (anti-

ribonukleoprotein), dan anti-SSA (Ro) atau anti-SSB (La) (Pagana and

Pagana, 2002).

Page 13: Makalah Lupus (LES).docx

3. Tes Laboratorium lain

Tes laboratorium lainnya yang digunakan untuk menunjang diagnosa serta

untuk monitoring terapi pada penyakit SLE antara lain adalah antiribosomal

P, antikardiolipin, lupus antikoagulan, Coombs test, anti-histon, marker reaksi

inflamasi (Erythrocyte Sedimentation Rate/ESR atau C-Reactive

Protein/CRP), kadar komplemen (C3 dan C4), Complete Blood Count (CBC),

urinalisis, serum kreatinin, tes fungsi hepar, kreatinin kinase (Pagana and

Pagana, 2002).

4. Pemeriksaan Penunjang

a) Ruam kulit atau lesi yang khas.

b) Rontgen dada menunjukkan pleuritis atau perikarditis.

c) Pemeriksaan dada dengan bantuan stetoskop menunjukkan adanya

gesekan pleura atau jantung.

d) Analisa air kemih menunjukkan adanya darah atau protein lebih dari 0,5

mg/hari atau +++.

e) Hitung jenis darah menunjukkan adanya penurunan beberapa jenis sel

darah.

f) Biopsi ginjal.

g) Pemeriksaan saraf.

H. Komplikasi

Penyakit lupus yang berat dapat berdampak kerusakan organ tubuh antara

lain:

1. Ginjal (nefritis lupus) dengan akibat gagal ginjal.

2. Jantung dengan akibat radang selaput jantung (perikarditis) dan penyakit

jantung iskemik.

3. Paru yaitu radang selaput paru (pleuritis) dan radang paru (pneumonia).

4. Sistem saraf dan kejiwaan berupa kejang, lumpuh, stroke, depresi dan

psikosis

5. Mata, antara lain: katarak

Page 14: Makalah Lupus (LES).docx

6. Pada ibu hamil dapat terjadi keguguran, lahir prematur dan lupus neonatal

7. Kelainan sistem darah berupa anemia, kurang sel darah putih (lekopenia) dan

kurang sel pembekuan darah (trombositopenia).

I. Penatalaksanaan Medik

Penatalaksanaan lupus tidak mudah. Penyakit ini memiliki banyak

manifestasi dan setiap orang memiliki pola tersendiri yang berubah dari waktu ke

waktu, yang terkadang berlangsung cepat. Secara umum, pasien dengan lupus

berat, misalnya lupus ginjal atau sistem saraf pusat (SSP), dan mereka yang

menderita lebih dari satu jenis penyakit autoantibodi cenderung memiliki gejala

yang serius dan menetap. Pasien yang memiliki gejala ringan dapat terus

mengalami gejala ringan atau berkembangmenjadi lebih serius. Sehingga penting

untuk memperhatikan semua gejala baru yang timbul sebagai manifestasi dari

penyakit tersebut karena penatalaksanaan lupus sangat berkaitan dengan gejala

klinis dan organ tubuh yang terkena.

1. Penilaian Aktivitas Penyakit

Penilaian klinis aktivitas penyakit sama pentingnya dengan hasil tes

laboratorium. Kelelahan, demam atau perubahan emosi dapat menjadi

indikasi aktifnya lupus, seperti juga munculnya ruam atau nyeri sendi.

Pemantauan aktifitas penyakit sangat diperlukan untuk menentukan

agresifitas penatalaksanaan lupus dan dosis obat yang dibutuhkan. Hal ini

dapat dimonitor dari banyaknya organ tubuh pasien yang terkena dan tes

laboratorium yang sesuai untuk memantau aktifitas penyakit misalnya

pemeriksaan tes fungsi ginjal,atau fungsi paru, jumlah sel darah putih

(leukosit), sel darah merah (hemoglobin) atau bahkan laju endap darah

(LED).

Berbagai indeks penilaian derajat penyakit telah dikembangkan dan

digunakan oleh para spesialis, namun aktivitas penyakit yang terus berubah

dan kerusakan jaringan yang terjadi menyulitkan untuk membedakan

pengaruh dari peradangan aktif atau akibat kerusakan yang

Page 15: Makalah Lupus (LES).docx

terbentuk.Sehingga pada prakteknya, lupus dibagi menjadi 3 tingkatan yaitu

ringan, sedang, dan berat, sesuai dengan berat ringannya gejala yang

muncul.

2. Lupus Ringan

Manifestasi yang umum adalah nyeri sendi, ruam, sensitif terhadap cahaya

matahari, sariawan di mulut, Raynaud’s syndrome (perubahan warna pada

ujung jari akibat suhu dingin), rambut rontok, dan kelelahan. Seringkali

gejala tersebut cukup dikontrol oleh analgesik dan mengurangi paparansinar

matahari dengan menggunakan tabir surya. Hidroksikloroquin umumnya

digunakan dalam gejala ini.

Kelelahan merupakan gejala lain dari tingkatan ini yang terkadang menjadi

alasan digunakannya steroid dosis rendah, walaupun hasilnya kadang tidak

maksimal. Nyeri sendi atau ruam kulit dapat juga menggunakan dosis

tersebut. Dosis steroid yang tinggi harus dihindari jika resiko efek samping

yang timbul cenderung lebih besar dari manfaatnya. Hal ini penting untuk

dipertimbangkan dalam membuat keputusan pemberian steroid karena efek

samping obat lebih umum terjadi pada orang dengan lupus dibandingkan

populasi lainnya. Pola hidup sehat (makanan sehat dan olah raga ringan yang

teratur) juga sangat dianjurkan.

3. Lupus Sedang

Tingkatan ini meliputi pleuritis (radang selaput paru), perikarditis (radang

selaput jantung), ruam berat dan manifestasi darah seperti trombositopenia

atau leukopenia.Dalam kasus ini, terapi steroid biasanya sudah dibutuhkan,

namun dengan penggunaan dosis yang cukup untuk mengendalikan penyakit

dan kemudian menguranginya menjadi dosis pemeliharaan serendah

mungkin. Agak sulit untuk menstandarisasi dosis, namun pada umumnya

Pleuritis dapat dikontrol dengan 20mg prednisolon per hari, kelainan darah

membutuhkan dosis 40mg atau lebih.

Hidroksikloroquin sudah memadai sebagai tambahan steroid, tapi kadang

obat imunosuppressan juga dibutuhkan seperti: Azathioprine, dan

Page 16: Makalah Lupus (LES).docx

Methotrexate. Siklosporin juga dapat digunakan khususnya dalam

pengobatan trombositopenia, tetapi karena kecendrungan menyebabkan

hipertensi dan merusak fungsi ginjal harus digunakan secara hati-hati. Obat-

obat immunosupresan ini membutuhkan waktu 1-3 bulan sampai efeknya

muncul,sehingga dalam periode tersebut steroid masih dibutuhkan dalam

dosis yang cukup untuk mengontrol penyakit. Jika pasien sudah

dapatdistabilkan dengan obat imunosupresan, dosis steroid harus segera

diturunkan ke dosis terendah untuk pengendalian penyakit.

4. Lupus Berat

Ginjal, SSP, dan manifestasi kulit berat atau kelainan darah berat termasuk

ke dalam tingkatan ini. Steroid sangat dibutuhkan dalam tahap ini dengan

tambahan obat immunosupresan. Prednisolon atau metilprednisolon

intravena mungkin dibutuhkan untuk mengendalikan penyakit ini.

Azathioprin, methotrexate, atau mychophenolate dapat digunakan sebagai

imunosupresif dan dapat mengurangi dosis steroid yang diperlukan.

Pengobatan dapat dibagi menjadi 2 fase yaitu: induksi awal dimana penyakit

aktif dikendalikan, dan fase pemeliharaan agar penyakit tetap terkontrol.

Pengobatan tambahan yang digunakan untuk lupus berat meliputi

immunoglobulin intravena, plasma exchange, dan antibodi monoclonal (agen

biologi) mengalami penurunaan penggunaannya dibandingkan waktu yang

lalu tapi banyak yang masih percaya bahwa pengobatan tersebut sangat

membantu pada lupus akut, penyakit berat, dan sebagian lupus yang

mengenai otak. Antibodi monoklonal, terutama rituximab sangat

menjanjikan dan cenderung memainkan bagian penting dalam pengelolaan

penyakit sedang dan berat.

Page 17: Makalah Lupus (LES).docx

BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN SYSTEMIC LUPUS

ERYTHEMATOSUS

A. Pengkajian Data

1. Anamnesis riwayat kesehatan sekarang dan pemeriksaan fisik difokuskan

pada gejala sekarang dan gejala yang pernah dialami seperti keluhan mudah

lelah, lemah, nyeri, kaku, demam/panas, anoreksia dan efek gejala tersebut

terhadap gaya hidup serta citra diri pasien.

2. Kulit

Ruam eritematosus, plak eritematosus pada kulit kepala, muka atau leher.

3. Kardiovaskuler

a. Friction rub perikardium yang menyertai miokarditis dan efusi pleura.

b. Lesi eritematous papuler dan purpura yang menjadi nekrosis

menunjukkan gangguan vaskuler terjadi di ujung jari tangan, siku, jari

kaki dan permukaan ekstensor lengan bawah atau sisi lateral tanga.

4. Sistem Muskuloskeletal

Pembengkakan sendi, nyeri tekan dan rasa nyeri ketika bergerak, rasa kaku

pada pagi hari.

5. Sistem integument

a. Lesi akut pada kulit yang terdiri atas ruam berbentuk kupu-kupu yang

melintang pangkal hidung serta pipi.

b. Ulkus oral dapat mengenai mukosa pipi atau palatum durum.

6. Sistem pernafasan

Pleuritis atau efusi pleura.

7. Sistem vaskuler

Inflamasi pada arteriole terminalis yang menimbulkan lesi papuler,

eritematous dan purpura di ujung jari kaki, tangan, siku serta permukaan

ekstensor lengan bawah atau sisi lateral tangan dan berlanjut nekrosis.

Page 18: Makalah Lupus (LES).docx

8. Sistem Renal

Edema dan hematuria.

9. Sistem saraf

Sering terjadi depresi dan psikosis, juga serangan kejang-kejang, korea

ataupun manifestasi SSP lainnya.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan kerusakan jaringan.

2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan proses penyakit.

3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi.

C. Perencanaan

1. Diagnosa Keperawatan : Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan kerusakan

jaringan.

Tujuan :

a. Gangguan nyeri dapat teratasi

b. Perbaikan dalam tingkat kenyamanan

Kriteria Hasil :

a. Menyatakan nyeri hilang atau terkontrol

b. Menunjukkan rileks, istirahat tidur, peningkatan aktivitas dengan cepat

c. Menggabungkan ketrampilan relaksasi dan aktivitas hiburan ke dalam

program kontrol/nyeri

Intervensi Rasional

Mandiri

1. Kaji Keluhan Nyeri :

Pencetus, catat lokasi, karakteristik,

dan intensitas (skala nyeri 1-10).

Nyeri hampir selalu ada pada beberapa

derajat beratnya keterlibatan

jaringan/kerusakan tetapi, biasanya paling

berat selama penggantian balutan dan

debridemen.

Page 19: Makalah Lupus (LES).docx

2. Tutup luka sesegera mungkin kecuali

perawatan luka bakar metode

pemajanan pada udara terbuka.

Suhu berubah dan gerakan udara dapat

menyebabkan nyeri hebat pada

pemajanan ujung saraf.

3. Pertahankan suhu lingkungan

nyaman, berikan lampu penghangat,

penutup tubuh hangat.

Pengaturan suhu dapat hilang karena luka

bakar mayor. Sumber panas eksternal

perlu untuk mencegah menggigil.

4. Lakukan penggantian balutan dan

debridemen setelah pasien di beri

obat dan/atau pada hidroterapi.

Menurunkan terjadinya distress fisik dan

emosi sehubungan dengan penggantian

balutan dan debridemen.

5. Dorong ekspresi perasaan tentang

nyeri.

Pernyataan memungkinkan

pengungkapan emosi dan dapat

meningkatkan mekanisme koping.

6. Dorong penggunaan teknik

manajemen stress, contoh relaksasi

progresif, napas dalam, bimbingan

imajinasi dan visualisasi.

Memfokuskan kembali perhatian,

meningkatkan relaksasi dan

meningkatkan rasa control, yang dapat

menurunkan ketergantungan

farmakologis.

7. Berikan aktivitas terapeutik tepat

untuk usia/kondisi.

Membantu mengurangi konsentrasi nyeri

yang di alami dan memfokuskan kembali

perhatian.

2. Diagnosa Keperawatan : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan

proses penyakit.

Tujuan :Pemeliharaan dan perawatan integritas kulit

Kriteria Hasil :Kulit dapat terpelihara dan terawat dengan baik.

Page 20: Makalah Lupus (LES).docx

Intervensi Rasional

Mandiri

1. Kaji kulit setiap hari. Catat warna,

turgor,sirkulasi dan sensasi.

Gambarkan lesi dan amati perubahan.

Menentukan garis dasar di man

perubahan pada status dapat di

bandingkan dan melakukan intervensi

yang tepat.

2. Pertahankan/instruksikan dalam

hygiene kulit, misalnya membasuh

kemudian mengeringkannya dengan

berhati-hati dan melakukan masase

dengan menggunakan lotion atau

krim.

Mempertahankan kebersihan karena

kulit yang kering dapat menjadi barier

infeksi.

3. Gunting kuku secara teratur. Kuku yang panjang dan kasar

meningkatkan risiko kerusakan dermal

4. Tutupi luka tekan yang terbuka

dengan pembalut yang steril atau

barrier protektif, mis, duoderm, sesuai

petunjuk.

Dapat mengurangi kontaminasi bakteri,

meningkatkan proses penyembuhan.

Kolaborasi

5. Gunakan/berikan obat-obatan (NSAID

dan kortikosteroid) sesuai indikasi

Digunakan pada perawatan lesi kulit.

3. Diagnosa Keperawatan : Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya

sumber informasi.

Tujuan :Memberikan informasi tentang penyakit dan prosesnya kepada klien

dan keluarga klien/orang terdekat (bila tidak ada keluarga).

Kriteria Hasil :Klien dan keluarga klien/orang terdekat mendapatkan

pengetahuan dari informasi yang diberikan

Page 21: Makalah Lupus (LES).docx

Intervensi Rasional

Mandiri:

1. Tinjau ulang proses penyakit dan apa

yang menjadi harapan di masa

depan.

Memberikan pengetahuan dasar di mana

pasien dapat membuat pilihan

berdasarkan informasi.

2. Tinjau ulang cara penularan

penyakit.

Mengoreksi mitos dan kesalahan

konsepsi, meningkatkan , mendukung

keamanan bagi pasien/orang lain.

3. Dorong aktivitas/latihan pada tingkat

yang dapat di toleransi pasien.

Merangsang pelepasan endorphin pada

otak, meningkatkan rasa sejahtera.

4. Tekankan perlunya melanjutkan

perawatan kesehatan dan evaluasi

Memberi kesempatan untuk mengubah

aturan untuk memenuhi kebutuhan

perubahan/individu.

5. Identifikasi sumber-sumber

komunitas, misalnya rumah sakit

sebelumnya/pusat perawatan tempat

tinggal.

Memudahkan pemindahkan dari

lingkungan perawatan akut; mendukung

pemulihan dan kemandirian.

D. Evaluasi

Evaluasi adalah merupakan salah satu alat untuk mengukur suatu perlakuan atau

tindakan keperawatan terhadap pasien. Adapun evaluasi yang di harapkan pada

klien dengan kasus SLE ( Sistemic Lupus Erythematosus ) ialah :

1. Skala nyeri normal dan nyeri berkurang.

2. Aktivitas sehari–hari teratur sesuai kebutuhan dan disesuaikan dengan

kondisi klien.

3. Klien dapat melakukan mobilisasi dalam memenuhi kegiatan sehari –

harinya.

4. Integritas kulit kembali normal ( Elastis, halus dan bersih ).

5. Klien mengerti dan menerima terhadap penyakitnya.

Page 22: Makalah Lupus (LES).docx

BAB IV

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS SYSTEMIC LUPUS

ERYTHEMATOSUS

Kasus :

Ny. S (40 th) datang ke rumah sakit X diantar oleh suaminya dengan keluhan nyeri

pada sendi dan tulang, mudah lelah, kulit kering, bersisik dan mengelupas pada

beberapa bagian kulit. Ny. S mengatakan rasa sakitnya sudah dirasakan sejak 3 bulan

yang lalu. Wajah Ny.S nampak kemerahan disertai dengan bercak-bercak merah.

Pada waktu pemeriksaan kesadaran Ny. S apatis, tampak pucat, dan konjungtiva

anemis. Ny.S mengeluh merasa lemas dan tidak berdaya. Terpasang infus RL 0,9%

20 tts/mnt di lengan kiri, TTV (RR 20x/mnt, Nadi 92x/mnt, Suhu 37,5°C, dan TD

120/80 mmHg). Setelah dilakuan pemeriksaan darah lengkap didapatkan hasil Hb:

6,0 gr/dl; Leukosit 2,9/mm3; Trombosit 433/mm3, Hematokrit 22%, Neutrofil 53%;

lymphoist 39%; Monosit 5%; Eosinofil 2%; dan Basofil 1%. Terapi medis yang

diberikan kepada Ny.S adalah Inj. Methylprednisolon 2x125 mg; Inj. Ranitidin 3x1 a

mp; Inj. Ketorolac 2x3 amp. Setelah dilakukan pemeriksaan Ny. S didiagnosa medik

mengalami Systemic Lupus Erythematosus (SLE) dan anemia.

A. Pengkajian

1. Analisa Data

No. Data Fokus Etiologi Problem

1. Data Subjektif:

1. Klien mengeluh nyeri

pada sendi dan tulang

2. Ny. S mengatakan rasa

sakitnya sudah dirasakan

sejak 3 bulan yang lalu.

Inflamasi dan

kerusakan

jaringan.

Nyeri

Page 23: Makalah Lupus (LES).docx

Data Objektif:

1. TTV (RR 20x/mnt, Nadi

92x/mnt, Suhu 37,5°C,

dan TD 120/80 mmHg)

2. Terpasang infus RL

0,9% 20 tts/mnt di

lengan kiri

2. Data Subjektif: -

Data Objektif:

1. Kulit kering, bersisik

dan mengelupas pada

beberapa bagian kulit

2. Wajah Ny.S nampak

kemerahan disertai

dengan bercak-bercak

merah.

3. TTV (RR 20x/mnt, Nadi

92x/mnt, Suhu 37,5°C,

dan TD 120/80 mmHg)

4. Terpasang infus RL

0,9% 20 tts/mnt di

lengan kiri

Proses penyakit. Kerusakan

integritas kulit

3. Data Subjektif:

1. Klien mengatakan

mudah lelah

2. Ny. S mengeluh merasa

lemas dan tidak berdaya

Tidak seimbang-

nya suplai dan

kebutuhan O2

(anemia)

Intoleransi

aktivitas

Page 24: Makalah Lupus (LES).docx

Data Objektif:

1. Kesadaran Ny. S apatis,

tampak pucat, dan

konjungtiva anemis

2. TTV (RR 20x/mnt, Nadi

92x/mnt, Suhu 37,5°C,

dan TD 120/80 mmHg)

3. Hb: 6,0 gr/dl; Leukosit

2,9/mm3; Trombosit

433/mm3, Hematokrit

22%, Neutrofil 53%;

lymphoist 39%; Monosit

5%; Eosinofil 2%; dan

Basofil 1%.

4. Terpasang infus RL

0,9% 20 tts/mnt di

lengan kiri

B. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan kerusakan jaringan.

2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan proses penyakit.

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tidak seimbangnya suplai dan

kebutuhan O2 (anemia)

Page 25: Makalah Lupus (LES).docx

C. Intervensi Keperawatan

DiagnosaTujuan dan

Kriteria HasilIntervensi Rasional

Nyeri berhubu-

ngan dengan

inflamasi dan

kerusakan

jaringan.

Data Subjektif:

1. Klien

mengeluh

nyeri pada

sendi dan

tulang

2. Ny. S me-

ngatakan

rasa sakitnya

sudah

dirasakan

sejak 3 bulan

yang lalu

Data Objektif:

1. TTV (RR

20x/mnt,

Nadi

92x/mnt,

Suhu

37,5°C, dan

Tujuan:

Setelah dilakukan

tindakan kepera-

watan selama 3x24

jam, diharapkan

rasa nyeri teratasi.

Kriteria Hasil:

1. Menyatakan

nyeri hilang

atau terkontrol

2. Menunjukkan

rileks, istirahat

tidur, pening-

katan aktivitas

dengan cepat

3. Menggabungk

an ketrampilan

relaksasi dan

aktivitas

hiburan ke

dalam program

kontrol/nyeri

1. Kaji keluhan

nyeri : pencetus,

catat lokasi,

karakteristik,

dan intensitas

(skala nyeri 1-

10).

2. Tutup luka sese-

gera mungkin

kecuali perawa-

tan luka bakar

metode pemaja-

nan pada udara

terbuka.

3. Pertahankan

suhu lingkung-

an nyaman, be-

rikan lampu

penghangat, pe-

nutup tubuh

hangat.

4. Lakukan peng-

gantian balutan

1. Nyeri hampir

selalu ada pada

beberapa derajat

beratnya keterli-

batan jaringan atau

kerusakan tetapi,

biasanya paling

berat selama peng-

gantian balutan

dan debridemen.

2. Suhu berubah dan

gerakan udara

dapat menyebab-

kan nyeri hebat

pada pemajanan

ujung saraf.

3. Pengaturan suhu

dapat hilang kare-

na luka bakar

mayor. Sumber pa-

nas eksternal perlu

untuk mencegah

menggigil.

4. Menurunkan terja-

dinya distress fisik

Page 26: Makalah Lupus (LES).docx

TD 120/80

mmHg)

2. Terpasang

infus RL

0,9% 20

tts/mnt di

lengan kiri

dan debridemen

setelah pasien di

beri obat dan

atau pada hidro-

terapi.

5. Dorong ekspresi

perasaan

tentang nyeri.

6. Dorong penggu-

naan teknik ma-

najemen stress,

contoh relaksasi

progresif, napas

dalam, bimbi-

ngan imajinasi

dan visualisasi.

dan emosi sehubu-

ngan dengan peng-

gantian balutan

dan debridemen.

5. Pernyataan me-

mungkinkan peng-

ungkapan emosi

dan dapat mening-

katkan mekanisme

koping.

6. Memfokuskan

kembali perhatian,

meningkatkan re-

laksasi dan me-

ningkatkan rasa

kontrol, yang dapat

menurunkan keter-

gantungan farma-

kologis.

Kerusakan

integritas kulit

berhubungan

dengan proses

penyakit.

Data Subjektif:

-

Data Objektif:

1. Kulit kering,

Tujuan:

Setelah dilakukan

tindakan kepera-

watan selama 3 x

24 jam, diharapkan

kerusakan integri-

tas kulit berku-

rang.

1. Kaji integritas

kulit, catat peru-

bahan turgor,

warna, dan eri-

tema

2. Inspeksi kulit/

titik tekan se-

1. Kondisi kulit

dipengaruhi oleh

sirkulasi dan mo-

bilitas jaringan

dapat menjadi ra-

puh dan cende-

rung untuk infek-

si berat.

2. Potensial jalan

masuk organisme

Page 27: Makalah Lupus (LES).docx

bersisik dan

mengelupas

pada

beberapa

bagian kulit

2. Wajah Ny.S

nampak ke-

merahan di-

sertai dengan

bercak-

bercak

merah.

3. TTV (RR

20x/mnt,

Nadi

92x/mnt,

Suhu

37,5°C, dan

TD 120/80

mmHg)

4. Terpasang

infus RL

0,9% 20

tts/mnt di

lengan kiri

Kriteria Hasil:

1. Mempertahan-

kan integritas

kulit

2. Mengidenti-

fikasi faktor

risiko atau

perilaku klien

untuk mence-

gah cidera

dermal

3. Observasi

perbaikan luka

atau penyem-

buhan lesi bila

ada.

cara teratur

untuk kemera-

han, berikan

pijatan lembut

3. Awasi tungkai

terhadap keme-

rahan, perhati-

kan dengan

ketat terhadap

pembentukan

ulkus.

4. Kolaborasi:

Gunakan pe-

lindung, misal-

nya lotion se-

suai dengan

indikasi.

pathogen pada

adanya gangguan

sistem imun, hal

ini meningkatkan

resiko infeksi dan

pelambatan pros-

es penyembuhan

3. Menurunkan

statis vena atau

pembentukan

edema.

4. Menghindari

kerusakan kulit

dengan mencegah

atau menurunkan

tekanan pada

permukaan kulit.

Intoleransi

aktivitas

berhubungan

dengan tidak

Tujuan:

Setelah dilakukan

tindakan kepera-

watan selama 3x24

1. Kaji kemam-

puan pasien

untuk melaku-

kan aktivitas.

1. Mempengaruhi

pilihan intervensi

atau bantuan

Page 28: Makalah Lupus (LES).docx

seimbangnya

suplai dan

kebutuhan O2

(anemia)

Data Subjektif:

1. Klien

mengatakan

mudah lelah

2. Ny. S

mengeluh

merasa

lemas dan

tidak

berdaya

Data Objektif:

1. Kesadaran

Ny. S apatis,

tampak

pucat, dan

konjungtiva

anemis

2. TTV (RR

20x/mnt,

Nadi

92x/mnt,

Suhu

37,5°C, dan

TD 120/80

mmHg)

jam, diharapkan

menunjukkan pe-

nurunan tanda

fisiologis

intorelansi

Kriteria Hasil:

1. Adanya

peningkatan

toleransi

aktivitas

(termasuk

aktivitas

sehari-hari)

2. Berpartisipasi

dalam aktivitas

sehari-hari

sesuai tingkat

kemampuan

Catat laporan

kelelahan dan

keletihan

2. Awasi TD, nadi

pernapasan,

selama dan

sesudah aktivi-

tas

3. Gunakan teknik

penghematan

energi

4. Anjurkan pasien

berhenti bila

terjadi nyeri

dada, kelema-

han atau pusing

terjadi

2. Manifestasi

kardiopulmonal

dari upaya jan-

tung dan paru

untuk membawa

jumlah oksigen

adekuat ke

jaringan

3. Mendorong pa-

sien melakukan

banyak dengan

membatasi pe-

nyimpangan ener-

gi dan mencegah

kelemahan

4. Stress berlebihan

dapat menimbul-

kan kegagalan

Page 29: Makalah Lupus (LES).docx

3. Hb: 6,0

gr/dl;

Leukosit

2,9/mm3;

Trombosit

433/mm3,

Hematokrit

22%,

Neutrofil

53%;

lymphoist

39%;

Monosit 5%;

Eosinofil

2%; dan

Basofil 1%.

4. Terpasang

infus RL

0,9% 20

tts/mnt di

lengan kiri

D. Implementasi Keperawatan

Hari/

Tanggal/

Waktu

No.

Diagnosa

Tindakan yang

Dilakukan

Hasil Tanda

Tangan

Rabu

15 Oktober

2014

1. 1. Mengkaji keluhan

nyeri : pencetus,

catat lokasi, karak-

1. Klien menga-

takan nyeri

dirasakan pada

Page 30: Makalah Lupus (LES).docx

(07.00-

08.00)

teristik, dan inten-

sitas (skala nyeri 1-

10).

2. Menutup luka sese-

gera mungkin kecu-

ali perawatan luka

bakar metode pema-

janan pada udara

terbuka.

3. Mempertahankan

suhu lingkungan

nyaman, memberi-

kan lampu pengha-

ngat dan penutup

tubuh hangat.

4. Melakukan penggan-

tian balutan dan

debridemen setelah

pasien di beri obat

dan atau pada hidro-

terapi.

5. Mendorong ekspresi

perasaan tentang

nyeri.

6. Mendorong penggu-

naan teknik mana-

jemen stress, contoh

relaksasi progresif,

napas dalam, bimbi-

ngan imajinasi dan

sendi-sendi

dan tulang de-

ngan skala 4

2. Luka tertutup

balutan dan

klien masih

merasakan

nyeri

3. Klien diberi-

kan lampu ha-

ngat dan

menggunakan

penutup tubuh

yang hangat,

nyeri yang di-

rasakan se-

dikit berku-

rang

4. Balutan digan-

ti setelah dibe-

rikan obat.

Klien menge-

luh nyeri.

5. Wajah klien

terlihat pucat

dan merintih

saat bergerak

6. Klien mema-

hami teknik

relaksasi dan

Page 31: Makalah Lupus (LES).docx

visualisasi. menerapkan-

nya saat nyeri

kambuh.

Rabu

15 Oktober

2014

(08.15-

09.15)

2. 1. Mengkaji integritas

kulit, mencatat peru-

bahan turgor, warna,

dan eritema

2. Menginspeksi kulit/

titik tekan secara

teratur untuk keme-

rahan, memberikan

pijatan lembut

3. Mengawasi tungkai

terhadap kemerahan,

memperhatikan de-

ngan ketat terhadap

pembentukan ulkus.

4. Berkolaborasi dalam

menggunakan pelin-

dung, misalnya lo-

tion sesuai dengan

indikasi.

1. Kulit kering,

bersisik dan

mengelupas di

beberapa bagi-

an.

2. Klien diberi-

kan pijatan

lembut

3. Tidak terjadi

adanya pe-

nambahan

ulkus dan ke-

merahan

4. Klien diberi-

kan lotion se-

suai indikasi

Rabu

15 Oktober

2014

(09.30-

10.30)

3. 1. Mengkaji kemam-

puan pasien untuk

melakukan aktivitas.

Mencatat laporan

kelelahan dan kele-

tihan

2. Mengawasi TD, nadi

1. Klien tidak

dapat mela-

kukan akti-

vitas, merasa

lelah dan pu-

sing. Kesada-

ran klien a-

Page 32: Makalah Lupus (LES).docx

pernapasan, selama

dan sesudah aktivitas

3. Menggunakan teknik

penghematan energi

4. Menganjurkan pa-

sien berhenti bila

terjadi nyeri dada,

kelemahan atau

pusing terjadi

patis.

2. TTV (RR

20x/mnt,

Nadi

88x/mnt,

Suhu 37,3°C,

dan TD

100/70

mmHg)

3. Klien tirah

baring dan

dalam ber-

aktivitas di-

bantu oleh

keluarga.

4. Klien masih

merasakan

pusing dan

tirah baring

E. Evaluasi Keperawatan

Page 33: Makalah Lupus (LES).docx

Hari/ Tanggal/

Waktu

No.

Diagnosa

Perkembangan Tanda Tangan

Sabtu

18 Oktober

2014

07.00

1. S: klien mengatakan

nyeri berkurang men-

jadi skala 3.

O : klien menerapkan

teknik relaksasi saat

nyeri kambuh

A : masalah belum

teratasi

P : intervensi dilanjut-

kan

Sabtu

18 Oktober

2014

07.15

2. S : klien mengatakan

selalu menjaga keber-

sihan tangannya dan

tidak memegang luka,

serta luka tidak ter-

kelupas lagi

O : kulit terlihat se-

dikit lembab, sisik

berkurang, dan kulit

tidak terkelupas

A : masalah teratasi

sebagian

P : Intervensi dilanjut-

kan

Sabtu

18 Oktober

2014

3. S : klien mengatakan

pusing berkurang, da-

pat melakukan akti-

Page 34: Makalah Lupus (LES).docx

07.30 vitas kecil dengan

dibantu keluarga.

O : konjungtiva me-

merah, klien tidak

tampak pucat, TD:

110/70 mmHg

A : masalah teratasi

sebagian

P : Intervensi dilanjut-

kan

Page 35: Makalah Lupus (LES).docx

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sistem Imun adalah sistem pertahanan manusia sebagai perlindungan

terhadap infeksi dari makromolekul asing atau serangan organisme, termasuk

virus, bakteri, protozoa dan parasit. Systemic Lupus Erythematosus adalah

penyakit radang multisistem yang sebabnya belum diketahui, dengan perjalanan

penyakit yang mungkin akut dan fulminan atau kronik remisi dan eksaserbasi

disertai oleh terdapatnya berbagai macam autoimun dalam tubuh. Lupus terdiri

dari 3 jenis, yaitu discoid lupus erythematosus, sistemic lupus erythematosus,

dan lupus obat.

Sampai saat ini penyebab SEL belum diketahui. Diduga faktor genetik,

infeksi dan lingkungan ikut berperan pada patofisiologi SEL. Kecenderungan

terjadinya SEL dapat berhubungan dengan perubahan gen MHC spesifik dan

bagaimana antigen sendiri ditunjukkan dan dikenali. Penyakit SLE terjadi akibat

terganggunya regulasi kekebalan yang menyebabkan peningkatan autoimun yang

berlebihan. Gejala pada setiap penderita berlainan, serta ditandai oleh masa bebas

gejala (remisi) dan masa kekambuhan (eksaserbasi). Pemeriksaan diagnostik SLE

dapat dilakukan dengan pemeriksaan laboratorium, tes Antinuclear

antibodies (ANA), tes laboratorium lain, dan pemeriksaan penunjang lainnya.

Apabila SLE tidak segera ditangan maka akan mengakibatkan komplikasi yang

terjadi pada ginjal, jantung, paru, sistem saraf, mata, dan pada ibu hamil dapat

terjadi keguguran, lahir prematur dan lupus neonatal. Penatalaksanaan lupus

tidak mudah sehingga penting untuk memperhatikan semua gejala baru yang

timbul sebagai manifestasi dari penyakit tersebut karena penatalaksanaan lupus

sangat berkaitan dengan gejala klinis dan organ tubuh yang terkena.

Konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan systemic lupus

erythematosus pada dasarnya adalah holistik yang dimulai dari pengkajian data,

merumuskan diagnosa, membuat perencanaan tindakan, mengaplikasikan

Page 36: Makalah Lupus (LES).docx

rencana yang telah dibuat, mengevaluasi setiap tindakan keperawatan yang telah

dilakukan, dan mendokumentasikannya. Asuhan keperawatan pada contoh kasus

SLE dan anemia dimulai dari mengkaji atau menganalisa data dan

mengklasifikan data mana yang termasuk data subjektif dan objektif. Kemudian

merumuskan diagnosa keperawatan dan membuat intervensi keperawatan sesuai

dengan kondisi klien. Lalu menerapkan intervensi keperawatan dan dicatat hasil

atau respon dari klien. Selanjutnya mengevaluasi atau menilai perkembangan

klien. Dalam hal ini, masalah klien belum dapat teratasi sehingga intervensi

keperawatan harus dilanjutkan.

Page 37: Makalah Lupus (LES).docx

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & suddarthS. 2001. Keperawatan medikal bedahEdisi 8. Jakarta: EGC.

Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.

Isselbacher, dkk. 2000. Prinsip-prinsip ilmu penyakitEdisi 13. Jakarta: EGC.

Robbins & cotran. 2008. Buku saku dasar patologis penyakitEdisi 7. Jakarta: EGC.

Ruth F, Craven EdD, RN. 2000. Fundamentals Of NursingEdisi II. Philadelphia:

Lippincot.

Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &

Suddarth Edisi 8 Volume 3. Jakarta : EGC.

Farida. 2014. Makalah SLE Lupus Eritematosus Sistemik.

http://catatassangperempuan.blogspot.com/2014/09/makalah-sle-lupus-

eritematosus-sistemik.html. Diakses pada 4 Maret 2015