Makalah Kebidanan Komunitas Kel III Dan IV Ok

83
MAKALAH KEBIDANAN KOMUNITAS “MASALAH KEBIDANAN ANC, INC, PNC DAN BBL” DOSEN MATA KULIAH : Bd. Erwani, M. Kes,- DISUSUN OLEH : KELOMPOK III dan IV : PROGRAM STUDI MAGISTER KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN 1 1. Peny Ariani 2. Imelda Fitri 3. Henny Gustianti 4. Gustina 5. Nikmatullah Wahidah 6. Lira Dian 8. Lenny Nainggolan 9. Monarisa 10. Ratih Anissa Aulia 11. Elma Rezi 12. Fatima Rahma Yudza

description

jj

Transcript of Makalah Kebidanan Komunitas Kel III Dan IV Ok

MAKALAH KEBIDANAN KOMUNITASMASALAH KEBIDANAN ANC, INC, PNC DAN BBL

DOSEN MATA KULIAH :Bd. Erwani, M. Kes,-

DISUSUN OLEH :KELOMPOK III dan IV :1. Peny Ariani2. Imelda Fitri3. Henny Gustianti4. Gustina5. Nikmatullah Wahidah6. Lira Dian Novika7. Dwi Pratiwi Kasmara

8. Lenny Nainggolan9. Monarisa10. Ratih Anissa Aulia11. Elma Rezi12. Fatima Rahma Yudza13. Intan Widya Sari14. Lini Gustini15. Risa Mundari

PROGRAM STUDI MAGISTER KEBIDANANFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS ANDALASPADANG2013

16

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas limpahan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Psikososial Kebidanan dengan judul Masalah Kebidanan ANC, INC, PNC dan BBL. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kebidanan Komunitasyang diampu oleh Bd. Erwani, M. Kespada program pascasarjana ilmu kebidanan Universitas Andalas Padang.Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan sehingga kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan di masa yang akan datang ini.

Padang, September 2013

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTARiDAFTAR ISIiiBAB I PENDAHULUAN1A.Latar Belakang1BAB II PEMBAHASAN3A.Tinjauan Teoritis Asuhan Komunitas dalam Pelayanan Kebidanan31.Asuhan Antenatal (Antenatal Care) di Komunitas32.Asuhan Intranatal (INC)133.Asuhan Postnatal (PNC)144.Asuhan bayi baru lahir (BBL)23B.Skenario Kasus di Komunitas241.Tinjauan kasus berdasarkan asuhan antenatal (ANC)252.Tinjauan kasus berdasarkan asuhan intranatal (INC)303.Tinjauan kasus berdasarkan asuhan postnatal (PNC)324.Tinjauan kasus berdasarkan asuhan bayi baru lahir (BBL).35C.Pemecahan Masalah (Problem Solving)361.Pemecahan masalah pada kasus ANC362.Pemecahan masalah pada kasus INC393.Pemecahan masalah pada kasus PNC444.Pemecahan masalah pada kasus BBL46DAFTAR PUSTAKAiv

BAB IPENDAHULUAN

Latar BelakangKebidanan berasal dari perawatan yang diberikan kepada ibu melahirkan oleh ibu lain dari komunitas atau keluarganya sendiri. Walaupun profesionalisasi kebidanan dengan registrasi bidan sudah ada, sebagian besar berdasarkan pada komunitas. Mayoritas persalinan dirumah, dengan perbandingan antara persalinan di rumah sakit mengalami perubahan selama setengah abad terakhir. Hal ini menyebabkan terjadinya pemisahan antara kebidanan di rumah sakit dan kebidanan komunitas; ketika bidan berada di rumah sakit, mereka diorganisasikan berdasarkan model asuhan kebidanan, oleh karena itu, perawatan yang diberikan menjadi semakin terpecah-pecah. Selain itu, karena asuhan maternitas menjadi semakin bersifat teknis dan medis, semakin sulit pula bagi bidan untuk berpraktik secara otonom. Akibatnya, potensi terciptanya hubungan yang kontinu antara bidan dan ibu semakin sedikit, dan kemampuan bidan untuk menggunakan semua keterampilan dan pengetahuannya dan menatalaksanakan perawatan juga semakin kecil (Frase M Diane and Cooper A Margaret, 2009).Masalah kerusakan lingkungan hidup manusia di bumi telah diketahui secara umum dan berdampak merugikan kesehatan ibu dan bayi sehingga mengakibatkan kematian. Masalah kebidanan komunitas terdiri dari kematian ibu dan bayi, kehamilan remaja, unsafe abortion, berat badan lahir rendah (BBLR), tingkat kesuburan, asuhan antenatal (ANC) yang kurang di komunitas, pertolongan persalinan non-kesehatan, sindrom pra-menstruasi, perilaku dan social budaya yang berpengaruh pada pelayanan kebidanan yang komprehensif dan menyeluruh kepada semua lapisan masyarakat. Bidan dapat mengetahui kebutuhan pelayanan kebidanan (Syafrudin, 2009).Faktor yang mempengaruhi kesehatan ibu dan anak sangat luas dan rumit. Dampaknya muncul jauh sebelum kehamilan dan akan terus berlanjut setelah pemulangan wanita dari layanan maternitas. Oleh karena itu, layanan kesehatan komunitas dan social berperan penting dalam siklus kehidupan keluarga di banyak masyarakat (Frase M Diane and Cooper A Margaret, 2009). Menurut McCharty dan Maine (1992) dalam kerangka konsepnya mengemukakan bahwa peran determinan sebagai landasan yang melatarbelakangi dan menjadi penyebab langsung dan tidak langsung dari identifikasi kematian ibu dan bayi, kehamilan remaja, unsafe abortion, BBLR, dan tingkat kesuburan yang ada di komunitas (Syafrudin, 2009). Setiap menit, setiap hari, dimanapun di dunia, seorang ibu meninggal dunia akibat komplikasi yang muncul selama masa hamil dan persalinan, sebagian besar kematian ini tidak bisa dihindari (Varney et al, 2007).

BAB IIPEMBAHASAN

1. Tinjauan Teoritis Asuhan Komunitas dalam Pelayanan KebidananAsuhan Antenatal (Antenatal Care) di KomunitasAsuhan antenatal adalah asuhan yang diberikan kepada ibu hamil sejak konfirmasi konsepsi hingga awal persalinan. Bidan akan menggunakan pendekatan yang berpusat pada ibu dalam memberikan asuhan kepada ibu dan keluarganya dengan berbagi informasi untuk memudahkannya membuat pilihan tentang asuhan yang akan diterima (Frase M Diane and Cooper A Margaret, 2009).a. Tujuan asuhan antenatalTujuan asuhan antenatal adalah memantau perkembangan kehamilan dalam meningkatkan kesehatan ibu dan perkembangan janin normal. Penting bagi bidan untuk secara kritis mengevaluasi dampak fisik, psikologis, dan sosiologi kehamilan terhadap ibu dan keluarganya. Bidan dapat melakukan hal ini dengan :1) Mengembangkan hubungan kemitraan dengan ibu2) Melakukan pendekatan yang holistic dalam memberikan asuhan kepada ibu yang dapat memenuhi kebutuhan individualnya.3) Meningkatkan kesadaran terhadap masalah kesehatan masyarakat bagi ibu dan keluarganya.4) Bertukar informasi dengan ibu dan keluarganya dan membuat mereka mampu menentukan pilihan berdasarlam informasi tentang kehamilan dan kelahiran.5) Menjadi advokat bagi ibu dan keluarganya selama kehamilan, mendukung hak-hak ibu untuk memilih asuhan yang ssesuai dengan kebutuhannya sendiri dan keluarganya.6) Mengetahui kesulitan kehamilan dan merujuk ibu dengan tepat dalam tim multidisiplin7) Memfasilitasi ibu dan keluarga dalam mempersiapkan kelahiran, dan membuat rencana persalinan8) Memfasilitasi ibu untuk membuat pilihan berdasarkan informasi tentang metode pemberian makan untuk bayi dan memberikan saran yang tepat dan sensitive untuk mendukung keputusannya9) Memberikan penyuluhan tentang peran menjadi orang tua dalam suatu program terencana atau secara perseorangan10) Bekerja sama dengan organisasi lain.

b. Pengkajian awal (kunjungan pertama)Tujuan kunjungan ini adalah memperkenalkan ibu dengan layanan maternitas. Dalam kunjungan ini, akan terjadi pertukaran informasi ntara ibu dan bidan dalam rangka mendiskusikan, merencanakan, dan mengimplementasikan asuhan selama kehamilan, kelahiran, dan pascanatal.Meskipun penggunaan daftar yang telah disiapkan untuk memastikan bahwa informasi yang penting telah diberikan merupakan hal yang sangat membantu, penting bagi bidan untuk tidak membacakan secara langsung sederet pertanyaan tersebut. Akan lebih efektif jika bidan mengintegrasikan pertanyaan tersebut secara sistematis ke dalam diskusi atau percakapan.Semakin dini kontak pertama yang dilakukan dengan bidan, semakin tepat dan bermanfaat saran yang diberikan oleh bidan, terutama yang menghubungkan antara nutrisi dan asuhan terhadap organ janin yang sedang berkembang, yang hampir sepenuhnya terbentuk pada usia gestasi 12 minggu. Kondisi medis, konsumsi obat, atau alcohol, semuanya memiliki dampak yang berat dan merugikan terhadap janin pada waktu ini.Awal kehamilan dapat membuat ibu merasa lelah, mual, dan terlalu terbebani berkaitan dengan perubahan yang terjadi pada tubuhnya. ibu dapat dirujuk ke dokter umum atau dokter obstetric jika diketahui menderita masalah medis atau psikologis yang data memperngaruhi kehamilan, atau jika kehamilan dapat memperburuk kondisi tersebut. Penting bagi bidan untuk mempertahankan kontinuitas bersama ibu, sekalipun ia tidak memberikan asuhan total selama kehamilan; ia dapat bertindak sebagai advokat bagi ibu untuk meningkatkan asuhan yang diberikan. Penting juga bagi bidan untuk memahami dan meningkatkan normalitas dalam konteks asuhan resiko tinggi.

c. Perkenalan Perkenalan pertama ibu dengan layanan kebidanan merupakan hal yang penting dalam membentuk kesan pertamanya terhadap layanan maternitas. Pendekatan yang ramah dan professional akan memungkinkan terbentuknya kemitraan antara ibu dan bidan. Kunjungan awal berfokus pada pertukaran informasi. Hal ini membantu bidan dan ibu untuk saling mengenal, idealnya hal ini dilakukan di lingkungan ibu sendiri. Bidan dapat bertemu dengan anggota keluarga yang lain, dengan cara ini dapat memperoleh pandangan yang lebih holistic tentang kebutuhan ibu. Bidan juga harus memberi kesempatan kepada ibu jika ibu ingin meluangkan waktu bersama bidan untuk berdiskusi secara pribadi. Sebagai contoh, penting bagi bidan untuk mengenali sikapnya sendiri terhadap agama dan budaya, dan untuk menerima perbedaan individu yang dapat bertentangan dengan hal tersebut. Menerima asuhan antenatal dari bidan di lingkungan yang tidak familier atau yang tidak dikenal, dapat merupakan pengalaman pertama bagi beberapa wanita di luar komunitasnya sendiri.

d. Konsep dasar asuhan kehamilanFilosofi asuhan kehamilan menggambarkan keyakinan yang dianut oleh bidan dan dijadikan sebagai panduan yang diyakini dalam memberikan asuhan kebidanan pada klien selama masa kehamilan. Dalam filosofi asuhan kehamilan ini dijelaskan beberapa keyakinan yang akan mewarnai asuhan itu.1) Kehamilan merupakan proses yang alamiah. Perubahan-perubahan yang terjadi pada wanita selama kehamilan normal adalah bersifat fisiologis, bukan patologis. Oleh karenanya, asuhan yang diberikan pun adalah asuhan yang meminimalkan intervensi. Bidan harus memfasilitasi proses alamiah dari kehamilan dan menghindari tindakan-tindakan yang bersifat medis yang tidak terbukti manfaatnya.2) Asuhan kehamilan mengutamakan kesinambungan pelayanan (continuity of care) Sangat penting bagi wanita untuk mendapatkan pelayanan dari seorang profesional yang sama atau dari satu team kecil tenaga profesional, sebab dengan begitu maka perkembangan kondisi mereka setiap saat akan terpantau dengan baik selain juga mereka menjadi lebih percaya dan terbuka karena merasa sudah mengenal si pemberi asuhan.3) Pelayanan yang terpusat pada wanita (women centered) serta keluarga (family centered) . Wanita (ibu) menjadi pusat asuhan kebidanan dalam arti bahwa asuhan yang diberikan harus berdasarkan pada kebutuhan ibu, bukan kebutuhan dan kepentingan bidan. Asuhan yang diberikan hendaknya tidak hanya melibatkan ibu hamil saja melainkan juga keluarganya, dan itu sangat penting bagi ibu sebab keluarga menjadi bagian integral/tak terpisahkan dari ibu hamil. Sikap, perilaku, dan kebiasaan ibu hamil sangat dipengaruhi oleh keluarga. Kondisi yang dialami oleh ibu hamil juga akan mempengaruhi seluruh anggota keluarga. Selain itu, keluarga juga merupakan unit sosial yang terdekat dan dapat memberikan dukungan yang kuat bagi anggotanya. Dalam hal pengambilan keputusan haruslah merupakan kesepakatan bersama antara ibu, keluarganya, dan bidan, dengan ibu sebagai penentu utama dalam proses pengambilan keputusan. Ibu mempunyai hak untuk memilih dan memutuskan kepada siapa dan dimana ia akan memperoleh pelayanan kebidanannya.4) Asuhan kehamilan menghargai hak ibu hamil untuk berpartisipasi dan memperoleh pengetahuan/pengalaman yang berhubungan dengan kehamilannya. Tenaga profesional kesehatan tidak mungkin terus menerus mendampingi dan merawat ibu hamil, karenanya ibu hamil perlu mendapat informasi dan pengalaman agar dapat merawat diri sendiri secara benar. Perempuan harus diberdayakan untuk mampu mengambil keputusan tentang kesehatan diri dan keluarganya melalui tindakan KIE dan konseling yang dilakukan bidan.

e. Prinsip-prinsip pokok asuhan kehamilan1) Kehamilan dan kelahiran adalah suatu proses yang normal, alami dan sehat. Sebagai bidan kita meyakini bahwa model asuhan kehamilan yang membantu serta melindungi proses kehamilan & kelahiran normal adalah yang paling sesuai bagi sebagian besar wanita. Tidak perlu melakukan intervensi yang tidak didukung oleh bukti ilmiah (evidence-based practice).2) Pemberdayaan. Ibu adalah pelaku utama dalam asuhan kehamilan. Oleh karena itu, bidan harus memberdayakan ibu (dan keluarga) dengan meningkatkan pengetahuan & pengalaman mereka melalui pendidikan kesehatan agar dapat merawat dan menolong diri sendiri pada kondisi tertentu. Hindarkan sikap negatif dan banyak mengkritik.3) Otonomi. Pengambil keputusan adalah ibu & keluarga. Untuk dapat mengambil suatu keputusan mereka memerlukan informasi. Bidan harus memberikan informasi yang akurat tentang resiko dan manfaat dari semua prosedur, obat-obatan, maupun test/pemeriksaan sebelum mereka memutuskan untuk menyetujuinya. Bidan juga harus membantu ibu dalam membuat suatu keputusan tentang apa yang terbaik bagi ibu & bayinya berdasarkan sistem nilai dan kepercayaan ibu/keluarga.4) Tidak membahayakan. Intervensi harus dilaksanakan atas dasar indikasi yang spesifik, bukan sebagai rutinitas sebab test-test rutin, obat, atau prosedur lain pada kehamilan dapat membahayakan ibu maupun janin. Bidan yang terampil harus tahu kapan ia harus melakukan sesuatu dan intervensi yang dilakukannya haruslah aman berdasarkan bukti ilmiah.5) Tanggung jawab. Asuhan kehamilan yang diberikan bidan harus selalu didasari ilmu, analisa, dan pertimbangan yang matang. Akibat yang timbul dari tindakan yang dilakukan menjadi tanggungan bidan. Pelayanan yang diberikan harus berdasarkan kebutuhan ibu & janin, bukan atas kebutuhan bidan. Asuhan yang berkualitas, berfokus pada klien, dan sayang ibu serta berdasarkan bukti ilmiah terkini (praktek terbaik) menjadi tanggung jawab semua profesional bidan.

f. Refocusing asuhan kehamilanHasil survey demografi kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 menunjukkan angka kematian ibu sebesar 248 per 100.000 kelahiran hidup dengan penyebab utama adalah perdarahan, infeksi dan eklampsia. Sebenarnya bidan memiliki peran penting dalam mencegah dan atau menangani setiap kondisi yang mengancam jiwa ini melalui beberapa intervensi yang merupakan komponen penting dalam ANC seperti : mengukur tekanan darah, memeriksa kadar proteinuria, mendeteksi tanda-tanda awal perdarahan/infeksi, maupun deteksi & penanganan awal terhadap anemia. Namun ternyata banyak komponen ANC yang rutin dilaksanakan tersebut tidak efektif untuk menurunkan angka kematian maternal & perinatal.

g. Isi refocusing ANC :Penolong yang terampil/terlatih harus selalu tersedia untuk :1) Membantu setiap bumil & keluarganya membuat perencanaan persalinan : petugas kesehatan yang terampil, tempat bersalin, keuangan, nutrisi yang baik selama hamil, perlengkapan esensial untuk ibu-bayi). Penolong persalinan yang terampil menjamin asuhan normal yang aman sehingga mencegah komplikasi yang mengancam jiwa serta dapat segera mengenali masalah dan merespon dengan tepat.2) Membantu setiap bumil & keluarganya mempersiapkan diri menghadapi komplikasi (deteksi dini, menentukan orang yang akan membuat keputusan, dana kegawatdaruratan, komunikasi, transportasi, donor darah,) pada setiap kunjungan. Jika setiap bumil sudah mempersiapkan diri sebelum terjadi komplikasi maka waktu penyelamatan jiwa tidak akan banyak terbuang untuk membuat keputusan, mencari transportasi, biaya, donor darah, dsb.3) Melakukan skrining/penapisan kondisi-kondisi yang memerlukan persalinan RS (riwayat SC, IUFD, dsb). Ibu yang sudah tahu kalau ia mempunyai kondisi yang memerlukan kelahiran di RS akan berada di RS saat persalinan, sehingga kematian karena penundaan keputusan, keputusan yang kurang tepat, atau hambatan dalam hal jangkauan akan dapat dicegah.4) Mendeteksi & menangani komplikasi (preeklamsia, perdarahan pervaginam, anemia berat, penyakit menular seksual, tuberkulosis, malaria, dsb). 5) Mendeteksi kehamilan ganda setelah usia kehamilan 28 minggu, dan letak/presentasi abnormal setelah 36 minggu. Ibu yang memerlukan kelahiran operatif akan sudah mempunyai jangkauan pada penolong yang terampil dan fasilitas kesehatan yang dibutuhkan.6) Memberikan imunisasi Tetanus Toxoid untuk mencegah kematian BBL karena tetanus.7) Memberikan suplementasi zat besi & asam folat. Umumnya anemia ringan yang terjadi pada bumil adalah anemia defisiensi zat besi & asam folat.8) Untuk populasi tertentu: a) Profilaksis cacing tambang (penanganan presumtif) untuk menurunkan insidens anemia berat, b) Pencegahan/ terapi preventif malaria untuk menurunkan resiko terkena malaria di daerah endemicc) Suplementasi yodiumd) Suplementasi vitamin A

h. Standard asuhan kehamilanSebagai profesional bidan, dalam melaksanakan prakteknya harus sesuai dengan standard pelayanan kebidanan yang berlaku. Standard mencerminkan norma, pengetahuan dan tingkat kinerja yang telah disepakati oleh profesi. Penerapan standard pelayanan akan sekaligus melindungi masyarakat karena penilaian terhadap proses dan hasil pelayanan dapat dilakukan atas dasar yang jelas. Kelalaian dalam praktek terjadi bila pelayanan yang diberikan tidak memenuhi standard dan terbukti membahayakan. Terdapat 6 standar dalam standar pelayanan antenatal seperti sebagai berikut:1) Standar 3; Identifikasi ibu hamil Bidan melakukan kunjungan rumah dengan berinteraksi dengan masyarakat secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan memotivasi ibu, suami dan anggota keluarganya agar mendorong ibu untuk memeriksakan kehamilannya sejak dini dan secara teratur. 2) Standar 4: Pemeriksaan dan pemantauan antenatal Bidan memberikan sedikitnya 4 x pelayanan antenatal. Pemeriksaan meliputi anamnesa dan pemantauan ibu dan janin dengan seksama untuk menilai apakah perkembangan berlangsung normal. Bidan juga harus mengenal kehamilan risti/ kelainan, khususnya anemia, kurang gizi, hipertensi, PMS/ infeksi HIV; memberikan pelayanan imunisasi, nasehat dan penyuluhan kesehtan serta tugas terkait lainnya yang diberikan oleh puskesmas. Mereka harus mencatat data yang tepat pada setiap kunjungan. Bila ditemukan kelainan, mereka harus mampu mengambil tindakan yang diperlukan dan merujuknya untuk tindakan selanjutnya.3) Standar 5: Palpasi Abdominal. Bidan melakukan pemeriksaan abdominal secara seksama dan melakukan plapasi untuk memperkirakan usia kehamilan, serta bila umur kehamilan bertambah, memeriksa posisi, bagian terendah janin dan masuknya kepala janin ke dalam rongga panggul, untuk mencari kelainan serta melakukan rujukan tepat waktu.4) Standar 6: pengelolaan anemia pada kehamilan. Bidan melakukan tindakan pencegahan, penemuan, penanganan dan / atau rujukan semua kasus anemia pada kehamilan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.5) Standar 7: Pengelolaan Dini Hipertensi pada Kehamilan. Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan dan mengenali tanda tanda serta gejala preeklamsia lainnya, seta mengambil tindakan yang tepat dan merujuknya.6) Standar 8: Persiapan Persalinan. Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami serta keluarganya pada trimester ketiga, untuk memastikan bahwa persiapan persalinan yang bersih dan aman serta suasana yang menyenangkan akan direncanakan dengan baik, disamping persiapan transportasi dan biaya untuk merujuk, bila tiba tiba terjadi keadaan gawat darurat. Bidan hendaknya melakukan kunjungan rumah untuk hal ini. (Standard Pelayanan Kebidanan, IBI, 2002).

i. Tipe pelayanan asuhan kehamilan1) Independent Midwive/ BPSCenter pelayanan kebidanan berada pada bidan. Ruang lingkup dan wewenang asuhan sesuai dengan Permenkes1416/ 2010. Dimana bidan memberikan asuhan kebidanan secara normal dan asuhan kebidanan bisa diberikan dalam wewenang dan batas yang jelas. Sistem rujukan dilakukan apabila ditemukan komplikasi atau resiko tinggi kehamilan. Rujukan ditujukan pada sistem pelayanan kesehatan yang lebih tinggi.

2) Obstetrician and Gynecological CareCenter pelayanan kebidanan berada pada Sp.OG. Lingkup pelayanan kebidanan meliputi fisiologi dan patologi. Rujukan dilakukan pada tingkat yang lebih tinggi dan mempunyai kelengkapan sesuai dengan yang diharapkan.3) Public Health Center/ PuskemasCenter pelayanan kebidanan berada pada team antara bidan dan dokter umum. Lingkup pelayanan kebidanan meliputi fisiologi dan patologi sesuai dengan pelayanan yang tersedia. Rujukan dilakukan pada system yang lebih tinggi.4) HospitalCenter pelayanan kebidanan berada pada team antara bidan dan SPOG. Lingkup pelayanan kebidanan meliputi fisiologi dan patologi yang disesuaikan dengan pelayanan kebidanan yang tersedia. Rujukan ditujukan pada rumah sakit yang lebih tinggi tipenya.

j. Trend & issue terkini dalam ANC1) Keterlibatan klien dalam perawatan diri sendiri (self care)Kesadaran dan tanggung jawab klien terhadap perawatan diri sendiri selama hamil semakin meningkat. Klien tidak lagi hanya menerima dan mematuhi anjuran petugas kesehatan secara pasif. Kecenderungan saat ini klien lebih aktif dalam mencari informasi, berperan secara aktif dalam perawatan diri dan merubah perilaku untuk mendapatkan outcome kehamilan yang lebih baik. Perubahan yang nyata terjadi terutama di kota-kota besar dimana klinik ANC baik itu milik perorangan, yayasan swasta maupun pemerintah sudah mulai memberikan pelayanan kursus/kelas prapersalinan bagi para calon ibu. Kemampuan klien dalam merawat diri sendiri dipandang sangat menguntungkan baik bagi klien maupun sistem pelayanan kesehatan karena potensinya yang dapat menekan biaya perawatan. Dalam hal pilihan pelayanan yang diterima, ibu hamil dapat memilih tenaga profesional yang berkualitas & dapat dipercaya sesuai dengan tingkat pengetahuan dan kondisi sosio-ekonomi mereka.

2) ANC pada usia kehamilan lebih diniData statistik mengenai kunjungan ANC trimester pertama menunjukkan peningkatan yang signifikan. Hal ini sangat baik sebab memungkinkan profesional kesehatan mendeteksi dini dan segera menangani masalah-masalah yang timbul sejak awal kehamilan. Kesempatan untuk memberikan pendidikan kesehatan tentang perubahan perilaku yang diperlukan selama hamil juga lebih banyak.3) Praktek yang berdasarkan bukti (evidence-based practice)Praktek kebidanan sekarang lebih didasarkan pada bukti ilmiah hasil penelitian dan pengalaman praktek terbaik dari para praktisi dari seluruh penjuru dunia. Rutinitas yang tidak terbukti manfaatnya kini tidak dianjurkan lagi. Sesuai dengan evidence-based practice, pemerintah telah menetapkan program kebijakan ANC sebagai berikut:a) Kunjungan ANC Dilakukan minimal 4 x selama kehamilan :1. Trimester I : Sebelum 14 minggu untuk mendeteksi masalah yg dapat ditangani sebelum membahayakan jiwa, mencegah masalah(misal : tetanusneonatal, anemia, kebiasaan tradisional yang berbahaya), membangun hubungan saling percaya, memulai persiapan kelahiran & kesiapan menghadapi komplikasi, mendorong perilaku sehat (nutrisi, kebersihan , olahraga, istirahat, seks, dsb).2. Trimester II 14 28 minggu : Sama dengan trimester I ditambah : kewaspadaan khusus terhadap hipertensi kehamilan (deteksi gejala preeklamsia, pantau TD, evaluasi edema, proteinuria)3. Trimester III 28 36 minggu - Sama, ditambah : deteksi kehamilan ganda.4. Setelah 36 minggu - Sama, ditambah : deteksi kelainan letak atau kondisi yang memerlukan persalinan di RS.b) Pemberian suplemen mikronutrien :Tablet yang mengandung FeSO4 320 mg (= zat besi 60 mg) dan asam folat 500 g sebanyak 1 tablet/hari segera setelah rasa mual hilang. Pemberian selama 90 hari (3 bulan). Ibu harus dinasehati agar tidak meminumnya bersama teh / kopi agar tidak mengganggu penyerapannya.c) Imunisasi TT 0,5 cc : Interval Lama perlindungan % perlindungan1. TT 1 Pada kunjungan ANC pertama2. TT 2 : 4 minggu setelah TT 1 : 3 tahun 80%3. TT 3 : 6 bulan setelah TT 2 : 5 tahun 95%4. TT 4 : 1 tahun setelah TT 3 : 10 tahun 99%5. TT 5 : 1 tahun setelah TT 4 : 25 th/ seumur hidup 99%

k. ANC Di RumahSeorang bidan dapat melakukan beberapa hal berikut :1) Bidan harus mempunyai data ibu hamil di wilayah kerjanya2) Identifikasi ibu hamil melakukan ANC teratur3) Bidan melakukan kunjungan ke rumah, bila ibu hamil tidak periksa kehamilannya4) Kontrak waktu yang disepakati dengan ibu hamil5) Pemeriksaan sesuai dengan standar, identifikasi rumah untuk proses persalinan

Asuhan Intranatal (INC)a. Pengertian Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. Persalinan dan kelahiran adalah akhir kehamilan dan titik dimulainya kehidupan di luar rahim. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan atau kekuatan sendiri (Manuaba, 2008 : 164).b. Faktor- faktor yang mempengaruhi persalinanMenurut Manuaba, 2009 :160, faktor- faktor yang mempengaruhi persalinan adalah :1) Power :Power (tenaga) meliputi kekuatan dan refleks meneran, 2) Passage :Jalan lahir yang paling penting dalam menentukan proses persalinan adalah pelvis3) Pasanger :Merupakan janin dan placenta, terdiri dari janin dengan ukuran dan Moulage, sikap fetus, letak janin, presentasi fetus dan posisi fetus4) Posisi :Ganti posisi secara teratur kala II persalinan karena dapat mempercepat kemajuan persalinan. Bantu ibu memperoleh posisi yang paling nyaman sesuai dengan keinginannya.5) Penolong Persalinan : Kehadiran penolong yang berkesinambungan (bila diinginkan ibu) dengan memelihara kontak mata seperlunya, bantuan memberi rasa nyaman, sentuhan pijatan dan dorongan verbal,pujian serta penjelasan mengenai apa yang terjadi dan berbagai informasi.6) Pendamping persalinan :Pendamping persalinan merupakan faktor pendukung dalam lancarnya persalinan. Dorong dukungan berkesinambungan, harus ada seseorang yang menunggui setiap saat, memegang tangannya, dan memberikan kenyamanan. 7) Psikologi ibu : Melibatkan psikologis ibu, emosi dan persiapan intelektual, pengalaman bayi sebelumnya, kebiasaan adat, dukungan dari orang terdekat pada kehidupan ibu.

Asuhan Postnatal (PNC)a. DefinisiMasa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil yang normal. (Cunningham, 2012).Asuhan kebidanan di komunitas adalah pemberian asuhan secara menyeluruh tidak hanya kepada ibu nifas akan tetapi pemberian asuhan yang melibatkan seluruh keluarga dan anggota masyarakat di sekitar ibu nifas. Asuhan ini merupakan kelanjutan asuhan dari rumah sakit atau pelayanan kesehatan lainnya.Pelayanannifasmerupakanpelayanankesehatanyang sesuai standar pada ibu mulai 6 jam sampai dengan 42 hari pascapersalinanoleh tenagakesehatan. Asuhan masanifaspenting diberikan pada ibu danbayi, karena merupakan masa krisis baik ibu danbayi. Enam puluh persen (60%)kematian ibuterjadi setelahpersalinan, dan 50%kematianpada masanifasterjadi 24 jam pertama. Demikian halnya dengan masa neonatus juga merupakan masa krisis dari kehidupanbayi. Dua pertigakematianbayiterjadi 4 minggu setelahpersalinan, dan 60%kematianbayi baru lahirterjadi 7 hari setelah lahir.

b. Tujuan Asuhan Masa Nifas1) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.2) Melaksanakan skrinning secara komprehensif, deteksi dini, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi.3) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, cara dan manfaatmenyusui, pemberian imunisasi serta perawatan bayi sehari-hari.4) Memberikan pelayanankeluarga berencana.5) Mendapatkan kesehatanemosi.

c. Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam Masa NifasBidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian asuhan post partum. Adapun peran dan tanggung jawab dalam masa nifas antara lain :1) Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan psikologis selama masa nifas.2) Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga.3) Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa nyaman.4) Membuat kebijakan, perencana programkesehatan yang berkaitan ibu dan anak dan mampu melakukan kegiatan administrasi.5) Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.6) Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta mempraktekkan kebersihan yang aman.7) Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data, menetapkan diagnosa dan rencana tindakan serta melaksanakannya untuk mempercepat proses pemulihan, mencegah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama priode nifas.8) Memberikan asuhan secara professional.Peran bidan adalah menjaga hubungan dengan ibu dan bayi sejak persalinan hingga pemeriksaan 4-6 minggu post partum. Asuhan kebidanan ibu nifas salah satunya yaitu support system dalam pelayanan post natal meliputi breast feeding, peran menjadi orang tua dan kelompok ibu post partum atau postpartum group.1) Breastfeeding atau menyususi adalah proses pemberian air susu ibu kepada bayi. Bidan mempunyai peranan yang sangat istimewa dalam menunjang pemberian ASI. Peran bidan dapat membantu ibu untuk memberikan ASI dengan baik dan mencegah masalah-masalah umum terjadi. Membiarkan bayi bersama ibunya segera sesudah lahir sering disebut dengan inisiasi menyusui dini (early initiation) atau permulaan menyusui dini. Pemberian ASI sedini mungkin lebih baik, jika memungkinkan paling sedikit 30 menit setelah lahir. Mengajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk mencegah masalah umum yang timbul. Peranan awal bidan dalam mendukung pemberian ASI adalah :a) Meyakinkan bahwa bayi memperoleh makanan yang mencukupi dari payudara ibunya.b) Membantu ibu sedemikian rupa sehingga ia mampu menyusui bayinya sendiri.Bidan dapat memberikan dukungan dalam pemberian ASI, dengan :a) Membiarkan bayi bersama ibunya segera sesudah lahir selama beberapa jam pertama.b) Mengajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk mencegah masalah umum yang timbul.c) Membantu ibu pada waktu pertama kali memberi ASI.d) Menempatkan bayi didekat ibu pada kamar yang sama (rawat gabung).e) Memberikan ASI pada bayi sesering mungkin.f) Memberikan kolustrum dan ASI saja.g) Menghindari susu botol dan dot empeng.

Membiarkan bayi bersama ibunya segera sesudah lahir selama beberapa jam pertama. Bayi mulai meyusu sendiri segera setelah lahir sering disebut dengan inisiasi menyusu dini (early initiation) atau permulaan menyusu dini. Hal ini merupakan peristiwa penting, dimana bayi dapat melakukan kontak kulit langsung dengan ibunya dengan tujuan dapat memberikan kehangatan. Selain itu, dapat membangkitkan hubungan/ ikatan antara ibu dan bayi. Pemberian ASI seawal mungkin lebih baik, jika memungkinkan paling sedikit 30 menit setelah lahir. Mengajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk mencegah masalah umum yang timbul.Tujuan dari perawatan payudara untuk melancarkan sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya saluran susu, sehingga pengeluaran ASI lancar. Perawatan payudara dilakukan sedini mungkin, bahkan tidak menutup kemungkinan perawatan payudara sebelum hamil sudah mulai dilakukan. Sebelum menyentuh puting susu, pastikan tangan ibu selalu bersih dan cuci tangan sebelum menyusui. Kebersihan payudara paling tidak dilakukan minimal satu kali dalam sehari, dan tidak diperkenankan mengoleskan krim, minyak, alkohol ataupun sabun pada puting susunya.Membantu ibu pada waktu pertama kali memberi ASI. Membantu ibu segera untuk menyusui bayinya setelah lahir sangatlah penting. Semakin sering bayi menghisap puting susu ibu, maka pengeluaran ASI juga semakin lancar. Hal ini disebabkan, isapan bayi akan memberikan rangsangan pada hipofisis untuk segera mengeluarkan hormon oksitosin yang bekerja merangsang otot polos untuk memeras ASI. Pemberian ASI tidak terlepas dengan teknik atau posisi ibu dalam menyusui.Pemberian ASI tidak hanya menjadi tanggung jawab ibu saja, tetapi peranan suami (ayah bayi) sebagai pasangan juga sangat dibutuhkan. Peranan ayah dalam pemberian ASI dikenal dengan istilah breastfeeding father.Para ayah umumnya berpendapat bahwa menyusui adalah urusan ibu dan bayinya. Mereka menganggap cukup menjadi pengamat yang pasif saja. Sebenarnya ayah mempunyai peran yang sangat menentukan dalam keberhasilan menyusui karena ayah akan turut menentukan kelancaran refleks pengeluaran air susu ibu yang sangat dipengaruhi oleh keadaan emosi atau perasaan ibu.Breastfeeding father adalah suatu istilah yang artinya adalah dukungan penuh dari seorang suami kepada istrinya dalam proses memberikan ASI. Maksud dari dukungan penuh seorang suami berarti adalah semua tindakan-tindakan yang diberikan suami kepada istri dalam hal memberikan ASI, yang dilakukan dengan penuh kasih sama seperti dia mengasihi dirinya sendiri.Semakin ibu tenang dan percaya diri, apalagi jika didukung oleh pengetahuan ibu tentang manajemen menyusui, maka proses menyusui bisa dilalui dengan lebih mudah. Jika ibu khawatir, tidak percaya diri, banyak pikiran, maka proses menyusui bisa terhambat. Maka disini breastfeeding father dibutuhkan untuk membuat si ibu tenang dan percaya diri.Tindakan-tindakan suami dalam breastfeeding father antara laina) Membantu istri supaya nyaman dlm memberikan ASI, seperti memberikan bantal sandaran supaya ibu bisa duduk dengan nyaman dan rileks.b) Setiap saat siang atau malam, bila bayi ingin minum, ambillah bayi dan gendong ke ibunya untuk disusu.c) Selalu sendawakan bayi setelah menyusu. Cara sendawa yang paling tepat adalah dengan menggendong tegak kemudian perut bayi diletakkan pada pundak ayahnya.d) Ganti popoknya sebelum atau sesudahbayi menyusu.e) Gendong bayi dengan kain, biarkan ia merasakan kehangatan badan ayahnya.f) Tenangkan bayi bila ia gelisah dengan cara menggendong, menepuk-nepuk, atau menggoyang-goyang tempat tidur goyangnya.g) Sekali-kali mandikan bayi.h) Biarkan bayi berbaring di dada ayahnya agar ia dapat mendengar detak jantung sang ayah, bunyi napas, dan kehangatan kulit ayahnya.i) Biasakan memijat bayi sejak baru lahir, bila mungkinsehari dua kali.j) Memperhatikan si istri dengan memberikan minum, sampai membuatkan susu/teh juga nyuapin makanan/biskuit/roti.k) Menggendong bayi ke ibu saat bayi ingin disusui, menyendawakan bayi, mengganti popok, memandikan dan menggendong bayi, memijat bayi, mengajak bayi berbicara, bermain, bernyanyi.

Lebih dari 90% keberhasilan ASI eksklusif dikarenakan peran bapak. Umumnya, kegagalan ASI eksklusif merupakan suatu kondisi yang avoidable. Umumnya kegagalan ASI eksklusif disebabkan karena kurangnya support dari lingkungan dan kurangnya penguasaan ilmu ASI dan Menyusui, Sebaiknya Ibu mempersiapkan diri akan ilmu dasar tentang ASI & menyusui kemudian transfer ke lingkungan terdekat ibu yaitu suami dan keluarga sehingga dengan banyaknya dukungan, pemberian ASI akan sukses.

2) Kehamilan mempengaruhi seluruh anggota keluarga. Setiap anggota memerlukan proses adaptasi yang bergantung pada budaya dan lingkungannya. Wanita segala umur selama masa kehamilannya beradaptasi untuk berperan sebagai ibu, suatu proses belajar yang kompleks secara sosial dan kognitif.Peran ibu dimulai pada kehidupan seorang perempuan menjadi seorang ibu dari anaknya. Persepsi lingkunagn sosialnya tentang aturan-aturan peran wanita dapat mempengaruhi pilihannya antara menjadi ibu atau perempuan karier, menikah atau tetap membujang, atau menjadi bebas dari pada tergantung orang. Bermain peran dengan boneka, mengasuh bayi dan mengasuh saudara dapat meningkatkan pengertian seperti apa peran ibu. Perempuan yang menyukai bayi atau anak-anak mempunyai motivasi untuk menerima kehamilan dan menjadi ibu.Kedekatan hubungan membuat ibu hamil lebih siap untuk berperan sebagai ibu. Pada saat anggota keluarga menyadari peran baru mereka, bisa terjadi konflik dan ketegangan. Diperlukan komunikasi yang efektif antara ib dengan suami dan keluarganya. Komponen-komponen yang penting seputar ibu hamil adalah : ibunya sendiri, reaksinya terhadap kehamilan anaknya, menghargai kemandirian anaknya, keberadaanya dimasa lampau dan sekarang, dan keinginan untuk mengenangnya.

3) Tidak hanya pada masa kehamilan saja perlu dilakukan kelas ibu hamil, pada masa nifas juga masih diperlukan suatu kelompok yang biasanya disebut postpartum group. Kelompok postpartum merupakan salah satu bentuk kelompok atau organisasi kecil dari ibu nifas, yang bertujuan untuk mendeteksi, mencegah, dan mengatasi permasalahan-permasalahan yang timbul selama masa nifas. Dalam postpartum group para ibu nifas bisa berkeluh kesah dan mendiskusikan pengalaman melahirkannya, perasaannya, dan bagaimana cara menghadapi masa nifas.Sebaiknya pembentukan kelompok ibu nifas dilakukan pada minggu pertama masa nifas, yaitu setelah melakukan kunjungan pertama, sehingga upaya deteksi dini, mencegah, dan mengatasi permasalahan pada masa nifas dapat dilakukan sesegera mungkin serta kesejahteraan ibu dan bayi bisa terwujud.Ibu nifas sering mengalami gangguan psikologis yang dikenal dengan post partum blues. Di komunitas sebaiknya dibentuk postpartum group yaitu kelompok ibu-ibu nifas. Dalam post partum group para ibu nifas bisa saling berkeluh kesah dan mendiskusikan pengalaman melahirkannya, perasaan saat ini dan bagaimana cara menghadapi masa nifas. Melalui postpartum group ini maka gangguan-gangguan psikologi saat nifas diharapkan bisa diatasi.Tahapan atau langkah-langkah dalam pembentukan kelompok ibu nifas :a) Kenali program-program yang ada untuk ibu nifas.Program untuk ibu nifas yang diberlakukan antara lain adalah kunjungan pada ibu nifas dan neonatus, pemberian ASI eksklusif, pemberian tablet tambah darah, dan pemberian tablet vitamin A.b) Pengumpulan Data.Pengumpulan data dapat dilakukan bersamaan dengan kunjungan pada ibu nifas dan neonatus melalui posyandu, dasawisma, bidan setempat, ataupun melalui forum komunikasi desa (seperti PKK). Adapun data yang dibutuhkan untuk membentuk kelompok ibu nifas meliputi jumlah ibu nifas dan bayi, kebiasaan atau trasisi setempat, permasalahan-permasalahan pada masa nifas dan bayi, sumber daya masyarakat, serta penentu kebijakan.c) Lakukan pendekatan (mengatur strategi).Mengingat masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang masih memegang teguh nilai-nilai atau kepercayaan, patuh kepada orang yang dianggap sebagai contoh, maka pendekatan dengan keluarga ibu, tokoh masyarakat, tokoh agama, kepala desa, dan kader sebagai pengambil keputusan dan penentu kebijakan sangat diperlukan untuk mewujudkan suatu kelompok ibu nifas.

d) Buat Perencanaan.Untuk membuat suatu perencanaan harus melihat data yang telah terkumpul, buat usulan atau proposal yang didalamnya memuat tentang latar belakang dan tujuan dari pembentukan kelompok post partum. Perencanaan meliputi kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam pembentukan kelompok post partum, tempat an waktu, anggaran, serta peserta.e) Pelaksanaan.Dalam pelaksanaan mintalah orang yang dianggap sebagai model atau contoh bagi masyarakat setempat, misalnya tokoh agama/kepala desa untuk memimpin ddiskusi. Bidan dapat berperan sebagai narasumber. Lakukan diskusi sampai terbentuk susunan organisasi ibu nifas (kelompok postpartum). Kemudian buat rencana tindak lanjut.f) Evaluasi. Evaluasi dilakukan pada akhir masa nifas, setelah kunjungan ke-4. Pastikan bahwa tujuan akhir daripembentukan kelompok postpartum benar-benar tercapai, ibu dan bayi sehat, serta nifas berjalan normal.

d. Kebijakan Program Nasional Masa NifasKebijakanprogram nasional pada masa nifas yaitu paling sedikit empat kali melakukan kunjungan pada masa nifas, dengan tujuan untuk :1) Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi.2) Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya gangguankesehatan ibunifas dan bayinya.3) Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas.4) Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu kesehatan ibunifas maupun bayinya.5) Asuhan yang diberikan sewaktu melakukan kunjungan masa nifas:

KunjunganWaktuAsuhan

I6-8 jam post partumMencegah perdarahan masa nifas oleh karena atonia uteri.

Mendeteksi dan perawatan penyebab lain perdarahan serta melakukan rujukan bila perdarahan berlanjut.

Memberikan konseling pada ibu dan keluarga tentang cara mencegah perdarahan yang disebabkan atonia uteri.

Pemberian ASI awal.

Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.

Menjaga bayi tetap sehat melalui pencegahanhipotermi.

Setelah bidan melakukan pertolongan persalinan, maka bidan harus menjaga ibu dan bayi untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai keadaan ibu dan bayi baru lahir dalam keadaan baik.

II6 hari post partumMemastikan involusiuterus barjalan dengan normal, uterus berkontraksi dengan baik, tinggi fundus uteri di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal.

Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan.

Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup.

Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi dan cukup cairan.

Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar serta tidak ada tanda-tanda kesulitan menyusui.

Memberikan konseling tentang perawatan bayi baru lahir.

III2 minggu post partumAsuhan pada 2 minggu post partum sama dengan asuhan yang diberikan pada kunjungan 6 hari post partum.

IV6 minggu post partumMenanyakan penyulit-penyulit yang dialami ibu selama masa nifas.

Memberikan konselingKB secara dini.

e. Pelaksanaan Asuhan Nifas Masa Nifas Di RumahPelaksanaan asuhannifasmeliputi:1) Ibu baru pulang dari rumahsakit.a) Keputusanbersama antara tenagakesehatandengan ibu/keluarga.b) Bidanmemberikaninformasitentang ringkasanprosespersalinan, hasil dan info lain yang relevan.c) Mengulang kembali bilamana perlu.d) Kunjungan postnatal rutine) Kunjunganpostnatalrutin meliputi:f) Kunjungan rumahdilakukan minimal 2x setiap hari.g) Mengajarkan ibu dankeluargatentang perawatanbayi baru lahir.h) Mengajarkan ibu untuk merawat diri.i) Memberikan saran dan nasehat sesuai kebutuhan dan realistis.j) Bidanharus sabar dan telaten menghadapi ibu danbayi.k) Melibatkankeluargasaatkunjungan rumahl) Pengamatan pada psikologi ibum) Bidanmelakukan pengamatan pada psikologi ibu, meliputi:1. Memberikanpendidikan kesehatantanda bahayamasanifas.2. Bidanmengobservasiperilakukeluarga.3. Meluangkan waktu untuk sharing dengan ibu dankeluarga.4. Memberikandukungan.5. Melakukan dokumentasi pasca kunjungan.6. Perencanaan skrining test.7. Memberikan penyuluhan sehubungan dengan kebutuhan pada masanifas.2) Kunjunganpostnatalrutin.3) Pengamatan psikologi ibu.

Asuhan bayi baru lahir (BBL)a. DefinisiBayi baru lahir atau neonatus meliputi umur 0 - 28 hari. Kehidupan pada masa neonatus ini sangat rawan oleh karena memerlukanpenyesuaian fisiologik agar bayi di luar kandungan dapat hidup sebaik-baiknya .

b. Pelayanan kesehatan neontaus Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten kepada neonatus sedikitnya 3 kali, selama periode 0 sampai dengan 28 hari setelah lahir, baik di fasilitas kesehatan maupun melalui kunjungan rumah.Pelaksanaan pelayanan kesehatan neonatus :1) Kunjungan Neonatal ke-1 (KN 1) dilakukan pada kurun waktu 6 48 Jam setelah lahir.Hal yang dilaksanakan :a) Jaga kehangatan tubuh bayib) Berikan Asi Eksklusifc) Rawat tali pusat2) Kunjungan Neonatal ke-2 (KN 2) dilakukan pada kurun waktu hari ke 3 sampai dengan hari ke 7 setelah lahir.a) Jaga kehangatan tubuh bayib) Barikan Asi Eksklusifc) Cegah infeksid) Rawat tali pusat3) Kunjungan Neonatal ke-3 (KN 3) dilakukan pada kurun waktu hari ke 8 sampai dengan hari ke 28 setelah lahir.a) Periksa ada / tidak tanda bahaya dan atau gejala sakitb) Lakukan :1. Jaga kehangatan tubuh2. Beri ASI Eksklusif3. Rawat tali pusatKunjungan neonatal bertujuan untuk meningkatkan akses neonatus terhadap pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan/masalah kesehatan pada neonatus. Risiko terbesar kematian neonatus terjadi pada 24 jam pertama kehidupan, minggu pertama dan bulan pertama kehidupannya. Sehingga jika bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat dianjurkan untuk tetap tinggal di fasilitas kesehatan selama 24 jam pertama.Pelayanan Kesehatan Neonatal dasar dilakukan secara komprehensif dengan melakukan pemeriksaan dan perawatan Bayi baru Lahir dan pemeriksaan menggunakan pendekatan Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) untuk memastikan bayi dalam keadaan sehat, yang meliputi :Skenario Kasus di KomunitasSeorang ibu datang ke polindes bidan X, berusia 17 tahun, postpartum hari keempat. Status obstetrinya ialah P1A0. Ibu diantar keluarganya ke klinik dengan keluhan demam tinggi. Hasil pemeriksaan fisik : TD 100/80 mmHg, HR 100 x/I, RR 28 x/I, T 38.60C, riwayat demam pada hari ke tiga postpartum, TFU 1 jari dibawah pusat, Lokea Rubra berbau. Riwayat Kehamilan : ANC (-), status belum menikah, pernah mencoba untuk aborsi dengan minum obat-obat tradisional, stress psikologis antepartum (+). Riwayat Persalinan: ditolong oleh dukun. Keadaan bayi saat lahir : BB 2450 gram, PB 45 cm. Keadaan bayi saat ini : tali pusat kemerahan, berbau, tampak ikterus, telah diberi susu formula. Keluarga menyatakan jarak rumah dengan rumah cukup jauh.1. Tinjauan kasus berdasarkan asuhan antenatal (ANC)Dari kasus yang terjadi diatas, jika dilihat dari masa kehamilan, jelas Ny. R banyak mendapatkan masalah, yakni terkait :a. Terjadinya kehamilan remaja.Arus informasi globalisasi mengakibatkan prubahan perilaku remaja yang makin menerima hubungan seksual sebagai cerminan fungsi rekreasi. Akibatnya, terjdi peningkatan kehamilan yang tidak dikehendaki atau terjadi penyakit hubungan seksual (Syafrudin, 2009).Berikut ini adalah beberapa dampak-dampak kehamilan remaja :1) Factor psikologis yang belum matura) Alat reproduksinya masih belum siap menerima kehamilan sehingga dapat menimbulkan berbagai bentuk komplikasi.b) Remaja berusia muda yang sedang menuntut ilmu akan mengalami putus sekolah sementara atau seterusnya, dan dapat kehilangan pekerjaan yang baru dirintisnyac) Perasaan tertekan karena mendapat cercaan dari keluarga, teman, atau lingkungan masyarakat.d) Tersisih dari pergaulan karena dianggap belum mampu membawa diri.e) Mungkin kehamilannya disertai kecanduan obat-obatan, merokok atau minuman keras2) Factor fisika) Mungkin kehamilan ini tidak diketahui siapa ayah sebenarnyab) Kehamilan dapat disertai penyakit hubungan seksual sehingga memerlukan pemeriksaan ekstra yang lengkapc) Tumbuh-kembang janin dalam uterus yang belum matur dpat menimbulkan abortus, persalinan premature, dapat terjadi komplikasi penyakit yang telah lama dideritanyad) Saat persalinan sering memerlukan tindakan medis operatife) Hasil janin mengalami kelainan kongenital atau berat badan lahir rendahf) Kematian maternal dan perinatal pada kehamilan remaja lebih tinggi dibandingkan dengan usia reproduksi sehat (20 35 tahun)Fungsi seksual, yaitu untuk prokreasi (mendapatkan keturunan), rekreasi (untuk kenikmatan), relasi (hubungan kekeluargaan), dan bersiat instuisi (kewajiban suami untuk istrinya). Hubungan seksual remaja merupakan masalah besar dalam disiplin ilmu kedokteran (andrologi, seksologi, penyakit kulit dan kelamin, kebidanan dan kandungan) (Syafrudin, 2009).Bagi ibu yang masih remaja, kehamilan dan menjadi orang tua berarti berakhirnya pendidikan mereka secara dini dengan konsekuensi kurangnya kesempatan berkarir dan meningkatnya kemungkinan bahwa mereka mengalami isolasi social dan hidup dalam kemiskinan. Laporan dari Governments Social Exclusion Unit tentang kehamilan remaja, yang dipublikasikan pada Juni 1999, membentuk dua target utama : mengurangi sampai setengah angka kehamilan pada remaja yang berusia kurang dari 18 tahun pada tahun 2010 dan mengurangi risiko isolasi social jangka panjang bagi orang tua yang masih remaja dan anak-anaknya. Bidan berperan dalam pencapaian kedua target tersebut melalui peran mereka dalam kesehatan masyarakat dan pemberian layanan yang tepat dan terjangkau (Frase M Diane and Cooper A Margaret, 2009).Dengan dukungan yang tepat, ibu muda dapat melakukan transisi yang efektif menjadi orang tua. Mereka dapat dibantu untuk mengembangkan keterampilan menjadi orang tua yang baik dan keterampilan hidup dan dibantu keluar dari situasi sulit tersebut, sikap yang menghakimi tidak menghasilkan apapun yang positif, tetapi malah mengurangi harga diri, menimbulkan kebencian, dan merusak hubungan antara bidan dan kliennya (Frase M Diane and Cooper A Margaret, 2009).

b. Percobaan melakukan aborsi yang tidak aman.Di Indonesia diperkirakan 2-2,5 juta kasus aborsi terjadi setiap tahunnya. Sebagian besar masih dilakukan secara tersembunyi sehingga menimbulkan berbagai bentuk komplikasi ringan sampai meninggal dunia. Pelaksanaan aborsi yang liberal akan dapat meningkatkan sumber daya manusia karena setiap keluarga dapat merencanakan kehamilan pada saat yang optimal. Akibat beratnya syarat-syarat yang harus dipenuhi dari UU Kesehatan No. 36Tahun 2009 masyarakat yang memerlukan terminasi kehamilan akhirnnya mencari jalan pintas dengan bantuan dukun yang beresiko tidak bersih dan tidak aman. Pertolongan terminasi kehamilan yang dilakukan secara illegal dengan fasilitas terbatas dan komplikasi yang sangat besar (yaitu, perdarahan-infeksi-trauma) dan menimbulkan mortalitas yang tinggi. Terminasi kehamilan yang tidak diketahendaki merupakan fakta yang tidak dapat dihindari sebagai akibat perubahan perilaku seksual, khususnya remaja sehingga memerlukan pemecahan yang rasional dan dapat diterima di masyarakat (Syafrudin, 2009).Upaya promotif dan preventif pada remaja dengan memberi pendidikan seks yang sehat, termasuk menghindari kehamilan, menyediakan metode KB khusus untuk remaja, memberi penjelasan tentang KB darurat, dan menyediakan sarana terminasi kehamilan. Penyediaan sarana terminasi kehamilan dianggap menjunjung hak asasi manusia karena penentuan nasib kandungan merupakan hak asasi perempuan. Tempat yang memenuhi syarat terminasi kehamilan sesuai dengan UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009 Hanya rumah sakit pemerintah sehingga pelaksanaan terminasi kehamilan berjalan bersih dan aman serta tujuan fungsi dan kesehatan reproduksi remaja dipertahankan (Syafrudin, 2009).

c. Tidak pernah memeriksakan kehamilannya ke tenaga kesehatan, karena takut dan malu atas kehamilannya.Data statistik mengenai kunjungan ANC trimester pertama menunjukkan peningkatan yang signifikan. Hal ini sangat baik sebab memungkinkan profesional kesehatan mendeteksi dini dan segera menangani masalah-masalah yang timbul sejak awal kehamilan. Kesempatan untuk memberikan pendidikan kesehatan tentang perubahan perilaku yang diperlukan selama hamil juga lebih banyak.

Kunjungan antenatal yang telah ditetapkan adalah minimal empat kali kunjungan, yakni TM I, TM II, dan 2 kali pada TM III. Adanya standar asuhan yang telah ditetapkan seharusnya akan memberikan dampak yang baik bagi ibu, apalagi pada saat ini persalinan tidak memerlukan biaya, karena ada jaminan persalinan yang merupakan kebijakan pemerintah dalam upaya pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ibu Hamil Tidak Melakukan ANC adalah:1) Faktor internal meliputi :a) ParitasIbu yang pernah melahirkan mempunyai pengalaman tentang ANC, sehingga dari pengalaman yang terdahulu kembali dilakukan untuk menjaga kesehatan kehamilannya.b) UsiaSemakin cukup umur, tingkat kematangan seseorang akan lebih di percaya dari pada orang yang belum cukup tinggi kedewasaanya, jika kematangan usia seseorang cukup tinggi maka pola berfikir seseorang akan lebih dewasa. Ibu yang mempunyai usia produktif akan lebih berpikir secara rasional dan matang tentang pentingnya melakukan pemeriksaan kehamilan.2) Faktor eksternala) PengetahuanKetidakmengertian ibu dan keluarga terhadap pentingnya pemeriksaan kehamilan berdampak pada ibu hamil tidak memeriksakan kehamilannya pada petugas kesehatan.b) SikapRespon ibu hamil tentang pemeriksaan kehamilan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keteraturan ANC. Adanya sikap lebih baik tentang ANC ini mencerminkan kepedulian ibu hamil terhadap kesehatan dirinya dan janin.c) EkonomiTingkat ekonomi akan berpengaruh terhadap kesehatan, keluarga dengan tingkat ekonomi yang rendah tidak mampu untuk menyediakan dana bagi pemeriksaan kehamilan, masalah yang timbul pada keluarga dengan tingkat ekonomi rendah, yaitu ibu hamil akan kekurangan energi dan protein (KEK). Hal ini disebabkan tidak mampunyai keluarga untuk menyediakan kebutuhan energi dan protein yang dibutuhkan ibu selama kehamilan.

d) Sosial budayaKeadaan lingkungan keluarga yang tidak mendukung akan mempengaruhi ibu dalam memeriksakan kehamilannya. Perilaku keluarga yang tidak mengijinkan seorang wanita meninggalkan rumah untuk memeriksakan kehamilannya merupakan budaya yang menghambat keteraturan kunjungan ibu hamil memeriksakan kehamilannya. Perubahan sosial budaya terdiri dari nilai-nilai kebudayaan, norma, kebiasaan, kelembagaan, dan hukum adat yang lazim dilakukan di suatu daerah. Apabila adat ini tidak dilaksanakan akan terjadi kerancuan yang menimbulkan sanksi tak tertulis oleh masyarakat setempat terhadap perilaku yang dianggap menyimpang. Tatanan budaya mempengaruhi dalam keputusan ibu dalam memeriksakan kehamilan pada tenaga kesehatan.e) GeografisLetak geografis sangat menentukan terhadap pelayanan kesehatan, ditempat yang terpencil ibu hamil sulit memeriksakan kehamilannya, hal ini karena transportasi yang sulit menjangkau sampai tempat terpencil.f) InformasiInformasi adalah keseluruhan makna, dapat diartikan sebagai pemberitahuan seseorang, biasanya dilakukan oleh tenaga kesehatan. Pendekatan ini biasanya digunakan untuk menggugah kesadaran masyarakat terhadap suatu inovasi yang berpengaruh terhadap perilaku, biasanya melalui media massa. Ibu yang pernah mendapatkan informasi tentang antenatal care dari tenaga kesehatan, media massa, maupun media elektronik akan meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya melakukan antenatal care, sehingga ibu dapat teratur dalam melakukan kunjungan antenatal care.g) DukunganDukungan yang berarti sokongan dan bantuan, disini dukungan dalam penentuan sikap seseorang berarti bantuan atau sokongan dari orang terdekat untuk melakukan kunjungan ulang. Dukungan sosial suami yang sangat diharapkan oleh sang istri antara lain suami mendambakan bayi dalam kandungan istri, suami menunjukkan kebahagiaan pada kelahiran bayi, memperhatikan kesehatan istri, mengantar dan memahami istrinya, tidak menyakiti istri, berdoa untuk keselamatan istri dan suami menunggu ketika istri dalam proses persalinan

Banyak factor yang dapat mempengaruhi seseorang untuk memeriksakan kehamilan, termasuk salah satunya adalah factor dukungan dari pendamping. Pada kasus ini, ibu mengalami depresi psikolgi antepartum yang serius, karena pernah berpikir untuk melakukan aborsi, selain itu tidak adanya pendamping serta adanya factor kehamilan yang tidak diinginkan merupakan beberapa factor yang melatarbelakangi ibu dalam melakukan kunjungan antenatal

d. Anemia saat kehamilan, karena usia ibu yang masih remaja dan dengan gangguan psikologisKehamilan pada usia muda yakni dibawah 20 tahun merupakan kehamilan dengan risiko tinggi, untuk itu seharusnya perlu penanganan khusus terkait kasus ini. Banyaknya risiko komplikasi seharusnya dapat dicegah jika Ny. R melakukan kunjungan antenatal, yakni adanya pemberian imunisasi TT dan 90 tablet sulfas ferosus untuk mencegah anemia dalam kehamilan sehingga mengurangi risiko terjadinya BBLR pada bayi yang akan dilahirkan.Tubuh remaja secara fisik belum matang secara reproduksi, sehingga pada saat kehamilan akan cenderung mengalami anemia, disamping penurunan kadar ferritin akibat terjadinya hemodilusi, serta asupan nutrisi selama kehamilan yang tidak diperhatikan.Tinjauan kasus berdasarkan asuhan intranatal (INC)Dilihat dari riwayat persalinan ibu, maka ada beberapa masalah yang perlu dikaji, yakni :a. Persalinan yang ditolong oleh dukun, sehingga beresiko terjadinya infeksi dan komplikasi persalinanb. Terjadinya komplikasi saat persalinan dengan adanya riwayat anemia pada ibuDi beberapa daerah, keberadaan dukun bayi sebagai orang kepercayaan dalam menolong persalinan, sosok yang dihormati dan berpengalaman, sangat dibutuhkan oleh masyarakat keberadaannya. Berbeda dengan keberadaan bidan yang rata-rata masih muda dan belum seluruhnya mendapatkan kepercayaan dari masyarakat.Pendidikan dukun umumnya adalah Kejar Paket A atau tamat SD, bisa baca tulis dengan kapasitas yang rendah, mereka tidak mendapat ilmu tentang cara pertolongan persalinan secara teori, tetapi mereka hanya berdasarkan pengalaman saja. Peralatan yang digunakannya hanya seadanya seperti memotong tali pusat menggunakan bambu, untuk mengikat tali pusat menggunakan tali naken, dan untuk alasnya menggunakan daun pisang tidak berbeda dengan seorang bidan, dukun beranak melakukan pemeriksaan kehamilan melalui indra raba (palpasi). Biasanya perempuan yang mengandung, sejak mengidam sampai melahirkan selalu berkonsultasi kepada dukun, bedanya dibidan perempuan yang mengandunglah yang datang ketempat praktek bidan untuk berkonsultasi. Sedangkan dukun ia sendiri yang berkeliling dari pintu ke pintu memeriksa ibu yang hamil. Sejak usia kandungan 7 bulan kontrol dilakukan lebih sering. Dukun menjaga jika ada gangguan, baik fisik maupun non fisik terhadap ibu dan janinnya. Agar janin lahir normal, dukun biasa melakukan perubahan posisi janin dalam kandungan dengan cara pemutaran perut (diurut-urut) disertai doa.Masih banyak masyarakat yang memilih persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan non- medis daripada tenaga kesehatan disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:a. KemiskinanTersedianya berbagai jenis pelayanan publik serta persepsi tentang nilai dan mutu pelayanan merupakan faktor penentu apakah rakyat akan memilih kesehatan atau tidak. Biasanya, perempuan memilih berdasarkan penyedia layanan tersebut, sementara laki-laki menentukan pilihan mereka berdasarkan besar kecilnya biaya sejauh dijangkau oleh masyarakat miskin.Sekitar 65% dari seluruh masyarakat miskin menggunakan pelayanan kesehatan rakyat seperti bidan di desa, puskesmas atau puskesmas pembantu (pustu), sementara 35% sisanya menggunakan dukun beranak yang dikenal dengan berbagai sebutan. Walaupun biaya merupakan alasan yang menentukan pilihan masyarakat miskin, ada sejumlah faktor yang membuat mereka lebih memilih layanan yang diberikan oleh dukun. Biaya pelayanan yang diberikan oleh bidan di desa untuk membantu persalinan lebih besar dari pada penghasilan rumah tangga miskin dalam satu bulan. Disamping itu, biaya tersebut pun harus dibayar tunai. Sebaliknya, pembayaran terhadap dukun lebih murah dan boleh diganti dengan barang. Besarnya tarif dukun hanya sepersepuluh atau seperlima dari tarif bidan dea. Dukun juga bersedia pembayaran mereka ditunda atau dicicil.

b. Tenaga medis yang di daerah-daerah pedalamanKeberadaan dukun di kota semakin berkurang meskipun sebetulnya belum punah bahkan disebagian besar kabupaten dan desa, dukun beranak masih eksis dan dominan. Adanya program pemerintah yang menempatkan bidan desa di berbagai daerah dianggap belum optimal karena, berdasarkan laporan dari masyarakat bidan-bidan yang ditugaskan tersebut sering tidak berada di polindesnya.

c. Kultur budaya masyarakatMasyarakat kita terutama di pedesaan, masih lebih percaya kepada dukun beranak daripada kepada bidan apalagi dokter. Rasa takut masuk rumah sakit maih melekat pada kebanyakan kaum perempuan. Kalaupun terjadi kematian ibu atau kematian bayi mereka terima sebagai musibah yang bukan ditentukan manusia.Selain itu masih banyak perempuan terutama muslimah yang tidak membenarkan pemeriksaan kandungan, apalagi persalinan oleh dokter atau para medis laki-laki. Dengan sikap budaya dan agama seperti itu, kebanyakan kaum perempuan di padesaan tetap memilih dukun beranak sebagai penolong persalinan meskipun dengan resiko sangat tinggi.Tinjauan kasus berdasarkan asuhan postnatal (PNC)Berdasarkan kajian asuhan postnatal pada ibu, maka terdapat beberapa masalah pada masa postpartumnya, yakni :a. Tidak adanya kunjungan postpartum oleh dukun, sehingga adanya komplikasi yang mungkin terjadi tidak dapat ditapis sejak dini.Berdasarkan kajian asuhan postnatal pada ibu, maka terdapat beberapa masalah pada masa postpartumnya, yakni : Tidak adanya kunjungan postpartum oleh dukun, sehingga adanya komplikasi yang mungkin terjadi tidak dapat ditapis sejak dini. Terjadinya Sepsis pada ibu, dengan asumsi penyebab adalah infeksi pada saat persalinan yang ditolong oleh dukun, serta kondisi tubuh ibu yang belum siap untuk melahirkan. Saat pertolongan persalinan oleh dukun tidak melakukan sterilisasi yang sesuai dengan standar kesehatan dan alat-alat pertolongan persalinan.Riwayat kehamilan ibu yang tidak menginginkan kehamilannya pada awal kehamilan, tidak pernahnya melakukan kunjungan ANC, dapat diasumsikan bahwa kadar Hb ibu tidak dapat terdeteksi. Padahal pada usia kehamilan >28minggu, secara fisiologis ibu hamil mengalami hemodilusi, yaitu peningkatan plasma darah karena terjadi perubahan sirkulasi darah ibu agar suplay darah ke plasenta dan janin tetap terpenuhi dengan optimal.

b. Ibu tidak memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinyaFactor factor ibu tidak memberikan ASI secara eksklusif, banyak terjadi karena tidak cukupnya produksi ASI. Tidak cukupnya produksi ASI banyak disebabkan karena supan nutrisi yang kurang, serta tidak adanya motivasi ibu untuk menyusui.

c. Terjadinya infeksi pada masa puerperalis mungkin terlokalisasi di perineum, vagina, serviks, atau uterus. Infeksi pada uterus dapat menyebar dengan cepat sehingga menyebabkan infeksi pada tuba fallopi atau ovarium, parametritis, peritonitis, dan menyebar ke pembuluh limfe, yang kemudian akan menyebabkan septikemia jika masuk ke aliran darah. Ibu di masa postpartum (masa nifas) memang rentan terhadap infeksi karena adanya faktor faktor berikut :1) Sisi perlekatan plasenta merupakan tempat yang besar,hangat, gelap, dan basah. Ini memungkinkan bakteri untuk tumbuh dengan sangat cepat. Tempat seperti ini merupakan suatu media yang ideal untuk pembiakan bakteri. Di laboratorium, kondisi kondisi yang hangat, gelap, dan basah sengaja dibuat untuk membantu bakteri tumbuh dan berbiak.2) Sisi plasenta memiliki persediaan darah yang kaya, dengan pembuluh pembuluh darah besar yang langsung menuju sirkulasi vena utama. Hal ini memungkinkan bakteri di sisi plasenta untuk bergerak dengan sangat cepat ke dalam aliran darah. Ini disebut septikemia. Septikemia dapat menyebabkan kematian dengan sangat cepat.3) Sisa plasenta tidak jauh dari bagian luar tubuh ibu. Hanya panjang vagina (9 10 cm) yang memisahkan jalan masuk ke uterus dan lingkungan luar. Ini berarti bahwa bakteri yang biasanya hidup di rektum (seperti E Coli) dapat dengan mudah pindah ke dalam vagina dan kemudian menuju uterus. Di sini bakteri menjadi berbahaya atau patogenik karena menyebabkan infeksi pada sisi plasenta.4) Selama persalinan area serviks ibu, vagina, atau area perineunmya mungkin robek atau diepisiotomi. Area jaringan yang terluka ini rentan terhadap infeksi, terutama jika teknik steril pada pelahiran tidak digunakan. Infeksi biasanya terlokalisasi, tetapi pada kasus kasus berat infeksi ini dapat menyebar ke jaringan di bawahnya.Sehingga ibu nifas yang mengalami sepsis ini beresiko mengalami kematian, jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat.d. Resiko terjadinya perdarahan sekunder pascapartum.Meningkatnya volume darah berarti meningkatkan pula jumlah zat besi yang dibutuhkan untuk memproduksi sel-sel darah merah sehingga tubuh dapat menormalkan konsentrasi hemoglobin sebagai protein pengankut oksigen. Anemia dapat mengurangi daya tahan tubuh ibu dan meninggikan frekuensi komplikasi kehamilan serta persalinan. Anemia juga menyebabkan peningkatan risiko perdarahan pasca persalinan. Rasa cepat lelah pada penderita anemia disebabkan metabolisme energi oleh otot tidak berjalan secara sempurna karena kekurangan oksigen. Selama hamil diperlukan lebih banyak zat besi untuk menghasilkan sel darah merah karena ibu harus memenuhi kebutuhan janin dan dirinya sendiri dan saat bersalin ibu membutuhkan hemoglobin untuk memberikan energi agar otot-otot uterus dapat berkontraksi dengan baik. Dapat dipastikan karena tidak pernahnya ibu melakukan ANC, berarti ibu tidak mengkonsumsi tablet Fe dan tidak mendapatkan pendidikan kesehatan tentang kehamilan dan nutrisi pada ibu hamil dari tenaga kesehatan yang memiliki pengetahuan tentang hal tersebut.Menurut penelitian, anemia bermakna sebagai faktor risiko yang mempengaruhi perdarahan postpartum primer. Ibu yang mengalami anemia berisiko 2,8 kali mengalami perdarahan postpartum primer dibanding ibu yang tidak mengalami anemia. Demam tinggi yang dialami ibu, beresiko terjadinya perdarahan sekunder pascapartum, sehingga menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah uterus, sehingga involusi uterus terganggu.

Tinjauan kasus berdasarkan asuhan bayi baru lahir (BBL).Dari segi asuhan bayi baru lahir (BBL) masalah yang timbul adalah:a. Bayi lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR)Bayi dengan berat badan lahir rendah banyak disebabkan oleh adanya anemia pada saat kehamilan ibu, disamping usia ibu yang masih muda asupan nutrisi saat kehamilan cenderung tidak tercukupi karena banyak organ reproduksi yang belum matang secara fisiologis. BBLR banyak terjadi pada ibu yang mengalami depresi antepartum karena tidak adanya dukungan, sehingga adaptasi psikososial ibu dapat mempengaruhi ibu dalam merawat kehamilannnya.b. Bayi beresiko mengalami infeksi tali pusatOmfalitis adalah infeksi pada tali pusat bayi baru lahir yang ditandai dengan kulit kemerahan disertai pus.1) Etiologi Penyebab terjadinya omfalitis pada kasus ini adalah akibat kurangnya aseptik antiseptik saat pengguntingan dan perawatan tali pusat oleh penolong persalinan.Infeksi tali pusat adalah suatu penyakit toksemik akut yang disebabkan oleh Clostridium tetani dengan tanda utama kekakuan otot (spasme) tanpa disertai gangguan kesadaran.

2) Klasifikasi1. Infeksi tali pusat lokal atau terbatasJika tali pusat bengkak, mengeluarkan nanah, atau berbau busuk, dan di sekitar tali pusat kemerahan dan pembengkakan terbataspada daerah kuang dari 1 cm di sekitar pangkal tali pusat lokal atau terbatas.2. Infeksi tali pusat berat atau meluasJika kemerahan atau bengkak pada tali pusat meluas melebihi area 1 cm atau kulit di sekitar tali pusat bayi mengeras dan memerah serta bayi mengalami pembengkakan perut, disebut sebagai infeksi tali pusat berat atau meluas

c. Bayi mengalami ikterusIkterus pada bayi bisa terjadi karena fisiologis dan patologis, umumnya bayi baru lahir mengalami icterus pada hari-hari pertama kelahiran karena bayi belum dapat menyusu secara adekuat, namun perlahan icterus akan mulai menghilang. Bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah cenderung mengalami icterus karena tidak dapat menyusu secara adekuat, ditambah jika ASI ibu belum keluar. Volume ASI ibu banyak dipengaruhi oleh factor nutrisi, sehingga kualitas dan kuantitas ASI dapat dipengaruhi baik dari segi fisik ibu maupun segi psikologis ibu.

Pemecahan Masalah (Problem Solving)1. Pemecahan masalah pada kasus ANCMasalah umum yang sering terjadi pada asuhan antenatal meliputi : kehamilan remaja, anemia pada kehamilan, aborsi yang tidak aman serta tidak melakukan kunjungan antenatal. Hal ini paling sering terjadi dimasyarakat, untuk itu beberapa pemecahan masalah yang ditawarkan seperti :

Masalah ANC di komunitasSolusi Permasalahan

Kehamilan Remaja1. Promotif Mengadakan penyuluhan-penyuluhan dengan narasumber dari seseorang yang mengalami dampak kehamilan remaja, karena pada usia remaja mereka lebih suka mendengarkan dampak atau akibat dari suatu hal.2. Preventif Menggalakkan konseling kesehatan reproduksi, bahaya seks bebas dengan sasaran : Remaja, karena pada usia ini adalah usia dimana seseorang mencari jati diri, sehingga perlu arahan dan bimbingan dari orang-orang terdekat dengan pendekatan sebagai teman bukan menggurui.Sosialisasi kontrasepsi yang dapat digunakan oleh remaja seperti metode barrier dapat dilakukan, mengingat dengan biaya yang terjangkau, sehingga perilaku seks yang aman, meskipun ada dampak negative yang mungkin timbul, namun mengingat perilaku seseorang dipengaruhi oleh keinginan diri sendiri dan lingkungan, sehingga pengetahuan yang positif diperlukan untuk dapat merangsang pemikiran remaja untuk menghindari seks bebas.3. Kuratif Pencarian kasus kehamilan remaja diluar nikah dari tokoh masyarakat, untuk dapat mendeteksi secara dini kehamilan pada remaja, sehingga dapat diberikan asuhan secara khusus seperti yang telah dijelaskan diteori. Dengan asuhan ANC yang telah didapat diharapkan dapat mengurangi stress antepartum, serta Bidan dapat menjadi partnership dalam memberikan asuhan, sehingga kehamilan berjalan dengan baik.4. RehabilitatifMemberdayakan wanita yang mengalami kehamilan saat remaja dengan menjadikan kader, sehingga dapat dijadikan perbandingan bagi remaja lain saat memberikan penyuluhan kepada remaja-remaja terkait kesehatan reproduksi dan dampak kehamilan remaja, sehingga dirinya dianggap dan berguna bagi orang lain.Terus memberikan konseling dan nasihat untuk dapat mencapai peran sebagai Ibu, sehingga dapat merawat bayi hingga tumbuh sehat. Dengan ini stress postpartum juga dapat dihindari.

Anemia pada kehamilan1. Promotif Menganjurkan konseling pra-konsepsi kepada wanita yang merencanakan kehamilannya, sehingga dapat ditapis segala kemungkinan yang beresiko mengalami anemia.2. PreventifMengadakan kelas ibu hamil tiap semester untuk memberikan penyuluhan mengenai asupan nutrisi saat kehamilan, perawatan selama kehamilan, serta beberapa olahraga ringan untuk ibu hamil.Memberikan tablet sulfas ferosus pada TM II sebanyak 90 tablet dengan menganjurkan cara mengkonsumsi yang baik agar tablet SF dapat diabsorbsi secara maksimal.3. KuratifMelakukan kolaborasi dan rujukan kepada tenaga kesehatan yang berkompetensi, dengan terus mendampingi ibu. Sehingga dapat dicapai asuhan kehamilan yang dinginkan.

Aborsi yang tidak amanPromotif dan PreventifMemberi pendidikan tentang seks yang sehat, termasuk menghindari kehamilan, menyediakan metode KB khusus untuk remaja, memberi penjelasan tentang KB darurat, dan menyediakan sarana terminasi kehamilan yang legal untuk kondisi tertentu.

Tidak melakukan kunjungan ANC 1. Sosialisasi penggunaan jampersal bagi masyarakat, dan memenuhi syarat penggunaan dengan melakukan kunjungan ANC minimal 4 kali.2. Melakukan kunjungan rumah (Home Visit) untuk mendeteksi ibu hamil serta mengkaji buku KIA.3. Memberi motivasi kepada keluarga untuk selalu mendukung ibu dalam melakukan kunjungan ANC4. Membuat pemerataan tarif kunjungan sesuai dengan kelas ibu hamil, sehingga harga dapat terjangkau oleh masyarakat.

Meningkatkan aksesibilitas pelayanan kesehatan1. Aksesibilitas PelayananPelayanan harus dapat digunakan oleh individu-individu pada tempat dan waktu yang ia butuhkan. Pengguna pelayanan harus mempunyai akses terhadap berbagai jenis pelayanan, peralatan, obat-obatan dan lain-lain sesuai dengan kebutuhan pasien. 2. KualitasSuatu pelayanan yang berkualitas tinggi, mengimplementasikan pengetahuan dan tehnik paling mutakhir dengan tujuan untuk memperoleh efek yang paling baik. Kualitas pelayanan berhubungan dengan kompetensi profesional dan provider.3. Kesinambungan Pelayanan kesehatan yang baik, disamping mempunyai akses dan kualitas yang baik juga harus memiliki kesinambungan pelayanan, berarti proses pelayanan harus memperlakukan pasien sebagai manusia secara utuh melalui kontak yang terus menerus antara individu dengan provider.4. EfisiensiElemen pokok lain dari pelayanan kesehatan yang bermutu adalah efesiensi yang menyangkut aspek ekonomi dan pembiayaan pelayanan kesehatan baik bagi pasien, provider maupun bagi organisasi/institusi penyelenggaraan pelayanan.

Pemecahan masalah pada kasus INCMenurut sinyalemen Dinkes AKI cenderung tinggi akibat pertolongan persalinan tanpa fasilitas memadai, antara lain tidak adanya tenaga bidan apalagi dokter obgin. Karena persalinan masih ditangani oleh dukun beranak atau peraji, kasus kematian ibu saat melahirkan masih tetap tinggi. Pertolongan gawat darurat bila terjadi kasus perdarahan atau infeksi yang diderita ibu yang melahirkan, tidak dapat dilakukan.Penelitian menunjukkan bahwa kebanyakan orang lebih memilih untuk menggunakan dukun beranak. Sementara itu, definisi merekatentang mutu pelayanan berbeda dengan definisi standar medis. Kelemahan utama dari mutu pelayanan adalah tidak terpenuhinya standar minimal medis oleh para dukun beranak, seperti dengan praktek yang tidak steril (memotong tali pusat dengan sebilah bambu dan meniup lubang hidung bayi yang baru lahir dengan mulut). Riwayat kasus kematian ibu dan janin dalam penelitian ini menggambarkan apa yang terjadi jika dukun beranak gagal mengetahui tanda bahaya dalam masa kehamilan dan persalinan serta rujukan yang terlambat dan kecacatan janin pun bisa terjadi dari kekurangtahuan dukun beranak akan tanda-tanda bahaya kehamilan yang tidak dikenal.Berdasarkan dukun di Indonesia masih mempunyai peranan dalam menolong suatu persalinan dan tidak bisa dipungkiri, masih banyak persalinan yang ditolong oleh dukun beranak, walaupun dalam menolong persalinan dukun tidak berdasarkan kepada pengalaman dan berbagai kasus persalinan oleh dukun seringkali terjadi dan menimpa seorang ibu dan atau bayinya. Tetapi keberadaan dukun di Indonesia tidak boleh dihilangkan tetapi kita bisa melakukan kerjasama dengan dukun untuk mengatasi hal-hal atau berbagai kasus persalinan oleh dukun.Mereka merasa pelatihan dan peralatan persalinan yang diberikan saat pelatihan sangat bermanfaat. Para dukun juga dilatih tentang pencatatan dan pelaporan. Setiap dukun dilatih membaca sampai mengerti bagaimana cara pengisian kolom tersebut. Pelatihan untuk perawatan ibu hamil, pertolongan pada diare, makanan bergizibagi bayi, balita dan ibu hamil juga dilakukan. Membina hubungan baik dengan dukun juga dilakukan agar kita bisa lebih gampang menjalin kerjasama dengan dukun.

a. Peran bidan dengan dukun dalam pelaksanaan kemitraan1) Periode KehamilanBIDANDUKUN

1. Melakukan pemeriksaan ibu hamil dalamhal :a. Keadaan umumb. Menentukan taksiran partusc. Menentukan Keadaan janin dalam kandungand. Pemeriksaan laboratorium yange. diperlukan.2. Melakukan tindakan pada ibu hamil dalamhal :a. Pemberian Imunisasi TTb. Pemberian tablet Fec. Pemberianpengobatan/tindakan apabila ada komplikasi.3. Melakukan Penyuluhan dan konseling pada ibu hamil dan keluarga mengenai :a. Tanda-tanda Persalinanb. Tanda bahaya kehamilanc. Kebersihan pribadi & lingkungand. Gizie. Perencanaan Persalinan (Bersalin di Bidan, menyiapkan transportasi,menggalang dalam menyiapkan biaya, menyiapkan calon donor darah)f. KB setelah melahirkan menggunakan Alat Bantu Pengambilan Keputusan (ABPK)4. Melakukan kunjungan Rumah untuk :a. Penyuluhan/Konseling pada keluarga tentang persencanaan persalinanb. Melihat Kondisi Rumah persiapan persalinanc. Motivasi persalinan di Bidan pada waktu menjelang taksiran partus5. Melakukan rujukan apabila diperlukan6. Melakukan pencatatan seperti :a. Kartu ibub. Kohort ibuc. Buku KIA7. Melakukan Laporan :a. Melakukan laporan cakupan ANC1. Memotivasi ibu hamil untuk periksa ke Bidan2. Mengantar ibu hamil yang tidak mau periksa ke Bidan3. Membantu Bidan pada saat pemeriksaan ibu hamil4. Melakukan penyuluhan pada ibu hamil dankeluarga tentanga. Tanda-tanda Persalinanb. Tanda bahaya kehamilan Kebersihan pribadi & lingkungan.c. Kesehatan & Gizid. Perencanaan Persalinan (Bersalin di Bidan, menyiapkan transportasi, menggalang dalam menyiapkan biaya, menyiapkan calon donor darah)5. Memotivasi ibu hamil dankeluarga tentang :a. KB setelah melahirkanb. Persalinan di Bidan pada waktu menjelang taksiran partus.6. Melakukan ritual keagamaan/tradisional yang sehat sesuai tradisi setempat bila keluarga meminta.7. Melakukan motivasi pada waktu rujukan diperlukan.8. Melaporkan ke Bidan apabila ada ibu hamil baru.

2) Periode PersalinanBIDANDUKUN

1. Mempersiapkan sarana prasara persalinan aman dan alat resusitasi bayi baru lahir, termasuk pencegahan infeksi.2. Memantau kemajuan persalinansesuai dengan partogram3. Melakukan asuhan persalinan.4. Melaksanakan inisiasi menyusudini dan pemberian ASI segerakurang dari 1 jam.5. Injeksi Vit K1 dan salep mataantibiotik pada bayi baru lahir.6. Melakukan perawatan bayi baru lahir7. Melakukan tindakan PPGDONapabila mengalami komplikasi.8. Melakukan rujukan bila diperlukan9. Melakukan pencatatan persalinanpada :a. Kartu ibu/partografb. Kohort Ibu dan Bayic. Register persalinan10. Melakukan pelaporan:a. Cakupan persalinan1. Mengantar calon ibu bersalin keBidan2. Mengingatkan keluargamenyiapkan alat transport untukpergi ke Bidan/memanggil Bidan.3. Mempersiapkan sarana prasaran persalinan aman seperti :a. Air bersihb. Kain bersih4. Mendampingi ibu pada saatpersalinan5. Membantu Bidan pada saat prosespersalinan.6. Melakukan ritualkeagamaan/tradisional yang sehatsesuai tradisi setempat7. Membantu Bidan dalam perawatanbayi baru lahir8. Membantu ibu dalam inisiasimenyusu dini kurang dari 1 jam.9. Memotivasi rujukan bila diperlukan10. Membantu Bidan membersihkanibu, tempat dan alat setelah persalinan.

3) Periode nifasBIDANNIFAS

1. Melakukan Kunjungan Neonatal dan sekaligus pelayanan nifas (KN1, KN2dan KN3) :a. Perawatan ibu nifasb. Perawatan Neonatalc. Pemberian Imunisasi HB 1d. Pemberian Vit. A ibu Nifas 2 kalie. Perawatan payudara2. Melakukan Penyuluhan dan konseling pada ibu dan keluarga mengenai :a. Tanda-tanda bahaya dan penyakitibu nifas.b. Tanda-tanda bayi sakitc. Kebersihan pribadi & lingkungand. Kesehatan & Gizie. ASI Ekslusiff. Perawatan tali pusatg. KB setelah melahirkan3. Melakukan rujukan apabila diperlukan4. Melakukan pencatatan pada :a. Kohort Bayib. Buku KIA5. Melakukan Laporan :a. Cakupan KN1. Melakukan kunjungan rumah dan memberikan penyuluhan tentang :a. Tanda-tanda bahaya dan penyakit ibu nifasb. Tanda-tanda bayi sakitc. Kebersihan pribadi & lingkungand. Kesehatan & Gizie. ASI Ekslusiff. Perawatan tali pusatg. Perawatan payudara2. Memotivasi ibu dan keluarga untuk ber-KB setelah melahirkan.3. Melakukan ritualkeagamaan/tradisional yangsehat sesuai tradisi setempat.4. Memotivasi rujukan biladiperlukan.5. Melaporkan ke Bidan apabilaada calon akseptor KB baru.

b. Program Jaminan Persalinan (Jampersal)Program Jaminan Persalinan (Jampersal) adalah jaminan pembiayaan persalinan yang meliputi pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan nifas termasuk pelayanan KB pasca persalinan dan pelayanan bayi baru lahir. Jampersal diperuntukkan bagi seluruh ibu hamil yang belum memiliki jaminan persalinan.Sasaran yang dijamin Jampersal antara lain:1) Ibu hamil2) Ibu bersalin3) Ibu nifas (sampai 42 hari setelah melahirkan)4) Bayi baru lahir (sampai dengan usia 28 hari)Adapun jaminan pembiayaannya meliputi :1) Pemeriksaan kesehatan2) Pertolongan persalinan3) Pelayanan nifas4) Pelayanan KB pasca persalinaN5) Pelayanan bayi baru lahirPeserta program Jampersal adalah seluruh ibu hamil yang belum memiliki jaminan persalinan (tidak tertanggung di dalam kepesertaan ASKES, Jamkesmas, Jamkesda, Jamsostek dan asuransi lainnya).Pelayan yang didapat oleh peserta Jampersal meliputi:1) Pemeriksaan kehamilan (ANC) sekurang-kurangnya 4 kali (1kali di trimester I, 1 kali di trimester II, dan 2 kali di trimester III)2) Persalinan normal3) Pelayanan nifas normal4) Pelayanan bayi baru lahir normal5) Pemeriksaan kehamilan resiko tinggi6) Pelayanan pasca keguguran7) Persalinan per vaginam dengan tindakan emergensi dasar8) Pelayanan bayi baru lahir dengan tindakan emergensi dasar9) Pemeriksaan rujukan kehamilan pada kehamilan resiko tinggi10) Penanganan rujukan pasca keguguran11) Penanganan kehamilan ektopik terganggu (KET)12) Persalinan dengan tindakan emergensi komprehensif13) Pelayanan bayi baru lahir dengan tindakan emergensi komprehensif14) Pelayanan KB pasca persalinan15) Pelayanan Jampersal tidak mengenal batas wilayah, artinga peserta berhak mendapatkan pelayanan dimanapun berada dengan menunjukkan Kartu Tanda Penduduk (KTP) / Identitas diri lainnya.

Pemecahan masalah pada kasus PNCMasalah umum yang sering terjadi pada asuhan post natal meliputi : kehamilan remaja, anemia pada kehamilan, aborsi yang tidak aman serta tidak melakukan kunjungan antenatal. Hal ini paling sering terjadi dimasyarakat, untuk itu beberapa pemecahan masalah yang ditawarkan seperti :

Masalah ibu post partum berdasarkan kasusSolusi Permasalahan

Ibu mengalami infeksi PENANGANAN SEPSIS PUERPURALIS 1.1. Peka terhadap tanda awal / gejala infeksi nifas3.2. Periksa ibu dari kepala sampai kaki untuk mencari sumber infeksi.3. Bidan mencuci tangan dengan seksama sebelum dan sesudah memeriksa ibu 4. Melakukan penatalaksaan pada ibu yang mengalami sepsis 5. Alat alat yang dipakai ibu jangan dipakai untuk keperluan lain, terutama untuk ibu nifas lain.11 6. Beri nasehat kepada ibu pentingnya kebersihan diri, penggunaan pembalut sendiri dan membuangnya pada tempatnya7. Menekankan pada anggota keluarga tentang pentingnya istirahat, gizi baik dan banyak minum bagi ibu.8. Motivasi ibu untuk tetap memberikan ASI9. Lakukan semua Pencatatan dengan seksama.10.Amati ibu dengan seksama dan jika kondisinya tidak membaik dalam 24 jam, segera rujuk ke RS.11.Jika syok terjadi ikuti langkah langkah penatalasaan syok sesuai standar 21 (Penatalaksanaan syok).Yang penting diperhatikan oleh bidan: Semua ibu nifas berisiko terkena infeksi, dan ibu yang telah melahirkan bayi dalam keadaan mati, persalinan yang memanjang, pecahnya selaput ketuban yang lama mempunyai risiko yang lebih tinggi. Kebersihan dan cuci tangan sangatlah penting, baik untuk pencegahan maupun penanganan sepsis.Infeksi bisa menyebabkan perdarahan postpartum sekunder. Keadaan ibu akan semakin memburuk jika antibiotika tidak diberikan secara dini dan memadai. Lakukan tes sensitivitas sebelum memberikan suntikan antibiotikaIbu dengan sepsis puerpuralis perlu dukungan moril, karena keadaan umumnya dapat menyebabkannya menjadi sangat letih dan depresi.

Ibu tidak memberikan ASI eksklusif kepada bayi- Memberi informasi tentang manfaat ASI- Memberi informasi tentang kerugian ibu dan bayi jika tidak mendapatkan ASI eksklusif- Memberi informasi tentang kerugian memberi susu formula- Melatih ibu untuk menyusui bayi dan menstimulasi payudara- Membimbing ibu agar menyusui anaknya - Memotivasi keluarga agar mendukung ibu memberikan ASI eksklusif, karena dukungan suami (Breastfeeding father) dan keluarga sangat membantu keberhasilan menyusui.- Jika kondisi ibu pulih, dianjurkan agar bergabung dengan grup post

Ibu belum menggunakan alat kontrasepsi- Memberikan konseling keluarga berencana kepada ibu - Memotivasi ibu agar menggunakan alat kontrasepsi yang sesuai untuk ibu.- Memfasilitasi ibu menggunakan alat kontrasepsi

Pemecahan masalah pada kasus BBLMasalah BBLSolusi Pemecahan Masalah

BBLR1. Persiapan kehamilan yang intensif, baik kajian terhadap nutrisi saat kehamilan serta pemantauan tumbuh kembang bayi2. Melakukan perawatan BBLR di sarana kesehatan yang memadai, untuk mencegah terjadinya komplikasi dan mencegah peningkatan angka mortalitas dan morbiditas BBL

Infeksi tali pusat1. Melakukan teknik pemotongan tali pusat dengan tindakan steril2. Melakukan perawatan tali pusat dirumah, dengan a. Selalu mencuci tangan sebelum melakukan perawatan tali pusatb. Biarkan tali pusat terbuka dan selalu dalam keadaan keringc. Saat mandi bersihkan tali pusatd. Setelah selesai keringkan dengan handuk lembut atau cukup diangin anginkane. Saat ini tidak dianjurkan lagi membungkus dengan kassa steril yang di basahi dengn alcohol 70 %f. Setelah tali pusar lepas, oleskan pangkalnya dengan betadine dengan menggunakan cotton budg. Bila tali pusat basah, berbau atau dinding perut disekitarnya kemerahan harus segera dibawa ke petugas kesehatan, poskesdes, puskesmas atau fasilitas kesehatan yang lain.Kebiasaan yang merugikan bayi :a. Membubuhi tali pusat dengan ramuan dapat menyebabkan infeksib. Bayi boleh keluar rumah sebelum umur 40 hari untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, dengan tetap menjaga kehangatan dan hindarkan dari orang sakit.c. Ibu tidak perlu khawatir dengan imunisasi, imunisasi mungkin menyebabkan demam tetapi tidak berbahaya dan bisa diatasi dengan pemberian obat penurun panas.d. Jangan mengobati sendiri jika bayi sakit.

Ikterus 1. Mengajarkan kepada ibu postpartum cara perawatan bayi dirumah, untuk menghindari terjadinya beberapa masalah yang sering terjadi pada BBL, seperti : infeksi tali pusat, ikterus, tetanus neonatorum, ruam popok, masalah hygiene, dll.2. Melakukan kunjungan neonatus (KN), untuk melihat keadaan bayi.3. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi asupan nutrisi yang cukup untuk kualitas dan kuantitas ASI, sehingga bayi mendapat ASI yang cukup.4. Mengajari ibu perawatan bayi yang ikterus dirumah seperti : menjemur bayi, karena sinar matahari dan udara segar sangat penting untuk pertumbuhan dan pemeliharaan kesehatan. Bayi sejak berumur beberapa hari sebaiknya setiap pagi dibawa keluar untuk mendapatkan sinar matahari dan hawa sejuk.a. Jemurlah bayi pada pagi antara pukul 07 8 selama 15-30 menit dengan posisi terlentang dan tengkurap 2. Jemur saat sebelum mandib. Bukalah baju bayi dan pakaikan popok yang minimc. Hindarkan mata dari sinar matahari lngungd. ganti posisi setiap 15 menit

DAFTAR PUSTAKA

Frase M Diane and Cooper A Margaret. (2009). Buku Ajar Bidan Myles. Jakarta: EGC.

Linda V Walsh. 2001. Midwivery Community Based Care. Philadelpia: WB Saunders Company.

Reeder and Sharon J. (2011). Keperawatan Maternitas Kesehatan Wanita, Bayi & Keluarga. Jakarta: EGC.

Syafrudin. (2009). Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC.

Tom Lissauer dan Avroy Fanaroff. (2008). At a glance neonatologi. Jakarta: EMS.

Varney et al. (2007). Buku Ajar Asuhan Kebidanan (4th ed., Vol. 1). (E. Wahyuningsih, Ed.) Jakarta: EGC.