makalah Kinetika Obat

download makalah Kinetika Obat

of 20

Transcript of makalah Kinetika Obat

  • 7/22/2019 makalah Kinetika Obat

    1/20

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

    menciptakan alam semesta dan seluruh isinya serta manusia dengan

    pikiran yang dapat digunakan untuk memberdayakan seluruh isi alam

    semesta. Dan tak lupa saya kirimkan salawat dan salam kepada nabi

    Muhammad SAW karena tuntunan dan safaat beliau sehingga saya dapat

    menulis makalah ini yang berjudul Kinetika Obat sesuai dengan literatur

    yang saya peroleh dari buku-buku yang membahas tentang kinetika obat.

    Makalah ini sebisa mungkin disusun berdasarkan teori dan bahasa

    yang sederhana. Hal tersebut dimaksudkan untuk memudahkan para

    pembaca memahami isi dari makalah ini. Ucapan terima kasih saya

    sampaikan kepada para penulis buku yang saya jadikan literatur sehingga

    makalah bisa saya selesaikan, meski tak sesempurna makalah yang

    semestinya.

    Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih

    banyak lubang yang terliang dan masih banyak rongga yang teranga.

    Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran demi

    kesempurnaan makalah ini.

    Makassar, 05 Maret 2011

    Penulis

  • 7/22/2019 makalah Kinetika Obat

    2/20

    BAB I

    PENDAHULUAN

    I.1 Latarbelakang

    Kinetika obat mempelajari proses yang berhubugan dengan farmako

    kinetika dan farmakodinamik. Farmakokinetik adalah ilmu yang

    mempelajari tentang kinetika absorpsi, distribusi, eliminasi , ekskresi dan

    metabolisme obat pada manusia atau hewan dan menggunakan informasi

    ini untuk meramalkan efek perubahan-perubahan dalam takaran, rejimen

    takaran, rute pemberian, dan keadaan fisiologis pada penimbunan dan

    disposisi obat .

    Absorpsi merupakan proses masuknya obat dari tempat pemberian

    ke dalam darah. Absorpsi, distribusi, biotransformasi ( metabolisme ) dan

    eliminasi suatu obat dari tubuh merupakan proses dinamis yang kontinu

    dari saat suatu obat dimakan sampai semua obat tersebut hilang dari

    tubuh. Laju terjadinya proses-proses ini mempengaruhi onset, intensitas,

    dan lamanya kerja obat di dalam tubuh.

    Absorpsi Bergantunng pada cara pemberiannya, tempat pemberian

    obat adalah saluran cerna ( mulut sampai dengan rectum ), kulit, paru,

    otot, dan lain-lain.

    Adapun Faktor-faktor yang mempengaruhi absorpsi yaitu derajat

    ionisasi, dosis, waktu pemberian obat, pH dan pK pelarut obat, bentuk

  • 7/22/2019 makalah Kinetika Obat

    3/20

    obat, luas permukaan absorpsi aliran darah, kondisi usus dan kecepatan

    pengosongan lambung serta interaksi dengan obat lain.

    Setelah diabsorpsi, obat akan didistribusikan ke seluruh tubuh

    melalui sirkulasi darah. Selain tergantung dari aliran darah, distribusi obat

    juga ditentukan oleh sifat fisikokimianya. Obat yang mudah larut dalam

    lemak akan melintasi membran sel dan terdistribusi kedalam sel,

    sedangkan obat yang tidak larut dalam lemak akan sulit menembus

    membran sel sehingga distribusinya terbatas terutama di cairan ekstrasel.

    Distribusi juga dibatasi oleh ikatan obat pada protein plasma, hanya obat

    bebas yang dapat berdifusi dan mencapai keseimbangan. Derajat ikatan

    obat dengan protein plasma ditentukan oleh afinitas obat terhadap protein,

    kadar obat dan kadar proteinnya sendiri.

    Proses eliminasi bertanggung jawab atas durasi atau lamanya obat

    berefek dengan cara mengusahakan agar obat dapat segera dikeluarkan

    dari tubuh, temasuk ke dalam alat eksresi seperti ginjal, hati dan paru.

    Agar obat mudah dieksresi, kadang-kadang obat harus diubah lebih

    dahulu menjadi senyawa lain yang bersifat tidak mudah larut dalam lemak

    baru dieksresi. Proses metabolisme dan eksresi merupakan proses

    eliminasi.

    Metabolisme atau biotransformasi obat adalah proses perubahan

    struktur perubahan kimia yang tejadi dalam tubuh dan dikatalisis oleh

    enzim. Pada poses ini molekul obat diubah menjadi lebih polar (lebih

  • 7/22/2019 makalah Kinetika Obat

    4/20

    mudah larut dalam air) dan kurang larut dalam lemak sehingga mudah

    dieksresi melalui ginjal.

    Obat dikeluarkan dari tubuh melalui berbagai organ ekskresi dalam

    bentuk metabolit hasil biotransformasi atau dalam bentuk asalnya. Obat

    atau metabolit yang polar diekskresi lebih cepat daripada obat yang larut

    baik dalam lemak kecuali pada eksresi melaui paru-paru.

    Farmakodinamik ialah cabang ilmu yang mempelajari efek

    biokimiawi dan fisiologi obat serta mekanisme kerjanya. Mekanisme Kerja

    Obat adalah efek obat yang umumnya timbul karena interaksi obat

    dengan reseptor pada sel suatu organisme. Teori Reseptor Efek

    terapeutik obat dan efek toksik obat adalah hasil dari interaksi obat

    tersebut dengan molekul di dalam tubuh pasien. Konsentrasi dan respon

    obat adalah hubungan antara konsentrasi obat dan respon obat.

  • 7/22/2019 makalah Kinetika Obat

    5/20

    I.2 Rumusan Masalah

    Permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah tentang

    kinetika kimiayang mencakup dua hal yakni:

    1. Farmakokinetika yaitu ilmu yang mempelajari tentangkinetika

    absorpsi, distribusi, eliminasi , ekskresi dan metabolisme obat

    pada manusia atau hewan dan menggunakan informasi ini

    untuk meramalkan efek perubahan-perubahan dalam takaran,

    rejimen takaran, rute pemberian, dan keadaan fisiologis pada

    penimbunan dan disposisi obat .

    2. Farmakodinamik ialah cabang ilmu yang mempelajari efek

    biokimiawi dan fisiologi obat serta mekanisme kerjanya.

  • 7/22/2019 makalah Kinetika Obat

    6/20

    I. BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    II.1 TEORI UMUM

    II.1.1 Pengertian Farmrmakokinetika

    Farmakokinetik adalah ilmu yang mempelajari tentang kinetika

    absorpsi, distribusi dan eliminasi yakni, ekskresi dan metabolisme obat

    meramalkan efek perubahan-perubahan dalam takaran, rejimen

    takaran, rute pemberian, dan keadaan fisiologis pada penimbunan dan

    disposisi obat .

    1. Absorbsi

    Absorpsi merupakan proses masuknya obat dari tempat

    pemberian ke dalam darah. Absorpsi, distribusi, biotransformasi

    (metabolisme) dan eliminasi suatu obat dari tubuh merupakan

    proses dinamis yang kontinu dari saat suatu obat dimakan sampai

    semua obat tersebut hilang dari tubuh. Laju terjadinya proses-

    proses ini mempengaruhi onset, intensitas, dan lamanya kerja obat

    di dalam tubuh.

    Absorpsi Bergantunng pada cara pemberiannya, tempat

    pemberian obat adalah saluran cerna ( mulut sampai dengan

  • 7/22/2019 makalah Kinetika Obat

    7/20

    rectum ), kulit, paru, otot, dan lain-lain. Yang terpenting adalah cara

    pemberian obat per oral, dengan cara ini tempat absopsi utama

    adalah usus halus karena memiliki permukaan absorpsi yanng

    sangat luas, yakni panjang 280 cm, diameter 4 cm. Absorpsi obat

    melalui saluran cerna pada umumnya terjadi secara difusi pasif

    ( yaitu obat bergerak dari suatu bagian yang konsentrasinya tingi ke

    konsentrasi rendah )karena itu absorpsi mudah terjadi bila obat

    dalam bentuk non-ion dan mudah larut dalam lemak. Absorpsi

    secara transpor aktif (cara masuk obat yang melibatkan protein-

    protein kerier terutama yang terentang pada membran sel) terjadi

    terutama di dalam usus halus untuk zat-zat makanan misalnya,

    glokusa dan gula lain, asam amino, basa purin, dan pirimidin,

    mineral, dan beberapa vitamin. Cara ini juga terjadi untuk obat-obat

    yang struktur kimianya mirip struktur zat makanan tersebut.

    Kebanyakan obat merupakan electrolit lemah, yakni asam

    lemah atau basa lemah. Dalam air, elektrolit lemah ini akan

    terionisasi menjadi bentuk ionnya. Untuk asam lemah, pH yang

    tinggi (suasana basa ) akan meningkatkan ionisasinya dan

    mengurangi bentuk nonionnya. Sebaliknya untuk basa lemah, pH

    yang rendah (suasana asam ) yang akan meningkatkan ionisasinya

    dan mengurangi nonionnya. Hanya bentuk nonion yang mempunyai

    kelarutan lemak, maka setelah bentuk nonion diabsopsi,

    kesetimbangan akan bergeser kearah bentuk nonion sehingga

  • 7/22/2019 makalah Kinetika Obat

    8/20

    absorpsi akan berjalan terus sampai habis. Zat-zat makanan dan

    oabt-obat yanng strukturnya mirip makanan, yang tidak dapat /

    sukar berdifusi pasif memerlukan membran agar dapat dapat

    diabsorpsi dari saluran cerna maupun direabsopsi dari lumen

    tubulus ginjal.

    Adapun Faktor-faktor yang mempengaruhi absorpsi yaitu

    derajat ionisasi, dosis, waktu pemberian obat, pH dan pK pelarut

    obat, bentuk obat, luas permukaan absorpsi aliran darah, kondisi

    usus dan kecepatan pengosongan lambung serta interaksi dengan

    obat lain.

    Efek pH pada absorbsi obat :

    2. Distribusi

    Setelah diabsorpsi, obat akan didistribusikan ke seluruh

    tubuh melalui sirkulasi darah. Selain tergantung dari aliran darah,

    distribusi obat juga ditentukan oleh sifat fisikokimianya. Obat yang

    mudah larut dalam lemak akan melintasi membran sel dan

    terdistribusi kedalam sel, sedangkan obat yang tidak larut dalam

    lemak akan sulit menembus membran sel sehingga distribusinya

    terbatas terutama di cairan ekstrasel. Distribusi juga dibatasi oleh

    ikatan obat pada protein plasma, hanya obat bebas yang dapat

    berdifusi dan mencapai keseimbangan. Derajat ikatan obat dengan

  • 7/22/2019 makalah Kinetika Obat

    9/20

    protein plasma ditentukan oleh afinitas obat terhadap protein, kadar

    obat dan kadar proteinnya sendiri.

    Untuk mencapai sel target, suatu obat harus dapat

    menembus sawar biologic, dapat berupa membrane yang terdiri

    atas satu atau beberapa sel. Pada sawar darah otak, obat-obatan

    yang larut dalam air sulit melewatinya dan pada sawar plasenta

    hanya obat-obatan dengan BM besar seperti heparin, plasma

    sekunder sukar masuk fetus (janin).

    Oleh karena molekul protein plasma cukup besar, maka

    hanya fraksi obat bebas saja yang mempunyai arti klinis, karena

    bagian tersebut yang dapat mencapai reseptor pada organ sasaran

    termasuk bakteri. Protein plasma yang berikatan dengan molekul

    obat terutama adalah albumin(A), disamping itu protein lain juga

    berperan, misalnya alfa amino globulin (AAG) dan lipoprotein (LP)

    pada keadaan tertentu.

    3. Eliminasi

    Proses eliminasi bertanggung jawab atas durasi atau lamanya obat

    berefek dengan cara mengusahakan agar obat dapat segera

    dikeluarkan dari tubuh, temasuk ke dalam alat eksresi seperti ginjal,

    hati dan paru. Agar obat mudah dieksresi, kadang-kadang obat

    harus diubah lebih dahulu menjadi senyawa lain yang bersifat tidak

  • 7/22/2019 makalah Kinetika Obat

    10/20

    mudah larut dalam lemak baru dieksresi. Proses metabolisme dan

    eksresi merupakan proses eliminasi.

    4. Metabolisme

    Metabolisme atau biotransformasi obat adalah proses

    perubahan struktur perubahan kimia yang tejadi dalam tubuh dan

    dikatalisis oleh enzim. Pada poses ini molekul obat diubah menjadi

    lebih polar (lebih mudah larut dalam air) dan kurang larut dalam

    lemak sehingga mudah dieksresi melalui ginjal.

    Kebanyakan obat diubah di hati, kadang-kadang dalam ginjal

    dan lain-lain. Kalau fungsi hati tidak baik maka obat yang biasanya

    diubah dalam hati tidak mengalami peubahan atau hanya sebagian

    yang diubah. Hal tesebut menyebabkan efek obat berlangsung

    lebih lama dan obat menjadi lebih toxic.

    Metabolisme obat di hepar terganggu oleh adanya zat

    hepatotoksik atau pada sirosis hepatis karena pada keadaan-keadaan

    tesebut terjadi kerusakan sel parenkim hati serta enzim-enzim

    metabolismenya.

    Dalam hal ini dosis obat yang eliminasinya terutama melalui

    metabolism di hati harus disesuaikan atau dikurangi. Demikian juga

    penurunan alir darah hepar, baik oleh obat maupun gangguan

    kardiovaskular, akan mengurangi metabolisme obat di hati.

    5. Ekskresi

  • 7/22/2019 makalah Kinetika Obat

    11/20

    Obat dikeluarkan dari tubuh melalui berbagai organ ekskresi

    dalam bentuk metabolit hasil biotransformasi atau dalam bentuk

    asalnya. Obat atau metabolit yang polar diekskresi lebih cepat

    daripada obat yang larut baik dalam lemak kecuali pada eksresi

    melaui paru-paru.

    Ginjal merupakan organ eksresi yang terpenting. Metabolit

    yang larut dalam air sukar direabsorpsi oleh tubuli ginjal, sehingga

    akan dikeluarkan bersama-sama urine. Sebaliknya, obat yang

    mudah laut dalam lemak jika sudah berada dalam tubuli ginjal

    sebagian besar direabsorpsi oleh tubuli ginjal. Obat yang tidak

    dapat difiltrasi oleh glomerulus bisa disekresi oleh ginjal melalui

    sekresi tubulus. Jadi proses eliminasi oleh ginjal (ekskresi)

    meupakan hasil dari proses-proses filtrasi glomerulus, reabsorbsi,

    dan sekresi tubulus. Bila fungsi ginjal rusak sedangkan obat harus

    dikeluarkan melalui ginjal maka eksresinya tidak sempurna dan

    memudahkan terjadinya keracunan . Hasil ekskresi dapat berupa

    urine, air ludah, air susu, air mata, keringat dan lain-lain.

    FARMAKODINAMIK

    Farmakodinamik ialah cabang ilmu yang mempelajari efek biokimiawi dan

    fisiologi obat serta mekanisme kerjanya. Sifat kerja obat tersebut

  • 7/22/2019 makalah Kinetika Obat

    12/20

    menentukan kelompok tempat obat tersebut digolongkan dan sering kali

    mempunyai peran penting untuk memutuskan apakah kelompok tersebut

    adalah terapi yang tepat untuk gejala atau penyakit tertentu.

    Mekanisme Kerja Obat Efek obat umumnya timbul karena interaksi obat

    dengan reseptor pada sel suatu organisme. Interaksi obat dengan

    reseptornya ini mencetuskan perubahan biokimiawi dan fisiologi yang

    merupakan respons khas untuk obat tersebut. Reseptor obat merupakan

    komponen makromolekul fungsional yang kencakup dua fungsi penting.

    Pertama, bahwa obat dapat mengubah kecepatan kegiatan faal tubuh.

    Kedua, bahwa obat tidak menimbulkan suatu fungsi baru, tetapi hanya

    memodulasi fungsi yang sudah ada. Setiap komponen makromolekul

    fungsional dapat berperan sebagai reseptor obat tertentu, juga berperan

    sebagai reseptor untuk ligand endogen (hormon, neurotransmitor).

    Substansi yang efeknya menyerupai senyawa endogen disebut agonis.

    Sebaliknya, senyawa yang tidak mempunyai aktivitas intrinsic tetapi

    menghambat secara kompetitif efek suatu agonis di tempat ikatan agonis

    (agonit binding site ) disebut antagonis.(2)

    Teori ReseptorEfek terapeutik obat dan efek toksik obat adalah hasil dari

    interaksi obat tersebut dengan molekul di dalam tubuh pasien. Sebagian

    besar obat bekerja melalui penggabungan dengan makromolekul khusus

    dengan cara mengubah aktivitas biokimia dan biofisika makromolekul, hal

    ini dikenal dengan istilah reseptor.

  • 7/22/2019 makalah Kinetika Obat

    13/20

    Sebagian besar reseptor adalah protein karena struktur polipeptida

    memberikan perbedaan corak dan kekhususan yang diperlukan dari

    bentuk dan muatan listrik.

    Reseptor obat yang paling baik adalah protein regulator, yang

    menjembatani kerja dan sinyal-sinyal bahan kimia endogen, seperti:

    neurotransmitter, autacoids, dan hormone. Kelompok reseptor ini

    menjembatani efek dari sebagian besar agen terapeutik yang paling

    bermanfaat. Struktur molekuler dan mekanisme biokimia reseptor regular

    ini menggunakan lima mekanisme dasar sinyalisasi transmembran yang

    masing-masing menggunakan strategi/ pendekatan yang berbeda untuk

    menghindari halangan yang disebabkan oleh dua lapisan lemak (bilayer

    lipid) membran plasma. Strategi pendekatan ini menggunakan:

    1. Ligan larut lemak yang melintasi membrane dan bekerja pada

    reseptor intraseluler. Sinyal kimia larut lemak melintasi

    membran plasma dan bekerja pada reseptor intraseluler (yang

    mungkin adalah enzim atau pengatur transkripsi gen).

    2. Protein reseptor transmembran yang aktivitas enzimatik

    intraselulernya diatur secara allosterical oleh ligan yang terikat

    pada tempat di domain ekstraseluler protein. Sinyal tersebut

    terikat pada domain ekstraseluler protein transmembran,

    sehingga mengaktifkan aktivitas enzimatis domain

    sitoplasmiknya.

  • 7/22/2019 makalah Kinetika Obat

    14/20

    3. Reseptor transmembran yang mengikat dan menstimulasi

    protein tyrosine kinase. Sinyal tersebut terikat pada domain

    ekstraseluler reseptor transmembran yang terikat pada protein

    kinase tyrosine, yang diaktifkannya.

    4.Kanal ion transmembran yang ligand-gated, yaitu kanal ion

    yang pembukaan/ penutupannya dapat diinduksi oleh ligan

    yang terikat pada reseptor kanal ion tersebut.

    Sinyal tersebut terikat dan langsung mengatur pembukaan

    saluran ion.

    4. Protein reseptor transmembran yang menstimulasi transduktor

    yang memberi sinyal setelah berikatan dengan GTP (protein G)

    yang kemudian menimbulkan pembawa pesan kedua.

    Sinyal tersebut terikat pada reseptor permukaan sel yang

    dihubungkan pada enzim efektor oleh protein G.

    Kelompok protein lainnya yang telah dikenal jelas sebagai reseptor obat

    juga termasuk enzim, yang mungkin dihambat (yang kurang umum,

    diaktifkan) dengan mengikat obat (misalnya dihydrofolate reductase,

    reseptor untuk obat antikanker methotrexate), protein pembawa (transport

    protein) (misalnya, Na+/ K+ ATPase, reseptor membran untuk digitalis,

    glycoside yang aktif pada jantung) dan protein structural misalnya tubulin,

    reseptor untuk colchicine, agen antiinflamasi. Ikatan obat reseptor dapat

    berupa ikatan ion, hydrogen hidrofobik, van der walls, atau kovalen , tetapi

    umumnya merupakan campuran dari berbagai ikatan di atas.

  • 7/22/2019 makalah Kinetika Obat

    15/20

    Konsep reseptor ini mempunyai konsekuensi-konsekuensi yang

    penting untuk perkembangan obat dan pengambilan keputusan terapeutik

    dalam praktek klinik.

    1. Pada dasarnya reseptor menentukan hubungan kuantitatif

    antara dosis atau konsentrasi obat dan efek farmakologi:

    afinitas reseptor untuk mengikat obat menentukan

    konsentrasi obat yang diperlukan untuk membentuk

    kompleks obat reseptor (drug receptor complexes) dalam

    jumlah yang berarti, dan jumlah reseptor secara keseluruhan

    dapat membatasi efek maksimal yang ditimbulkan oleh obat.

    2. Reseptor bertanggung jawab pada selektivitas tindakan obat

    seperti ukuran, bentuk dan muatan ion elektrik molekul obat

    menentukan apakah dan dengan kesesuaian yang

    bagaimana molekul itu akan terikat pada reseptor tertentu

    diantara bermacam-macam tempat ikatan yang secara

    berbeda. Oleh karena itu, perubahan struktur kimia obat

    secara dramatis(mencolok) dapat menaikkan atau

    menurunkan afinitas obat-obat baru terhadap gollongan

    golongan reseptor yang berbeda, yang mengakibatkan

    perubahan-perubahan dalam efek terapi dan toksiknya.

    3. Reseptor-reseptor menjembatani kerja antagonis

    farmakologi efek antagonis di dalam tubuh

    pasienbergantung pada pencegahan pengikatan molekul

  • 7/22/2019 makalah Kinetika Obat

    16/20

    agonis dan penghambatan kerja biologisnya. Beberapa obat

    bermanfaat sebagai antagonis farmakologis dalam

    pengibatan klinik.

    Spesifisitas dan Selektivitas Suatu obat dikatakan spesifik bila

    kerjabya terbatas pada satu jenis reseptor, dan dikatakan selektif bila

    menghasilkan satu efek pada dosis rendah dan efek lain baru timbul pada

    dosis yang lebih besar. Obat yang spesifik belum tentu selektif tetapi obat

    yang tidak spesifik dangan sendirinya tidak selektif.

    KERJA OBAT YANG TIDAK DIPERANTARAI RESEPTOR

    Efek Nonspesifik Dan Gangguan Pada Membran

    Perubahan sifat osmotik

    Diuretic osmotic (urea, manitol), misalnya, meningkatkan

    osmolaritas filtrate glomerulus sehingga mengurangi reabsorpsi air

    di tubuli ginjal dengan akibat terjadi efek diuretic.

    Perubahan sifat asam/basa Kerja ini diperlihatkan oleh oleh antacid

    dalam menetralkan asam lambung.

    Kerusakan nonspesifik zat perusak nonspesifik digunakan sebagai

    antiseptik dan disinfektan, dan kontrasepsi.contohnya, detergen

    merusak intregitas membrane lipoprotein.

    Gangguan fungsi membrane anestetik umum yang mudah

    menguap misalnya eter, halotan, enfluran, dan metoksifluran

  • 7/22/2019 makalah Kinetika Obat

    17/20

    bekerja dengan melarut dalam lemak membrane sel di SSP

    sehingga eksitabilitasnya menurun.

    Interaksi Dengan Molekul Kecil Atau Ion kerja ini diperlihatkan oleh

    kelator (chelating agents) misalnya CaNa2 yang mengikat Pb2+

    bebas menjadi kelat yang inaktif pada keracunan Pb.

    Masuk ke dalam komponen sel obat yang merupakan analog puri

    atau pirimidin dapat berinkoporasi ke dalam asam nukleat sehingga

    mengganggu fungsinya. Obat yang bekerja seperti ini disebut

    antimetabolit misalnya merkaptopurin atau anti mikroba lain.

    KONSENTRASI DAN RESPON OBAT Hubungan antara konsentrasi obat

    dan respon obat Respons terhadap dosis obat yang rendah biasanya

    meningkat sebanding langsung dengan dosis. Namun, dengan

    meningkatnya dosis penigkatan respon menurun. Pada akhirnya,

    tercapailah dosis yang tidak dapat meningkatkan respon lagi. Pada

    system ideal atau system in vitro hubungan antara konsentrasi obat dan

    efek oabat digambarkan dengan kurva hiperbolik menurut persamaan

    sebagi berikut: E= di mana E adalah efek yang diamati pada konsentrasi

    C, Emaks adalah respons maksimal yang dapat dihasilkan oleh obat.

    EC50 adalah konsentrasi obat yang menghasilkan 50% efek maksimal.

    Hubungan antara konsentrasi dan efek obat (panel A) atau obat

    yang terikat reseptor (panel B). Konsentrasi obat yang efeknya separuh

    maksimum disebut EC50 dan konsentrasi obat yang okupansi reseptornya

  • 7/22/2019 makalah Kinetika Obat

    18/20

    separuh maksimum disebut KD. Hubungan dosis dan respons bertingkat

    yaitu:

    Efikasi (efficacy). Efikasi adalah respon maksimal yang dihasilkan

    suatu obat. Efikasi tergantung pada jumlah kompleks obat-reseptor

    yang terbentuk dan efisiensi reseptor yang diaktifkan dalam

    menghasilkan suatu kerja seluler. Potensi yang disebut juga

    kosentrasi dosis efektif, adalah suatu ukuran berapa bannyak obat

    dibutuhkan untuk menghasilkan suatu respon tertentu. Makin

    rendah dosis yang dibutuhkan untuk suatu respon yang diberikan,

    makin paten obat tersebut. Potensi paling sering dinyatakan

    sebagai dosis obat yang memberikan 50% dari respon maksimal

    (ED50). Obat dengan ED50 yang rendah lebih poten daripada obat

    dengan ED50 yang lebih besar.

    Slope kurva dosis-respons. Slope kurva dosis-respons bervariasi

    sari suatu obat ke obat lainnya. Suatu slope yang curam

    menunjukkan bahwa suatu peningkatan dosis yang kecil

    menghasilkan suatu perubahan yang besar.

    Pada gambar diatas diperlihatkan suatu kurva dari tiga obat yang berbeda

    yang menunjukkan potensi farmakologis yang berbeda dan efikasi

    maksimal yang berbeda:

  • 7/22/2019 makalah Kinetika Obat

    19/20

    Obat A lebih paten disbanding obat B, tetapi keduanya memiliki

    efikasi yang yang sama, sedangkan obat C memperlihatkan potensi dan

    efikasi yang lebih rendah daripada obat A dan B.

    Dosis yang menimbulkan efek terapi pada 50% individu (ED50)

    disebut juga dosis terapi median. Dosis letal median adalah dosis yang

    emnimbulkan kematian pada 50% individu , sedangkan TD50 adalah

    dosis toksik 50%. Indeks terapeutik Indeks terapeutik suatu obat adalah

    rasio dari dosis yang menghasilkan toksisitas dengan dosis yang

    menghasilkan suatu respon yang efektif dan diinginkan secara klinik

    dalam suatu populasi individu Indeks terapeutik = dosis toksik(dosis

    efektif). Indeks

    Terapeutik merupakan suatu ukuran keamanan obat karena nilai

    yang besar menunjukkan bahwa terdapat suatu batas yang luas diantara

    dosis-dosis yang efektif dan dosis-dosis yang toksik.

    Indeks terapeutik ditentukan dengan mengukur frekuensi respons yang

    diinginkan dan respons toksik pada berbagai dosis obat

    Warafarin, suatu obat dengan indeks terapeutik yang kecil. Pada

    saat dosis warfarin ditingkatkan , terjadi suatu respon toksik, yaitu kadar

    anti koagulan yang tinggi yang menyebabkan perdarahan. Variasi respon

    penderita mudah terjadi dengan obat yang mempunyai indeks terapeutik

    yang sempit, karena konsentrasi efektif hamper sama dengan konsentrasi

    toksik.

  • 7/22/2019 makalah Kinetika Obat

    20/20

    Suatu obat dengan indeks terapeutik yang besar. Penisilin aman

    diberikan dalam dosis tinggi jauh melebihi dosis minimal yang dibutuhkan

    untuk mendapatkan respon yang diinginkan(1)

    Obat ideal menimbulkan efek terapi pada semua pasien tanpa

    menimbulkan efek toksik pada seorang pasienpun, oleh karena itu

    Indeks terapi = adalah lebih tepat dan untuk obat ideal misalnya:

    a) Aspirin

    Aspirin(asam) asetilsalisilat asetosal adalah suatu jenis obat dari

    keluarga salisilat yang sering digunakan sebagai analgesik

    terhadap rasa sakit (nyeri minor), antipiretik (terhadap demam), dan

    anti inflamasi. Aspirin juga memiliki efek antikoagulan dan

    digunakan dalam dosis rendah dalam tempo lama untuk mencegah

    serangan jantung. Asperin obat pertama yang dipasarkan dalam

    bentuk tablet, dengan struktur kimia: Molekul asam 2-

    hidroksibenzoat juga disebut sebagai asam 2-

    hidroksibenzenkarboksilat

    b) Amoksisillin

    Struktur kimia: C16H19N3O5S atau (2S, 5R, 6R)-6-[(R)-2-amino-2-

    (4-hydroxyphenyl) acetamido]-3,3-dimethyl-7-oxo-4-thia-1-

    azabicyclo[3,2,0] heptane-2-carboxylic acid.