Makalah Komunitas III Kel 6
-
Upload
adithamaya -
Category
Documents
-
view
22 -
download
1
Transcript of Makalah Komunitas III Kel 6
BAB IPENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Lansia merupakan tahap pertumbuhan tertinggi seseorang sebelum meninggal
dunia. Pada tahap ini fungsi tubuh mengalami banyak penurunan. Kemampuan sel
atau jaringan untuk beregenerasi atau memperbaiki diri dari serangan berbagai
macam infeksi juga semakin menurun. Karena itu berbagai macam penyakit akut
ataupun kronis banyak diderita oleh lansia.
Perawat unit kritis merawat pasien lansia yang jumlahnya meningkat. Sebagai
akibatnya ada kebutuhan untuk memahami hubungannya dengan perubahan fisiologis
yang terjadi pada proses penuaan normal. Semua proses fisiologi berhubungan
dengan proses penuaan. Meskipun gangguan ini progresif, tetapi tidak selalu tanpak
atau bersifat patologis. Oleh karena itu pasien lansia dengan penyakit kritis
membutuhkan observasi yang lebih intensif.
Penyebab utama kematian lansia adalah penyakit jantung, neoplasma maligna,
cedera serebrovaskuler, influenza, dan penyakit paru obstruksi menahun. Kondisi ini
menjadi lebih umum dengan bertambahnya usia dan menyebabkanpeni gkatan
perawatan di rumah sakit. Lamanya usia hidup merupakan penyebab tunggal paling
penting meningkatnya jumlah pasien lansia dengan penyakit kronik multiple dan
penyakit akut.
1.2. Rumusan Masalah1. Apa definisi dari lansia?
2. Apa saja klasifikasi lansia?
3. Bagaimana karakteristik psikobiologikal umum proses penuaan?
4. Bagaimana asuhan keperawatan lansia dengan kondisi kritis?
1
1.3. Tujuan1. Mahasiswa mampu mengerti dan memahami tentang definisi lansia.
2. Mahasiswa mampu mengerti dan memahami tentang klasifikasi lansia.
3. Mahasiswa mampu mengerti dan memahami tentang karakteristik
psikobiologikal umum proses penuaan.
4. Mahasiswa mampu mengerti dan memahami tentang asuhan keperawatan lansia
dengan kondisi kritis.
1.4. Manfaat
2. Mahasiswa mampu mengetahui tentang definisi lansia.
3. Mahasiswa mampu mengetahui tentang klasifikasi lansia.
4. Mahasiswa mampu mengetahui tentang karakteristik psikobiologikal umum
proses penuaan.
5. Mahasiswa mampu mengetahui tentang asuhan keperawatan lansia dengan
kondisi kritis.
2
BAB IITINJAUAN TEORI
2.1. Definisi Lansia
Menurut Hurlock (2002), tahap terakhir dalam perkembangan ini dibagi
menjadi usia lanjut dini yang berkisar antara usia enampuluh sampai tujuh puluh
tahun dan usia lanjut yang dimulai pada usia tujuh puluh tahun hingga akhir
kehidupan seseorang. Orangtua muda atau usia tua (usia 65 hingga 74 tahun) dan
orangtua yang tua atau usia tua akhir (75 tahun atau lebih) (Baltes,
Smith&Staudinger, Charness&Bosmann) dan orang tua lanjut (85 tahun atau lebih)
dari orang-orang dewasa lanjut yang lebih muda (Johnson&Perlin).
Menurut J.W. Santrock (J.W.Santrock, 2002, h.190), ada dua pandangan
tentang definisi orang lanjut usia atau lansia, yaitu menurut pandangan orang barat
dan orang Indonesia. Pandangan orang barat yang tergolong orang lanjut usia atau
lansia adalah orang yang sudah berumur 65 tahun keatas, dimana usia ini akan
membedakan seseorang masih dewasa atau sudah lanjut. Sedangkan pandangan orang
Indonesia, lansia adalah orang yang berumur lebih dari 60 tahun. Lebih dari 60 tahun
karena pada umunya di Indonesia dipakai sebagai usia maksimal kerja dan mulai
tampaknya ciri-ciri ketuaan.
Menurut Bernice Neugarten (1968) James C. Chalhoun (1995) masa tua adalah
suatu masa dimana orang dapat merasa puas dengan keberhasilannya.
Badan kesehatan dunia (WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang
menunjukkan proses penuaan yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah
disebut lanjut usia. Lansia banyak menghadapi berbagai masalah kesehatan yang
perlu penanganan segera dan terintegrasi. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu : usia pertengahan (middle age) 45 -59
tahun, Lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun, lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun dan usia
sangat tua (very old) diatas 90 tahun.
3
Menurut Prayitno dalam Aryo (2002) mengatakan bahwa setiap orang yang
berhubungan dengan lanjut usia adalah orang yang berusia 56 tahun ke atas, tidak
mempunyai penghasilan dan tidak berdaya mencari nafkah untuk keperluan pokok
bagi kehidupannya sehari-hari.
Saparinah (1983) berpendapat bahwa pada usia 55 sampai 65 tahun merupakan
kelompok umur yang mencapai tahap penisium, pada tahap ini akan mengalami
berbagai penurunan daya tahan tubuh atau kesehatan dan berbagai tekanan psikologis.
Dengan demikian akan timbul perubahan-perubahan dalam hidupnya.
Kelompok lanjut usia adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke atas
(Hardywinoto dan Setiabudhi, 1999;8).
Pada lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya secara
perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang terjadi (Constantinides, 1994). Karena itu di dalam tubuh akan
menumpuk makin banyak distorsi metabolik dan struktural disebut penyakit
degeneratif yang menyebabkan lansia akan mengakhiri hidup dengan episode
terminal (Darmojo dan Martono, 1999;4).
2.2. Klasifikasi Lansia
Penggolongan lansia menurut Depkes dikutip dari Azis (1994) menjadi tiga
kelompok yakni :
a. Kelompok lansia dini (55 – 64 tahun), merupakan kelompok yang baru memasuki
lansia.
b. Kelompok lansia (65 tahun ke atas).
c. Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70 tahun.
4
2.3. Karakteristik Psikobiologikal Umum Proses Penuaan
Isu Biologis
Penting bagi kita untuk memisahkan perubahan karena proses pnuaan dari proses
penyakit yang ada. Kondisi yang terjadi sebagai akibat dari proses penuaan dan
meliputi sabagai berikut:
- Penurunan ketahanan terhadap stress
- Toleransi yang buruk terhadap perubahan panas dan dingin yang ekstrem karena
perubahan hipotalmik.
- Penurunan rekasi terhadap bunyi dan rangsangan eksternal lain
- Fluktuasi yang lebih besar pada pH darah
Proses penuaan berbeda antara pria dan wanita; perbedaan tersebut lebih tampak
pada usia senja dari pada lansia. Proses penuaan (pada satu organ atau seluruh tubuh)
dapat terjadi dini atau lambat sehubungan dengan kronologi usia secara nyata. Efek
proses penuaan pada jaringan sel bersifat asimetri. Sebagai contoh, perubahan sebagai
akibat dari proses penuaan pada otak, tulang, kardiovaskuler,dan jaringan paru dapat
terjadi secara nyata, selain itu perubahan teradap hati, pancreas, saluran pencernaan,
jaringan otot lebih sedikit nyata. Banyak perubahan organ karena proses penuaan,
seperti:
- Peningkatan jumlah jaringan penyambung dan kolagen
- Tak tampak elemen seluler pada system saraf, otot, dan organ vital lain
- Penurunan jumlah sel fungsional yang normal
- Peningkatan jumlah lemak
- Penurunan penggunaan oksigen
- Penurunan pompa darah selama istirahat
- Sedikitnya pengeluaran udara oleh paru
- Penurunan regangan otot
- Penurunan ekskresi hormin
- Penurunan aktivitas sensori dan persepsi
- Gangguan pada tekanan darah
5
- Penurunan absorbsi lemak, protein, dan karbohidart
- Penyempitan pada lumen arteri
Isu Psikososial
Selain tanda proses penuaan fisik, perawat yang merawat lansia dengan penyakit
kritis harus menyadari tugas perkembangan umum lansia secara spesifik. Berikut
tugas perkembangan lansia:
- Pengambilan keputusan dimana dan bagaimana hidup untuk sisa usia mereka
- Penyediaan dukungan, intimasi, dan kepuasan pasangan, keluarga, teman
- Mempertahankan lingkungan rumah yang adekuat dan memuaskan sehubungan
dengan status kesehatan dan ekonomi
- Menyediakan pendapatan yang memuaskan
- Mempertahankan tingkat kesehatan yang maksimum
- Memperhatikan perawatan kesehatan menyeluruh dan kesehatan gigi
- Mempertahankan kebersihan diri
- Mempertahankan komunikasi dengan keluarga dan teman
- Mempertahankan ketertarikan social, sipil, politik
- Membuat perhatian baru (membuat aktivitas) yang meningkatkan status
- Mengenali dan merasa diperlukan
- Menemukan arti hidup setelah pension dan dan saat melawan penyakit dan kematian
akan orang yang dicintai; adanya pernyataan kematian orang yang dicintai
- Mengembangkan filosofi hidup dan menemukan kenyamanan dalam filosofi/agama
Kebutuhan akan dukungan dan hubungan berarti berlangsung sepanjang hidup.
Dukungan dapat digambarkanb sebagai perasaan memiliki atau keyakinan bahwa
seseorang merupakan peserta aktif di dalam kegiatan sehari-hari. Perasaan saling
terikat dengan orang lain di lingkungan menimbulkan kekuatan dan membantu
menurunkan perasaan terisolasi. Dukungan dari keluarga, teman, dan masyarakat
dapat menimbuilkan perasaan lebih stabil dan aman pada lansia. Harga diri dan
perasaan sejahtera adalah perasaan yang selalu ada pada lansia. Persepsi sejahtera
meningkat dari kepuasan karena pemenuhan tujuan hidup. Hal ini dapat digambarkan 6
sebagai kepuasan seseorang dalam seluruh hidupnya. Sehubungan dengan ini,
perasaan harga diri berasal tidak hanya dari perasaan sejahtera tetapi juga kepuasan
individu atau penerimaan oleh orang lain. Harga diri juga menggambarkan kualitas
iteraksi dengan keluarga dan teman.
7
BAB IIIASUHAN KEPERAWATAN
3.1. Pengkajian
Hal yang pertama perawat lakukan dalam memberikan asuhan keperawatan
pada lansia adalah pengkajian. Menurut Potter & Perry, (2005), pengkajian
keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan, verifikasi dan komunikasi
data tentang klien. Proses keperawatan ini mencakup dua langkah yaitu pengumpulan
data dari sumber primer (kliaen) dan sumber skunder (keluarga, tenaga kesehatan),
dan analisis data sebagai dasar untuk diagnosa keperawatan.
Tujuan dari pengkajian adalah menetapkan dasar data tentang kebutuhan,
masalah kesehatan, pengalaman yang berkaitan, praktik kesehatan, tujuan, nilai dan
gaya hidup yang dilakukan klien. Pengumpulan data harus berhubungan dengan
masalah kesehatan terutama dengan masalah kesehatan utama yang dimiliki pasien,
sehingga data yang didapatkan relevan dengan asuhan keperawatan yang akan
dijalankan pada pasien tersebut. Penggunaan format pengkajian standarisasi
dianjurkan, karena dapat memberikan tanggung gugat minimal dari profesi
keperawatan. Penggunaan format pun memastikan pengkajian pada tingkat yang
komprehensif (Potter & Perry, 2005).
3.2. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
Membuat diagnosa penyakit pada lansia pada umumnya lebih sukar
dibandingkan pasien usia remaja atau dewasa. Oleh karena menegakkan diagnosis
pasien lansia kita perlu melakukan observasi penderita agak lebih lama, sambil
dengan mengamati dengan cermat tanda-tanda dan gejala-gejala penyakitnya yang
juga sering kali tidak nyata. Dalam hal ini allo- anamneses dari keluarga harus digali.
Seringkali sebab penyakitnya bersifat berganda dan kumulatif, terlapes satu sama lain
ataupun saling mempengaruhitimbulnya (Suriyadi, 2003).
8
Keperawatan lanjut usia berfokus pada :
- Peningkatan kesehatan (helth promotion)
- Pencegahan penyakit (preventif)
- Mengoptimalkan fungsi mental
- Mengatasi gangguan kesehatan yang umum.
- Mencegah terjadinya penyakit yang berujung kritis
- Meningkatkan QOL (Quality Of Life) sehingga penyakit kritis dapat dicegah.
9
3.3. Perencanaan Keperawatan
No Dx. Keperawatan Tujuan&KH Intervensi dan Rasional
1 Ketidakseimbangan
nutrisi : kurang dari
kebutuhan tubuh b.d
tidak mampu dalam
memasukkan,
memasukan,
mencerna,
mengabsorbsi
makanan karena
faktor biologi
Setelah dilakukan intervensi
keperawatan selama 3X24
jam pasien diharapkan
mampu:
1. Asupan nutrisi tidak
bermasalah
2. Asupan makanan dan cairan
tidak bermasalah
3. Berat badan ideal
1. Kolaborasi dengan anggota
tim kesehatan untuk
memuat perencanaan
perawatan jika sesuai.
2. Diskusikan dengan tim dan
pasien untuk membuat
target berat badan, jika berat
badan pasien tdak sesuia
dengan usia dan bentuk
tubuh.
3. Diskusikan dengan ahli gizi
untuk menentukan asupan
kalori setiap hari supaya
mencapai dan atau
mempertahankan berat
badan sesuai target.
4. Ajarkan dan kuatkan
konsep nutrisi yang baik
pada pasien
5. Kembangkan hubungan
suportif dengna pasien
6. Dorong pasien untuk
memonitor diri sendiri
terhadap asupan makanan
dan kenaikan atau
pemeliharaan berat badan
7. Gunakan teknik modifikasi
tingkah laku untuk
meningkatkan berat badan
dan untuk menimimalkan 10
2
3
Inkontinensia urin
fungsional
berhubungan dengan
keterbatasan
neuromuskular yang
ditandai dengan waktu
yang diperlukan ke
toilet melebihi waktu
untuk menahan
pengosongan bladder
dan tidak mampu
mengontrol
pengosongan
Kelemahan mobilitas
fisik b.d kerusakan
musculoskeletal dan
neuromuscular
Setelah dilakukan intervensi
keperawatan selama 3×24
jam diharapkan pasien
mampu
1. Kontinensia Urin
2. Merespon dengan cepat
keinginan buang air kecil
(BAK).
3. Mampu mencapai toilet dan
mengeluarkan urin secara
tepat waktu.
4. Mengosongkan bladde
dengan lengkap.
5. Mampu memprediksi
pengeluaran urin.
Setelah dilakukan intervensi
keperawatan selama 2X24
jam diharapkan pasien dapat
:
1.Memposisikan penampilan
tubuh
2.Ambulasi : berjalan
3.Menggerakan otot
berat badan.
8. Berikan pujian atas
peningkatan berat badan dan
tingkah laku yang
mendukung peningkatan
berat badan.
1. Monitor eliminasi urin
2. Bantu klien
mengembangkan sensasi
keinginan BAK.
3. Modifikasi baju dan
lingkungan untuk
memudahkan klien ke toilet.
4. Instruksikan pasien untuk
mengonsumsi air minum
sebanyak 1500 cc/hari.
1. Kosultasi kepada pemberi
terapi fisik mengenai
rencana gerakan yang sesuai
dengan kebutuhan
2. Dorong untuk bergerak
secara bebas namun masih
dalam batas yang aman
3. Gunakan alat bantu untuk
bergerak, jika tidak kuat
11
4 Risiko kerusakan
integritas kulit b.d
kemampuan
regenerasi sel atau
jaringan menurun
4.Menyambung
gerakan/mengkolaborasikan
gerakan
Setelah dilakukan intervensi
keperawatan selama 2X24
jam diharapkan pasien dapat
:
1. Kontrol perubahan status
kesehatan
2. Gunakan support system
pribadi untuk mengontrol
risiko
3. Mengenal perubahan status
kesehatan
4. Monitor faktor risiko yang
berasal dari lingkungan
untuk berdiri (mudah
goyah/tidak kokoh)
1. Monitor area kulit yang
terlihat kemerahan dan
adanya kerusakan
2. Monitor kulit yang sering
mendapat tekanan dan
gesekan
3. Monitor warna kulit
4. Monitor suhu kulit
5. Periksa pakaian, jika
pakaian terlihat terlalu ketat
12
3.4. Catatan Perkembangan (evaluasi)
No Dx. KeperawatanIntervensi dan
RasionalEvaluasi
1 Ketidakseimbangan nutrisi :
kurang dari kebutuhan tubuh
b.d tidak mampu dalam
memasukkan, memasukan,
mencerna, mengabsorbsi
makanan karena faktor
biologi
1. Kolaborasi dengan
anggota tim kesehatan
untuk memuat
perencanaan
perawatan jika sesuai.
2. Diskusikan dengan
tim dan pasien untuk
membuat target berat
badan, jika berat badan
pasien tdak sesuia
dengan usia dan
bentuk tubuh.
3. Diskusikan dengan
ahli gizi untuk
menentukan asupan
kalori setiap hari
supaya mencapai dan
atau mempertahankan
berat badan sesuai
target.
4. Ajarkan dan kuatkan
konsep nutrisi yang
baik pada pasien
5. Kembangkan
hubungan suportif
dengna pasien
6. Dorong pasien untuk
memonitor diri sendiri
terhadap asupan
S S: klien merasa bertenaga
dan tidak lemas.
O: ada peningkatan 2 cm
lingkar perut dan lingkar
lengan dan bertambahnya
berat badan sebanyak 3 kg.
A: intervensi keperawatan ini
ada hasil yang diharapkan.
P P: intervensi dilanjutkan.
13
2 Inkontinensia urin
fungsional berhubungan
dengan keterbatasan
neuromuskular yang ditandai
dengan waktu yang
diperlukan ke toilet melebihi
waktu untuk menahan
pengosongan bladder dan
tidak mampu mengontrol
pengosongan
makanan dan kenaikan
atau pemeliharaan
berat badan
7. Gunakan teknik
modifikasi tingkah
laku untuk
meningkatkan berat
badan dan untuk
menimimalkan berat
badan.
8. Berikan pujian atas
peningkatan berat
badan dan tingkah laku
yang mendukung
peningkatan berat
badan.
1. Monitor eliminasi urin
2. Bantu klien
mengembangkan
sensasi keinginan
BAK.
3. Modifikasi baju dan
lingkungan untuk
memudahkan klien ke
toilet.
4. Instruksikan pasien
untuk mengonsumsi
air minum sebanyak
1500 cc/hari.
S: klien merasa nyaman.
O: jumlah output cairan urine
ada peningkatan.
A: Intervensi keperawatan ini
mampu membuat klien
mempunyai keinginan untuk
BAK dan bisa mengeluarkan
urine sendiri.
P P: Intervensi keperawatn ini
tetap dilanjutkan.
14
3
4
Kelemahan mobilitas fisik
b.d kerusakan
musculoskeletal dan
neuromuscular
Risiko kerusakan integritas
kulit b.d kemampuan
regenerasi sel atau jaringan
menurun
1. Kosultasi kepada
pemberi terapi fisik
mengenai rencana
gerakan yang sesuai
dengan kebutuhan
2. Dorong untuk
bergerak secara bebas
namun masih dalam
batas yang aman
3. Gunakan alat bantu
untuk bergerak, jika
tidak kuat untuk
berdiri (mudah
goyah/tidak kokoh)
1. Monitor area kulit
yang terlihat
kemerahan dan adanya
kerusakan
2. Monitor kulit yang
sering mendapat
tekanan dan gesekan
3. Monitor warna kulit
4. Monitor suhu kulit
5. Periksa pakaian, jika
pakaian terlihat terlalu
ketat
SS: klien bisa menggerakan
ekstremitas atas dan bawah
meskipun harus pelan-pelan.
O: klien mampu melakukan
monilitas fisik meskipun
tidak secara bebas.
A: Intervensi keperawatan
ini mampu membuat klien
melakukan mobilitas fisik
secara mandiri.
P: intervensi keperawatan ini
dilanjutkan sampai klien
benar-benar bisa melakukan
aktivitasnya secara mandiri.
S: klien merasa nyaman dan
tidak merasa nyeri.
O: masalah kerusakan
integritas kulit klien
tertangani.
A: kerusakan integritas kulit
pada klien berangsur-angsur
pulih.
P: intervensi keperawatn
dilanjutkan sampai masalah
kerusakan integritas klien
pulih dan terselesaikan.
15
BAB IVPENUTUP
4.1. Keimpulan
Badan kesehatan dunia (WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang
menunjukkan proses penuaan yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah
disebut lanjut usia. Lansia banyak menghadapi berbagai masalah kesehatan yang
perlu penanganan segera dan terintegrasi.
Perawat unit kritis merawat pasien lansia yang jumlahnya meningkat.
Sebagai akibatnya ada kebutuhan untuk memahami hubungannya dengan
perubahan fisiologis yang terjadi pada proses penuaan normal. Semua proses
fisiologi berhubungan dengan proses penuaan. Meskipun gangguan ini progresif,
tetapi tidak selalu tanpak atau bersifat patologis. Oleh karena itu pasien lansia
dengan penyakit kritis membutuhkan observasi yang lebih intensif.
4.2. Saran
Kelompok lanjut usia memiliki masalah kesehatan, baik dari segi fisik
maupun dari segi mental. Kerja Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan
diharapakan bisa berlangsung secara komprehansif dan holictik untuk proses
penatalaksanaan klien dengan lanjut usia. Sehingga lansia dapat menjalani proses
menua dengan kualitas hidup seoptimal mungkin.
16
DAFTAR PUSTAKA
Hudak dan Gallo. 1997. Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik Volume I.
Jakarta : EGC.
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah, Vol. 3.
Jakarta: EGC.
Lukman dan Nurna Ningsih. 2012. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika.
Nugroho, Wahjudi. 2008. Keperawatan Gerontik & Geriatrik, Ed. 3. Jakarta:
EGC.
Agoes, Azwar, dkk. 2010. Penyakit di Usia Tua. Jakarta: EGC.
Watson, Roger. 2003. Perawatan Lansia Edisi ke-3. Jakarta: EGC
17