makalah obat sublingual.doc

43
TUGAS FARMAKOLOGI PRINSIP DAN TEKNIK PEMBERIAN OBAT SUBLINGUAL DISUSUN OLEH: Kelompok: 1 1) Putu Epriliani P07120214010 2) I Gusti Ayu Cintya Adianti P07120214012 3) Ni Putu Novia Indah Lestari P07120214016 4) Kadek Poni Marjayanti P07120214026 DIV KEPERAWATAN TINGKAT 1 SEMESTER II 1

Transcript of makalah obat sublingual.doc

TUGAS FARMAKOLOGI

TUGAS FARMAKOLOGI

PRINSIP DAN TEKNIK PEMBERIAN OBAT SUBLINGUAL

DISUSUN OLEH:

Kelompok: 1

1) Putu Epriliani

P07120214010

2) I Gusti Ayu Cintya Adianti

P07120214012

3) Ni Putu Novia Indah Lestari

P07120214016

4) Kadek Poni Marjayanti

P07120214026

DIV KEPERAWATAN

TINGKAT 1 SEMESTER II

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

TAHUN 2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan tuntunan-Nyalah penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini tepat pada waktunya. Karya tulis ini dibuat sebagai laporan tugas FARMAKOLOGI dan merupakan salah satu bentuk usaha penulis untuk menambah wawasan mengenai standar prinsip dan teknik pemberian obat. Dalam penyusunan karya tulis ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terimakasih.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna. Mengingat banyaknya kekurangan yang penulis miliki, baik dari segi isi, penyajian maupun penulisan itu sendiri. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan pendapat, saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan karya tulis ini. Semoga karya tulis ini dapat menjadi inspirasi dan memberikan manfaat bagi kita semua.

Denpasar, 3 Mei 2015

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL

iKATA PENGANTAR

ii

DAFTAR ISI

iii

BAB I PENDAHULUAN..

1.1 Latar Belakang Masalah 4

1.2 Rumusan Masalah 4

1.3 Tujuan Penulisan 4

1.4 Manfaat Penulisan 5BAB II PEMBAHASAN

2.1

2.2 Standar Tanggung Jawab Individu Profesional

2.2.1 Sepuluh Standar Asuhan Keperawatan

2.2.2 Lingkup Tindakan Keperawatan Independen

2.2.3 Lingkup Tindakan Keperawatan Interdependen

2.3 Standar Tanggung Jawab Profesi Keperawatan

2.4 Standar Disusun Oleh Pelayanan Kesehatan

BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam profesi kita sebagai perawat tentu saja kita akan selalu dihadapkan dengan obat-obatan dan cara pemakaiannya serta bagaimana mengatur obat-obatan yang harus digunakan oleh pasien serta harus mampu mempersiapkan obat yang sesuai dengan yang dianjurkan, persiapan tentang cara pemberian obat dan observasi secara tepat terhadap cara obat-obatan tersebut bekerja. Dengan kata lain, seorang dokter dapat berkolaborasi dengan perawat yang memiliki pengetahuan yang memadai dalam bidang ini.

Seorang perawat professional harus mampu memberikan rute obat yang sesuai pada kliennya. Pilihan rute pemberian obat yang sesuai bergantung pada kandungan obat dan efek yang digunakan serta kondisi fisik dan mental klien.

Obat adalah senyawa atau campuran senyawa untuk mengurangi gejala atau menyembuhkan penyakit. Teknik pemberian obat didapati ada berbagi macam cara, diantaranya secara oral, parenteral, dermal, bucal, sublingual dan sebagainya. Yang akan dibahas lebih lengkap dalam makalah kali ini adalah pemberian obat atau sediaan parenteral (Perry Potter, 2006). Dalam profesi kita sebagai perawat tentu saja kita akan selalu di hadapkan dengan obat-obatan dan cara pemakaiannya serta bagaimana mengatur obat-obatan yang harus di gunakan oleh pasien serta harus mampu mempersiapkan obat yang sesuai dengan yang di anjurkan, persiapan tentang cara pemberian obat dan observasi secara tepat terhadap cara obat-obatan tersebut bekerja. Dengan kata lain, seorang dokter dapat berkolaborasi dengan perawat yang memiliki pengetahuan yang memadai dalam bidang ini. Seorang perawat professional harus mampu memberikan rute obat yang sesuai pada kliennya.Pilihan rute pemberian obat yang sesuai bergantung pada kandungan obat dan efek yang digunakan serta kondisi fisik dan mental klien. Pemberian obat secara sublingual merupakan pemberian obat yang cara pemberiannya di taruh di bawah lidah. Absorbsinya baik melalui jaringan kapiler di bawah lidah obat-obatan ini mudah diberikan sendiri. Tujuannya Agar efek yang ditimbulkan bisa lebih cepat karena pembuluh darah di bawah lidah merupakan pusat dari sakit. Mempunyai kelebihan yaitu efek obat akan terasa lebih cepat dan kerusakan obat pada saluran cerna dan metabolisme di dinding usus dan hati dapat di hindari dan kekurangannya yaitu kurang praktis untuk digunakan terus menerus dan dapat merangsang selaput lendir mulut. Hanya obat yang bersifat lipofil dan dapat diberikan dengan jalan ini.1.2 Rumusan Masalah

Perumusan masalah dari pemberian obat sublingual membahas tentang :

1. Apakah definisi obat sublingual dan bukal ?2. Apakah definisi dari tindakan pemberian obat sublingual ?3. Apa sajakah contoh obat sublingual dan bukal ?

4. Bagaimanakah formulasi tablet sublingual dan bukal ?

5. Bagaimanakah cara pembuatan obat sublingual dan bukal ?

6. Bagaimanakah mekanisme kerja obat sublingual?

7. Bagaimanakah standar obat sublingual?

8. Bagaimanakah reaksi obat sublingual?

9. Bagaimanakah persiapan pemberian obat sublingual?

10. Bagaimanakah bentuk dan jenis obat sublingual?

11. Apakah hal-hal yang harus di perhatikan dalam pemberian obat sublingual ?12. Bagaimanakah standar operasional pemberian obat sublingual ?13. Apa sajakah penggunaan bentuk sediaan obat sublingual?1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui defenisi dari tindakan pemberian obat sublingual.

2. Untuk mengetahui mekanisme kerja obat sublingual.

3. Untuk mengetahui standar obat sublingual.

4. Untuk mengetahui reaksi obat sublingual.

5. Untuk mengetahui persiapan pemberian obat sublingual.

6. Untuk mengetahui bentuk dan jenis obat sublingual

7. Untuk mengetahui hal-hal yang harus di perhatikan dalam pemberian obat sublingual.

8. Untuk mengetahui tahap persiapan dalam pemberian obat sublingual.

9. Untuk mengetahui fase-fase kemunikasi teraupetik.

10. Untuk mengetahui penggunaan bentuk sediaan obat sublingual.11. Hal-hal yang mesti diperhatikan dalam pemerian obat subligual.12. Untuk mengetahui standar prosedur pemberian obat subligual13. Untuk mengetahui penggunaan bentuk sediaan obat sublingual

1.4 Manfaat Penulisan

Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa mampu memahami dan mengetahui apa itu obat sublingual, mekanisme, sampai penggunaan bentuk sediaan obat sublingual sehingga sebagai mahasiswa kesehatan khususnya keperawatan mampu mengedukasi masyarakat dan memberikan pelayanan kesehatan khususnya pemberian obat sublingual kepada masyarakat.

BAB IIPEMBAHASANPada pemilihan rute pemberian obat, bergantung pada kandungan obat dan efek yang diinginkan serta kondisi fisik dan mental pasien. Perawat sering terlibat dalam pemilihan rute pemberian obat. Hal itu terjadi karena perawat terlibat dalam perawatan klien secara konsisten.

Ada beberapa rute pemberian obat yang dikenal yaitu

1. Rute Oral terdiri dari pemberian oral, pemberian sublingual dan pemberian bukal.

2. Rute Parenteral terdiri dari subkutan (SC), intrakutan dan intervena.

3. Rute Topikal terdiri dari rute inhalasi (nasal dan oral) , pemberian melalui endotrakea atau trakea, salep, obat tetes hidung, obat tetes telinga dan rectal.

2.1 Definisi Obat Sublingual Dan Bukal Tablet sublingual merupakan jenis tablet kompresi yang penggunannya disisipkan di bawah lidah sedangkan tablet bukal penggunaanya disipkan di antara pipi dan gusi. Tablet ini umumnya berbentuk datar atau oval, keras, dan mengandung hormon. Tablet sublingual adalah tablet yang digunakan dengan cara diletakkan di bawah lidah sehingga zat aktif diserap secara langsung melalui mukosa mulut, diberikan secara oral, atau jika diperlukan ketersediaan obat yang cepat. Tablet bukal adalah tablet yang digunakan dengan cara meletakkan tablet diantara pipi dan gusi sehingga zat aktif diserap secara langsung melalui mukosa mulut (Syamsuni, 2006).Kedua tablet ini umumnya berbentuk kecil, pipih, dan oval yang dimaksudkan untuk pemberian pada daerah bukal atau bawah lidah yang melarut atau tererosi perlahan, oleh karena itu, diformulasi dan dikopresi dengan tekanan yang cukup untuk menghasilkan tablet yang keras (Rudnic and Schwartz, 1990). Setelah obat dilepaskan dari tablet, bahan aktif diabsorpsi tanpa melewati saluran gastrointestinal. Ini rute yang menguntungkan untuk obat yang bisa dihancurkan oleh saluran gastrointestinal. Pemberiannya hanya terbatas pada gliseril trinitrat dan hormon-hormon steroid (Parrot, 1980).Kedua jenis tablet ini dimaksudkan untuk diserap langsung oleh selaput lender mulut. Obat-obatan yang diberikan dengan cara ini dimaksudkan agar memberikan efek sistemik, dan karena itu harus dapat diserap dengan baik oleh selaput lendir mulut. Tablet buccal dan sublingual hendaklah diracik dengan bahan pengisi yang lunak, yang tidak merangsang keluarnya air liur. Ini mengurangi bagian obat yang tertelan dan lolos dari penyeraapan oleh selaput lender mulut. Di samping itu, kedua tablet ini hendaklah dirancang untuk tidak pecah, tetapi larut secara lambat, biasanya dalam jangka waktu 15-30 menit, agar penyerapan berlangsung dengan baik (Lachman, dkk, 2008).Keuntungan tablet sublingual dan bukal adalah :1) Cocok untuk jenis obat yang dapat dirusak oleh cairan lambung atau sedikit sekali diserap oleh saluran pencernaan.2) Bebas First Pass Metabolism.3) Proses absorpsinya cepat karena langsung diabsorpsi melalui mukosa mulut, sehingga diharapkan dapat memberikan efek yang cepat juga.Adapun kerugian tablet sublingual dan bukal adalah :1) Hanya sebagian obat yang dapat dibuat menjadi tablet sublingual dan bukal karena obat yang dapat diabsorpsi melalui mukosa mulut jumlahnya sangat sedikit.2) Untuk obat yang mengandung nistrogliserin pengemasan dan penyimpanan obat memerlukan cara khusus karena bahan ini mudah menguap. 2.2 Pengertian Tindakan Pemberian Obat Sublingual Obat dapat diberikan pada pasien secara sublingual yaitu dengan cara meletakkan obat dibawah lidah. Meskipun cara ini jarang dilakukan, namun perawat harus mampu melakukannya. Dengan cara ini, aksi kerja obat lebih cepat yaitu setelah hancur di bawah lidah maka obat segera mengalami absorbsi ke dalam pembuluh darah. Cara ini juga mudah dilakukan dan pasien tidak mengalami kesakitan. Pasien diberitahu untuk tidak menelan obat karena bila ditelan, obat menjadi tidak aktif oleh adanya proses kimiawi dengan cairan lambung. Untuk mencegah obat tidak di telan, maka pasien diberitahu untuk membiarkan obat tetap di bawah lidah sampai obat menjadi hancur dan terserap. Obat yang sering diberikan dengan cara ini adalah nitrogliserin yaitu obat vasodilator yang mempunyai efek vasodilatasi pembuluh darah. Obat ini banyak diberikan pada pada pasien yang mengalami nyeri dada akibat angina pectoris. Dengan cara sublingual, obat bereaksi dalam satu menit dan pasien dapat merasakan efeknya dalam waktu tiga menit (Rodman dan Smith, 1979).

Pemberian obat secara sublingual merupakan pemberian obat yang cara pemberiannya ditaruh di bawah lidah. Tujuannya adalah agar efek yang ditimbulkan bisa lebih cepat karenapembuluh darah di bawah lidah merupakan pusat dari sakit. Kelebihan dari cara pemberian obat dengan sublingual adalah efek obat akan terasa lebih cepat dan kerusakan obat pada saluran cerna serta metabolisme di dinding usus dan hati dapat dihindari. Contoh yang banyak ditemui dalam masyarakat adalah pasien yang mempunyai penyakit jantung, seringkali memakai obat ini yang dinamakan ISDN / Isosorbid Dinitrat. 2.3 Contoh Tablet Sublingual dan Bukal

Tablet bukal dan sublingual pemberiannya hanya terbatas pada gliseril trinitrat, nitrogliseril dan hormon - hormon steroid.a. Nitrogliserin

Sediaan nitrogliserin sublingual dan bukal dapat mengurangi serangan anginal pada penderita iskemia jantung. Pemberian 0,3 0,4 mg melepaskan rasa sakit sekitar 75% dalam 3 menit, 15% lainnya lepas dari sakit dalam waktu 5 15 menit. Apabila rasa sakit bertahan melebihi 20 30 menit setelah penggunaan dua atau tiga tablet nitrogliserin berarti terjadi gejala koroner akut dan pasien diminta untuk mencari bantuan darurat (Sukandar, dkk, 2008).

Efek samping mencakup hipotensi postural yang berhubungan dengan gejala sistem saraf pusat, refleks takikardi, sakit kepala, dan wajah memerah, dan mual pada waktu tertentu (Sukandar, dkk, 2008).b. Hormon Hormon Steroid1) Estrogen

Estrogen yang diberikan oral menstimulasi sintesis protein hepatik dan meningkatkan konsentrasi sirkulasi glogulin terikat hormn seks, yang dapat menjamin bioavailabilitas androgen dan astrogen. Estradiol merupakan bentuk kuat dan paling aktif dari estrogen endogen saata diberikan oral dia termetabolisme dan hanya 10% mencapai sirkulasi sebagai estradiol bebas. Absorbsi estrogen secara sistemik ppada tablet lebih rendah dibanding krim vaginal. Penemuan baru menunjukkan estrogen pada dosis yang lebih rendah efektif dalam mengontrol simptom pasca menopause dan mengurangi kehilangan masa tulang (Sukandar, dkk, 2008).

Contoh obat yang beredar di pasaran adalah angeliq, cliane, climmen, cyclo progynova, diane, dan lain-lain (Anonim, 2010).2) Progestogen

Progestogen umumnya diberikan pada wanita yang belum pernah menjalani histerektomi. Progestin sebaiknya ditambahkan karena estrogen tunggal berkaitan dengan hiperplasia dan kanker endometrium. Terapi hormon dosis rendah(estrogen terkonjugaasi ekuin 0,45 mg dan medroksiprogesteron asetat 1,5 mg/hari menunjukkan kesamaan dalam peredaran simptom dan pertahanan densitas tulang tanpa peningkatan hiperplasia endometrium.

Progestogen oral yang paling umum digunakan adalah medroksiprogesteron asetat misalnya Dilena; Noretisteron asetat, misalnya Anore, Cliane, Kliogest, Norelut, Primolut N, dan Regumen.2.4 Formulasi Tablet Sublungual dan Bukal

Tablet bukal mengandung sejumlah bahan aktif yang dikombinasikan dengan bahan tambahan, dimana bahan tambahan yang penting terdiri atas sorbitol dan lubrikan. Tablet ini memberikan drug delivery yang sangat cepat, dimana level bahan aktif dalam darah dapat dibandingkan dengan pemberian secara parenteral.

Perlu bagi formulasi bukal untuk kontak dengan mukosa oral untuk waktu yang cukup agar obat bisa diabsorpsi. Jika formulasinya falls apart terlalu cepat, bahan aktif akan tertelan, sehingga obat yang sampai tidak cukup, tetapi jika formulasinya tidak falls apart dengan cukup cepat maka pasien akan kesulitan, karena pasien tidak dapat makan atau minum selama menggunakan sediaan bukal. Formulasi bukal sebaiknya mempunyai ukuran yang kecil untuk menghindari ketidaknyamanan pasien, dan diinginkan formulasi sebisa mungkin larut dalam saliva sehingga ketidaknyamanan dari partikel berpasir yang tidak larut di mulut dapat dihindari.

Komposisi tablet bukal untuk pemberian obat mengandung bahan-bahan penting kira-kira 1 sampai 20% dari berat bahan terlarut, polimer adesif yang dapat diterima secara farmasetika, bahan tambahan tablet yang dapat dikompresi secara langsung, dan sejumlah bahan obat yang berguna secara terapi. Komposisi tablet bukal misalnya bisa mengandung kira-kira sampai 10 % (kira-kira 1-10%) penghancur yang dapat diterima secara farmasetika.

Komposisi tablet bukal untuk pemberian estrogen, mengandung kira-kira 2-10% bahan adesif polimer, seperti carbomer 934 P; dan penghancur tablet sampai kira-kira 6%, seperti crospovidon; gula yang dapat dikompresi dan kira-kira 50 mikrogram sampai 2 g estradiol. Formulasi bukal dapat mengandung bahan-bahan incidental, seperti lubrikan, bahan pewarna dan bahan pengaroma. Bahan adesif polimer yang dapat diterima secara farmasetikal digunakan untuk memberikan sifat basah untuk formulasi bukal sehingga sediaannya dapat tetap pada tempatnya selama pemberian. Sejumlah bahan adesif dalam formulasi kira-kira 1-20%, tetapi lebih dipilih 2-10%. Penggunaannya yang kurang dari 1% bisa menghasilkan sifat adesif yang tidak cukup atau formulasi yang falling apart yang terlalu cepat, sebaliknya jika berlebihan menyebabkan formulasi tersebut tinggal lebih lama daripada yang diinginkan. Bahan adesif akan lengket ketika lembab tetapi tidak ketika kering, untuk kenyamanan pada saat penanganan. Sejumlah bahan adesif dapat digunakan secara umum untuk meningkatkan kelarutan dari bahan aktif.

Salah satu kelompok bahan adesif polimer yang ber-BM tinggi dari asam akrilat dikenal dengan karbomer. Berat molekulnya 450,000 sampai 4,000,000 berguna, terutama dengan BM 3,000,000 (misalnya carbomer 934 P.). Bahan adesif ini digunakan dalam jumlah kecil untuk memberikan karakteristik adesif yang diinginkan pada formulasi, yang berguna karena jumlah bahan adesif yang besar dapat menghalangi disolusi dari bahan aktif. Polimer hidrofilik lain yang bisa digunakan adalah polimer hidrofilik yang mengandung sebagian (87-89%) polivinilalkohol terhidrolasi ( BM 10,000 sampai 125,000, lebih dipilih 11,000 to 31,000), polietilen oxida (mBM kira-kira 100,000 sampai 5,000,000, lebih dipilih BM 400,000) dan poliakrilat. Hidroksipropil metilselulosa yang mempunyai BM 13,000 sampai 140,000 dan hidroksipropil selulosa yang mempunyai BM 60,000 sampai 1,000,000 juga merupakan bahan adesif yang berguna. Istilah soluble digunakan sebagai indikasi bahwa bahannya larut dalam air atau saliva.

Selama pemberian sediaan, bahan adesif di tempat itu berbentuk seperti gel yang perlahan-lahan memisah. Penggunaan sejumlah disintegran yang dapat diterima secara farmasetikal yang tertelan selama pemberian, menyebabkan lebih banyak pemaparan formulasi pada saliva, dapat membantu pemisahan dan menyebabkan formulasi memisah secara perlahan-lahan. Jumlah disintegran dalam fprmulasi sampai 10%, misalnya 3-6%. Meskipun demikian, jmlah disintegran yang berlebihan bisa memperlambat penghancuran, seperti pada formulasi dari gel yang tidak larut, dan membantudisolusi dari formulasi. Beberapa formulasi dari tipe ini bisa menunjukkan disintegrasi yang lebih cepat jika disintegran yang digunakan kurang dari 3%, misalnya 2,5% atau bahkan 1% atau kurang, terutama jika disintegran tidak terbasahkan oleh air atau larut sebagian dalam air; seperti disintegran dengan menghambat pemasukan air ke dalam komposisi tablet yang dapat memperlambat penghancuran dan disolusinya. Pemilihan jumlah disintegran yang tepat dilakukan dengan trial dan error. Beberapa formulasi tidak mengandung disintegran sama sekali atau mengandung persentase disintegran yang sangat kecil, misalnya 0.05% atau 0.1% sampai 0.9%.

Salah satu disintegran adalah bahan crospovidon yang merupakan produk silang dari polivinil-5- pirolidon. Bahan disintegran lain meliputi Ac-di-sol, asam alginate dan pati Na-karboksimetil. Formulasinya juga meliputi bahan tambahan tablet yang larut, yang dapat dikompresi secara langsung seperti gula. Salah satu bahan tambahan tablet adalah cokristalisasi dari sukrosa 97% dan dekstrin termodifikasi 3%. Selain itu, juga biasa digunakan laktosa. Bahan lain yang digunakan meliputi lubrikan, bahan pewarna dan bahan pengaroma. Lubrikan mungkin tidak larut dalam air, misalnya magnesium stearat atau oleat, jumlahnya sampai 3%, lebih dipakai 0,3 sampai 1,5%. Meskipun demikian, lubrikan yang dipilih adalah yang larut dalam air, misalnya Na lauril sulfat, jumlahnya sampai 3%, dipilih 0,3-1,5%. Campuran lubrikan yang larut dan tidak larut dalam air dapat digunakan. Lubrikan yang larut bisa memperpendek waktu disintegrasi dan disolusi, terutama untuk bahan obat yang larut dalam air, sedangkan lubrikan yang tidak larut bisa memperpanjang.Jumlah bahan aktif akan bervariasi tergantung pada dosis yang diinginkan untuk pengobatan. Estradiol, ketika digunakan sebagai bahan aktif, jumlahnya kira-kira 50 mikrogram sampai 2 mg. Formulasi dapat disiapkan dengan pencampuran sederhana dan mengkompresi jumlah campuran yang dinginkan ke dalam bentuk tablet. Sediaan akhir yang diinginkan mempunyai diameter kira-kira 0.635 cm (kira-kira inci) dan ketebalan kira-kira 0.127 cm (kira-kira 0.05 inci), dan penghancuran selama pemberian kira-kira 2-20 menit, lebih dipilih 4-12 menit2.5 Pembuatan Obat

1) Persyaratan Tablet

Dalam membuat tablet sublingual dan bukal ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu :a. Sifat dan Kualitas

Ciri ciri fisik tablet sublingual dan bukal adalah datar atau oval, dan keras. Bentuk tersebut ditentukan oleh punch dan die yang digunakan untuk mengkompresi (menekan) tablet. Untuk menghasilkan tablet yang datar, maka punch-nya jangan terlalu cembung.

Adapun ketebalan tablet dipengaruhi oleh jumlah obat yang dapat diisikan ke dalam cetakan dan tekanan yang diberikan pada saat dilakukan kompresi (Ansel, 1989).b. Berat Tablet

Berat tablet ditentukan oleh jumlah bahan yang diisikan ke dalam cetakan yang akan ditekan. Volume bahan (granul) harus disesuaikan dengan beberapa tablet yang telah lebih dulu dicetak supaya tercapai berat tablet yang diharapkan. Penyesuaian diperlukan, karena formula tablet tergantung pada berat tablet yang akan dibuat.

Sebagai contoh, jika tablet harus mengandung 10 mg bahan obat dan bila yang akan diproduksi 10.000 tablet, maka diperlukan 100 gr dari obat tersebut dalam formula. Setelah penambahan bahan tambahan, formulanya mungkin meningkat menjadi 1000 gr. Ini berarti tiap tablet beratnya menjadi 100 mg dengan bahan obat yang terkandung 10 mg. Jadi, obat yang diisi ke dalam cetakan harus disesuaikan supaya dapat menampung volume granul yang beratnya 100 mg (Ansel, 1989). c. Kekerasan Tablet

Tablet bukal sengaja dibuat keras. Hal ini dimaksudkan agar obat yang disisipkan di pipi larut perlahan lahan. Dalam proses kompresi, besarnya tekanan yang biasa digunakan adalah lebih kecil dari 3000 dan lebih besar dari 40.000 pound. Jadi, untuk membuat tablet bukal yang keras tekanan yang dibutuhkan juga besar. Pada saat ini banyak alat yang bisa digunakan sebagai tester pengukur kekerasan tablet, diantaranya Pfizer tablet hardness tester, HT500 Hardness Tester, dan Friabilator.Pfizer tablet hardness tester (Ansel, 1989)d. Daya Hancur Tablet

Semua tablet dalam USP harus melalui pengujian daya hancur secara resmi yang dilaksanakan in vitro dengan alat uji khusus. Alat ini terdiri dari rak keranjang yang dipasang berisi 6 pipa gelas yang ujungnya terbuka, diikat secara vertikal di atas latarbelakang dari kawat stainless yang berupa ayakan dengan ukuran mesh nomor 10. Selama waktu pengujian, tablet diletakkan pada pipa terbuka dalam keranjang tadi, dengan memakai mesin, keranjang diturun-naikkan dalam cairan pencelup dengan frekuensi 29 32 kali turun naik per menit. Layar kawat dipertahankan selalu berada di bawah permukaan cairan.

Untuk tablet bukal dan sublingual, meggunakan air (cairan pencelup) yang dijaga pada temperatur 37oC, kecuali bila ditentukan ada cairan lain dalam masing masing monogramnya. Tablet bukal harus melebur dalam waktu 4 jam dan tablet sublingual biasanya 30 menit (Ansel, 1989). e. Disolusi Tablet

Dalam USP cara pengujian disolusi tablet dinyatakan dalam masing masing monografi obat (Ansel, 1989).2) Metode Pembuatan

Sebagian besar tablet kompresi dibuat dengan matode granulasi basah mengingat caranya yang relatif mudah. Begitu pula dengan tablet sublingual dan bukal. Langkah-langkah yang diperlukan dlam pembuatan tablet dengan metode ini dapat dibagi sebagai berikut; (1). Menimbang dan mencampur bahan-bahan, (2) Pembuatan granulasi basah, (3) Mengayakan adonan lembab menjadipelet atau granul, (4) Pengeringan, (5) Pengayakan kering, (6) Pencampuran bahan pelincir, (7) Pembuatan tablet dengan kompresi (Ansel, 1989).

Bahan aktif, pengisi, dan bahan penghancur yang diperlukan dalam formula tablet ditimbang sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan untuk membuat sejumlah tablet yang akan diproduksi dan dicampur, diaduk baik, biasanya dengan menggunakan mesin pencampur serbuk atau mikser. Pengisi yang biasa digunakan adalah laktosa, kaolin, mannitol, dan lain-lain. Bahan penghancur meliputi tepung jagung dan kentang, turunan amilum, senyawa selullosa, dan lain-lain (Ansel, 1989).

Selanjutnya campuran serbuk diubah menjadi granula yang bebas mangalir ke dalam cetakan. Hal ini dapat dilakukan dengan menambahkan cairan pengikat ke dalam campuran serbuk, melewatkan adonan yang lembap melalui ayakan yang ukurannya seperti yang diinginkan, granul yang dihasilkan melalui penngayakan ini dikeringkan lalu diayak lagi dengan ukurannya yang lebih kecil.

Kemudian dilakukan penyaringan adonan lembap menjadi pelet, pengeringan granul dalam kabiet pengering, penyaringan kering, lubrikasi, dan pencetakan tablet (Ansel, 1989).3) Pengemasan dan Penyimpanan

Pada umumnya tablet sangat baik disimpan dalam wadah yang tertutup rapat di tempat dengan kelembaban nisbi yang rendah, serta terlindung dari temperatur tinggi. Tablet khusus yang cenderung hancur bila kena lembab dapat disertai pengering dalam kemasannya. Tablet yang dirusak oleh cahaya disimpan dalam wadah yang dapat menahan masuknya cahaya (Ansel, 1989).

Untuk tablet sublingual yang mengandung nitrogliserin (Tablet Nitrogliserin) memiliki peraturan tersendiri dalam pengemasannya, yaitu : a. Semua tablet nitrogliserin harus dikemas dalam wadah gelas dengan tutup logam yang sesuai dan dapat diputar.b. Tiap wadah tidak boleh berisi lebih dari 100 tablet.c. Tablet nitrogliserin harus disalurkan dalam wadah aslinya dan pada labelnya ada tanda peringatan untuk mencegah hilangnya potensi, jagalah tablet ini dalam wadah aslinya dan segera tutup kembali wadahnya setelah pemakaian.d. Semua tablet nitrogliserin harus disimpan dalam ruangan dengan temperatur yang diatur antara 59o - 86 oF (Ansel, 1989).Pelaksanaan peraturan ini membantu memelihara keseragaman standar kandungan tablet nitrogliserin supaya lebih baik dari sebelumnya. Bagaimanapun juga, nitrogliserin merupakan cairan yang mudah menguap dari wadahnya bila terbuka dan khususnya apabila wadah tadi tidak tertutup rapat (Ansel, 1989). 2.6 Mekanisme Kerja Obat

Pada umumnya obat yang masuk ke dalam tubuh akan mengalami 4 proses :1. Absorpsi

Proses pergerakan obat dari sumber ke dalam tubuh melalui aliran darah kecuali dari jenis topikal. Hal ini di pengaruhi oleh cara dan jalur pemberian obat, jenis obat, keadaan tempat, makanan dan keadaan pasien.

2. Distribusi

Setelah obat di absorbsi, kemudian obat didistribusikan ke darah melalui vaskular dan sistem limfatis menuju dan masuk ke dalam jaringan. Proses dipengaruhi oleh keseimbangan cairan, elektrolit dan keadaan patologi.

3. Metabolisme

Setelah melalui sirkulasi, obat akan mengalami proses metabolisme. Obat akan ikut sirkulasi ke dalam jaringan, kemudian berinteraksi dengan sel dan melakukan sebuah perubahan zat kimia hingga menjadi lebih aktif. Obat yang tidak bereaksi akan diekresikan.

4. Ekskresi

Setelah obat mengalami metabolisme atau pemecahan, akan terdapat sisa zat yang tidak dapat dipakai. Sisa zat ini tidak bereaksi kemudian keluar melalui ginjal dalam bentuk urine, dari intestinal dalam bentuk feses, dan dari paru-paru dalam bentuk udara.2.7 Standar Obat

Obat yang digunakan sebaiknya memenuhi berbagai standar persyaratan obat diantaranya :

1. Kemurnian (suatu keadaan yang dimiliki obat karena unsur keasliannya)

2. Tidak ada campuran.

3. Potensi yang baik.

2. Harus memiliki biovialibilitas (keseimbangan obat)

5. Keamanan.

6. Efektifitas.2.8 Reaksi Obat

Ada dua macam reaksi obat dalam tubuh diantaranya adalah:

1. Efek terapeutik yaitu obat memiliki kesesuaian terhadap efek yang diharapkan sesuai dengan kandungan obatnya seperti

a. Paliatif (untuk meringankan gejala)

Mengurangi gejala penyakit tetapi tidak mempengaruhi terhadap kondisi penyakit itu sendiri. Misalnya aspirin hanya digunakan untuk menurunkan panas tanpa menghilangkan penyakit.

b. Kuratif (pengobatan)

Efek obat yang mengobati penyakit misalnya penicillin di gunakan untuk membunuh metabolisme microorganisme.c. Suportif (menaikan fungsi dan respon tubuh)

Meningkatkan fungsi dalam tubuh selama pengobatan lain misalnya aspirin digunakan untuk menurunkan panas sehingga obat lain bisa berfungsi menyembuhkan penyakit.d. Subtitutif (berefek sebagai pengganti)

Berefek menggantikan cairan tubuh yang hilang dan sebagi subtansi tubuh, misalnya obat insulin, infus,

e. Kemoterafi Obat yang berefek mematikan dan menghambat sel-sel ganas.

f. Restoraft (memulihkan fungsi tubuh yang sehat)

Meningkatkan fungsi organ tubuh yang sehat misalnya vitamin dan mineral.

2. Efek samping yaitu merupakan dampak yang tidak diharapkan tidak bisa diramal, dan bahkan kemungkinan dapat membahayakan seperti adanya :

a. Alergi

Reaksi obat adalah reaksi hipersensitif terhadap obat terutama pada pasien yang yang daya sensitivitasnya tinggi karena tubuh akan mengeluarkan antibody untuk melawan antigen yang masuk kedalam tubuh. Gejalanya antara lain kemerahan, gatal-gatal, mual muntah, sesak nafas.

b. Toksisitas (keracunan)

Toksisitas biasanya timbul akibat dosis yang berlebihan dan tidak dapat diterima oleh tubuh sehingga terjadi keracunan. Hal ini dapat terjadi satu jam setelah pemberian obat bahkan hingga beberapa bulan setelah pemberian obat.2.9 Persiapan Sebelum Pemberian Obat

Sebelum memberikan obat kepada pasien ada beberapa persyaratan yang perlu diperhatikan untuk menjamin keamanan dalam pemverian obat diantaranya :

1. Benar Obat

Sebelum mempersiapkan obat ke tempatnya petugas medis harus memperhatikan kebenaran obat sebanyak 3 kali, yakni ketika memindahkan obat dari tempat penyimpanan obat, saat obat diprogramkan, dan saat mengembalikan obat ke tempat penyimpanan.

2. Benar Dosis

Untuk menghindari kesalahan dalam pemberian obat, maka penentuan dosis harus diperhatikan dengan menggunakan alat standar, dengan demikian penghitungan dosis benar untuk diberikan ke pasien.3. Benar Pasien

Obat yang diberikan hendaknya benar pada pasien yang diprogramkan. Hal ini dilakukan dengan mengidentifikasi identitas kebenaran obat yaitu mencocokan nama, nomer, register, alamat dan program pengobatan pada pasien.

4. Benar Jalur Pemberian

Kesalahan rute pemberiuan dapt menimbulkan efek sistemik yang fatal pada pasien, untuk itu cara pemberiannya adalah dengan melihat jalur obat pada label yang ada sebelum memberikan pada pasien.

5. Benar Waktu

Pemberian obat harus benar-benar sesuai dengan waktu yang diprogramkan karena berhubungan dengan kerja obat yang dapat menimbulkan efek terapi dari obat.2.10 Bentuk Obat dan Jenis Obat

1. Kapsul adalah obat dalam bentuk bubuk, cair atau minyak yang dibungkus dengan genaltin.

2. Puyer adalah obat yang di tumbuk halus.

3. Sirup adalah obat cair mengandung gula. Contohnya adalah obat batuk, atau obat penurun panas untuk anak-anak.

4. Salep adalah jenis obat yang dalam bentuk semi padat contohnya adalah obat untuk kecantikan. 5. Pil adalah obat satu atau lebih obat yang di campur dengan bahan kohesift berbentuk lonjong, bulat atau lempeng, contohnya adalah pil untuk kontrasepsi dan tablet penambah darah (fe).6. Tablet adalah bentuk obat bubuk yang dipadatkan yang mengandung bahan utama. Contohnya adalah paracetamol, antasida, vitamin C.7. Kaplet obat bubuk yang dipadatkan berbentuk lonjong seperti kapsul dan bersalut hingga lebih mudah ditelan. Contohnya asam mefenamat.8. Lotion adalah sediaan obat berupa emoli yang jernih di oleskan pada kulit. Contohnya adalah anti septik.9. Larutan adalah zat yang berkhasiat dalam aqua atau pelarut. Contohnya adalah aquabidest, tetes mata.10. Gel atau jelly adalah obat semi padat yang bisa tembus cahaya mencair saat di oleskan di kulit. Contohnya adalah jelly untuk USG.11. Inhaler adalah jenis obat yang berbentuk gas atau uap obat ini dapat digunakan untuk penderita sesak nafas atau asma.12. Suposituria adalah obat yang berbentuk seperti peluru agar dapat dimasukan ke dalam tubuh dan meleleh pada suhu tubuh.

2.11 Hal- Hal yang Harus Diperhatikan dalam Pemberian Obat

Farmakologi menjadi penting karena mempelajari tentang efek dari obat, sehingga diharapkan mampu mengevaluasi efek pengobatan. Ada beberapa istilah yang penting kita ketahui diantaranya adalah nama generik merupakan nama pertama dari pabrik yang sudah mendapatkan lisensi, nama resmi yang memiliki arti nama dibawah lisensi salah satu publikasi yang resmi, nama kimiawi merupakan nama yang berasal dari susunan zat kimianya, nama dagang merupakan nama yang keluar sesuai dengan perusahaan atau pabrik dalam menggunakan simbol.

2.12 Standar Operasional Prosedur Pemberian Obat Sublingual 1. TAHAP PERSIAPANa.Persiapan Alat 1)Obat yang sudah ditentukan 2)Tongspatel (bila perlu)3)Sarung tangan/ handscone 4) Kasa untuk membungkus tongspatel 5) Buku rencana pengobatan pasien.b. Persiapan Pasien 1) Cek perencanaan keperawatan pasien.2)Menjelaskan tujuan pemberian obat sublingual.3) Pasien diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan.4)Posisikan pasien dengan posisi yang nyaman.c.Persiapan Lingkungan1)Bekerja sebaiknya dari sebelah kanan pasien.2)Tempatkan alat agar mudah bekerja.3) Meminta pengunjung atau keluarga menunggu di luar.4) Jaga privasi pasien, dengan memasang sampiran atau menutup tirai.2. TAHAP PELAKSANAAN1)Periksa kembali perintah pengobatan (nama klien, nama dan dosis obat, waktu dan cara pemberian) periksa tanggal kedaluarsa obat. 2)Mencuci tangan, gunakan handscone.3)Anjurkan pasien untuk mengangkat lidahnya atau memasang tongspatel ( jika pasien tidak sadar ).4)Meletakan obat dibawah lidah pasien5)Memberitahu pasien supaya tidak menelan obat dan biarkan berada dibawah lidah sampai habis di absobsi seluruhnya.6) Menganjurkan pasien agar tetap menutup mulut, tidak minum dan berbicara selama obat belum terlarut seluruhnya.3. TAHAP AKHIR1)Evaluasi perasaan pasien2)Evaluasi reaksi obat3)Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan (waktu pelaksanaan, respon klien, hasil tindakan,nama obat dan dosis, perrawat yang melakukan ) pada catatan keperawatan.

4)Kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya.2.13 Tabel Penggunaan Bentuk Sediaan Cara Pemberian Bentuk Sediaan Utama

Oral Tablet, kapsul, larutan (sulotio), sirup, eliksir, suspensi, magma, jel, bubuk

Sublingual Tablet, trokhisi dan tablet hisap

Parentral Larutan, suspensi

Epikutan/transdermal Salep, krim, pasta, plester, bubuk, erosol, latio, tempelan transdermal, cakram, larutan, dan solutio

Konjungtival Salep

Introakular/intraaural Larutan, suspensi

Intranasal Larutan, semprot, inhalan, salep

Intrarespiratori Erosol

Rektal Larutan, salep, supositoria

Vaginal Larutan, salep, busa-busa emulsi, tablet, sisipan, supositoria, spon

Uretral Larutan, supositoria

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Obat dapat diberikan pada pasien secara sublingual yaitu dengan cara meletakkan obat dibawah lidah. Kelebihan dari cara pemberian obat dengan sublingual adalah efek obat akan terasa lebih cepat dan kerusakan obat pada saluran cerna serta metabolisme di dinding usus dan hati dapat dihindari. Pada umumnya obat yang masuk ke dalam tubuh akan mengalami 4 proses yaitu absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi. Obat yang digunakan sebaiknya memenuhi berbagai standar persyaratan obat. Ada dua macam reaksi obat dalam tubuh diantaranya adalah efek terapeutik dan efek samping. Sebelum memberikan obat kepada pasien ada beberapa persyaratan yang perlu diperhatikan untuk menjamin keamanan dalam pemberian obat diantaranya harus benar obat, dosis, pasien, jalur pemberian dan waktu pemberiannya.Bentuk obat dan jenis obat ada berbagai macam yaitu kapsul, puyer, sirup, salep, pil, tablet, kaplet, lotion, larutan, gel atau jelly, inhaler, dan suposituria. Farmakologi menjadi penting karena mempelajari tentang efek dari obat, sehingga diharapkan mampu mengevaluasi efek pengobatan. Tahap pemberian obat terdiri atas tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap akhir. Fase komunikasi teraupetik terdiri dari tahap persiapan (prainteraksi), tahap perkenalan, tahap kerja dan tahap terminasi. Penggunaan bentuk sediaan obat sublingual adalah tablet, trokhisi dan tablet hisap.3.2 Saran

Perawat professional mempunyai peranan yang penting dalam pelaksanaan pemberian obat. Dengan kemajuan bidang farmasi, maka jenis dan jumlah obat juga makin bervariasi. Untuk mengantisipasi hal ini, maka perawat harus rajin dalam belajar dan membaca berbagai informasi baru tentang obat- obatan.

DAFTAR PUSTAKA

Priharjo Robert, Teknik Dasar Pemberian Obat Bagi Perawat (1994), Jakarta : EGC , 1995

POTTER & PERRY, Fundamental Keperawatan, Jakarta : EGC, 2005

Puja, wayan. 2010. Pemberian obat. (online). Available : http://wayanpuja.blinxer.com/2010/03/09/ pemberian obat/Hapsari. 2010. Prinsip-prinsip pemberian obat. (online) Available: http://hapsari.student.umm.ac.id/prinsip-prinsip-pemberian-obat/Yoyoke. 2010. Obat. (online). Available : http://yoyoke.web.ugm.ac.id/download/obat.pdf

Damayanti,Imas. 2011. (online). Available : http://file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._KESEHATAN_&_REKREASI/PRODI._ILMU_KEOLAHRAGAAN/198007212006042-IMAS_DAMAYANTI/Obat-obatan_dalam_Masyarakat02.pdfSuhartina. 2011. (online). Available: http://suhartina-fkp11.web.unair.ac.id/artikel_detail-70954-Umum-makalah%20kel%205%20FKp%20UNAIR%20A11.htmlPharmacyaurel. 2009. Tablet Bukal Sublingual. (Online). Available: http://pharmacyaurel.blogspot.com/2009/04/tablet-bukalsublingual.html) Sendana, ndra. 2014. Tablet Sublingual dan Bukal. (online). Available : http://ndrasendana.blogspot.com/2014/01/tablet-sublingual-dan-bukal_1463.htmlJaya, Ngurah. SOP Pemberian Obat Sublingual. (Online). Available : http://ngurahjayaantara.blogspot.com/2013/12/sop-pemberian-obat-sublingual.htmlPAGE 20