Makalah Komunitas III Kel 6

25
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lansia merupakan tahap pertumbuhan tertinggi seseorang sebelum meninggal dunia. Pada tahap ini fungsi tubuh mengalami banyak penurunan. Kemampuan sel atau jaringan untuk beregenerasi atau memperbaiki diri dari serangan berbagai macam infeksi juga semakin menurun. Karena itu berbagai macam penyakit akut ataupun kronis banyak diderita oleh lansia. Perawat unit kritis merawat pasien lansia yang jumlahnya meningkat. Sebagai akibatnya ada kebutuhan untuk memahami hubungannya dengan perubahan fisiologis yang terjadi pada proses penuaan normal. Semua proses fisiologi berhubungan dengan proses penuaan. Meskipun gangguan ini progresif, tetapi tidak selalu tanpak atau bersifat patologis. Oleh karena itu pasien lansia dengan penyakit kritis membutuhkan observasi yang lebih intensif. Penyebab utama kematian lansia adalah penyakit jantung, neoplasma maligna, cedera serebrovaskuler, influenza, dan penyakit paru obstruksi menahun. Kondisi 1

Transcript of Makalah Komunitas III Kel 6

Page 1: Makalah Komunitas III Kel 6

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Lansia merupakan tahap pertumbuhan tertinggi seseorang sebelum meninggal

dunia. Pada tahap ini fungsi tubuh mengalami banyak penurunan. Kemampuan sel

atau jaringan untuk beregenerasi atau memperbaiki diri dari serangan berbagai

macam infeksi juga semakin menurun. Karena itu berbagai macam penyakit akut

ataupun kronis banyak diderita oleh lansia.

Perawat unit kritis merawat pasien lansia yang jumlahnya meningkat. Sebagai

akibatnya ada kebutuhan untuk memahami hubungannya dengan perubahan fisiologis

yang terjadi pada proses penuaan normal. Semua proses fisiologi berhubungan

dengan proses penuaan. Meskipun gangguan ini progresif, tetapi tidak selalu tanpak

atau bersifat patologis. Oleh karena itu pasien lansia dengan penyakit kritis

membutuhkan observasi yang lebih intensif.

Penyebab utama kematian lansia adalah penyakit jantung, neoplasma maligna,

cedera serebrovaskuler, influenza, dan penyakit paru obstruksi menahun. Kondisi ini

menjadi lebih umum dengan bertambahnya usia dan menyebabkanpeni gkatan

perawatan di rumah sakit. Lamanya usia hidup merupakan penyebab tunggal paling

penting meningkatnya jumlah pasien lansia dengan penyakit kronik multiple dan

penyakit akut.

1.2.    Rumusan Masalah1.      Apa definisi dari lansia?

2.      Apa saja klasifikasi lansia?

3.      Bagaimana karakteristik psikobiologikal umum proses penuaan?

4.      Bagaimana asuhan keperawatan lansia dengan kondisi kritis?

1

Page 2: Makalah Komunitas III Kel 6

1.3.    Tujuan1.      Mahasiswa mampu mengerti dan memahami tentang definisi lansia.

2.      Mahasiswa mampu mengerti dan memahami tentang klasifikasi lansia.

3.      Mahasiswa mampu mengerti dan memahami tentang karakteristik

psikobiologikal umum proses penuaan.

4.      Mahasiswa mampu mengerti dan memahami tentang asuhan keperawatan lansia

dengan kondisi kritis.

1.4. Manfaat

2. Mahasiswa mampu mengetahui tentang definisi lansia.

3. Mahasiswa mampu mengetahui tentang klasifikasi lansia.

4. Mahasiswa mampu mengetahui tentang karakteristik psikobiologikal umum

proses penuaan.

5. Mahasiswa mampu mengetahui tentang asuhan keperawatan lansia dengan

kondisi kritis.

2

Page 3: Makalah Komunitas III Kel 6

BAB IITINJAUAN TEORI

2.1. Definisi Lansia

Menurut Hurlock (2002), tahap terakhir dalam perkembangan ini dibagi

menjadi usia lanjut dini yang berkisar antara usia enampuluh sampai tujuh puluh

tahun dan usia lanjut yang dimulai pada usia tujuh puluh tahun hingga akhir

kehidupan seseorang. Orangtua muda atau usia tua (usia 65 hingga 74 tahun) dan

orangtua yang tua atau usia tua akhir (75 tahun atau lebih) (Baltes,

Smith&Staudinger, Charness&Bosmann) dan orang tua lanjut (85 tahun atau lebih)

dari orang-orang dewasa lanjut yang lebih muda (Johnson&Perlin). 

Menurut J.W. Santrock (J.W.Santrock, 2002, h.190), ada dua pandangan

tentang definisi orang lanjut usia atau lansia, yaitu menurut pandangan orang barat

dan orang Indonesia. Pandangan orang barat yang tergolong orang lanjut usia atau

lansia adalah orang yang sudah berumur 65 tahun keatas, dimana usia ini akan

membedakan seseorang masih dewasa atau sudah lanjut. Sedangkan pandangan orang

Indonesia, lansia adalah orang yang berumur lebih dari 60 tahun. Lebih dari 60 tahun

karena pada umunya di Indonesia dipakai sebagai usia maksimal kerja dan mulai

tampaknya ciri-ciri ketuaan. 

Menurut Bernice Neugarten (1968) James C. Chalhoun (1995) masa tua adalah

suatu masa dimana orang dapat merasa puas dengan keberhasilannya. 

Badan kesehatan dunia (WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang

menunjukkan proses penuaan yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah

disebut lanjut usia. Lansia banyak menghadapi berbagai masalah kesehatan yang

perlu penanganan segera dan terintegrasi. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)

menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu : usia pertengahan (middle age) 45 -59

tahun, Lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun, lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun dan usia

sangat tua (very old) diatas 90 tahun. 

3

Page 4: Makalah Komunitas III Kel 6

Menurut Prayitno dalam Aryo (2002) mengatakan bahwa setiap orang yang

berhubungan dengan lanjut usia adalah orang yang berusia 56 tahun ke atas, tidak

mempunyai penghasilan dan tidak berdaya mencari nafkah untuk keperluan pokok

bagi kehidupannya sehari-hari. 

Saparinah (1983) berpendapat bahwa pada usia 55 sampai 65 tahun merupakan

kelompok umur yang mencapai tahap penisium, pada tahap ini akan mengalami

berbagai penurunan daya tahan tubuh atau kesehatan dan berbagai tekanan psikologis.

Dengan demikian akan timbul perubahan-perubahan dalam hidupnya. 

Kelompok lanjut usia adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke atas

(Hardywinoto dan Setiabudhi, 1999;8). 

Pada lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk

memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya secara

perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki

kerusakan yang terjadi (Constantinides, 1994). Karena itu di dalam tubuh akan

menumpuk makin banyak distorsi metabolik dan struktural disebut penyakit

degeneratif yang menyebabkan lansia akan mengakhiri hidup dengan episode

terminal (Darmojo dan Martono, 1999;4).

2.2.   Klasifikasi Lansia

Penggolongan lansia menurut Depkes dikutip dari Azis (1994) menjadi tiga

kelompok yakni :

a.       Kelompok lansia dini (55 – 64 tahun), merupakan kelompok yang baru memasuki

lansia. 

b.      Kelompok lansia (65 tahun ke atas). 

c.       Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70 tahun.

4

Page 5: Makalah Komunitas III Kel 6

2.3.   Karakteristik Psikobiologikal Umum Proses Penuaan

Isu Biologis

Penting bagi kita untuk memisahkan perubahan karena proses pnuaan dari proses

penyakit yang ada. Kondisi yang terjadi sebagai akibat dari proses penuaan dan

meliputi sabagai berikut:

-         Penurunan ketahanan terhadap stress

-         Toleransi yang buruk terhadap perubahan panas dan dingin yang ekstrem karena

perubahan hipotalmik.

-         Penurunan rekasi terhadap bunyi dan rangsangan eksternal lain

-         Fluktuasi yang lebih besar pada pH darah

Proses penuaan berbeda antara pria dan wanita; perbedaan tersebut lebih tampak

pada usia senja dari pada lansia. Proses penuaan (pada satu organ atau seluruh tubuh)

dapat terjadi dini atau lambat sehubungan dengan kronologi usia secara nyata. Efek

proses penuaan pada jaringan sel bersifat asimetri. Sebagai contoh, perubahan sebagai

akibat dari proses penuaan pada otak, tulang, kardiovaskuler,dan jaringan paru dapat

terjadi secara nyata, selain itu perubahan teradap hati, pancreas, saluran pencernaan,

jaringan otot lebih sedikit nyata. Banyak perubahan organ karena proses penuaan,

seperti:

-         Peningkatan jumlah jaringan penyambung dan kolagen

-         Tak tampak elemen seluler pada system saraf, otot, dan organ vital lain

-         Penurunan jumlah sel fungsional yang normal

-         Peningkatan jumlah lemak

-         Penurunan penggunaan oksigen

-         Penurunan pompa darah selama istirahat

-         Sedikitnya pengeluaran udara oleh paru

-         Penurunan regangan otot

-         Penurunan ekskresi hormin

-         Penurunan aktivitas sensori dan persepsi

-         Gangguan pada tekanan darah

5

Page 6: Makalah Komunitas III Kel 6

-         Penurunan absorbsi lemak, protein, dan karbohidart

-         Penyempitan pada lumen arteri

Isu Psikososial

Selain tanda proses penuaan fisik, perawat yang merawat lansia dengan penyakit

kritis harus menyadari tugas perkembangan umum lansia secara spesifik. Berikut

tugas perkembangan lansia:

-           Pengambilan keputusan dimana dan bagaimana hidup untuk sisa usia mereka

-           Penyediaan dukungan, intimasi, dan kepuasan pasangan, keluarga, teman

-           Mempertahankan lingkungan rumah yang adekuat dan memuaskan sehubungan

dengan status kesehatan dan ekonomi

-           Menyediakan pendapatan yang memuaskan

-           Mempertahankan tingkat kesehatan yang maksimum

-           Memperhatikan perawatan kesehatan menyeluruh dan kesehatan gigi

-           Mempertahankan kebersihan diri

-           Mempertahankan komunikasi dengan keluarga dan teman

-           Mempertahankan ketertarikan social, sipil, politik

-           Membuat perhatian baru (membuat aktivitas) yang meningkatkan status

-           Mengenali dan merasa diperlukan

-           Menemukan arti hidup setelah pension dan dan saat melawan penyakit dan kematian

akan orang yang dicintai; adanya pernyataan kematian orang yang dicintai

-           Mengembangkan filosofi hidup dan menemukan kenyamanan dalam filosofi/agama

Kebutuhan akan dukungan dan hubungan berarti berlangsung sepanjang hidup.

Dukungan dapat digambarkanb sebagai perasaan memiliki atau keyakinan bahwa

seseorang merupakan peserta aktif di dalam kegiatan sehari-hari. Perasaan saling

terikat dengan orang lain di lingkungan menimbulkan kekuatan dan membantu

menurunkan perasaan terisolasi. Dukungan dari keluarga, teman, dan masyarakat

dapat menimbuilkan perasaan lebih stabil dan aman pada lansia. Harga diri dan

perasaan sejahtera adalah perasaan yang selalu ada pada lansia. Persepsi sejahtera

meningkat dari kepuasan karena pemenuhan tujuan hidup. Hal ini dapat digambarkan 6

Page 7: Makalah Komunitas III Kel 6

sebagai kepuasan seseorang dalam seluruh hidupnya. Sehubungan dengan ini,

perasaan harga diri berasal tidak hanya dari perasaan sejahtera tetapi juga kepuasan

individu atau penerimaan oleh orang lain. Harga diri juga menggambarkan kualitas

iteraksi dengan keluarga dan teman.

7

Page 8: Makalah Komunitas III Kel 6

BAB IIIASUHAN KEPERAWATAN

3.1.    Pengkajian

Hal yang pertama perawat lakukan dalam memberikan asuhan keperawatan

pada lansia adalah pengkajian. Menurut Potter & Perry, (2005), pengkajian

keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan, verifikasi dan komunikasi

data tentang klien. Proses keperawatan ini mencakup dua langkah yaitu pengumpulan

data dari sumber primer (kliaen) dan sumber skunder (keluarga, tenaga kesehatan),

dan analisis data sebagai dasar untuk diagnosa keperawatan.

Tujuan dari pengkajian adalah menetapkan dasar data tentang kebutuhan,

masalah kesehatan, pengalaman yang berkaitan, praktik kesehatan, tujuan, nilai dan

gaya hidup yang dilakukan klien. Pengumpulan data harus berhubungan dengan

masalah kesehatan terutama dengan masalah kesehatan utama yang dimiliki pasien,

sehingga data yang didapatkan relevan dengan asuhan keperawatan yang akan

dijalankan pada pasien tersebut. Penggunaan format pengkajian standarisasi

dianjurkan, karena dapat memberikan tanggung gugat minimal dari profesi

keperawatan. Penggunaan format pun memastikan pengkajian pada tingkat yang

komprehensif (Potter & Perry, 2005).

3.2.     Diagnosa dan Intervensi Keperawatan

Membuat diagnosa penyakit pada lansia pada umumnya lebih sukar

dibandingkan pasien usia remaja atau dewasa. Oleh karena menegakkan diagnosis

pasien lansia kita perlu melakukan observasi penderita agak lebih lama, sambil

dengan mengamati dengan cermat tanda-tanda dan gejala-gejala penyakitnya yang

juga sering kali tidak nyata. Dalam hal ini allo- anamneses dari keluarga harus digali.

Seringkali sebab penyakitnya bersifat berganda dan kumulatif, terlapes satu sama lain

ataupun saling mempengaruhitimbulnya (Suriyadi, 2003).

8

Page 9: Makalah Komunitas III Kel 6

Keperawatan lanjut usia berfokus pada :

-        Peningkatan kesehatan (helth promotion)

-        Pencegahan penyakit (preventif)

-        Mengoptimalkan fungsi mental

-        Mengatasi gangguan kesehatan yang umum.

-        Mencegah terjadinya penyakit yang berujung kritis

-        Meningkatkan QOL (Quality Of Life) sehingga penyakit kritis dapat dicegah.

9

Page 10: Makalah Komunitas III Kel 6

3.3. Perencanaan Keperawatan

No Dx. Keperawatan Tujuan&KH Intervensi dan Rasional

1 Ketidakseimbangan

nutrisi : kurang dari

kebutuhan tubuh b.d

tidak mampu dalam

memasukkan,

memasukan,

mencerna,

mengabsorbsi

makanan karena

faktor biologi

Setelah dilakukan intervensi

keperawatan selama 3X24

jam pasien diharapkan

mampu:

1.  Asupan nutrisi tidak

bermasalah

2.  Asupan makanan dan cairan

tidak bermasalah

3.  Berat badan ideal

1.  Kolaborasi dengan anggota

tim kesehatan untuk

memuat perencanaan

perawatan jika sesuai.

2.  Diskusikan dengan tim dan

pasien untuk membuat

target berat badan, jika berat

badan pasien tdak sesuia

dengan usia dan bentuk

tubuh.

3.  Diskusikan dengan ahli gizi

untuk menentukan asupan

kalori setiap hari supaya

mencapai dan atau

mempertahankan berat

badan sesuai target.

4.  Ajarkan dan kuatkan

konsep nutrisi yang baik

pada pasien

5.  Kembangkan hubungan

suportif dengna pasien

6.  Dorong pasien untuk

memonitor diri sendiri

terhadap asupan makanan

dan kenaikan atau

pemeliharaan berat badan

7.  Gunakan teknik modifikasi

tingkah laku untuk

meningkatkan berat badan

dan untuk menimimalkan 10

Page 11: Makalah Komunitas III Kel 6

2

3

Inkontinensia urin

fungsional

berhubungan dengan

keterbatasan  

neuromuskular yang

ditandai dengan waktu

yang diperlukan ke

toilet melebihi waktu

untuk menahan

pengosongan bladder

dan tidak mampu

mengontrol

pengosongan

Kelemahan mobilitas

fisik b.d kerusakan

musculoskeletal dan

neuromuscular

Setelah dilakukan intervensi

keperawatan selama 3×24

jam diharapkan pasien

mampu

1.  Kontinensia Urin

2.  Merespon dengan cepat

keinginan buang air kecil

(BAK).

3.  Mampu mencapai toilet dan

mengeluarkan urin secara

tepat waktu.

4.  Mengosongkan bladde

dengan lengkap.

5.  Mampu memprediksi

pengeluaran urin.

Setelah dilakukan intervensi

keperawatan selama 2X24

jam diharapkan pasien dapat

:

1.Memposisikan penampilan

tubuh

2.Ambulasi : berjalan

3.Menggerakan otot

berat badan.

8.  Berikan pujian atas

peningkatan berat badan dan

tingkah laku yang

mendukung peningkatan

berat badan.

1.  Monitor eliminasi urin

2.  Bantu klien

mengembangkan sensasi

keinginan BAK.

3.  Modifikasi baju dan

lingkungan untuk

memudahkan klien ke toilet.

4.  Instruksikan pasien untuk

mengonsumsi air minum

sebanyak 1500 cc/hari.

1.  Kosultasi kepada pemberi

terapi fisik mengenai

rencana gerakan yang sesuai

dengan kebutuhan

2.  Dorong untuk bergerak

secara bebas namun masih

dalam batas yang aman

3.  Gunakan alat bantu untuk

bergerak, jika tidak kuat

11

Page 12: Makalah Komunitas III Kel 6

4 Risiko kerusakan

integritas kulit b.d

kemampuan

regenerasi sel atau

jaringan menurun

4.Menyambung

gerakan/mengkolaborasikan

gerakan

Setelah dilakukan intervensi

keperawatan selama 2X24

jam diharapkan pasien dapat

:

1. Kontrol perubahan status

kesehatan

2. Gunakan support system

pribadi untuk mengontrol

risiko

3. Mengenal perubahan status

kesehatan

4. Monitor faktor risiko yang

berasal dari lingkungan

untuk berdiri (mudah

goyah/tidak kokoh)

1.  Monitor area kulit yang

terlihat kemerahan dan

adanya kerusakan

2.  Monitor kulit yang sering

mendapat tekanan dan

gesekan

3.  Monitor warna kulit

4.  Monitor suhu kulit

5.  Periksa pakaian, jika

pakaian terlihat terlalu ketat

12

Page 13: Makalah Komunitas III Kel 6

3.4. Catatan Perkembangan (evaluasi)

No Dx. KeperawatanIntervensi dan

RasionalEvaluasi

1 Ketidakseimbangan nutrisi :

kurang dari kebutuhan tubuh

b.d tidak mampu dalam

memasukkan, memasukan,

mencerna, mengabsorbsi

makanan karena faktor

biologi

1.  Kolaborasi dengan

anggota tim kesehatan

untuk memuat

perencanaan

perawatan jika sesuai.

2.  Diskusikan dengan

tim dan pasien untuk

membuat target berat

badan, jika berat badan

pasien tdak sesuia

dengan usia dan

bentuk tubuh.

3.  Diskusikan dengan

ahli gizi untuk

menentukan asupan

kalori setiap hari

supaya mencapai dan

atau mempertahankan

berat badan sesuai

target.

4.  Ajarkan dan kuatkan

konsep nutrisi yang

baik pada pasien

5.  Kembangkan

hubungan suportif

dengna pasien

6.  Dorong pasien untuk

memonitor diri sendiri

terhadap asupan

S S: klien merasa bertenaga

dan tidak lemas.

O: ada peningkatan 2 cm

lingkar perut dan lingkar

lengan dan bertambahnya

berat badan sebanyak 3 kg.

A: intervensi keperawatan ini

ada hasil yang diharapkan.

P P: intervensi dilanjutkan.

13

Page 14: Makalah Komunitas III Kel 6

2 Inkontinensia urin

fungsional berhubungan

dengan keterbatasan  

neuromuskular yang ditandai

dengan waktu yang

diperlukan ke toilet melebihi

waktu untuk menahan

pengosongan bladder dan

tidak mampu mengontrol

pengosongan

makanan dan kenaikan

atau pemeliharaan

berat badan

7.  Gunakan teknik

modifikasi tingkah

laku untuk

meningkatkan berat

badan dan untuk

menimimalkan berat

badan.

8.  Berikan pujian atas

peningkatan berat

badan dan tingkah laku

yang mendukung

peningkatan berat

badan.

1.  Monitor eliminasi urin

2.  Bantu klien

mengembangkan

sensasi keinginan

BAK.

3.  Modifikasi baju dan

lingkungan untuk

memudahkan klien ke

toilet.

4.  Instruksikan pasien

untuk mengonsumsi

air minum sebanyak

1500 cc/hari.

S: klien merasa nyaman.

O: jumlah output cairan urine

ada peningkatan.

A: Intervensi keperawatan ini

mampu membuat klien

mempunyai keinginan untuk

BAK dan bisa mengeluarkan

urine sendiri.

P P: Intervensi keperawatn ini

tetap dilanjutkan.

14

Page 15: Makalah Komunitas III Kel 6

3

4

Kelemahan mobilitas fisik

b.d kerusakan

musculoskeletal dan

neuromuscular

Risiko kerusakan integritas

kulit b.d kemampuan

regenerasi sel atau jaringan

menurun

1.  Kosultasi kepada

pemberi terapi fisik

mengenai rencana

gerakan yang sesuai

dengan kebutuhan

2.  Dorong untuk

bergerak secara bebas

namun masih dalam

batas yang aman

3.  Gunakan alat bantu

untuk bergerak, jika

tidak kuat untuk

berdiri (mudah

goyah/tidak kokoh)

1.  Monitor area kulit

yang terlihat

kemerahan dan adanya

kerusakan

2.  Monitor kulit yang

sering mendapat

tekanan dan gesekan

3.  Monitor warna kulit

4.  Monitor suhu kulit

5.  Periksa pakaian, jika

pakaian terlihat terlalu

ketat

SS: klien bisa menggerakan

ekstremitas atas dan bawah

meskipun harus pelan-pelan.

O: klien mampu melakukan

monilitas fisik meskipun

tidak secara bebas.

A: Intervensi keperawatan

ini mampu membuat klien

melakukan mobilitas fisik

secara mandiri.

P: intervensi keperawatan ini

dilanjutkan sampai klien

benar-benar bisa melakukan

aktivitasnya secara mandiri.

S: klien merasa nyaman dan

tidak merasa nyeri.

O: masalah kerusakan

integritas kulit klien

tertangani.

A: kerusakan integritas kulit

pada klien berangsur-angsur

pulih.

P: intervensi keperawatn

dilanjutkan sampai masalah

kerusakan integritas klien

pulih dan terselesaikan.

15

Page 16: Makalah Komunitas III Kel 6

BAB IVPENUTUP

4.1.    Keimpulan

Badan kesehatan dunia (WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang

menunjukkan proses penuaan yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah

disebut lanjut usia. Lansia banyak menghadapi berbagai masalah kesehatan yang

perlu penanganan segera dan terintegrasi.

Perawat unit kritis merawat pasien lansia yang jumlahnya meningkat.

Sebagai akibatnya ada kebutuhan untuk memahami hubungannya dengan

perubahan fisiologis yang terjadi pada proses penuaan normal. Semua proses

fisiologi berhubungan dengan proses penuaan. Meskipun gangguan ini progresif,

tetapi tidak selalu tanpak atau bersifat patologis. Oleh karena itu pasien lansia

dengan penyakit kritis membutuhkan observasi yang lebih intensif.

4.2.    Saran

Kelompok lanjut usia memiliki masalah kesehatan, baik dari segi fisik

maupun dari segi mental. Kerja Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan

diharapakan bisa berlangsung secara komprehansif dan holictik untuk proses

penatalaksanaan klien dengan lanjut usia. Sehingga lansia dapat menjalani proses

menua dengan kualitas hidup seoptimal mungkin.

16

Page 17: Makalah Komunitas III Kel 6

DAFTAR PUSTAKA

Hudak dan Gallo. 1997. Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik Volume I.

Jakarta : EGC.

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah, Vol. 3.

Jakarta: EGC.

Lukman dan Nurna Ningsih. 2012. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan

Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika.

Nugroho, Wahjudi. 2008. Keperawatan Gerontik & Geriatrik, Ed. 3. Jakarta:

EGC.

Agoes, Azwar, dkk. 2010. Penyakit di Usia Tua. Jakarta: EGC.

Watson, Roger. 2003. Perawatan Lansia Edisi ke-3. Jakarta: EGC

17